Anda di halaman 1dari 5

NAMA : MUHAMMAD CHOIRUL HUDA

KELAS : AKUNTANSI J

MAKUL : BAHASA INDONESIA

DOSEN : NORI PURWANASARI, S.Pd, M.Pd.

Sistem Akuntansi pada Era Revolusi Industri 4.0


Istilah “Industri 4.0” berasal dari sebuah proyek dalam strategi teknologi
canggih pemerintah Jerman yang mengutamakan komputerisasi pabrik. Istilah
“Industri 4.0” diangkat kembali di Hannover Fair tahun 2011. Pada Oktober 2012,
Working Group on Industry 4.0 memaparkan rekomendasi pelaksanaan Industri 4.0
kepada pemerintah federal Jerman. Anggota kelompok kerja Industri 4.0 diakui
sebagai bapak pendiri dan perintis Industri 4.0.

Revolusi Industri 4.0 merupakan otomatisasi sistem produksi dengan


memanfaatkan teknologi dan big data. Menurut Menteri Perindustrian Airlangga
Hartanto, Revolusi Industri memberi kesempatan bagi Indonesia untuk berinovasi.
Revolusi yang berfokus pada perkembangan ekonomi digital dinilai menguntungkan
bagi Indonesia. Perkembangan ekonomi digital adalah pasar dan bakat, dan Indonesia
memiliki keduanya. Jadi dapat disimpulkan bahwa Revolusi Industri merupakan
perubahan besar karena adanya kemajuan teknologi yang berdampak baik pada
perkembangan ekonomi digital supaya lebih efektif dan efisien.

Akuntan adalah salah satu profesi yang terlibat langsung didalamnya yang
berpengaruh terhadap profesinya tentang bagaimana akuntan harus beradaptasi
dengan meningkatkan keahlian (mastering skills), wawasan dan terbuka terhadap
perubahan serta mempertahankan nilai dan etika yang baik untuk berkontribusi dalam
menghadapi Revolusi Industri 4.0 yang sudah terjadi sekarang ini. Dimana pada era
ini teknologi semakin maju dan banyak digunakan oleh manusia.
Menghadapi era industri termutakhir masa kini, perkembangan ekonomi digital
telah membuka berbagai kemungkinan baru sekaligus meningkatkan resiko secara
bersamaan. Kehadiran Revolusi Industri 4.0 membawa perubahan pada penyesuaian
pekerjaan manusia, mesin, teknologi dan proses di berbagai bidang profesi, termasuk
profesi akuntan. Revolusi Industri menuntut profesi akuntan untuk menyesuaikan
dengan perkembangan teknologi informasi dan big data. Inovasi-inovasi baru
mendorong terciptanya pasar baru dan menggeser keberadaan pasar lama. Mesin dan
robot pintar kini banyak mengambil peran dan seakan menguasai dunia.

Ada beberapa pengaruh yang akan terjadi pada profesi akuntan, yaitu : peran
akuntan berubah, teknologi menggangu sektor akuntansi, dengan adanya perubahan
munculnya peluang, akuntansi harus meluangkan waktu ketika berinvestasi dalam
teknologi, penguasaan komputer merupakan sesuatu yang harus dilakukan , ada
tantangan untuk memanfaatkan teknologi, pengembangan kapasitas akuntansi akan
memiliki peranan yang cukup penting dalam teknologi, masa depan akuntansi
bervariasi dan cerah.

Di era digital dan perkembangan teknologi seperti sekarang, arus informasi


berjalan begitu cepat, teknologi internet telah mengubah pandangan seseorang dalam
mendapatkan informasi, termasuk dalam dunia akuntansi bisnis. Perkembangan
teknologi mengubah bisnis, menjadikan tidak banyaknya sumber daya manusia yang
dibutuhkan dalam bisnis termasuk staf akuntansi. Hal ini mengakibatkan profesi
akuntan seperti diremehkan terkait dampak teknologi terhadap pekerjaan akuntan. Ini
menjadikan sebuah tantangan berat yang harus dijawab oleh pemerintah atau para
akuntan itu sendiri.
Kepala Pusat Pembinaan Profesi Keuangan Sekertariat Jendral Kementrian
Keuangan Republik Indonesia, Langgeng Subur Ak., M.B.A, CA., CPA., FRICS.,
menginformasikan bahwa besarnya kemungkinan profesi akuntan tergantikan oleh
robot adalah 95 persen. Besaran persentase tersebut dikarenakan perkembangan
Robotic dan Data Analytics (Big Data) yang mengambil alih pekerjaan dasar yang
dilakukan oleh akuntan (mencatat transaksi, mengolah transaksi, memilah transaksi).
Oleh sebab itu, Chief Executive Officer (CEO) Data Briven Asia, Muhammad Imran
menyarankan para akuntan untuk mulai mempelajari programming dan algoritma.

