Anda di halaman 1dari 9

PAPER

ILMU BALAGHOH “TASYBIH”


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah “Balaghatul Qur'an”
Dosen Pengampu: Dr. Lilik Rochmad Nurcholisho., Lc., M.A.

Disusun oleh :
Zulfi Irkhamni 2020040032
Sapna Banaya 2020040031
Faizatul Azizah 2020040024

PRODI PENDIDIDKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS SAINS AL QUR’AN
WONOSOBO
2023
KEDUDUKAN TASYBIH DALAM SURAT AN-NABA : 6,7,10,19,20
Zulfi Irkhamni, Sapna Banaya, dan Faizatul Azizah
Universitas Sains Al qu’ran
ABSTRAK :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengertian, rukun, pembagian, jenis, tujuan
contoh Tasybih dalam juz ‘Amma. Tasybih biasanya digunakan untuk menyampaikan
masalah-masalah yang sangat penting dan krusial yang sulit digambarkan dengan kata-kata
biasa. Tulisan ini menunjukkan bahwa terdapat 10 ayat yang memiliki gaya bahasa yang
menggunakan tasybih yang tersebar dalam beberapa surat dalam juz ‘Amma, yakni surat al-
Naba’, al-Nazi’at, al-Muthaffifin, AlQari’ah, dan Al-Fiil. Penulis mengambil contoh dalam
juz amma pada sutatAn-Naba. Tujuan penggunaan tasybih dalam juz ‘Amma adalah untuk
menjelaskan kondisi dari musyabbah, menjelaskan ukuran dari musyabbah dan menjelaskan
kemungkinan adanya musyabbah.
KATA KUNCI : Tasybih, Juz ‘Amma
PENDALUAN
Secara ilmiah, ilmu balaghah merupakan suatu ilmu yang mengarahkan pembelajaran
untuk bisa mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan seseorang berdasarkan kepada
kejernihan dan ketelitian dalam mengungkap keindahan. Mampu menjelaskan perbedaan
yang ada di antara uslub (ungkapan). Dengan kemampuan menguasai konsep-konsep
balaghah, bisa diketahui rahasia-rahasia bahasa Arab dan seluk beluknya serta akan terbuka
rahasia-rahasia ke-mu‟jizat-an al-Qur‟an (Yunus et al., 2020). Balaghah dibagi menjadi
beberapa kelompok, yaitu ilmu ma‟ani, ilmu bayan, ilmu badi‟. Ilmu bayan ialah beberapa
ketentuan pokok dan kaidah yang dengannya dapat diketahui penyampaian makna yang satu
dengan berbagai ungkapan, namun terdapat perbedaan kejelasan makna satu ungkapan
dengan ungkapan lainnya yang beragam tersebut (Zulaiha, Putra, et al., 2021). Di antara
keindahan itu adalah ditemukannya ayat-ayat yang mengandung tasybih atau perumpamaan.
Sepintas terlihat begitu banyak bentuk tasybih dalam Alquran yang mengandung faidah yang
begitu besar bagi yang memahaminya.
Tasybih merupakan salah satu unsur perbandingan atau gaya bahasa yang mudah
difahami. Kebanyakan bahasa-bahasa dunia menggunakan unsur perbandingan yang sudah
identik dalam kehidupan mereka dan dapat menjelaskan maksud dan tujuan serta akhirnya
dapat mengoptimumkan maksud sampai kepada yang dihasratkan. Tasybih adalah satu
cabang dari ilmu bayan yang terdapat dalam kajian balaghah atau retorik dalam bahasa Arab
(Marlion et al., 2021). Tasybih secara harfiah adalah perbandingan atau perumpamaan kata
dengan kata lain atau penjelasan bahwa suatu hal atau beberapa hal yang memiliki kesamaan
sifat dengan hal yang lain dengan menggunakan alat-alat tertentu. Al-Quran memiliki banyak
ayat dengan beragam bentuk susunan bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pesan-
pesannya. Di antara ayat-ayat yang familiar di masyarakat adalah ayat-ayat yang ada dalam
juz „Amma. Juz „Amma sendiri terdiri dari 32 surat yang memiliki karakteristik pendek-
pendek dan mudah dihafal serta memiliki makna yang mendalam (Farida, 2017).
