Anda di halaman 1dari 7

NAMA : SUKMA TUGAS : PAPER KE XII

NIM : I011201130 KELOMPOK : 1


PANCASILA 21

ETIKA, MORAL, NILAI DAN ETIKET


1. Etika
a. Pengertian Etika
Istilah dan pengertian etika secara kebahasaan/etimologi, berasal dari bahasa Yunani
adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Biasanya etika
berkaitan erat dengan perkataan moral yang berasal dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam
bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan
melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.
Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat
perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan
etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
Pengertian moralitas adalah pedoman yang dimiliki setiap individu atau kelompok mengenai
apa yang benar dan salah berdasarkan standar moral yang berlaku dalam masyarakat.
Disamping itu etika dapat disebut juga sebagai filsafat moral adalah cabang filsafat yang
berbicara tentang tindakan manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan
mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak, berdasarkan norma-norma tertentu.
Jadi pengertian etika dan moralitas memiliki arti yang sama sebagai sebuah sistem tata nilai
tentang bagaimana manusia harus tetap mempertahankan hidup yang baik, yang kemudian
terwujud dalam pola tingkah laku/perilaku yang konstan dan berulang dalam kurun waktu, yang
berjalan dari waktu kewaktu sehingga menjadi suatu kebiasaan.
Berbeda lagi antara etika dengan etiket, seperti telah dibahas etika adalah berarti moral
sedangkan etiket berartisopan santun, walaupun keduanya menyangkut perilaku manusia secara
normatif yaitu memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang
diperbolehkan dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Pengertian etiket dan etika sering dicampuradukkan, padahal kedua istilah tersebut terdapat
arti yang berbeda, walaupun ada persamaannya. Istilah etika sebagaimana dijelaskan
sebelumnya adalah berkaitan dengan moral (mores), sedangkan kata etiket adalah berkaitan
dengan nilai sopan santun, tata krama dalam pergaulan formal.
Persamaannya adalah mengenai perilaku manusia secara normatif yang etis. Artinya
memberikan pedoman atau norma-norma tertentu yaitu bagaimana seharusnya seseorang itu
melakukan perbuatan dan tidak melakukan sesuatu perbuatan.Istilah etiket berasal dari
Etiquette (Perancis) yang berarti dari awal suatu
kartu undangan yang biasanya dipergunakan semasa raja-raja di Perancis mengadakan pertemuan
resmi, pesta dan resepsi untuk kalangan para elite kerajaan atau bangsawan.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diberikan beberapa arti dari kata “etiket”, yaitu :
1. Etiket (Belanda) secarik kertas yang ditempelkan pada kemasan barang-barang (dagang)
yang bertuliskan nama, isi, dan sebagainya tentang barang itu.
2. Etiket (Perancis) adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu diperhatikan dalam
pergaulan agar hubungan selalu baik.
Beberapa perbedaan yang mendasar antara etika dan etiket :

Etika Etiket
Etika menyangkut cara dilakukannya suatu Etiket menyangkut cara (tata acara) suatu
perbuatan sekaligus memberi norma dari perbuatan harus dilakukan manusia. Misal :
perbuatan itu sendiri. Misal : Dilarang mengambil Ketika saya menyerahkan sesuatu kepada
barang milik orang lain tanpa izin karena orang lain, saya harus menyerahkannya dengan
mengambil barang milik orang lain tanpa izin menggunakan tangan kanan. Jika saya
sama artinya dengan mencuri. “Jangan mencuri” menyerahkannya dengan tangan kiri, maka
merupakan suatu norma etika. Di sini tidak saya dianggap melanggar etiket.
dipersoalkan apakah pencuri tersebut mencuri
dengan tangan kanan atau tangan
kiri.

Etika selalu berlaku, baik kita sedang sendiri atau Etiket hanya berlaku dalam situasi dimana kita
bersama orang lain. Misal: Larangan mencuri tidak seorang diri (ada orang lain di sekitar kita).
selalu berlaku, baik sedang sendiri atau ada orang Bila tidak ada orang lain di sekitar kita atau tidak
lain. Atau barang yang dipinjam selalu harus ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku. Misal
dikembalikan meskipun si empunya barang sudah : Saya sedang makan bersama bersama teman
lupa. sambil meletakkan kaki saya di atas meja
makan, maka saya dianggap melanggat etiket.
Tetapi kalau saya sedang makan sendirian
(tidak ada orang lain), maka saya tidak
melanggar etiket jika saya makan
dengan cara demikian.
Etika bersifat absolut. “Jangan mencuri”, Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak
“Jangan membunuh” merupakan prinsip- prinsip sopan dalam satu kebudayaan, bisa saja
etika yang tidak bisa ditawar-tawar. dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Misal
: makan dengan
tangan atau bersendawa waktu makan.
Etika memandang manusia dari segi dalam. Etiket memandang manusia dari segi lahiriah
saja.
Etika Etiket
Orang yang etis tidak mungkin Orang yang berpegang pada etiket bisa juga
bersifat munafik, sebab orang yang bersifat munafik. Misal : Bisa saja orang
bersikap etis pasti orang yang tampi sebagai “manusia berbulu ayam”, dari
sungguh-sungguh baik. luar sangan
sopan dan halus, tapi di dalam penuh
kebusukan.

