2 LP Suhu

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KESEIMBANGAN SUHU


Disusun Untuk Memenuhi Praktik Keperawatan Dasar

DISUSUN OLEH :
Dama Trisa Utami
20101440119028
2A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESDAM IV/DIPONEGORO

SEMARANG

2021
A. ANATOMI FISIOLOGI
Suhu tubuh normal dipertahankan dengan imbangan yang tepat antara
panas yang dihasilkan dan panas yang hilang. Hal ini dikendalikan oleh
pusat pengatur panas di hipotalamus yang sangat peka terhadap suhu
darah. Panas dihasilkan oleh aktivitas metabolik dalam otot tulang, dan
hati. Glikogen diubah menjadi glukosa yang dapat dioksidasikan. Untuk
mempertahankan produksi panas yang normal diperlukan jumlah bahan
bakar yang tepat. Panas berlebihan biasanya disebabkan oleh kombinasi
suhu luar, kegiatan fisik, dan keringat. Kehilangan panas disebabkan
terutama panas hilang karena penguapan air dari paru dan organ ekskresi.
1. Pengaturan Suhu Tubuh
Pusat termoregulator hipotalamus merupakan sekelompok saraf pada
area preoptik dan hipotalamus posterior yang berfungsi sebagai
termostat. Termostat hipotalamus memiliki semacam titik kontrol yang
disesuaikan untuk mempertahankan suhu tubuh:
a. Termoreseptor perifer, terletak di dalam kulit, mendeteksi
perubahan suhu kulit dan membran mukosa tertentu serta
mentransmisi informasi tersebut ke hipotalamus.
b. Termoreseptor sentral, terletak di antara hipotalamus anterior,
medula spinalis, organ abdomen dan struktur internal lainnya, juga
mendeteksi perubahan suhu darah. Sangat sukar untuk menetapkan
secara tepat suhu bagian man dari tubuh yang dapat disebut sebagai
suhu tubuh.
Berdasarkan kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh,
khususnya organ bagian dalam, terhadap perubahan suhu lingkungan
dilakukan penggolongan paikilotermik (suhu tubuh berbeda dengan
suhu lingkungan) dan homoiotermik (suhu tubuh sama dengan dengan
suhu lingkungan). Pada golongan poikilotermik (antara lain binatang
amfibi), suhu tubuh sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Dengan
demikian kisaran suhu normal pada golongan ini sangat bergantung
pada suhu lingkungannya. Pada golongan homoiotermik, suhu
tubuhnya hanya sedikit dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Meskipun
demikian dalam kisaran yang sangat terbatas, suhu normal golongan
ini dapat pula dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Pada manusia untuk
mendapatkan gambaran suhu tubuh dilakukan pengukuran yang dapat
dipilih:
a. Suhu ketiak. Pengukuran suhu ketiak dilakukan dengan cara
meletakkan termometer di ketiak selama minimal 5 menit, lengan
atas didekapkan erat-erat ke badan, jangan lupa ketiak harus
dikeringkan terlebih dahulu. Suhu ketiak biasanya 0,2-0,4°
Clebih rendah dari suhu mulut dan 0,59– 1°C di bawah suhu
rektum.
b. Suhu mulut. Pengukuran suhu mulut dilakukan dengan cara
meletakkan termometert merokok mudah memengaruhi suhu
mulut sehingga dapat menge coh hasil pengukuran suhu tubuh.
Suhu mulut bisanya 0,3°-0,5 C di bawah suhu rektum.
c. Suhu rektum. Pengukuran suhu rektum dilakukan dengan cara
memasukkan termometer sedalam 5-6 cm, sehingga yang diukur
benar benar suhu di dalam rektum. Suhu rektum lebih
dapaukuran suhu dibandingkan suhu ketiak dan suhu mulut,
namun deni kian suhu rektum jarang dilakukan karena dianggap
kurang etis.
Dari hal-hal tersebut di atas dapat dimengerti bahwa suhu tubuh
normal bukan merupakan nilai yang pasti di satu angka.
Faktor yang dapat mempengaruhi suhu tubuh :
a. Variasi di luar. Kegiatan tubuh sepanjang hari dapat bervariasi.
Penggunaan energi dalam metabolisme selalu timbul panas.
Kegiatan otot (organ yang paling banyak pada tubuh manusia)
