Anda di halaman 1dari 28

REFERAT

ANTROPOLOGI FORENSIK

Disusun Oleh :

Yunica Pratiwi (1102013318)

Bagas Anindito (1102015044)

Ali Akbar Mecca (1102015016)

Pembimbing:
dr. Slamet Poernomo, Sp.F, DFM

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU FORENSIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. I R. SAID SUKANTO
PERIODE 9 AGUSTUS - 28 AGUSTUS 2021

BAB I

1
PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

— -Ilmu antropologi forensik termasuk ilmu yang relatif baru. Walaupun pada
awal abad ke-19 terdapat pemecahan kasus pembunuhan dengan menggunakan
data pemeriksaan tulang dan bagian – bagian tubuh, namun keterkaitan antara
antropologi dan penyelidikan polisi baru terjadi di tahun 1930-an. Pembunuhan
antar geng pada tahun 1930-an membuat FBI mulai menyelidiki berdasarkan
antropologi fisik.1
—-Perang dunia kedua dan Perang saudara di Korea membantu menyediakan data
dasar mengenai informasi yang akan menjadi dasar identifikasi yang digunakan
oleh antropologis saat ini. Dimulai dari penugasan identifikasi pada tentara yang
mati. Para tentara yang akan bertempur membuat data kesehatan (catatan medis)
sebelum diberangkatkan ke medan pertempuran, meliputi data usia, tinggi badan,
riwayat penyakit terdahulu dan catatan dental, sehingga para penyelidik mampu
untuk menentukan identitas para tentara dan membuat data statistik mengenai
tulang dan tengkorak.1
—-Beberapa tahun terakhir, pemeriksaan antropologi forensik makin berkembang
seiring dengan pemeriksaan kejahatan yang menjadi lebih kompleks. Identifikasi
dari rangka dan sisa tubuh yang membusuk lainnya penting untuk alasan hukum
maupun alasan kemanusiaan. 2
—-Antropologi forensik merupakan aplikasi dari ilmu fisik atau biologi
antropologi dalam proses hukum. Merupakan pemeriksaan pada sisa – sisa rangka
untuk membantu menentukan identitas dari jasad. Pemeriksaan ini dapat
dilakukan sebagai langkah pertama untuk menentukan apakah sisa-sisa tersebut
berasal dari manusia dan selanjutnya dapat menentukan jenis kelamin, perkiraan
usia, bentuk tubuh, dan pertalian ras. Pemeriksaan dapat juga memperkirakan
waktu kematian, penyebab kematian dan riwayat penyakit dahulu atau luka yang
saat hidup menimbulkan jejas pada struktur tulang. 2,3
—-Sebagai contoh, jika rangka ditemukan di hutan, maka rangka akan dibawa ke
laboratorium untuk ditentukan apakah rangka yang tertinggal merupakan rangka

2
manusia, binatang atau material anorganik. Jika manusia, maka akan diperkirakan
umur saat kematian, ras, jenis kelamin dan tinggi dari jasad. Jika rangka
menunjukkan bukti bahwa telah dimakamkan dalam waktu lama atau dengan peti
mati, maka ini biasanya hanya menunjukkan riwayat pemakaman daripada waktu
kematian.2
—-Walaupun tugas utama dari antropologi adalah untuk menentukan identitas
dari jasad, namun pada pengembangannya dapat juga untuk menentukan pendapat
mengenai tipe dan ukuran senjata yang digunakan dan jumlah dari pukulan yang
terdapat pada korban kekerasan. Kebanyakan antropologis memiliki kemampuan
antropologi yang tinggi dan telah memeriksa banyak sisa-sisa dari rangka.
Beberapa di antaranya juga memiliki pengalaman di bidang kepolisian dan medis,
seperti halnya di bidang serologi, toksikologi, senjata api dan identifikasi jejas
akibat alat, investigasi kejadian kejahatan, penanganan bukti kejahatan dan
fotografi. Dan hanya sedikit antropologis yang menangani analisis jejak kaki dan
identifikasi spesies dalam kaitannya dengan perkiraan waktu kematian yang sudah
lewat. Antropologi forensik selalu berhubungan dengan patologi forensik,
odontologi dan investigasi pembunuhan, cara kematian dan atau interval
postmortem. 2
—-Perlu diingat, walaupun sebagian besar rangka manusia dewasa terdiri dari
jumlah tulang yang sama (206), namun tidak ada dua rangka yang sama. Karena
itu observasi dari pola atau rangka yang khas sering menunjukkan identifikasi
pasti. 2
—-

3
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Definisi

Antropologi forensik merupakan bidang ilmu untuk physical


anthropologists yang mengaplikasikan ilmunya dalam bidang biologi, sains dan
budaya dalam proses hukum. Menurut American Board of Forensic
Anthropology, antropologi forensik adalah aplikasi ilmu pengetahuan dari
antropologi fisik untuk proses hukum. Identifikasi dari kerangka atau sediaan lain
dari sisa-sisa jasad (dugaan manusia) yang tidak teridentifikasi penting untuk
alasan hukum maupun alasan kemanusiaan. Forensik antropologi
mengaplikasikan teknik sains sederhana yang berdasarkan antropologi fisik untuk
mengidentifikasi sisa-sisa jasad manusia dan mengungkap tindak kejahatan.1,2,3,4,5,6

