Untuk memahami pengertian dari teks deskripsi, alangkah baiknya kita memahami apa itu
deskripsi?. Deskripsi adalah menguraikan atau melukiskan (wiyanto: 2014).
Kata deskripsi berasal dari bahasa latin discribere yang berarti gambaran, perincian, atau
pembeberan. Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan suatu objek berdasarkan hasil
pengamatan, perasaan dan pengalaman penulisnya.
Tujuannya adalah pembaca memperoleh kesan atau citraan sesuai dengan pengamatan,
perasaan, dan pengalaman penulis sehingga seolah-olah pembaca yang melihat, merasakan, dan
mengalami sendiri obyek tersebut. Untuk mencapai kesan yang sempurna, penulis deskripsi
merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan.
Deskripsi juga bisa didefinisikan sebagai suatu wacana yang berusaha menyajikan suatu hal atau
objek pembicaraan yang seakan-akan para pembaca melihat sendiri objek tersebut se olah-olah
berada di depan mata para pembaca (Keraf : 1995)
Pembaca memperoleh kesan atau citraan sesuai dengan pengamatan, perasaan, dan pengalaman
penulis sehingga seolah-olah pembaca yang melihat, merasakan, dan mengalami sendiri obyek
tersebut. Untuk mencapai kesan yang sempurna, penulis deskripsi merinci objek dengan kesan,
fakta, dan citraan.
Adapun ciri-ciri dari teks deskripsi secara umum adalah sebagai berikut:
3. Deskripsi subjektif ( Menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesan perasaan penulis )
Paragraf Deskripsi Subjektif Berbeda dengan paragraf deskripsi objektif, paragraf ini
menggambarkan suatu objek berdasarkan apa yang dirasakan, dilihat oleh penulis itu sendiri.
Dengan kata lain, penulis menuangkan opini-opini pribadi tentang keadaan suatu benda atau objek
tersebut.
a. Deskripsi Imajinatif/Impresionis
Deskripsi imajinatif atau impresionis adalah paragraf yang melukiskan ruang atau tempat
berlangsungnya suatu peristiwa. Pelukisannya harus dilihat dari berbagai segi agar ruang tersebut
tergambar dengan jelas dalam pikiran dan perasaan pembaca.
Contoh :
Malam gelap gulita di hulu sungai Brantas. Sebentar-sebentar hiruk pikuk yang tiada berketentuan itu
menjadi satu dengan gegap gempita yang mendasyatkan dan mengecilkan hati, pertanda seorang raja
rimba alam jatuh ke tanah untuk selama-lamanya. Ramai peperangan di rimba itu dan rupanya tak
akan berhenti. Tak ada kasihan- mengasihani, yang rebah tinggal rebah, tak akan ada yang
mengangkatnya. Sekali-kali terang cuaca hutan belantara itu, seperti diserang api. Tetapi kenyataanya
dalam sekejap mata hilangnya cahaya yang berani menyerbukan dirinya ke tengah peperangan itu,
dimusnakan oleh musuh lamanya “raja gulita”.
b. Deskripsi faktual/ekspositoris
Deskripsi faktual/ekspositoris adalah paragraf yang menggambarkan suatu hal atau orang dengan
mengungkapkan identitasnya secara apa adanya sehingga pembaca dapat membayangkan
keadaannya.
Agar suatu objek mampu membangkitkan daya khayal pada diri pembaca, penulis harus
melukiskannya dari berbagai sudut pandang.
Semakin rinci penulisannya, semakin jelas tergambar dalam bayangan pembaca. Apabila objek
yang dilukiskan itu adalah seseorang, perinciannya dapat dilakukan terhadap aspek fisik maupun
aspek rohaninya. Aspek rohani meliputi perasaan, watak, bakat, peranannya dalam suatu bidang
kerja, dan sebagainya.
Contoh :
Di sudut dekat pintu duduk seorang laki-laki. Namanya Paijo. Dia memakai celana pendek dan baju
kaos yang telah sobek-sobek, yang melukiskan kemelaratan dan kemiskinan yang sehari- hari
dideritanya. Pada dadanya yang bidang dan berisi, lengannya yang kukuh penuh urat dapat dilihat
betapa berat pekerjaan sehari-harinya. Air mukanya yang keruh, pipinya yang kempis, dan matanya
yang cekung menyatakan bahwa jalan hidup yang telah ditempuhnya penuh rintangan dan duri.
Unsur atau kaidah kebahasaan teks deskripsi
Unsur kebahasaan atau kaidah kebahasaan yang dilibatkan dalam teks deskripsi yaitu:
1. Rujukan Kata
Rujukan kata yaitu satu kata merujuk pada kata lain yang memperlihatkan keterkaitan. Rujukan
kata berhubungan dengan kata ganti (kata ganti orang, kepunyaan, dan penunjuk)
2. Kata berimbuhan
Kata berimbuhan adalah kata dasar yang mendapat awalan (prefiks),akhiran (sufiks), dan sisipan
(infiks), contohnya:
penari (tari),
berjumlah (jumlah).
menyanyikan (nyanyi)
berbahasa (bahasa)
bercampur (campur)
menari (tari)
Konjungsi yang berfungsi sebagai penghubung satu kata dengan kata lainnya dalam satu
kalimat.
Konjungsi yang berfungsi sebagai penghubung satu kalimat dengan kalimat lainnya.
Jenis Konjungsi
Jenis Konjungsi Berdasarkan fungsinya, konjungsi dibagi menjadi dua:
a. Konjungsi Intrakalimat:
Konjungsi intrakalimat yaitu konjungsi yang digunakan dalam satu kalimat. Contoh: dan, juga
(bermakna penambahan), atau (bermakna pilihan), tetapi (bermakna ), karena, sehingga
(bermakna sebab-akibat), lalu, kemudian (bermakna kelanjutan).
Kalimat di atas menggunakan kata hubung (konjungsi) intra kalimat “dan” yang bermakna
penamabahan.
Novita ingin mendapatkan beasiswa prestasi untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Oleh
karena itu, ia selalu giat belajar
5.Katabaku dan tidak baku Kata baku adalah kata yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia.Sumber utama yang telah ditentukan dalam pemakaian bahasa baku yaitu Kamus Besar
Bahasa Indonesia(KBBI). Kata baku umumnya digunakan dalam kalimat resmi( lisan dan tertulis)
sedangkan non-baku atau tidak baku sebaliknya.
Contoh Kumpulan Kata Baku dan Tidak Baku Dalam Bahasa Indonesia
1. telur – telor
2. jadwal – jadual
3. rezim – rejim
4. negeri – negri
5. hierarki – hirarki
6. bus – bis
7. jenazah – jenasah
8. anugerah – anugrah
9. karier – karir
10. telepon – telefon
11. izin – ijin
12. debit – debet
13. dekret – dekrit
14. museum – musium
15. kaus – kaos
16. risleting – resleting
17. terampil – trampil
18. desain – disain
19. saraf – sarap
20. kempis – kempes
21. nomor – nomer
22. penggawa – punggawa
23. deksripsi – diskripsi
24. kerupuk – krupuk
25. zamrud – jamrud
26. formal – formil
27. afdal – afdol
28. museum – musium
29. apotek – apotik
30. aktual – aktuil
31. antre – antri
32. saraf – sarap
33. cedera – cidera
34. definisi – difinisi
35. cenderamata – cinderamata
36. metode – metoda
37. atmosfer – atmosfir
38. pensil – pinsil
39. cendekiawan – cendikiawn
40. personel – personil
41. zaman – jaman
42. malapraktik – malpraktik
43. akta – akte