A. Pendahuluan Tasybih merupakan salah satu cabang dari kajian ilmu bayan dalam ilmu balaghah. Secara bahasa balaghah adalah keIasihan dan kekuatan pengaruh (yang mengesankan). 1 Sedangkan secara rinci para ahli balaghah mendeIinisikan balaghah adalah ucapan/ perkataan yang sesuai dengan situasi dan kondisi serta Iashih. 2 Situasi disini merupakan suatu hal yang mendorong mutakallim (orang yang berbicara) untuk mengungkapkan sesuatu dengan cara tertentu, adapun kondisi yaitu gambaran khusus yang didatangkan dalam ungkapan. Oleh karena itu, dengan ilmu balaghah ini, dapat dipelajari bagaimana cara untuk mengungkapkan bahasa yang indah, mempunyai nilai estetis (keindahan), memberikan makna sesuai dengan muktadhal hal (situasi dan kondisi), serta memberikan kesan sangat mendalam bagi pendengar dan pembacanya. Adapun Iungsi dari kajian ilmu bayan dalam ilmu balaghah ini adalah untuk memahami ungkapan tersebut dan memahami kehendak dari makna yang tersirat didalamnya. Dalam kajian tersebut dijelaskan tentang seluk beluk bahasa Arab
dimulai dari mengetahui uslub (ragam gaya bahasa) dalam sebuah karya sastra baik syiir maupun natsr (prosa). Salah satu uslub yang sangat populer dalam bahasa Arab yaitu tasybih (penyerupaan), seperti yang sering dijumpai dalam syiir-syiir Arab. Contohnya penggalan syiir Khalil Gibran berikut ini yang menggunakan uslub tasybih. Ia menyerupakan antara hakikat kebahagiaan dengan air sungai: _~ ,~ '--~' ~'~' '~ _=- ~' ~ '~~= '- '=~~ .+~' =- - +-' =- --'= '~ _= -
Secara umum tujuan dari penggunaan tasybih ini adalah untuk memudahkan penaIsiran suatu siIat yang masih sulit dijangkau indera serta belum dipahami dengan mengaitkannya dengan persamaan objek lain yang dapat dijangkau indera dan mudah dipahami maksudnya, sehingga kandungan maksud/ isi yang tersirat dalam suatu karya sastra sampai kepada pembaca/ penikmatnya.
. Definisi 1asybih dan Unsur - unsurnya Secara bahasa tasybih adalah penyerupaan, yang ditaIsirkan oleh para ahli ilmu bayan yaitu menyerupakan satu objek dengan objek yang lainnya yang mana diantara kedua objek yang diserupakan tersebut memiliki persamaan/ kemiripan. 3
Adapun deIinisi tasybih dalam ilmu balaghah yaitu suatu gaya bahasa yang menunjukkan resiprokal (perserikatan) antara satu objek dengan objek lainnya dalam hal makna. 4 Penyerupaan tersebut ditujukan supaya dapat menggambarkan hal yang tersembunyi dalam objek yang diserupakan, hal yang jauh dan yang dekat, menambah ketinggian derajat, memuji keindahan, kelebihan seseorang atau kelompok, sehingga dapat menyentuh perasaan orang lain.
