Anda di halaman 1dari 94

i

Judul Asli : Key to Durus al-Lughat-al-Arabiyyah Li Ghairi Natiqina Biha


Part III

Penulis : Dr. V. Abdur Rahim

Judul Terjemahan : Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah 4

Alih Bahasa : Ummu Abdillah al-Buthoniyyah

Design Sampul : MRM Graph

Disebarluaskan melalui:

Website:
http://www.raudhatulmuhibbin.org

e-Mail: redaksi@raduhatulmuhibbin.org

Januari, 2009

TIDAK untuk tujuan KOMERSIL

ii
Catatan Maktabah

‫بســـــم الرحــمن الرحـيم‬

Segala Puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad ε,
keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikut mereka hingga hari
kemudian. Amma ba’du.

Alhamdulillah, setelah setahun lebih setelah Panduan Durus Lughah al-Arabiyyah 3


dipulbikasikan, kali ini anda dapat kembali melanjutkan pelajaran berikutnya dari
penjelasan kitab Durusul Lughah al-Arabiyyah jilid 4. Sebagaimana telah disinggung
pada pengantar Panduan 3 yang lalu, Pannduan jilid 4 ini memuat setengah bagian akhir
dari buku aslinya yang berbahasa Inggris (yakni bab 18 – 34) yang kami sesuaikan
dengan buku utama Durusul Lughah al-Arabiyyah 4.

Sebagaimana pada terjemahan Panduan Jilid 3 sebelumnya, pada panduan ini kami tidak
lagi menterjemahkan kata secara menyeluruh. Misalnya kata 
  ‘dia duduk’ tidak
lagi kami terjemahkan dengan ‘dia (lk) (telah) duduk, karena kami yakin sepenuhnya
setelah melewati dua bagian pelajaran sebelumnya, para pembaca sudah maklum bahwa
kata kerja (fi’il) tersebut di atas berbentuk lampau (madhi) yang digunakan untuk orang
ketiga tunggal laki-laki (dhamir mudzakar mufrad), dan merupakan pola dasar yang
digunakan secara umum yang darinya kata-kata bentuk lain diturunkan. Demikian pula
halnya, tidak semua kata kami tuliskan harakatnya secara lengkap, khususnya bagi kata-
kata yang telah sering kali diulang dari Buku Pertama.

Berbagai kritik maupun saran untuk perbaikan Panduan ini dapat anda layangkan kepada
kami ke redaksi@raudhatulmuhibbin.org.

Penerbit online:

Maktabah Raudhah al-Muhibbin


Taman Baca Pencinta Ilmu
http://www.raudhatulmuhibbin.org

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ii
Catatan Maktabah iii
Daftar Isi iv
Pelajaran 1: kalimat transitif, intransitif, dst. 1
Pelajaran 2 : Bab
   dll. 9

Pelajaran 3 : Bab

  14

Pelajaran 4 : Bab
    18

Pelajaran 5 : Bab     28

6 : Bab    33
Pelajaran

7 : Bab     39
Pelajaran

8 : Bab      42
Pelajaran

9:         48
Pelajaran
Pelajaran 10: Jenis-Jenis Dhamir 54
Pelajaran 11:  ! " (obyek mutlak/absolut). 59

Pelajaran 12: $#   !#    atau $ 


 '&%  !#    64

Pelajaran 13: (# )*)+


 
 66

Pelajaran 14:  ,


69

Pelajaran 15: -& ./0


73

Pelajaran 16: 1)2!


 3!
79

Pelajaran 17:45 6" 7!.+ 84

iv
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

 Pelajaran 1

Pada bagian ini kita mempelajari yang berikut:


1. Fi’il bisa berupa transitif atau intransifitif. Fi’il transitif (891     ) membutuhkan
subyek yang melakukan pekerjaan, dan obyek yang dikenai pekerjaan, contoh:
’Tentara membunuh mata-mata’ :
 !#; 8
 1 .;  < Disini tentanra yang melakukan
pembunuhan, maka kata 8
 1 .; adalah fa’il (subyek), dan yang dikenai pekerjaan

membunuh adalah mata-mata, maka kata :


 !#; adalah maf’ul bihi (obyek). Berikut
contoh lainnya:
‘Ibrahim (alaihis salam( membangun Ka’bah’ = >  ?  @# AB $) C# )DE F.
Fi’il intransitif (@# G* A ) hanya membutuhkan subyek yang melakukan pekerjaan.
Pekerjaan itu dibatasi pada subyek, dan tidak mempengaruhi yang lainnya, contoh:
‘Guru (itu) bahagia’. :
# H1 I
 *  ‘Para siswa keluar’ J
# A
 K  L
  M
Subyek untuk fi’il tertentu mempengaruhi yang lain secara tidak langsung. Hal itu terjadi
dengan bantuan kata depan, contoh: ‘Saya melihat kepadanya’, ‘Kami percaya kepada
Tuhan’. Hal ini juga terjadi dalam Bahasa Arab, contoh:

‘Guru itu marah dengan siswa


yang malas’
3 A
 NB?  O
* N F :
# H1 O
 P
 Q
‘Saya membawa pasien ke rumah sakit’
F R
 B
   SE T
* U* N* V
# >DW
‘Saya memandang ke gunung’
* >;
  SE X
#  Y 
‘Barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku
maka dia bukan dari golongaku’ (al-hadits)
Z." 
 ) .
# 6 O
 Q H 6+
’Saya ingin melihat syllabus
sekolahmu’
` H 1 " \* ] ." F ^ _ [ 3 [ 1# U*H[
1
’Saya tidak suka bersafar minggu ini’
7
 !#>a' bD *  B

 c O
# Q H [ d

1
Perhatikan bahwa -f R c O
 Q H berarti menyukai sesuatu dan -f R 6*  O
 Q H berarti tidak menyukai
sesuatu.
1
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

g* U*5
Obyek dari fi’il ini disebut
 h# Q  !    (obyek tak langsung). Ia adalah majrur
karena adanya kata depan (harf jarr), akan tetapi ia berada dalam posisi nasb ( ij
 " c
O
k 5
 )

2. Bagaimana membuat fi’il intransitif @# G* A  menjadi transitif 891      ?


Fi’il lazim dapat dibuat menjadi fi’il muta’addi dengan mengubahnya menjadi:
a) Bab fa’’ala (

), contoh  (  (nazala) ’dia turun’ :  (
 (nazzala) ’dia menurunkan’.
’Saya turun dari mobil, kemudian
menurunkan anak itu’
  i  V
# (
 C
l m H 
)B

 6" V
# ( 
Proses merubah fi’il lazim menadi fi’il muta’addi dengan menggandakan huruf kedua
disebut n
# ) P
 
 (penggandaan).

b) Bab ?af’ala (
   [), contoh: 
  (jalasa) ’dia duduk’ : 
  [ (?ajlasa) ‘dia
mendudukkan(nya)’
’Saya duduk di barisan pertama
dan mendudukkan anak itu
  i  V
# B
  [o p* o
' n
9 5

  V
# B 
disebelahku’
*>*q*

Hazah yang dilekatkan di awal fi’il pada bab    [ disebut = U1 r 


 m ! + D (hamzah
transitif)

Beberapa fi’il tertentu dapat dirubah menjadi kedua abwab ini, contoh:  (  : (
 dan

 ( [ . Sebagian besar fi’il dapat dirubah ke dalam salah satu dari keduanya. Seseorang
harus mempelajarinya dari buku-buku dan kamus.
Jika fi’il muta’addi ditransfer kedalam salah satu dari abwab di atas, dia menjadi transitif
ganda, dan mengambil dua obyek, Contoh:

’Saya belajar Bahasa Arab’ Disini kata :


 H s = )
*  = r V
#  H s
memiliki satu obyek yaitu = r.
“Saya mengajarimu Bahasa Arab’ Disini ia
= )
*  = r `
 # H
s
memiliki dua obyek, yaitu t
 dan = r.
2
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

’Guru mendengarkan Al-Qur’an’


3 uv :
# H9 1   ^ + 
’Para siswa membacakan Al-Qur’an kepada
guru’ (Secara harafiah: ‘Para siswa 3 uv :
 H9 1  J
# A
   ^ +  [
membuat guru mendengarkan Al-Qur’an)

2. wH[ (?arâ) ‘Dia memperlihatkan’ adalah bab ?af’ala ( r[ J) dari w[H ‘dia

melihat;. Asalnya adalah w[H [ (?ar?â) tetapi hamzah kedua telah dihapus. Bentuk

mudhari adalah 8*N#U (yurî), dan bentuk amr adalah H* [ (?ari). Berikut bagaimana
bentuk amr di-isnad-kan kepada dhamir lain pada dhamir mukhathab (kata ganti orang
kedua).

3 !NME U J
 ? bD *o#H[   U J
 ? bD *H* [
X
# !M[ U J
 ? bD *.N.NU*H[ C# U" U J
 ? bD *.NU*H[

3. Kita baru saja melihat sebuah fi’il ditransfer menjadi bab fa’’ala (

) dan menjadi
 (
 dari  (  . Jika fi’il tersebut pada asalnya adalah bentuk transitif
transitif, contoh

dengan satu obyek, maka dia menjadi transitif ganda dengan dua obyek, contoh: :  H
s
dari :
 H s .
Bab ini juga menandakan pekerjaan ekstensif atau intensif. Dalam Bahasa Arab, yang
pertama disebut h# /? 
E dan yang kedua disebut = r > .
a) Perbuatan ekstensif adalah yang dilakukan dalam jumlah besar atau dilakukan
berulang-ulang. Contoh:

”Orang jahat itu membunuh laki-laki itu”


Tetapi:
A
x N#y  @# * q
    <
”Orang jahat itu membantai penduduk desa’
= U v   D [ @# * q
    
<
’Saya pergi keliling negeri ini’, tetapi:
1 > bND c V
#  #
’Saya telah bepergian keliling dunia.’
]*H* r" o z
* H ' {
* H* R" c V
# !

’Saya membuka pintu’, tetapi:
J
 > V
# j
 
’Saya membuka pintu-pintu ruang kelas’
* !#5   J
 ![ V
# j
 

3
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

’Laki-laki itu menghitung hartanya’


$# "  # 
 1

’Laki-laki itu menghitung-hitung hartanya’
$# "  # 
 s 1

b) Perbuatan intensif adalah sesuatu yang dikerjakan secara keseluruhan dan dengan
kekuatan besar, contoh:

’Saya memecahkan gelas’, tetapi:


J
 !? X
#  B
 2
’Saya menghancurkan gelas’
J
 !? X
#  B

2
’Saya memotong tali’ , tetapi:
 >,
 V
#   <
’Saya memotong-motong tali’
 >;
 V
#   <

Perhatikan bawha dalam perbuatan ekstensif h# /? 


 mempengaruhi sejumlah obyek, atau
satu obyek berulang-ulang, sedangkan perbuatan intensif = r > mempengaruhi hanya
satu obyek sekali dengan kekuatan besar.

4. J
 A
 ?o t 
UE berarti ’Hati-hati terhadap anjing!” Ini disebut # Ubj
 
 tahdzir

(peringatan). Perhatikan bahwa isim setelah waw adalah manshub. t 


UE adalah untuk

mufrad mudzakkar. Untuk jamak mudzakar adalah C


 2 
UE, untuk mufrad muanntas adalah
`

UE dan untuk jamak muannats adalah 6
2 
UE.
Berikut ini adalah hadits:
O
  ,
  H# 
.  2 | + 2 X
 .B,
   2 | U 1 B
,
  3 }* p1B
, o C 2 
UE
”Berhati-hatilah terhadap hasad, karena hasad memakan amal kebaikan sebagaimana api
melahap kayu bakar.”

5. :
~ H9 1 "# [ +E berarti ’Saya hanyalah seorang guru’, yakni saya seorang guru dan

bukan yang lainnya. +E adalah 3 E ditambah " . " ini disebut = ? " , yakni ma
pelindung karena ia melindung 3  E dari merubah isim berikutnya menjadi manshub. Kita
katakan:

”Sesungguhnya amal itu hanya dengan niat’


X
 N
).9*  N+ ' N+N
% 
E
4
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

Disini  N+ ' adalah marfu dan bukan manshub. Tidak seperti 3 E kata +E juga
digunakan dalam jumlatul fi’liyah. Contoh; ’Dia hanya berdusta’ J # b ? U +E
* M € @* ! )o $ * 6 " u 6 " $  1 * B" # +#  U +
E*
” Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan Hari kemudian,” (QS At-Taubah [9] : 19)

6. ‚
& o ’Demi Allah’ adalah sumpah.2 Dalam Bahasa Arab disebut C# B
 v  , dan kalimat
yang mengikuti qasam disebut jawabul qasam (C
*B
 v  J
# ! ). Apabila jawabul qasam
diawali oleh madhi dan merupakan penegasan, maka ia harus mengambil kata penekanan
1 v . Contoh:
’Demi Allah, saya sangat senang’
ƒh/2 V
# „ *  1 v  ‚
& o
Namun jika fi’il madhi adalah bentuk ingkar (negatif), maka ia tidak mengambil huruf
yang menunjukkan penekakan. Contoh:

’Demi Allah, saya tidak melihatnya’


$# N#U[H " ‚
& o

7. Fi’il FNB" [ adalah saudara 3 2. Artinya ’Ia (lk) berada di waktu petang’, contoh:

’Cuaca baik di waktu petang; x )  ! ;



 " [. Disini ! ;
 adalah isim-nya dan x )  
adalah khabar. Lihat g >…
 [ dalam Pelajaran 17 (Buku Panduan 3).

8. ƒ1U1 † ƒ1#… * 3 E* ’Saya menderita sakit kepala berat’


’Kamu sakit apa, Zainab?’3
‡O
 .UG U `
 * W"

2
waw yang digunakan untuk sumpah adalah huruf jarr (kata depan), itu sebabnya isim yang mengikutinya
adalah majrur. Hal ini jangan dipertukarkan dengan waw al-tf (n
    o# o) yang berarti ‘dan’.
3
Lihat Pelajaran 2.
5
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

Perhatikan bahwa kata yang menunjukkan penyakit adalah dalam pola ˆ   (fu’âl).

Contoh 7
~ 1…
# ’sakit kepala’, @~ 2G# ’demam’, H~ os# ’vertigo’, ˆ  # ’batuk’.

9. Salah satu pola masdar adalah ˆ   (fa’âl), contoh: J


~ DW ’pergi’ dari O
 D W -- I
~ q
’sukses’ dari g q
  .

10. Bentuk jamak dari ~ U*_ adalah {


~ # _ ; dan bentuk jamak { # # _ adalah X ~ <# _ . Ini
disebut ^ * + ;
  ^# +  (jamak dari jamak). Beberapa isim memiliki ^* + ;   ^# +  . Contoh :
3ˆ ?" ‘tempat  =ˆ .? " [  6# 2 "[ --- H~ ! ‘gelang’  mˆH !*  [  H~ o* [ -- 1~ U ‘tangan’ 
1‰ NU[  s‰ U[
Sebagian besar ^ * + ;
  ^# +  memiliki arti jamak. Tetapi dalam beberapa kasus ia
memiliki arti yang berbeda, contoh: 1 ‰ NU[ berarti ’tangan-tangan’, tetapi s‰ U[ berarti
‘karunia -- X ~ !#)# berarti ’rumah’, tetapi X ~  !#)# berarti ’keluarga terhormat’.

11. wHs ’Dia (telah) mengetahui’,wHs [ ’dia membuatnya (lk) mengetahui’, yakni ’dia
memberitahukan-(kepada)-nya’.

’Dan apa yang menginformasikan


kepadamu kalau dia berdusta?’ =
‡J
# b ? U $# 
[ t Hs [ "o
’Bagaimana kamu tahu dia berdusta?’

Dalam Al-Qur’an (97:1-3):

k ] † n
 [ 6 "9 ~ )M H* 1 v  = )  H* 1 v  = ) " t Hs [ "o H* 1 v  = )  Š# .( [ 
E*
” Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan
tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu
bulan.”

Ungkapan ini telah digunakan di dalam Al-Qur’an kurang lebih sebanyak tiga belas kali.

6
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

12. Arti dari syair berikut:

 )+ q
  $# N#] o "[o p~! j
#  $# N<b" "[ : 4
 o#   2 H[ Co
‘Aku tidak pernah melihat sesuatu seperti amal baik, rasanya seperti manisan dan
wajahnya sangat indah’4

 Latihan:

Umum:
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut.
Fi’il transitif (891     ) dan intransitif (@# G* A ):
Pisahkanlah fi’il transitif dan intrasitif dalam kalimat-kalimat berikut.
Ubahlah fi’il intransitif menjadi transitif:
1. Gunakanlah setiap fi’il berikut ini ke dalam dua kalimat: pada kalimat pertama
sebagaimana adanya, dan kalimat kedua setelah merubahnya menjadi bab ?af’ala.
2. Gunakanlah setiap fi’il berikut ke dalam kalimat: pada kalimat pertama sebagaimana
adanya, dan yang kedua setelah merubahnya menjadi bab fa’’ala.
3. Dengan proses apa fi’il yang digarisbawahi dalam kalimat berikut dirubah ke dalam
bentuk transitif?

Fi’il wH[ (dia menunjukkan/memperlihatkan):


1. Latihan pengucapan: Salah seorang siswa mengatakan kepada yang lainnya *H* [
`
 2 dan yang lain menjawabnya dengan k )< 1  $# ? U*H| atau $# N?U*H[ d .5
2. Latihan pengucapan: Guru berkata kepada seorang siswa ‡t N s *.NNUH [[

‘Apakah kamu telah menunjukkan bukumu kepadaku?’ Dia menajwab $# ?  #UH [ pC  
‘Ya, Saya telah menunjukkan kepadamu’6.

Bab fa’aala menunjukkan pekerjaan ekstensif (h


# /? 
E) dan intensif (= r >):
Garisbawahilah fi’il yang termasuk dalam bab fa’’ala dalam ayat berikut dan jelaskan
maknanya.

4
Kata ˆ )+  seharusnya memiliki tanwin, tetapi telah dihapuskan untuk alasan metris (keserasian)
5
Siswi berkata kepada siswi lainnya `  2 *.NUH* [. Yang lain menjawab $ N?NUH* [ d / k )< 1  $ ? UH* | .
6
Guru berkata kepada siswi: ‡t  s *.NNUH [[ (?a ?araitinî daftaraki)
7
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

Tahdzir:
Bentuklah contoh-contoh tahdzir dengan bantuan kata-kata berikut.

Fi’il FB" [ .
Tulislah kembali kalimat berikut dengan menggunakan FB" [.

ƒ1…
# * 3 E* :

1. Tulislah i’rab dari ƒ1…


# * 3 E* .
2. Jawablah setiap pertanyaan berikut dengan menggunakan nama-nama penyakit yang
disebutkan di dalam kurung.

Umum:
1. Berikanlah masdar setiap fi’il berikut.
2. Gunakanlah setiap kata berikut dalam kalimatmu sendiri.
3. Latihan pengucapan: Setiap siswa berkata kepada temannya sesuatu seperti ^# *  )
ƒ1 # U1 . Dan dia menjawab dengan mengatakan ƒ1Q ^# *  U $# 
[ t Hs[ "o.

8
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

 Pelajaran 2

Pada bagian ini kita mempelajari yang berikut:


1. Bab    (fa’ala): Dalam bab ini, alif ditambahkan setelah huruf pertama, contoh:
 < ’dia bertemu’, 1   ’dia menolong,  o „ ’dia mencoba’,   H ’dia menulis
(surat), 1 D † ’dia menyaksikan, F<d ’dia bertemu’.

Mudhari : Karena fi’il terdapat dalam empat huruf, =HP 4„ mengambil dhamah,

contoh:  *v#U (yu-qâbil-u), 1#  B#U p  o* j#U p <A


 #U

Amr : Setelah menghapus =HP 4„ dan harakat akhir dari  *v # kita mendapatkan
 *N< (tu- qâbil-u : qâbil). Ya dihapus dari fi’il nâqis. Maka bentuk amr dari <A  #
adalah { * d .

Masdar : Bab ini memiliki dua masdar:


a) Satu mengikuti pola =ˆ    "# (mufâ’alat-un), contoh: 1   : mˆ 1  B"# ‘pertolongan’ --
 < : =ˆ v"# ‘pertemuan’ --  o „ : =ˆ o j"# ’ hal mencoba’.
Dalam fi’il naqis, -aya- dirubah menjadi –â-, contoh: F<d  : mˆ N<A  "# (mulâqât-un) dari
bentuk asalnya =ˆ N)N<A  "# (muâqayat-un) -- wHN : mˆ H>"# ’kontes, pertandingan’
(mubârât-un) dari bentuk asalnya =ˆ UH >"# (mubârayat-un).

b) Yang lain dalam pola ˆ   (fi’âl-un), contoh: 1 D  : s~ ]* ’berjuang’ -- :  N
{~  N* ‘bersifat munafik’. Dalam fi’il naqis, ya dirubah menjadi hamzah, contoh: : ws 
-Œ 1* ’memanggil’ (nidâ’-un) untuk bentuk asal 8 ~ 1* (nidây-un).

9
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

Ismul Fa’il :   #U : ˆ  "# (mur âsil-un) ‘orang yang mengirim surat’ – : 1~ D R"#
1# D R#U ’orang yang menyaksikan’ – <A #U : {
kA "# (mulâqi-n) ‘orang yang menemui’ –
8s%N.#U : s‰ N.#" (munâdi-n) ‘orang yang memanggil’.
Ismul maf’ul : Ini sama seperti ismul fa’il kecuali huruf kedua berharakat fathah.
Contoh: O
# <#U : O
~ <"# (murâqib-un) ’orang yang mengawasi’ : O
~ <"# (murâqab-un)
‘orang yang diawasi’ – O
~ _ #U : O
~ _ "# (mukhâtib-un) ‘orang yang berbicara’ :

O
~ _ "# (mkhâtab-un) ‘orang yang diajak bicara’ -- t~ H* >#U ‘dia
@~ H >"# memberkahi’ :

(mubârak-un) ’keberkahan’ – 8s.#U : s‰ .#" (munâdi-n) ’orang yang memanggil’ : ws."#


(munâda-n) ’orang yang dipanggil’.
Isim makan wa zaman: sama dengan ismul maf’ul, contoh: # * ]#U ’dia hijrah' #  ]#"
(muhâjar-un) ’tempat hijrah’.

 +  [ `
2. Kita telah melihat lamul ibtida’ pada Pelajaran 17 (Buku 3), contoh:  #)>
’Sungguh rumahmu lebih indah.’ Sekarang jika kita juga ingin menggunakan 3  E dalam
kalimat ini, lam harus dipindahkan pada khabar karena dua huruf penekanan tidak boleh
terletak bersama dalam satu tempat. Maka kalimat di atas menjadi:  +  '% `
 #) 3 E
’Sungguh rumahmu lebih indah.’ Setelah dipindahkan dari tempat asalnya, lam tidak lagi
disebut lamul ibtda’. Sekarang ia disebut = v „ (   @# A
  (lam yang digantikan).