2.2 Sejarah Singkat Antropologi Forensik

Sejarah antropologi forensik bermula pada tahun 1890. Pada akhir abad 19
dan awal abad 20 memang banyak ilmu baru di bidang forensik yang
bermunculan, seperti balistik dan entamologi (ilmu tentang serangga) dan
termasuk pula antropologi forensik yang digunakan utnuk memecahkan kasus
Adolph Luetgert. Di dalam pabrik sosis Luetgert, ditemukan potongan tulang dan
kebetulan juga istri Luetgert sudah lama menghilang. Potongan tersebut dcurigai
sebagai tulang dari istri Luetgert dan akhirnya Luetgert ditahan oleh karena hal
tersebut. Kemudian, jaksa memanggil George Amos Dorsey, seorang Antropolog
yang senang bertualang dan juga merupakan seorang ahli tulang. Tugasnya adalah
untuk memastikan bahwa tulang yang ditemukan tersebut merupakantulang
manusia, bukan anjing atau babi yang memang memiliki bentuk tulang mirip
dengan tulang manusia. Pada masa itu belum ada peralatan yang canggih dan ilmu
yang cukup sehingga Dorsey harus menentukan jenis tulang itu secara manual.
Dan untuk pertama kalinya antropologi forensik digunakan untuk menyeret
seseorang ke penjara.1,2,3,

4
2.3 Manfaat Pemeriksaan Antropologi Forensik

Antropologi forensik bermanfaat untuk membantu penyidik dan penegak


hukum untuk mengidentifikasi temuan rangka tak dikenal. Temuan rangka
biasanya terdapat pada daerah terpencil, di atas permukaan tanah, dikubur pada
lubang yang dangkal karena pelaku kejahatan terburu – buru menguburkannya, di
sungai, di rawa atau di hutan. Korban yang tidak dikubur secara layak ini biasanya
menjadi salah satu indikasi adanya tindak pidana terhadap korban kejahatan. Pada
kasus forensik seperti ini, antropologi forensik berguna dalam menentukan
identifikasi temuaan.1,2,3

Upaya identifikasi pada kerangka (antropologi forensik) bertujuan untuk


membuktikan bahwa kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis
kelamin, perkiraan umur, tinggi badan, ciri-ciri khusus, deformitas dan bila
memungkinkan dapat dilakukan rekonstruksi wajah. Pemeriksaan dapat juga
memperkirakan waktu kematian, penyebab kematian dan riwayat penyakit dahulu
atau luka yang saat hidup menimbulkan jejas pada struktur tulang.1,2,3,4

2.4 Ruang Lingkup Forensik


2.4.1. Osteologi
Osteologi, merupakan satu dari teknik yang paling bermakna pada
pemeriksaan antropologi forensik, karena antropologi forensik berhubungan
dengan pemeriksaan sisa – sisa tulang maupun tulang yang utuh. Pemeriksa dapat
menentukan perkiraan usia, jenis kelamin, pertalian ras, tampilan fisik saat hidup.
Tengkorak merupakan bagian dari rangka manusia yang paling informatif.
Namun, jarang sekali tengkorak ditemukan dalam keadaan utuh ataupun baik.
Oleh karena itu osteologis harus dapat memanfaatkan apapun tulang yang
tersedia.9

5
Gambar 1 : Alat – alat Ukur Pemeriksaan Osteologi.9
Osteologi harus mengerti mengenai kerangka manusia. Langkah pertama
pertama dari osteologi menentukan sisa rangka yang ditemukan apakah dari
manusia atau bukan. Walaupun banyak sekali variasi yang terdapat pada manusia
atau hewan, namun terdapat persamaan-persamaan umum pada setiap spesies. Jika
tengkorak tidak ditemukan, tulang manusia dapat dibedakan dari hewan
berdasarkan bentuk, ukuran dan perbedaan densitas tulang. Penentuan spesies
akan sangat sulit jika tulang yang ditemukan berupa pecahan – pecahan. Ada dua
tipe sifat yang dapat ditemukan dari sisa – sisa rangka yaitu metrik dan nonmetrik.
Tipe metrik adalah variasi ukuran tulang. Contohnya panjang dari humerus pada
seseorang dapat lebih panjang dari orang lain yang mempunyai tinggi badan yang
sama. Sifat nonmetrik adalah perbedaan antara tulang – tulang seseorang yang
tidak dapat diukur. Contohnya penyatuan pada tulang seseorang dapat berbeda
dengan orang lainnya.9

2.4.2. Dentisi
Dentisi merupakan ilmu yang mempelajari sisa – sisa gigi. Analisa dari
sisa – sisa gigi dapat digunakan untuk menentukan beberapa aspek pada
antropologi forensik. Digunakan bersama dengan osteologi untuk menentukan
usia, jenis kelamin dan diet. Pada orang dewasa terdapat 32 gigi yang pada masing
– masing sisinya, pada rahang atas dan bawah terdapat dua insisivus, satu kaninus,

6
dan dua atau tiga molar. Pada anak – anak terdapat dua puluh gigi dengan dua
insisivus dan satu kaninus serta dua molar pada masing – masing kuadran. 9
2.4.3. Ethnobotani
Etnobotani merupakan ilmu yang mempelajari tentang serbuk sari dan
tanaman dari masa lalu. Ini berguna untuk menentukan waktu sejak kematian dan
menentukan diet dari sisi arkeologi. 9