PEMBAHASAN
1. Pengertian Tasybih
Tasybih berasal dari kata “ ‫ ”انشببث‬yang berarti sama atau serupa. Ini seperti dengan
perkatan “ ‫”يثببم‬.Pada pendapat Ibnu Manzur konseptasybih memberi arti perumpamaan.
Demikian pula pendapat Syauqi Daif yangmenjelaskan tasybih adalah menyerupakan sesuatu
dan menyamakan sesuatu.
Sedangkan secara terminologi tasybih sebagaimana yang dijelaskan di dalam kitab al-
Balaghah al-Wadhihah diartikanpenjelasan bahwa suatu hal atau beberapa hal memiliki
kesamaan sifat dengan yang lain. Penjelasan tersebut menggunakan huruf kaf atau sejenisnya,
baik tersurat maupun tersirat.
Tasybih menurut ahli ilmu bayan adalah suatu istilah yang di dalamnya terdapat
pengertian penyerupaan atau perserikatan antara dua perkara (musyabbah dan musyabbah
bih). Semua pendapat yang diberikan oleh para ulama dan pakar bahasa dapat disimpulkan
bahwa tasybih digunakan untuk menyampaikan sesuatu yang baik untuk memuji,
menyanjung atau mengeji, mengejek dan sebagainya.
2. Rukun Tasybih
Suatu ungkapan yang dinamakan tasybih tidak terlepas dari empat rukun yang utama,
yaitu:
a) Adanya musyabbah, merupakan sesuatu yang akan diserupakan.
b) Adanya musyabbah bih, merupakan sesuatu yang menjadi asal penyerupaannya.
c) Adanya wajhu asy-syabah, merupakan aspek/sifat persamaan antara kedua hal yang
diseupakan.
d) Adanya adat at-tasybih, merupakan alat atau kata ataupun lafadz yang menunjukan
adanya penyerupaan, seperti kaaf, mistlu, ka-anna, dan sebagainya.
Contoh:

َ ‫قَ ْهثُ ُ ك َْان ِح َج‬


ِ‫ارجِ فًِ انقَس َْىج‬
Hatinya keras laksana batu
Pada contoh di atas yaitu penyerupaan hati dengan sifat batu yang keras. Lafadz (ُ ‫)قَ ْهثُب‬
“hati” merupakan musyabbah, (‫ْبببى ِج‬َ ‫“ )انقَس‬keras”. Merupakan musyabbah bih, (‫)كببببا‬
“laksana/seperti” merupakan adat tasybih, dan (ِ‫ببارج‬ َ ‫)نح َجب‬
ِ “Batu” merupakan wajh asy-
Syabhnya.
Dalam pembentukan tasybih, ada dua rukun yang wajib disebutkan dan tidak boleh
dihilangkan, yaitu musyabbah dan musyabbah bih.Jika salah satu darikeduanya tidak
disebutkan, maka ungkapan tersebut tidak tidak bisa disebutsebagai tasybih.
3. Pembagian Tasybih
Pada kebiasaannya tasybih dibagi kepada dua bagian utama; pertama bagian tasybih,
dan kedua jenis tasybih.
1) Bagian Tasybih
Pembagian tasybih ini berdasarkan kepada wajh syabah dan adat tasybih.
a. Tasybih Mursal, adalah tasybih yang adat tasybihnya disebutkan dalam ungkapan
tersebut, contohnya:
َ ‫كَأَََّ ُ ْان َثحْ ُز‬
‫ظ ََل ًيا َو ِإ ْرهَاتًا ِس ْزََا ِفً نَ ُْ ٍم َت ِهُ ٍْى‬
Artinya: kami berjalan di malam yang gelap gulita, bagaikan berjalan di tengah laut.
