Bunyi
Bunyi
Disusun Oleh
Kelompok : III (Tiga)
Anggota Kelompok : 1. Hanifah Dwi Masni (F1D318011)
2. Iwilja Nanda Risa (F1D318012)
3. Yona Muharsih (F1D318013)
4. Rigel Mardian Tri Adha (F1D318014)
5. Riadi Adriansyah (F1D318015)
Dosen Pengampu
Drs. H. Nasri MZ, M.S.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami dapat menyelesaikan
Makalah ini. Penyusunan Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Fisika tentang Bunyi. Selain itu
tujuan dari penyusunan Makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pelajaran Bunyi yang jarang
diketahui beberapa individu.
Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya
menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga karya tulis ini
bermanfaat bagi para pembaca.
Kelompok III
BAB I
PENDAHULUAN
Nilai-nilai tersebut dalam beberapa hal bergantung pada temperatur, tetapi hal ini terutama
tampak pada gas. Sebagai contoh, di udara, laju bertambah sekitar 0,60 m/s untuk setiap kenaikan
temperatur satu derajat celcius:
V = (331 + 0,60 T) m/s,
di mana T adalah temperature dalam ℃ . Kecuali dinyatakan lain, pada bab ini kita akan menganggap
bahwa T = 20℃ , sehingga v = [331 + (0,60)(20)] m/s = 343 m/s.
Contoh konseptual 1
Jarak dari sambaran kilat. Suatu cara praktis untuk menentukan seberapa dekat kilat menyambar
adalah : “satu mil untuk setiap lima detik sebelum guntur terdengar” Berikan alasan, dengan
memperhitungkan bahwa laju cahaya sangat tinggi (3 × 108 m/s) dan waktu cahaya untuk merambat bisa
diabaikan jika dibandingkan dengan waktu untuk bunyi.
TANGGAPAN Laju bunyi di udara sekitar 340 m/s, sehingga untuk menempuh 1 km = 1000 m di
perlukan sekitar 3 detik. Satu mil sekitar 1,6 kilometer, sehingga waktu yang diperlukan guntur untuk
menempuh satu mil adalah sekitar (1,6)(3) ≈ 5 detik.
Ada dua aspek dari setiap bunyi yang dirasakan oleh pendengaran manusia mendengar. Aspek ini
adalah “kenyaringan” dan “ketinggian”, dan masing-masing menyatakan sensasi dalam kesadaran
pendengar. Tetapi untuk masing-masing sensasi subyektif ini, ada besaran yang bisa diukur secara fisis.
Kenyaringan berhubungan dengan energi pada gelombang bunyi, dan kita akan membahas hal tersebut
di subbab berikut.
Ketinggian bunyi menyatakan apakah bunyi tersebut tinggi, seperti bunyi suling atau biola, atau
rendah, seperti bunyi bass drum atau senar bass. Besaran fisika yang menentukan ketinggian adalah
frekuensi, sebagaimana ditemukan untuk pertama kali oleh Galileo. Makin rendah frekuensi, makin
rendah ketinggian, dan makin tinggi frekuensi, makin tinggi ketinggian. Telinga manusia dapat
mendengar frekuensi dalam jangkauan 20 Hz sampai 20.000 Hz. (ingat bahwa 1 Hz adalah 1 siklus per
detik). Jangkauan ini disebut jangkauan pendengaran. Jangkauan ini berbeda dari orang ke orang. Satu
kecenderungan umum adalah jika orang bertambah tua, mereka makin tidak bisa mendengar frekuensi
yang tinggi, sehingga batas frekuensi tinggi mungkin menjadi 10.000 Hz atau kurang.
Gelombang bunyi yang frekuensinya di luar jangkauan yang dapat terdengar mungkin mencapai
telinga, tetapi biasanya kita tidak menyadarinya. Frekuensi di atas 20.000 Hz di sebut ultrasonik (jangan
kacaukan dengan supersonik, yang di gunakan untuk benda yang bergerak dengan laju yang lebih cepat
dari kecepatan bunyi). Banyak hewan dapat mendengar frekuensi ultrasonik; anjing, misalnya, dapat
mendengar bunyi setinggi 50.000 Hz, dan kelalawar dapat mendeteksi frekuensi sampai setinggi 100.000
Hz. Gelombang ultrasonik memiliki beberapa aplikasi dalam ilmu kedokteran dan bidang lainnya, yang
akan kita bahas kemudian di bab ini.
Contoh konseptual 2
Autofokus dengan gelombang bunyi. Kamera tipe autofokus memancarkan pulsa bunyi dengan
frekuensi yang sangat tinggi (ultrasonik) yang merambat ke arah benda yang difoto, dan mempunyai
sensor yang mendeteksi bunyi yang terpantul kembali, seperti pada Gb. 12-1. Untuk memahami
sensitifitas waktu pada detektor, hitung waktu rambat pulsa tersebut untuk sebuah benda yang berada
pada jarak (a) 1,0 m, (b) 20 m. PENYELESAIAN Kita anggap temperatur sekitar 20℃ , sehingga laju
bunyi, seperti yang sudah dihitung sebelumnya adalah 343 m/s. (a) pulsa merambat 1,0 m ke benda dan
1,0 meter untuk kembali, sehingga total 2,0 m. karena laju = jarak/waktu, kita dapatkan
Gambar 12-1 kamera auto fokus memancarkan pulsa ultrasonik. Garis yang tidak terputus
menggambarkan muka gelombang yang merambat dari pulsa gelombang keluar yang merambat ke kanan : garis
terputus-putus menyatakan muka gelombang pulsa yang di pantulkan dari wajah orang tersebut. informasi waktu
memungkinkan mekanisme kamera untuk menyesuaikan lensa agar terfokus pada wajah.
jarak 2,0 m
t= ¿ = 0,0059 s = 5,9 ms.
laju 343 m/ s
40 m
t= = 0,12 s = 120 ms.