Tasybih merupakan ilmu retorika dalam bahasa arab, dengan menggunakan tasybih suatu ungkapan dapat dirangkai indah dengan menyiIatinya kepada hal lain yang lebih mudah dinalarnya. Dalam proses penyerupaan ini, perlu diketahui dua hal penting, yaitu: Pertama, hal lain yang dijadikan penyerupaan untuk objek utama merupakan suatu hal yang jelas dan dipahami sehingga tidak memerlukan penaIsiran kembali. Kedua, hal yang dijadikan penyerupaan ini mampu mendeIinisikan maksud yang dituju dari objek utamanya. Misalnya seseorang diserupakan dengan singa, - `' ~~ menunjukkan bahwa pria itu orang yang pemberani, karena singa adalah symbol dari keberanian dalam kebudayaan Arab, lalu ungkapan ~-' - yang artinya kamu (bagaikan) rembulan; maksudnya kamu orang yang tampan/ cantik. Dalam tasybih ada empat unsur yang menjadi komponen-komponennya, yaitu: 1. musyabbah (hal yang diserupakan). 2. musyabbah bih (yang diserupai). Kedua komponen tersebut disebut pula sebagai tharaf tasybih (dua objek yang diserupakan), dan kedua komponen ini merupakan komponen wajib yang harus ada dalam tasybih serta tidak boleh dihilangkan, bahkan meniadakan salah satu komponen tersebut akan mengakibatkan susunan tasybih menjadi salah, sebab maknanya tidak akan bisa dipahami. 3. dat tasybih (alat perantara yang berIungsi untuk menyerupakan). Diantara adat tasybih adalah: = '~ .`~ ~ 4. afhu syibeh (titik kesamaan antara musyabbah dan musyabbah bih). Wafhu syibeh pada musyabbah bih diisyaratkan lebih kuat dan lebih jelas daripada musyabbah-nya. dat tasybih dan afhu syibeh dalam susunan tasybih bukan merupakan unsur wajib yang harus selalu ada dalam tasybih. Bisa saja salah satunya dihilangkan, atau bahkan kedua-duanya. Walaupun susunan tasybih tidak terdiri dari kedua komponen ini, akan tetapi makna tasybih masih dapat dipahami. Perhatikan contoh penggalan syiir muallaqat milik Umru`ul Qais berikut ini. ~~ _= =' _~ .- - ~+' _'- = -~' -' ~ -~ ~~=~ |
1. musyabbah : kata .- 2. musyabbah bih : kata =' _~ 3. adat tasybih : = pada kata _~ 4. afhu syibeh : kata ~+' Jadi, dalam syiir tersebut memiliki empat komponen secara lengkap, si penyair mengumpamakan malam seperti ombak lautan, yang diserupakan dengan perantara adat tasybih berupa hurf kaf. Ia menyerupakan malam seperti ombak lautan, dengan titik persamaan diantara keduanya yang berupa kesedihan dan kegelisahan. Malam yang hitam pekat serupa dengan ombak laut yang bergelombang tinggi hingga seperti tirai hitam yang menyelubungi si penyair dengan menghujaminya (dengan tirai tersebut) kepedihan yang dalam.
. 1enis - jenis 1asybih Tasybih memiliki jenis yang beragam, yaitu: a) Berdasarkan kelengkapan komponen yang terkandung di dalam susunan taysbih tersebut. 1. Tasybih mursal, yaitu tasybih yang disebut adat tasybih-nya. ---' .`~ ~' Usia itu bagaikan tamu 2. Tasybih muakkad, yaitu tasybih yang adat tasybih-nya dihilangkan. =- - _'-- Kamu bagaikan bintang yang tinggi dan bercahaya 3. Tasybih mufasshal, yaitu tasybih yang disebut afhu syibehnya. `=' ~+~' ` ` Perkataan si Iulan manis bagaikan madu 4. Tasybih mufmal, yaitu tasybih yang afhu syibeh-nya dihilangkan. ' - Ilmu itu cahaya 5. Tasybih baligh, yaitu tasybih yang adat tasybih dan afhu syibeh-nya dihilangkan. -~' -' ~ -~ ~~=~ |
~ - ~~ - Kamulah matahari, dan kamulah purnama
b) Berdasarkan afhu syibeh-nya. 1. Tasybih tamtsil adalah tasybih yang afhu syibeh-nya bersiIat majemuk, yaitu berupa gambaran yang dirangkai dari keadaan beberapa hal atau dari beberapa siIat, dan biasanya aqli. +- --'= == -=' -'-' '+-='-= --- '~ !n:uInD n1:II1I1DqDu I1q1nI :11nDn n1InDnD nnD I111Du, Inqn1InD Iu1uDq 1nn+nI1 _nDq DDqnIInD Inun :n_nD_n.
