Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KELOMPOK

FREE SEX DIKALANGAN REMAJA


(Jenis Masalah, Deksripsi Masalah, Penyebab Masalah, Dampak Masalah)

Mata kuliah : Metodologi Penelitian


Dosen Pengampu : Albert Pauli Sirait, M.Hum.

Kelompok 3
BK Reguler C 2019

1. Muhammad Akbar (1193151023)


2. Lidya Munawarah Siregar (1193151026)
3. Viviayu Azhar Saragih (1193351030)

A. Jenis Masalah
Free sex adalah masalah pribadi sosial yang saat ini sering terjadi dikalangan remaja.
Seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh laki-laki dan wanita tanpa adanya
ikatan pernikahan. Perilaku seks bebas dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada
remaja, diantaranya: dampak psikologis, fisiologis, sosial, dan fisik serta menyebabkan penyakit
menular seksual pada remaja. Dalam rancangan penelitian ini jenis metode penelitian kualitatif
yang di gunakan adalah studi kasus karena studi ini merupakan kajian mendalam tentang
peristiwa, lingkungan, dan situasi tertentu yang memungkinkan mengungkapkan atau memahami
suatu hal. Serta menggunakan cara Deskriptif yaitu menggambarkan suatu peristiwa dan
pengalaman yang didengar dan dilihat serta dicatat dan seobjektif mungkin mengenai gambaran
diri subjek, seperti : penampilan fisik, cara berpakaian, cara bertindak, dan gaya berbicara.
Penelitian kualitatif berakar pada latar belakang alamiah sebagai suatu keutuhan,
mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, lebih
mementingkan proses dari pada hasil, membatasi seperangkat kriteria untuk memberikan
keabsahan dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak yaitu peneliti dengan
subyek yang diteliti.1 Bentuk penelitian ini akan mampu mengungkapkan berbagi informasi
kualitatif dengan deskriptif yang mampu memberikan gambaran realitas sosial sebagaimana
adanya dan relatif utuh. Adapun ciri-ciri pokok dari metode deskriptif adalah : 1. Memusatkan
perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitiann dilakukan (saat sekarang) atau
masalah-masalah yang aktual. 2. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah-masalah yang
diselidiki sebagimana adanya, diiringi interpretasi rasional.
Dalam penelitian ini peneliti berusaha mendeskripsikan bagaimana Pergaulan Bebas Pada
Anak Usia Remaja.
B. Deskripsi Masalah
Remaja adalah Masa peralihan dari masa kanak-kanak menjelang dewasa. Merupakan
masa yang rawan dan kritis karena perkembangan emosi dan perilaku yang masih belum stabil
(Soetjiningsih, 2004). Pada era globalisasi jaman sekarang ini remaja dihadapkan pada dua hal,
yaitu sisi remaja yang sangat diharapkan sebagai generasi penerus yang bermoral dan
bertanggungjawab, akan tetapi disisi lain remaja dihadapkan pada masalah rawannya pergaulan
akibat dari arus globalisasi itu sendiri dan kemajuan teknologi yang telah membuat remaja saat
ini terjerumus pada pergaulan yang bebas seperti melakukan seks bebas dengan pasangannya
maupun berganti ganti pasangan tanpa mempertimbangkan akibatnya, kurangnya informasi
tentang seksual membuat remaja terjerumus pada seks bebas.
Masalah seksualitas merupakan masalah yang rumit bagi remaja, Karena masa remaja
merupakan masa di mana seseorang dihadapkan pada berbagai tantangan dan msalah baik itu
masalah perkembangan maupun lingkungan. Tantangan dan masalah ini akan berdampak pada
perilaku remaja, khususnya perilaku seksualnya. Kasus mengenai perilaku seks bebas pada
remaja dari waktu ke waktu semakin menghawatirkan.
Perilaku Seks bebas (free sex) sendiri merupakan perilaku yang didorong oleh hasrat
seksual, dimana kebebasan tersebut menjadi lebih bebas jika dibandingkan dengan sistem
regulasi tradisional dan bertentangan dengan sistem norma yang berlaku dalam masyarakat
(Kartono 1992). Pada masa remaja saat ini marak terjadi kasus-kasus perilaku seks bebas yang
mengakibatkan kehamilan diluar nikah, pemerkosaan, merebaknya pelacuran di kalangan remaja,
aborsi, penyakit menular seksual, pelecehan seksual dan penyimpangan-penyimpangan seksual
(Mukti et al dalam Mertia E,Hidayat.T, Yuliadi.I tahun 2011).
Adapun bentuk-bentuk perilaku seks bebas yang bisa dilakukan menurut (Rahardjo dalam
Mertia E,Hidayat.T, Yuliadi.I tahun 2011) ialah (1) Kissing atau perilaku berciuman, mulai dari
ciuman ringan sampai deep kissing, (2) necking atau perilaku mencium daerah sekitar leher
pasangan, (3) petting atau segala bentuk kontak fisik seksual berat tapi tidak termasuk
intercourse, baik itu light petting ( meraba payudarah dan alat kelamin pasangan) atau hard
petting ( menggosokkan alat kelamin sendiri ke alat kelamin pasangan, baik dengan berbusana
dan tanpa berbusana), dan (4) intercourse atau penetrasi alat kelamin pria ke alat kelamin wanita.
Dorongan seksual yang meningkat dan rasa ingin tahu yang besar pada remaja tentang
seksualitas seringkali membawa remaja yang sedang berada pada posisi rentan kepada kasus-
kasus keterlanjutan. Masalah-masalah keterlanjutan akibat seksualitas pada remaja dapat berupa
kehamilan, perilaku seksual remaja yang semakin bebas , dan penularan penyakit seksual.
Tingginya angka kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), apalagi bagi kehamilan
pranikah di kalangan remaja erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah aborsi saat ini. Kasus
aborsi remaja di Indonesia ternyata sangat mencengangkan. Angkanya melaju sangat cepat
bahkan melebihi jumlah aborsi di negara maju sekalipun. Jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap
tahun mencapai 2,3 juta, 30 persen di antaranya dilakukan oleh para remaja. Selain menimbulkan
hal-hal yang berbahaya yang tidak diinginkan karena kasus aborsi, seks bebas juga akan
menyebabkan penyakit menular seksual, seperti sipilis, GO(ghonorhoe), hingga HIV/AIDS, serta
meningkatkan resiko kanker mulut Rahim untuk wanita. Bahkan jika hubungan seksual
dilakukan sebelum usia 17 tahun, resiko terkena penyakit tersebut mencapai empat hingga lima
kali lipat.

