Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN KASUS

MEDICINA • VOLUME 44 NOMOR 3 • SEPTEMBER 2013

ABSES PERITONSIL

Fandi Agus W, Dewa Artha Eka P


Bagian /SMF Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Udayana /
Rumah Sakit Umum Pusat SanglahDenpasar

ABSTRAK

Abses peritonsil adalah kumpulan nanah yang terdapat pada daerah peritonsil yang merupakan
jaringan ikat longgar, diantara fossa tonsilaris dan muskulus konstriktor faring superior. Penyakit ini
sering terjadi dan berakibat fatal bila penanganannya tidak tepat. Penatalaksanaan abses peritonsil
cukup bervariasi, namun tujuan utama pengobatan tersebut adalah mengevakuasi nanah (pus) dari
daerah peritonsil, mencegah kekambuhan dan mencegah terjadinya komplikasi. Dilaporkan satu kasus
abses peritonsil pada wanita usia 19 tahun di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Penderita
mengeluh sakit tenggorokan, sakit dinding atas mulut sebelah kanan, sukar membuka mulut, mulut
berbau, dan suara bergumam. Pada pemeriksaan daerah peritonsil dekstra edema, hiperemis, terdorong
kedepan, dan teraba fluktuasi. Pada penderita telah dilakukan insisi drainase, pemberian cairan
intravena, antibiotik, analgetik dan posisi TrendelenBerg yang memberikan hasil yang baik.
[MEDICINA 2013;44:186-189]

Kata kunci: tonsilitis akut, abses peritonsil, aspirasi, insisi drainase

PERITONSILAR ABSCESS

Fandi Agus W, Dewa Artha Eka P


Departement of Ear, Nose and Throat, Udayana University Medical School /
Sanglah Hospital, Denpasar

ABSTRACT

Peritonsil abscess is accumumulation of pus in loose connective tissue of peritonsilar area between
tonsilary muscular fossa and superior pharyngeal constrictor. This condition often occur and can be
fatal if the treatment is not appropiate. Management of peritonsil abscess is quite varied, but the
main goal of treatment is to evacuate pus from peritonsilar area, prevent recurrence, and complication.
We reported a case peritonsil abscess of a 19 years old woman in Sanglah Public General Hospital-
Denpasar. The patient complined pain on her throat and superior wall of right mouth cavity, difficult to
open her mouth, has bad odor,and mumbling voice. On the examination the peritonsil dextra area was
edema, hyperemic, pushed forward, and there was fluctuation in palpation. The patient had been
treated by incision drainage tecnique, intravenous fluids, antibiotic, analgesic, and position
TrendelenBerg, and give good result. [MEDICINA 2013;44:186-189]

Keywords : acute tonsilitis,peritonsillsr abscess, aspiration, incision drainage

PENDAHULUAN kejadian yang cukup tinggi dan berdasarkan jenis kelamin belum
dapat menimbulkan komplikasi ada literatur yang

A
bses peritonsil atau yang fatal, seperti dapat meluas menggambarkan adanya
dikenal dengan Quinsy ke daerah parafaring, daerah perbedaan jumlah kejadian abses
adalah kumpulan nanah yang intrakranial dan bila abses peritonsil pada laki-laki dan
terdapat pada jaringan ikat tersebut pecah spontan bisa terjadi perempuan. Di Amerika Serikat
longgar, diantara fossa tonsilaris perdarahan serta terjadinya ditemukan 30 kasus abses
dan muskulus konstriktor faring mediastinitis yang dapat peritonsil dari 100.000 penduduk
superior. Pada abad XIV gejala menimbulkan kematian. Hal ini pertahun mewakili sekitar 45.000
dari penyakit abses peritonsil ini bisa terjadi bila penanganan yang kasus baru tiap tahunnya. Di
sudah dialami oleh masyarakat tidak tepat dan terlambat.1,2 Indonesia belum ada data tentang
Inggris, tetapi pada saat itu istilah Angka kejadian pada jumlah abses peritonsil secara
abses peritonsil belum dikenal, penyakit abses peritonsil pasti.3,4
begitu juga penatalaksanaannya berdasarkan usia banyak Penatalaksanaan abses
tidak seperti saat ini. Abses menyerang pada usia 15 tahun peritonsil dilakukan insisi
peritonsil memiliki angka sampai dengan 35 tahun, drainase pada daerah yang paling

186 • JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN


Abses Peritonsil | Fandi Agus W, dkk.