Selain ada persamaannya, dan juga ada empat perbedaan antara etika dan etiket, yaitu secara
umumnya sebagai berikut:
1. Etika adalah niat, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak sesuai pertimbangan niat
baik atau buruk sebagai akibatnya. Etiket adalah menetapkan cara, untuk melakukan
perbuatan benar sesuai dengan yang diharapkan.
2. Etika adalah nurani (bathiniah), bagaimana harus bersikap etis dan baik yang sesungguhnya
timbul dari kesadaran dirinya. Etiket adalah formalitas (lahiriah), tampak dari sikap luarnya
penuh dengan sopan santun dan kebaikan.
3. Etika bersifat absolut, artinya tidak dapat ditawar-tawar lagi, kalau perbuatan baik mendapat
pujian danyang salah harus mendapat sanksi.Etiket bersifat relatif, yaitu yang dianggap tidak
sopan dalam suatu Macam-macam Etika
Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan dengan etika,
terdapat dua macam etika (Keraf: 1991: 23), sebagai berikut:
Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa
yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai.
Etika Normatif
Etika Normatif merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak
secara baik dan meng- hindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang
disepakati dan berlaku di masyarakat.
b. Fungsi Etika
Etika secara umum dapat dibagi menjadi etika umum yang berisi prinsip serta moral dasar
dan etika khusus atau etika terapan yang berlaku khusus. Etika khusus ini masih dibagi lagi
menjadi etika individual dan etika sosial. Etika sosial dibagi menjadi:
(1) Sikap terhadap sesama;
(2) Etika keluarga
(3) Etika profesi misalnya etika untuk pustakawan, arsiparis, dokumentalis, pialang informasi
(4) Etika politik
(5) Etika lingkungan hidup , serta
(6) Kritik ideologi Etika adalah filsafat atau pemikiran kritis rasional tentang ajaran moral
sedangka moral adalah ajaran baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban dsb. Etika selalu dikaitkan dengan moral serta harus dipahami perbedaan antara
etika dengan moralitas.
2. Moral
a. Pengertian Moral
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan
bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan,
adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara etimologis, kata ’etika’ sama
dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu
kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan
arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma- norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa
asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin. Jadi bila kita
mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak bermoral, maka kita menganggap
perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat.
Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral bejat, artinya orang tersebut berpegang
pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak baik.

