ANTROPOLOGI FORENSIK
Disusun Oleh :
Pembimbing:
dr. Slamet Poernomo, Sp.F, DFM
BAB I
1
PENDAHULUAN
— -Ilmu antropologi forensik termasuk ilmu yang relatif baru. Walaupun pada
awal abad ke-19 terdapat pemecahan kasus pembunuhan dengan menggunakan
data pemeriksaan tulang dan bagian – bagian tubuh, namun keterkaitan antara
antropologi dan penyelidikan polisi baru terjadi di tahun 1930-an. Pembunuhan
antar geng pada tahun 1930-an membuat FBI mulai menyelidiki berdasarkan
antropologi fisik.1
—-Perang dunia kedua dan Perang saudara di Korea membantu menyediakan data
dasar mengenai informasi yang akan menjadi dasar identifikasi yang digunakan
oleh antropologis saat ini. Dimulai dari penugasan identifikasi pada tentara yang
mati. Para tentara yang akan bertempur membuat data kesehatan (catatan medis)
sebelum diberangkatkan ke medan pertempuran, meliputi data usia, tinggi badan,
riwayat penyakit terdahulu dan catatan dental, sehingga para penyelidik mampu
untuk menentukan identitas para tentara dan membuat data statistik mengenai
tulang dan tengkorak.1
—-Beberapa tahun terakhir, pemeriksaan antropologi forensik makin berkembang
seiring dengan pemeriksaan kejahatan yang menjadi lebih kompleks. Identifikasi
dari rangka dan sisa tubuh yang membusuk lainnya penting untuk alasan hukum
maupun alasan kemanusiaan. 2
—-Antropologi forensik merupakan aplikasi dari ilmu fisik atau biologi
antropologi dalam proses hukum. Merupakan pemeriksaan pada sisa – sisa rangka
untuk membantu menentukan identitas dari jasad. Pemeriksaan ini dapat
dilakukan sebagai langkah pertama untuk menentukan apakah sisa-sisa tersebut
berasal dari manusia dan selanjutnya dapat menentukan jenis kelamin, perkiraan
usia, bentuk tubuh, dan pertalian ras. Pemeriksaan dapat juga memperkirakan
waktu kematian, penyebab kematian dan riwayat penyakit dahulu atau luka yang
saat hidup menimbulkan jejas pada struktur tulang. 2,3
—-Sebagai contoh, jika rangka ditemukan di hutan, maka rangka akan dibawa ke
laboratorium untuk ditentukan apakah rangka yang tertinggal merupakan rangka
2
manusia, binatang atau material anorganik. Jika manusia, maka akan diperkirakan
umur saat kematian, ras, jenis kelamin dan tinggi dari jasad. Jika rangka
menunjukkan bukti bahwa telah dimakamkan dalam waktu lama atau dengan peti
mati, maka ini biasanya hanya menunjukkan riwayat pemakaman daripada waktu
kematian.2
—-Walaupun tugas utama dari antropologi adalah untuk menentukan identitas
dari jasad, namun pada pengembangannya dapat juga untuk menentukan pendapat
mengenai tipe dan ukuran senjata yang digunakan dan jumlah dari pukulan yang
terdapat pada korban kekerasan. Kebanyakan antropologis memiliki kemampuan
antropologi yang tinggi dan telah memeriksa banyak sisa-sisa dari rangka.