Potensi teknologi menggantikan peran profesi akuntan hanya menunggu waktu.


Peran akuntan akan bersifat strategis dan konsultatif. Maka dari itu akuntan perlu
memiliki sertifikat, misalnya ahli dalam bidang teknologi, supaya mampu bertahan
dalam bersaing. Seorang akuntan juga harus memiliki strategi, diantaranya
penguasaan soft skill baik interpersonal skills maupun intra-personal skills, Business
understanding skills dan technical skills agar mampu menjawab tantangan di era
digital seperti saat ini.

Seorang akuntan harus terbuka terhadap pekembangan revolusi industri 4.0


dengan melihat kesempatan yang ada. Menurut Eko Suwandi M.sc., PhD, Dekan FEB
UGM bahwa suatu hal dapat punah akibat dari ketidakmampuan dalam beradaptasi
dengan perubahan. Perubahan-perubahan dapat kehilangan daya saingnya apabila
tidak menghiraukan perubahan-perubahan ini kedalam strategi bisnis dan strategi
kepemimpinan mereka.
Peran akuntan di dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan harus dapat
menyatakan hasil yang konkrit nilai-nilai faktor sukses, seperti kualitas produksi yang
tinggi, penilaian pada pegawai, pelanggan yang puas dan loyal tidak hanya dalam unit
moneter saja tapi akan jauh lebih luas hingga dalam perilaku, yang terlihat secara
eksplisit dari informasi yang diberikan oleh teknologi sistem akuntansi itu sendiri.
Akuntan sudah seharusnya bisa mengantisipasi kebijaksanaan perusahaan di
persaingan global, peran akuntan tidak sekedar menyediakan data akuntansi, tetapi
juga berperan sebagai pemberi informasi bagi para pengambil keputusan.

Akuntan berperan sebagai pendukung dan memberikan analisis terhadap sebab


akibat kebijaksanaan manajemen perusahaan yang akan terlihat jelas pada saat
auditor publik melakukan audit keuangan dan manajemen sebagai bentuk
pertanggung jawaban perusahaan kepada para investornya, terutama dalam
menghadapi perubahan lingkungan bisnis.

Akuntan sebagai pendukung spesialis pun akan dituntut untuk harus terampil
berkomunikasi dan mampu memahami semua aspek fungsi-fungsi perusahaan.
Sebagai high level decision support specialis, akuntan akan lebih berperan sebagai
financing analisis daripada penyedia data akuntansi. Karena itu di samping sebagai
fungsi financing dan fungsi accounting, seorang akuntan pun harus menguasai fungsi
marketing, sehingga mampu mendeteksi situasi pasar dalam persaingan global
mendatang.

Kolaborasi merupakan faktor kunci dalam menciptakan nilai tambah akuntan


bagi pertumbuhan bisnis konvensional dan pertumbuhan bisnis yang baru mulai.
Kolaborasi ini terkait pemanfaatan data konvensional yang dimiliki oleh perusahaan
dan akan dikembangkan oleh akuntan secara pengolahan informasi data dan early
warning system berujung pada pemberian solusi melalui inovasi akuntan untuk
kemudahan penentuan kebijaksanaan perusahaan.
Maka dari itu diharapkan semua orang dapat menjadi bagian dari perubahan
tersebut. Hal ini juga merupakan tekanan untuk institusi pendidikan agar membuat
kurikulum yang relevan bagi mahasiswa akuntansi untuk menyesuaikan dengan
konektivitas digital sehingga diharapkan para lulusan yang akan menjadi akuntan
mampu beradaptasi di era digital saat ini.

Perubahan era atau zaman memang tidak bisa dihindari, maka dari itu harus
selalu bisa mengontrol reaksi dan sikap terhadap perubahan tersebut agar bisa ikut
maju mengikuti perkembangan zaman. Dalam sektor akuntansi, berbagai tantangan
yang hadir seiring datangnya era digital tidak bisa dibiarkan begitu saja, harus
dipelajari dengan baik agar dapat menentukan sikap untuk mengatasinya. Ahli dalam
bidang teknologi merupakan salah satu kunci menghadapi tantangan di era ini.

Anda mungkin juga menyukai