C. Penyebab Masalah
Salah satu permasalahan remaja yang berkaitan dengan perkembangan dan kematangan
organ reproduksi adalah ditandai dengan adanya rasa tertarik dengan lawan jenis dan dampak
perkembangan tehnologi (internet) akan sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual individu
remaja tersebut. Free sex, kehamilan diluar nikah dan prostitusi adalah masalah yang dialami
remaja saat ini. Apabila penyimpangan seks terjadi pada usia sekolah maka akan berdampak
pada kelangsungan masa depannya. Pertama, remaja akan mendapatkan sangsi dari sekolah
(dikeluarkan) sehingga drop out tidak bisa melanjutkan pendidikannya yang merupakan bekal
masa depannya dan kedua, lingkungan masyarakat akan memberikan sangsi sosial seperti
mencemooh dan mengucilkannya.Sangsi sosial berlangsung seumur hidup dan merupakan aib
yang tidak akan hilang selamanya. Secara psikologis, remaja akan merasa malu dan apabila tidak
kuat bisa tertekan atau bunuh diri.
Penyebab seks bebas dikalangan remaja adalah faktor lingkungan baik lingkungan
keluarga dan lingkungan pergaulan. Faktor lingkungan keluarga meliputi kasih sayang dan
perhatian dari orang tua, pendidikan agama dalam keluarga, figur keteladanan dari orang tua dan
komunikasi yang harmonis dalam keluarga. Apabila semua didapatkan maka anak akan tumbuh
menjadi pribadi yang sehat tetapi apabila tidak maka anak akan mencari pelarian dan
pelampiasan di luar lingkungan keluarga seperti di jalanan, nongkrong di kafe dan mall. Remaja
tumbuh di lingkungan yang salah sehingga karena tidak adanya kontrol dan pengawasan maka
dengan mudah terjebak dalam perilaku seks bebas.
Selain itu pengaruh perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor penyebab perilaku
seks bebas remaja. Saat ini media sosial menjadi sarana yang paling ampuh dalam merusak
moral dan dimensi kesusilaan remaja. Kekerasan dan seksualitas bebas diakses kapanpun
padahal usia remaja adalah usia yang paling rawan dan “berbahaya” segi psikis. Remaja sangat
mudah menerimain formasi apapun tanpa menyaringnya. Bagi remaja, informasi baru adalah
pengetahuan baru untuk selalu eksis dan remaja tidak perduli itu bertentangan dengan norma
atau tidak sehingga saat ini banyak sekali media sosial yang menampilkan status “vulgar” agar di
sukai atau di “like”. Halin ilah yang memicu pemerkosaan, prostitusi dan perilaku seks bebas.
Banyak sekali kasus karena media sosial, pencabulan, pemerkosaan, bahkan prostitusi
dikalangan remaja.
Menurut Suryoputro, Ford, dan Shaluhiyah (2006), perilaku manusia dibedakan oleh tiga
hal yang saling berhubungan antara faktor personal/individu,faktor lingkungan, dan faktor
perilaku. Menurut Suryoputro,dkk (2006) dalam Darmasih (2009) perilaku seks remaja remaja
dipengaruhi oleh 1) faktor internal: pengetahuan, aspek-aspek kesehatan reproduksi, sikap
terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi, perilaku kerentanan yang dirasakan terhadap
risiko, kesehatan reproduksi, gaya hidup, pengendalian diri, aktivitas soaial, rasa percaya diri,
usia, agama dan status perkawinan. 2) Faktor eksternal: kontak dengan sumber-sumber
informasi, keluarga,sosial-budaya, nilai dan norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku
tertentu. Sedangkan Soetjiningsih, (2006) dalam Darmasih (2009) mengatakan bahwa faktor-
faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku seksual pra nikah pada remaja adalah
hubungan antara orang tua dan remaja, tekanan teman sebaya, religiusitas dan eksposure media
pornografi.

D. Dampak Masalah
Dampak perilaku free sex itu, tak sedikit remaja laki-laki yang mengidap penyakit
kelamin seperti sipilis atau “raja singa”. Bagi perempuan yang melakukannya di bawah umur
umumnya mengalami perasaan trauma hingga depresi. Kehamilan ditimbulkan dari hubungan
seks tersebut berbahaya bagi organ reproduksi perempuan.
Sifilis adalah penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh bakteri spiroseta, dan
treponema pallidum. Penularan penyakit ini, umumnya terjadi melalui kontak seksual; tetapi, ada
beberapa contoh lain seperti kontak langsung dan kongenital sifilis (penularan melalui ibu ke
anak dalam uterus). Gejala dan tanda dari sifilis banyak dan berlainan; sebelum perkembangan
tesserol ogikal, diagnosis sulit dilakukan dan penyakit ini sering disebut “Peniru Besar” karena
sering dikira penyakit lainnya. Bila tidak terawat, sifi lis dapat menyebabkan efek serius seperti
kerusakan sistem saraf, jantung atau otak.
Berdasarkan beberapa literatur yang didapat, ada beberapa dampak perilaku free sex anak
muda terhadap kesehatan reproduksi, antara lain: pertama, kehamilan yang tidak diinginkan
(unwanted pregnancy). Kehamilan yang tidak diingin kan membawa anak muda pada dua pi
lihan, melanjutkan kehamilan atau menggugurkannya. Hamil dan melahirkan dalam usia muda
merupakan salah satu faktor risiko kehamilan yang tidak jarang membawa kematian ibu.
Menurut Wibowo (1994) ter jadinya perdarahan pada trisemester pertama dan ketiga, anemi dan
persalinan kasip merupakan komplikasi yang sering terjadi pada kehamilan anak muda. Selain
itu kehamilan di usia muda juga berdampak pada anak yang dikandung, kejadian berat bayi lahir
rendah (BBLR) dan kematian perinatal sering dialami oleh bayi-bayi yang lahir dari ibu usia
muda.
Dampak lain dari perilaku free sex anak muda terhadap kesehatan reproduksi adalah
tertular PMS termasuk HIV/AIDS. Anak muda seringkali melakukan hubungan seks yang tidak
aman dengan kebiasaan berganti-ganti pasangan dan melakukan anal seks menyebabkan anak
muda semakin rentan untuk tertular penyakit menular seksual seperti sifi lis, gonore, herpes,
klamidia, dan AIDS. Dari data yang ada men unjukkan bahwa diantara penderita atau kasus
HIV/AIDS 53% berusia antara 15-29 tahun.
Dampak Selanjutnya adalah konsekuensi psikologis. Kodrat untuk hamil dan melahirkan
menem patkan anak muda perempuan dalam posisi terpojok yang sangat dilematis. Dalam
pandangan masyarakat, anak muda perempuan yang hamil merupakan aib keluarga yang
melanggar norma-norma sosial dan agama. Penghakiman sosial ini tidak jarang meresap dan
terus ters osialisasi dalam dirinya. Perasaan bingung, cemas, malu, dan bersalah yang dialami pel
ajar setelah mengetahui kehamilannya bercampur dengan perasaan depresi, pesimis terhadap
masa depan yang kadang disertai dengan rasa benci dan marah baik kepada diri sendiri maupun
kepada pasangan, dan kepada nasib yang membuat kondisi sehat secara fi sik, sosial, dan mental
yang berhubungan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi anak muda tidak terpenuhi.
REFERENSI

Lapu, Y. M. “Kenakalan Remaja”. ; 2010. [online] http://sabdaspace.com/kenakalan_remaja.


(diakses pada tanggal 13 September 2021).
Kartono, K. Psikologi Remaja. Bandung: PT. Rosa Karya;2008.
Prasasti, Suci. "Kenakalan remaja dan faktor penyebabnya." Prosiding Seminar Nasional
Bimbingan dan Konseling. Vol. 1. No. 1. 2017.

Kasim, F. (2014). Dampak Perilaku Seks Berisiko terhadap Kesehatan Reproduksi dan Upaya
Penanganannya (Studi tentang Perilaku Seks Berisiko pada Usia Muda di Aceh). Jurnal
Studi Pemuda, 3(1), 39–48.
https://jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda/article/download/32037/19361

Anda mungkin juga menyukai