Beberapa di antaranya juga memiliki pengalaman di bidang kepolisian dan medis,
seperti halnya di bidang serologi, toksikologi, senjata api dan identifikasi jejas
akibat alat, investigasi kejadian kejahatan, penanganan bukti kejahatan dan
fotografi. Dan hanya sedikit antropologis yang menangani analisis jejak kaki dan
identifikasi spesies dalam kaitannya dengan perkiraan waktu kematian yang sudah
lewat. Antropologi forensik selalu berhubungan dengan patologi forensik,
odontologi dan investigasi pembunuhan, cara kematian dan atau interval
postmortem. 2
—-Perlu diingat, walaupun sebagian besar rangka manusia dewasa terdiri dari
jumlah tulang yang sama (206), namun tidak ada dua rangka yang sama. Karena
itu observasi dari pola atau rangka yang khas sering menunjukkan identifikasi
pasti. 2
—-
3
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Definisi
Sejarah antropologi forensik bermula pada tahun 1890. Pada akhir abad 19
dan awal abad 20 memang banyak ilmu baru di bidang forensik yang
bermunculan, seperti balistik dan entamologi (ilmu tentang serangga) dan
termasuk pula antropologi forensik yang digunakan utnuk memecahkan kasus
Adolph Luetgert. Di dalam pabrik sosis Luetgert, ditemukan potongan tulang dan
kebetulan juga istri Luetgert sudah lama menghilang. Potongan tersebut dcurigai
sebagai tulang dari istri Luetgert dan akhirnya Luetgert ditahan oleh karena hal
tersebut. Kemudian, jaksa memanggil George Amos Dorsey, seorang Antropolog
yang senang bertualang dan juga merupakan seorang ahli tulang. Tugasnya adalah
untuk memastikan bahwa tulang yang ditemukan tersebut merupakantulang
manusia, bukan anjing atau babi yang memang memiliki bentuk tulang mirip
dengan tulang manusia. Pada masa itu belum ada peralatan yang canggih dan ilmu
yang cukup sehingga Dorsey harus menentukan jenis tulang itu secara manual.
Dan untuk pertama kalinya antropologi forensik digunakan untuk menyeret
seseorang ke penjara.1,2,3,
4
2.3 Manfaat Pemeriksaan Antropologi Forensik
5
Gambar 1 : Alat – alat Ukur Pemeriksaan Osteologi.9
Osteologi harus mengerti mengenai kerangka manusia. Langkah pertama
pertama dari osteologi menentukan sisa rangka yang ditemukan apakah dari
manusia atau bukan. Walaupun banyak sekali variasi yang terdapat pada manusia
atau hewan, namun terdapat persamaan-persamaan umum pada setiap spesies. Jika
tengkorak tidak ditemukan, tulang manusia dapat dibedakan dari hewan
berdasarkan bentuk, ukuran dan perbedaan densitas tulang. Penentuan spesies
akan sangat sulit jika tulang yang ditemukan berupa pecahan – pecahan. Ada dua
tipe sifat yang dapat ditemukan dari sisa – sisa rangka yaitu metrik dan nonmetrik.
Tipe metrik adalah variasi ukuran tulang. Contohnya panjang dari humerus pada
seseorang dapat lebih panjang dari orang lain yang mempunyai tinggi badan yang
sama. Sifat nonmetrik adalah perbedaan antara tulang – tulang seseorang yang
tidak dapat diukur. Contohnya penyatuan pada tulang seseorang dapat berbeda
dengan orang lainnya.9
2.4.2. Dentisi
Dentisi merupakan ilmu yang mempelajari sisa – sisa gigi. Analisa dari
sisa – sisa gigi dapat digunakan untuk menentukan beberapa aspek pada
antropologi forensik. Digunakan bersama dengan osteologi untuk menentukan
usia, jenis kelamin dan diet. Pada orang dewasa terdapat 32 gigi yang pada masing
– masing sisinya, pada rahang atas dan bawah terdapat dua insisivus, satu kaninus,
6
dan dua atau tiga molar. Pada anak – anak terdapat dua puluh gigi dengan dua
insisivus dan satu kaninus serta dua molar pada masing – masing kuadran. 9
2.4.3. Ethnobotani
Etnobotani merupakan ilmu yang mempelajari tentang serbuk sari dan
tanaman dari masa lalu. Ini berguna untuk menentukan waktu sejak kematian dan
menentukan diet dari sisi arkeologi. 9
7
Gambar 3. Anatomi rangka manusia5
8
Hal-hal lain yang berhubungan dengan penentuan jenis kelamin
berdasarkan tulang dapat dilihat pada tabel berikut ini.7
9
5 Condylus - Lebih menonjol - Kurang menonjol
occipitalis
6 Orbita - Bentuk persegi - Bentuk mebundar
7 Dahi - Curam, kurang - Membundar
membundar
8 Tulang pipi - Berat, arkus lebih ke - Ringan, lebih memusat
lateral
9 Glabella, arcus - Lebih menonjol - Kurang menonjol
zygomaticus,
arcus super
ciliaris dan
processus
mastoideus
10 Mandibula - Besar, simfisisnya - Kecil, dengan ukuran
tinggi, ramus corpus dan ramus lebih
asendingnya lebar kecil
11 Palatum - Besar dan lebar, - Kecil, cenderung
cenderung seperti seperti parabola
huruf U
Tabel 1. Perbedaan tulang laki-laki dan perempuan7
10
Gambar 5 : Perbedaan tulang tengkorak pria dan wanita5
a. Ras Kaukasoid
b. Ras Mongoloid
c. Ras Negroid
11
No Tulang Kaukasoid Mongoloid Negroid
.