Dalam contoh di atas, penyair menyerupakan malam yang gelap dan menakutkan
diserupakan dengan laut. Jika kita perhatikan sya‟ir di atas, adat tasybihnya di
sebutkan.Setiap adt tasybihnya disebutkan, maka dinamakan tasybih mursal.
b. Tasybih Mu‟akkad adalah tasybih yang adat tasybihnya dihilangkan. Contohnya:
َّ ‫اَن َعا ِن ُى ِس َزا ُج أ ُ َّيرِ ِ فٍِ ْان ِهذَاََ ِح َوذ َ ْث ِذ َْ ِذ‬
‫انظ ََل ِو‬
Artinya: orang berilmu itu pelita bagi umatnya dalam memberi petunjuk dan menyirnakan
kegelapan (kebodohan).
Contoh di atas menyamakan orang berilmu dengan pelita/penerangan atau petunjuk
bagi umat untuk menghapus kebodohan.Maka penyair menciptakan orang berilmu sebagai
musyabbah, pelita sebagai musyabbah bih, memberi petunjuk dan menyirnakan kebodohan
sebagai wajh syabah, dan adat tasybih tidak disebutkan.Hal ini berarti menguatkan bahwa
musyabbah adalah musyabbah bih itu sendiri. Oleh karena itu, tasybih ini dinamakan Tasybih
mu'akkad.
c. Tasybih Mufassal adalah tasybih yang wajh syibhnya jelas di sebutkan dan dijelaskan
lebih rinci. Contohnya:
ِ ‫ُان َج ًَا ِل َو ْانثَ َه‬
‫اء‬ ْ ِ‫س ف‬
ُ ‫ُس ْرََا َح ِذ َْقَحً كَأَََّ َها ْان ِف ْزد َ ْو‬
Artinya: kami menengok kebun, kebun itu sungguh indah dan agung bagaikan surga firdaus.
Penyair menjadikan kebun sebagai musyabbah, surga sebagai musyabbah bih, bagaikan
sebagai adat tasybih, indah dan agung sebagai wajh syibh. Jika diperhatikan contoh ini, maka
wajh syibhnya disebutkan dengan jelas dan ia digolongkan sebagai Tasybih Mufassal.
d. Tasybih Mujmal, adalah tasybih yang wajh syibhnya tidak jelas di sebutkan dalam
rangkaian sebuah ungkapan. Contohnya:
‫ة‬
ِ ‫اح‬
ِ ‫ص‬ ِ ‫ْان ِكر َا‬
َ ‫ب كَان‬
Artinya: buku layaknya seorang teman/sahabat
Dalam syair diatas buku di umpamakan seperti teman/sahabat, dalam syair ini
musyabbah adalah buku dan teman/sahabat adalah musyabbah bih.
e. Tasybih Baligh adalahtasybih yang tidak menyebutkan adattasybih dan wajh
syibhnyadalam rangkaian sebuah ungkapan.Contoh:
ُ ‫ب ذ ُ َز‬
‫اب‬ ْ ‫َو ُك ُّم انَّذ‬
ِ ‫ٌِ فَ ْىقَ انر ُّ َزا‬
Artinya: dan segala sesuatu yang ada di atas debu adalah debu.
Dalam contoh di atas, unsur tasybihnya: ‫ب‬ ْ ‫(و ُكب ُّم انَّبذ‬sesuatu
ِ ‫ٌِ َف ْبىقَ انر ُّ َبزا‬ َ yang ada di atas
debu) adalah musyabbah,‫اب‬ ُ
ُ ‫(ذ َبز‬debu) sebagai musyabbah bihnya. Syair ini dinamakan tasybih
baligh, karena membuang adat tasybih dan wajh syibhnya.
2) Jenis jenis Tasybih
a) Tasybih Tamsil adalah tasybih yang wajh syibhnya merupakan gambaran dari sesuatu
yang tidak tunggal (berbilang). Contohnya:
َ ٍِ‫َوكَأ َ ٌَّ ان ِه ََل َل َُىٌُ ن َجُ ٍٍْ غ َِزقَدَ ف‬
‫ص ِح ُْفَ ٍح سَ ْرقَاء‬
Artinya: bulan sabit bagaikan huruf nun yang berwarna perak yang tenggelam dalam keretas
beraris berwarna.
b) Tasybih Dhimni adalah tasybih yang kedua tharafnya (musyabbah dan musyabbah
bih) tidak dirangkai dalam bentuk tasybih yang kita kenal, melainkan keduanya hanya
berdampingan dalam susunan kalimat. Dan susunan kalimatnya tidak disertakan „adat
tasybih. Contohnya:
‫ة‬
ِ ُْ ‫انز ِط‬
َّ ‫ة‬ ِ َ‫ْس َع ِج ُْثًا أ َ ٌْ َ ُْى َري انَُّ ْى ُر فًِ ْانق‬
ِ ُْ ‫ض‬ َ َُ‫ْة ْانفَر ًَ َون‬
ُ ُ‫قَذْ ََ ِش‬
Artinya: Kadang-kadang seorang pemuda beruban, dan hal itu tidaklah mengherankan.