Sebuah kalimat dengan 3 E dan lam lebih tegas daripada hanya dengan 3 E atau dengan
lam. Berikut beberapa contoh:
”Sesungguhnya rumah yang paling lemah
adalah rumah laba-laba” (QS 29 : 41)
X
 !#>? .  V
# )> X
 !#)># 6 D o [ 3 E*
”Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Esa.”
(QS 37: 4)
1~ „ ! C ? ] E* 3 E*
” Sesungguhnya rumah yang mula-mula
dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, = ? >* 8b :
* 
. ^ Ž
 o# V
‰ )  o
[ 3 E*
ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah)”
(QS 3:96)
”Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah
suara keledai.” (QS 31:19)
h* + j
  X
# ! 5
  X
 !…
 |  ? [ 3 E*

10
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

3. Harf 1 < dilekatkan pada fi’il madhi dan mudhari.


a) Dengan madhi ia menunjukkan kepastian (1 # )2| 
). Contoh:
‘Guru telah memasuki ruang kelas’
 B  :
# H
1    M s 1 <
‘Kamu ketinggalan banyak pelajaran’
:
~ oH# s# `
 N  1 <

b) Dengan mudhari ia menunjukkan salah satu dari yang berikut:


1) Keraguan atau kemungkinan ( N+„ do `
 R

), contoh:
’Kepala sekolah mungkin kembali besok
ƒ1NQ # U1  s# !# U 1 <
’Hujan mungkin turun hari ini’
@ ! ) #     (* .U 1 <

2) Jarang atau kurang (


 )v 
), yakni ia menyampaikan maksud ’kadang-kandang,
Contoh:

’Siswa yang malas kadang-kadang lulul


ujian’
3 A
B
 ?  O
#  g# j
 .U 1 <
’Seorang pembohong kadang berkata benar’
J
# ob?  {
# 1# 5
 U 1 <

3) Kepastian (
# )vj
 ), contoh:
” sedangkan kamu mengetahui bahwa
sesungguhnya aku adalah utusan Allah C ? )E* $   !#H 9[ 3 !#+   1 <o
kepadamu?" (QS 61:5)

4. Bentuk jamak dari oW adalah o#oW . Ia adalah mabni seperti jamak mudzakar salim,
yakni akhiran rafa-nya adalah waw dan nasb/jar-nya adalah ya. Contoh:
Rafa:
’kerabat lebih berhak mendapatkan
pertolonganmu’
`
 1  B#+*  „ [ F v  o#oW
Disini o#oW adalah marfu karena ia adalah mubtada dan akhiran rafa’ adalah waw (dzawu)

Nashab:

11
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

’Tolonglah orang-orang yang berilmu’


C*    8*oW 1  N
Disini ooW adalah manshub karena ia adalah maf’ul bihi dan akhiran nashab adalah ya
(dzawiy)
Jarr:
’Saya bertanya tentang orang-orang yang
memiliki hajat’
X
 N, 8*oW 6 N V
# |
Disini ooW adalah majrur karena ia didahului oleh harful jarr, dan akhiran jarr adalah ya
(dzawiy).

5. Kita telah mempelajari 6


?  dalam Buku 2 (Pelajaran 3). Ia adalah saudari 3 E dan
isim-nya adalah manshub. Contoh:
’Bilal datang tetapi Hamid tidak datang’
 q
* U  ƒ1" „ 6
?  pˆ A* -% 
Nun-nya memiliki shaddah, akan tetapi ia juga digunakan tanpa shaddah yakni 6 ? 
(lakin), dan dalam keadaan ini ia kehilangan dua karakteristiknya:
a) Ia tidak mengubah isim yang mengikutinya menajdi manshub. Contoh:
Guru datang tetapi murid-murid tidak
datang’
o- " J# A
   6& ?  p:
# H1 -% 
Disini J
# A
   adalah marfu.
” Tetapi orang-orang yang zalim pada hari
ini (di dunia) berada dalam kesesatan yang
‘
k >*" k Ž
  @ ! ) 3 !#+Y 6* ? 
nyata.” (QS 19:38)

Perhatikan 3
 !#+Y bukan ‘
 + Y .
b) Ia juga dapat digunakan dengan jumlatul fi’liyah. Contoh:
’Ali absen, tetapi Ahmad hadir’
1# + „ [  P
 „ 6 ? o p’ J
 Q
” tetapi mereka tidak sadar.” (QS 2”12)
3 o# # R
 U d 6?No
6. t dalam `
 N“o[ p`
 N  p`
 NW dapat digantikan dengan t pC 2 dan 6
2 sesuai
dengan orang yang anda ajak bicara. Contoh:
‡ 3 !ME U V
# )> C# ? NW 6 +  ‡  AN* U V
# )> `
 W 6 + 
‡X
# !M[ U V
# )> 6
? NW 6 +  ‡ C# U " U V
# )> `
 W 6 + 
************************
12
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

3!ME U =ˆ )” =B C# ?  1"„ U =ˆ )” = B `


  
X
# !M[ U =ˆ )” = B 6
?  •# " U =ˆ ” = B `
  
Ini disebut J
* – 4
 2 4
#  5
  dan ia adalah pilihan.
Di dalam Al-Qur’an:
’Itu lebih baik bagi kalian”
C ?  h~ M C ? W
“Apakah orang-orang kafirmu (hai kaum
musyrikin) lebih baik dari mereka itu” (54:43)
C ? “o [ 6 "9 ~ )M C 2 H#  2 [
Jibril berkata: "Demikianlah". (19:21)
`
 b 2  <
“Dan diserukan kepada mereka: "ltulah surga
yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa
D!#+#lH* o[ = .
q
  C# ?   3[ o#s!#o
yang dahulu kamu kerjakan." (7:43)
3 !+   C #.2 +*
7. Mudhari kadang-kadang digunakan untuk amr sebagaimana dalam Al-Qur’an (51:11)
$ !#H o $ * 3 !#." — #. Disini 3 !#." — # adalah !#." u ’beriman’. Itu sebabnya mengapa   r U
dalam ayat berikutnya adalah majzum.7

8. Salah satu pola masdar adalah =ˆ    (fi’âlat-un), contoh: s  : mˆ s ) ’membesuk’ –
[ < : mˆ -% < ’hal membaca’.

9. ’ P
 "# ’lewat, berlalu’ adalah masdar dari FP" . Ia mengikuti pola ˆ !#  dan asalnya
adalah 8~ !#P"# (mudûy-un), etapi karena ya yang terakhir, waw telah diubah menjadi ya.
dan dhammah dariz karenanya diubah menjadi kasrah, dan kata tersebut menjadi  ’P "#
(mudiyy-un).

10. Pola jamak taksir    # s p#{s ., disebut 7


(fa’âlil-u) seperti * !#+;
  F].", dan
bentuk mufrad-nya memiliki empat huruf8 (~  s p~{1 # .#). Jika bentuk jamak dari sebuah
kata dengan lebih dari empat huruf mengikuti pola ini, hanya empat huruf yang
dipertahankan dalam bentuk jamak dan yang lainnya ditinggalkan. Contoh: \~ " N
7
Untuk O
*  @(; lihat Pelajaran 13 (Panduan 3).
8
Pola jamak
 )  juga disebut 7
* !#+;
  F]./" contoh: 3ˆ q. : ‘
# * . – 3 2s# : ‘
# 2 2s
13
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

’program’ memiliki enam huruf. Bentuk jamak-nya adalah \


~ " . Perhatikan bahwa huruf
3 dan alif telah ditinggalkan.
Berikut contoh tambahan: ˆ     ’buah quince’ : L
~ H*   X
~ !#>? . ’labar-laba’ :
--

O
~ 2 . -- O
# )1 . ‘burung bul-bul’ :  s . -- F R
 B
 "# ‘rumah sakit’ : 4
‰ R" .9
11. Jamak dari =ˆ “N)M adalah UM . Berikut beberapa contoh dalam pola ini: =ˆ N
U1 D
’hadiah’ : U1D
 -- =ˆ )
.*" ’nasib, kematian’ : U.N" -- =ˆ Uo* G ‘sudut, pojok’ : UoG .
 Latihan:
1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut.
2. Tunjukkanlah fi’il yang tergolong dalam bab    yang terdapat dalam pelajaran
utama.
3. Tulislah bentuk mudhari, amr dan masdar setiap fi’il berikut.
4. Berikanlah masdar setiap fi’il berikut dengan pola ˆ   .
5. Berikanlah isimul fa’il setiap fi’il berikut.
6. Berikanlah ismul fa’il dan ismul maf’ul setiap fi’il berikut.
7. Tunjukkanlah dalam kalimat berikut fi’il yang termasuk dalam bab    dan
turunannya.10
14. Tulislah masdar setiap fi’il berikut dalam pola =ˆ   .

15. Berikanlah masdar dari 8*!] U w!D dengan tetap mengingat masdar P+ U FP" .
17. Berikanlah jamak setiap isim berikut dalam pola UM .
18. Berikanlah bentuk fi’il yang darinya kata perbadingan 6 # D o [ diturunkan, dan berikan
bentuk mudhari dan masdar-nya.
Juga berikan empat ayat dimana terdapat fi’il ini atau salah satu dari turunannya.
19. Berikan bentuk mudhari setiap fi’il berikut.

9
F R
 B
 "# juga memiliki jamak muanntas salim X
~ N)N NRB
 "# :
10
Nomor yang dihilangkan bukan berupa pertanyaan.
14
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

 Pelajaran 3

Pada bagian ini kita mempelajari yang berikut:


1. Bab 
  . Bab ini dibentuk dengan melekatkan ta di awal bab 
 (ta + fa’’ala).
Contoh: C    ’dia belajar’ -- C ?  ’dia berbicara’ -- w
1r  ’dia makan siang’ – Fv ’dia
menerima’.

Mudhari: Karena fi’il dibentuk dari lima huruf, maka =HP 4„ mengambil fathah.

Contoh: C# ? U (ya-takallam-u), FvU (ya-talaqqâ).


Bab ini diawali dengan ta, dan jika =HP 4„ adalah ta, kedua ta datang bersamaan,
dan kombinasi sulit untuk diucapkan. Itulah sebabnya mengapa salah satu ta dapat
dihapus dalam tulisan. Berikut ini dua contoh dari Al-Qur’an:

”Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan


malaikat Jibril” (97:4)
]) I
# oo = ? ™+   (
. 
Perhatikan  (
.  untuk  (
.  .
” Dan janganlah mencari-cari keburukan orang”
(49:12)
!#BB

q
  d o
Perhatikan !#BB
q
  d untuk !#BB
q   d.
Amr : Dibentuk dengan menghapus =HP 4„ dan harakat akhir. Contoh: C # ?  
: C ?  (ta-takallam-u : takallam). Fi’il naqis membuang alif akhir (yang ditulis ya).
Contoh: w
1r   (ta-taghaddâ) : 1
r  (taghadda) ’makan siang’.
Masdar : Masdar dari bab ini pada pola ˆ    (tafa’’ul-un), contoh: š
 1
j
  ’dia berbicara’
: š
ˆ 1 j   ’hal berbicara’ --  2 b  ’dia mengingat’ : ~ 2K b  ‘hal mengingat’. Pada fi’il naqis,
karena huruf terakhir ya, dhammah pada huruf kedua berubah menjadi kasrah. Contoh:
Fv  ’dia menerima’ : (iv
) Z   (talaqqi-n untuk talaqquy-un).

Ismul Fa’il : Dibentuk dengan mengganti =HP 4„ dengan mu-. Huruf kedua
berharakat kasrah dalam ismul fa’il dan fathah dalam ismul maf’ul, contoh: C
#   U C~ i  "# –

15
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

L
# o
( U : L~ o9 ( "# (ya-tazawwaj-u : mutazawwij-un). Berikut contoh ismul maf’ul : C# ? U
: C~ ? "# (mutakallam) ’orang yang diajak berbicara.’
Ismul makan was-zaman : Sama dengan ismul maf’ul. Contoh: |ˆN
Ž!  "# ’tempat
wudhu’, 
~ N  N.N"# ’tempat bernafas’.
Bab ini diantaranya menunjukkan mutawa’ah (= o) yang berarti bahwa obyek dari

kata kerja menjadi subyek. Contoh: O


 .UG ›[ *. o
G ’Ayahku menikahkan aku dengan
Zainab’. Disini ’ayahku’ adalah subyek. Terdapat dua obyek yaitu ’saya’ dan Zainab .
Sekarang jika bab taf’’ala digunakan, ’saya’ berubah menjadi subyek, dan Zainab
menjadi obyek, dan kata ’ayahku’ tidak memiliki peran lagi : O
 .UG V
#  o
(  ’Saya
menikahi Zainab’
Berikut contoh yang lain:
”Bilal mengajariku berenang’
= „ >B
9  ˆ A *.+ 
’Saya belajar berenang’
= „ >9B V
# +   

2. 1 qB SE V# >DW 3 W' V #  +  


+ ’Keika saya mendengar adzan, saya pergi ke
masjid’ Disini 
+ adalah zarf az-zaman berarti ’ketika’. Fi’il yang mengikutinya adalah
jawab harus dalam bentuk madhi. Contoh:
’Ketika Ruqayyah meninggal dia menikahi
saudarinya’
N]M [ L
 o
(  = )
<H# V
 )i!# # 
+
’ Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit
dia berkata: "Inilah Tuhanku". (QS 6:77)
9H bND  < xQ*G  + v  w[H 
+

+ ini disebut = )
N.*N)Nj
  
+ (lamma untuk waktu). Ia tidak boleh dipertukarkan

dengan 
+ yang berarti ’belum’ yang disebut = "*G; 
+ .11

3. Kata 6# j ’kami’ terkadang membutuhkan pengkhususan, contoh: J  A 6# j


 
’kami para siswa, H q 6
# j ’kami para pedagang’, ‘  + B
 "# 6œ ’kami orang-orang
muslim’. Proses ini disebut # N5M d  dan isim yang mengikuti 6œ disebut ƒ !#5  .
Sebagaimana yang anda lihat isim ini manshub, karena ia adalah maf’ul bihi dari fi’il

11
Lihat Buku 2 (Pelajaran 21)
16
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

yang semestinya ž
 M# [ ’saya mengkhususkan, saya maksudkan’. Berikut beberapa
contoh:
’Kami orang-orang India berbicara
(dalam) beberapa bahasa.’
X
‰ r m 1
 C# ?  s !#.Ÿ  6# j
 
’Kami muslim tidak makan babi’
* U*(.–
  C j
   2  d ‘    6# j
 + B
’Kami siswa-siswa
menerima ijazah’
yang berprestasi
( ™! F . 5
 M ‘
 <!9    = >  6œ
’Kami ahli waris
menyetujui hal itu.’
yang meninggal
`W F # !# F!   = lH o 6œ

 Latihan:
1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut.
2. Tunjukkanlah fi’il yang termasuk dalam bab 
  dan turunannya yang terdapat
dalam pelajaran utama.
3. Tulislah bentuk mudhari, amr, ismul fa’il dan masdar dari setiap fi’il berikut.
4. Tulislan bentuk mudhari, amr dan masdar setiap fi’il berikut.
6. Tunjukkanlah fi’il yang termasuk dlaam bab tafa’’ala dan turunannya pada kalimat-
kalimat berikut.
8. Tulislah kembali kalimat berikut dengan menggunakan bab tafa’’ala sebagaimana
yang ditunjukkan dalam contoh.
10. Isilah bagian yang kosong dalam setiap kalimat berikut menggunakan !5  yang
sesuai.

Latihan pengucapan: Setiap siswa memberikan contoh 5Md dengan menggunakan


nama kelompok/kaumnya, conoh: ( )? 0 6œ p3+' 6œ p=<H* ' 6œ ps!.Ÿ 6œ
11. Berikanlah bentuk mudhari untuk setiap fi’il berikut.
12. Berikanlah bentuk mufrad setiap isim berikut.
13. Berikanlah bentuk jamak setiap isim berikut.

17
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

 Pelajaran 4

Pada bagian ini kita mempelajari yang berikut:


1. Bab     . Bab ini dibentuk dengan melekatkan ta di awal bab    (ta + fa’ala).
Contoh:   ?  ’dia malas’, J  -% R  ’dia menguap’  -%   ’dia optimis’, #  R  ’mereka
bertengkar satu sama lain’, F2> ’dia pura-pura menangis’.

Mudhari: Karena fi’il dibentuk oleh lima huruf, maka =HP 4„ mengambil fathah,

contoh: F2>U p#J-% RU p  ?U. Sebagaimana dalam bab 


  p =HP 4„ ta
dapat dihilangkan dalam penulisan. Berikut beberapa contoh dari Al-Qur’an:
“dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling
!H    ™><o x!# †# C 2 .   o
kenal-mengenal.” (QS 49:13)
Disini !H   adalah untuk !H  NN  .
"dan jangan memanggil dengan gelaran" J
* v|* o#(.  d o
(QS 49:11)
Disni o#(.  adalah untuk o#(.  .
"dan jangan tolong-menolong dalam
3 o1 # o C* l0&  F !#o   d o
berbuat dosa dan pelanggaran" (QS 5:2)

Disini !#o   d adalah untuk !#o  NN  d .


Amr : Dibentuk dengan menghilangkan =HP 4„ dan harakat akhir, contoh:

 o N.NN :  o N.N ’ambil!’ (tatanâwal-u : tanâwal). Dalam fi’il naqis, huruf alif
terakhir (yang ditulis ya) dihilangkan, contoh: F2N>NN : t  N>N ’berpura-puralah
menangis!’ (tatabâkâ : tabâka).
Masdar: Masdar dari bab ini berada pada pola ˆ #   (tafâ’ul-ul), contoh: o N.  ’dia
mengambil’ :ˆ o # .  ’hal mengambil’ -- @ -% R  ’dia pesimis’ @~ ¢# R  ’pesimis’. Dalam fi’il
naqis, dhammah pada huruf kedua berubah menjadi kasrah, contoh: F2>  : (2>
) t ‰ > 
untuk 
’ 2 >  (tabâkuy-un).

18
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

Ismul fa’il dan ismul maf’ul: Ini dibentuk dengan mengganti =HP 4„ dengan
mu-, Huruf kedua berharakat fathah pada ismul fa’il dan kasrah pada ismul maf’ul,
contoh  o .U : ˆ o* ."# ’orang yang mengambil’ ˆ o ."# ’yang diambil’.
Ismul makan waz Zaman: Sama persis seperti ismul maf’ul, contoh: ˆ o N."# ’tempat
mengambil’, *  _' 81U[ * o "# c = Uo* s '%  t   # d 3 [ O
 q
* U “Obat hendaknya tidak
ditinggalkan di tempat yang dapat dijangkau oleh anak-anak.”
Bab ini menunjukkan diantaranya sebagai berikut:
a) Kegiatan timbal balik (saling) (= 2
 H R"# ), contoh:  | ’dia bertanya’
’Orang-orang saling bertanya satu sama
lain’
:
# 
.  [B 
’Orang-orang saling tolong-menolong
(bekerja sama) satu sama lain’
:
# . 3 o  

b) Kegiatan berpura-pura (
* _ > c   ) " H# ]£E), contoh: z
 H +  ’dia pura-pura

sakit’, @ o
 .  ’dia pura-pura tidur’, F"  ’dia pura-pura buta’.

2, V
 ) adalah saudari 3 E dan digunakan untuk mengungkapkan harapan yang

mustahil atau sangat jauh dari kemungkinan. Contoh: =ˆ >U*< @ !q. V


 )  ‘Seandainya

bintang itu dekat’ (mustahil), 


’ .*Q
*.) ‘Seandainya aku kaya’ (jauh dari kemungkinan).
Pada contoh pertama @ !q. adalah ism laita dan =ˆ >U*< adalah khabar. Berikut beberapa
contoh tambahan:

“Seandainya masa muda kembali:


s# !# U J
 >
R V
 )
’Seandainya ibu tidak melahirkanku’
*1   C  9"[ V
 )
’Seandainya aku memiliki banyak uang
sehingga aku dapat bersedekah’12
{
 1y 5
 | ~h/2 dx "  V
 )
12
Dalam {
 1y 5
 | mudhari-nya adalah manshub karena 4
 yang disebut = )
N*>N>
B -  . Ia datang setelah
pengingkaran (penyangkalan) atau talab. Kita telah belajar dalam Pelajaran 15 (Panduan 3), bahwa amr,
nahy dan istihfam termasuk di dalam talab. Harapan juga termasuk talab. Maka jika fi’il muhdari
dihubungkan dengan talab dengan 4
 ia menjadi manshub. Contoh: @ . ƒh/2  2 |  d ‘Jangan makan

terlalu banyak agar engkau mengantukr’ -% v   1  | ’ .*Q *.) ‘Seandainya aku kaya niscaya aku akan
menolong orang-orang miskin.’
19
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

Disinidx " adalah isim dan  adalah khabar.


Kadang-kadang kata seru U dilekatkan di awal V
 ) , contoh:
Alangkah baiknya sekiranya dahulu
adalah tanah". (QS An-Naba : 40)
x # V
# .2 *.) U

3. 81. J
 2 d ’Saya tidak memiliki buku apapun’. d
 ini disebut 
* .q
*   = )
. d
(la yang menafikan seluruh jenisnya). Dalam contoh di atas la menafikan segala sesuatu
yang termasuk buku. Isim dan khabar-nya harus berbentuk nakirah. Isim-nya adalah
mabni dan berakhiran –a, Berikut beberapa contoh:
’Tidak perlu takut’
4
 ! 
    s d
’Tidak ada paksaan dalam agama’
6* U1  c Š 2 E d
’Tidak ada keraguan di dalamnya’
$ ) O
 UH d
’Tidak ada tuhan selain Allah’
‚
a  d E $ E d


# + R

 J
 # r  F
„ * 5
   1   m A

 d o p#+ R

 ^   F
„ m 1r 1   m A
… d
”Tidak ada shalat setelah fajar sampai matahari terbit, dan tidak ada shalat setelah
ashar sampai matahari terbenam.”

4. Pada pelajaran sebelumnya kita telah mempelajari tahdzir, contoh:  # 


 bDo `

UE
‘Berhati-hatilah terhadap laki-laki ini’. Sekarang jika sesuatu yang diperingatkan darinya
adalah masdar mu’awwal13, maka waw dihilangkan. Contoh:

’Berhati-hatilah dari tidur di dalam kelas’


* 5
   c @ ! .
o t 
UE
Disini hal yang diperingatkan adalah isim @!.
 dan diikuti oleh waw. Tetapi apabila

digunakan masdar mu’awwal, waw dihilangkan. Contoh: * 5


   c @ . 3[ t 
UE (bukan :
@ . 3 [o ).
(9 o C 2 yUE ’Berhati-hatilah terhadap zina’ : !#( 3 [ C 2 yUE
1 B
,  o 6
2 
UE ’Berhati-hatilah berhadap hasad’ : 3 1 B #j   3 [ 6
2 
UE

13
Lihat Pelajaran 11 Buku 3 untuk masdar muawwal (  o
—   H# 1 B
   )
20
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

3 )B.*o t yUE ’Berhati-hatilah terhadap kelalaian’ :  B


 .  3[ t yUE (perhatikan bahwa

 B  .  adalah muannats. Bentuk mudzakar adalah FB.  ).

5. Bentuk muannats dari L


#   [ (a’raj-u) ’pincang’ adalah -a    (’arjâ’-u); dan bentuk
jamak baik mudzakar dan muannats adalah L
~  # (’urj-un). Kaidah ini berlaku atas semua
isim dengan pola    [ yang menunjukkan cacat dan warna. Berikut adalah contoh isim
yang menunjukkan warna: bentuk muannats dari # +  „ [ adalah -a + „ , dan jamak
keduanya adalah ~ +  „# . Perhatikan # + ,
  s# !#.Ÿ  = Indian Merah. Bentuk jamak dari
T
# N)[ dan -a P) adalah T ~ N)N* (bîd-un) yang asalnya adalah T ~ )# (buyd-un).
Dhammah telah berubah menjadi kasrah karena ya yang mengikutinya.

6. Fi’il dengan waw sebagai huruf pertama memiliki dua masdar: satu dengan waw, dan
lainnya tanpa waw. Bentuk kedua mengambil m sebagai gantinya : n
 …
 o ’dia
menggambarkan’ : n
~ …  o dan =ˆ  …
 ’penggambaran’ --- ¤
  o : ¤
ˆ  o dan =ˆ Y 
’peringatan’ –
 lo : {
~ !lo dan =ˆ NvNl ’kepercayaan’.

7. Dalam mˆ  q
 „# huruf kedua memiliki sukun, tetapi dalam jamak X
~ q# „# memiliki
dhammah. Hal ini berlaku pada semua isim yang berada pada pola =ˆ    , seperti pˆm 
 M#
=ˆ  Q .

8. Kata depan yang mengikuti masdar mu’awwal dapat dihilangkan. Contoh: ‚


& * W !#[
J
* b ?  6 " ’Aku berlindung kepada Allah dari mengatakan kebohongan’. Kata depan 6 "
dapat dihilangkan jika diikuti oleh masdar mu’aawal, contoh: J  b 2 [ 3 [ ‚ & * W !#[ .
Penghapusan ini adalah pilihan, dan kita juga dapat mengatakan: J  b 2 [ 3 [ 6 " ‚& * W !#[
. Berikut contoh yang lain: m Ay5* ‚
a  " [ :  i5
 # 3 [ ‚  " [ atau  i5  # 3 | ‚a  " [.