‘Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan ‘moral’,
hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya segi moral
suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau
keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
b. Moralitas
Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat di antara
sekelompok manusia. Adapun nilai moral adalah kebaikan manusia sebagai manusia. Norma
moral adalah tentang bagaimana manusia harus hidup Supaya menjadi baik sebagai manusia.
Ada perbedaan antara kebaikan moral dan kebaikan pada umumnya. Kebaikan moral merupakan
kebaikan manusia sebagai manusia sedangkan kebaikan pada umumnya merupakan kebaikan
manusia dilihat dari satu segi saja, misalnya sebagai suami atau isteri, sebagai pustakawan.
Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas adala sopan santun, segala sesuatu yang
berhubungan dengan etiket atau sopan santun. Moralitas dapat berasal dari sumber tradisi atau
adat, agama atau sebuah ideologi atau gabungan dari beberapa sumber. Etika dan moralitas
Etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang mereflesikan ajaran
moral. Pemikiran filsafat mempunyai lima ciri khas yaitu rasional, kritis, mendasar, sistematik dan
normatif.
Hal ini disebabkan empat alasan sebagai berikut:
1. Orang agama mengharapkan agar ajaran agamanya rasional. Ia tidak puas mendengar
bahwa Tuhan memerintahkan sesuatu, tetapu ia juga ingin mengertimengapa Tuhan
memerintahkannya. Etika dapat membantu menggali rasionalitas agama.
2. Seringkali ajaran moral yang termuat dalam wahyu mengizinkan interpretasi yang saling
berbeda dan bahkan bertentangan.
3. Nilai
a. Pengertian Nilai
Untuk memahami pengertian nilai secara lebih dalam, berikut ini akan disajikan sejumlah
definisi nilai dari beberapa ahli. Lebih lanjut Schwartz (1994) juga menjelaskan bahwa nilai adalah
(1) suatu keyakinan, (2) berkaitan dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu, (3)
melampaui situasi spesifik, (4) mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku,
individu, dan kejadian-kejadian, serta (5) tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, terlihat kesamaan pemahaman tentang nilai,
yaitu (1) suatu keyakinan, (2) berhubungan dengan cara bertingkah laku dan tujuan akhir
tertentu. Jadi dapat
disimpulkan bahwa nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir
yang diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya.
Pemahaman tentang nilai tidak terlepas dari pemahaman tentang bagaimana nilai itu
terbentuk. Schwartz berpandangan bahwa nilai merupakan representasi kognitif dari tiga tipe
persyaratan hidup manusia yang universal, yaitu :
1. kebutuhan individu sebagai organisme biologis;
2. persyaratan interaksi sosial yang membutuhkan koordinasi interpersonal;
3. tuntutan institusi sosial untuk mencapai kesejahteraan kelompok dan kelangsungan hidup
kelompok (Schwartz & Bilsky, 1987; Schwartz, 1992, 1994).
Jadi, dalam membentuk tipologi dari nilai-nilai, Schwartz mengemukakan teori bahwa nilai
berasal dari tuntutan manusia yang universal sifatnya yang direfleksikan dalam kebutuhan
organisme, motif sosial (interaksi), dan tuntutan institusi sosial (Schwartz & Bilsky, 1987). Ketiga
hal tersebut membawa implikasi terhadap nilai sebagai sesuatu yang diinginkan.
b. Tipe Nilai (Value Type)
Penelitian Schwartz mengenai nilai salah satunya bertujuan untuk memecahkan masalah
apakah nilai- nilai yang dianut oleh manusia dapat dikelompokkan menjadi beberapa tipe nilai
(value type).
Dari hasil penelitiannya di 44 negara, Schwartz (1992, 1994) mengemukakan adanya 10
tipe nilai (value types) yang dianut oleh manusia, yaitu :
1. Power. Tipe nilai ini merupakan dasar pada lebih dari satu tipe kebutuhan yang universal,
yaitu transformasi kebutuhan individual akan dominasi dan kontrol yang diidentifikasi melalui
analisa terhadap motif sosial.
2. Achievement. Tujuan dari tipe nilai ini adalah keberhasilan pribadi dengan menunjukkan
kompetensi sesuai standar sosial.
3. Hedonism. Tipe nilai ini bersumber dari kebutuhan organismik dan kenikmatan yang
diasosiasikan dengan pemuasan kebutuhan tersebut.
4. Stimulation. Tipe nilai ini bersumber dari kebutuhan organismik akan variasi dan rangsangan
untuk menjaga agar aktivitas seseorang tetap pada tingkat yang optimal.
5. Self-direction. Tujuan utama dari tipe nilai ini adalah pikiran dan tindakan yang tidak terikat
(independent), seperti memilih, mencipta, menyelidiki.
6. Universalism. Tipe nilai ini termasuk nilai-nilai kematangan dan tindakan prososial. Tipe nilai
ini mengutamakan penghargaan, toleransi, memahami orang lain, dan perlindungan terhadap
kesejahteraan umat manusia.
7. Benevolence. Tipe nilai ini lebih mendekati definisi sebelumnya tentang konsep prososial.
Bila prososial lebih pada kesejahteraan semua orang pada semua kondisi, tipe nilai