1 Cranium Bulat Persegi Oval
2 Kening Menonjol (raised) Miring (inclined) Kecil dan melekuk
3 Muka Relatif sempit / Lebar, datar, Maxilla / rahang
kecil tulang pipi atas menonjol
menonjol
4 Ekstremitas Normal Lebih kecil Ekstremitas
superior relatif
lebih panjang
disbanding ukuran
tubuh
Tabel 2. Perbedaan tulang-tulang pada berbagai ras10
12
Gambar 6 : Perbedaan tulang-tulang pada berbagai ras10
a. Penutupan sutura
13
Gambar 7 : Perbedan sutura yang terbuka dan tertutup5
Pada janin, bayi baru lahir dan anak-anak sampai masa pubertas, umur
dapat ditentukan berdasarkan tinggi (panjang) dan berat badan. Beberapa faktor
harus dipertimbangkan antara lain keturunan, bangsa, gizi dan lain-lain. Pada
14
orang dewasa, penentuan umur berdasarkan tinggi dan berat badan tidak dapat
dipergunakan lagi. Berikut ini adalah tabel yang memperlihatkan hubungan antara
umur, tinggi (panjang), berat badan dan pusat penulangan bayi.
Pusat
Berat Tanda
No. Umur Tinggi (panjang) penulanga
badan lain
n
1 4 6-9 inci (15-20 60-120 g Segmen -
bulan cm) terbawah
dari sacrum
2 5 10 inci (25 cm) 500-750 g Os -
bulan calcaneus
3 6 12 inci (30 cm) 1000 g Manubrium -
bulan sterni
4 7 14 inci (35 cm) 1500 g Os talus Testis
bulan pada
anulus
inguinalis
interna
5 8 16 inci (40 cm) 2500 g Sternum -
bulan bawah
6 9 19-20 inci (45-50 2500-3500 Distal Aterm
bulan cm) g femur, (cukup
proksimal bulan)
tibia dan os
cuboid
Tabel 3. Hubungan umur, tinggi, berat badan dan pusat penulangan1
Panjang bayi baru lahir berkisar antara 47.5 sampai 52.5 cm (rata-rata 50
cm). Pada umur 6-12 bulan, panjang bayi adalah 60 cm, pada umur 1 tahun adalah
15
67.5 cm dan pada umur 4 tahun panjang bayi ± 2 kali panjang waktu lahir (lebih
kurang 100 cm).
- Umur bayi 1-5 bulan sama dengan akar pangkat dua dari panjang badan
(dalam cm).
- Umur bayi 5-10 bulan sama dengan panjang badan (dalam cm) dibagi
dengan 5.
Sesudah bayi lahir, pada mulanya berat badannya akan turun, kemudian
berat badannya akan bertambah 120 gram setiap minggu atau 500 gram setiap
bulannya. Pada umur 6 bulan, berat badannya dua kali berat waktu lahir. Pada
umur 1 tahun, berat badannya tiga kali berat waktu lahir.
d. Gigi-geligi9
Ada 2 jenis gigi, yaitu gigi susu dan gigi permanen. Gigi susu (milk teeth)
disebut gigi sementara atau dens decidui, jumlahnya 20 buah, terdiri atas 4 buah
insisivus, 2 caninus dan 4 molar di setiap rahang. Bayi akan mengalami
pertumbuhan gigi susu pada umur 6 bulan dan selesai pertumbuhannya pada umur
24 bulan. Jika ada gigi susu insisivus tumbuh, maka umurnya diperkirakan sekitar
6-8 bulan.