banyak menimbulkan panas, sistem saraf yang lebih berperan pada
waktu kegiatan jasmani meningkat. Biasanya pada siang hari suhu
tubuh lebih tinggi daripada malam hari.
b. Umur. Pada bayi yang baru lahir, suhu tubuh masih belum mantap.
Dalam masa ini suhu tubuhnya masih mudah dipengaruhi oleh suhu
lingkungan. Pada dewasa muda, suhu tubuh telah mantap,
sedangkan pada usia lanjut suhu tubuhnya akan lebih rendah
sehubungan dengan laju metabolisme pada golongan umur.
c. Jenis kelamin. Sesuai dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh
pria lebih tinggi daripada wanita. Di samping itu suhu wanita juga
dipengaruhi oleh siklus menstruasi. Pada waktu terjadi ovulasi suhu
menurun 0,2° C sedangkan setelah haid suhu tubuh naik 0,1-0,6° C.
dipercaya sebagai ukuran suhu dibandingkan suhu ketiak dan suhu
mulut, namun deni kian suhu rektum jarang dilakukan karena
dianggap kurang etis.
d. Gizi. Pada keadaan kurang gizi atau puasa, suhu tubuh lebih
rendah.
e. Kerja jasmani. Sesudah kerja jasmani (olahraga) suhu tubuh akan
naik Hasil salah satu penelitian menunjukkan suhu rektum naik
sampai 41° C setelah lari maraton.
f. Lingkungan. Suhu lingkungan yang tinggi akan meningkatkan suhu
tubuh yang terdapat dalam tubuh, serta akibatnya pada laju
metabolisme. Udara lingkungan yang lembap, yang menyebabkan
hambatan pada penguapan keringat akan meningkatkan suhu tubuh.
Dari uraian di atas terlihat bahwa suhu tubuh merupakan
pencerminan panas tubuh yang merupakan imbangan antara
pembentukan panas dan pengeluaran panas
2. Pembentukan Dan Pengeluaran Panas
Pembentukan panas dalam tubuh sangat bergantung pada laju
metabolisme yang ditentukan oleh kegiatan proses kimia yang
berlangsung pada jaringan. Oleh sebab itu pembentukan panas sering
dinyatakan sebagai pengendalian suhu tubuh secara kimia
Faktor yang memengaruhi pembentukan panas:
a. Jumlah makanan yang dimakan memenuhi syarat.
b. Bahan makanan mengandung banyak kalori
c. Tonus otot
d. Kontraksi otot. Kontraksi yang banyak dapat membentuk panas.
e. Laju metabolisme yang memenuhi syarat.
Biasanya suhu lingkungan lebih rendah dari suhu tubuh manusia.
Dengan demikian panas tubuh akan keluar atau pindah dari tubuh ke
benda lain (padat, cair, gas) yang terdapat di sekitar tubuh. Pada
keadaan tertentu tidak jarang suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu
tubuh. Dalam hal ini justru tubuh mendapat panas dari lingkungan.
Pengeluaran panas bergantung pada:
a. Luas permukaan badan.
b. Beda suhu tubuh dengan suhu lingkungan
c. Kelembapan udara.
Pengeluaran panas dari tubuh ke lingkungan atau sebaliknya
berlangsung melalui proses fisika. Oleh sebab itu pengeluaran panas
sering dinyatakan sebagai pengendalian suhu tubuh secara fisika.
Pengeluaran panas berlangsung melalu proses:
a. Konduksi Perpindahan panas dari satu molekul ke molekul lain
dalam bentuk padat, cair, atau gas. Logam merupakan konduktor
yang cukup baik sedangkan udara merupakan konduktor yang
buruk.
b. Konveksi. Perpindahan panas melalui benda cair atau gas yang
mengalir makin cepat aliran makin besar proses konveksi.
c. Apabila menyentuh permukaan suatu benda.
d. Evaporasi. Panas hilang melalui penguapan yang biasanya
merupakan proses penguapan keringat. Evaporasi 1 liter keringat
menyebabkan keluarnya panas sebesar 580 kalori. Di samping
penguapan keringat dalam proses evaporasi ini juga terdapat
pengeluaran panas melalui insensible (kehilangan) perspiration
(keringat). Faktor yang paling penting dalam penentuan besar
proses evaporasi ialah kelembapan udara.
3. Pengaruh suhu lingkungan
Suhu lingkungan yang tinggi akan meningkatkan suhu tubuh,