Bungapun dapat keluar pada dahan yang muda danlembut.
c) Tasybih Maqlub adalah tasybih yang ditukarkan antara musyabbah danmusyabbah
bih. Sehingga yang seharusnya musyabbah dijadikan musyabbah bih, dan yang
seharusnya musyabbah bih menjadi musyabbah. Dengan anggapan bahwa wajh syibh
nya lebih kuat. Contohnya:
‫ص َثا ُح كَأ َ ٌَّ َوجْ ُ ان َخ ِه ُْفَ ِح ِحٍَُْ َ ًُْرَذ َ ُح‬
َّ ‫ َو َتذَا ان‬: ٌ‫ُز‬ ِ ‫قَا َل ُي َح ًّذ‬
ِ ًَ ‫انح‬
Artinya: Kata Muhammad bin Uhaib al-Himairi, “Kelihatan waktu fajar mula menyingsing
seolah-olah muka khalifah tersenyum sewaktudipuji”.
4. Tujuan Tasybih
 Menjelaskan kemungkinan musyabbah, jika musyabbah itu adalah sesuatu yang
aneh dan sulit difahami kecuali dengan penyerupaan. Seperti contoh syair
kasturi di atas.
 Menjelaskan keadaan musyabbah, jika musyabbah tidak diketahui sifatnya
sebelum adanya tasybih.
 Menjelaskan ukuran keadaan musyabbah baik dari kuatnya, lemahnya,
tambahannya atau kekurangannya, jika musyabbah telah diketahui sifatnya
sebelum tasybih tetapi belum diketahui ukurannya. Seperti contoh dalam
ungkapan sehari-hari misalnya: ada seseorang yang ingin menjelaskan kekayaan
temannya kepada temannya yang lain, ia berkata: “Kekayaan Ahmad itu seperti
kekayaan Bill Gates”.
 Menetapkan keadaan musyabbah dalam diri pendengar dengan
mengungkapkannya dengan sesuatu yang lebih jelas dan kuat. Hal ini biasanya
dipakai untuk hal-hal yang abstrak. Seperti contoh ungkapan: Hati itu jika sudah
tersakiti seperti kaca yang sudah pecah.
 Memperindah musyabbah Menjelekkan musyabbah
5. Contoh tasybih dalam Al qur’an
Setelah penulis meneliti bentuk tasybih dalam juz „Amma, penulis menemukan
setidaknya ada 10 bentuk tasybih dalam juz „Amma yang tersebar dalam beberapa surat.
Sebagai berikut:

 QS. Al-Naba: 6 ‫“ أَنَب ْى ََجْ َعب ِم ْاَ َ ْر َ ِيهً بذ ًا‬Bukankah Kami telah menjadikan bumi seperti
hamparan”. Unsur tasybih: ‫اَر‬, Musyabbahbih: ‫يهبببادا‬, Adat tasybih: tidak
disebutkan, Wajh syabh: tidak disebutkan. Dari penjelasan di atas, penulis simpulkan
bahwa bentuk tasybih dalam ayat ini adalah tasybih baligh, sebab tidak disebutkan
adat tasybih dan wajh syabh-nya.
Menurut Al-Baghawi (1997), kata mihaad di sana bermakna firasy yang berarti kasur.
Apa persamaan kasur dan bumi? Penulis berpendapat bahwa persamaannya ada pada
nyamannya untuk dijadikan tempat tidur. Allah swt. Menjelaskan bahwa salah satu
kenikmatan terbesar yang telah Allah anugerahkan kepada manusia adalah bumi yang
nyaman untuk ditinggali. Kadar kenyamanannya itu seperti kasur ketika dipakai untuk
tidur.