343 m/ s
Gelombang bunyi yang frekuensinya di bawah jangkauan yang dapat terdengar (yaitu, lebih kecil
dari 20 Hz) disebut infrasonik. Sumber gelombang infrasonik temasuk gempa bumi, guntur, gunung
berapi, dan gelombang yang dihasilkan oleh getaran mesin-mesin yang berat. Sumber terakhir ini bisa
sangat merepotkan untuk para pekerja, karena gelombang infrasonik −¿walaupun tidak dapat terdengar
−¿dapat menyebabkan kerusakan pada tubuh manusia. Gelombang frekuensi rendah ini bekerja dengan
cara resonansi, menyebabkan gerakan dan iritasi yang cukup besar pada organ-organ di dalam tubuh.
Kita seringkali mendeskripsikan gelombang bunyi dalam bentuk getaran molekul medium −¿
yaitu, gerakan atau simpangan molekul. Tetapi gelombang bunyi juga dapat dianalisa dari sudut pandang
tekanan. Dan memang, gelombang longitudinal seringkali disebut sebagai gelombang tekanan. Pada saat
gelombang “memampat” (di mana molekul lebih dekat satu sama lain), tekanan lebih tinggi dari normal,
sementara pada peregangan (atau penipisan) tekanan lebih kecil dari normal.
2.3 Intensitas Bunyi: Desibel
Seperti ketinggian, kenyaringan merupakan sensasi dalam kesadaran manusia. Ketinggian juga
berhubungan dengan besaran fisika yang dapat diukur, yaitu intensitas gelombang. Intensitas
didefinisikan sebagai energi yang dibawa sebuah gelombang per satuan waktu melalui satuan luas dan,
sebagaimana kita lihal di bab sebelum ini (Subbab 11-9), sebanding dengan kuadrat amplitudo
gelombang. Karena energi per satuan waktu adalah daya, intensitas memiliki satuan daya per satuan luas,
atau watt/meter2 (W/m2).
Telinga manusia dapat mendeteksi bunyi dengan intensitas Serendah 10 -12 W / m2 dan setinggi 1W / m2
(dan bahkan lebih tinggi, walaupun di atas ini akan menyakitkan). Ini merupakan jangkauan intensitas
yang luar biasa, mencakup faktor satu trilyun (10 12) dari paling rendah sampai paling tinggi. Mungkin
karena disebabkan oleh jangkauan yang lebar ini, kita menganggap kenyaringan tidak sebanding dengan
intensitas. Untuk menghasilkan bunyi yang terdengar dua kali lebih keras dibutuhkan gelombang bunyi
yang intensitasnya sekitar 10 kali lipat. Hal ini secara kasar berlaku di setiap tingkat bunyi untuk
frekuensi di dekat pertengahan jangkauan yang bisa didengar. Sebagai contoh, gelombang bunyi dengan
intensitas 10-2 W / m2 terdengar oleh manusia rata-rata dengan kenyaringan dua kali lipat dari gelombang
yang intensitasnya 10-3 W / m2, dan empat kali lipat lebih keras dari yang berintensitas 10 -4 W /m2.
Karena hubungan antara sensasi subyektif dari kenyaringan dan besaran fisika terukur
”intensitas” ini, biasanya tingkat intensitas bunyi dinyatakan dengan skala logaritmik. Satuan skala ini
adalah bel, dari Alexander Graham Bell (1847-1922), penemu telepon, atau jauh lebih umum, desibel
1
(dB), yang merupakan bel (10 dB = 1 bel). Tingkat intensitas, β , dari bunyi
10
didefinisikan dalam intensitasnya, I, sebagai ben'kut:
I
β (dalam dB) = 10 log ,
I˳
di mana I0 adalah intensitas tingkat acuan, dan logaritma adalah dari basis 10. I 0 biasanya diambil dari
intensitas minimum yang dapat didengar orang rata-rata, yaitu ”ambang pendengaran", yang bernilai 10 =
1,0 x 10-12 W/ m2. Tingkat intensitas bunyi yang intensitasnya I = 1,0 x 10 -10 W/ m2, misalnya, akan
sebesar
1,0 ×10−10
β = 10 log(1,0 ×10−12 )
= 10 log 100 = 20 dB
karena log 100 sama dengan 2,0 (logaritma dibahas di Lampiran A). Perhatikan bahwa tingkat intensitas
di ambang pendengaran adalah 0 dB; yaitu, β = 10 log (10-12/10-12) 10 log 1 = 0 karena log 1 = 0.
Perhatikan juga bahwa penambahan intensitas sebesar faktor 10 berarti penambahan tingkat 10 dB.
Penambahan intensitas sebesar faktor 100 berarti penambahan tingkat 20 dB. Dengan demikian, bunyi 50
dB adalah 100 kali lipat lebih kuat dari bunyi 30 dB.
Contoh :
Tanggapan pengeras suara. Pengeras suara yang berkualitas baik diiklankan bisa menghasilkan
frekuensi dari 30 Hz sampai 18.000 Hz dengan intensitas sama ± 3 dB pada volume penuh. Jadi diatas
jangkauan frekuensi ini, perubahan tingkat intensitas tidak lebih dari 3 dB dari rata-rata. Dengan faktor
berapa intensitas berubah untuk perubahan tingkat intensitas maksimum sebesar 3 dB?
PENYELESAIAN Mari kita ingat intensitas rata-rata I1 dan tingkat rata-rata β 1 .Kemudian intensitas
I2 I1
β 2−β 1 = 10 log - 10 log
I0 I0
I2 I1
3 dB = 10 log
( I0
−10 log
I0 )
I2
= 10 log
I1
Dengan menggunakan kalkulator kita hitung 10 x dengan x= 0,30, atau dari tabel log, kita temukan
bilangan apa yang mempunyai logaritma yang sama dengan 0,30. Hasilnya adalah 2,0, sehingga .