2.5 Ruang Lingkup Pemeriksaan Antropologi Forensik

Gambar 2 : Ruang lingkup pemeriksaan Antropologi Forensik11


2.5.1. Penentuan Kerangka Manusia

Pemeriksaan anatomik dapat memastikan bahwa kerangka yang ditemukan


adalah kerangka manusia. Tulang manusia berbeda dengan tulang hewan dalam
hal struktur, ketebalan, ukuran dan umur penulangan (osifikasi). Setiap manusia
memiliki 190 tulang. Tulang ini dibedakan menjadi tulang panjang, pendek, pipih
dan tidak teratur. Tulang panjang didapati pada tangan dan kaki seperti humerus,
radius, ulna, femur, tibia dan fibula. Tulang pendek meliputi klavikula,
metacarpal dan metatarsal (jari tangan dan kaki). Tulang pipih terdapat pada
tulang-tulang atap tengkorak seperti frontal, parietal dan occipital. Tulang tidak
teratur adalah tulang vertebra dan basis cranii. Kesalahan penafsiran dapat timbul
bila hanya terdapat sepotong tulang saja. Dalam hal ini perlu dilakukan
pemeriksaan serologik dan pemeriksaan histologik.1,2,7

7
Gambar 3. Anatomi rangka manusia5

2.5.2. Penentuan Jenis Kelamin

Sebelum menentukan jenis kelamin berdasarkan pemeriksaan tulang,


pastikan dahulu apakah itu tulang manusia atau hewan, apakah tulang itu berasal
dari satu atau beberapa orang, setelah jelas bahwa tulang belulang tersebut adalah
tulang manusia dan berasal dari satu orang atau lebih, barulah ditentukan jenis
kelamin.7

Perbedaan tulang laki-laki dan perempuan baru terlihat sesudah pubertas.


Umumnya tulang perempuan lebih kecil, lebih ringan, lebih halus karena tonjolan
tempat perlengketan otot dan tendon kurang menonjol pada perempuan. Tulang-
tulang iga biasanya lebih tipis dan lebih melengkung pada perempuan.

8
Hal-hal lain yang berhubungan dengan penentuan jenis kelamin
berdasarkan tulang dapat dilihat pada tabel berikut ini.7

No Tulang Laki-laki Perempuan


.
1 Sternum - Lebih panjang - Lebih pendek
- Panjang corpus sterni - Panjang corpus sterni
lebih dari 2 kali kurang dari 2 kali
panjang manubrium panjang manubrium
sterni sterni
- Pinggir atas sejajar - Pinggir atas sejajar
dengan pinggir atas dengan pinggir bawah
vertebra torakal II vertebra torakal III
2 Pelvis
- umum - Lebih ramping, kasar - Lebih dangkal, halus
dan tidak begitu lebar dan lebih lebar
- Lebih berat
- os illium - Lebih curam pada - Lebih ringan
- os sacrum posterior - Kurang curam pada
- Pinggir kurang bulat posterior
- symphysis pubis - Panjang dan sempit - Lebih bulat
- Lebih masuk ke dalam - Pendek dan lebar
- Sudut tulang - Menonjol keluar
kemaluan (sub pubic - Sudut tulang kemaluan
angle) kurang dari 90o (sub pubic angle) lebih
dari 90o
3 Sudut antara - Sudut tumpul - Sudut hampir 90o
collum dan corpus
femoris
4 Tulang-tulang - Lebih berat - Lebih ringan
kepala - Cavitas cranium 10% - Cavitas cranium 10%
lebih besar dari lebih kecil dari laki-
perempuan laki

9
5 Condylus - Lebih menonjol - Kurang menonjol
occipitalis
6 Orbita - Bentuk persegi - Bentuk mebundar
7 Dahi - Curam, kurang - Membundar
membundar
8 Tulang pipi - Berat, arkus lebih ke - Ringan, lebih memusat
lateral
9 Glabella, arcus - Lebih menonjol - Kurang menonjol
zygomaticus,
arcus super
ciliaris dan
processus
mastoideus
10 Mandibula - Besar, simfisisnya - Kecil, dengan ukuran
tinggi, ramus corpus dan ramus lebih
asendingnya lebar kecil
11 Palatum - Besar dan lebar, - Kecil, cenderung
cenderung seperti seperti parabola
huruf U
Tabel 1. Perbedaan tulang laki-laki dan perempuan7

Gambar 4 : Perbedaan pelvis pria dan wanita9

10
Gambar 5 : Perbedaan tulang tengkorak pria dan wanita5

2.5.3. Penentuan Ras

Secara umum, manusia dibagi atas beberapa golongan ras, yaitu:10,12

a. Ras Kaukasoid
b. Ras Mongoloid
c. Ras Negroid

11
No Tulang Kaukasoid Mongoloid Negroid
.
1 Cranium Bulat Persegi Oval
2 Kening Menonjol (raised) Miring (inclined) Kecil dan melekuk
3 Muka Relatif sempit / Lebar, datar, Maxilla / rahang
kecil tulang pipi atas menonjol
menonjol
4 Ekstremitas Normal Lebih kecil Ekstremitas
superior relatif
lebih panjang
disbanding ukuran
tubuh
Tabel 2. Perbedaan tulang-tulang pada berbagai ras10

12
Gambar 6 : Perbedaan tulang-tulang pada berbagai ras10

2.5.4. Penentuan Perkiraan Umur1

Perkiraan umur seseorang dapat ditentukan berdasarkan hal-hal berikut:

a. Penutupan sutura

Pemeriksaan terhadap penutupan sutura pada tulang-tulang atap tengkorak


berguna untuk memperkirakan umur sudah lama diteliti dan telah berkembang
berbagai metode. Namun, pada akhirnya hampir semua ahli menyatakan bahwa
cara ini tidak akurat dan hanya digunakan dalam lingkup dekade (umur 20-30-40
tahun) atau mid-dekade (umur 25-35-45 tahun) saja.