Maka dari itu, tujuan dari tasybih dalam ayat ini adalah untuk menjelaskan keadaan
dari musyabbah yang sebelum diungkapkan perumpamaannya masih terasa samar
bagi kita, karena memang bumi seperti ini adanya, akan tetapi Allah menggugah
fikiran dan hati kita untuk mensyukuri hal tersebut dengan menggunakan tasybih.
 Qs. An-Naba: 7 ‫“ َو ْٱن ِج َثببا َل أ َ ْوذَبباد ًا‬dan gunung-gunung seperti pasak?”. Unsur tasybih:
‫انجثببال‬, Musyabbah bih: ‫أوذبباد‬, Adat tasybih: tidak disebutkan, Wajh syabh: tidak
disebutkan. Al-Razi (1990) mengungkapkan ayat ini adalah kelanjutan dari ayat
sebelumnya. Allah ingin menjelaskan bahwa bumi bisa nyaman untuk ditinggali
sebab ada gunung yang menjadi paku-pakunya.
Dalam arti lain, gunung diserupakan seperti paku yang mana fungsi dari paku tersebut
adalah untuk menahan sesuatu agar kuat dan tidak goyah. Tujuan dari tasybih dalam
ayat ini adalah menjelaskan keadaan dari musyabbah. Tasybih dalam ayat ini juga
tidak disebutkan adat tasybih dan wajh syabh-nya sehingga bentuk tasybih-nya adalah
tasybih baligh.
 ً ‫“ َو َجعَ ْهَُبا ٱنَُّْب َم ِنثَا‬dan Kami menjadikan malam seperti pakaian”.Unsur
QS. Al-Naba: 10 ‫سبا‬
tasybih: ‫انهُبم‬, Musyabbahbih: ‫نثباس‬, Adat tasybih: tidak disebutkan, Wajh syabh: tidak
disebutkan. Tasybih dalam ayat ini masuk dalam kategori tasybih baligh yakni tasybih
yang tidak disebutkan wajh syabh dan adat tasybih-nya. Penyerupaan malam dengan
pakaian bertujuan untuk mengungkapkan kondisi dari malam itu sendiri. Allah
menjadikan malam seperti pakaian yang menutupi tubuh manusia. Malam pun
demikian menutupi manusia dengan kegelapannya.
Dengan demikian, manusia bisa tenang dalam beristirahat. Senada dengan hal itu
Sayyid Thanthawi(Thanthawi, 1997) menjelaskan bahwa malam adalah waktu untuk
beristirahat, tenang dan menyendiri. Ketenangan dan kesendirian tidak dapat
dilakukan jika masih terdapat keramaian atau tidak bersembunyi dan ditutupi. Maka
dari itu, tujuan dari tasybih dalam ayat ini adalah untuk menjelaskan kondisi dari
musyabbah.
 َ َ‫د انسَّب ًَا ُ ُء فَكَا‬
Qs. Al-Naba: 19 ‫َبد ا َت َىاتًبا‬ ِ ‫“ َّوفُرِ َحب‬dan langit pun dibuka, maka langit itu seperti
pintu-pintu”. Unsur tasybih: ‫انسبببًاء‬, Musyabbahbih: ‫أتبببىاب‬, Adat tasybih: tidak
disebutkan, Wajh syabh: tidak disebutkan. Ayat ini menjelaskan tentang peristiwa
peniupan sangkakala, para malaikat turun dari langit dan langit pun seperti pintu-pintu
tempat masuknya malaikat. Dalam ayat ini, tasybih yang Allah gunakan adalah
tasybih baligh yang tidak disebutkan wajh syabh dan adat tasybihnya. Tujuan dari
penyebutan tasybih di sini untuk menjelaskan kondisi dari musyabbah yakni langit
yang menajdi pintu masuk bagi malaikat.