21
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

9. Kita telah mempelajari badal ( 1 >) pada pelajaran 1 (Panduan 3). contoh: t !#M[ 6 U[
C~ † D ‘Dimana saudaramu Hasyim?
Ada empat jenis badal :
1) Badal keseluruhan (
i ?  6" i ?   1 ), contoh:
’Saudaramu Muhammad telah lulus’
1~ +
j
 "# t !#M[ g ¥
Disini 1~ +
j
 "# adalah sama dengan t !#M[.
2) Badal sebagian ( i ?  6" ž
*  >  1 ), contoh:
’Saya telah makan ayam, setengahnya’
]N 5
 * =  1
 V
#  2 [
Disini n
 5
 * adalah sebagian dari =  
1.
3) Badal umum (* +†
 d  1 ), contoh:
’Saya menyukai buku ini, modelnya’
$# #! [ pJ
# ?  bD *.>q
  [
Disini O
 [ tidak sama dengan J? , dan bukan pula sebagiannya, akan tetapi ia
adalah sesuatu yang terkandung di dalamnya. Berikut contoh lainnya:

’Kami saling bertanya satu sama lain


mengenai ujian itu, akan seperti apa
‡ 3 !?U n
 )2 3 j"d 6*   -% B
jadinya?’
4) Badal yang tidak serupa (6
# U> 1>), contoh:
’Berikan buku itu, maksudku buku tulis
itu’
  1
 J
 ? *.  [
Disini, kata yang dimaksud adalah 1, tetapi pembicara keliru menyebutnya

J? , kemudian ia meralatnya.


Isim yang digantikan oleh badal ( 1>) disebut mubaddal minhu ($." 1>). Dalam

‡ ˆ A* `
 .# 6U[ kata A adalah badal dan `
 .# adalah mubadal minhu.
Badal tidak perlu sejalan dengan mubadal minhu dalam bentuk ma’rifah atau nakirah.
Contoh:
’Saya menguasai dua bahasa, Prancis dan
Spanyol’
= )
*>'o = )
B
&     : ‘
* r K 4
# *  [
Disini 6* )r  adalah nakirah dan =)>' p =)B  adalah makfirah.
Badal dan badal minhu dapat berupa:
22
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

a) Keduanya adalah isim Contoh:


$ ) k < @* j
  * ] R

 6*  `
 !|B
 U
“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram.” (QS Al-
Baqarah [2] : 217)
b) Keduanya adalah fi’il, contoh:
J
# b   $#  n
  P#U x"l[   U `
 W    U 6"o
“Barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat
(pembalasan) dosa(nya), yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya” (QS Al-
Furqaan [25] : 69-69)
c) Keduanya adalah berupa kalimat, contoh:
‘
 .*o @k  |* C21
" [ 3 !#+   +* C21
" [ 8b !v
o
“Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang
kamu ketahui. Dia telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang ternak,
dan anak-anak,” (QS Asy-Syu’araa [26] : 132-133)
d) Berbeda, yang pertama berupa kalimat dan yang kedua adalah isim, contoh:
V
 v M# n
 )2 * *0&  FE* 3 o#Y .U A
 [
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan,” (QS
Al-Ghatsiyah [88] : 17)

10. @# !
."# $# 
[ o1# >U ’Sepertinya ini membuat tidur’ Dalam kalimat ini masdar mu’awwal
adalah fa’il.
Anda telah mempelajari salah satu jenis masdar mu’awwal yang dibentuk dari 3 [ +
mudhari, contoh: L
 # M [ 3[ 1# UkH[ ’Saya ingin keluar’. Ada jenis lain dari masdar

mu’awwal yang dibentuk dari 3  [ + isim dan khabar-nya. Contoh:


’Telah sampai berita kepadaku bahwa dia
sudah meninggal’
X
 N" $# 
[ *.r 
Disini masdar mu’awwal X
 N" $# 
[ adalah fa’il dari fi’il ¦  . Berikut beberapa contoh
lain:
’Saya senang anda menjadi muridku’
(secara harafiah: ‘menyenangkan bagiku
8b)+  `
 
[ * B
# U
bahwa engkau adalah muridku’)
’Sepertinya anda sedang terburu-buru’
ˆ q
*  B
 "# `
 
[ o#1>U

23
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

 Latihan:
1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut.
2. Tunjukkanlah fi’il yang termasuk dalam bab     dan turunannya yang terdapat
dalam pelajaran utama.
3. Tulislah bentuk mudhari, amr, dan masdar dari setiap fi’il berikut.
4. Tulislah ismul fa’il dari setiap fi’il berikut.
5. Tunjukkanlah fi’ili yang termasuk dalam bab     dan turunannya pada kalimat
berikut.
7. Tulislah kembali kalimat berikut dengan menggunakan V
 ).
8. Buatlah kalimat dengan bantuan kata-kata berikut menggunakan 
* .q =). d .
9. Gantilah isim dengan masdar mu’awwal pada setiap kalimat berikut.
10. Tulislah bentuk muannatas, dan jamak mudzakar – muannats dari setiap isim berikut.
11. Berikanlah dua bentuk masdar dari setiap fi’il berikut.
12. Tulislah bentuk jamak muannats salim dari setiap isim berikut.

Partikel (al-harfu) yang Menyerupai Kata Kerja

Terdiri dari enam:    pV) p


6?  p3|2 p3[ p3E . Mereka disebut dengan ]# !M[o 3 E
(inna dan saudari-saudarinya). Kita telah memeplajarinya. Mereka menyerupai fi’il dalam
dua hal:
a) Dalam arti, karena 3 E dan 3 [ berarti’Saya tekankan’ 3 |2 berarti ’Saya

menyerupakan’, 6
?  berarti ’saya mengoreksi’, V  ) berarti ’Saya berharap

(seandainya)’, dan    berarti ’saya harap’ atau ’saya khawatir’; dan


b) Dalam fungsi gramatikalnya, karena sama seperti fi’il yang mengubah maf’ul bihi-
nya menjadi manshub, dengan cara yang sama pula partikel ini mengubah isim-nya
menjadi manshub.

Arti dari partikel-partikel ini:


3 [ p3E* : Menunjukkan penekanan (1# )2 !
), contoh:
”Sesungguhnya Allah amat berat siksa-
Nya. (QS Al-Ma’idah : 2)
J
* v   1# U1† $  3 E*
”Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras
siksaan-Nya.” (QS Al-Anfal : 25)
J
* v   1# U1† $  3 [ !#+ o

24
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

3 |2 menunjukkan penyerupaan ($# N)N*>R


 
), contoh:
’Seolah-olah ilmu itu seperti cahaya’
H~ ! # C    3 |2
Dapat juga menunjukkan keraguan ( 6Y ) :
’Sepertinya saya mengenalmu’
`
 *  [ *.
|2
6
?  menunjukkan pembetulan/koreksi (tH1
 0), contoh:
’Hamid pandai, tetapi ia malas’
3ˆ AB2 $# .
? o ’ 2 G 1"„
V
 ) menunjukkan angan-angan ( 9.+
 
), contoh:
’Seandainya masa muda bisa kembali’
s# !# U J
 >yR V
 )
   menunjukkan harapan atau kekhawatiran ({ †0o 9 
), contoh:
’Semoga Allah mengampuniku’
#  r U ‚
%    
’Saya khawatir yang terluka akan mati’
X
# ! +# U g U* ;
    
Partikel-partikel ini digunakan dengan mubtada dan khawabr, dan merubah mubtada
menjadi manshub. Setelah penambahan partikel ini, mubtada disebut isim inna, dan
khabar disebut khabar inna.
H~ !NN Q ‚
%  3 E H~ !N Q ‚
a
khabar inna isim inna khabar mubtada

Tidak seperti mubtada, isim inna dapat berupa nakirah jika khabar inna adalah jumlatul
fi’iliyah (kalimat verbal), contoh:
’Seolah-olah tidak ada yang terjadi’
š
 1# j
 U  x“)† 3 |2
Sama seperti khabar, khabar inna dapat berbentuk mufrad, jumlah, atau syibul jumlah,
Contoh:
1) Mufrad:

“Sesungguhnya Allah amat cepat


perhitungan-Nya.” (QS Al-Imran : 199)
J
* Bj
  ^# U* $  3 E*
2) Jumlah (kalimat)
a. Jumlatul Fi’liyah:
“Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-
dosa semuanya. Sesungguhnya” (QS Az-
x )+ J
 !#bK  #  r U $  3 E*
Zumar : 53)
25
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

b. Jumlatul Ismiyah:
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-
Nya sajalah pengetahuan tentang Hari
=  
B C#   Š# 1 . $  3 E*
Kiamat” (QS Luqman : 34)
3) Syibul jumlah:
a. Jarr wal majrur (H# oq o  ;):
’Sepertinya anda berasal dari Cina’
‘
* 5
9  6 " `
 
|2

b. Zarf:
’Saya berharap guru berada bersama
kepala sekolah’
* U1   1 . :
 H9 1     
Apabila khabar adalah syibul jumlah, ia dapat mendahului isim, contoh:
C ]# B„ .) 3 E* C
l C ]# UE* .)E* 3 E*
“Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban
Kami-lah menghisab mereka.” (QS Al-Ghasyiyah : 25-26)

Urutan asalnya adalah:


.) C ]# B„ 3 E* C
l .)E* C ]# UE* 3 E*
Disini, isim adalah ma’rifah (C  ]# B„ , C ]# UE*), maka perubahan susunan adalah pilihan.
Namun apabila isim adalah nakirah, maka hal itu adalah wajib, contoh:14

“Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada


belenggu-belenggu yang berat dan neraka
x+)j o dx ?[ .U1  3 E*
yang menyala-nyala.” (QS 73 : 12)
“sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan.” (QS 94 : 6)
xB#U * B
 #  ^ " 3 E*
Disini keliru jika mengatakan .U1  dx ?[ 3 E* atau * B
 #  ^ " xB#U 3 E* .
Jika isim dari V
 ) adalah dhamir mufrad mutakallim (kata ganti orang pertama tunggal)

(N), maka harus menggunakan =U<!*  3! bersamanya15, contoh:


’Seandainya aku seorang anak kecil’
ˆ  _ *.)

14
 ? 
[ berarti belenggu, bentuk jamaknya adalah ˆ ? [
15
Untuk penggunaan =U<! 3! silahkan liat Buku II pelajaran 9.
26
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

Dengan 6
?  p3|2 p3E* p3[ ini merupakan pilihan. Maka kita boleh mengatakan 9E atau
*.
E . Demikian juga dengan ketiga partikel lainnya =U<! 3! tidak digunakan dengan
   . Maka kita katakan
’Saya khawatir saya tidak akan bertemu
denganmu untuk waktu yang lama’
=x U*!_ mx 1
"# t H[ d i  

27
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

 Pelajaran 5

Pada bagian ini kita mempelajari yang berikut:

1. Bab (
   ). Dalam bab ini, 3 (-in) menjadi awalan   : infa’ala. Hamzah adalah
hamzah al-washl. Kita katakan:
‘Cangkir itu jatuh dan pecah’
(wa nkasara bukan wa inkasara)
 B
 ? o 3 q.  §
 v 

Mudhari. Huruf mudhari (=HP 4„) berharakat fathah. Contoh:  B


 ?  : # B
& ? .U --

R
 [ :  R
 .U (untuk # v R
 .U )

Amr. Setelah penghilangan huruf mudhari (=HP 4„) , fi’il diawali dengan huruf
sukun, karenanya dia membutuhkan hamzah al-washl. Contoh: 4 # * 5
 .   4
# * 5
  
4
# * 5
  ‘kembali!’ (tansharif-u  nsharif  insharif).

Masdar. Ia berada dalam pola Œ     (infi’al-un), contoh:  B


 ?  : H~ B?  ‘hal

mematahkan’; O
 v  : J
~ A
 v  ‘hal membalikkan’.
Huruf-huruf yang berasimilasi menjadi terpisah dalam mashdar, contoh: 
R
  : {
~ vR
  
“terbelah” (insyaqqa : insyiqâqun).
Pada fi’il naqis, huruf terakhir ya berubah menjaadi hamzah, contoh: Fq
  E* : -ΠA
q* 
untuk 8
~A
q*  .

Isim al-fa’il: Dibentuk dengan mengganti =HP 4„ dengan mu- sebagaimana yang
kita baca pada abwab. Huruf kedua berharakat kasrah pada isim al-fa’il, berharakat
fathah pada isim al-maf’ul. Contoh: # B
& ? .U : # B
& ? ."# –  R
 . U : ~ R
 ." (untuk 
~ v R
 ."# ). Fi’il
pada bab ini sebagian besar adalah intransitif, sehingga tidak dibentuk isim al-maf’ul.

Isim zaman wa makan (keterangan waktu dan tempat): Ia serupa dengan isim al-maf’ul,
contoh: n
#   .U ‘dia berbelok’, n
~   . "# ‘tempat berbelok (tikungan). Kata F.ƒj
 . "#
(munhana-n) juga digunakan seperti ini.
28
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

Bab ini yang menunjukkan =  o   16, contoh:


J
 !? X
#  B
 2 ‘Saya telah memecahkan gelas’ : J
 !?  B
 ?  ‘gelas telah pecah’.
Catatan J!? pada kalimat pertama adalah maf’ul bihi dan yang kedua adalah fa’il.
Berikut beberapa contoh tambahan:

‘Saya telah membuka pintu’


J
 > V
# j
 
‘Pintu telah terbuka’
J
 > g   
‘Orang-orang Muslim
orang-orang kafir’
mengalahkan
H  ?  3!+B @ ( D
‘Orang-orang kafir kalah’
H#  ?  @ ( ¨ 

Perhatikan bahwa     adalah 7


~ o* #" dari    ; dan 
  adalah 7
~ o* #" dari 
 .
Contoh:
‘Saya telah memecahkan kaca’
L
 (  X
#  B
 2
‘Kaca telah pecah’
L
 (   B
 ? 
‘Saya telah menghancurkan kaca’
L
 (  X
#  B

2
‘Kaca pecah berkeping-keping’
L
 (   B

? 
2. Bila kata tanya hamzah (hamzah al-istihfam) dilekatkan di awal bab ini, maka
hamzahtul wasl dihapus, contoh: ‡  B
 ? [ : ‡  B
 ? [ (a inkasara  ankasara)
‘Apakah pintu telah terbuka?’
‡J
# > g    [
‘Apakah mobil terbalik?’
‡ m H 
)B

 V
 >v  [

16
Kita telah melihat 7o pada Pelajaran 3.
29
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

3. C# )DE X
 " @ ! U 
# + R

 V
  B
 ?  ‘Gerhana matahari terjadi pada hari ketika Ibrahim
meninggal’. Disini kalimat C # )DE X  " adalah mudhaf ilaihi, dan menempati kedudukan
jarr, dan @ !
 U adalah mudhaf. Berikut adalah beberapa contoh lainnya:
‘Saya lahir pada hari ketika kakekku
meninggal’
891 X
 " @ !U X
# 1 o#
‘Saya pergi ketika hasilnya tampak’
\# ™.
 X
  ] £ @ !U X
#  

4. d
 !  berarti ‘jika bukan karena...’, contoh:
‘Jika bukan karena matahari, bumi akan
binasa’
z
# H '%  V
 ? ]  
# + R

 d ! 

Partikel d !  ini disebut s‰ !#!#  7


k ."  4„ yang menunjukkan bahwa sesuatu tidak
terjadi karena keberadaan yang lainnya. Dalam contoh ini, bumi tidak binasa karena
adanya matahari,
Isim yang datang setelah d
 !  adalah mubtada yang khabar-nya dihapus.
Kalimat kedua disebut d!
  J
# ! . Ia adalah jumlahtul fi’liyah dan fi’il-nya adalah madhi.
Huruf lam ditambahkan diawal jawab penegasan. Sedangkan jawab yang menafikan
(menjadikan kalimat negatif) tidak mengambil lam di awalnya.

‘Jika bukan karena ujian, saya tidak akan


datang (hadir) hari ini’
@ !) X
#  P
 „ " H# >M d d!

Sebagai ganti mubtada, kita dapat juga menggunakan jumlatul ismiyyah dengan 3 [ ,
contoh:

‘Jika bukan karena cuaca panas, saya akan


mengikuti pelajaran’
m  Ž
 j
   X
#  P
 j
  H’ „ !
; 3 [ d!
Jika bukan karena sakit, saya akan pergi
bersammu’
`
  " X
#  B
  T
~ U*" *.
[ d!
‘Jika bukan karena anda terburu-buru,
saya pasti telah mengundangmu ke
V
 )> SE `
 #!1  ˆ q
*  B
 "# `
 
[ d!
rumahku

30
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

5. ‡ bD C# )DE 6 " ‘Siapa Ibrahim ini?’ -- =ˆ )+ Š bD * U1  m H y) ‘mobil kepala
sekolah ini bagus’. Jika isim isyarah (kata penunjuk) seperti `W p ŠbD pbD dll datang
setelah isim alam atau mudhaf ilaihi, dia adalah na’t.17Berikut beberapa contoh lainnya:

‘Milik siapa paspor ini?’


‡ bD *  B

 G# ! 6 + 
‘Perlihatkan kepadaku jam tangan
milikmu’
ŠbD `
   *H* [
‘Saya khawatir tidak akan melaksanakan
haji setelah tahunku ini’
bD " 1  \ „# [ d i  
18
‘Pergilah dengan (membawa) suratku ini,
lalu jatuhkan kepada mereka,’ (QS 27:28)
C ]* )E* $ v | bD *? * O
 D W 

6. O
# )r 
 menggunakan bentuk mudzakar untuk merunjuk pada kelompok yang terdiri
dari isim mudzakar dan mu’annats. Contoh:

‘Anak-anak laki-laki dan


perempuanku sedang belajar’
anak-anak
3 !N#H# 1 U N .o ™.[
Di sini kita menggunakan bentuk mudzakar meskipun kata gantinya adalah anak laki-
laki dan anak perempuan. Dalam hadits berikut:

‘Sesungguhnya matahari dan bulan adalah


dua tanda. Keduanya tidak (mengalami)
d ... 3 NUu  + v o   + R
 3 E*
gerhana karena kematian atau kelahiran
seseorang’
  do 1‰ „ [ X
$ )j  ! +  3  B
& ? .U

Di sini 3  B
& ? .U adalah bentuk mudzakar dan kata ganti yang ditujukannya adalah


# + R

 yang berbentuk mu’annats dan # + v  yang berbentuk mudzakar. Berikut contoh
yang lain: 3 >U* < =  H 1 +  o 1# q
*B
 + 

17
V
#  .
 (kata sifat)
18
$ v [ untuk $Nv[.
$Nv[
31
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

 Latihan:
1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
2. Tunjukkanlah kata yang menunjukkan bab     dan keturunannya yang terdapat
dalam buku utama (Durus Lughah 4)
3. Tulislah bentuk mudhari, isim al-fa’il dan masdar dari setiap fi’il berikut.
6. Tulislah kembali kalimat berikut dengan menggunakan hamzatul istihfam.
7. Tunjukkanlah fi’il dalam kalimat berikut yang termasuk dalam bab     dan
keturunannya.
9. Lengkapilah setiap contoh d! berikut dengan jawab yang sesuai.
15.Gunakanlah setiap kata berikut ke dalam kalimatmu sendiri.

32
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

 Pelajaran 6

Pada bagian ini kita mempelajari yang berikut:

1. Bab  N NN. Dalam bab ini,  (i-) ditambahkan sebelum huruf pertama, dan X

(ta) ditambahkan setelahnya, contoh:  Y  :  Y  (intazara) ‘dia telah menunggu’.
Perhatikan bahwa  Y  bukan termasuk bab     karena 3 adalah huruf pertama dari
fi’il ini dan X adalah tambahan.

6 j
 " : 6 j  " (imtahanna) ‘dia telah memeriksa’.
X Tambahan berubah menjadi s atau « sebagaimana yang dijelaskan berikut ini:
a) Jika huruf pertama adalah G pW ps maka X ekstra berubah menjadi s . Contoh:

Fs  s  ‘dia mengklaim’ untuk F s  (idta’â  idd’â)


 2 W   2 s W ‘dia telah mengingat’ untuk  ? W  . Dengan asimilasi W kepada s ,
bentuk 2s W  juga menjadi  2  s
 (idztakara  idzakara  iddakara)
C „ G  C „ s G  untuk C j G  (iztahama  izdahama)
b) Jika huruf pertama adalah ¬ p« pz p, X ekstra berubah menjadi « ,
contoh:
 >…
   > …
  ’dia memiliki kesabaran’ untuk  >…
  (ishtabara  ishthabara)
J  Ž
 J    Ž
  ’dia dalam keadaan gelisah’ untuk J   Ž
  (idhtaraba 
idhtharaba)
^ _ ^ _  ’dia mengetahui’ untuk ^ _  (ithtala’a  ittala’a)
C £  C  £  ’dia bertoleransi terhadap kesalahan.’ untuk C £ 
Jika huruf pertama adalah o , maka ia berasimilasi dengan X ekstra, contoh:

1 „ o  1 j 
 ’ia bersatu’ untuk 1 j  o  (iwtahada  ittahada)
F<o Fv
 ’dia takut’, ’dia melindungi diri’ untuk Fv o  (iwtaqa  ittaqa)

33
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

Mudhari: =HP 4„ mengambil harakat fathah, contoh:  Y  : # Y .U ’dia

menunggu’ – C   : C# B
B & >U ’dia tersenyum’ – ^ +   : ^# + B
 U ’dia
mendengarkan’
H M  : H# 
 U ’dia memilih’ untuk # )*
 U .

Amr: Setelah penghapusan =HP 4„, fi’il dimulai dengan huruf sukun,
maka ditambahkan hamzahtul washl di awal. Contoh: # Y
 NN.N  :  Y NN
(ttantazir-u : ntazir : intazir).

Masdar: Ia berada dalam pola ˆ    (ifta’âl-un), contoh: H~ YNN ’menunggu’,


7
~ + ’pengumpulan’, H~ )M  ’pilihan’. -Œ v ’pertemuan’ untuk 8 ~ v .

Ismul Fa’il dan Ismul Maf’ul: Keduanya dibentuk dengan mengganti 4„
=HP dengan @# (mu). Huruf kedua mengambil harakat kasrah dalam ismul

fa’il dan fathah dalam ismul maf’ul. Contoh: 6# j


 + U ’dia memeriksa’, 6~ j
 + "#
(mumtahin-un) ’pemeriksa’ : 6
~j
 + "# (mumtahan-un) ’orang yang diperiksa’.
Dalam fi’il mudha’af dan ajwab keduanya baik ismul fa’il dan ismul maf’ul
memiliki bentuk yang sama. Contoh:  R
 U ’dia menyimpulkan’’ R
 "# yang

mewakili 
~ v R
 "# untuk isimul fa’il dan ~ v R
 "# untuk ismul maf’ul.
Dengan cara yang sama H# 
 U ’dia memilih’ : H~ 
 "# yang mewakili ~ )*
 "#
untuk ismul fa’il dan 
~ N)NN  "# untuk ismul maf’ul.

Ismul makan waz zaman: Ia sama dengan ismul maf’ul, contoh: ^~ + q
 "#
’masyarakat’, secara harafiah berarti ’tempat berkumpul’ -- @# (    ’tempat
memegang’. Ini adalah nama yang diberikan untuk bagian di Ka’bah yang terletak
antara Hajar Aswad dan pintu, karena sunnahnya adalah memeluk tempat
tersebut.

34
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

2. Sebagaimana dalam bab


   , hamzatul washl dihilangkan dalam bab ini jika hamzah
al-istihfam dilekatkan di awal kata kerja ini. Contoh: 
   ‘Apakah anda

menungguku?’(di wkt lampau-pent) untuk 


   (?a-intazarta-nî : ?antazarta- nî).
Dalam al-Qur’an 
   
    
  “Apakah Tuhan memilih (mengutamakan)
anak-anak perempuan daripada anak laki-laki?” (QS Ash-Shafaat [37]:153).