13
Gambar 7 : Perbedan sutura yang terbuka dan tertutup5

Gambar 8 : Perkiraan tengkorak menurut umur10

b. Pertumbuhan dan perkembangan badan

Proses pertumbuhan dimulai sejak terjadi konsepsi dan berlangsung terus


sampai umur dewasa, kemudian stabil dan pada umur tua relatif berkurang.
Sesudah dilahirkan, umur dapat diperkirakan sesuai golongan pertumbuhan dan
perkembangan badan, antara lain bayi, balita, anak-anak, dewasa muda.

c. Tinggi dan berat badan

Pada janin, bayi baru lahir dan anak-anak sampai masa pubertas, umur
dapat ditentukan berdasarkan tinggi (panjang) dan berat badan. Beberapa faktor
harus dipertimbangkan antara lain keturunan, bangsa, gizi dan lain-lain. Pada

14
orang dewasa, penentuan umur berdasarkan tinggi dan berat badan tidak dapat
dipergunakan lagi. Berikut ini adalah tabel yang memperlihatkan hubungan antara
umur, tinggi (panjang), berat badan dan pusat penulangan bayi.

Pusat
Berat Tanda
No. Umur Tinggi (panjang) penulanga
badan lain
n
1 4 6-9 inci (15-20 60-120 g Segmen -
bulan cm) terbawah
dari sacrum
2 5 10 inci (25 cm) 500-750 g Os -
bulan calcaneus
3 6 12 inci (30 cm) 1000 g Manubrium -
bulan sterni
4 7 14 inci (35 cm) 1500 g Os talus Testis
bulan pada
anulus
inguinalis
interna
5 8 16 inci (40 cm) 2500 g Sternum -
bulan bawah
6 9 19-20 inci (45-50 2500-3500 Distal Aterm
bulan cm) g femur, (cukup
proksimal bulan)
tibia dan os
cuboid
Tabel 3. Hubungan umur, tinggi, berat badan dan pusat penulangan1

Panjang bayi baru lahir berkisar antara 47.5 sampai 52.5 cm (rata-rata 50
cm). Pada umur 6-12 bulan, panjang bayi adalah 60 cm, pada umur 1 tahun adalah

15
67.5 cm dan pada umur 4 tahun panjang bayi ± 2 kali panjang waktu lahir (lebih
kurang 100 cm).

Umur bayi dalam kandungan bisa ditentukan dengan formula de Haas,


yaitu:

- Umur bayi 1-5 bulan sama dengan akar pangkat dua dari panjang badan
(dalam cm).
- Umur bayi 5-10 bulan sama dengan panjang badan (dalam cm) dibagi
dengan 5.

Sesudah bayi lahir, pada mulanya berat badannya akan turun, kemudian
berat badannya akan bertambah 120 gram setiap minggu atau 500 gram setiap
bulannya. Pada umur 6 bulan, berat badannya dua kali berat waktu lahir. Pada
umur 1 tahun, berat badannya tiga kali berat waktu lahir.

d. Gigi-geligi9

Ada 2 jenis gigi, yaitu gigi susu dan gigi permanen. Gigi susu (milk teeth)
disebut gigi sementara atau dens decidui, jumlahnya 20 buah, terdiri atas 4 buah
insisivus, 2 caninus dan 4 molar di setiap rahang. Bayi akan mengalami
pertumbuhan gigi susu pada umur 6 bulan dan selesai pertumbuhannya pada umur
24 bulan. Jika ada gigi susu insisivus tumbuh, maka umurnya diperkirakan sekitar
6-8 bulan.

Gigi permanen (permanent teeth) disebut gigi tetap, jumlahnya 32 buah,


terdiri atas 4 buah insisivus, 2 caninus, 4 premolar dan 6 molar di setiap rahang.

Penentuan umur berdasarkan jumlah dan jenis gigi hanya dapat ditentukan
secara umum sampai umur 17-25 tahun. Di atas umur ini yang diperhatikan
adalah keausan gigi (atrisi), warna dan lain-lain.

Gustafson menemukan formula penentuan umur di atas 18-20 tahun


berdasarkan adanya perubahan gigi karena penuaan dan pembusukan gigi (ageing
and decaying changes). Perubahan ini meliputi atrisi, peridontosis, dentin

16
sekunder, resorpsi akar, aposisi sementum dan transparensi akar gigi. Formula
Gustafson ini hanya dapat dipakai untuk penentuan umur pada orang yang telah
meninggal karena gigi harus dicabut dari soket gigi, kecuali pada orang hidup
pengamatan atrisi dan peridontosis dapat dilakukan tanpa pencabutan gigi.

Gambar 9 : Erupsi gigi susu dan permanen9

e. Pemeriksaan rahang bawah

Perubahan rahang bawah terjadi sejalan dengan pertambahan umur. Bisa


dibedakan rahang bayi, dewasa dan orang tua. Rahang bayi corpusnya dangkal

17
dan ramusnya sangat pendek serta membentuk sudut 140 o terhadap corpus dari
rahang tersebut.

Pada rahang dewasa, corpus menjadi lebih tebal dan panjang serta sudut
antara ramus dan corpus menjadi 90o.

Pada orang tua, batas dari prosesus alveolaris mulai hilang dan corpus
akan mulai dangkal kembali serta sudut antara ramus dan corpus akan kembali
menjadi tumpul.