I2
= 2,0
I1
Perlu djperhatikan bahwa perbedaan tingkat bunyi sebesar 3 dB (yaitu berarti penggandaan
intensitas seperti baru saja kita lihat) berhubungan dengan perubahan yang kecil saja dalam sensasi
subyektif terhadap kenyaringan yang terdengar. Dan memang, manusia rata-rata dapat membedakan
perbedaan tingkat hanya sebesar 1 atau 2 dB.
Biasanya, kenyaringan atau intensitas bunyi berkurang sementara Anda menjauh dari sumber
bunyi. Pada ruangan dalam, efek ini diperkecil karena pantulan dari dinding. Bagaimanapun, jika sebuah
sumber berada di tempat terbuka sehingga bunyi dapat menyebar dengan bebas ke segala arah, intensitas
berkurang dengan berbanding terbalik terhadap kuadrat jarak,
1
I∞
r2
seperti kita lihat di Subbab 11-9. Tentu saja, jika ada pantulan yang signifikan dari struktur tanah, situasi
akan menjadi lebih rumit.
PENYELESAIAN Di ambang pehdengaran, I = 1 x 10-12 W/m2. Kita gunakan Persamaan 11-18 dan
selesaikan untuk amplitudo A:
1 I
A=
πf √ 2 ρv
1
=
( 3,14 ) ¿ ¿
Dimana kita telah mengambil nilai 1,29 kg /m 3untuk kerapatan udara dan laju bunyi di udara (dianggap
20O C) adalah 343 m/s. Dengan melakukan perhitungan aritmatika, kita temukan bahwa A = 1,1 ×10−11
m.
Telinga dalam terdiri dari saluran-saluran setengah lingkaran yang penting untuk mengendalikan
keseimbangan, dan rumah siput yang berisi cairan, di mana energi getaran dari gelombang bunyi diubah
menjadi energi listrik dan dikirimkan ke otak. Gambar 12-6 merupakan repreoentasi diagramatik dari
rumah siput. Getaran bunyi merambat dari jendela oval, menempuh saluran vestibular dan kembali ke
atas saluran timpani. Karena adanya viskositas cairan, terjadi peredaman yang cukup besar, tetapi energi
yang tersisa dibuang di jendela. bundar di ujung saluran timpani. Antara dua saluran ini ada saluran
ketiga, yang disebut sebagai pembuluh rumah siput. Pada membran yang memisahkan pembuluh rumah
siput dengan saluran timpani (membran basilar) terdapat "organ Corti”, yang berisi sekitar 30.000 ujung
saraf. Sementara geiombang tekanan melewati saluran timpani, gelombang ini menyebabkan riak-riak di
membran basilar dan organ Corti yang melekat di situ; di sinilah energi diubah menjadi impuls listrik dan
dikirim ke otak melalui saraf pendengaran. Membran basilar mengalami tegangan, tetapi ketegangan
tersebut berkurang dan membran menjadi lebih tebal dari telinga tengah menuju puncak rumah siput. Dari
pertimbangan kita sebelumnya, kita mungkin mengharapkan bahwa ujung yang lebih tebal dan tidak
terlalu tegang akan lebih sensitif terhadap frekuensi rendah dan ujung yang lebih tegang dan tipis lebih
sensitif terhadap frekuensi-frekuensi tinggi. Percobaan yang teliti mengindikasikan bahwa hal ini benar,
dan fakta ini penting dalam perasaan kita terhadap tinggi bunyi.
Tingkat kepekaan telinga tidak sama sensitifitasnya untuk semua frekuensi. Untuk mendengar
kenyaringan yang sama dari bunyi yang berbeda.
Gambar 12-8 gelombang berdiri pada senar – hanya 3 frekuensi terendah yang di gambarkan.
Kita lihat pada Bab 11, Gb. 11-39, bagaimana gelombang berdiri dihasilkan pada senar, dan kami
tunjukkan lagi hal tersebut di sini pada Cb. 12-8. Ini merupakan dasar untuk semua alat yang dipetik.
Ketinggian biasanya ditentukan oleh frekuensi resonan paling rendah, frekuensi dasar, yang ditunjukkan
dengan simpul tertutup yang hanya ada di ujung-ujung. Panjang gelombang nada dasar pada senar sama
dengan dua kali panjang senar tersebut. Dengan demikian, frekuensi dasar adalah f = v / λ = v/ 2L, di
mana v adalah kecepatan gelombang pada senar. Ketika satu jari diletakkan di senar, katakanlah, sebuah
gitar atau biola, panjang efektif senar dipendekkan. Jadi frekuensi dasarnya, dan ketinggiannya, lebih
tinggi karena panjang gelombang dasar lebih rendah. Senar pada gitar atau biola semuanya memiliki
panjang yang sama. Semuanya mengeluarkan bunyi dengan ketinggian yang berbeda karena senar
memiliki massa per satuan panjang, m/L, yang berbeda, yang mempengaruhi kecepatan seperti terlihat di
Persamaan 11-13, v = √ FT / ( m/L ) . (Tegangan juga bisa berbeda; menyetel tegangan merupakan cara
untuk menyetel alat.) Dengan demikian, kecepatan pada senar yang lebih berat lebih rendah dan frekuensi
akan lebih rendah untuk panjang gelombang yang sama. Untuk not-not yang lebih rendah senar tidak
hanya lebih panjang, tetapi juga lebih berat, dan alasannya diilustrasikan pada di Contoh berikut ini.
Contoh :
Senar piano. Kunci tertnggi pada piano berhubungan dengan frekuensi sekitar 150 kali dari
kunci yang paling rendah. Jika senar untuk not paling tinggi mempunyai panjang 5,0 cm, berapa panjang
senar untuk not yang paling rendah jika massa per satuan panjang sama dan diberi tegangan yang sama?