3. Kita telah mempelajari WE berarti ‘jika’ atau ‘ketika’. Pada Pelajaran 14 (Buku 3) ia
juga digunakan untuk menunjukkan rasa kaget atau terkejut. Ketika mendengar suara
ketukan di pintu, anda keluar mengharapkan kedatangan seorang teman, namun ternyata
anda mendapati seorang polisi di depan pintu. Untuk menunjukkan sesuatu yang tidak
seperti yang diharapkan ini anda menggunakan = )
™q  WE. Contoh: ’ _  †# W} V
#   M
J
* >* ‘Saya keluar dan terkejut mendapati seorang polisi di pintu’. Jika seseorang
melempar tongkatnya, tidak ada yang terjadi kecuali posisi tongkat itu berubah dari
vertikal menjadi horisontal. Namun ketika Musa u menjatuhkan tongkatnya, sesuatu di
luar dugaan terjadi, tongkat itu berubah menjadi ular. Al-Qur’an menggunakan WE
=
)™q  untuk menggambarkan kejadian ini.
6 U*£ 
. -P)  D W}* Š# 1 U 7
 ( o ‘
~ >*" 3ˆ >  l  D W}* Š# 5 Fv|
“Maka Musa menjatuhkan tongkat-nya, lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi ular
yang sebenarnya. Dan ia mengeluarkan tangannya, maka ketika itu juga tangan itu
menjadi putih bercahaya (kelihatan) oleh orang-orang yang melihatnya.” (QS Al-A’raaf
[7] : 107-108)

Ada dua hal yang harus diperhatikan di sini:


a. 4 biasanya dilekatkan di awal WE.
b. Mubtada yang datang setelah =
)™q  WE dapat berbentuk nakirah. Contoh:
‘Saya masuk kamar dan terkejut
mendapati ular di atas tempat tidur’
* U* B
  F =ˆ )
„ W} =  r#  V
# Ms

4. Kata kerja 6
£ mengambil dua obyek yang pada asalnya adalah mubtada dan khabar.
Contoh:
‘Saya kira ujian (sudah) dekat.’
O
~ U*< 3 j"0 : ƒ>U*< 3 j" 0&  6 £ [
Di sini 3
 j" 0&  adalah obyek pertama, dan ƒ>U*< adalah obyek kedua.
35
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

‘Saya kira kepala sekolah akan datang


besok’
ƒ1Q   U # U1 : ƒ1Q   U  U1  6 £ [
Di sini  U1  adalah obyek pertama, dan ƒ1Q
   U adalah obyek kedua.

6
£ dapat diikuti oleh 3 [ atau 3 [. Contoh:
a.
‘Saya kira (bahwa) ujian tersebut mudah’
ˆ j
  3 j" 0&  3  6 £ [
Di sini 3
 j" 0&  adalah isim inna, dan ˆ j
  adalah khabar inna. Dalam al-Qur’an:
“bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak
mengetahui kebanyakan dari apa yang

+" xh/2 C#   U d $  3 [ C #..£ 6?o
kamu kerjakan.” (QS 41:22)
3 !+  
b. 1# + „ [ O
# #  U ‘Ahmad akan gagal’ : 1# ­[ O
 #  U 3 [ V
# ..£ " ‘Saya tidak berpikir
Ahmad akan gagal’. Dalam al-Qur’an:
“ia berkata: "Aku kira kebun ini tidak
akan binasa selama-lamanya,” (QS 18:35)
x1[ Š b D 1 )*>  3[ 6 £ [ "  <

5. Kita katakan = Q / 1 qB" / V


 )> V
#  M s akan tetapi (kita katakan): c V
# Ms
@* A0 / 3 j"0 , yakni jika apa yang kita masuki tersebut adalah tempat seperti
rumah, masjid, jangan gunakan c dan yang lainnya gunakan c. Dalam al-Qur’an:

$# .
  M s o “Dan dia memasuki kebunnya” (QS 18:35). Akan tetapi:
“karena iman itu belum masuk ke dalam
hatimu.” (QS 49:14)
C ? *!<  3 ¯}* * M# 1 U 
+o .
Kita mendapat penggunaan keduanya dalam:
"Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-
.
 M# s o 8s>  M# s 
hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.”

6. Kita telah mempelajari   C dalam Pelajaran 4 Buku 3. Sekarang kita

mempelajari pola ˆ 
 (fa’’âl-un) yang menunjukkan intensitas dalam ismul fa’il.

Contoh: ~ Q H~  Q ‘yang banyak mengampuni’-- {


‘yang mengampuni’, dan ~ G* H ‘yang
memberikan rizki’ dan { ~ 
GH ‘yang banyak memberikan rizki’— ˆ 2 u ‘yang makan’ dan
ˆ 2[ ‘yang banyak makan’.

36
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

Ada empat bentuk lain yang menunjukkan intensitas:


a. ˆ )   contoh: C~ ) ‘yang banyak mengetahui’, ^~ )+ ‘yang banyak mendengar’.
b. ˆ !#  contoh H~ ! Q  ‘yang banyak mengampuni, H~ !?† ‘yang banya bersyukur’, : ~ !#>
‘yang banyak mengerutkan (dahi), ˆ !2[ ‘yang banyak makan’.

c. ˆ   contoh: H~ b „ ‘sangat berhati-hati’.


d. ˆ   " contoh: -Œ   " ‘yang banyak memberi’.

Keempat pola ini disebut   C *  = r >" ¦ )…


 yakni pola yang menunjukkan intensitas
dari isim fa’il.

7. H* >„ d 6" 1
# d ‘harus menjalani tes’. Secara harafiah berarti ‘tidak ada jalan

menghindari tes’. Di sini d adalah 


* .q*   =). d yang telah kita pelajari pada
Pelajaran 4. Jika mashad mu’awwal digunakan 6" dapat dihapus, contoh: O  #?  3 [ 1
# d
$#  ‘anda harus menulis (surat) kepadanya)’,  NB# 3[ 1
# d ‘kita harus melakukan
safar’, J
* !# ,  )rR
  6 !#+    3[ 1
# d ‘anda harus belajar bagaimana menjalankan
komputer’.

 Latihan:
1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
2. Tunjukkanlah kata yang menunjukkan bab     dan keturunannya yang terdapat
dalam buku utama (Durus Lughah 4)
3. Tulislah bentuk mudhari, isim al-fa’il dan masdar dari setiap fi’il berikut.
4. Ubahlah fi’il berikut ke dalam bab
   .
5. Ubahlah fi’il berikut ke dalam bab
   .
6. Ubahlah fi’il berikut ke dalam bab
   .
7. Tulislah bentuk asal yang darinya setiap kata kerja (fi’il) berikut ini diturunkan
sebagaimana yang ditunjukkan dalam contoh, dan sebutkan bab-nya.
8. Tulislah kembali kalimat berikut dengan menggunakan bab     sebagaimana yang
ditunjukkan dalam contoh.

37
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

9. Tunjukkanlah fi’il yang termasuk ke dalam bab


    dan turunannya yang terdapat di
dalam kalimat-kalimat berikut.
12.Tulislah kembali kalimat berikut dengan menggunakan bentuk 6
£ yang diisyaratkan
di dalam kalimat. Tulislah kembali dengan menggunakan 3
 [ setelah 6
£ .
13. Berikanlah bentuk jamak setiap isim berikut.
14. Berikanlah bentuk mudhari dari setiap fi’il berikut.
16. Buatlah bentuk intensif dari isimul fa’il berikut dengan pola ˆ !#  pˆ )  pˆ 
 dari
kata-kata kerja yang diberikan bersamanya.

38
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

 Pelajaran 7

Pada bagian ini kita mempelajari yang berikut:


1. Bab    . Dalam bab ini  (i-) diletakkan di awal huruf pertama, dan huruf ketiga
digandakan (if’alla). Bab ini hanya digunakan untuk warna dan cacat atau kekurangan,
contoh: 
+
 „ & ‘ia menjadi merah’ L

! „  ‘ia menjadi bajingan’.
Bentuk mudhari dari 
+ „  adalah  + j
 U , dan ismul fa’il adalah ’a +
j
 "# . Dia tidak
memiliki isimul maf’ul. Mashdarnya adalah H~  +
 „  .
Bab ini memiliki bentuk lain dengan penambahan alif setelah huruf kedua, yakni    
(if’âlla), contoh: H
+„
  ‘ia menjadi merah’ @
Ds ‘ia menjadi hijau tua’.
Bentuk mudhari dari H
+„  adalah H +j
 U . Ismul fa’ilnya adalah H’ +j
 "# , dan

mashdarnya adalah ŒHh+


 „ .
Perhatikan bahwa fi’il seperti 1
†  bukan dari bab     akan tetapi dari bab     dari
1
† : X dalam 1
†  adalahh tambahan, akan tetapi kedua dal (s) adalah huruf asli, karena
huruf-huruf (kata tersebut) adalah: s ps p° . Dalam menentukan bab kita harus
menemukan huruf asli (dari kata tersebut). Dalam kasus tertentu bentuk-bentuknya dapat
menipu.

2, Kata wNU wH memiliki dua arti: (a) melihat, dan (b) berpikir, mengira,

memutuskan. Dalam pengertian yang pertama disebut =


U* 5
 > w[H (ra’aa penglihatan
mata), dan pengertian yang kedua disebut=ˆ )
>* v  w[H (ra’aa penglihatan hati). Yang
pertama hanya mengambil satu obyek, contoh: C  )„ V
# U[H . Yang kedua mengambil
dua obyek, contoh:
‘Saya pikir Hamid adalah seorang ulama
ƒ+ 1"„ : ƒ+ ƒ1" „ wH[
‘Saya mengira anda lemah’
x ) Ž
 V[ : x ) Ž
 t H[
"Sesungguhnya mereka memandang siksaaan x>U*< Š# o x1)  $# o  U C ]# 
E*
itu jauh (mustahil). Sedangkan Kami meman-
dangnya dekat (mungkin terjadi). (QS 70:6-7)

39
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

3. FB
 adalah fi’il yang menunjukkan harap dan cemas seperti    , contoh:
“Mudah-mudahan Allah menerima taubat
mereka.” (QS 9:102(
C ]* ) J
 !#U 3[ $#  FB
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu,
padahal ia amat baik bagimu,” (QS 2:216)
C ?  ~ )M ! D# o x“)† !#D ?  3[ FB o

FB dapat digunakan untuk fi’il lengkap atau tidak lengkap19


a. Fi’il yang tidak lengkap ( ž
# <y. r ) adalah saudara-sadara 3 2 yang mengambil
isim dan khabar, contoh:
“mudah-mudahan Allah mema'afkannya”
(QS 4:99)
C ]# . !   U 3[ $#  FB
Di sini $#  adalah isim-nya, dan mashdar mu’awwal !
   U 3[ adalah khabarnya.
Ingat bahwa khabarnya harus mashdar mu’awwal. Isimnya dapat pula berupa dhamir:
‘Mudah-mudahan saya menikah tahun ini’
@   bD L
 o
( [ 3 [ V
# )B
Di sini VN adalah isimnya.

b. Fi’il lengkap (@#  ) diikuti oleh fa’il, contoh: :


# H9 1    M s . Jika FB digunakan
sebagai fi’il lengkap, segera diikuti oleh mashdar mu’awwal, contoh:
“Mudah-mudahan Tuhanku
memberiku petunjuk...” (QS 18:23
akan
9H 206* U1 ] U 3[ FB
Di sini mashdar mu’awwal 6
* U1 ] U 3[ adalah fa’il-nya.
Dalam O
 # H [ 3 [ V
# )B ‘saya khawatir saya akan gagal’ FB tidak lengkap, dan dalam
O
 # H[ 3[ FB adalah lengkap.

4, :
# H9 1    M s " 1   ‘Setelah masuknya guru’. Di sini " bersama dengan fi’il yang
mengikutinya memiliki makna mashdar. Maka : # H9 1    M s " 1   berarti * !#Ms# 1  
:
* H9 1   . Itulah sebabnya mengapa " ini disebut =
UH* 1 5 " (maa mashdariyyah). Fi’il
yang mengikuti maa mashdariyyah dapat berupa madhi atau mudhari. Berikut contoh
dalam bentuk mudhari:
‘Saya akan memperlihatkan kepadamu
majalah itu setelah keluarnya guru’
:
# H9 1 L
# # 
 U " 1   = q
   `
 U*H|
19
Lihat Pelajaran 10 Buku 3.
20
6* U1 j
 U 3 [ = *.U1 j
 U 3 [
40
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

Di sini :
# H9 1 L
# # 
 U " 1   memiliki makna :
* H9 1 L
* o#M# 1   .
Berikut beberapa contoh lain:
“(bagi mereka) akan mendapat azab yang
berat, karena mereka melupakan hari @ ! U !#B +* 1~ U1† J
~ b C ]# 
J
* Bj  
perhitungan.” (QS 38:26)

“...Karena itu rasakanlah azab disebabkan


kekafiranmu itu". (QS 3:106) 3 o#  ?  C #.2 +* J
 b   !<ob
5. Kita telah mempelajari pada Buku 2 (Pelajaran 11) bahwa khabar yang datang setelah

"[ harus mengambil 4 , contoh: = ";* : # H# s | [ 
"[ = H1* :
# H# 1 U M[ . Dalam ayat
C ? *¯E* 1   C#   2 [ C ]# D# !#o# X
 s
!   6 Ub  
"| tidak terdapat 4, karena khabar telah
dihapus sebagaimana yang jelas dari konteksnya. Khabar yang dihilangkan adalah  v)#

C ]#  “dan dikatakan kepada mereka”. Berikut adalah terjemahan makna ayat: “Adapun
orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): "Kenapa kamu
kafir sesudah kamu beriman?” (QS 3:106).

 Latihan:
1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
2. Tunjukkanlah fi’il yang termasuk dalam bab     dan     dan turunannya yang
–pent
terdapat dalam pelajaran utama (yakni buku durus lughah 4 ).
3. Tulislah bentuk mudhari, mashdar dan ismul fa’il dari setiap fi’il berikut.
4. Tulislah bentuk mudhari, mashdar dan ismul fa’il dari setiap fi’il berikut.
5. Sebutkanlah bab setiap fi’il berikut.
6. Tunjukkanlah fi’il yang termasuk dalam bab     dan     dan turunannya yang
terdapat dalam kalimat berikut.
7. Tulislah kembali kalimat berikut dengan menggunakan =ˆ )
>* v  w[H .
8a. Ubahlah a=5< 
. FB menjadi = "

 FB pada kalimat berikut.
8b. Ubahlah = "

 FB menjadi =5<
. FB pada kalimat berikut.
8c. Gunakanlah FB ke dalam dua kalimatmu sendiri, harus berupa naqis pada kalimat
pertama, dan taammah pada kalimat kedua.
11. Berikanlah bentuk mudhari pada setiap fi’il berikut.
12. Apakah arti kata = .
 !  dan apakah bentuk jamaknya?
41
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

 Pelajaran 8

Pada bagian ini kita mempelajari yang berikut:


1. Bab
     . Dalam bab ini V
   dilekatkan di awal huruf pertama (istaf’ala), contoh:
  r   ‘dia memohon ampunan’, ¤  v )  ‘dia bangun’, 1
   ‘dia bersiap-siap’, C
j   
‘dia mandi’,  v   ‘dia mengundurkan diri’, Fv   ‘dia berbaring’.
Bentuk mudhari :   N  NB
 U , contoh: v B  U p )v B
 U pCj
 B
 U p#  r B
 U .
Bentuk Amr : Ia diwali dengan huruf sukun, karenanya dia mengambil hamzatul washl,
contoh: #  r B
  :   r   (tastaghfir-u : staghfir : istaghfir) –  )vB   :  v  
-- v B   : *    – C j  B
  : C
j
   (Ini memiliki harakat fathah di akhirnya untuk
menghindari 6 * ).2 
B -a v ).
Mashdar : Berada dalam pola ˆ      (istif’âl-un), contoh: H~  r  . Dalam fi’il ajwaf m
pengganti ditambahkan di akhir, contoh:  v   : =ˆ v  -- H R  ‘ia berkonsultasi’ :
mˆ H R  . Dalam fi’il naqis, huruf terakhir 8 berubah menjadi hamzah, contoh: -Œ v  
untuk 8 ~ v   .
Ismul fa’il dan ismul ma’ful : Huruf kedua berharakat kashrah dalam ismul fa’il dan
fathah dalam isimul maf’ul, contoh: ~  r B
 "# ‘yang memohon ampun’ dan ~  r B
 "# ‘ yang
dimintai ampunannya’ (mustaghfir/mustaghfar).

Ismul makan waz zaman : Ini sama dengan ismul maf’ul, contoh: ˆ >v B
 "# ‘yang akan

datang’, n
~  ! B
 "# ‘klinik’, F R
 B
 "# ‘rumah sakit’.
Bab ini menunjukkan, di antara hal-hal lainnya, makna mencari (meminta/memohon–pent),
contoh:   Q   r   ‘dia memohon ampun’, C  _ ‘dia makan’
‘dia mengampuni’ : :

C     ‘dia meminta makanan’, w1D ‘dia menunjuki’ w1]  ‰ ‘dia meminta petunjuk’

2. •
 * ? 
3 uv  C ]  [  ?  = )
*   = r K :
# H# s  ‘Saya belajar Bahasa Arab agar supaya saya
memahami Al-Qur’anul Karim’.   ?  adalah partikel infinitive, dan 3 uv  C ]  [  ? 
42
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

berarti 3 uv  C ]  | . Ia digunakan dengan mudhari yang merubahnya menjadi manshub.
* )   @# d 21 dilekatkan di awalnya yang kadang-kadang dapat dihapus, contoh:
“supaya kami banyak bertasbih kepada
Engkau,” (QS 20:33)
xh/2 `
 j
 >9B
 #  2
Di sini  2 adalah untuk  ?  .
 ?  digabungkan dengan =). d dalam tulisan. Contoh:
‘Bersungguh-sungguhlah agar supaya
kamu tidak gagal’
O
 #   A
 )?  1 j
  
‘Tulislah nomor teleponku dalam diari
agar engkau tidak lupa’
FB. A
 )?  m  ?i    c  D C 2 H O
 #2 
Berikut beberapa contoh lain dari 
 ?  :
‘Teman-temanku pergi ke pasar
untuk membeli keperluan’
\ ™!, #o R
 U  ?  {
* !#B SE ™A
 " G# O
 D W
‘Maryam, bangunlah lebih awal
agar engkau ketinggalan kereta’22
H# v `
 ! U A)? mx  ?i >"# Yv )  p#•" U

3. 3
 W E adalah salah satu partikel nasb. Ia mendahului mudhari dan mengubahnya menjadi
manshub. Artinya ‘kalau begitu’. Ia digunakan hanya dalam menjawab sebuah
pernyataan. Jika teman anda memberitahu anda:
‘Kepala sekolah akan kembali hari
ini dari luar negeri’
L
* H* – 6" @ !) # U1  ^# *  U
Anda akan menjawab dengan mengatakan:
‘Kalau begitu kita akan men-
jemputnya di bandara.
H*  c $# >*v B
  3 W E
Perharikan bahwa fi’il setelah partikel 3
 W E adalah manshub.
3 W E merubah mudhari menjadi manshub hanya apabila tiga syarat berikut terpenuhi:

a) 3 W E harus berada di awal kalimat, dan tidak boleh didahului oleh kata lain.

b) Fi’il harus segera mengikutinya. Diperbolehkan diantarai oleh =). d atau


sumpah (qasam).
c) Fi’il harus menunjukkan (masa) yang akan datang.

21
Untuk )  @d lihat Buku 2 (Pelajaran 17)
22
Dalam Bahasa Indonesia kita katakan “Saya ketinggalan kereta”. Dalam Bahasa Arab, kita katakan:
“Kereta meninggalkanku” H# v *.N  .
43
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

Dalam contoh yang dinukil di atas, ketiga syarat terpenuhi. 3 W E berada di awal kalimat,

langsung diikuti fi’il $# >*v B


 , dan ia menunjukkan waktu yang akan datang. Akan tetapi
jika kita katakan $# >*v B
  3 W E 6# j   fi’il harus berbentuk marfu’ karena 3 W E tidak berada
di awal kalimat. Demikian juga jika kita katakan $# >*v B   H*  c 3 W &E fi’il harus
berbentuk marfu’ karena karena fi’il tidak langsung mengikuti 3  W E. Namun demikian,
kita dapat mengatakan H*  c $# >*v B   ‚
& o 3W ‘kalau begitu demi Allah kita akan
menjeputnya di bandara’, dan juga H*  c $# >*v B   d 3W ’kalau begitu kita tidak akan
menjeputnya di bandara’. Fi’il dalam kedua kasus ini adalah manshub.
Berikut ini beberapa contoh di mana fi’il tidak menunjukkan waktu yang akan datang:
‘Bus tiba di bandara jam dua’
= )*/ =  B

 H SE = ,  5
 
‘Jika demikian saya khawatir akan
ketinggalan penerbangan’23
= „  *. !  3[ 4
# M[ 3 W E
Di sini 4
# M[ adalah marfu’ karena ia tidak menunjukkan waktu yang akan datang.
4. Kita telah melihat bahwa fi’il dalam bentuk madhi dibentuk menjadi negatif dengan "

, contoh: V
#  2 [ " ‘saya tidak makan’. Akan tetapi jika kita menafikan dua fi’il madhi
sekaligus, maka kita gunakan d , contoh: V # * † do V
#  2 [ d ‘Saya tidak makan dan
tidak minum’ F…  d o {
 1
…
 A
  “Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan Al Qur'an)
dan tidak mau mengerjakan shalat,” (S 75:31)

5. Kita telah melihat waw al hal ( Ÿ oo) di awal jumlatul ismiyyah (kalimat isim).
Contoh:
‘Saya memasuki masjid ketika Imam
sedang membaca al-Fatihah’
= jN   [ v U @# "0o 1 qB V
# Ms
Ia juga dapat mengawali jumlatul fi’liyyah (kalimat verbal) dengan fi’il dalam bentuk
madhi, akan tetapi ia harus diikuti oleh 1
 < , contoh:
‘Saya memasuki masjid ketika Imam
telah selesai membaca al-Fatihah’
= jN   @# "0 [ < 1 <o 1 qB V
# Ms
Berikut contoh lainnya:
‘Kami keluar kelas ketika guru telah
selesai menerangkan pelajaran’
:
 H1 :
# Hy 1 I
  † 1<o * 5  6" . M
23
Yakni ketinggalan pesawat –pent.
44
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

‘Dokter datang setelah pasien


meninggal’
T
# U*  X" 1<o O
# )> -% 
‘Saya tiba di bandara setelah pesawat
tinggal landas’
m  ™ V
  < [ 1<o H  V
# …o

6. Fi’il    memiliki empat arti:


a. Membuat, yakni membuat sesuatu terjadi atau menjadi sesuatu. Dalam pengertian ini,
ia mengambil dua obyek:
‘Saya akan membuat ruang ini
menjadi toko’
ƒ2s# =  r#  ŠbD    |
Di sini =   r#  adalah obyek pertama dan ƒ2s# adalah obyek kedua.
“Allah menjadikan khamr haram”
ƒ"„  + –
  ‚ 
“Dan Allah menciptakan padanya
bulan sebagai cahaya dan

 + R

    o xH!# 6
]* )  + v     o
menjadikan matahari sebagai pelita”
(QS 71:16)
x
“Jikalau Tuhanmu menghendaki,
tentu Dia menjadikan manusia umat
d o mx 1 „ o =x "
[ :
 
.   q
  `
 H -† ! o
yang satu, tetapi mereka senantiasa
berselisih pendapat,” (QS 11:118)
‘
  
 "# 3 !(U
b. Mengira, menganggap.
‘Apakah anda menjadikanku kepala
sekolah?’
‡ ƒU1" *.   [
Yakni apa kamu mengira aku kepala sekolah?
“Dan mereka menjadikan malaikat-
malaikat yang mereka itu adalah hamba-
6* + „ 
 s# > C D# 6 Ub = ? ™+  !   o
hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai
orang-orang perempuan” (QS 43:19)
xlE*
Yakni mereka meyakini bahwa malaikat-malaikat itu adalah perempuan.

c. Membuat, yakni menciptakan. Dalam pengertian ini, ia hanya mengambil satu obyek,
contoh:
“Segala puji bagi Allah Yang telah
menciptakan langit dan bumi dan
X
 o+B

  M 8b $  1# + j
 
mengadakan gelap dan terang,” (QS 6:1)
H !.o X
 +YK     o z
 H '% o

45
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

d. Memulai. Dalam pengertian ini, ia bertindak seperti 32, dan memiliki isim dan
khabar. Khabarnya adalah jumlahtul fi’liyyah dengan fi’il dalam bentuk mudhari.
Contoh:
‘Hamid mulai memukulku’
*.#* P
 U 1~ "„   
Di sini 1~ "„ adalah isimnya dan *.#* P
 U adalah khabarnya.
7. Bentuk jamak dari °
k " ‘jalan setapak’ adalah mˆR"# . Ia berada dalam pola =ˆ   
(fu’alat-un). Maka (musyât-un) asalnya adalah =ˆ )R  "# (musyayat-un), di mana –aya-
berubah menjadi –â-. Berikut contoh lainnya: z k < ‘hakim’  mˆP< – 4 ‰ „ ‘telanjang
kaki’  mˆ  „
# – Hk  ‘telanjang’  mˆ # – k o ‘penguasa’  mˆ d o# .