lunak dan menonjol sehingga pus lalu. Rasa sakit di tenggorokan Uvula tidak di tengah lagi,
ke luar dari daerah peritonsil. tambah berat sejak dua hari terdorong ke bagian kiri. Daerah
Diberikan juga terapi IVFD D5% sebelum ke poli THT-KL. Rasa tersebut berfluktuasi serta
20 tetes/menit, ampisilin 4 x 1 sakit juga dirasakan penderita di terdapat warna kekuningan di
gram IV, metronidazol infus 2 x bagian dinding atas mulut sebelah bagian yang fluktuasi (Gambar
500 mg, keterolak 3 x 1 ampul IV kanan. Penderita merasa sukar 1). Pada bagian yang berfluktuasi
dan posisi TrendelenBerg. untuk membuka mulut secara tersebut pasien merasa sakit
Penatalaksanaan yang tepat dapat lebar karena kaku, mulut berbau, sekali. Dari hasil pemeriksaan
mencegah terjadinya komplikasi dan suara yang bergumam juga laboratorium pada tanggal 7 Juli
dari abses peritonsil.5,6 Dilaporkan dikeluhkan oleh penderita. 2009 didapatkan WBC : 14,100 /
satu kasus abses peritonsil Penderita sakit tenggorok ul , Hb : 12,6 g/dL, MCV : 87 fL,
dekstra yang dilakukan insisi berulang. Penderita tidak sakit MCH: 29 pg, Plt : 29 000 /uL.
drainase di RSUP Sanglah Bali, gigi. Dilakukan aspirasi percobaan
sesudah dilakukan insisi dan Pada pemeriksaan dengan spuit 10 cc pada daerah
drainase serta terapi sesuai di atas didapatkan keadaan umum baik, yang paling lunak dan menonjol.
penderita sembuh dengan baik. kesadaran kompos mentis. Status Sebelumnya dilakukan anestesi
Kasus ini merupakan kasus general dalam batas normal, dengan lidokain sprai, hasil
ketiga dari bulan Januari sampai tekanan darah 110/80 mmHg, aspirasi percobaan didapatkan pus,
bulan Agustus 2009. nadi 84 x/menit, respirasi 22 x/ selanjutnya dilakukan
menit, temperatur 36, 5 0 C. Tidak pemeriksaan biakan dan tes
ILUSTRASI KASUS ditemukan kelainan pada jantung, sensitivitas. Dari anamnesis,
Penderita VR, wanita 19 paru, abdomen, dan ekstremitas. pemeriksaan fisik serta hasil
tahun, suku Bali. Penderita Pada pemeriksaan gigi, gigi dalam aspirasi maka penderita
datang ke poliklinik THT-KL batas normal. didiagnosis dengan abses peritonsil
RSUP Sanglah tanggal 7 Juli Pada pemeriksaan telinga dan dekstra. Selanjutnya dilakukan
2009 dan didiagnosis abses hidung tidak ditemukan kelainan. insisi dan drainase pada tanggal
peritonsil dekstra. Penderita Pada pemeriksaan tenggorok 7 Juli 2009 di ruang tindakan poli
sudah berobat 2 hari sebelumnya ditemukan mukosa faring merah THT-KL sehingga pus ke luar
ke dokter umum tetapi belum ada muda, tonsil T3 / T3, hiperemis, dari daerah peritonsil dekstra.
perbaikan. Selanjutnya penderita kripta kanan dan kiri melebar, Pasien selanjutnya dirawat di
berobat ke RSUP Sanglah detritus kanan dan kiri tidak ada, RSUP Sanglah dan diberikan
Denpasar. terdapat perlengketan pada tonsil terapi IVFD D5% 20 tetes/menit,
Penderita saat itu mengeluh dekstra. Pada daerah peritonsil ampicilin 4x1 gram IV,
rasa sakit di tenggorokan sejak dekstra tampak edema, hiperemi, metronidazol infus 2 x 500 mg,
kurang lebih satu minggu yang dan menonjol ke bagian depan. ketorolak 3 x1 ampul IV. Posisi
Trendelen Berg.
Pada tanggal 8 Juli 2009
dilakukan evaluasi, dari hasil
evaluasi di ruangan didapatkan
keluhan nyeri pada tenggorokan
berkurang dan edema daerah
peritonsil dekstra sudah sangat
berkurang. Pasien sudah bisa
membuka mulut dengan normal.
Pada tanggal 9 Juli 2009
dilakukan evaluasi kembali,
keluhan pasien sudah tidak ada,
pasien diperbolehkan pulang.
Pasien diberikan terapi
siprofloksasin 2 x 500 mg dan
asam mefenamat 3x 500 mg dan
disarankan untuk operasi
amandel. Penderita setuju dan
akan kontrol ke poli THT-KL.
Pada tanggal 13 Juli 2009
penderita kontrol, keluhan tidak
ada. Pada pemeriksaan
Gambar 1. Abses peritonsil pada pemeriksaan tanggal 7 Juli 2009. didapatkan luka insisi kering,

JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN • 187


MEDICINA • VOLUME 44 NOMOR 3 • SEPTEMBER 2013

daerah peritonsil tidak edema, rasa sakit di tenggorokan sejak hasil aspirasi tersebut maka dapat
warna merah muda, tonsil T3 /T3 kurang lebih satu minggu yang ditegakkan diagnosis bahwa itu
merah muda, kripta melebar, lalu. Rasa sakit ditenggorokan merupakan abses peritonsil.3,10
detritus kanan dan kiri tidak ada, sangat terasa sekali kurang lebih Pada aspirasi di daerah peritonsil
perlengketan pada tonsil kanan dua hari sebelum ke poli THT-KL. dekstra didapatkan pus. Dari
dan kiri tidak ada. Terapi Rasa sakit juga dirasakan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
dilanjutkan. Hasil biakan penderita di bagian dinding atas pemeriksaan penunjang,
didapatkan pertumbuhan mulut sebelah kanan. Penderita penderita tersebut didiagnosis
pseudomonas. Penderita merasa sukar untuk membuka abses peritonsil dekstra.
disarankan kontrol tiga hari lagi. mulut secara lebar karena kaku, Literatur menyebutkan terapi
Pada tanggal 17 Juli 2009 mulut berbau, dan suara yang yang diberikan yaitu cairan
penderita kontrol kembali, bergumam juga dikeluhkan oleh intravena, antibiotik, analgetik,
keluhan tidak ada. Pada penderita, penderita sering sakit posisi TrendelenBerg, insisi
pemeriksaan keadaan umum tenggorok berulang. Penderita drainase dan biakan serta tes
baik. Daerah peritonsil tidak tidak sakit gigi. sensitivitas.3,12
edema, warna merah muda. Dari literatur disebutkan Pada penderita dilakukan
Tonsil T3 /T3 merah muda, kripta penderita dengan abses peritonsil insisi dan drainase sehingga pus
tonsil kanan dan kiri melebar, ditandai daerah peritonsil yang ke luar dari daerah peritonsil
detritus tidak ada, tidak ada menonjol atau bombans, lebih dekstra sehingga edema pada
perlengketan, lalu terapi lunak, dan berwarna daerah tersebut berkurang,
dilanjutkan. kekuningan. Uvula bengkak dan dilakukan biakan dan tes
terdorong ke kontra lateral serta sensitivitas. Pasien selanjutnya
DISKUSI adanya peradangan tonsil atau dirawat di RSUP Sanglah dan
Kasus ini menarik karena gigi.10,11 diberikan terapi IVFD D5% 20
abses peritonsil memiliki angka Pada pemeriksaan fisik tetes/menit, ampicilin 4 x 1 gram
kejadian yang cukup tinggi dan telinga dan hidung tidak IV, metronidazol infus 2 x 500 mg,
dapat menimbulkan komplikasi ditemukan kelainan. ketorolak 3 x1 ampul IV. Posisi
yang fatal, seperti dapat meluas Pemeriksaan tenggorok Trendelen Berg.
daerah parafaring, daerah ditemukan mukosa faring merah Komplikasi dari abses
intrakranial dan bila abses muda, tonsil T3 / T3, hiperemis, peritonsil ini dapat meluas ke
tersebut pecah spontan bisa terjadi kripta kanan dan kiri melebar, tempat lain seperti pada daerah
perdarahan serta terjadinya detritus kanan dan kiri tidak ada, parafaring, daerah intrakranial
mediastinitis yang dapat terdapat perlengketan tonsil dan bila abses tersebut pecah
menimbulkan kematian. Hal ini kanan. Pada daerah peritonsil spontan bisa terjadi perdarahan
bisa terjadi bila penanganan yang dekstra tampak edema, hiperemi serta terjadinya mediastinitis.3,12
tidak tepat. Kasus ini merupakan dan menonjol ke bagian depan. Pada penderita tersebut tidak
kasus ketiga dalam kurun waktu Uvula tidak di tengah lagi, didapatkan komplikasi tersebut.
8 bulan. Pada penderita abses terdorong kebagian kiri. Daerah
peritonsil di RSUP Sanglah tersebut berfluktuasi serta ada RINGKASAN
dilakukan penatalaksanaan yang warna kekuningan di bagian Telah dilaporkan satu kasus
telah baku sesuai protap yang fluktuasi tersebut. Pada bagian abses peritonsil dekstra pada
ada.1,7,8 yang berfluktuasi tersebut pasien seorang wanita, berusia 19 tahun
Terjadinya abses peritonsil merasa sakit sekali. Dari hasil yang telah dilakukan tindakan
merupakan komplikasi dari pemeriksaan laboratorium pada insisi drainase. Pada evaluasi
tonsillitis folikularis eksudasi tanggal 7 Juli 2009 didapatkan sesudah dilakukan insisi drainase
akut, ada juga literatur yang WBC : 14,100 /ul, Hb : 12,6 g/dL, selama dirawat di RSUP Sanglah
mengemukakan bahwa abses MCV : 87 fL, MCH : 29 pg, Plt : dan ketika kontrol, abses peritonsil
peritonsil terjadi karena infeksi 129 000 /uL. Rontgen thorax sembuh dengan baik.
yang bersumber dari gigi.8,9 dalam batas normal.
Dari literatur penderita Untuk penegakan diagnosis DAFTAR PUSTAKA
dengan abses peritonsil mengeluh maka dilakukan aspirasi pada 1. Fachrudin D. Abses leher
nyeri menelan yang hebat, nyeri daerah peritonsil tersebut, yaitu dalam. Dalam: Soepardi EA,
akan bertambah hebat bila pada daerah yang paling menonjol penyunting. Buku Ajar Ilmu
makan dan minum. Penderita dan lunak, menggunakan jarum Kesehatan Telinga Hidung
juga mengeluh otalgia, muntah, berukuran besar (berukuran 16- Tenggorok Kepala Leher.
mulut berbau, suara gumam, dan 18). Sebelumnya dilakukan Edisi ke-6. Jakarta: Balai
sukar membuka mulut.8,9 pembiusan dengan lidokain sprai. Penerbit FK UI; 2007. h. 226-
Penderita saat itu mengeluh Apabila yang didapatkan pus pada 8.