2. Tasybih ghoir-tamtsil adalah yang afhu syibeh-nya tidak bersiIat majemuk (afhu syibeh yang lugas, tidak memerlukan banyak hayalan dan PenaIasiran). -=~ ~ '~ ` ~' '~ .= ` _~- - ` .-- Dn!1nD !1nnn In1D Inqn1InD Dru11 |_nDq !1nnI DnDnIJ, 1n DDrnIu! D_n+n ::o1nDq !nDn !nDqnD nnD I1nInD !nDn InI1.
c) Berdasarakan tharaf tasybih-nya. 1. Tasybih dhimni adalah tasybih yang kedua tharaf-nya tidak dirangkai dalam bentuk tasybih secara umum, melainkan kedua tharaf tasybih ini berdampingan begitu saja dalam susunan tasybih, dan dapat dipahami maksudnnya secara kontektual (siyaqiy). '-== - _-' -~- ~ ---' -' ,- %1InnnDq :o1nDq Dunn I1uInD nnD hnI 1D1 !1nnIInh DDqh1nDInD, |IuInDInhJ IuDqn uD nnn! !uDIuh nnn nnhnD _nDq IDInI.
2. Tasybih maqlub adalah tasybih yang menjadikan musyabbah sebagai musyabbah bih dengan mendakwakan bahwa titik keserupaannya lebih kuat pada musyabbah. Maqlub (pembalikkan) ini digunakan dengan tujuan mubalaghah, yakni untuk menunjukkan bahwa siIat yang ada pada musyabbah sudah sangat kuat hingga perhatian tertuju pada musyabbah agar memahami maksud dari tasybih. -~' -' ~ -~ ~~=~ |
D. Sekilas Tentang Mahmoud Darwish Mahmoud Darwish seorang sastrawan besar berkebangsaan Palestina yang selalu menuangkan pemikirannya melalui puisi-puisinya yang menyuarakan tentang revolusi, nasionalisme, dan kemerdekaan bagi bangsa Palestina. Mahmoud Darwish lahir di desa el-Birwa pada tanggal 13 Maret 1941. Ia adalah anak kedua dari pasangan Salim dan Houreyyah Darwish, yang mana keluarganya adalah tuan tanah di desa tersebut. Namun setelah Israel meluluh- lantahkan wilayah tempat tinggalnya itu pada Juni 1948, ia dan keluarganya pun pergi menyelamatkan diri ke Lebanon. Israel telah menjadikan desa el-Birwa rata dengan tanah tanpa sisa. Setahun kemudian setelah kepergiannya dari Palestina, Darwish dan keluarganya pun kembali ke tanah lahir mereka yang kini sebagian besar wilayahnya telah menjadi milik Israel. Darwish melanjutkan pendidikannya ke jenjang menengah atas di KaIr YasiI, sekitar dua kilometer dari selatan Jadeidi, dan tak lama kemudian berpindah lagi ke HaiIa. Ketika usianya mencapai 19 tahun, ia telah menerbitkan buku puisi pertamanya yang berjudul -'-= ` =-= (burung-burung tak bersayap). Kemudian Darwish meninggalkan Israel pada tahun 1970 untuk melanjutkan studinya di University oI Moscow selama satu tahun, lalu berhijrah kembali ke Mesir dan Lebanon. Di tahun 1973-1982, dia tinggal di Beirut- Lebanon dan bekerja sebagai direktur penerbit majalah " ~ ---=~ " . Selama hidupnya ia habiskan waktunya untuk bekerja dipenerbitan sebagai penulis, penyair, penerbit dan juga pejuang bangsa Palestina melalui karya-karyanya yang indah dan tegas. Darwish pernah menikah dua kali dan bercerai. Istri pertamanya adalah seorang penulis Rana Kabbani. Pada pertengahan 1980-an, dia menikah lagi dengan seorang gyptian translator, Hayat Heeni. Namun Darwish sama sekali tidak memiliki keturunan dari dua istrinya tersebut. -~' -' ~ -~ ~~=~ |
%erakhir kalinya Darwish mengunjungi Israel pada tanggal 15 Juli 2007, untuk menghadiri sebuah pertunjukkan puisi, yang mana didalamnya ia mengecam keras golongan atau kelompok tindak kekerasan antara Fatah dan Hamas. Pertunjukkan tersebut diselenggarakan di Mt. Carmel Auditorium, HaiIa. Mahmoud Darwish meninggal dunia pada tanggal 9 agustus 2008 di usianya yang ke-67, setelah tiga hari menjalani pembedahan lever di Memorial Herman Hospital, %exas. Setelah kematiannya, Pemimpin Palestina, Mahmoud Abbas, membangunkan istana yang diberi nama '-` -~ ~~=~ - (Istana Budaya Mahmoud Darwish) sebagai symbol kecintaan rakyat Palestina kepadanya dan tempat untuk mengenang semua jasa dan karya-karyanya yang hebat.
