NIM : H2A018144
Ny. Maria, seorang buruh pabrik memiliki 3 orang anak, 1 laki laki dan 2 perempuan. Ny.
Maria dan suaminya merasa aneh dengan fisik anak perempuan bungsunya yang bernama
Rosalinda, lalu membawanya ke klinik dokter umum di RS. Rosalinda, seorang perempuan usia
15 tahun, sampai saat ini belum pernah haid dan payudara tidak tumbuh. Rambut
kemaluan dan rambut ketiak tidak tumbuh seperti teman sebayanya. Selain itu Rosalinda
merasa minder karena sering diejek “boncel” oleh teman-temannya karena bertubuh pendek dan
berleher pendek. Belum lagi masalah kesulitan belajar yang menjadikan Rosalinda sering
tinggal kelas. Selain itu, telinga Rosalinda sering mengeluarkan cairan sehingga agak
terganggu pendengarannya. Rosalinda juga sering sesak nafas jika kelelahan dan
melakukan aktivitas fisik yang berlebihan. Rosalinda lahir ketika Ny. Maria berusia 45 tahun
dan suaminya berusia 50 tahun. Dokter melakukan pemeriksaan fisik didapatkan TB: 130 cm,
bentuk dada bidang dengan jarak yang lebar antara kedua puting susu. Tanda kelamin sekunder
seperti payudara dan rambut pubis pada klasifikasi Tanner termasuk stadium 1, rambut
ketiak tidak tumbuh. Status ginekologi: labia mayora dalam batas normal, labia minor dalam
batas normal, hymen intak, klitoris dalam batas normal, sondage vagina 6 cm. Colok vagina
tidak dilakukan. Colok dubur tonus spingter ani normal, mukosa ani licin, korpus uteri kesan
hipoplasia, parametrium kanan dan kiri massa tidak ada, nyeri tidak ada. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan hormon : kadar estrogen rendah, FSH dan LH tinggi. Kemudian dokter
menyarankan pemeriksaan USG dan pemeriksaan karyotyping untuk memastikan
diagnosis pasien.
STEP 1 KLARIFIKASI ISTILAH
1. Tanner : cara untuk mengukur perkembangan fisik anak menjadi remaja dan
kemudian orang dewasa.
2. Hipoplasia : masalah kesehatan akibat kurangnya pertumbuhan sel dalam organ atau
jaringan
3. Pemeriksaan analisa kromosom atau yang dikenal dengan karyotiping untuk mengetahui
jumlah, struktur dan morfologi kromosom
4. Estrogen : hormon penting dalam fungsi tubuh pria maupun wanita, terutama dalam
sistem reproduksi.
Gejala yang paling sering menyertai penderita ASD adalah sesak nafas
dan rasa lelah yang cepat timbul setelah aktivitas fisik. Sesak nafas dapat terjadi
pasa aktivitas biasa disertai dengan berdebar-debar (takiartimia). Tanda-tanda
sianosis sentral (seperti kebiruan di kuku dan sekitar bibir) biasanya kurang
ditemukan kecuali defek terjadi dalam intensitas yang besar (suatu kondisi yang
jarang dapat disebabkan oleh bukaan yang sangat lebar akibat ketiadaan septum
interatrial, disebut dengan istilah cor trilokulare biventrikulare1 dan sering
disertai defek fatal lain di daerah jantung). Semakin tua usia seseorang dengan
kelainan ini makin rentan mengalami gagal jantung kongestif (terutama dekade
keempat dan kelima) disertai dengan aritmia. Secara umum, gangguan
pendengaran yang dialami Pasien adalah kelainan pendengaran konginetal.
Gangguan ini terjadi pada telinga bagian tengah saat embriogenesis. Gangguan
ini juga menyebabkan peluang terjadinya otitis media lebih besar. Otitis media
akut terjadi ketika cairan dan lendir menumpuk di dalam telinga, sehingga
peradangan dan pembengkakan pun muncul.
1. Pearson, P., Turner Syndrome. Management of Common Genetic Disorders 1998: 16.
http://www.mostgene.org/ad/advol16g.htm
2. Postellon, D., Turner Syndrome. Krantz, I., Konop, R., Saul, R.A., Petri, P.D., Buehler, B.,
ed. eMedicine.com,Inc, 2002 : 1-11
4. IDAI. Sindrom Turner. PANDUAN PRAKTIK KLINIS IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA.
2017.
STEP 7
1. Etiologi dan factor resiko
Etiologi
Factor resiko
2. Patofisiologi
Temuan awal 45, X pada penderita dengan sindrom turner terjadi pada hanya 50%
penderita yang terkena. Sekitar 15% penderita adalah mosaik 45, X dan deretan sel normal (45,
X/46,XX). Mosaik lain dengan isokromosom, 45, X/ 46,X,i (Xq); dengan cincin,
45,X/46,X,r(X); atau fragmen, 45,X/46fra jarang terjadi. Kebanyakan kromosom X tunggal
adalah berasal dari ibu pada 75% penderita 45,X. Mekanisme hilangnya kromosom belum
diketahui, dan risiko terhadap sindrom tidak meningkat sejalan dengan usia ibu. Adalah mungkin
bahwa gen yang terlibat pada fenotip turner adalah gen terkait-X yang lolos inaktivasi. Tampak
ada lokus untuk perawakan Xp distal, yang dekat dengan daerah pseudoautosom. Xp dan Xq
tampak berisi gen untuk fungsi ovarium normal.
3. Epidemiologi
Prevalensi Prenatal sindrom turner jauh lebih tinggi daripada prevalensi postnatal, itulah
sebabnya mortalitas intrauterin meningkat. Frekuensi kejadian pada kelahiran adalah 0.4 per
1.000 ( yaitu 1/4000 kelahiran wanita hidup atau 1/8000 kelahiran hidup). Angka prevalensi
sindrom turner didasarkan pada sejumlah sitogenetika studi dengan perkiraan mulai 25-210 per
100 000 wanita, diperkirakan memberikan proporsi sekitar 50 per 100.000 perempuan dalam
populasi Kaukasia. Diagnosa yang paling sering dibuat saat postnatal sekitar (15%), selama
remaja tahun (26%), dan dewasa (38%), dengan sisanya yang didiagnosis masa kanak-kanak,
oleh karena itu masih ditemukan keterlambatan diagnosis anak perempuan dan remaja
4. Diagnosis dan dd
Diagnosis
dd
5. Tatalaksana
6. Komplikasi dan prognosis
Komplikasi
Prognosis
Prognosis keseluruhan untuk pasien dengan sindrom Turner baik. Terapi hormon
pertumbuhan tidak terlalu menjanjikan untuk dapat tinggi sama seperti orang normal biasanya.
Sindrom Turner bukanlah penyebab keterbelakangan mental. Mereka lebih cenderung untuk
dipekerjakan daripada wanita dewasa lainnya. Harapan hidup sedikit lebih pendek dari rata-rata
tetapi dapat ditingkatkan dengan memperhatikan penyakit kronis terkait, seperti obesitas dan
hipertensi. Hampir semua individu tidak subur, tetapi kehamilan dengan embrio donor adalah
mungkin.