yang akan menaikkan proses kimia dalam tubuh Peningkatan reaksi
kimia dalam tubuh ini akan meningkatkan pembentukan panas.
Selanjutnya pembentukan panas yang meningkat akan meningkatkan
suhu tubuh. Seterusnya ketiga proses tersebut akhirnya menyebabkan
suhu tubuh sangat tinggi yang dapat menyebabkan kematian (heat
stroke).
Suhu lingkungan yang rendah merupakan perangsang kuat
untuk produksi panas. Pada suhu udara di bawah 20° C tubuh tanpa
pakaian akan kehilangan panas dengan cepat. Dalam batas suhu 280-
31° C tubuh pria dengan mudah dapat mempertahankan keseimbangan
antara pengeluaran panas dan pembentukan panas tubuh. Tidak ada
pengelaran keringat maupun proses menggigil, terasa nyaman. Batas
suhu ini disebut comfort zone. Untuk wanita daerah nyaman tersebut
sedikit lebih luas yaitu 27°-33°C.
Kenaikan suhu tubuh akan menaikkan laju metabolisme di atas
laju basal. Selama demam laju basal akan meningkat sebanyak 13–
14% untuk setiap kenaikan suhu tubuh 1°C. Kebalikan suhu tubuh
akan mempercepat reaksi kimia tubuh. Oleh karena itu harus
diperhatikan bahwa pada pemeriksaan metabolisme suhu kamar (suhu
lingkungan), suhu tubuh yang diperiksa harus dicatat.
Berbagai hormon yang memengaruhi metabolisme energi yang
terpenting adalah epinefrin, norepinefrin dan tiroksin. Pengeluaran
maksimal kateko lamin dapat meningkatkan laju metabolisme 30-
80%. Tiroksin memengaruhi oksidasi seluler pada hipotiroid basal
metabolism rate (BMR) 25-40% lebih kecil dari normal pada
hipertiroid 40-60% di atas normal. (Syarifuddin, 2011)
B. PENGERTIAN
Suhu yang dimaksud adalah panas atau suatu substansi. Suhu tubuh
adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh
dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Suhu tubuh
mencerminkan keseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas dari
tubuh, yang diukur dalam unit panas yang disebut derajat.
Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia
mengenai keseimbangan produksi oanas dan kehilangan panas sehingga
subu tubuh dapat dipertahankan secara konsisten.
Keseimbangan suhu tubuh di regulasi oleh mekanisme fisiologis
dan prilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan
normal, hubungan antara produksi panas dan pengeluaran panas harus
dipertahankan. Hubungan diregulasi melalui mekanisme neurologis dan
kardiovaskuler. Perawat menerapkan pengetahuan mekanisme control
suhu untuk meningkatkan regulasi suhu.
Suhu adalah keadaan panas dan dingin yang diukur dengan
menggunakan termometer. Di dalam tubuh terdapat 2 macam suhu, yaitu
suhu inti dan suhu kulit. Suhu inti adalah suhu dari tubuh bagian dalam
dan besarnya selalu dipertahankan konstan dari hari ke hari, kecuali bila
seseorang mengalami demam. Sedangkan suhu kulit berbeda dengan suhu
inti, dapat naik dan turun sesuai dengan suhu lingkungan. Bila dibentuk
panas yang berlebihan di dalam tubuh, suhu kulit akan meningkat.
Sebaliknya, apabila tubuh mengalami kehilangan panas yang besar maka
suhu kulit akan menurun (Guyton & Hall, 2012).
Nilai suhu tubuh juga ditentukan oleh lokasi pengukuran,
pengukuran suhu bertujuan memperoleh nilai suhu jaringan dalam tubuh.
Lokasi pengukuran untuk suhu inti yaitu rektum, membran timpani, arteri
temporalis, arteri pulmonalis, esophagus dan kandung kemih. Lokasi
pengukuran suhu permukaan yaitu kulit, oral dan aksila (Potter & Perry,
2009).
Suhu tubuh yang normal adalah 35,8°C – 37,5°C. Pada pagi hari
suhu akan mendekati 35,5°C, sedangkan pada malam hari mendekati
37,7°C. Pengukuran suhu di rektum juga akan lebih tinggi 0,5°-l°C,
dibandingkan suhu mulut dan suhu mulut 0,5°C lebih tinggi dibandingkan
suhu aksila (Sherwood, 2014).