PENYELESAIAN Kecepatan akan sama untuk setiap senar, sehingga frekuensi berbanding terbalik
dengan panjang senar L (f = v / λ= v /2 L). Dengan demikian
LL f H
=
LH f L
di mana indeks L dan H menunjukkan not paling rendah dan paling tinggi, berturut-turut. Berarti L L= L H (
f H / f L= (5,0 cm)(150) = 750 cm, atau 7,5 m. Nilai ini terlalu panjang untuk sebuah piano. Senar lebih
rendah yang lebih panjang dibuat lebih berat terutama untuk menghindari hal ini, sehingga bahkan pada
grand piano, senar tidak lebih panjang dari 3 m.
Contoh :
Frekuensi dan panjang gelombang pada biola. Senar biola yang panjangnya 0,32 m disetel untuk
memainkan A diatas C tengah pada 440 Hz. (a) berapa panjang gelombang getaran dasar senar, dan (b)
berapa frekuensi dan panjang gelombang bunyi yang dihasilkan? (c) Mengapa ada bedanya?
Penyelesaian (a) dari Gb 12-8 kita lihat bahwa panjang gelombang dasar adalah
λ= 2L = 0,64 m = 64 cm
ini merupakan panjang gelombang untuk gelombang berdiri pada senar.
(b) gelombang bunyi yang merambat ke luar udara (untuk mencapai telinga kita) memiliki frekuensi yang
sama, 440 Hz (mengapa?). Panjang gelombang adalah
v 343 m/ s
λ= = = 0,78 m
f 440 Hz
di mana v adalah laju bunyi di udara (dianggap pada temperatur 20o C).
(c ) panjang gelombang bunyi berbeda dari gelombang berdiri pada senar karena laju bunyi di udara (343
m/s pada 20o C) berbeda dari laju gelombang pada senar (= f λ = 440 Hz×0,64 m =280 m/s), yang tentu
saja bergantung pada tegangan senar dan massa per satuan panjangnya.
Alat musik dengan senar tidak akan berbunyi lebih keras jika hanya bergantung pada getaran
senarnya untuk menghasilkan gelombang bunyi karena senar terlalu tipis untuk menekan dan
meregangkan banyak udara. Alat musik bersenar dengan demikian menggunakan semacam penguat
mekanis yang dinamakan papan bunyi (piano) atau kotak bunyi (gitar, biola), yang bekerja menguatkan
bunyi dengan menyediakan permukaan yang lebih luas yang bersentuhan dengan udara. Ketika senar
digetarkan, papan atau kotak bunyi juga digetarkan. Karena luas permukaan yang bersentuhan dengan
udara lebih besar, gelombang bunyi yang dihasikannya juga lebih kuat. Pada gitar elektrik, kotak bunyi
tidak terlalu penting karena getaran senar dikuatkan secara elektronik.
Alat musik seperti alat musik tiup, dan pipa organa menghasilkan bunyi dari getaran gelombang
berdiri di kolom udara dalam tabung atau pipa. Gelombang berdiri dapat terjadi di udara dalam ruang
apapun, tetapi frekuensi yang ada cukup rumit kecuali untuk bentuk yang sangat sederhana seperti tabung
yang panjang dan kecil. Pada beberapa alat musik, buluh yang bergetar atau bibir pemain yang bergetar
membantu menggetarkan kolom udara. Pada alat lainnya, satu aliran udara diarahkan ke satu sisi lubang
atau tempat bibir, yang menyebabkan turbulensi yang menghasilkar getaran. Karena gangguan ini, apapun
sumbernya, udara di dalam tabung bergetar dengan berbagai frekuensi; tetapi hanya frekuensi yang sama
dengan gelombang berdiri yang akan tetap ada.
Untuk senar yang diikat di kedua ujungnya, Gb. 12-8, gelombang berdiri tidak memiliki simpul
tertutup (tidak ada gerak) di kedua ujungnya, dan satu atau 1ebih simpul terbuka (amplitudo getaran yang
besar) di antaranya; satu simpul tertutup memisahkan simpul terbuka yang berurutan. Gelombang berdiri
dengan frekuensi terendah, frekuensi dasar, berhubungan dengan satu simpul terbuka. Gelombang berdiri
frekuensi lebih tinggi disebut nada tambahan atau harmoni. Lebih khusus lagi, harmoni pertama adalah
dasar, harmoni kedua mempunyai frekuensi dua kali lipat frekuensi dasar dan seterusnya. (Lihat juga
Subbab 11-12.)
Situasi ini mirip dengan kolom udara, tetapi kita harus ingat bahwa sekarang udara itu sendirilah
yang bergetar. Kita bisa mendeskripsikan gelombang jika dipandang dari aliran udara-yaitu, dari
simpangan udara-atau dari tekanan di udara. Dari sudut pandang simpangan, udara di ujung tabung yang
tertutup merupakan simpul tertutup simpangan karena udara di situ tidak bebas bergerak, sementara di
ujung yang terbuka akan ada simpul terbuka karena udara dapat bergerak dengan bebas. Udara di dalam
tabung bergetar dalam bentuk gelombang berdiri longitudinal. Mode getaran yang mungkin untuk tabung
yang terbuka di kedua ujungnya (disebut tabung terbuka), ditunjukkan secara grafis pada Gb.12-12..
Gambar 12-12 mode getaran (gelombang berdiri) untuk tabung yang terbuka dikedua ujungnya
(tabung terbuka). Mode getaran yang paling sederhana ditunjukkan pada (a), disebelah kiri, dalam bentuk
gerak (simpangan) udara, dan (b) di sebelah kanan, dalam bentuk tekanan udara. Grafik-grafik ini di
gambarkan berada dalam tabung, dan diberi label A dan B, dimana B menyatakan bentuk gelombang ½
periode setelah saat dimana gelombang mempunyai bentuk A. gerak molekul yang sebenarnya untuk satu
kasus diperlihatkan dibawah tabung dikiri atas.
Dengan udara di luarnya, akan menjadi alat yang tidak berguna.] Grafik pada bagian (a) dari
setiap Gambar (sisi kiri) merepresentasikan amplitude simpangan udara yang bergetar di tabung.