Penentuan umur berdasarkan jumlah dan jenis gigi hanya dapat ditentukan
secara umum sampai umur 17-25 tahun. Di atas umur ini yang diperhatikan
adalah keausan gigi (atrisi), warna dan lain-lain.
16
sekunder, resorpsi akar, aposisi sementum dan transparensi akar gigi. Formula
Gustafson ini hanya dapat dipakai untuk penentuan umur pada orang yang telah
meninggal karena gigi harus dicabut dari soket gigi, kecuali pada orang hidup
pengamatan atrisi dan peridontosis dapat dilakukan tanpa pencabutan gigi.
17
dan ramusnya sangat pendek serta membentuk sudut 140 o terhadap corpus dari
rahang tersebut.
Pada rahang dewasa, corpus menjadi lebih tebal dan panjang serta sudut
antara ramus dan corpus menjadi 90o.
Pada orang tua, batas dari prosesus alveolaris mulai hilang dan corpus
akan mulai dangkal kembali serta sudut antara ramus dan corpus akan kembali
menjadi tumpul.
Gamba
r 10 : Perkembangan rahang bawah8
18
18 tahun pada laki-laki. Pada tulang clavicula bagian medial menutup pada umur
20 tahun pada perempuan dan 22 tahun pada laki-laki. Penulangan tulang rawan
pada garis epifisis pada wanita terjadi lebih dahulu dari laki-laki.
19
variabel yang terlibat. Tentu saja, penelitian ini bersifat spesifik lokasi dan
tarifnya mungkin berbeda di wilayah lain.
Fitur unik yang diperlukan untuk identifikasi positif dapat disediakan oleh
prosedur bedah, terutama yang menghasilkan perangkat yang tetap berada di
jaringan kerangk. Misalnya, Hogge et al. mampu secara positif mengidentifikasi
sisa-sisa melalui deteksi cacat pasca-bedah yang berkaitan dengan sinostektomi
lambdoid unilateral. Jenazah diidentifikasi sebagai individu yang telah menjalani
operasi saraf untuk anomali kongenital yang langka ini.
20
2.6.1 Superimposisi kraniofasial
21
telah diterbitkan, Stephan dan Simpson mencatat bahwa data menunjukkan tidak
ada tren sekuler yang jelas dan nilainya memiliki variasi yang luas.
Sementara metode lain telah mengarah pada identifikasi sementara, ciri khas
yang ada pada kerangka memungkinkan klasifikasi yang lebih pasti. Tengkorak
sering memberikan informasi unik yang diperlukan untuk identifikasi ilmiah
positif dalam analisis antropologi karena dua alasan utama: (1) secara historis,
banyak penelitian telah difokuskan pada tengkorak yang mengungkapkan variasi
besar dari banyak fitur anatomi, dan (2) radiografi antemortem dan citra terkait.
sering tersedia untuk kepala dan mungkin termasuk beberapa pandangan.
Seperti yang dicatat oleh Smith et al., gambar tengkorak dapat menyajikan
banyak fitur unik yang berguna untuk identifikasi. Dalam laporan kasus mereka,
Smith et al. menunjukkan bahwa identifikasi ilmiah yang positif dimungkinkan
oleh pemeriksaan computerized tomographic (CT) dari sinus frontal, sinus
sphenoid, sel udara mastoid ethmoidal, jahitan sagital dan aspek tonjolan oksipital
internal.
22
Meskipun banyak fitur tengkorak manusia menunjukkan variasi yang luas dan
dengan demikian berguna untuk identifikasi individu, banyak peneliti berfokus
pada sinus frontal. Sinus ini terletak di atas nasion di area punggungan
supraorbital
variasi yang luar biasa mulai dari kehadiran minimal hingga formasi
labaryinthion besar. Rupanya mencerminkan pengaruh lingkungan dan
perkembangan, bahkan kembar identik menunjukkan perbedaan morfologis dalam
ekspresi sinus frontal.