C. TANDA-TANDA KEBUTUHAN TERPENUHI


Tanda- tanda jika kebutuhan terpenuhi
1. Menggigil, kulit merah dan kejang menurun
2. Piloereksi, kutis memorata ( biru karena dingin) dan pucat menurun
3. Takikardi, takipnea(nafas cepat), brandikardi (jantng lambat), dan
hipoksia (kurang O2) menurun
4. Suhu tubuh dan kulit membaik
5. Tekanan darah membaik (SLKI, 2018)

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


1. Usia
Suhu tubuh pada bayi dapat berespon secara drastic terhadap
perubahan suhu lingkungan. Bayi baru lahir mengeluarkan lebih dari
30% panas tubuhnnya melalui kepala oleh karena itu perlu
menggunakan penutup kepala untuk mencegah pengeluaran panas.
Regulasi suhu tidak stabil sampai pubertas. Rentang suhu normal turun
secara berangsur sampai seseorang mendekati masa lansia. Lansia
mempunyai rentang suhu tubuh lebih sempit daripada deawasa awal.
Suhu oral 35°C tidak lazim pada lansia dalam cuaca dingin. Namun
rentang suhu tubuh pada lansia sekitar 36°C. Lansia terutama sensitive
terhadap suhu yang ekstrem karena kemunduran mekanisme control,
terutama pada control vasomotor (control vasokonstriksi dan
vasodilatasi), penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas
kelenjar keringat dan penurunan metabolism.
2. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam
pemecahan karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan
metabolism dan produksi panas. Segala jenis olahraga dapat
meningkatkan produksi panas akibatnya meningkatkan suhu tubuh.
Olahraga berat yang lama, seperti lari jarak jauh, dapat meingkatkan
suhu tubuh untuk sementara sampai 41°C
3. Kadar hormone
Secara umum, wanita mengalami flukuasi suhu tubuh yang lebih
besar dibandingkan pria. Variasa hormonal selama siklus menstruasi
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Kadar progesterone meningkat dan
menurun secara bertahap selama siklus menstruasi. Bila kadar
progesterone rendah, suhu tubuh beberapa derajat dibawah kadar batas.
Suhu tubuh yang rendah berlangsung sampai terjadi ovulasi.
Perubahan suhu juga terjadi pada wanita menopause. Wanita yang
sudah berhenti menstruasi dapat mengalami periode panas tubuh dan
berkeringat banyak, 30 detik sampai 5 menit. Hal tersebut karena
control vasomotor yang tidak stabil dalam melakukan vasodilatasi dan
vasokontriksi
4. Irama sirkardian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5° sampai 1°C selama periode
24 jam. Bagaimana pun suhu merupakan irama stabol pada manusia.
Suhu tubuh paling rendah biasanya antara pukul 1:00 dan 4:00 dini
hari.sepanjang hari suhu tubuh naik, sampai sekitar pukul 18:00 dan
kemudian turun seperti pada dini hari. Penting diketahui, pola suhu
tidak secara otomatis pada orang yang bekerja pada malam hari dan
tidur di siang hari. Perlu waktu 1-3 minggu untuk perputaran itu
berubah. Secara umum, irama suhu sirkardian tidak berubah sesuai
usia. Penelitian menunjukkan, puncak suhu tubuh adalah dini hari pada
lansia
5. Stress
Stress fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi
hormonal dan persyarafan. Perubahan fisiologis tersebut meningkatkan
panas. Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik
dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal.
6. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu tubuh dikaji
dalam ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu
meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme pengeluaran-panas dan
suhu tubuh akan naik. Saat berada dilingkungan tanpa baju hangat,
suhu tubuh mungkin rendah karena penyebaran yang efektif dan
pengeluaran panas yang kondusif. Bayi dan lansia paling sering
dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekanisme suhu mereka
kurang efisien.