Perhatikan bahwa gambar ini merupakan grafik-grafik, dan bahwa. molekul udara itu sendiri berosilasi
secara horisontal, sejajar dengan panjang tabung, sebagaimana ditunjukkan oleh anak panah kecil di
diagram paling atas dari Gb. 12-12a (di sebelah kiri). Posisi tepatnya dari simpul terbuka dekat ujung
tabung yang terbuka bergantung pada diameter tabung, tetapi jika diameter jauh lebih kecil dibandingkan
dengan panjang tabung, yang merupakan kasus yang biasa, simpul terbuka terjadi sangat dekat dengan
ujung seperti pada gambar. Kita anggap ini merupakan kasus selanjutnya. (Posisi simpul terbuka mungkin
juga sedikit bergantung pada panjang gelombang dan faktor lainnya.)
Mari kita lihat tabung terbuka secara rinci, Gb. 12-12a, yang mungkin saja berupa flute. Tabung
terbuka memiliki simpul terbuka simpangan di kedua ujungnya. Perhatikan bahwa pasti ada paling tiaak
satu simpul tertutup di dalam tabung terbuka agar ada gelombang berdiri. Satu simpul tertutup
berhubungan dengan frekuensi dasar tabung. Karena jarak antara dua simpul tertutup yang berurutan, atau
1
dua simpul terbuka yang berurutan, adalah λ , ada setengah panjang gelombang sepanjang tabung ini: L
2
1
= λ , atau λ = 2L. Jadi frekuensi dasar adalah f 1= v / λ= v /2 L, di mana v adalah kecepatan bunyi di
2
udara. Gelombang berdiri dengan dua simpul tertutup adalah nada tambahan pertama atau Harmoni kedua
dan jaraknya setengah panjang gelombang (L = 1) dan dua kali lipat frekuensi. Dan memang, frekuensi
setiap nada tambahan merupakan kelipatan bilangan bulat dari frekuensi dasar. Hal inilah yang ditemukan
pada senar.
Untuk tabung tertutup, ditunjukkan pada Gb. 12-13a, yang mungkin bisa berupa klarinet, selalu
ada simpangan simpul tertutup di ujung tertutup (karena udara tidak bebas untuk bergerak) dan simpul
terbuka di ujung terbuka (di mana udara dapat bergerak bebas). Karena jarak antara simpul tertutup dan
1
simpul terbuka yang terdekat adalah λ, kita lihat bahwa frekuensi dasar pada tabung tertutup hanya
4
berhubungan dengan seperempat panjang gelombang di dalam tabung: L = λ/ 4, dan λ= 4L. Frekuensi
dasar adalah f 1= v /4 L, atau setengah dari frekuensi dasar untuk pipa terbuka dengan panjang yang sama.
Ada perbedaan lain, karena sebagaimana bisa kita lihat dari Gb. 12-13a, hanya harmoni ganjillah yang
ada di pipa tertutup: nada tambahan mempunyai frekuensi 3, 5, 7, kali frekuensi dasar. Tidak mungkin
gelombang dengan frekueusi sebesar 2,4,6,…kali frekuensi dasar mempunyai simpul tertutup di satu
ujung dan simpul terbuka di ujung yang lain, berarti gelombang-gelombang tersebut tidak bisa berwujud
gelombang berdiri pada tabung tertutup.
Jika penjelasan dari sudut pandang simpangan ini sulit untuk dimengerti, atau Anda ingin
memahaminya dari sudut lain, pertimbangkanlah penjelasan dari sudut tekanan udara, ditunjukkan di
bagian (b) Gambar 12-12 dan 12-13 (sisi kanan). Di mana udara pada suatu gelombang ditekan, tekanan
menjadi lebih tinggi, sementara pada peregangan (atau penipisan) gelombang, tekanan lebih kecil dari
normal. Ujung terbuka. dari suatu tabung terbuka ke atmosfir. Dengan demikian tekanan di ujung terbuka
pasti merupakan simpul tertutup: tekanan tidak berganti, tetapi tetap pada tekanan atmosfir di luarnya.
Jika sebuah tabung mempunyai ujung tertutup, tekanan di ujung tertutup tersebut bisa langsung berubah
menjadi di atas atau di bawah tekanan atmosfir. Berarti ada simpul terbuka tekanan di ujung tertutup
tabung. Tentu saja bisa ada simpul tertutup dan simpul terbuka tekanan di dalam tabung, dan beberapa
mode getaran yang mungkin dari sudut pandang tekanan untuk tabung terbuka ditunjukkan di Gb. 12-12b,
dan untuk tabung tertutup pada Gb. 12-13b.
Pipa organa (Gb. 12-14) menggunakan pipa terbuka dan tertutup. Not-not dengan ketinggian yang
berbeda dibunyikan dengan menggunakan pipa yang berbeda dengan panjang yang berbeda dari beberapa
sentimeter sampai 5 m atau lebih. Alat musik lain bekerja seperti tabung tertutup atau tabung terbuka.
Flute, misalnya, merupakan tabung terbuka, karena ia terbuka tidak saja di tempat Anda meniupnya,
tetapi juga di ujung yang lain. Not-not yang berbeda pada flute dan banyak instrumen lainnya didapat
dengan memendekkan panjang tabung-yaitu, dengan membuka lubang sepanjang tabung tersebut. Di
pihak lain, pada trompet, dorongan ke klep akan membuka panjang tambahan bagi tabung. Pada semua
alat musik ini, makin panjang kolom udara yang bergetar, makin rendah frekuensinya.
Contoh
Pipa urgana terbuka dan tertutup. Berapa frekuensi dasar dan frekuensi tiga nada tambahan pertama
untuk pipa organa yang panjangnya 26 cm pada 20°C jika pipa tersebut (a) terbuka dan (b) tertutup?