Meskipun banyak fitur tengkorak manusia menunjukkan variasi yang luas dan
dengan demikian berguna untuk identifikasi individu, banyak peneliti berfokus
pada sinus frontal. Sinus ini terletak di atas nasion di daerah punggungan
supraorbital menunjukkan variasi yang luar biasa mulai dari kehadiran minimal
hingga formasi labaryinthion yang besar. Rupanya mencerminkan pengaruh
lingkungan dan perkembangan, bahkan kembar identik menunjukkan perbedaan
morfologis dalam ekspresi sinus frontal.
23
dapat ditemukan. Tulang post-kranial mungkin kurang terpengaruh oleh
pemulungan hewan dan faktor postmortem lainnya.
Pola tulang trabekular umum, serta kontur tulang umum, anomali dan
radiodensitas, dapat memberikan fitur unik yang berguna untuk identifikasi.
Pendekatan post-kranial untuk identifikasi telah difokuskan pada klavikula, area
dada umum, tangan dan pergelangan tangan, patela dan deformitas kaki. Kondisi
medis yang tidak biasa penting karena sering dikaitkan dengan radiografi yang
menunjukkan detail anatomi tulang.
24
atas kantong mayat terdapat tulang kerangka berlumuran tanah dan belatung.
Terdapat sebuah karung berwarna putih berisi plastik bening yang berisi sebuah
koper dan beberapa plastik bening. Koper berwarna coklat bermerek Polo.
Terdapat 1 helai baju batik warna merah hati-krem-ungu-hijauputih, berlengan
panjang, kerah berkerut, dengan tiga kancing dibagian depan, kancing baju kedua
lepas. Terdapat 1 buah bra warna biru dengan model busa dan kancing dibagian
depan, tali sebelah kiri putus. Terdapat beberapa belatung pada baju dan bra.
Terdapat 1 buah celana dalam bahan katun berwarna pink, berenda dan
pita pada bagian depan. Terdapat bekas kotoran dan belatung. Terdapat 1 buah
celana panjang bahan katun warna krem dengan 2 kantong pada samping kiri dan
kanan, dengan merek Iza Busana. Kantong kiri depan berisi 1 lembar uang
Rp.20000 dan 1 keping uang logam Rp.1000. Kantong kanan depan berisi 1
lembar uang Rp.50.000. Terdapat robekan pada mulai dari paha kanan sisi dalam
sampai lutut, tungkai bawah terdapat beberapa robekan, paha depan dan jahitan
celana bagian bawah depan, kiri hingga tungkai bawah dan beberapa robekan
pada tungkai kanan belakang celana dan dihinggapi belatung. Jilbab segi empat
bermotif bunga berwarna hijau-kuningcoklat, terpasang peniti dengan bentuk
bunga pada jilbab. 1 buah kaos kaki selutut warna putih bermotif garis warna biru.
Setelah dibersihkan, tulang-tulang tersebut diidentifikasi dan hasilnya
adalah 1 kerangka manusia dengan bagian-bagian yang ditemukan adalah 1 buah
tulang tengkorak utuh, 1 buah tulang rahang bawah utuh. Sepasang tulang
clavicula. 6 buah tulang iga kanan dan 9 buah tulang iga kiri. Sepasang tulang
scapula. Sepasang tulang humerus. 1 buah tulang ulna sebelah kiri. 1 buah tulang
radius sebelah kiri. 5 buah vertebrae cervicalis. 6 buah vertebrae thoracalis. 5 buah
vertebrae lumbalis. 1 buah vertebrae sacrum dan 5 buah vertebrae coxigis. 1 buah
tulang sacrum dan sepasang tulang coxae. Sepasang tulang femur. 1 buah tulang
patella sebelah kanan. Sepasang tulang tibia. Sepasang tulang fibula. Kesan
berdasarkan bentuk dan ukurannya tulang-tulang tersebut adalah kerangka
manusia dewasa. Rambut lurus dan hitam dengan panjang empat puluh
sentimeter. Pada rambut terdapat tanah, daun kering, dan tali plastic.