E. GANGGUAN KEBUTUHAN YANG TERJADI


Gangguan pengaturan suhu tubuh :
1. Pireksia dan Hiperpireksia
Pireksia (suhu 37,6-40˚C) dan hiperpireksia (>40˚C) merupakan
kondisi utuhnya mekanisme termoregulasi tetapi suhu tubuh
dipertahankan pada angka yang tinggi. Infeksi adalah penyebab utama
pireksia. Penyebab pireksia yang lain adalah dehidrasi, obat-obatan
tertentu, keganasan, pembedahan, trauma berat, infark miokardium
akut, reaksi tranfusi darah, gagal jantung, dan hiperteroid.
2. Hipertermia
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh inti akibat kehilangan
mekanisme termoregulasi. Terdapat disfungsi hipotalamus. Kondisi ini
disebabkan oleh masalah system saraf pusat (SSP) dan tidak berespon
terhadap terapi antipiretik. Metabolisme serebri meningkat sehingga
otak memiliki kesulitan besar dalam mengatasi peningkatan produksi
karbon dioksida. Terjadi vasodilatasi serebri dan dapat meningkatkan
tekanan intrakarnial sehingga membahayakan pasien yang mengalami
gangguan neurologis. Suhu 41-43˚C menyebabkan kerusakan saraf,
koagulasi, dan konvulsi. Jika keadaan berbahaya ini tidak dibalikan
melalui upaya pendinginan yang efektif, individu menderita kerusakan
otak permanen dan kematian.Kondisi yang menyertai hipertermia
terdiri dari heatcramps (kram akibat terpajan suhu panas), heat
exhaustion (kelelahan akibat terpajan suhu panas) heat stroke
(kenaikan suhu tubuh tanpa keluar keringat), hipertermia maligna, dan
hipertermia maligna antipsikotik (neuroleptik).
3. Hipotermia
Hipotermia adalah suhu inti yang kurang dari 35˚C. Hampir semua
proses metabolisme dapat dipengaruhi oleh hipotermia. Derajat
hipotermia diklasifikasikan sebagai ringan (suhu tubuh 32-35˚C),
sedang (28-31,5˚C), berat (20-27˚C), dan sangat berat (<20˚C).
Hipotermia dapat bersifat insidental atau terpeutik. Individu berusia
ekstrem dan mereka yang terpajan kondisi lingkungan yang buruk,
rentan mengalapmi hipotermia insidental. Kematian biasanya terjadi
jika suhu inti turun dibawah 25˚ C. hipotermia terapeutik dapat dipicu,
akibat kurang hati-hati atau pasca anestesia.d. Frosbite Frostbite adalah
cedera lokal akibat suhu dingin pada permukaan tubuh, dan bukan
pada intinya (seperti pada hipotermia). Frostbite terjadi akibat
pemajanan suhu dibawah beku. Jari, tangan, kaki, jari kaki, dan wajah,
terutama hidung, telinga dan pipi, paling beresiko mengalami frostbite.
F. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Identitas pasien ( Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama,
Pendidikan, Pekerjaan, Goldar, Alamat)
b. Identitas penanggung jawab ( Nama, Umur, Jenis Kelamin,
Agama, Pekerjaan, Alamat, Hubungan dengan klien)