 Qs. Al-Naba: 20 ‫س َبزاتًا‬ َ َ‫خ َان ِجثَبا ُل فَكَا‬
َ ‫َبد‬ ِ ‫سبُِّ َز‬
ُ ‫“ َّو‬dan gunung-gunung pun dijalankan sehingga
seperti fatamorgana”. Unsur tasybih: ‫انجثبال‬, Musyabbahbih: ‫سبزاتا‬, Adat tasybih: tidak
disebutkan, Wajh syabh: tidak disebutkan. Ayat ini menjelaskan tentang
penghancuran gunung. Gunung-gunung dijalankan kemudian dibenturkan sehingga
menjadi seperti fatamorgana dalam segi hancur lebur seperti ada padahal sudah tidak
ada. Tasybih yang digunakan dalam ayat ini adalah tasybih baligh dan tujuan dari
pengungkapan tasybih-nya adalah untuk menjelaskan kondisi musyabbah.
6. Kesimpulan
Ilmu balaghah merupakan suatu ilmu yang mengarahkan pembelajaran untuk bisa
mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan seseorang berdasarkan kepada kejernihan
dan ketelitian dalam mengungkap keindahan.
Tasybih adalah satu cabang dari ilmu bayan yang terdapat dalam kajian balaghah atau
retorik dalam bahasa Arab. Kebanyakan bahasa-bahasa dunia menggunakan unsur
perbandingan yang sudah identik dalam kehidupan mereka dan dapat menjelaskan maksud
dan tujuan serta akhirnya dapat mengoptimumkan maksud sampai kepada yang dihasratkan.
Untuk itu, bagi orang yang ingin benar-benar memahami makna Alquran terlebih bagi
orang yang mau menafsirkannya, tidak cukup hanya membaca terjemahannya saja, melainkan
dituntut untuk menguasai ilmu-ilmu Al-Qur'an lainnya, di antaranya ilmu balagoh dan Ilmu
Tasybih. Oleh karena itu sangat dianjurkan bagi para penuntut ilmu untuk mempelajari ilmu
ini
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Manzur Jamaluddin Muhammad, Lisan Al- „Arab, (Beirut: Dar al-Sadir), h.292
Hanim Shafiera Binti Shukri, “ Penafsiran Ali Ash-Shabuni Terhadap Ayat-ayat Tasybih
Dalam Surat Al-Baqarah (Kajian dari ilmu balaghah)” h. 5
Ali al-Jarim dan Musthafa Amin, al-Balaghah al-Wadhihah terj. Mujiyo Nurkholis,
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2020), h. 21
Mustofiah, “Aspek-aspek Ilmu Bayan dalam Qashidah Burdah karya Imam al-Bushiri dan
alternative pembelajarannya”, (Skripsi Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan IAIN
Purwoerto, 2017) h, 8
M. Quraish Shihab, Kaidah tafsir h.146
Iin Suryaningsih dan Hendrawanto, “Ilmu Balaghah: Tasybih dalam manuskrip Syarh Fi
Bayan al-Majaz wa al-Tasybih wa al-Kinayah”,,, h. 4
Ali al-Jarim dan Musthafa Amin, al-Balaghah al-Wadhihah terj. Mujiyo Nurkholis,, h. 27
Ali al-Jarim dan Musthafa Amin, al-Balaghah al-Wadhihah terj. Mujiyo Nurkholis,, h. 26
Ali al-Jarim dan Musthafa Amin, al-Balaghah al-Wadhihah terj. Mujiyo Nurkholis, h. 27
Iin Suryaningsih dan Hendrawanto, “Ilmu Balaghah: Tasybih dalam manuskrip Syarh Fi
Bayan al-Majaz wa al-Tasybih wa al-Kinayah”.. h. 4
Ali al-Jarim dan Musthafa Amin, al-Balaghah al-Wadhihah terj. Mujiyo Nurkholis, h. 29
Iin Suryaningsih dan Hendrawanto, “Ilmu Balaghah: Tasybih dalam manuskrip Syarh Fi
Bayan al-Majaz wa al-Tasybih wa al-Kinayah”.. h. 5
Ali al-Jarim dan Musthafa Amin, al-Balaghah al-Wadhihah terj. Mujiyo Nurkholis, h. 61
Khilda Shulhiyah, “Ragam Struktur Kalimat Tyasbih Dalam Terjemahan Kitab Balaghotul
Hukama”, (Skripsi Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2016) h. 36
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/definisi/index© Romdoni

Anda mungkin juga menyukai