benevolence lebih kepada orang lain yang dekat dari interaksi sehari-hari.
8. Tradition. Kelompok dimana-mana mengembangkan simbol-simbol dan tingkah laku yang
merepresentasikan pengalaman dan nasib mereka bersama.
9. Conformity. Tujuan dari tipe nilai ini adalah pembatasan terhadap tingkah laku, dorongan-
dorongan individu yang dipandang tidak sejalan dengan harapan atau norma sosial.
10. Security. Tujuan motivasional tipe nilai ini adalah mengutamakan keamanan, harmoni, dan
stabilitas masyarakat, hubungan antar manusia, dan diri sendiri.
c. Struktur Hubungan Nilai
Pencapaian nilai yang seiring satu dengan yang lain menghasilkan sistem hubungan antar
nilai sebagai berikut :
1) Tipe nilai power dan achievement, keduanya menekankan pada superioritas sosial dan
harga diri
2) Tipe nilai achievement dan hedonism, keduanya menekankan pada pemuasan yang
terpusat pada diri sendiri
3) Tipe nilai hedonism dan stimulation, keduanya menekankan keinginan untuk memenuhi
kegairahan dalam diri
4) Tipe nilai stimulation dan self-direction, keduanya menekankan minat intrinsik dalam
bidang baru atau menguasai suatu bidang
5) Tipe nilai self-direction dan universalism, keduanya mengekspresikan keyakinan
terhadap keputusan atau penilaian diri dan pengakuan terhadap adanya keragaman
dari hakekat kehidupan.
6) Tipe nilai universalism dan benevolence, keduanya menekankan orientasi
kesejahteraan oranglain dan tidak mengutamakan kepentingan pribadi
7) Tipe nilai benevolence dan conformity, keduanya menekankan tingkah laku normatif
yang menunjang interaksi intim antar pribadi
8) Tipe nilai benevolence dan tradition, keduanya mengutamakan pentingnya arti suatu
kelompok tempat individu berada
9) Tipe nilai conformity dan tradition, keduanya menekankan pentingnya memenuhi
harapan sosial di atas kepentingan diri sendiri
10) Tipe nilai tradition dan security, keduanya menekankan pentingnya aturan-aturan
sosial untuk memberi kepastian dalam hidup
11) Tipe nilai conformity dan security, keduanya menekankan perlindungan terhadap
aturan dan harmoni dalam hubungan sosial
12) Tipe nilai security dan power, keduanya menekankan perlunya mengatasi ancaman
ketidakpastian dengan cara mengontrol hubungan antar manusia dan sumberdaya
yang ada.
Hubungan Nilai Dan Tingkah Laku
Di dalam kehidupan manusia, nilai berperan sebagai standar yang mengarahkan tingkah laku.
Nilai membimbing individu untuk memasuki suatu situasi dan bagaimana individu bertingkah laku
dalam situasi tersebut (Rokeach, 1973; Kahle dalam Homer & Kahle, 1988). Nilai menjadi kriteria
yang dipegang oleh individu dalam memilih dan memutuskan sesuatu (Williams dalam Homer &
Kahle, 1988). Danandjaja (1985) mengemukakan bahwa nilai memberi arah pada sikap,
keyakinan dan tingkah laku seseorang, serta memberi pedoman untuk memilih tingkah laku yang
diinginkan pada setiap individu. Karenanya nilai berpengaruh pada tingkah laku sebagai dampak
dari pembentukan sikap dan keyakinan,
sehingga dapat dikatakan bahwa nilai merupakan faktor penentu dalam berbagai tingkah laku
sosial (Rokeach, 1973; Danandjaja, 1985).
d. Fungsi Nilai
Fungsi utama dari nilai dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Nilai sebagai standar (Rokeach, 1973; Schwartz, 1992, 1994), fungsinya ialah:
• Membimbing individu dalam mengambil posisi tertentu dalam social issues
tertentu (Feather, 1994).
• Mempengaruhi individu untuk lebih menyukai ideologi politik tertentu
dibanding ideologi politik yang lain.
• Mengarahkan cara menampilkan diri pada orang lain.
• Melakukan evaluasi dan membuat keputusan.
• Mengarahkan tampilan tingkah laku membujuk dan mempengaruhi orang lain,
memberitahu individu akan keyakinan, sikap, nilai dan tingkah laku individu lain
yang berbeda, yang bisa diprotes dan dibantah, bisa dipengaruhi dan diubah.
2) Sistim nilai sebagai rencana umum dalam memecahkan konflik dan pengambilan keputusan
(Feather, 1995; Rokeach, 1973; Schwartz, 1992, 1994).
3) Fungsimotivasional. Fungsi langsung dari nilai adalah mengarahkan tingkah laku individu
dalam situasi sehari-hari, sedangkan fungsi tidak langsungnya adalah untuk
mengekspresikan kebutuhan dasar sehingga nilai dikatakan memiliki fungsi motivasional.
Nilai Sebagai Keyakinan (Belief)
Dari definisinya, nilai adalah keyakinan (Rokeach, 1973; Schwartz, 1994; Feather, 1994)
sehingga pembahasan nilai sebagai keyakinan perlu untuk memahami keseluruhan teori nilai,
terutama keterkaitannya dengan tingkah laku. Nilai itu sendiri merupakan keyakinan yang
tergolong preskriptif atau proskriptif, yaitu beberapa cara atau akhir tindakan dinilai sebagai
diinginkan atau tidak diinginkan. Hal ini sesuai dengan definisi dari Allport bahwa nilai adalah
suatu keyakinan yang melandasi seseorang untuk bertindak berdasarkan pilihannya (dalam
Rokeach, 1973).

Anda mungkin juga menyukai