E. Metodologi Penelitian %ujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi mengenai bentuk-bentuk tasybih yang ada dalam syiir el-Baudhah karya Mahmoud Darwish dan mengidentiIikasi jenis-jenisnya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatiI yang berupa analisis isi, yakni menganalisis macam-macam pola tasybih yang ada didalam syiir, lalu mengintepretasikannya dengan berupa pemaparan yang berlandaskan dengan teori yang sudah disampaikan sebelumnya. Penelitian ini dilakukan dengan teknik representative yaitu berupa penelaahan secara bertahap dan berulang-ulang terhadap sumber data dan berhenti ketika sudah tidak ditemukan lagi hal baru. Hal tersebut dilakukan di Jakarta, sejak tanggal 25 November 2011 10 Desember 2011.
Jenis puisi yang digunakan oleh Mahmoud Darwish diatas adalah jenis puisi modern yang sudah tidak lagi terikat dengan bait-bait ataupun rima, sebagaimana bentuk-bentuk puisi Arab yang ada di zaman jahiliyyah. Mahmoud Darwish menyajikan puisinya dengan bentuk yang lebih mudah untuk dikaji, jika dibandingkan dengan puisi-puisi jahiliyyah yang memiliki pola atau struktur yang rumit. Dalam puisinya yang berjudul -' (nyamuk) ini, Mahmoud Darwish ingin mendeskripsikan penderitaan bangsa Palestina yang tak kunjung ada akhirnya. Mereka di serang, diperangi, dan dihisap darahnya oleh para penjajah yang kejam, yang dilukiskannya bagai nyamuk yang selalu haus akan darah. ~~ ' ~ ~-~ -' . ` - ~ . ~' _ = ~ -`= . !D_1nDqnD 1onqnDnn _nDq :nDqn! :Dq1!. %1nnI ruIu nDqnD Dqh1:nnD nn1nh :nn, TnhInD |!1u:J DDInDDu nnInD 1nDqnD :1n-:1n |_nDq !nI I11DInDqJ.
Pada penggalan puisi yang pertama, adanya susunan tasybih muakkad mufasshal yaitu perumpamaan kehadiran seekor nyamuk (musyabbah) yang diserupakan dengan datangnya penjajah yang menyerang (musyabbah bih) secara kontekstual yang dipahami, dengan titik persamannya (afhu syibeh) ' ~~ (penyerangan yang sengit) dan ~' ~ (penghisapan darah), serta ghoir tamtsil. Sedangkan berdasarkan tharaf tasybih-nya, ia termasuk ke dalam tasybih dhimni, karena antar musyabbah dan musyabbah bih-nya tersusun dalam bentuk yang tidak umum. ` ` `=' _~= -~' . nD n1n !1nnI DDqhnD111Du IrunI1 nnn IqInnD |DnInDJ Inqn1InD nDnD _nDq n1 n11!n oIh I-u!nDnII1.