7
* H5 *  O
# …
 !

Partikel-partiel yang merubah mudhari menjadi manshub disebut 7


* H5 *  O
# …
 ! .
Ini ada empat, dan kita telah mempelajari semuanya. Mereka adalah:
a. 3 [ Contoh:
“Dan Allah hendak menerima taubatmu,”
(QS An-Nisaa : 27)
C ? ) J
 !#U 3[ 1# U*#U $# o
Partikel ini disebut k >v  o O
k 5
 o =
UH* 1 5
 "# 4
#  „ , yakni mashdar yang merubah
mudhari menjadi manshub dan menunjukkan waktu yang akan datang.
b. 6 . Contoh:
Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu
sekali-kali tidak akan sanggup sabar
x>…
   " ^ )B
  6 `
 
E*  <
bersama aku.” (QS Al-Kahfi : 67)
Partikel ini disebut k >v  o O
k 5
 o k   4
#  „ , yakni partikel negative yang merubah
mudhari menjadi manshub dan menunjukkan waktu yang akan datang.
c.  2 Contoh:
“Agar kami banyak bertasbih kepada-Mu”
ƒ)/2 `
 j
 >9B
 #  2
Partikel ini disebut k >v  o O
k 5
 o =
UH* 1 5
 "# 4
#  „ , yakni mashdar yang merubah
mudhari menjadi manshub dan menunjukkan waktu yang akan datang.

46
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

d. 3 W E*. Contoh:
“Saya akan mengunjungimu besok insya
Allah.”
‚
a  -% † 3 E ƒ1Q t H# o#G|
“Kalau begitu aku akan menunggumu” t  Y N
% N[ 3 W E*
Partikel ini disebut k >v  o O
k 5
 o -f ( o J
k ! 4
#  „ , yakni partikel jawaban yang
merubah mudhari menjadi manshub dan menunjukkan waktu yang akan datang.

 Latihan:
1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut.
2. Tunjukkanlah fi’il yang termasuk ke dalam bab      dan turunannya yang
terdapat dalam pelajaran utama.
3. Tulislah bentuk mudhari, amr dan mashdar setiap fi’il berikut.
4. Tunjukkanlah fi’il yang termasuk ke dalam bab
     dan turunannya yang terdapat
dalam kalimat-kalimat berikut.
5. Isilah bagian yang kosong dari setiap kalimat berikut dengan  2 atau A
x )?  , dan
buatlah perubahan yang diperlukan.
6a. Gunakanlah 3
 W E* ke dalam tiga kalimatmu sendiri.
6b. Latihan pengucapan Setiap siswa mengatakan sesuatu dan temannya menjawab
dengan menggunakan 3
 W E*.
7. Buatlah bentuk ingkar dari kedua fi’il pada kalimat berikut.
8. Tulislah kembali kalimat berikut dengan merubah anak kalimat nominal (al-
jumlahtul ismiyyah) menjadi kalimat verbal (al-jumlatul fi’liyyah).
9. Sebutkanlah pengertian
   dalam setiap kalimat berikut.
11. Laatihan pengucapan: Setiap siswa bertanya kepada temannya : 6 " o ‡VY v ) F"
‡`
 Y v U[
12. Tulislah bentuk mudhari untuk setiap kata fi’il berikut.
13. Sebutkanlah bab dari setiap fi’il yang terdapat dalam hadits Abu Dzar.
14. Tulsilah bentuk mufrad dari \ ™!, dan =a _R
 , dan bentuk jamak dari  v .
15. Tulislah bentuk asli dari !+
# Y  yang terdapat di dalam hadits.
16. Tulislah bentuk jamak dari setiap isim berikut dengan pola mˆ   # / Hk  .

47
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

 Pelajaran 9

Pada bagian ini kita mempelajari yang berikut:


1.         (fi’il ruba’i) adalah fi’il yang memiliki empat huruf, contoh: C
    ’dia
menterjemahkan’,  /   ’dia menghamburkan’,  o  D ’dia berjalan cepat’,  + B
  ’dia
membaca basmalah’.
Sebagaimana fi’il tsulatsi, fi’il ruba’i dapat berupa mujarrad atau mazid.
Fi’il ruba’i mujarrad hanya memiliki empat huruf tanpa tambahan huruf lainnya, seperti
C    yang terdiri dari huruf-huruf @ pL pH pX. Fi’il ruba’i mujarrad hanya memiliki
satu bab, yaitu     (fa’lala). Bentuk mudhari-nya adalah     #U, contoh: C# *  #U. Karena
kata kerja ini terdiri dari empat huruf, maka =HP 4„ berharakat dhammah.

Mashdar-nya berada dalam pola =ˆ    (fa’lalat-un), contoh: =ˆ +    . Ismul fa’il adalah
C~ *  "# ‘penterjemah’, di mana huruf ketiga berharakat kasrah, dan ismul maf’ul
berkarakat fathah, contoh: C ~   "# J
~ 2 ‘buku yang diterjemahkan.
Ar-Ruba’i mazid memiliki tiga abwab, yaitu:
a.      , di mana ta- (X ) dilekatkan di awal huruf pertama (tafa’lala). Contoh:
7     ’dia tumbuh’, T
 + P
 +  ’dia berkumur-kumur’.
Bentuk mudhari-nya adalah 7 #    U dan mashdarnya adalah 7 ~ #    .
b.     , di mana i- (  ) dilekatkan di awal huruf pertama dan huruf keempat
digadankan (diberi syaddah) (if’alalla). Contoh: 3  |+ _  ‘Dia merasa yakin’, G
|+ † 
‘Dia membenci’.
Bentuk mudharinya adalah 6 N“N+  U , dan mashdarnya adalah 3ˆ .N“N+ _  .
Dalam al-Qur’an:
“Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-
lah hati menjadi tenteram.” (QS 13:27)
J
# !v  6 “+   $  * 2 b * d [
c.  .    di mana i- ( ) dilekatkan di awal huruf pertama, dan –n (3) ditambahkan

setelah huruf kedua (if’anlala), contoh: ^ v    . Bentuk mudhari-nya adalah ^# v   U

48
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

dan mashdar-nya adalah 7


~ v*  . Kalimat :
# 
. ^ v    berarti ‘manusia (telah)
bubar’.

2. “Ini seorang laki-laki” adalah ˆ # H bD dan “Ini laki-laki tersebut”  # 


 bD .
Namun kalimat ini juga bisa berarti ‘Laki-laki ini’. Pendengar mungkin mengira maksud
anda adalah ‘Laki-laki ini...’ dan menunggu khabar. Untuk menghindari kerancuan ini,
dhamir yang sesuai dimasukkan di antara mubtada dan khabar, contoh:  # 
 !D bD
‘Inila laki-laki tersebut’ 6 "# * q
   C# D# -€—D ‘Inilah para penjahat tersebut’, D ŠbD

maH)
B ‘Inilah mobil tersebut’, X
# +B
   6
D# -€#—D ‘Ini lah para wanita Muslimah.’
Dhamir yang digunakan disebut
*5
   h# + Ž
 (dhamir yang membedakan)
Kerancuan juga muncul dalam kalimat di mana mubtada adalah isim alam dan khabar-
nya adalah kata sifat atau isim yang berawalan –al, contoh; O
#  A
  1~ " „ yang dapat
berarti “Hamid si pemain’ atau ‘Hamid adalah pemain (itu). Jika kita bermaksud
(mengatakan) ‘Hamid adalah pemain (itu)’ kita katakan O
#  A
  !D 1~ " „.
Berikut contoh-contoh lain dari * 5
   h# + Ž
.
“Dan merekalah orang-orang yang
beruntung.” (QS Al-Baqarah [2] : 5)
3 !#j  +#  C# D# `
 “No [o
“itu adalah keberuntungan yang
besar.” (QS At-Taubah [9] : 72)
C# )Y   G# !   ! D# `
 W
Namun penggunaan
*5
   h# + Ž
 tidak wajib. Jika menurut anda tidak terdapat kerancuan
(antara pembicara dan pendengar –pent), anda tidak perlu menggunakannya. Kita melihat
di dalam al-Qur’an: J
# ?  `
 W “Kitab (Al Quraan) ini...” (QS 2 : 2), G# !   `
 W
◌ُ C)Y   “Itulah kemenangan yang besar.” (QS 9 : 89).

3. Jika anda ditawari sesuatu untuk dimakan dengan perintah bD  2 , anda dapat
memakan seluruhnya. Akan tetapi jika perintahnya bD 6 "  2 , maka anda hanya
mengambil sebagian darinya. Dengan cara yang sama kita katakan:
=
U(* )?0 4
# *  U d 6 " J * A  K  6 " “Di antara siswa ada yang tidak mengenal Inggris.”
6 " ini disebut = )
P  )  >
 6 " (min yang menyatakan sebagian). Beritkut beberapa contoh
lainnya:

49
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

“Anda adalah salah satu siswa


terbaik”
J
* A
 K  6* B
 „ [ 6" V
 [
“Anda adalah siswa terbaik.”
O
*  6# B
 „ [ V[
“dan menafkahkan sebahagian rezki
yang Kami anugerahkan kepada
3 !v  .#U C D# .< G H 
+" o
mereka.” (QS Al-Baqarah [2] : 3)
“Di antara manusia ada yang
mengatakan: "Kami beriman kepada
* M € @* ! )*o $ * 
." u  !vU 6" *:
. 6 " o
Allah” pada hal mereka itu
sesungguhnya bukan orang-orang
‘
 .*" — +# * C#D "o
yang beriman. (QS al-Baqarah [2]: 8)

4. Dalam ‡ # U1   -%   D o “Dan apakah kepala sekolah telah datang?”. Kata sambung o
datang terlebih dahulu, dan kemudian kata tanya D. Kata tanya hamzah al-istihfam [

datang sebelum kata sambung o , contoh: ‡ # U1    -% o [ . Kita tidak dapat mengatakan
‡#U1  -% [o . Berikut beberapa contoh dari Al-Qur’an:
“Dan apakah mereka tidak z
* H '% o X
 o+B

 X
 !?"  o#Y .U C o[
memperhatikan kerajaan langit dan
bumi” (QS al-A’raaf [7] : 189)
“Kemudian apakah setelah terjadinya
(azab itu), kemudian itu kamu baru
$ * C#." u ^ <o " WE* C
l[
mempercayainya” (QS Yunus : 51)

5. Banyak ayat dimulai dengan kata W E, contoh: C# )D  < W E*o . Dalam keadaan demikian
W E adalah obyek dari fi’il o#2 W [ ‘Ingatlah’ yang seringkali ditiadakan. Makna dari ayat
di atas adalah “Ingatlah ketika Ibrahim berkata...”.

6. Jamak dari ~ )9" ‘mayat’ adalah F ! "


V F  . Ia adalah 45 6" 7!.+ ,
dengan pola

dan tidak memiliki tanwin. Berikut beberapa contoh lainnya: ~ )   [ ‘tawanan’ : w [ ,
T
~ U* " ‘pasien’ : FŽ " , g~ U*  ‘luka’ : F„  .
7. Jika munada adalah isim dengan dhamir mufrad mutakallim (kata ganti orang pertama
tunggal) sebagai mudhaf ilaih, ia memiliki lima bentuk yang berbeda:
a. 9H U (yaa rabbii). Ini adalah bentuk aslinya.

50
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

b. J
9 H U (yaa rabbi); di sini ya 8 dihilangkan
c. 
 9H U (yaa rabbiya), ya dipertahankan namun berharokat fathah.
d. J

H U (yaa rabba), ya dihilangkan dan huruf terakhir berharokat fathah.
e. 
H U (yaa rabbaa), ya dihilangkan dan huruf terakhir berharokat fathah dan
ditambahkan alif.

Bentuk terakhir mengambil V


 ? B

 -a D di akhir : Š 
H U (yaa rabbaah).

Saya telah menempatkan semua bentuk dalam urutan ini:  9H p


H p
JH p9H pJ
9 H .
Bentuk pertama J
9 H yang paling sering digunakan di dalam Al-Qur’an.
8. Kita telah melihat pada pelajaran 14 pada Buku 3, bahwa jika jawabush-sharth adalah
jumlah ismiyah, dia harus mengambil 4 , contoh: 6* )  R
 U ! ]#  V
# Ž
 * " WEo. 4 ini dapat
digantikan oleh =y)™q   WE . Conoh:
"dan apabila nama sembahan-
3 o#R  U C D# WE* $ *o#s 6" 6 Ub  2 W WE*o
 >B
sembahan selain Allah yang disebut,
tiba-tiba mereka bergirang hati.” (QS
Az-Zumar : 49)
“dan jika mereka tidak diberi
sebahagian dari padanya, dengan
WE* ]." !   #U C  3*Eo !#ŽH ]." ! [ 3 }*
serta merta mereka menjadi marah.”
(QS At-Taubah : 58)
3 ! B U C D#
9. Kita telah mempelajari fi’il mudha’af pada Buku 2 pelajaran 29. Dalam semua bentuk
mudhari, kecuali dua, huruf kedua kehilangan harokat vokalnya dan beraimilasi dengan
huruf ketiga, contoh: p3
qj#  p\j#  p6q q#j U p3
qj
#  p3!qj
# U p3
qj # U p\j
# U
\ j
#  p\„# [ p6q
q#j
  p3
qj
#  p‘q9j #  pp3 !qj
# . Proses ini disebut @# Qs 0&  . Hanya
kedua bentuk yang digarisbawahi tidak mengalami idgham, karena di-isnad-kan pada
dhamir mutaharrik.
Dalam mudhari majzum, keempat bentuk ini: \ j
#  p\„# [ p\j
#  p\j
# U memiliki dua

kemungkinan, yang pertama dengan idgham, dan yang kedua tanpa idgham. Contoh: C 

51
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

\
j
# U (lam yahujju) atau \ q#j U C  (lam yahjuju). Ingat bahwa p\j # U (yahujju) asalanya
adalah \ #q
#j U (yahjuj-u).
Dengan cara yang sama, \
j
#  C  atau \ q
#j  C  --- \
„# [ C  atau \ q
# „ [ C  --- C 
\
j
#  atau \ q
#j
  C .
Bentuk amr dari orang kedua tunggal maskulin (dhamir mukhathab mufrad mudzakar)
juga memiliki kemungkinan ini: \
„# (hujja) ‘kerjakanlah haji’ atau  \ q
# „  (uhjuj).
Bentuk amr dari kata ganti orang kedua jamak feminine (jamak mukhathab mu’annats)
tanpa idgham: 6 q
q# „  . Ia tidak dapat memiliki idgham karena di-isnad-kan pada
dhamir mutaharik.
Proses menghilangkan idgham disebut @Qs 0
& `
  (fakk al-idghaam).
Berikut contoh dari Al-Qur’an mengenai hal tersebut:

“Maryam berkata: "Bagaimana akan


ada bagiku seorang anak laki-laki,
sedang tidak pernah seorang
~ R
  *.B
B
 + U C o @~ Q  3 !?U F
[ V
 <
manusiapun menyentuhku” (19:20)
“Dan barangsiapa ditimpa oleh
kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya
w!D 1 v  *>P
 Q $ )  j
 U 6"o
binasalah ia.” (20: 81)
“Dan siapa yang disesatkan Allah
maka tidak seorangpun pemberi
s‰ D 6 " $#  + $#  * P
 #U 6"o
petunjuk baginya.” (39 : 36)
“Katakanlah: "Jika kamu (benar-
benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
$#  C# ? >>*j
 #U *!# >*
 $  3 !>j  # C#.2 3*E  <
niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu." (3:31)
C ? !#W C ?    r Uo
“dan lepaskanlah kekakuan dari
lidahku,” (20 :27)

 i 69" mx 1 v #  „ o

 Latihan:
1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut.
2. Tunjukkanlah fi’il ruba’i dan turunannya yang terdapat dalam buku pelajaran utama
(kitab Durusul Lughah al-Arabiyah), dan sebutkanlah bab masing-masing darinya.
3. Tulislah bentuk mudhar dan amr setiap fi’il berikut.
4. Tunjukkanlah fi’il ruba’I dan turunanya dalam kalimat berikut, dan sebutkanlah bab
masing-masing kata tersebut.
52
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

5a. Tunjukkanlah semua ontoh 5   h# + Ž


 yang terdapat dalam pelajaran utama
(Durusul Lughah).
5b. Tulislah kembali setiap kalimat berikut, membuat khabar ma’rifah dengan al- dan
buatlah perubahan seperlunya.
7. Tulislah kembali kalimat berikut dengan menggunakan waw al-athf ( n
   oo ).
9. Tulislah bentuk jamak dari setiap isim berikut dengan pola fa’laa.
13. Sebutkanlah jenis dalam B  D[ C# ? U +2 .
14. Apa bentuk mufrad dari s# !;
 ?
15. Termasuk dalam bab apa fi’il berikut ini?

53
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

 Pelajaran 10

Pada bagian ini kita mempelajari yang berikut:


1. Jenis-jenis dhamir.
Dhamir dapat terpisah ( 5 . ) atau menyatu ( 5y ).
Dhamir munfashil berdiri sendiri dan tidak melekat pada kata lain. Ia juga mencul setelah
d E , contoh:
‘Saya seorang Muslim’
C~ B
 "# [
‘Tidak ada yang
pelajaran itu selain anda’
memahami
V[ d E :
 H1 C ]*  "
‘Anda lah yang saya lihat’
V
# U[H t 
UE
‘Saya tidak melihat melainkan anda’
t 
UE d E V
# U[H "
Dhamir muttashil tidak berdiri sendiri, akan tetapi selalu melekat pada kata lain, contoh:
X dan t dalam `
 N#UH ‘Saya melihatmu’. Di sini X
# adalah dhamir muttashil

bermakna ‘Saya’ dan t adalah dhamir muttashil yang bermakna ‘anda/engkau’.

Kita mengetahui bahwa isim menunjukkan fungsinya di dalam kalimat dengan merubah
akhirannya, contoh: 1# !  M s (al-walad-u), 1 ! V
# | (al-walad-a), 1 !   V
#  < (al-
walad-i). Akan tetapi dhamir tidak berubah akhirnnya, namun berubah keseluruhannya,
contoh V
 [ 6" , tetapi `
 |[ . Maka V
 [ adalah bentuk marfu dan t adalah bentuk
manshub.
Maka ada dua kelompok dhamir (berdasarkan fungsinya dalam kalimat –pent): pertama
adalah untuk rafa dan yang lainnya adalah untuk nashab dan jarr.
Dan setiap kelompok dhamir memiliki dua bentuk, yakni terpisah (munfashil) dan
menyatu (muttashil).

Dhamir Rafa’

Bentuk munfashil:
Dhamir ghaib (kata ganti orang ketiga): 6
D# p+D# pD pCD# p+D# p!D#
Dhamir mukhathab (kata ganti orang kedua): 6
#[ p+[ pV[ pC#[ p+#[ pV
 [
Dhamir mutakallim (kata ganti orang pertama): 6 #j   p3 [
54
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

Bentuk muttashil: Berikut ini adalah dhamir muttasil bentuk rafa’:


1) ta mutaharrik, seperti dalam 6
#>D W pV> D W pC#>D W p+ #>D W pV
# >D W (-tu, -tuma, -
tum, -ti, -tunna)
2) alif dari mutsanna, seperti di dalam >D W p3>Db p3>DbU p>DW p>DW (-â)
3) waw dari jamak, seperti di dalam !#>DW p3!>Db p3!>DbU p!>DW (-û)

4) ya dari dhamir mukhathab mu’annats, seperti dalam *>D  W  p‘>*D b  (-î).


5) nun dari jamak mu’annats, seperti di dalam 6 >D W  p6>D b  p6>D b U p6>D W (-na).

6) nâ dari jamak mutakallim, sepeeti dalam .>D W (-nâ).


Dhamir muttashil rafa tersembunyi pada bentuk berikut:
a) Bentuk madhi: pada kedua bentuk berikut: O
 D W dan V
 >D W . Perhatikan bahwa
X dalam V
 >D W bukan dhamir. Ia adalah partikel yang menunjukkan bentuk
muannats.
b) Bentuk mudhari: pada keempat bentuk berikut: O
# D b p#OD W [ p#OD b  p#OD b U.

Dhamir Nashb

Bentuk munfashil: Anda belum diperkenalkan dengan bentuk ini sebelumnya. Bentuk
N
UE* ditambah dhamir muttashil berbentuk nashab yang telah anda
ini tersusun dari kata

ketahui. Contoh: t
 N
UE* (iyyâ-ka).

D# 
UE*
Orang Ketiga : 6 p+D# 
UE* pD
UE* ³ C D# 
UE* p+D# 
UE* p#Š
UE
Orang Kedua: 6

2 
UE* p+?
UE* pt
UE ³ C 2 
UE* p+2 
UE* pt
UE*
Orang Pertama: 
UE* p8
UE*
Bentuk muttashil: Bentuk ini tidak dapat disebutkan secara terpisah. Mereka harus
dilekatkan kepada fi’il atau atau salah satu saudarinya.
Orang Ketiga: 6
]# | p+]# | p]| ³ C#]| p+]# | p#$N|
Orang Kedua: 6
? N| p+? N| p`N| ³ C ? N| p+? N| p`N|

55
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

Orang Pertama: .N| p24*.| .

Dhamir Jarr

Dhamir jarr hanya memiliki bentuk muttashil, dan bentuknya sama dengan dhamir
nashab. Contoh: 6

? ." p`. " pC? ." p`."& p
6]# ." p]." pC]# ." p#$." dst.