PENYELESAIAN Pada 20°C, laju bunyi di udara adalah 343 m/s (subbab 12-1). (a) Untuk pipa terbuka,
frekuensi dasar adalah
v 343 m/s
f 1= = = 660 Hz.
2 L 2(0,26 m)
Nada-nada tambahan, yang mencakup semua harmoni, adalah 1320 Hz, 1980 H2, 2640 Hz, dan
seterusnya.
(b) Dengan mengacu ke Gb. 12-13, kita lihat bahwa untuk pipa tertutup
v 343 m/ s
f 1= = = 330 Hz.
4 L 4 (0,26 m)
Tetapi hanya harmoni ganjil yang akan ada, sehingga tiga nada tambahan pertama akan sebesar 990 Hz,
1650 Hz, dan 2310 'Hz. (Pipa tertutup memainkan 330 Hz, yang, dari Tabel 12-3, adalah nada E di atas C
tengah, sementara pipa terbuka dengan panjang yang sama memainkan 660 Hz, satu oktaf lebih tinggi.)
v 343 m/s
λ=¿ = = 0,30 m.
f 1150 Hz
Agar terjadi interferensi destruktif, orang tersebut harus berjarak setengah panjang gelombang lebih jauh
dari satu pengeras suara dibandingkan dari yang lainnya. Perhatikan pada contoh ini bahwa jika pengeras
suara lebih dekat satu sama lain dari jarak 0,15 m, tidak akan ada titik yang lebih jauh 0,15 m dari yang
lain, dan tidak ada titik di mana interferensi destruktif akan terjadi.
Kita telah membahas inteferensi gelombang bunyi yang terjadi di ruang. Contoh yang menarik
dan penting dari interferensi yang terjadi dalam waktu adalah fenomena yang disebut layangan. Ini
merupakan fenomena yang terjadi jika dua surnber bunyi-katakanlah, dua garpu tala-hampir sama
frekuensinya tetapi tidak persis sama. Gelombang bunyi dari kedua sumber saling berinterferensi dan
tingkat suara pada posisi tertentu naik dan turun secara bergantian; perubahan intensitas yang berjarak
teratur ini disebut layangan.
Untuk melihat bagaimana layangan muncul, lihat dua gelombang bunyi dengan amplitudo yang
sama dengan frekuensi f1 = 50 Hz dan f2 = 60 Hz, berturut-turuf. Dalam 1,00 s, sumber pertama
melakukan 50 getaran sementara yang kedua melakukan 60. Sekarang kita lihat gelombang-gelombang
tersebut di satu titik di ruang yang berjarak sama dari kedua sumber ini. Bentuk masing-masing
gelombang ditunjukkan di grafik bagian atas pada Gb. 12-19; garis merah menunjukkan gelombang 50
Hz, garis biru menyatakan gelombang 60 Hz. Grafik yang sebelah bawah di Gb. 12-39 menunjukkan
jumlah kedua gelombang. Pada waktu t = 0 kedua gelombang ditunjukkan berfase sama dan
berinterferensi konstruktif. Karena kedua gelombang bergetar dengan kecepatan yang berbeda, pada
waktu t = 0,05 s keduanya benar-benar berbeda fase dan terjadi interferensi destruktif seperti ditunjukkan
pada gambar. Pada t = 0,10 s, mereka kembali berfase sama dan amplitudo resultan menjadi besar
kembali. Dengan demikian amplitudo resultan menjadi besar setiap 0,10 s dan di antaranya menurun
dengan drastis. Naik dan turunnya intensitas inilah yang didengar sebagai layangam. Dalam hal ini
layangan berjarak 0,10 s. Sehingga, frekuensi layangan adalah sepuluh per detik atau 10 Hz. Hasil ini,
bahwa frekuensi layangan sama dengan selisih frekuensi kedua gelombang, pada umumnya valid.
Gambar 12-19 layangan terjadi sebagai akibat dari superposisi dua gelombang bunyi dengan
frekuensi yang sedikit berbeda.
Fenomena layangan dapat terjadi dengan berbagai jenis gelombang dan merupakan metode yang
sangat sensitif untuk membandingkan frekuensi. Sebagai contoh, untuk menyetel piano, seorang penyetel
piano mendengarkan layangan yang dihasilkan antara garpu tala standarnya dan suatu senar tertentu pada
piano tersebut, dan mengetahui telah tersetel dengan baik ketika layangan menghilang. Anggota-anggota
sebuah orkestra dapat menyetel dengan mendengarkan ketukan antara instrumen mereka dengan nada
standar (biasanya A di atas C tengah pada 440 Hz) yang dihasilkan oleh sebuah piano atau obo.
2.9 Efek Doppler
Anda mungkin telah memperhatikan bahwa ketinggian nada sirene dan truk pemadam kebakaran
mengecil dengan cepat setelah melewati Anda. Atau mungkin Anda memperhatikan perubahan
ketinggian nada klakson dari mobil yang melaju cepat ketika lewat. Ketinggian nada bunyi dari mesin
mobil balap berubah sewaktu melewati seorang pengamat. Ketika sebuah sumber bunyi bergerak
mendekati pengamat, ketinggian nada lebih tinggi daripada ketika sumber tersebut berada dalam keadaan
diam; dan ketika sumber menjauh dari pengamat, ketinggian nada lebih rendah. Fenomena ini dikenal
sebagai efek Doppler+ dan terjadi untuk semua jenis glelombang. Mari kita lihat mengapa hal ini terjadi,
dan menghitung pembahan frekuensi untuk gelombang bunyi.
Untuk jelasnya, perhatikan sirene truk pemadam kebakaran dalam keadaan diam, yang memancarkan
bunyi dengan frekuensi tertentu ke semua arah sebagaimana ditunjukkan pada Gb. 12-20a. Kecepatan
gelombang hanya bergantung pada medium di mana ia merambat, dan tidak bergantug dari kecepatan
sumber atau pengamat. Jika sumber kita, truk pemadam kebakaran, bergerak, sirene memancarkan bunyi
dengan frekuensi yang sama seperti pada waktu diam. Tetapi gelombang-gelombang bunyi yang
dipancarkannya ke luar lebih dekat satu sama lain daripada normal, seperti pada Gb. 12-10b. Hal ini
karena mesin pemadam, sementara bergerak,”menyusul" muka gelombang yang dipancarkan sebelumnya.