2. KELUHAN UTAMA
a. Keluhan utama (alasan dirawat di rumah sakit)
b. Riwayat kesehatan sekarang
kaji status kesehatan pasien saat dilakukannya pengkajian.
1) Faktor yang melatarbelakangi/mendahului/mempengaruhi
keluhan
2) Sifat terjadinya gejala (mendadak, perlahan, terus menerus /
serangan, hilang timbul atau berhubungan dengan waktu)
3) Lokasi gejala dan sifatnya (menjalar, menyebar, berpindah
atau menetap).
4) Berat ringannya keluhan dan perkembangannya apakah
menetap atau cenderung bertambah/berkurang.
5) Lamanya keluhan berlangsung atau mulai kapan dirasakan.
6) Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan.
7) Pengobatan/ perawatan yang telah diperoleh hingga
akhirnya meminta bantuan ke RS
c. Riwayat kesehatan dahulu (perawatan di rs terakhir)
riwayat kesehatan dahulu terutama yang berkaitan dengan
gangguan keseimbangan suhu. Ataupun riwayat dirawat di
rumah sakit atau pembedahan
d. Riwayat kesehatan keluarga
mengkaji riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui apakah
ada penyakit menular dan keturunan di keluarga pasien
3. POLA FUNGSI KESEHATAN
a. Pola Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan
Menjelaskan tentang pola yang dipahami klien tentang
kesehatan dan bagaimana kesehatan dikelola. kaji persepsi
pasien terhadap penyakitnya, dan penggunaan tembakau,
alkohol,alergi, dan obat-obatan yang dikonsumsi secara bebas
atau resep dokter
b. Pola nutrisi/metabolism
Keluhan dalam makan dan minum (seperti mual muntah,
kemampuan mengunyah menelan, dan pola minum)
c. Pola eliminasi
Kaji kebiasaan defekasi dan/atau berkemih serta masalah yang
dialami. Ada atautidaknya konstipasi, diare, inkontinensia,
retensi, dan gangguan lainnya. Kaji penggunaan alat bantu.
d. Pola aktivitas/ olahraga
Pola aktivitas terkait dengan ketidakmampuan pasien yang
disebabkan oleh kondisi kesehatan tertentu atau penggunaan
alat bantu yang mempengaruhi keseimbangan suhu pasien.
e. Pola istirahat tidur
Kebiasaan tidur pasien dan masalah yang dialami
f. Pola kognitif dan perseptif
Kaji status mental pasien, kemampuan bicara, ansietas,
ketidaknyamanan, pendengaran dan penglihatan.
g. Pola peran hubungan
Kaji pekerjaan pasien, sistem pendukung, ada/tidaknya masalah
keluarga berkenaandengan masalah di rumah sakit.
h. Pola seksualitas/ reproduksi
Kaji adanya masalah seksualitas pasien.
i. Pola koping dan toleransi stress
Keadaan emosi pasien, hal yang dilakukan jika ada masalah,
dan penggunaan obatuntuk menghilangkan stres.
j. Pola keyakinan-nilai
Agama yang dianut pasien dan pengaruhnya terhadap
kehidupan.
4. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Keadaan secara umm yang tampak pada fisik klien
2. Pemeriksaan TTV
TD,Nadi, Suhu, RR, TB, BB
3. Body System
a. Pemeriksaan Wajah (Mata, Hidung, Mulut, Telinga)
b. Pemeriksaan Kepala dan leher
c. Pemeriksaan thoraks
 Pemeriksaaan paru (Inspeksi, Palpasi, Perkusi,
Askultasi)
 Pemeriksaan jantung (Inspeksi, Palpasi, Perkusi,
Askultasi)
d. Pemeriksaan abdomen (Inspeksi, Askultasi, Palpasi,
Perkusi)
e. Pemeriksaan genetalia dan rectal
f. Pemeriksaan kulit
g. Terapi
Terapi yang diberikan baik oral maupun parenteral yang
diberikan dalam keseimbangan suhu