Gamba
r 10 : Perkembangan rahang bawah8

f. Pusat penulangan (ossification centre) dari tulang-tulang

Pemeriksaan terdahap pusat penulangan sering digunakan untuk perkiraan


umur pada tahun-tahun pertama kehidupan. Biasanya berkaitan dengan kasus
abortus dan infanticide. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan
foto radiologis atau dengan melakukan pemeriksaan langsung terhadap pusat
penulangan pada tulang.

g. Penutupan garis epifisis pada tulang panjang

Penentuan umur dengan menggunakan penutupan garis epifisis pada


tulang panjang ini terutama dipakai pada anak-anak yang sedang tumbuh.
Pemastian penutupan ini hanya dapat ditentukan secara radiologis. Garis epifisis
pada tulang humerus bagian distal menutup pada umur 13-15 tahun pada
perempuan dan 14-15 tahun pada laki-laki. Pada tulang radius bagian proksimal
menutup pada umur 13-14 tahun pada perempuan dan 14-15 tahun pada laki-laki.
Pada tulang ulna bagian distal menutup pada umur 17 tahun pada perempuan dan

18
18 tahun pada laki-laki. Pada tulang clavicula bagian medial menutup pada umur
20 tahun pada perempuan dan 22 tahun pada laki-laki. Penulangan tulang rawan
pada garis epifisis pada wanita terjadi lebih dahulu dari laki-laki.

2.6 Pemanfaatan teknologi dalam Antropologi forensik


Identifikasi ilmiah positif dari sisa-sisa manusia yang ditemukan dalam
konteks medikolegal merupakan tujuan utama dari analisis antropologi forensik.
Banyak aspek kegiatan antropologis, termasuk pencarian dan pemulihan,
penentuan spesies, perkiraan jenis kelamin, usia saat kematian, perawakan, waktu
sejak kematian, dan nenek moyang dan deteksi fitur anatomi yang unik
menghasilkan informasi yang digunakan untuk mempersempit pencarian orang
hilang.
Pada akhirnya, antropolog forensik berkontribusi pada identifikasi ilmiah
positif baik secara langsung, atau melalui kekayaan tambahan informasi yang
disediakan. Kontribusi langsung melibatkan penilaian berbagai fitur anatomi dan
perbandingan dengan informasi antemortem, biasanya diungkapkan melalui
radiografi dan citra terkait.
Jenis identifikasi meliputi tentatif, sirkumstansial, dugaan dan tipe positif.
Tiga jenis pertama yang terdaftar menunjukkan bahwa identifikasi sebenarnya
tidak dapat dikecualikan dan dengan demikian sisa-sisa, atau bukti lain yang
diperiksa, mungkin mewakili individu tertentu. Penelitian dan kerja kasus telah
menunjukkan bahwa pengenalan wajah umumnya tidak dapat diandalkan dalam
identifikasi, terutama dengan dekomposisi tingkat lanjut.
Kontribusi antropolog forensik untuk identifikasi sangat dibutuhkan dan
berharga dalam analisis sisa-sisa manusia yang membusuk dan/atau kerangka.
Penelitian eksperimental dilaporkan oleh Sauerwein et al menunjukkan bahwa
proses dekomposisi dapat dengan cepat menghancurkan banyak indikator yang
biasa digunakan dalam identifikasi, meskipun tingkat kehancurannya tergantung
pada banyak variabel. Dalam penelitian mereka, sidik jari bertahan 4 hari
postmortem dengan suhu hangat tetapi lebih dari 50 hari dengan suhu dingin.
Pengenalan iris postmortem berkisar antara 2 hingga 34 hari, tergantung pada

19
variabel yang terlibat. Tentu saja, penelitian ini bersifat spesifik lokasi dan
tarifnya mungkin berbeda di wilayah lain.

Fitur unik yang diperlukan untuk identifikasi positif dapat disediakan oleh
prosedur bedah, terutama yang menghasilkan perangkat yang tetap berada di
jaringan kerangk. Misalnya, Hogge et al. mampu secara positif mengidentifikasi
sisa-sisa melalui deteksi cacat pasca-bedah yang berkaitan dengan sinostektomi
lambdoid unilateral. Jenazah diidentifikasi sebagai individu yang telah menjalani
operasi saraf untuk anomali kongenital yang langka ini.

Banyak perangkat ortopedi pulih dengan sisa-sisa manusia dapat menyajikan


informasi mengungkapkan produsen. Beberapa perangkat, mengikuti undang-
undang saat ini, dapat mencakup informasi numerik yang dapat dilacak ke kantor
bedah tertentu atau bahkan pasien individu.

Antropologi forensik telah menemukan bahan anorganik ini mendasar dalam


kasus mereka. Sebagai contoh, Bennett dan Benedix melaporkan identifikasi
positif dari sisa-sisa luka bakar yang ditemukan dari sebuah mobil melalui deteksi
perangkat fiksasi internal. Pemeriksaan radiografik dari sisa-sisa yang ditemukan
mengungkapkan suatu kompleks kabel yang ditentukan untuk mewakili suatu
osteostimulator. Tidak ada nomor seri yang dicatat, tetapi bahan logam yang
berhubungan dengan osteostimulator yang didokumentasikan secara pembedahan
digunakan untuk merangsang produksi tulang dalam pengobatan cedera punggung
pasien.

Informasi antemortem komparatif biasanya tersedia melalui radiografi dan


citra terkait. Murphy dan Spruill melaporkan bahwa dalam periode 15 bulan dari
April 1978 hingga Juli 1979 di wilayah St. Louis Amerika Serikat, 60%
identifikasi ilmiah dihasilkan dari penilaian radiografi. Varian anatomi, modifikasi
penyakit, dan fitur pascaoperasi menyediakan sebagian besar data unik yang
digunakan dalam identifikasi ilmiah positif. Seperti dicatat oleh Fitzpatrick dan
Macaluso, teknik penentuan posisi, perbesaran, pemusatan sinar, angulasi dan
orientasi tulang harus digunakan dengan benar untuk memfasilitasi perbandingan.