Dengan demikian pengamat yang berdiri di trotoar akan mendeteksi lebih banyak puncak gelombang
yang lewat per detik, sehingga frekuensi bertambah besar. Muka gelombang yang dipancarkan di
belakang truk, di pihak lain, lebih jauh dari normal karena truk menjauh. Dengan demikian, lebih sedikit
puncak gelombang per detik yang melewati pengamat di belakang truk dengan ketinggian nada lebih
rendah.
Gambar 12-20 (a) kedua pengamat yang berdiri di trotoar mendengar frekuensi yang sama dari truk
pemadam kebakaran yang berada dalam keadaan diam. (b) efek Doppler: saat truk bergerqak maju,
pengamat yang berada di depan akan mendengar bunyi dengan frekuensi yang lebih tinggi, dan pengamat
dibelakang truk akan mendengar frekuensi yang lebih rendah.
Efek Doppler juga terjadi ketika sumber dalam keadaan diam dan pengamat bergerak. Jika pengamat
mendekati sumber, ketinggian nada lebih tinggi; dan jika pengamat menjauhi sumber, ketinggian nada
lebih rendah. Secara kuantitatif, perubahan frekuensi sedikit berbeda dari kasus sumber yang bergerak.
Dengan sumber diam dan pengamat bergerak, jarak antara puncak gelombang, panjang gelombang λ,
tidak berubah. Jika pengamat mendekati sumber, Gb. 12-22, laju gelombang relatif terhadap pengamat
adalah v’ = v + v0, di mana v adalah kecepatan bunyi di udara (kita anggap udara diam) dan v 0 adalah
kecepatan pengamat. Dengan demikian, frekuensi yang baru adalah
v ' v + v0
f‘= =
λ λ
atau, karena λ = v/f
v0
( ) [ pengamat
f’ = 1+
v
f
mendekati
sumber yang diam ]
Jika pengamat menjauhi sumber, kecepatan relative adalah v’ = v – v0 dan
v0
(
f’ = 1−
v ) [ pengamat
f
menjauhi
sumber yang diam ]
Gambar 12-22 pengamat yang bergerak dengan laju v 0 menuju sumber yang diam “melihat”
puncak gelombang lewat dengan laju v’ = v + v0 dimana v adalah laju gelombang bunyi di udara.
Contoh:
Sirine yang bergerak. Sirine mobil polisi yang berada dalam keadaan diam memancarkan frekuensi
1600 Hz. Beberapa frekuensi yang akan Anda dengar jika Anda dalam keadaan diam dan polisi bergerak
dengan laju 25,0 m/s (a) mendekati Anda, (b) menjauhi Anda?
PENYELESAIAN (a) Kita gunakan Persamaan
f 1600 Hz
f’ = v = 25,0 m/s = 1726 Hz
( ) (
1− s
v
1−
343 m/s )
(b) kita gunakan persamaan
f 1600 Hz
f’ = v = 25,0 m/s = 1491 Hz
( )(
1+ s
v
1+
343 m/s )
ketika golombang bunyi dipantulkan dari penghalang yang bergerak, frekueusi gelombang yang terpantul
akan berbeda dari frekuensi gelombang datang karena adanya efek Doppler.
Gambar 12-24 gelombang bunyi yang dipancarkan oleh benda diam (a) atau bergerak (b, c dan
d). jika kecepatan benda lebih kecil dari kecepatan bunyi, terjadi efek Doppler (b) : jika kecepatannya
lebih besar dari kecepatan bunyi, dihasilkan gelombang kejut (d) ”tertumpuk” persis di depannya. Ketika
benda tersebut melaju dengan laju supersonik, muka gelombang saling tertumpuk sepanjang sisi, seperti
ditunjukkan pada Gb. 12-24d. Puncak gelombang yang berbeda tertumpuk satu sama lain dan membentuk
satu puncak yang sangat besar yang merupakan gelombang kejut. Di belakang puncak yang sangat besar
ini biasanya ada lembah yang sangat besar. Gelombang kejut pada intinya merupakan hasil dari
interferensi konstruktif dari sejumlah besar muka gelombang. Gelombahg kejut di udara analog dengan
gelombang haluan sebuah perahu yang berjalan lebih cepat dari laju gelombang air yang dihasilkannya.
Ketika sebuah pesawat terbang melaju dengan laju supersonik, kebisingan yang dibuatnya dan
gangguannya terhadap bentuk udara menjadi gelombang kejut yang berisi energi bunyi yang sangat besar.
Ketika gelombang kejut yang berisi energy bunyi yang sangat besar. Ketika gelombang kejut melewati
seorang pendengar, energi ini akan terdengar sebagai “ledakan sonik” yang keras. Ledakan sonik terjadi
hanya dalam sepersekian detik, tetapi energy yang dikandungnya seringkali cukup untuk memecahkan
jendela
Gambar 12-26 (a) ledakan sonik (ganda) telah terdengar oleh orang A di kiri. Ledakan tersebut
baru terdengar oleh B ditengah. Dan tidak lama kemudian di dengar oleh C dikanan. (b) foto khusus
pesawat supersonik yang memperlihatkan gelombang kejut yang dihasilkan di udara. (beberapa
gelombang kejut yang berjarak dekat di hasilkan oleh bagian yang berbeda dari pesawat).
Dan mengakibatkan kerusakan lain. Secara psikologis hal ini juga bisa mengerikan. Sebenarnya ledakan
sonik terdiri dari dua atau lebih ledakan karena gelombang kejut yang besar dapat terbentuk di depan dan
di belakang pesawat, di samping pada sayap, dan sebagainya. (Gb. 12-26).