25
Pada pemeriksaan antroposkopi dari rangka 1 individu manusia ini, dapat
dianalisis beberapa hal sebagai berikut:
1. Ras, yang dapat diperkirakan dari. tulang pipi (os zygomaticum) yang
menonjol. Terdapat gigi sekop (shovel shape inscicivus) pada gigi seri rahang
atas bagian dalam. Palatum berbentuk elipsoid/rounded dan terdapat simple
jagged suture. Tulang hidung datar. Kesan : ras adalah mongoloid.
2. Jenis kelamin, yang dapat diperkirakan dari tulang kepala dan tulang panggul.
Pada tulang kepala ditemukan tonjolan atas tepi lubang mata (arkus supra
orbita) yang datar. Lubang tulang hidung (fossa pyriformis) yang berbentuk
oval. Tulang belakang telinga (prosessus mastoideus) yang halus. Permukaan
tulang tengkorak belakang (protuberansia occipitalis eksterna) yang tidak
terlalu menonjol. Glabella dan frontal boss tidak nyata. Dagu lancip dan
tulang kening tegak. Sudut gnion >1350. Pada tulang panggul ditemukan
sudut tulang kemaluan (sub pubic angle ) >90°. Foramen obturator dan
asetabulum tidak terlalu besar. Tulang ilium shovel shape dan jarak antar
kedua ilium lebar. Kesan jenis kelamin adalah perempuan.
3. Umur, diperkirakan dari:
a) Gambaran garis persambungan kepala (sutura). Kesan : Perkiraan umur
adalah 15 – 40 tahun.
b) Gambaran pertumbuhan gigi. Telah terjadi erupsi gigi geraham ketiga
( molar 3 ). Kesan : Perkiraan umur adalah > 17 - 25 tahun.
4. Identifikasi khusus Gigi : Pada rahang kiri bawah, didapatkan kesan bekas
gigi ompong pada gigi keenam serta pertumbuhan gigi yang miring pada gigi
ke delapan. Pada rahang kanan bawah, terdapat pertumbuhan gigi yang
miring pada gigi ke delapan dan gigi berlubang pada gigi ke delapan.
5. Tanda-tanda kekerasan dan tanda patologi/penyakit. Tidak ditemukan
tandatanda kekerasan dan penyakit pada tulang.
BAB III
PENUTUP
26
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
27
1. Garrison DHJR. Crime Scene Protection. http://www.crimeandclues.com
[diakses 20 Agustus 2021]
2. Mann RW. The Forensic Anthropologist. http://www.crimeandclues.com
[diakses 20 Agustus 2021]
3. Forensic Anthropology. http://www.mnsu.edu.html [diakses 20 Agustus
2021]
4. American Board of Forensic Anthropology. http://www.abfahomepage.com
[diakses 20 Agustus 2021]
5. Brand H. What is Forensic Anthropology. http://www.csc.villanova.edu.html
[diakses 20 Agustus 2021]
6. Adamson Marci. Forensic Antrhopology and Human Osteology Resources.
http://www.forensicantrho.com [diakses 20 Agustus 2021]
7. Albert Midori. The Forensic Anthropology In Focus. http://www.all-
aboutforensic- science.com [diakses 20 Agustus 2021]
8. Forensic Anthropology. http://www.librarythinkguest.org [diakses 20
Agustus 2021]
9. Minnesota State University Mankato. http://www.mnsu.edu [diakses 20
Agustus 2021]
10. Rhine Stan. Forensic Antrhopology. Human Biological Variation.
Http://www.library.med.utah.edu [diakses 20 Agustus 2021]
11. Forensic Anthropology. http://www.journals.uchicago.edu [diakses 20
Agustus 2021]
12. Franklin D (2010) Forensic age estimation in human skeletal remains:
Current concepts and future directions. Legal Med 12(1).
13. Purwanti, S. H., (2014). Ilmu kedokteran forensik untuk kepentingan
penyidikan. Jakarta: Rayyana Komunikasindo.
14. Ubelaker, H. D. Dkk., (2019). Contributions of forensic anthropology to
positive scientific identification: a critical Review. Washington: Department of
Anthropology, Smithsonian Institution,
28