20
2.6.1 Superimposisi kraniofasial

Superimposisi kraniofasial membandingkan fitur tengkorak pulih dianggap


kepentingan medico-legal dengan foto-foto antemortem dari orang hilang yang
mungkin diwakili oleh sisa-sisa. Teknik ini dapat digunakan ketika identifikasi
positif belum dicapai melalui analisis molekuler, perbandingan rekonstruksi gigi
atau penilaian radiografi antropologis.

Biasanya, metode ini digunakan ketika tengkorak atau tengkorak lengkap


tersedia untuk perbandingan, tetapi upaya telah dilakukan dengan menggunakan
bukti yang terpisah-pisah. Setelah gambar yang jelas ditemukan yang dapat
digunakan untuk membandingkan tengkorak pulih, antropolog forensik harus
meluangkan waktu untuk mengorientasikan tengkorak, sering menggunakan Q-
tips sebagai penanda tempat, agar dapat meletakkan gambar dengan benar di atas
satu sama lain.

Teknik perbandingan telah menjadi lebih kompleks dan canggih, tetapi


terutama memungkinkan pengecualian daripada identifikasi ilmiah yang positif.
Gambar sering diambil dari catatan polisi, pengawasan atau langsung dari kerabat
individu yang mungkin. Kualitas gambar ini biasanya sesuai dengan keakuratan
proses pengecualian.

2.6.2 Perkiraan wajah

Pendekatan wajah merupakan upaya untuk menghasilkan kemiripan wajah


individu dari tengkorak. Meskipun metode tersebut tidak dapat digunakan untuk
identifikasi positif secara langsung, citra yang dihasilkan dapat digunakan untuk
berkomunikasi dengan publik dalam upaya mengumpulkan informasi tentang
orang hilang yang mungkin diwakili oleh jenazah yang ditemukan.

Kemajuan besar dalam metodologi termasuk data populasi baru kedalaman


jaringan lunak, pedoman baru untuk menilai fitur wajah dan pendekatan
komputerisasi yang inovatif. Meskipun beberapa studi kedalaman jaringan lunak

21
telah diterbitkan, Stephan dan Simpson mencatat bahwa data menunjukkan tidak
ada tren sekuler yang jelas dan nilainya memiliki variasi yang luas.

Mereka menyarankan agar data yang ada dikumpulkan untuk digunakan


dengan orang dewasa. Stephan dan Simpson juga menemukan hasil yang sama
dengan data sub-dewasa dan merekomendasikan mengkategorikan data menjadi
dua kelompok usia (0-11 tahun dan 12-18 tahun).

Meskipun pendekatan wajah telah dilaporkan berguna dalam mengumpulkan


informasi relatif terhadap identifikasi, Stephan dan Cicolini melaporkan
kekhawatiran tentang peringkat kemiripan yang terkait.

Teknik aproksimasi wajah meningkat dengan peningkatan informasi mengenai


hubungan jaringan keras dan lunak wajah dan teknologi komputer yang lebih
canggih. Terlepas dari kemajuan ini, pendekatan wajah tidak mewakili metode
identifikasi ilmiah yang positif.

2.6.3 Bukti tengkorak yang unik

Sementara metode lain telah mengarah pada identifikasi sementara, ciri khas
yang ada pada kerangka memungkinkan klasifikasi yang lebih pasti. Tengkorak
sering memberikan informasi unik yang diperlukan untuk identifikasi ilmiah
positif dalam analisis antropologi karena dua alasan utama: (1) secara historis,
banyak penelitian telah difokuskan pada tengkorak yang mengungkapkan variasi
besar dari banyak fitur anatomi, dan (2) radiografi antemortem dan citra terkait.
sering tersedia untuk kepala dan mungkin termasuk beberapa pandangan.

Seperti yang dicatat oleh Smith et al., gambar tengkorak dapat menyajikan
banyak fitur unik yang berguna untuk identifikasi. Dalam laporan kasus mereka,
Smith et al. menunjukkan bahwa identifikasi ilmiah yang positif dimungkinkan
oleh pemeriksaan computerized tomographic (CT) dari sinus frontal, sinus
sphenoid, sel udara mastoid ethmoidal, jahitan sagital dan aspek tonjolan oksipital
internal.

2.6.4 Variasi sinus frontalis

22
Meskipun banyak fitur tengkorak manusia menunjukkan variasi yang luas dan
dengan demikian berguna untuk identifikasi individu, banyak peneliti berfokus
pada sinus frontal. Sinus ini terletak di atas nasion di area punggungan
supraorbital

variasi yang luar biasa mulai dari kehadiran minimal hingga formasi
labaryinthion besar. Rupanya mencerminkan pengaruh lingkungan dan
perkembangan, bahkan kembar identik menunjukkan perbedaan morfologis dalam
ekspresi sinus frontal.

2.6.5 Variasi sinus frontalis

Meskipun banyak fitur tengkorak manusia menunjukkan variasi yang luas dan
dengan demikian berguna untuk identifikasi individu, banyak peneliti berfokus
pada sinus frontal. Sinus ini terletak di atas nasion di daerah punggungan
supraorbital menunjukkan variasi yang luar biasa mulai dari kehadiran minimal
hingga formasi labaryinthion yang besar. Rupanya mencerminkan pengaruh
lingkungan dan perkembangan, bahkan kembar identik menunjukkan perbedaan
morfologis dalam ekspresi sinus frontal.