Ketika sebuah pesawat bergerak mendakati laju bunyi, pesawat akan menemui halangan
gelombang bunyi di depannya (lihat Gb. 12-24c). Untuk melebihi laju bunyi, dibutuhkan dorongan ekstra
untuk melewati ”halangan bunyi” ini. Hal ini disebut ”menabrak halangan bunyi”. Sekali laju supersonik
didapat, halangan ini tidak lagi mengganggu gerak. Kadang-kadang dengan salah dianggap bahwa
ledakan sonik dihasilkan hanya pada saat pesawat menabrak halangan bunyi. Sebenarnya, gelombang
kejut selalu mengikuti pesawat pada saat melaju dengan laju supersonik. Sekumpulan pengamat yang ada
di daratan masing-masing akan mendengar ”boom” yang keras ketika gelombang kejut Iewat, Gb. 12-26.
Gelombang kejut terdiri dari corong yang puncaknya adalah di pesawat. Sudut corong ini, (lihat Gb. 12-
24d) dinyatakan dengan
v bunyi
sinθ = ,
v benda
di mana vbenda adalah kecepatan benda (pesawat) dan vbunyi adalah kecepatan bunyi pada medium.
10
−4
d 0 ,50 m
=3,2× s=320 μs
t= v = 1540 m/s
Pulsa yang dipantulkan dari benda yang hanya 10 cm dari transduser akan diterima setelah 130 . Gambar
12-27b menggambarkan pulsa pantulan ini sebagai fungsi waktu pada waktu diterima oleh transduser
untuk situasi yang digambarkan di bagian (a).
Kekuatan pulsa pantulan terutama bergantung pada selisih kerapatan kedua materi di kedua sisi
pertemuan. Kekuatan ini juga bergantung pada kecepatan bunyi di setiap materi, tetapi biasanya
mempunyai efek yang kecil karena dalam banyak jaringan kecepatan berkisar beberapa persen dari rata-
rata 1540 m / s. [Pengecualian adalah tulang (4000 m/ 5) dan udara (340 m/ s). Pada pertemuan yang
melibatkan tulang dan paru-paru, sebagian besar pulsa bunyi dipantulkan, sehingga bunyi ultra tidak
dapat digunakan untuk memeriksa melewati pertemuan semacam itu."]
Tanda seperti pada Gb. 12-27b dapat ditampakkan langsung di monitor seperti pada Gb. 12-28.
Tampilan seperti ini disebut A-scan atau scan mode-A. Jauh lebih umum saat ini adalah B-scan, yang
dapat digunakan untuk membentuk citra dua dimensi dari penampang Hfitang tubuh. Pada scan mode B,
setiap gema direpresentasikan sebagai satu titik, yang posisinya dinyatakan dengan waktu tunda dan yang
kecerahannya bergantung pada kekuatan gema. Gambar 12-27 c menunjukkan titik-titik ini untuk gema
yang dihasilkan dari serangkaian B-scan. Transduser digerakkan, dan pada setiap posisi transduser
mengirimkan pulsa dan menerima gema seperti ditunjukkan pada Gb.12-29. Setiap jejak B-scan dapat
digambarkan, diberi jarak yang cukup satu di bawah yang lain, untuk membentuk citra pada terminal
tampilan seperti pada Gb.12-29b.Hanya 10 baris ditunjukkan pada Gb. 12-29, sehingga citra tampak
kasar. Lebih banyak garis memberikan citra yang lebih rinci. Foto citra bunyi ultra ditunjukkan pada
Gb.12-30.
Scan yang lebih cepat bisa didapat dengan menggunakan serangkaian transduser, atau dengan
merotasikan satu transduser sekitar satu titik sehingga tranduser “melihat”ke serangkaian arah yang
berbeda sepanjang tubuh. Citra bunyi ultra merupakan kemajuan yang penting dalam kedokteran. Cara
lain, bersama dengan jenis lain dari citra medis, yang akan kita bahas di bab-bab selanjutnya (Bab 21 dan
31), pada banyak kasus telah menggantikan operasin pencarian dan prosedur lain yang beresiko,
menyakitkan atau mahal. Tidak ada bun efek yang berbahaya dengan citra bunyi ultra, sebagaimana pada
Cura sinar X. Dengan demikian cara ini dianggap tidak berbahaya. Bagaimanapun, ini bukan merupakan
teknik yang menggantikan teknik yang lainnya. Penyebaran berkas sinar membatasi ketajaman citra. Dan
cara bunyi terpantul dari materi tidak sama untuk cahaya atau sinar X. sehingga jenis informasi lain bisa
didapat dari teknik citra yang berbeda. Satu mode baru dari citra bunyi ultra sekarang sedang
dikembangkan berdasarkan pada gelombang yang ditransmisikan (bukan yang dipantulkan) dengan
menggunakan teknik tomografi yang dibantu komputer (biasanya dilakukan dengan sinar X lihat Bab 25).
Teknik lain, yang telah kita bahas di Subbab 12-8, menggunakan pergeseran Doppler dari gema bunyi
ultra untuk mengukur kecepatan di dalam tubuh manusia, seperti aliran darah dan detak jantung janin.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bunyi merambat sebagai gelombang longitudinal di udara dan materi lain. Di udara, laju bunyi
bertambah terhadap temperatur; pada 20°C, besarya sekitar 343 m/s.
Ketinggian nada bunyi ditentukan oleh frekuensi; makin tinggi frekuensi, makin tinggi nada.
Jangkauan pendengaran dari frekuensi untuk manusia kasarnya sekitar 20 sampai 20.000 Hz (1 Hz= 1
siklus per sekon). Kenyaringan atau intensitas bunyi berhubungan dengan amplitudo gelombang. Karena
10
−12
telinga manusia dapat mendeteksi intensitas bunyi dari W/m2 sampai melebihi 1 W / m 2, tingkat
β = 10 log ( Ι / I 0 ),
10
−12