Kapan Penggunaan Dhamir Nashab Munfashil

Dhamir nashab harus berbentuk munfashil (terpisah) pada keadaan berikut:


1) Jika ia adalah maf’ul bihi, dan mengikuti fi’il. Contoh: t 1# >#   ‘Kami menyembah-
Mu’. Akan tetapi (jika ditempatkan di depan): 1
# >#   t N
UE* ‘(Hanya) Engkau-lah yang
kami sembah’. Kita tidak dapat mengatakan: 1# >#   t karena t adalah dhamir
muttashil, dan tidak dapat berdiri sendiri.
2) Jika ia adalah maf’ul bihi dari mashdar. Contoh:
‘Kami menunnggu kunjungan
Kepala Sekolah kepada kami’
NN
UE* * U1   m H UG* # Y N.
Di sini 
UE* adalah objek dari mashdar m H UG* . Berikut contoh lainnya:
‘Pertolonganmu kepadaku
mendahului pertolonganku
t 
UE*  1  B"#  >< V
 2 8
 
UE* `
 #1  B"#
kepadamu’

3) Jika ia datang setelah isim maushul, contoh: Š# 


UE*o `
 #UH ‘Saya melihatmu dan dia’.
Di sini kita tidak dapat mengatakan Š# o  `
 #UH karena Š# adalah dhamir muttashil dan
tidak dapat berdiri sendiri. Dengan cara yang sama kita katakan 3  j*  t yUE*o 9E*
‘Sungguh kamu dan saya telah lulus’. Kita tidak dapat mengatakan t  o 9E* dan juga
tidak dapat dikatakan V [o 9E* karena V
 [ adalah dhamir rafa’.
4) Jika ia datang setelah d
 E* . Contoh:

24
Bentuk muttashil dari kata ganti orang pertama tunggal hanyalah ya ‫ي‬, Nun adalah =U<! 3!# . Lihat
Buku II Pelajaran 9.
56
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

‘Kita tidak beribadah kecuali kepada-


Nya’
Š# 
UE* d E* 1# >#   d
‘Saya tidak meminta kecuali kepada-
Mu’
t 
UE* d E* V
# | "
5) Jika ia datang setelah dhamir nashab. Contoh:
‘Dimana majalah kepala sekolah?’
‡ * U1   = q
 " 6 U[
‘Saya memberikan kepadanya’
D
UE* $# #)  [
Di sini kita tidak dapat mengatakan ]]# #)  [ jika kedua dhamir adalah milik orang
yang sama. – sebagaimana dalam contoh ini – dhamir mukhathab (kata ganti orang
kedua) harus dipisahkan. Akan tetapi jika keduanya milik dari orang yang berbeda,
kita dapat menggunakan dhamir mutashil atau dhamir munfashil, meskipun lebih
baik menggunakan dhamir muttashil. Contoh:
‘Dimana bukuku?’
‡ *2 6 U[
‘Saya telah memberikannya
kepadamu’
Š# 
UE* `
 #)  [ / $# ? N#N)  [

2. Salah satu pola mashdar adalah ˆ )   (fa’îl-un), contoh: :


#  ;
  3 H ‘Bel berdering’,
6~ )*H ‘dering’ --   …
 ‘dia bersiul’, ~ )  …
 ‘siulan’.

 Latihan:
1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
2. Tunjukkanlah semua dhamir yang terdapat dalam pelajaran utama (Buku Durus
Lughah) dan sebutkanlah termasuk kategori apa dhamir tersebut.
3. Tunjukkanlah semua dhamir nashab munfashil yang terdapat di pelajran utama, dan
sebutkanlah alasan mengapa ia berbentuk munfashil.
4. Tulislah kembali kalimat-kalimat berikut dengan menempatkan dhamir nashab pada
setiap fi’il.
5. Tulislah kembali kalimat-kalimat berikut dengan menggunakan d
 E* sebagaimana yang
ditunjukkan dalam contoh.
6. Isilah bagian yang kosong dalam setiap kalimat berikut dengan jenis dhamir yang
disebutkan di dalam kurung.
7. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan menggunakan dua dhamir nashab
sebagaimana yang ditunjukkan di dalam contoh.
8. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan menggunakan dua dhamir nashab
sebagaimana yang ditunjukkan di dalam contoh.

57
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

9. Latihan pengucapan: Setiap siswa mengatakan kepada yang lainnya 3ˆ A


  1# U* #U
‡#Š
UE* $ )  |[ p`2 ‘Si fulan menginginkan bukumu, bolehkah saya memberikan
kepadanya?’ Dan yang lain berkata Š# 
UE* $    [ pC   ‘Ya, berikan kepadanya’ atau pd
Š# 
UE* $   # d% ‘Tidak, jangan berikan kepadanya’.
10. Tulislah mashdari setiap fi’il berikut dalam pola fa’il.
11. Berikanlah bentuk jamak dari L
# H 1  dan C# –.
12. Tulislah bentuk mudhari dan amr setiap fi’il berikut ini.

58
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

 Pelajaran 11

Pada bagian ini kita mempelajari yang berikut:


1.  ! " (obyek mutlak/absolut). Ia adalah mashdar dari fi’il yang terdapat di
dalam kalima yang digunakan bersama fi’il untuk maksud penekanan. Ia berbentuk
manshub. Contoh:
‘Bilal memukulku dengan sebuah pukulan’ µNŽ
 ˆ A *. Ž

Kalimat ˆ A *. Ž
 menyampaikan maksud (pembicara), namun anda dapat mengatakan
ini meskpun Bilal tidak benar-benar memukul anda, namun hanya mengangkat tangannya
(dengan maksud memukul-pent) atau hanya menepuk tubuh anda dengan pelan. Namun
anda dapat mengatakan µNŽ
 ˆ A *. Ž
 ketika Bilal benar-benar memukul anda.

Maf’ul mutlaq memiliki emapt kegunaan:


a) Memberikan penekanan sebagaimana yang baru kita lihat. Berikut contoh lainnya:
“Dan Allah telah berbicara kepada Musa
dengan langsung.” (QS An-Nisa : 164)
x+)?  F!#" $#  C 2 o
b) Untuk menunjukkan jumlah. Contoh:
‘Buku itu dicetak dua kali’
‘
*   >_ J
# ?  ^ >*_
‘Saya lupa dan hanya melakukan satu kali
sujud’
mx 1 „ o mx 1 q
  X
# 1 q
  o V
# ) B
& 
c) Untuk menunjukkan jenis perbuatan. Contoh:
‘Dia mati dengan mati syahid’
-& 1j
R
  X
 !" X
 "
‘Tulislah dengan jelas’
=x j

 o =x 2 O
 #2 
d) Sebagai pengganti dari fi’il. Dalam keadaan ini hanya mashdar yang digunakan.
Contoh: ƒ>…
 ‘Bersabarlah!’. Disini mashdar adalah pengganti amr  >*…
  -- ƒ? †#
‘terima kasih’. Disini mashdar adalah pengganti mudhari’ # ?
 † [ ‘Saya berterima
kasih’.

Kata yang mewakili Mashdar


1) Kata 8
y [ pT  p 2 dengan mashdar sebagai mudhaf ilaihi-nya. Contoh:
‘Saya
baik’
mengenalnya dengan sangat
= *     2 $# N*  [
59
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

‘Kepala sekolah menghukumku dengan


hukuman’
m b M —  T
   # U1   *b M u
“Seperti apa tidurmu?”
‡ @# .  @k !  8

[
“Dan orang-orang yang zalim itu kelak
akan mengetahui ke tempat mana
3 !#>v .U O
k v .#" 8

[ !#+£ 6 Ub C#  ) o
mereka akan kembali.” (QS 26 : 227)
2) Jumlah, dengan mashdar sebagai tamyiz-nya25.
‘Buku tersebut dicetak tiga kali’
X
‰ N >_ š
 A
 l J
# N? ^ >*_
“maka deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus dali dera” (QS 24:2)
m‰ 1   = “" +]# ." 1‰ „ o  2 o#1 
“maka deralah mereka (yang menuduh
itu) delapan puluh kali dera” (QS 24:4)
mx 1   ‘
 *+l C D# o#1 
3) Sebagai sifat dari mashdar (mashdar-nya sendiri dihapus), contoh
ƒ1)9 :
 H 1
 V
# + ]*  ‘Saya memahami pelajaran tersebut dengan baik.’ Ini untuk
ƒ1)9 ƒ+]  :
 H 1
 V
# + ]*  yang secara hafariah berarti ‘Saya memahami pelajaran
dengan pemahaman yang baik’.
4) Ismul mashdar (H15 C) : Ia adalah kata yang memiliki makna yang sama
dengan mashdar, akan tetapi memiliki huruf yang lebih sedikit darinya. Contoh:
@~ A2 ‘berbicara’ adalah ismul mashdar dan C~ )?  adalah mashdar; =ˆ ><
‘mencium’ adalah ismul mashdar, dan ˆ )>*v  adalah mashdar.
‘Dia berbicara kepadaku
perkataan yang keras’.
dengan
ƒ1U1 † @ƒ A
 2 *.+ 2
5) Keluarga mashdar: Ia adalah:
a) Mashdar dari fi’il mujarrad, sedangkan fi’il yang digunakan dalam kalimat
adalah mazid. Contoh:
‘Saya membeli mobil itu (secara)
langsung’
ƒR
9 >"# -µ † m H 
)B

 ŠbD V
# U † 
Di sini -µ † adalah mashdar dari fi’il mujarrad 8*R  U w† ‘membeli’,
sedangkan mashdar dari 8*R
 U w†  adalah -Œ †  . Berikut contoh dari
Al-Qur’an (89:20)

25
Tamyiz ())+ adalah kata untuk menetapkan sesuatu yang samar-samar. Tamqyiz dari bilangan dapat

berupa majrur atau manshub. Contoh: ƒ2 3 o#R


  pkO#2 = lA
 l
60
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

“...dan kamu mencintai harta benda


dengan kecintaan yang berlebihan”
x+y  x>y„#  + 3 !>j
 #o
Di sini x>y„# adalah mashdar dari fi’il mujarrad O
 j
 U O

„ (a-i) yang sangat
jarang digunakan, sedangkan mashdar dari mazid O  j #U O

„ [ adalah J
~ >„ E*
dan mashdar ini sangat jarang digunakan.
b) Mashdar bab mazid yang berbeda dari bab dari fi’il. Contoh: ƒ"B V
# + B

> 
‘Saya tersenyum’. Di sini ƒ"B adalah mashdar dari fi’il C B
 N yang
termasuk ke dalam bab     sedangkan fi’il C B
>  termasuk ke dalam bab

 , dan keduanya memiliki makna yang sama. Di dalam Al-Qur’an (73:8):
“dan beribadatlah kepada-Nya dengan
penuh ketekunan”
A
x )>  $ )E*  
> o
Di sini kata
 
>  termasuk dalam bab 
 , sedangkan mashdar dari bab 
.
6) Isim Isyarah (kata petunjuk) dengan mashdar sebagai badal-nya. Contoh:
‘Apakah engkau menerimakuku dengan cara
penerimaan ini?’
 N>v E bD *.>*v B
 [
Di sini bD adalah maf’ul mutlaq oleh karena itu dia adalah O
* 5
 . k ¶ c , dan
 N>v E adalah badal-nya.
7) Dhamir yang mengacu pada mashdar, contoh:
‘Saya bekerja keras dengan cara yang
orang lain tidak pernah melakukannya’
8*)Q Š# 1 ]* q
 U  ƒs]  X
# 1 ]  
Di sini dhamir Š# menggantikan ƒs] .
8) Sinonim dari mashdar. Contoh:
‘Saya menjalani kehidupan yang bahagia’
mx 1 )  mx )„ V
# R
 
Di sini mx )„
 adalah sinonim dengan =x R
 ) yang diturunkan dari .°
 
2. Terdapat berbagai jenis mashdar.
a) Salah satu di antaranya adalah m 
  H~ 1 B
 " . Mashdar ini menunjukkan berapa kali
suatu perbuatan terjadi; satu kali, dua kali, tiga kali.... Ia berada dalam pola =ˆ   
(fa’lat-un). Contoh:
‘Saya memukulnya
memukulku dua kali’
sekali dan dia
6* ) Ž
 *. Ž
 o ƒ Ž
 $# # Ž

61
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

‘Buku ini telah dicetak beberapa kali’


X
‰ N >_ J
# ?  bD ^ >*_
X
‰ N >_ (tabâ-at-un) adalah plural dari =ˆ  >_ .
Dalam abwab mazid, masdhdar al-marrah dibentuk dengan menambahkan m pada
mashdar aslinya. Contoh: h~ >*?  : mˆ h >*?  ‘mengucapkan: “Allahu Akbar” satu kali’,

ˆ A_E* ‘mengintip’, =ˆ A_E* ‘mengintip satu kali’. Contoh:

“Kita mengucapkan ‘Allahu Akbar’


empat kali dalam shalat jenazah”
V
 ) F m A5 c X
‰ h>*?  ^ H [# >9? #
“Saya mengintip ke jendela dua kali”
‘
* A_E m 1 
. 6" V
#  _ [

b) Bentuk lain dari mashdar adalah = N“N)Ÿ  H# 1 5


 " (mashdar of manner). Ia berada
pada pola =ˆ    (fi’lat-un). Contoh: =ˆ B
  * ‘cara duduk’, =ˆ )R
 " ‘cara berjalan’. Kita
katakana:

“Jangan berjalan seperti wanita”


-& B9. = )R
 " R+  d
‘Duduklah sebagaimana duduknya siswa”
Ck  O
* _ = B
  * 
  
Perhatikan bahwa huruf pertama berharrakat fathah dalam mashdar al-marrah, dan
kashrah dalam mashdar al-hai’ah.

Mashdar al-hai’ah tidak dibentuk dari bab mazid.

c) Jenis lain dari mashdar yaitu mashdar mîmî (  + ) H15 ). Ia berada dalam
pola ˆ   " (maf’al-un) dan =ˆ    " / ˆ  ‰ " (maf’il-un / maf’ilat-un), contoh:
X
~ +" ‘kematian’, =ˆ *  " ‘pengetahuan’, mˆ   r " ‘ampunan’. Dalam bab mazid, ia
sama dengan isim maf’ul, contoh: { ~ (
+ " ‘merobek’, =ˆ   
 "# ‘mengeluarkan’,
O
~ v . "# ‘kembali’. Dalam Al-Qur’an:
‘maka Kami jadikan mereka buah mulut dan
Kami hancurkan mereka sehancur-
 2 C D# .< (
" o ·
 Us„[ C D# .  q
 
hancurnya.’ (QS Saba’[34] : 19)
{
k (
+ "#
62
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

 Latihan:
1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
3a. Tunjukkanlah semua contoh maf’ul mutlaq yang terdapat dalam (buku) pelajaran
utama, dan tunjukkanlah tanda-tandanya masing-masing.
3b. Tunjukkanlah kata yang mewakili mashdar dalam contoh maf’ul mutlaq.
4. Sebutkanlah contoh maf’ul mutlaq yang terdapat dalam kalimat berikut, dan
sebutkanlah tanda-tandanya masing-masing.
5. Tunjukkanlah kata-kata yang mewakili mashdar dalam contoh-contoh maf’ul mutlaq
berikut.
6. Lengkapilah kalimat … X
~ 1 q
  dengan tiga contoh maf’ul mutlaq. Dalam contoh
pertama harus menunjukkan jumlah, kedua jenis kegiatan dan yang ketiga harus
menandakan penekanan.
7. Sebutkanlah semua kata yang mewakili mashdar dalam maf’ul mutlaq.
8. Berikanlah tiga contoh mashdar yang berfungsi sebagai pengganti dari fi’il.
9. Bentuklah mashdar al-marrah dari setiap fi’il berikut.
10. Bentuklah mashdar al-hai;a dari setiap fi’il berikut.

63
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

 Pelajaran 12

Pada bagian ini kita mempelajari yang berikut:


1. $#   !#    atau $  '&%  !#    Ini adalah mashdar yang memberitahukan kepada kita
alasan melakukan suatu perbuatan.

‘Saya tidak keluar karena takut hujan’


*    6" Nx! M L
 # M [ 
‘Saya hadir karena suka terhadap tata
bahasa’
!* j
 .
 N¸>„# X
#  P
 „

Di sini mashdar Nx! M memberitahukan kepada kita alasan tidak pergi keluar, dan

mashdar >¸„# memberitahukan kepada kita alsan menghadiri kelas (pelajaran). Mashdar
ini menunjukkan perbuatan mental seperti takut, cinta, nafsu, rasa hormat, dan
sebagainya. Ia berbentuk manshub.

Masdar maf’ul lahu kebanyakan disertai tanwin, akan tetapi juga dapat berupa mudhaf.
Contoh:
“Dan janganlah kamu membunuh anak-
anakmu karena takut kemiskinan.” (17:31)
{
k A"E* = )R  M C 2 s do[ !#v  d o
‘Nabi n melarang kaum Muslimin
membawa al-Qur’an ke negeri musuh
SE 3 uv   B#U 3[ n  >*.
 F]
karena takut musuh akan membakarnya.’
o 1#   $# .U 3 [ = " o9 1#   z
* H [

2. A
 D Partikel ini digunakan dalam jumlah ismiyyah. Digunakan dengan mudhari untuk
meminta atau mendesak seseorang melakukan sesuatu, dan dengan madhi untuk menegur
seseorang karena meninggalkan suatu perbuatan. Contoh:

‘Bukankah kamu seharusnya menemui


kepala sekolah?’, yakni ‘engkau harus
U1 SE Š# !?R
  A
 D
menemuinya’
’Apakah tidak sebaiknya engkau
mengadukannya kepada kepala sekolah?,
U1 SE $# ! ? † A
 D
yakni ’engkau harus mengadukannya’

Dalam kalimat pertama disebut T


* )Pj 
 4
~  „ (huruf yang berfungi untuk desakan),
dan yang kedua •* 1 .
 4
#  „ (huruf teguran), Kata d !  p"!  pd[ pd[ juga digunakan
sebagai tahdhidh dan tandim. Dalam Al-Qur’an (24:12)
64
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

Mengapa di waktu kamu mendengar berita


bohon itu orang-orang mu'minin dan
3 !#." — +#  6
£ Š# !#+#  +  W E* ! 
mu'minat tidak bersangka baik terhadap diri
mereka sendiri, dan (mengapa tidak)
bD !<o x)M C ]* B &  |* X
# ." — +# o
berkata: "Ini adalah suatu berita bohong
yang nyata." (QS 24 : 12)
‘
~ >*" `~  E*

3. 3 j" 0&  6 " =x >D H d p*C   ¹ =x >Q H ’karena kecintaan terhadap ilmu’, bukan ’karena
takut akan ujian’. d ini adalah kata sambung. Ia dugnakan dalam kalimat yang
menegaskan atau kalimat yang mengandung amr. Contoh:

’Bilal pergi, bukan Hamid’


1~ " „ d ˆ A* L
  M
“Tanyalah kepala sekolah, bukan guru”
:
 H1 d  U1  * | E
’Makanlah apel, bukan pisang’
G !   d I
   * 2

 Latihan:
1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut.
3. Tunjukkanlah semua contoh maf’ul lahu yang terdapat dalam perjalanan utama.
4. Tunjukkanlah semua contoh maf’ul lahu dalam kalimat-kalimat berikut.
5. Isilah bagian yang kosong dari setiap kalimat berikut dengan kata yang terdapat di
dalam kurung dan membuatnya menjadi maf’ul lahu.
7. Berikanlah bentuk mufrad dari kata-kata berikut.
8. Latihan pengucapan: Setiap siswa menggunakann *1 Uso *[s di dalam kalimat.
9. Latihan pengucapan: Setiap siswa menggunakan A
 D di dalam dua kalimat, satu dalam
bentuk tahdhidh dan yang lain dalam bentuk tandim.

65
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

 Pelajaran 13

Pada bagian ini kita mempelajari yang berikut:


1. (# )*)+ 
 ini adalah isim yang digunakan untuk mengkhususkan atau menggambarkan
sesuatu yang tidak tentu dalam kata sebelumnya, dalam seluruh kalimat. Contoh:
’Saya minum seliter susu’
ƒ>)„ ƒ V
# * †
Kata ƒ (liter) mengacu pada jumlah, akan tetapi maknanya tidak sempurna kecuali kata
seperti air, susu, minyak, dan sebagainya disebutkan.
’Ibrahim lebih baik daripada saya dalam
tulisan tangan’
ºM 9." 6# B
 „ [ C)DE*
Ada banyak hal dimana sesuatu mungkin lebih baik dari yang lainnya. Dalam contoh ini,
kata ºM
 megkhususkan aspek tertentu tersebut.
Tamyiz berbentuk manshub. Terdapat dua jenis tamyiz:
a) X
 b (# )*)+ . Ini datang setelah kata yang menunjukkan kuantitas. Ada empat jenis
kuantitas:
1. s# 1   (bilangan). Contoh:
"Wahai ayahku, sesungguhnya aku ber-
mimpi melihat sebelas bintang,” (QS 12:4)
x>2! 2  R
  1 „ [ V
# U[H 9E* V
 [ U
Tamyiz bilangan adalah manshub setelah 11 sampai 99. Setelah 3 sampai 10 adalah jamak
dan majrur
2. =ˆ „ B  (ukuran linear)
’Saya membeli satu meter sutra’
ƒU* „ ƒ" V
# U† 
3.  )? (ukuran kapasitas)
’Berikan saya dua liter susu’
ƒ>)„ 6* U *.  [
4. 3 G !  (timbangan berat)
’Saya memiliki satu kilogram jeruk’
dx v # # @~ Q!)2 81.
Kata-kata yang menunjukkan kuantitas juga dianggap sebagai tamyiz:

66
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

1. Kata C 2 ’berapa banyak’ menunjukkan jumlah


’Berapa orang anak perempuanmu?’
‡` ƒ.* C 2
2. ’Tidak ada awan di langit sebesar telapak
tangan’
ƒj =‰ „ H H# 1 < -& +
B c "
Di sini kata =‰ „ H H# 1 < ’seukuran telapak tangan mewakili kata yang
menunjukkan ukuran linear.
3. ’Apakah anda memiliki satu sak tepung?’
xv)<s 
~ )2 t1. D
Di sini kata 
~ )2 sak mewakili kata yang menunjukkan ukuran kapasitas.
4. ‘Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan
seberat dzarrahpun, niscaya dia akan
Š#  U x)M m‰ H
W  v/"  +  U 6+
melihat (balasan)nya’
Di sini kata m‰ H
W  v/ " ’seberat dzarrah’ mewakili kata yang menunjukkan
ukuran berat.
Tamyiz adz-dzat dapat juga berupa majrur, baik karena huruf jarr 6" , atau karena
menjadi mudhaf ilaih. Contoh: ƒU*„  ƒ" V
# U†  dapat pula menjadi 6" ƒ" V
# U† 
ƒU*„ atau ƒU*„  " V
# U† . Akan tetapi kaidah ini tidak berlaku untung tamyiz
bilangan, yang juga memiliki kaidahnya sendiri.

b) = >B.9 (# )*+  : digunakan untuk mengkhususkan atau menggambarkan topik tak


tentu yang terkandung dalam seluruh kalimat.
’Siswa ini baik dalam hal akhlaknya.’
xvM# O
#  6 B
# „
Tamyiz ini dapat dibentuk baik sebagai fa’il atau maf’ul bihi dari kalimat kalimat
tersebut.
’Bilal baik dalam hal akhlaknya’
vx M# ˆ A 6 B
# „
’Akhlak Bilal baik’ (fa’il)
k A # M# 6 B
# „
’Dan Kami jadikan bumi memancarkan
mata air-mata air’ (QS 54 : 12)
x!#)# z
 H |  q

o
’Dan kami memacarkan mata air bumi.’
(maf’ul bihi)
z
* H '%  3 !#)#  q

o
Tamyiz ini selalu berbentuk manshub dan tidak dapat menjadi majrur26.

26
Terdapat beberapa pengecualian yang dapat anda pelajari nanti.
67
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

2. Salah satu pola mashdar adalah ˆ   (fu’l-un). Contoh: J


  † ’dia minum’ : J
~  †#
’minum’ --  ?
 † ’dia bersukur (berterima kasih) : ~ ? †# ’syukur (terima kasih).
3. Kita telah mempelajari Oq  
    (kata kerja takjub) pada Buku 2 (Pelajaran 9).
Contoh:
’Alangkah indahnya bintang-bintang!’
! @ !#q.  +  [ "
Fi’il ini memiliki bentuk lain. Bentuknya $ *    [ . Contoh:
’Betapa banyaknya bintang-
bintang!’
! @ !#q.  /2 [ " =
!@* !#q.*  /2 [
’Alangkah miskinnya dia’
! Š#  v  [ " =
! $ *  v  [
Kedua bentuk ini digunakan di dalam Al-Qur’an:
‘Maka alangkah beraninya
menentang api neraka!’ (QS 2:175)
mereka
H* 
. F C D#  >…
 [ +
’alangkah tajam
pendengaran-Nya’ (18:26)
penglihatan dan
^ +  [o $ *  5
  [
Kata $ * telah dihapus setelah ^ +  [ untuk menghindari pengulangan.