188 • JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN


Abses Peritonsil | Fandi Agus W, dkk.

2. Ruckenstein MJ. Tonsilitis Company; 2003. h. 440-3. Journal. 2010;110:1698-701.


and complication. Dalam: 5. Sheneyder Y. Menagement 9. Massadagguel Syed, Hussain
Lalwani AK, penyunting. adenotonsilar and Altaf, Ahmat Ishag, Mughad
Comprehensive Review of peritonsillar abscesss. Orly Shoaib. Peritonsillar cellulitis
Otolaryngology. Edisi ke-2. Journal. 2003;40:343-6. and quinsy: Clinical
Philadelpia: Lippincott 6. Eka P. Tonsil dan adenoid presentation and
Wiliam & Wilkins; 2000. h. anatomi: Tatalaksana serta management. Bagai Medical
136-7. komplikasi. Seminar Sehari Karachi Journal. 2009;4:1-4.
3. Hermani B. Tonsilitis pada Penatalaksanaan Terkini 10. Steyer Terrence. Peritonsillar
anak dan dewasa. Dalam: Adenotonsilitis Kronis; 2002 abscess diagnosis and
Sastroasmoro S, penyunting. 11-13 Oktober; Surabaya. treatment. Am Famphysian
HTA Tonsillitis pada Anak 7. Prijadi NJ. Diagnosis dan Journal. 2000;65:93-7.
dan Dewasa. Edisi ke-1. penatalaksanaan abses 11. Birbum W. Diagnosis
Jakarta: Departemen peritonsil. Dalam: Prijadi NJ, kelainan mulut dalam.
Kesehatan Indonesia; 2004. h. penyunting. Pedoman dan Jakarta: Penerbit EGC; 2010.
1-24. Terapi Ilmu THT. Padang: 12. Handersan. Abses peritonsil.
4. Lee KJ. Peritonsillar abscess. Balai Penerbit FK Andalas; Dalam: Handerson,
Dalam: Lee KJ, penyunting. 2001. h. 15-9. penyunting. Kedokteran
Essential Otolaryngologi Head 8. Whiter GJ. Peritonsillar Emergensi. Edisi ke-1.
and Neck Surgery. Edisi ke- abscess in the pediatric Jakarta: Penerbit EGC; 2009.
1. New York: Mc Graw-Hill population. The Laryngoskop h. 438-43.

JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN • 189

Anda mungkin juga menyukai