-~' -' ~ -~ ~~=~ |
Pada penggalan puisi yang kedua, nampak jelas bahwa Darwish menyerupakan serangan nyamuk itu seperti serangan demam yang dihubungkan dengan perantara adat tasybih berupa hurf kaf pada kata _~=, dengan afhu syibeh-nya `=' (kegelapan). Ini merupakan bentuk tasybih mursal mufasshal, serta ghoir tamtsil. = -'= -= ` '+~~ ` ~ '- -~+' . =~~ - -~+' . 1n !1u: I1nDquDq Inqn1InD :n+n! 1nDq _nDq IIuD I1:n Inu nDqn1InD |Inn!nDqnDD_nJ IrunI1 :!Inh !1rnn1D_n !uunD. nnD nn1nhDuInh !uunDD_n 1!u.
Pada penggalan puisi yang ketiga, Darwish mengumpamakan nyamuk seperti pesawat tempur yang sama-sama memiliki suara bising yang mengganggu pendengaran. Penyerupaan tersebut menggunakan adat tasybih berupa hurf kaf pada kata -'= -= dan kata -= -'= sebagai musyabbah bih, sedangkan musyabbah-nya berupa dhomir pada kata = yang merujuk kepada -'. Wafhu syibeh-nya adalah makna lafad: dari kata = . Maka penggalan ini merupakan bentuk tasybih mursal mufasshal serta ghoir tamtsil.
Dalam penggalan puisi yang keempat ini, Darwish mendeskripsikan bahwa sang nyamuk dalam posisi diam (hinggap di dinding) hingga terjadinya perubahan situasi dan kondisi yang mulanya bising dan ramai akan serangan menjadi tenang dan damai. Ketenangan dan kedamaian ini ia presentasikan seperti wujud penyerahan yang menandakan berakhirnya peperangan ataupun serangan, yang mana penyerupaan tersebut menggunakan perantara adat tasybih berupa hurf kaf pada kata ~~~~', sedangkan lafad: ~~~~' merupakan musyabbah bih-nya, dan musyabbah-nya adalah -~ ~~ ~' . Maka bentuk tasybih dari penggalan puisi tersebut berupa tasybih mursal mufmal dan ghoir tamtsil.
Penggalan puisi yang kelima ini merupakan suatu bentuk babak baru yang mana sang nyamuk datang membawa peringatan bahwa akan adanya serangan baru yang akan diluncurkan olehnya, sang nyamuk ini ibarat sang penjajah yang tak pernah puas untuk terus menekan orang-orang yang tinggal di negeri jajahannya hingga mereka tewas satu-persatu karena kehabisan darah. Tasybih ini tidak menggunakan komponen adat tasybih maupun afhu syibeh, yang ada hanyalah komponen musyabbah-nya yaitu --=' dan komponen musyabbah bih-nya yaitu ''~-, maka tasybih ini tergolong kedalam bentuk tasybih baligh, serta dhimni.
. Penutup Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas bentuk susunan tasybih yang paling sering muncul dalam syiir -' adalah tasybih ghoir tamtsil, dengan uraian sebagai berikut: Pertama, tasybih ghoir tamtsil sebanyak empat kali muncul dari lima bentuk susunan tasybih. Kedua, tasybih mursal dan mufasshal yang sama-sama muncul tiga kali dari lima bentuk susunan tasybih. Ketiga, tasybih dhimni yang muncul dua kali dari lima bentuk susunan tasybih. Keempat, tasybih muakkad, mufmal, dan baligh masing-masing hanya muncul satu kali dari lima bentuk susunan tasybih. Karakteristik tasybih dalam syiir el-baudhah ini sangat kental akan nilai nasionalisme dan sarat akan pesan perjuangan dalam mempertahankan negara tumpah darah dari serangan penjajahan yang terus bertubi-tubi tanpa henti dan terus menumpahkan darah para terjajah. Dengan kelihaiannya dalam bersastra, Darwish mengumpamakan suatu tema yang begitu besar dengan suatu perumpamaan yang begitu sederhana. Hal ini merupakan salah satu wujud kesuksesan Darwish dalam menorehkan penanya dengan sebuah karya indah berupa syair 'el-baudhah`.