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia (D.0130)
Definisi : suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh.
Penyebab :
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (mis. Infeksi, Kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolisme
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan inkubator
 Tanda dan gejala mayor hipertermia
Subjektif (tidak tersedia)
Objektif (Suhu tubuh diatas nilai normal)
 Tanda dan gejala minor hipertermia
Subjektif (tidak tersedia)
Objektif (Kulit merah. Kejang, Takikardi, Takipneu,
Kulit terasa hangat )
2. Hipotermia (D.0131)
Definisi: suhu tubuh di bawah rentang suhu tubuh normal
Peyebab :
1) Kerusakan hipotalamus
2) Konsumsi alcohol
3) Berat badan ekstrem
4) Kekurangan lemak subcutan
5) Terpapar suhu lingkungan rendah
6) Malnutrisi
7) Pemakaian pakaian tipis
8) Penurunan laju metabolism
9) Tidak beraktivitas
10) Transfer panas (mis.konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi)
11) Trauma
12) Proses penuaan
13) Efek agen farmakologis
14) Kurang terpapar informasi tentang pencegahan hipotermia
 Gejala dan tanda mayor (Suhu tubuh diatas nilai
normal, Menggigil, Kulit teraba dingin)
 Gejala dan tanda minor (Akrosianosis, Bradikardia,
Dasar kuku sianotik, Hipoglikemia, Hipoksia,
Pengisian kapiler > 3 detik.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Haasil Intervensi