 Latihan:
1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
3. Tunjukkanlah semua contoh tamyiz yang terdapat di dalam pelajaran utama dan
sebutkanlah jenisnya masing-masing.
4. Tunjukkanlah tamyizi pada kalimat berikut dan sebutkanlah jenisnya.
5. Lengkapilah setiap kalimat berikut dengan tamyiz yang sesuai.
6. Ubahlah tamyiz menjadi bentuk majrur dalam kalimat berikut.
7. Tulislah mashdar setiap fi’il berikut dengan pola .
8. Latihan pengucapan: Setiap siswa mengucapkan ..... J
* A
 K  6# B
 „ [ )"G
menggunakan tamyiz yang sesuai.
9. Tulislah kembali setiap kalimat berikut dengan menggunakan kedua bentuk .
10. Gunaknlah - " dalam lima kalimat dengan pola ƒ? # n
9 2 -%  " 1# U*H[ ’Saya ingin
segenggam gula’/

68
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

 Pelajaran 14

Pada bagian ini kita mempelajari yang berikut:


1.  , : Ini adalah isim yang digunakan untuk mengekspresikan keadaan sahibul hal
ketika sebuah perbuatan tengah berlangsung. Contoh:
‘Bilal datang
(berkendaraan)
(dengan) mengendarai
ƒ>2 H ˆ A -% 
Di sini ˆ A adalah sahibul hal yaitu orang yang disebutkan keadaannya, ƒ>2 H adalah
hal dan -%  adalah perbuatan. Hal adalah jawaban dari pertanyaan n  )2 ’bagaimana’.
Dalam menjawab pertanyaan ‡ˆ A -%  n  )2 ’bagaimana Bilal datang?’Seseorang
menjawab: ƒ>2  H . Berikut beberapa contoh:
‘Anak itu datang kepadaku sambil
menqangis dan kembali sambil tertawa’
=x ? „ Ž V
   H o =x )2  =ˆ   i  *.™
‘Saya menyukai daging panggang, ikan
¸)v " `
 + B

o U̧!* R
 " C j
  O
 „ [
goreng dan telur rebus’.
x<!B
 " T
 )>o
Hal adalah manshub.
Sahibul hal adalah salah satu dari yang berikut:
a) Fa’il: Contoh:
’Orang itu berbicara kepadaku sambil
tersenyum’
ƒ+     *.+ 2
b) Na’ibul fa’il, contoh:
’Adzan terdengar jelas’
ƒjŽ
 o 3 W '%  ^# + B
 #U
\c) Maf’ul bihi, contoh:
’Saya membeli ayam (yang telah di-
sembelih’
=x N„!#b " =  
1
 V
# U† 
d) Mubtadal, contoh:
’Anak itu ada di dalam kamar (sedang)
tidur’
ƒ+™ =  r#  c   i 
e) Khabar, contoh:
’Inilah bulat (sdang) terbit’
ƒ _  A
 „ bD
Sebagian besar sahibul hal adalah ma’rifah sebagaimana yang ditunjukkan dalam contoh
di atas. Ia dapat berbentuk nakirah jika:
a) Disifati oleh kata sifat.

69
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

’Siswa yang rajin itu datang kepadaku


(untuk) meminta izin’
ƒW | B
 "# 1~ j
 q
 "ƒ O ~ _ *.™
b) Atau dia berupa mudhaf dari mudhaf ilaihi yang berbentuk nakirah, contoh:
’Anak guru itu bertanya dengan marah
kepadaku’
ƒ>Ž
 Q : k H9 1 "# 6#  *.|
Jika salah satu dari persyaratan di atas tidak terpenuhi, maka hal :
a) harus mendahului sahibul hal yang berbentuk nakirah. Contoh:
’Seorang siswa datang kepadaku sambil
bertanya’ , atau:
ƒ>_ dx }* *.™
b) harus berupa jumlah ismiyyah yang dihubungkan dengan kalimat utama dengan
waw hal. Contoh:
’Anak itu
menangis’
datang kepadaku sambil
?>U !Do 1~ o *.™
’Atau apakah (kamu tidak memperhatikan)
orang yang melalui suatu negeri yang
=ˆ Uo* M  D o =‰ U < F 
" 8b2 o [
(temboknya) telah roboh menutupi atapnya’
(QS 2 : 259)
]† o## F
Kadang-kadang sahibul hal dapat berupa nakirah meskipun tidak memenuhi syarat-
syarat tersebut, sebagaimana dalam sebuah hadits:

’Nabi n shalat sambil duduk, dan


beberapa orang di belakangnya shalat
Š# -% H o F…
 o ƒ1 < n *>.
 F…
dengan berdri.’
ƒ")< ˆ H*
Macam-macam Hal:
Hal dapat berupa sebuah kata ( s#     , ) atau kalimat ( = + ;
  , ).
a) s#     , Kita telah melihat beberapa contohnya. Berikut contoh lainnya:
’Pak Guru memasuki ruangan membawa
banyak buku’
mx h /2 ƒ>2 A
x " „  5  :
# H9 1    M s
b) = + ;
  , . Kalimat dapat berupa jumlah ismiyyah atau jumlah fi’liyyah. Contoh:
Jumlah fi’ilyyah:
’Saya duduk mendengarkan bacaan Al-
Qur’an dari radio’.Di sini fi’ilnya adalah
3 uv m o A SE ^# +  [ V
# B
 
mudhari.
=  W&0 6" •* ?
’Saya masuk universitas setelah saudara
laki-lakiku lulus.’ Di sini fi’ilnya adalah
M[ L
 

  1 <o =  " ; V
# v j
 
madhi.
Jumlah ismiyah:
70
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

’Saya menghafal Al-Qur’an ketika masih


kecil.’
 [o 3 uv V
h~ r … # Y  „
’Orang yang terluka datang dengan
berlumuran darah’.
# <1 U $# "# s# g# U; -% 
= + ;
  , harus mengandung kata ( §
 *
 ) yang menghubungkannya dengan kalimat
pertama. Kata ini dapat berupa dhamir atau waw atau keduanya. Contoh:
a. ’Saudari-saudari itu datang (sambil)
tertawa’.
6 ? j
P
 U X
# !M' V
 ™
Di sini 3 dalam 6 ? j
P
 U adalah dhamir yang menghubungkan hal dengan sahibul hal.
b. ’Saya masuk ke Makkah ketika matahari
terbenam’.
J
# # r  
# + R

 o = ? " V
#  M s
Di sini hal tidak memiliki dhamir yang menghubugkannya dengan sahibul hal. Satu-
satunya kata penghubung adalah waw.
c. ’Para siswa kembali dengan kelelahan’.
3 !#>  "# CDo J
# A
  ^  H
Kesesuaian antara hal dan sahibul hal.
Hal sejalan dengan sahibul hal dalam jumlah dan jenisnya. Contoh:
’Siswa itu datang (sambil) tertawa’.
x?„ Ž O
#  -
’Kedua siswa itu datang (sambil) tertawa’.
‘
* ? „ Ž 3 > -
’Para siswa itu datang (sambil) tertawa’.
‘
 ? „ Ž J
# A -
’Siswi itu datang (sambil) tertawa’.
=x ? „ Ž = > V
 ™
’Kedua siswi itu datang (sambil) tertawa’.
‘
* ? „ Ž 3 > V™
’Para siswa itu datang (sambil) tertawa’.
X
‰ ?„ Ž X
# > V
 ™
2. Salah satu pola mashdar adalah ˆ   (fa’il-un). Contoh: O
   ’dia bermain’: O
~  
’bermain’.

3. Berikut ini dua pola jamak taksir:


a) ˆ   (fi’al-un) contoh: bentuk jamak dari C~ ™ dan =ˆ + ™ adalah @~ )* -- bentuk

jamak dari C~ ™< dan =ˆ + ™< adalah @~ )< .


b) ˆ !#  (fu’ûl-un), contoh: bentuk jamak dari 1~  < dan mˆ1  < adalah s~ !# < -- bentuk
jamak dari 
~  dan =ˆ B
  adalah :
~ !# .

71
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

’(yaitu) orang-orang yang mengingat


Allah sambil berdiri atau duduk atau
F  o xs!# <o x")< $  3 o#2 b U 6 Ub
dalam keadan berbaring’ (QS 3 : 191)
C ]* *!#.#
’Rasulullah n keluar dan para wanita
sedang duduk’
:
~ !# mˆ !% B
 * W}* n ‚
&   !#…H L
  M

 Latihan:
1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
3. Tunjukkanlah semua contoh hal yang terdapat dalam pelajaran utama.
4. Tunjukanlah hal dan sahibul hal dalam kalimat-kalimat berikut.
5. Lengkapilah setiap kalimat berikut dengan hal yang digunakan dalam contoh setelah
membuat perubahan seperlunya.
6. Tunjukkanlah jumlah hal dan rabit dalam setiap kalimat berikut.
8. Latihan pengucapan: Setiap siswa berkata: # ?  [ / O
# #2 [ / [ < [ V
# B
  ’Saya
duduk (sambi) membaca/menulis/berpikir’.
9. Berikanlah mashdar setiap fi’il berikut dengan pola fa’il-un.
10. Tulislah bentuk mudhari setiap fi’il berikut.
11. Berikanlah bentuk jamak dari V
~ )  (dalam bentuk ’bait sya’ir) dan C~  .
12. Berikanlah bentuk mufrad dari @~ „H [ dan wH?# .

72
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

 Pelajaran 15

Pada bagian ini kita mempelajari yang berikut:


1. ’Semua siswa lulus kecuali Khalid
ƒ1M d E C]K2 J
# A
 K  g q
 
Ini adalah contoh -& ./0 (pengecualian). Istitsna memiliki tiga elemen:

a) ¼N/NNB  : yakni hal yang dikecualikan, dan dalam contoh di atas adalah 1M
b) $# ." ¼N/NNB  : yakni sesuatu dimana pengecualian dibuat, dan dalam contoh di
atas adalah J
# A K  .
c) -a N.N/N 0&  m s[ : yakni seusatu yang digunakan untuk membuat pengecualian,

dalam contoh di atas adalah d E . d E adalah 4


~  „ harf. Terdapat juga partikel
yang lain, yaitu:
-- ~ )Q dan w! . Ini adalah isim.
-- A M dan 1 " . Ini adalah fi’il.
Jenis-jenis istitsna:
1) Jika mustatsna dari jenis yang sama dengan mustatsna minha, maka istitsna disebut
sebagai ˆ 5
 
"# . Dalam contoh di atas 1M adalah siswa. Berikut adalah contoh
lainnya.
’Saya telah mengunjungi semua negeri
Eropa, kecuali Yunani.
3!#) d E* C ]# K2 = )
9H# 'a  s A
 >* X
# H G#
2) Jika mustatsna seluruhnya berbeda jenisnya dengan mustatsna minha, maka istitsna
disebut sebagai ^~  v . "# . Contoh:
’Para tamu telah tiba kecuali bagasinya.’
C ]#   " [ d E 4
# !#)P
   …
 o
Jelas bahwa’bagasi’ sangat berbeda jenisnya dengan ’tamu’. Makna kalimat di atas
adalah para tamu telah tiba, akan tetapi bagasi atau barang-barang mereka belum.
Dalam Al-Qur’an, Ibrahim υ berkata mengenai berhala:

”karena sesungguhnya apa yang kamu


sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan
‘
 +   J

H E* i o’ 1#  C ]# 
}*
Semesta Alam” (QS 26 : 77)

Sangat jelas bahwa ’Tuhan Semesta Alam’ tidak sama dengan berhala.
73
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

Dari sudut pandang lain, istitsna berupa @’  atau ½


ˆ 
 "# . Jika mustatsna minha

disebutkan, maka ia adalah @’  (tamm), sebagaimana dalam contoh sebelumnya. Dan jika
tidak disebutkan, maka dia adalah ½ ˆ 
 "# (mufarragh). Contoh:
’Tidak ada yaang datang kecuali Hamid’
1~ " „ d E -%  "
’Saya tidak melihat seorang pun kecuali
Hamid’
ƒ1" „ d E* V
# U[H "
Dalam istitsna mufarragh, kalimat selalu berbentuk negatif, larangan atau pertanyaan.
Kalimat yang mengandung istitsna juga terdiri dari dua jenis:
a) Kalimat yang pernyataan, disebut O
~  ! "# . Contoh:
’Bukalah jendela-jendela
paling akhir’
kecuali yang
m h M '%  d E b !.
 g  
b) Kalimat negatif, larangan atau pertanyaan, disebut O
k  !#" # )Q . Contoh:
’Para siswa tidak absen kecuali
Ibrahim’ (negatif)
C# )„E / C )„E* d E J
# A
  J
 Q "
’Tidak ada yang boleh keluar kecuali
orang-orang yang baru’ (larangan)
s# 1# ;
  / s 1# ;
  d E 1~ „ [ L
 # 
 U d
’Apakah semua orang gagal kecuali
yang malas?’ (pertanyaan)
‡3A
B ?  / 3 A
B ?  d E 1~ „ [ O
# #  U  D
I’rab Mustatsna

Mustasna setelah illa

1) Dalam istitsna munqati :


’Setiap penyakit ada obatnya, kecuali
kematian’
X
 !   d E -Πos -f s i ? 
2) Dalam istitsna muttasil :
a) Jika kalimatnya adalah mu’jab, maka mustatxhna adalah manshub. Contoh:
’Allah mengampuni semua dosa kecuali
syirik.’
t  R
9  d E ]2 J  !#bK  ‚ #  r U
b) Jika kalimatnnya ghairu mu’jab maka ada dua kemungkinan: (1) mustatxna bisa
berbentuk manshub, atau (2) dapat memiliki i’rab yang sama dengan mustatsna
minha. Contoh:
Negatif (  .
 )
’Para siswa tidak datang kecuali Hamid’
1~ " „ / ƒ1" „ d E J
# A  P
 „ "

74
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

’Saya tidak bertanya kepada para siswa


kecuali Hamid’
ƒ1"„ / ƒ1" „ d E* J
 A V
# | "
’Saya tidak menghubungi para siswa
kecuali Hamid’
1‰ " „ ƒ1" „ d E J
* A V
#  5
 
 "

Laranga ( 
# ] .
 )
’Tidak ada yang boleh keluar kecuali
Hamid’
1~ " „ / ƒ1" „ d E* 1~ „ [ L
 # 
 U d
’Jangan bertanya kepada siapapun kecuali
Hamid’
ƒ1" „ / ƒ1"„ d E ƒ1„ [  |B
 U d
’Jangan hubungi sisapapun kecuali Hamid’
ƒ1" „ / 1‰ " „ d E ‰1ƒ „ |*  5

  d

Tanya ( @] 


 0 )
’Apakah semua absen kecuali Hamid?”
‡ 1~ " „/ ƒ1" „ d E 1~ „[ J
 Q  D
’Apakah anda melihat seseorang kecuali
Hamid?’
‡ƒ1"„ / ƒ1"„ d E ƒ1„ [ V
 U[H  D
’Apakah anda melihat seseorang kecuali
Hamid?’
‡[ƒ1" „ / 1‰ " „ d E 1‰ „ |* V
  5

  D
3) Dalam istitsna mufarragh:
Disini mustatsa tidak memiliki i’rab yang tetap. Ia mengambil i’rab yang sesuai
dalam kalimat. Contoh:
’Tidak ada yang gagal kecuali Bilal’
ˆA
 * d E* O
 …
 H "
Di sini mustatsna (ˆ A
 * ) adalah fa’il. Untuk mengetahui i’rab yang sesuai, hapuslah

d E maka akan menjadi jelas bagi anda. Contoh: jika kita menghapus d E* di atas, kita
mendapatkan kalimat ˆ A * O
 …
 H ", dan di sini ˆ A
 * adalah fa’il. Ini dilakukan
hanya untuk mengetahui I’rab. Maknanya tentu saja bertentangan dengan makna
kalimat asalnya.
Dan dalam kalimat dx A
 * d E* V
# U[H " ‘saya tidak melihat siapapun kecuali Bilal.
dx A
 * Adalah maf’ul bihi, karena jelas terlihat pada kalimat dx A  * V
# U[H " .
Tidak ada masalah dengan majrur karena didahului oleh huruf jarr. Contoh:
’Saya tidak mencari siapapun kecuali
Khalid’
1‰ M 6  d E V# / j
  "
’Kami tidak belajar kecuali di Universitas
Islam.’
= )
+ B
   = ";* d E .H s "

75
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

Catatan: Kita telah melihat pada Pelajran 10 bahwa hanya dhamir munfashil yang
digunakan setelah d E . Berikut beberapa contoh mengenainya:
’Kami tidak beribadah melainkan kepada-
Š# 
UE d E 1ƒ >#   d
Nya’ (bukan Š#% d E )
’Pak guru bertanya kepada semua siswa
t 
UE d E C#]K2 J
 A
  :
# H9 1     
kecuali anda’ (bukan t d E ).

Mustatsna setelah # )Q dan w! .

Mustatsna setelah kata-kata ini berbentuk majrur karena ia merupaka mudhaf ilaihi. I’rab
aslinya ditunjukkan oleh kedua kata ini.
1‰ "„  )Q JA g q  . Di sini  )Q adalah manshub sebagaimana ƒ1"„ juga
manshub dalam ƒ1"„ d  E* JA g q   .
1‰ "„  )Q JA g q   " . Di sini  ) Q dapat berupa manshub atau marfu’ sebagaimana
dapat berberntuk manshub atau marfu’ dalam 1 ~ "„ / ƒ1"„ d E* JA g q
  " .
1‰ "„ # )Q g q   " . Di sini # )Q adalah marfu’ sebagaimana 1"„ marfu’ dalam g q   "
1~ "„ d E*.
1‰ " „ h Q V# | " . Di sini )Q adalah manshub sebagaimana 1"„ manshub dalam
1ƒ " „ d E V # | ".
I’rab w!  persis seperti )Q namun dia tersembunyi karena w! adalah maqsur27

Mustatsna setelah A
 M " dan 1 " .
Setelah dua kata pengecualian ini maka mustasna adalah manshub. Contoh:
’Saya telah menguji para siswa kecuali tiga
(orang)’
=x lA 1 " J
 A X
#  >M 
Penyair berkata:

27
Lihat Pelajaran 1 Panduan III.
76
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

’Ketahuilah, segala sesuatu kecuali Allah


adalah batil’
 N ‚
%  AM " -f † A
K 2 d [
Di sini ˆ N seharusnya memiliki tanwin, akan tetapi telah dihapus dengan alasan
irama.

2. d
 [ adalah partikel yang digunakan untuk menarik perhatian akan sesuatu yang penting.
Contoh:
’Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah
orang-orang yang membuat kerusakan,
d 6?No 3 o#1B
&  +#  C# D# C ]# 
E* d [
tetapi mereka tidak sadar.’ (QS 2:12)
3 o# # R  U
Partikel ini disebut $‰ )>*.  o I
k   4„ yakni huruf istiftah (pembuka) dan tanbih
(peringatan).
3. Salah satu bentuk mashdar adalah ˆ   (fa’l-un), contoh: I
  † ‘dia menjelaskan’ :
I
~  † ‘penjelasan’.
4. Bentuk jamak dari H~ N.Us (diinaar-un) adalah h
# *N.Us (dinaaniir-u). Perhatikan bahwa
dalam bentik mufrad hanya terdapat satu 3 , namun dalam bentuk jamak terdapat dua 3.
Terdapat beberapa kata lain seperti :
~ ¯s pˆ«h< pˆ3!Us yang bentuk jamaknya seperti
H~ N.Us .
5. Jika kahabar khana adalah dhamir, ia dapat berupa muttashil atau munfashil. Contoh:
’Apakah anda ingin menjadi seorang
hakim?’ – ’Tidak, saya tidak ingin menjadi
1# U*H[ " pd ‡ ƒ)Ž
 < 3 !?  3 [ 1# U* #[
(seorang hakim).
Š# 
UE* 3 !2[ / $# !2[ 3[
Baik $# !2[ dan Š# 
UE* 3 !2[ , keduanya adalah benar.

 Latihan:
1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
3. Tunjukkanlah semua contoh istitsna yang terdapat dalam buku pelajaran utama dan
sebutkanlah jenisnya dalam setiap contoh tersebut (muttasil, munqati, mufarragh).
4. Tunjukkanlah mustatsna dan mustatsna minha, dan sebutkanlah jenis istitsna-nya
dalam contoh-contoh berikut.
5. Isilah bagian yang kosong dalam setiap kalimat berikut dengan kata yang terdapat di
dalam kurung, dan buatlah perubahan seperlunya.

77
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

6. Isilah bagian yang kosong dalam setiap kalimat berikut dengan kata yang terdapat di
dalam kurung, dan buatlah perubahan seperlunya.
7. Isilah bagian yang kosong dalam setiap kalimat berikut dengan kata yang terdapat di
dalam kurung, dan buatlah perubahan seperlunya.
8. Isilah bagian yang kosong dalam setiap kalimat berikut dengan kata yang terdapat di
dalam kurung, dan buatlah perubahan seperlunya.
9. Lengkapilah setiap kalimat berikut dengan mustatsna yang sesuai.
11. Tulislah bentuk jamak dari setiap kata berikut.
12. Tulislah mashdar dari setiap fi’il berikut dengan pola fa’l-un.
13. Apakah arti =ˆ " '% [ ? Dan apa bentuk jamaknya?”
14. Tulislah bentuk jamak dari setiap isim berikut dengan pola h# *N.U%s .

78
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

 Pelajaran 16

Pada bagian ini kita mempelajari yang berikut:


1 ’Demi Allah, saya akan mendakwahkan
Islam di negaraku.’
81N c @ A
 N0&  3  R
#  '% ‚
& o
Ini disebut 1)2!
 3! (nun penekanan). Ia terdiri dari dua jenis:

a) Dengan nun ganda, contoh: 6



 # M  ’keluar!’. Ini disebut =)v/ 1)2!
 3! .
b) Dengan nun tunggal, contoh: 6  # M  . Ini disebut = ) – 1)2!
 3!. Ia lebih
jarang digunakan dibandingkan dengan tsaqila.

Nun ini menunjukkan penekanan. Ia hanya digunakan dengan mudhari dan amr, dan
tidak dengan madhi.

Bagaimana Menambahkan Nun?

a) Mudhari marfu’ :
(1) Dalam bentuk yang empat: O
# #?  p#O#2 [ p#O#?  p#O#? U, dhammah akhir digantikan
dengan fathah. Maka O
# #? U berubah menjadi 6
>#? U (yaktub-u : yaktub-a-nna).
Proses yang sama juga berlaku untuk ketiga bentuk yang lain.
(2) Dalam ketiga bentuk berikut ini, nun akhir beserta waw atau ya ditinggalkan.
6 )>*#?  p3!>? p3!#>#? U. Maka 3!#>#? U berubah menjadi 6

>##? U. Setelah penghapusan
-na dari yaktubuu-na dan menambahkan –nna kita mendapatkan yaktubûnna.
Karena huruf hidup panjang tidak diikuti oleh yang bukan huruf hidup dalam Bahasa
Arab, maka û yang panjang dipendekkan. Sehingga kita mendapatkan yaktubunna.
Dengan cara yang sama dari 3
 !>? dibentuk menjadi 6
>#? (taktubûna : taktubûnna
: taktubunna). Perhatikan bahwa perbedaan antara (penggunaan nun) tunggal 6
>#? U
dan ganda 6
>##? U. adalah –a- pada yang pertama dan –u- pada yang kedua (yaktub-
a-nna, yaktub-u-nna).
Dhamir mukhathab mufrad muannats (kata ganti orang kedua feminin tunggal)
6 )>*#?  menjadi 6
>*#? . Setelah penghapusan –na dan menambahkan –nna, kita
mendapatkan taktubînna.
(3) Dalam kedua bentuk mutsanna 3 >#?  p3>#? U nun terakhir dihapus, namun alif
dipertahankan, karena penghapusannya menyebabkan bentuk mutsanna sama dengan
79
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

bentuk mufrad-nya. Perbedan penting dengan bentuk mutsanna yaitu nun berharakat
kasrah dan bukannya fathah. Maka hasilnya adalah 3i >#?  pi3>#? U . Setelah
penghapusan –ni dari yaktubáni dan penambahan –nna kita mendapatkan
yaktubánna. Harakat akhir –a (fathah) berubah menjadi –i (kasrah) untuk proses de-
asimilasi (pemisahan).
(4) Dalam kedua bentuk jamak muannats 6 >#? p6>#? U, nun terakhir dipertahankan dan
ditambahkan –ánni. Sebagaimana dalam bentuk mutsanna, nun tersebut berharakat
kasrah dalam bentuk jamak ini. Hasilnya adalah 3i .>#?  pi3.>#? U. Perhatikan bahwa
alif ditambahkan antara nun dhamir dan nun taukid (yaktubna : yaktubn-á-nni)

b. Mudhari Majzum
Prosesnya sama dengan mudhari marfu’kecuali nun pada fi’il yang lima telah dihapus
dalam mudhari majzum. Berikut beberapa contoh:

’Jangan duduk di kursi ini karena ia


patah’
H~ !#B?" $# }* 9 ? bD c 6
B
 q d
’Saudara-saudara, jangan
meninggalkan kelas sebelum pukul
=
B  ><  5  6
# # 
 d p3!ME U
satu’
m 1 „ !
’Zainab, jangan mencuci pakaianmu
dengan sabun ini’
3!5 b]* `
 !l 6
B
& r d p#O.UG U
’Saudari-saudari, jangan minum air
ini’
-%  bD 3i  R
  d pX!M[ U
Perhatikan bahwa dalam fi’il naqis, huruf ketiga yang telah dihilangkan dikembalikan
lagi sebelum menambahkan nun. Contoh: 
 .  d : 6
)B
 .  d – 7
# 1  d : 3 ! # 1  d
¾
* +  d : 6
)R
 +  d . Hal ini juga terjadi pada bentuk amr.
c, Amr
Proses ini juga sebagian besar sama dengan bentuk amr. Contoh:

O
 #2 [ : 6
>#2 [ Uktub : Uktuba-nna

%N>#2 [ : 3i %N>#2 [ Uktubâ : Uktubâ-nni

!#>#2 [ : 6
N#>#2 [ Uktubû : Uktubu-nna

*>#2 [ : 6
N*>#2 [ Uktubî : Uktubi-nna

6 >#2 [ : 3i %N.N
¿ >#2 [ Uktubna : Uktubn-â-nni

80
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

Kapan Menggunakan Nun Ini

Penggunaannya baik berupa pilihan, wajib atau mendekati wajib.


a. Pilihan. Penggunaannya merupakan pilihan dalam keadaan berikut:
(1) Dalam bentuk amr, contoh:
’Ayo, keluarlah dari mobil, nak!’
1# o U m Hy)B 6" 6
(* 
(2) Dalam bentuk mudhari ia menunjukkan thalab (O
#   ), yaitu amr nahi atau
istifham.28 Contoh:
’Jangan pernah makan ketika kamu
kenyang’
3  >† V
 [o 6
2 |  d
’Apakah kamu bersafar sedangkan kamu
sedang sakit?’
‡T~ U*" V  [o 3  B #  D
Jika pembicara merasa perlu memberi penekanan maka dia dapat menggunakannya.

b. Wajib : Ia wajib digunalan dalam mudhari jika dia merupakan jawab al-qasam.
Contoh:
’Demi Allah, saya akan menghafalkan Al-
Qur’an’
• ? 3 uv 6
Y  „ ' ‚
& o
Di sini bentuk mudhari ¤
  „ [ merupakan jawab al-qasam karena ia didahului oleh

qasam ‚
& o , Perhatikan bahwa fi’il ini tidak saja ditambahkan –nun di akhirnya akan
tetapi juga diawali dengan lam (la-afhazh-anna). Lam ini disebut C *& Bv iv  @# d .
Namun demikian terdapat tiga syarat dalam penggunaannya dalam jawab al-qasam,
yaitu:
• Fi’il harus berupa penegasan sebagaimana dalam contoh di atas. Baik lam atau nun
tidak digunakan dalam kalimat ingkar. Contoh:
’Demi Allah, saya tidak keluar’
L
# # M [ d ‚
& o
• Fi’il harus menunjukkan waktu yang akan datang. Jika dalam waktu sekarang, hanya
lam yang digunakan dan tidak nun. Contoh:
’Demi Allah, saya mencintaimu’
`
 >„ 'a ‚
& o
’Demi Allah, saya mengira dia dapat
dipercaya’
xvU1…
 $# N.N£'% ‚
& o
Perhatikan bahwa:
’Demi Allah, saya akan menolongnya’
$# N
1  'a ‚
& o
’Demi Allah, saya sedang menolongnya’
Š# 1#  'a ‚
& o

28
Untuk thalab, lihat Pelajaran 15 Panduan 3.
81
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

• Lam harus dilekatkan dengan fi’il. Jika dilekatkan dengan selain fi’il, nun tidak dapat
digunakan. Contoh:
’Demi Allah, ke Makkah saya akan pergi’
O
# DW[ = ? " F0& ‚
& o
Di sini lam dilekatkan dengan FE* . Akan tetapi jika dilekatkan dengan fi’il, maka
nun harus digunakan. Contoh:
’Demi Allah, saya akan pergi ke Makkah’
= ? "y FE 6
N>DW'% ‚
& o
Berikut contoh lainnya:
’Demi Allah, saya akan mengunjungimu’
t H# o#G[ 4
 !B ‚
& o
Dalam Al-Qur’an:
‘Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan
karunia-Nya kepadamu’ (QS 93:5)
`
 H `
 )  #U 4
 ! B
 o
Ini adalah jawab al-qasam. Dan qasam-nya adalah FjP
 o.

c. Mendekati wajib: Penggunaan nun mendekati wajib setelah partikel syarat 


"E* yang

dibentuk dari 3 E* ditambah " untuk penguatan. Nun pada 3 E* telah digabungkan dengan

". Berikut beberapa contoh lainnya:


’Jika kamu pergi ke Makkah, saya (pun)
akan pergi’
`
  " O
 D W [ = ? " S*E 6
>D b  
"E*
’Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
o [ +D# 1# „ [  >?  t 1 . 6
r >U 
"E*
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya
d o 4 Z [ +]#  v  A   +D# A  2
perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada
x¯*2 dx ! < +]#  <o +D#  ] . 
mereka perkataan yang mulia .’ (QS 17:23)
2. 4
Z [ ; ini adalah isim fi’il bermakna ‘saya jengkel’ atau ‘saya kesal’. Ia adalah mabni.
3. Di dalam Al-Qur’an (3:169): -Œ )„  [   . Di sini mubtada dihilangkan. Kalimat
selengkapnya adalah -Œ )„ [ C D#   “bahkan mereka itu hidup”. Ketika   mendahului
sebuah kalimat, ia disebut -& 1 d 4 #  „ , yakni partikel pendahuluan, ia menunjukkan
penyimpangan, yakni perubahan subyek. Perubahan ini menunjukkan satu dari dua hal
berikut:
a)  N0 yakni pembatalan pernyataan sebelumnya sebagaimana dalam ayat berikut:

82
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

‘Janganlah kamu mengira bahwa


orang-orang yang gugur di jalan
x !" [ $  * )*>  !< 6 Ub 6
>B j   d o
Allah itu mati; bahkan mereka itu
hidup disisi Tuhannya dengan
3 !<G  #U C ]* 9H 1 . -Œ )„ [  
mendapat rezki’ (QS 3: 169)
  Digunakan di sini untuk membatalkan pendapat bahwa mereka telah mati dan
untuk menegaskan bahwa mereka hidup.
b)  vd  yakni transisi dari satu ide kepada ide lainnya tanpa membatalkan (ide)
yang pertama. Contoh:
‘Ibarahim malas, bahkan dia lalai’
ˆ + ] "# !D   3 A
 B2 C)DE
‘Tatkala mereka melihat kebun itu, mereka
berkata: "Sesungguhnya kita benar-benar orang-
  3 !KP 
E* !< Do [H 
+
orang yang sesat (jalan), bahkan kita dihalangi
(dari memperoleh hasilnya) ". (QS 68 : 26-2)
3 !#"o#j  " 6# j  

 Latihan:
1. Buatlah fi’il berikut ini menjadi bentuk penegasan dengan menggunakan nun at-
taukid al-tsaqilah
2. (1) Tunjukkanlah semua contoh nun at-taukid yang terdapat dalam pelajaran utama.
(2) Latihan pengucapan:
a. Setiap siswa berkata kepada yang lainnya: b2     d dan yang lain

menjawab: b2 6
   '% ‚
& o .
b. Setiap siswa berkata kepada yang lainnya: b2     dan yang lain menjawab:
b2    '% ‚
& o . Fi’il yang sebenarnya seperti g  p g    d , 
   p 
 q
  d
harus digunakan.
(3) Tulislah kembali kalimat berikut dalam bentuk jawab al-qasam dan buatlah
perubahan seperlunya.
(4) Tulislah bentuk mudhari dan amr setiap fi’il berikut ini.

83
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

 Pelajaran 17

Pada bagian ini kita mempelajari yang berikut:


1. 45 6" 7!.+ . Ia adalah isim mu’rab yang tidak dikenai tanwin. Contoh:

-a A
 " G# p#1* B" p#+ „ [ p=+_ p#C)D
Ia terdiri dari dua jenis:
a. Isim yang tidak dikenai tanwin karena satu alasan.
b. Isim yang tidak dikenai tanwin karena dua alasan.

A, Kata yang tidak dikenai tanwin karena hanya satu alasan

Alasannya adalah salah satu dari yang berikut:


a) ·)| n
# [ yakni alif yang menunjukkan jenis muanntats. Ia berupa mH!5v"
(pendek) atau m s o1# + " (dipanjangkan). Yang pertama adalah á panjang yang dalam
bahasa Arab ditulis dengan ya ( FN ), dan yang kedua adalah á panjang yang dalam

bahasa Arab ditulis dengan hamzah ( - ), dan keduanya harus ditambahkan pada
huruf ketiga. Contoh:
• mH!5v" ·)| n # [ :wo pU1D pF>„# p)s# pFŽ" 29. Perhatikan bahwa kata
seperti F ‘anak muda’, F„H ‘batu gerinda’, 5 ‘tongkat’ bukan termasuk

45 6" 7!.+ karena alif pada kata-kata ini adalah huruf ketiga dan bukan
alif tambahan.
• m s o#1+ " ·)| n
# [ : -a v  pa-<1 …
 [ pa-+ „ pa-j

 30. Perhatikan bahwa kata
seperti -Œ Nj[ pŒ-du pŒ-Nu pŒ-+[ bukan 45 6" 7!.+ karena mereka

seperti @~ ?„[ p~sd  < [ dalam pola ˆ   [ dan hamzah adalah huruf ketiga, dan
 o [ p~@A
bukan ekstra atau tambahan.

29
FŽ" Adalah bentuk jamak dari T ~ U* " -- )#s ‘dunia’ -- F>„ ‘hamil’ -- U1„ ‘hadiah’ -- wo adalah
bentuk jamak dari w! ‘fatwa’.
30
-a ¶ ‘desert (makanan penutup) -- -a ­ ‘merah’, bentuk muannats dari # + „ [ -- -a <1…  [ jamak dari {
~ s… --
-a v jamak dari h~ v  .
84
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

b) D. ^# + ;
  31 adalah jamak dengan pola   " dan ) ". Contoh: p#1B"
 s ." p#‘* l p#‘* . p#^)*[ p#g)  " p#Us. p " [ p  A
  p#™1„ p#Ho* [ ،:
# H* 1"
Kata dalam pola =ˆ    " (yakni m +    " ) bukan 45 6" 7!.+ . Contoh: pˆmb [
mˆ  2s pˆm( " A . Kata-kata ini dikenai tanwin.
Bahkan kata mufrad dalam pola ini adalah 45 6" 7!.+ . Contoh: C# _ +_ ‘tomat’,

# _  ‘kentang’32, h# † >_ ‘kapur’,
 U*o ‘celana panjang’.
B. Kata yang tidak dikenai tanwin karena dua alasan

Ia dapat berupa isim ‘alam ( C  ) atau sifat ( n


# !).

C  C Isim ‘Alam

Isim alam tidak dikenai tanwin ketika ia memiliki satu dari dua sebab berikut:
(1) Jika ia adalah muanntas, contoh: m ( + D p#O.UG p=."u. Perhatikan bahwa m ( + D adalah
nama laki-laki, namun jenis katanya adalah muannats karena ia berakhiran ta’
marbutho’ (m ).
Jika isim alam muannats dibentuk dari tiga huruf yang huruf keduanya adalah sukun,
maka dapat digunakan sebagai 45 6" 7!.+ atau triptote33 kata biasa yang dapat
dimasuki tanwin, akan tetapi lebih baik bila digunakan sebagai triptote. Contoh: p1~ .D
C~ UH* p~1 s
(2) Jika bukan dari bahasa Arab ( ’ + q
  [ ), contoh: 3 B2  p#@)o* pC)D . Jika isim
alam yang bukan dari bahasa Arab adalah mudzakar, dan terdiri dari tiga huruf yang

31
D. ^# + ;
  artinya adalah jamak yang paling tinggi. Beberapa bentuk jamak dapat dirubah ke dalam
bentuk ini untuk mendapatkan apa yang disebut ^* + ;   ^# + . Contoh: =ˆ .? " [ adalah bentuk jamak dari 3ˆ ?" ,
dan =ˆ .?
 " [ sendiri dapat dirubah menjadi 6# 2 "[ . Akan tetapi bentuk yang terakhir ini tidak dapat dirubah
menjadi bentuk jamak lebih lanjut. Itulah sebabnya disebut jamak paling terakhir.
32
Kedua kata ini termasuk ke dalam kelas    + ;
 
* .; C seperti O
# .   p#+ 
 dst. Kata-kata ini
diperlakukan sebagai kata tunggal (mufrad), meskipun maknanya adalah jamak.
33
Triptote adalah isim yang dapat dimasuki tanwin.
85
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

huruf keduanya adalah sukun, maka ia dapat dimasuki tanwin, contoh: pˆ«! p~I!
3ˆ M p~L # pˆ·)† 34
. Namun apabila dia adalah muannats, ia tetap sebagai al-

mamnu’ minash sharf, contoh: š


x   pš p#°! "# p#)* p#ž+ „ p#g  35
. Jika kata
yang bukan Bahasa Arab diserap dalam Bahasa Arab menjadi isim biasa dan
kemudian digunakan sebagai isim alam, maka ia dapat dimasuki tanwin, contoh:
~ D !  yaitu kata dari Bahasa Persia yang berarti pertama, dan juga digunakan sebagai
nama.
3) Jika mereka adalah ˆ o#1  " yakni memiliki pola    (fu’al-u), contoh: p#G# p#+ #
 >D# p „ G# 36
.

4) Jika berakhir dengan alif tambahan dan nun tambahan, contoh: p3o" p3P"H
3 +/# p3> † . Kata 3ˆ 
B„ dapat dimasuki tanwin karena ia memiliki pola ˆ 

dari 6 ~B
 „# , maka 3 adalah huruf ketiga dan bukan nun tambahan.
5) Jika menyerupai fi’il dalam bentuknya, contoh: 1 # + „ [ yang mengikuti pola O # D W [
‘Saya pergi’, 1 # U*(U yang mengikuti pola ^# )*>U ‘dia menjual’.
6) Jika terdiri dari dua isim, contoh: X # !" P
 „ p#J* ? U1  " .

Kata Sifat

Kata sifat tidak memiliki tanwin dalam keadaan sebagai berikut:


1) Jika ia berada dalam pola    [ selama ia tidak dijadikan muannats dengan ta
marbutho. Contoh: # +  „ [ ،# >2 [. Bentuk muaanntas dari # >2 [ adalah w>2 dan # + „ [
adalah -a +  „ . Kata ˆ " H [ ‘duda’ dimasuki tanwin karena bentuk muannatsnya
adalah =ˆ " H [ ‘janda’.

34
I
~ !# dan «
ˆ ! adalah nama-nama Nabi, · ˆ )† adalah nama salah satu anak Nabi Adam alaihis salam. L
~  #
adalah George, 3 ˆ M adalah nama di India dan Pakistan.
35
Nama-nama kota di Australia, Inggris, Turki, Prancis, Syria, dan Afghanistan. Perth, Bath, Mus, Nice,
Homs, Balkh
36
# + # dan # G# adalah nama-nama orang. ˆ „ G# adalah planet Saturnus dan ˆ >D# adalah nama berhala.
86
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

2) Jika berada dalam pola 3 A , contoh: 3 A" p3R  p3>  † p3!  .
3) Jika ia adalah ˆ o1 ". Kata sifat ma’dul adalah salah satu di antara yang berikut:
a. Bilangan yang memiliki pola    dan    " , contoh š
 Al ‘tiga-tiga’, 7
# H#
‘empat-empat’; F./ " ‘dua-dua’, ‘tiga-tiga’. Dalam al-Qr’an:

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat


berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan
F")  !B & v # [ C #  M 3 E*o
yang yatim (bilamana
mengawininya), maka kawinilah wanita-
kamu
-& B.9 6 " C ?  J
 _ " !#j? 
wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga
atau empat.” (QS An-Nisa : 3)
7
 H# o š  lo F./"

b. Kata # M
 [ adalah jamak dari wM [. Dalam al-Qur’an:
“Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu
ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa),
o [ ƒPU*" C ? ." 3 2 6 + 
sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-
hari yang lain.” (QS Al-Baqarah : 185)
 M [ @k 
U[ 6 " mˆ 1
  k   F

I’rab 45 6" 7!.+

Kita telah mempelajari I’rab al-mamnu’ minash sharf pada Pelajaran 6, dan di bagian
awal buku Panduan ini. Akhiran jarr dari al-mamnu’ minash sharf adalah fathah dan
bukannya kashrah. Contoh:

’Saya belajar di banyak sekolah’


m‰ h /2 :
 H* 1" c V
#  H s
’Saya bepergian dari London ke Berlin’
6 )  SE 3 1 . 6" X
#   
’Ini adalah buku Zainab’
O
 .UG O
# #2 Š bD
Akan tetapi ia berharakat kashrah dalam dua keadaan berikut:
a. Apabila kata tersebut memiliki  sebagai tanda ma’rifah. Contoh:
‘Saya tinggal di hotel-hotel ini’
{
* s .  Š bD c V
# ( 
‘Tulislah dengan pulpen merah’
* + „ ' C* v * O
 #2 [
87
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

‘Saya memberikan roti kepada anak yang


lapar itu’
3 !; 1 !   n
 )Q
 V
# + 
Dalam Al-Qur’an:

‘Maka aku bersumpah dengan Tuhan Yang


memiliki timur dan barat, sesungguhnya
J
* H* r+ o {
* H* R+  J
9  * C# B
& < [ 
Kami benar-benar Maha Kuasa.’
(QS Al-Ma’aarij : 40)
3 o#Hs v 
E*
b. Ketika kata tersebut merupakan mudhaf.

‘Saya belajar di sekolah-sekolah Madinah’


= .U1  :
* H1" c V
#  H s
‘Saya menghubungi teman Bilal’
k A -& <1 …
 |* V
#  5
  [
‘Dia salah satu siswa terbaik’
J
* A 6# B
 „ [ 6" !D
“sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”
•k !* v  6* B
 „ [  3 B}* .v M 1 v 
(QS At-Tiin : 4)

Perhatikan kata: 3‰  " adalah jamak dari F.  " ‘arti/makna’, Hk ! adalah jamak dari =ˆ UH* 
‘anak gadis’; s‰ ! jamak dari s‰  ‘klub’. Kata-kata ini adalah dalam wazan (pola)    "
dan pada saat yang sama kata-kata tersebut adalah manqus karena huruf ketiganya adalah
8 yâ, yang akan terlihat jika kata tersebut mendapat  ma’rifah: ،8H!;   ،*  
8s!
.. Ini disebut manqus dari D. ^+;, dan mereka diperlakukan sebagaiman
manqus dalam i’rab. Kata-kata tersebut mendapat tanwinn dalam bentuk rafa, dan jarr,
akan tetapi tidak dalam bentuk nashab. Contoh:

Marfu : ‘Kata ini


mankna’
memiliki banyak
mˆ h /2 3‰  " ] = +? ŠbD
Di sini 3‰  " adalah mubtada dan ia adalah marfu. Dalam hal ini ia mendapat tanwin.
Manshub : ‘Saya mengetahui
makna dari kata ini’
banyak
= +? Šb] mˆ h /2 * " 4
# *  [
Di sini ia adalah maf’ul bihi, oleh karena itu kata tersebut adalah manshub. Di sini kata
ini tidak dimasuki tanwin.
Majrur: ‘Kata ini digunakan dalam
banyak makna’
m‰ h/2 3‰  Á =+? ŠbD V #  +  B
 #
Di sini kata tersebut adalah majrur karena didahului oleh harful jarr. Di sini kata
tersebut juga memiliki tanwin.
88
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

Berikut ini beberapa contoh tambahan:

Marfu : ‘Berbagai macam klub dijumpai


di sini’
=ˆ  
 "# s‰ ! .#D 1#  ! #
Manshub : ‘Orang-orang mendirikan
berbagai macam klub’
=x  
 "# 8s! :
# 
. 
 
[
Majrur: ‘Ia adalah anggota berbagai
macam klub’
=‰  
 "# s‰ ! c !~ P
 # !D

 Latihan:

1. Tunjukkanlah semua contoh 45 6" 7!.+ yang terdapat dalam buku utama,
dan sebutkan alasannya mengapa ia termasuk 45 6" 7!.+.
7!.+
2. Tunjukkanlah 45 6" 7!.+ yang terdapat dalam buku utama yang berharokat
kashrah pada keadaan jarr, dan sebutkan alasannya mengapa demikian.
3. Tunjukkanlah 45 6" 7!.+ dalam kalimat berikut ini, dan sebutkan alasannya
mengapa demikian. Jika ia berharokat kashrah pada bentuk jarr, jelaskan mengapa
demikian.
4. Tulislah kembali kalimat berikut ini dengan 45 6" 7!.+ yang berharokat
kashrah.
5. Gunakanlah kata Hk ! dalam tiga kalimat dengan bentuk marfu pada kalimat
pertama, manshub pada kalimat kedua, dan majrur pada kalimat ketiga.
6. Dalam kalimat =ˆ R
 ™ = R
 ™ kata yang pertama (di kanan) tidak memiliki tanwin dan
kata kedua berharokat tanwin. Mengapa demikian?
7. Mengapa kata O
~ H [ bukan
45 6" 7!.+padahal ia a memiliki pola verbal?
8. Berikan contoh 45 6" 7!.+ yang berharokat kashrah dalam kedudukan jarr
karena memiliki ‫ ال‬ma’rifah.
9. Berikanlah contoh 45 6" 7!.+ yang berharokat kashrah pada posisi jarr
karena kata tersebut adalah mudhaf.
10. Berikanlah contoh masing-masing dari yang berikut ini:
a. Kata sifat yang berupa ma’dul.
b. Isim alam yang bukan dari Bahasa Arab.
c. Kata sifat dengan wazan (pola) 3
 A .
89
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4

d. Isim alam muanntas.


e. Isim alam ma’dul.
f. Kata sifat dengan wazan
   [.
g. Isim alam yang berakhiran dengan tambahan alif dan nun.
h. Isim alam majemuk.
i. D. ^+,.
j. Isim yang berakhiran alif ta’nits mamdudah.
k. Isim yang berakhiran alif ta’nits maqsurah.
l. Manqus dari D. ^+,.
m. Isim alam muanntas yang dapat berharokat tanwin.
n. Isim alam yang bukan Bahasa Arab yang dimasuki tanwin.
11. Kedua isim alam C# )DE dan «
ˆŒ ! adalah bukan Bahasa Arab, akan tetapi yang
pertama tidak berharokat tanwin, sedangkan yang kedua berharokat tanwin.
Mengapa demikian?
12. Kedua isim alam I
~  # dan g#   bukan dari Bahasa Arab, dan keduanya terdiri dari
tiga huruf yang huruf keduanya adalah sukun. Namun yang pertama berharokat
tanwin sedangkan yang kedua tidak. Mengapa demikian?
13. Isim alam yang mana yang dapat diperlakukan sebagai 45 6" 7!.+ dan
sebagai isim biasa?

90
http://www.raudhatulmuhibbin.org

Anda mungkin juga menyukai