Pada tahun 1984, Ubelaker menggambarkan bagaimana perbandingan sinus


frontal, ditambah dengan morfologi sella tursika dan fitur tengkorak lainnya,
digunakan untuk identifikasi ilmiah yang positif dalam percobaan pembunuhan.
Ubelaker juga menggunakan radiografi koleksi tengkorak di Smithsonian
Institution untuk menunjukkan variasi populasi sinus frontal. Angyal dan Derzy
mempresentasikan kasus dari Hungaria yang menunjukkan bagaimana radiografi
sinus frontal, bersama dengan fitur panggul, humerus dan vertebra lumbal,
memungkinkan identifikasi ilmiah yang positif.

2.6.6 Sisa-sisa pasca-kranial

Sisa-sisa kerangka dari kerangka pasca-kranial juga menunjukkan banyak fitur


anatomi yang berguna untuk identifikasi jika radiografi antemortem yang sesuai

23
dapat ditemukan. Tulang post-kranial mungkin kurang terpengaruh oleh
pemulungan hewan dan faktor postmortem lainnya.

Pola tulang trabekular umum, serta kontur tulang umum, anomali dan
radiodensitas, dapat memberikan fitur unik yang berguna untuk identifikasi.
Pendekatan post-kranial untuk identifikasi telah difokuskan pada klavikula, area
dada umum, tangan dan pergelangan tangan, patela dan deformitas kaki. Kondisi
medis yang tidak biasa penting karena sering dikaitkan dengan radiografi yang
menunjukkan detail anatomi tulang.

2.6.7 Aplikasi untuk yang hidup

Meskipun kontribusi antropolog forensik untuk identifikasi ilmiah positif


biasanya melibatkan sisa-sisa kerangka yang ditemukan, teknik serupa dapat
diterapkan pada masalah medikolegal yang melibatkan orang hidup. Fenger dkk.
melaporkan bagaimana evaluasi radiografi detail kerangka digunakan untuk
menangani kasus penipuan kompensasi pekerja. Individu di Colorado dengan
kondisi medis yang sudah ada sebelumnya berpura-pura terluka saat bekerja dan
mengklaim kompensasi pekerja. Menggunakan identitas yang berbeda, mereka
membuat beberapa klaim untuk kondisi medis yang sama. Pemeriksaan
komparatif radiografi mengungkapkan bahwa beberapa klaim yang diduga dari
orang yang berbeda sebenarnya terkait dengan satu orang.

2.7 Contoh Kasus Pemanfaatan Antropologi

Menurut keterangan keluarga, korban dilaporkan hilang kepolisi pada


tanggal 27 Mei 2016. Sebelumnya polisi telah menemukan jenzah disebuah jurang
didaerah Kerinci pada tanggal 17 Mei 2016. Menurut polisi, korban ditemukan
dalam bentuk kerangka yang terdapat didalam koper. Identitas korban pada surat
permintaan visum adalah nama NM, umur 35 tahun, jenis kelamin perempuan,
pekerjaan karyawan dan alamat di Sungai Penuh. Temuan berupa tulang belulang
dan rambut yang terdapat didalam kantong mayat berwarna oranye. Pada bagian

24
atas kantong mayat terdapat tulang kerangka berlumuran tanah dan belatung.
Terdapat sebuah karung berwarna putih berisi plastik bening yang berisi sebuah
koper dan beberapa plastik bening. Koper berwarna coklat bermerek Polo.
Terdapat 1 helai baju batik warna merah hati-krem-ungu-hijauputih, berlengan
panjang, kerah berkerut, dengan tiga kancing dibagian depan, kancing baju kedua
lepas. Terdapat 1 buah bra warna biru dengan model busa dan kancing dibagian
depan, tali sebelah kiri putus. Terdapat beberapa belatung pada baju dan bra.
Terdapat 1 buah celana dalam bahan katun berwarna pink, berenda dan
pita pada bagian depan. Terdapat bekas kotoran dan belatung. Terdapat 1 buah
celana panjang bahan katun warna krem dengan 2 kantong pada samping kiri dan
kanan, dengan merek Iza Busana. Kantong kiri depan berisi 1 lembar uang
Rp.20000 dan 1 keping uang logam Rp.1000. Kantong kanan depan berisi 1
lembar uang Rp.50.000. Terdapat robekan pada mulai dari paha kanan sisi dalam
sampai lutut, tungkai bawah terdapat beberapa robekan, paha depan dan jahitan
celana bagian bawah depan, kiri hingga tungkai bawah dan beberapa robekan
pada tungkai kanan belakang celana dan dihinggapi belatung. Jilbab segi empat
bermotif bunga berwarna hijau-kuningcoklat, terpasang peniti dengan bentuk
bunga pada jilbab. 1 buah kaos kaki selutut warna putih bermotif garis warna biru.
Setelah dibersihkan, tulang-tulang tersebut diidentifikasi dan hasilnya
adalah 1 kerangka manusia dengan bagian-bagian yang ditemukan adalah 1 buah
tulang tengkorak utuh, 1 buah tulang rahang bawah utuh. Sepasang tulang
clavicula. 6 buah tulang iga kanan dan 9 buah tulang iga kiri. Sepasang tulang
scapula. Sepasang tulang humerus. 1 buah tulang ulna sebelah kiri. 1 buah tulang
radius sebelah kiri. 5 buah vertebrae cervicalis. 6 buah vertebrae thoracalis. 5 buah
vertebrae lumbalis. 1 buah vertebrae sacrum dan 5 buah vertebrae coxigis. 1 buah
tulang sacrum dan sepasang tulang coxae. Sepasang tulang femur. 1 buah tulang
patella sebelah kanan. Sepasang tulang tibia. Sepasang tulang fibula. Kesan
berdasarkan bentuk dan ukurannya tulang-tulang tersebut adalah kerangka
manusia dewasa. Rambut lurus dan hitam dengan panjang empat puluh
sentimeter. Pada rambut terdapat tanah, daun kering, dan tali plastic.

25
Pada pemeriksaan antroposkopi dari rangka 1 individu manusia ini, dapat
dianalisis beberapa hal sebagai berikut:
1. Ras, yang dapat diperkirakan dari. tulang pipi (os zygomaticum) yang
menonjol. Terdapat gigi sekop (shovel shape inscicivus) pada gigi seri rahang
atas bagian dalam. Palatum berbentuk elipsoid/rounded dan terdapat simple
jagged suture. Tulang hidung datar. Kesan : ras adalah mongoloid.
2. Jenis kelamin, yang dapat diperkirakan dari tulang kepala dan tulang panggul.
Pada tulang kepala ditemukan tonjolan atas tepi lubang mata (arkus supra
orbita) yang datar. Lubang tulang hidung (fossa pyriformis) yang berbentuk
oval. Tulang belakang telinga (prosessus mastoideus) yang halus. Permukaan
tulang tengkorak belakang (protuberansia occipitalis eksterna) yang tidak
terlalu menonjol. Glabella dan frontal boss tidak nyata. Dagu lancip dan
tulang kening tegak. Sudut gnion >1350. Pada tulang panggul ditemukan
sudut tulang kemaluan (sub pubic angle ) >90°. Foramen obturator dan
asetabulum tidak terlalu besar. Tulang ilium shovel shape dan jarak antar
kedua ilium lebar. Kesan jenis kelamin adalah perempuan.
3. Umur, diperkirakan dari:
a) Gambaran garis persambungan kepala (sutura). Kesan : Perkiraan umur
adalah 15 – 40 tahun.
b) Gambaran pertumbuhan gigi. Telah terjadi erupsi gigi geraham ketiga
( molar 3 ). Kesan : Perkiraan umur adalah > 17 - 25 tahun.
4. Identifikasi khusus Gigi : Pada rahang kiri bawah, didapatkan kesan bekas
gigi ompong pada gigi keenam serta pertumbuhan gigi yang miring pada gigi
ke delapan. Pada rahang kanan bawah, terdapat pertumbuhan gigi yang
miring pada gigi ke delapan dan gigi berlubang pada gigi ke delapan.
5. Tanda-tanda kekerasan dan tanda patologi/penyakit. Tidak ditemukan
tandatanda kekerasan dan penyakit pada tulang.

BAB III
PENUTUP

26
3.1 Kesimpulan

Antropologi forensik adalah aplikasi ilmu pengetahuan dari antropologi


fisik untuk proses hukum dimana pada tahun 1890 untuk pertamakalinya
antropologi forensik digunakan untuk menyeret seseorang ke penjara. Ilmu ini
sangat bermanfaat untuk membantu penyidik dan penegak hukum untuk
mengidentifikasi terutama pada temuan rangka tak dikenal. Sehingga dari
identifikasi pada kerangka (antropologi forensik) dapat dibuktikan bahwa
kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur,
tinggi badan, ciri-ciri khusus, deformitas dan bila memungkinkan dapat dilakukan
rekonstruksi wajah. Selain itu juga memperkirakan waktu kematian, penyebab
kematian dan riwayat penyakit dahulu atau luka yang saat hidup menimbulkan
jejas pada struktur tulang. Dengan begini ilmu antropologi forensik memegang
peranan penting dan sangat membantu dalam proses hukum untuk mewujudkan
kebenaran dan keadilan.

DAFTAR PUSTAKA

27
1. Garrison DHJR. Crime Scene Protection. http://www.crimeandclues.com
[diakses 20 Agustus 2021]
2. Mann RW. The Forensic Anthropologist. http://www.crimeandclues.com
[diakses 20 Agustus 2021]
3. Forensic Anthropology. http://www.mnsu.edu.html [diakses 20 Agustus
2021]
4. American Board of Forensic Anthropology. http://www.abfahomepage.com
[diakses 20 Agustus 2021]
5. Brand H. What is Forensic Anthropology. http://www.csc.villanova.edu.html
[diakses 20 Agustus 2021]
6. Adamson Marci. Forensic Antrhopology and Human Osteology Resources.
http://www.forensicantrho.com [diakses 20 Agustus 2021]
7. Albert Midori. The Forensic Anthropology In Focus. http://www.all-
aboutforensic- science.com [diakses 20 Agustus 2021]
8. Forensic Anthropology. http://www.librarythinkguest.org [diakses 20
Agustus 2021]
9. Minnesota State University Mankato. http://www.mnsu.edu [diakses 20
Agustus 2021]
10. Rhine Stan. Forensic Antrhopology. Human Biological Variation.
Http://www.library.med.utah.edu [diakses 20 Agustus 2021]
11. Forensic Anthropology. http://www.journals.uchicago.edu [diakses 20
Agustus 2021]
12. Franklin D (2010) Forensic age estimation in human skeletal remains:
Current concepts and future directions. Legal Med 12(1).
13. Purwanti, S. H., (2014). Ilmu kedokteran forensik untuk kepentingan
penyidikan. Jakarta: Rayyana Komunikasindo.
14. Ubelaker, H. D. Dkk., (2019). Contributions of forensic anthropology to
positive scientific identification: a critical Review. Washington: Department of
Anthropology, Smithsonian Institution,

28

Anda mungkin juga menyukai