yang mungkin muncul
Hipertermia (D.0130) Setelah diberikan asuhan Manajemen Hipertermia (I.15506)
keperawatan 3x24 jam Observasi:
Termoregulasi (L.14134) - Identifikasi penyebab hipertermia
membaik dengan kriteria (mis. Dehidrasi, terpapar
hasil : lingkungan panas, penggunaan
- Menggigil menurun incubator)
- Kulit merah menurun - Monitor suhu tubuh
- Kejang menurun - Monitor kadar elektrolit
- Akrosianosis menurun - Monitor haluaran urine
- Konsumsi oksigen - Komplikasi akibat hipertermia
menurun Terapeutik:
- Piloereksi menurun - Sediakan lingkungan yang dingin
- Vasokonstriksi perifer - Longgarkan atau lepaskan pakaian
menurun - Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Kutis memorata - Berikan cairan oral
menurun - Ganti linen setiap hari atau lebih
- Pucat menurun sering jika mengalami
- Tachikardi menurun hiperhidrosis (keringat berlebih)
- Takipnea menurun - Lakukan pendinginan eksternal
- Bradikardia menurun (mis. Selimut hipotermia atau
- Dasar kuku sianotik kompres dingin pada dahi, leher,
menurun dada, abdomen, akxila)
- Hipoksia menurun - Berikan oksigen, jika perlu
- Suhu tubuh membaik Edukasi :
- Suhu kulit membaik - Anjurkan tirah baring
- Kadar glukosa darah Kolaborasi :
membaik - Kolaborasi pemberian cairan dan
- Pengisian kapiler elektrolit intravena, jika perlu
membaik
- Ventilasi membaik Edukasi Termoregulasi (I.12457)
- Tekanan darah membaik Observasi:
- Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
Terapeutik:
- Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi:
- Ajarkan kompres hangat jika
demam
- Ajarkan cara pengukuran suhu
- Anjurkan penggunaan pakaian
yang dapat menyerap keringat
- Anjurkan tetap memandikan
pasien, jika memungkinkan
- Anjurkan pemberian antipiretik,
sesuai indikasi
- Anjurkan menciptakan lingkungan
yang nyaman
- Anjurkan memperbanyak minum
- Anjurkan penggunaan pakaian
yang longgar
- Anjurkan minum analgesic jika
merasa pusing, sesuai indikasi
- Anjurkan melakukan pemeriksaaan
darah jika demam> 3 hari
Intervensi Pendukung:
- Edukasi dehidrasi
- Edukasi pengukuran suhu tubuh
- Edukasi terapi cairan
- Edukasi termoregulasi
- Kompres dingin
- Manajemen cairan
Hipotermia (D.0131) Setelah diberikan asuhan Manajemen Hipotermia (I.14507)
keperawatan 3x24 jam Observasi:
Termoregulasi (L.14134) - Monitor suhu tubuh
membaik dengan kriteria - Identifiksi penyebab hipotermia
hasil : (mis. terpapar suhu lingkungan
- Menggigil menurun rendah, pakaian tipis, kerusakan
- Kulit merah menurun hipotalamus, penurunan laju
- Kejang menurun metabolism, kekurangan lemak
- Akrosianosis menurun subcutan)
- Konsumsi oksigen - Monitor tanda dan gejala akibat
menurun hipotermia ( hipotermia ringan :
- Piloereksi menurun takipnea, disartria,
- Vasokonstriksi perifer menggigil,hipertensi,diuresis.
menurun Hipotermia sedang : aritmia,
- Kutis memorata hipotensi,apatis, koagulopati,
menurun reflex menurun. Hipotermia berat:
- Pucat menurun oliguria, reflex menghilang, edema
- Tachikardi menurun paru, asam basa abnormal)
- Takipnea menurun Terapeutik:
- Bradikardia menurun - Sediakan lingkungan yang hangat
- Dasar kuku sianotik (mis. atur suhu ruangan,
menurun incubator )
- Hipoksia menurun - Ganti pakaian dan/atau linen yang
- Suhu tubuh membaik basah
- Suhu kulit membaik - Lakukan penghangatan pasif ( mis.
- Kadar glukosa darah selimut, tutup kepala, pakaian
membaik tebal)
- Pengisian kapiler - Lakukan penghangatan aktif
membaik eksternal ( mis. kompres hangat,
- Ventilasi membaik botol hangat, selimut hangat,
- Tekanan darah membaik perawatan metode kanguru)
- Lakukan penghangatan aktif
internal (mis. infus cairan hangat,
oksigen hangat, lavase peritoneal
dengan cairan hangat)
Edukasi :
- Anjurkan makan minum hangat
Terapi Paparan Panas (I.14586)
Observasi:
- Identifikasi kontraindikasi
penggunaan terapi (mis.penurunan
atau tidak adanya sensasi,
penurunan sensasi)
- Monitor suhu alat terapi
- Monitor kondisi kulit selama terapi
- Monitor kondisi umum,
kenyamanan dan keamanan selama
terapi
- Monitor respon pasien terhadap
terapi
Terapeutik:
- Pilih metode stimulasi yang
nyaman dan mudah didapatkan
(mis.botol air panas, bantal panas
listrik, lilin paraffin, lampu)
- Pilih lokasi stimulasi yang sesuai
- Bungkus alat terapi dengan
menggunakan kain
- Gunakan kain lembab disekitar
area terapi
- Tentukan durasi terapi sesuai
dengan respon pasien
- Hindari melakukan terapi pada
daerah yang mendapatkan terapi
radiasi
Edukasi:
- Ajarkan cara mencegah kerusakan
jaringan
- Ajarkan cara menyesuaikan suhu
secara mandiri
Intervensi Pendukung:
- Edukasi pengukuran suhu tubuh
- Edukasi program pengobatan
- Edukasi terapi cairan
- Kompres panas
- Manajemen cairan
- Manajemen lingkungan
- Manajemen nutrisi
- Pemantauan cairan
- Pemantauan nutrisi
PATHWAY
DAFTAR PUSTAKA

Arthur C, Guyton, John E. Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12 Jakarta : EGC.

Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid III ed V. Jakarta: Internal
Publishing.

Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika.

Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Syarifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk Keperawatan


Kebidanan, Ed. 4. Jakarta: EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),  Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),  Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),  Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai