Anda di halaman 1dari 12

MODEL PENGELOLAAN ALUR PELAYARAN SUNGAI BARITO

DENGAN PENDEKATAN SISTIM DINAMIK

Ahmadi1), Farid Muldiyatno2), Budisantoso W.3)

Dosen Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut1,3)


Mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut2)

Abstrak

Sungai merupakan salah satu infrastruktur alami untuk sarana transportasi. Kendala dalam
pemanfaatanya adalah sedimentasi perairan muara. Untuk menjadikan alur sungai aman dalam
bernavigasi, dilakukan pengelolaan dengan menjaga kedalaman, pemasangan sarana bantu
navigasi pelayaran, dan pembuatan peta kedalaman. Alur Barito adalah satu-satunya alur yang
telah dikelola dan dijadikan sebagai alur berbayar. Pemodelan sistim dinamik digunakan, untuk
meneliti apakah pengelolaan alur Barito merupakan suatu yang berkelanjutan secara operasional
dan sosial. Dengan memasukan data biaya perawatan alur, cadangan dan produksi batubara,
pendapatan daerah dan jumlah kapal yang masuk, dapat disimulasikan apakah pengelolaanya
berkelanjutan. Hasil simulasi menunjukan, pertumbuhan perekonomian meningkat, pengelolaan
alur dapat dilaksanakam sampai dengan 33 tahun kedepan dimana pada waktu itu, cadangan
batubara sebesar 3,6 milyar ton dari tahun 2008 akan habis. Skenario kebijakan untuk
mempertahankan pendapatan fee chanel adalah menentukan barang dagang lain yang diangkut
melalui Barito untuk dikenai tarif.
Kata Kunci : Alur Pelayaran Sungai, Pengelolaan, Sistim Dinamik.

PENDAHULUAN sehingga laju pertumbuhan ekonomi dengan


Jumlah sungai di Indonesia yang dapat bertambahnya jumlah perdagangan menjadi
dilayari kurang lebih 214 sungai dengan lebih baik. Beberapa permasalahan yang
panjang keseluruhan 23.255 km (Manajemen timbul dalam pengelolaan alur Barito antara
ASDP, 2005). Sungai merupakan infrastruktur lain 1) Tingginya sendimentasi yang
alami yang dapat digunakan sebagai sarana mengakibatkan biaya perawatan yang cukup
bernavigasi (Inland navigation) dan akan besar. 2) Kerusakan pada rambu navigasi
mengurangi beban infrastruktur lainya akibat ulah manusia. 3) Penentuan tarif yang
(Milković, 2010). sering memunculkan konflik, yang
Sungai Barito urat nadi perdagangan mengakibatkan penutupan alur dan akan
dan transportasi yang sudah dimulai pada merugikan para pengguna, serta tersendatnya
pemerintahan kesultanan Banjar (Rochgiyanti, arus pengiriman barang.
2011). Telah dijadikan sebagai alur sungai Perilaku dinamis pada sistem alur Barito
yang berbayar, dikelola oleh perusahaan antara lain: Fisik dasar sungai yang berubah
patungan antara pemerintah daerah Kalsel akibat sedimentasi, kondisi ini akan
dengan PT. Pelindo III Banjarmasin, yaitu PT. mempengaruhi jumlah muatan, waktu tempuh
Ambapers (Ambang Barito Nusa Persada). dan tingkat resiko kecelakaan. Pada sisi lain,
Sehingga mempunyai kemampuan: panjang fluktuasi perekonomian di Kalsel akan
alur kurang lebih 15.000 meter, lebar rata-rata mempengaruhi jumlah kapal yang digunakan.
100 meter, kedalaman -5 meter dari air Demikian pula produksi sumber daya alam
terendah, terdiri dari 5 sesi dengan panjang yang diangkut menggunakan kapal,
tiap sesi 3.000 meter (Ambapers, 2012). mempunyai sifat fluktuatif (Simarmata, 2010).
Kendala yang dihadapi menurut Jika kita dapat memodelkan kekomplekan hal
Syaefudin (2008) adalah pendangkalan alur diatas, maka skenario untuk mengelola sungai
karena sedimentasi yang dipengaruhi oleh guna memahami sistem, mengoptimalkan
perubahan perilaku alam dari baik di daerah kinerja dan memprediksi kinerja sistem alur
hulu, badan sungai maupun di muara. Alur pelayaran sungai, untuk kepentingan
berbayar merupakan salah satu solusi yang pelayaran secara berkelanjutan dapat
tepat untuk meningkatkan kemampuan sungai, dihipotesiskan.
dengan cara memberikan jaminan keamanan
dalam bernavigasi kepada pengguna,

I-1
METODOLOGI konsumsi per kapita dan indeks daya tarik
investasi. Nilai PDRB akan menarik jumlah
indeks daya tarik investasi di daerah.

IDENTIFIKASI VARIABEL
Dalam penelitian ini, tujuan dari salah
satu model adalah menganalisis interaksi
antara 1) Alur pelayaran sungai. 2)
Perekonomian. 3). Sumber daya alam.

1) Alur Pelayaran Sungai


Kemampuan alur akan meningkatkan
jumlah muatan yang dapat diangkut, demikian
pula keamanan dan kelancaran dalam
bernavigasi akan tercapai, sehingga terjadinya
kecelakaan yang berupa tubrukan maupun
karamnya suatu kapal akan dapat dihindari.

Tabel 1 Variabel Kemampuan Alur

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

GAMBARAN MENYELURUH SISTEM 2) Perekonomian


PENGELOLAAN ALUR Tabel 2 Identifikasi Variabel Perekonomian

Gambar 2. Gambaran Menyeluruh

Menunjukkan hubungan antar PDRB merupakan indikator dalam


stakeholder, terdiri dari PT Ambapers, pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Sektor
Perusahaan Pertambangan dan Pemerintah usaha yang digunakan adalah hasil
daerah. Industri pertambangan memiliki tujuan pertambangan dan transportasi perairan.
untuk meningkatkan investasi, permintaan Pertambangan merupakan sektor yang
konsumen dan produksi. PT. Ambapers memiliki pengaruh paling besar terhadap
meningkatkan pelayanan dengan memberikan perkembangan ekonomi Kalsel. Sehingga
keamanan dan kelancaran dalam bernavigasi. perhitungan PDRB di Kalsel akan dipisahkan
Pemerintah daerah meningkatkan PDRB, dalam dua jenis yaitu PDRB di sektor

I-2
pertambangan dan PDRB untuk sektor lain. dilaksanakan. Secara umum dalam proses
PDRB untuk sektor lain digambarkan sebagai produksi akan ditemukan cadangan baru,
jumlah PDRB tidak termasuk sektor disebabkan proses identifikasi jumlah tambang
pertambangan. Perhitungan PDRB di sektor yang semakin teliti, sehingga produksi akan
pertambangan menggunakan pendekatan semakin bertambah.
produksi.
Konseptualisasi Sistem dengan Diagram
3) Komoditas Batubara Sebab Akibat
Data-data pembangun model yang
Tabel 3 Variabel Komoditas Batubara didapatkan dari hasil observasi awal,
diidentifikasi untuk mendapatkan variabel-
variabel model dan pola interaksi antar
variabel pada sistem nyata. Data yang sudah
teridentifikasi dalam variabel–variabel tersebut
kemudian disusun berdasarkan pola
interaksinya ke dalam diagram sebab akibat
(causal loop diagram). Variabel yang
dimasukan dalam causal loop diagram masih
berupa variabel umum, kemudian akan dirinci
sesuai dengan kebutuhan pada stock and flow
diagram.
Diagram sebab akibat dibuat dengan
menghubungkan keterkaitan suatu variabel
dengan variabel lainnya. Dengan demikian
dapat dipahami, keterkaitan serta seberapa
jauh pengaruhnya. Semua variabel yang
berpengaruh terhadap permasalahan
dilibatkan di dalam model. Positif causal loop
Pertambangan merupakan sumber menunjukkan hubungan antara variabel
daya yang tidak terbaharukan, sehingga penguat, sedangkan causal loop negatif
pemanfaatanya harus dilaksanakan dengan menunjukkan efek balancing antara variabel.
sangat bijak. Investasi pada pertambangan Pada penelitian ini loop yang terdapat dalam
batubara dipengauhi oleh ketersedian diagram causal antara lain:
batubara di alam, dimana akan diketahui
berapa lama produksi yang dapat

I-3
CAUSAL LOOP DIAGRAM PENGELOLAAN ALUR PELAYARAN BARITO

Pendapatan Bersih
Profit + Penjualan Batubara
- +
Pengelola
+ -
Biaya Pendapatan
Perawatan + Fee chanel
+ + Biaya
+ + +
SBNP Pendapatan Produksi
Teknologi
delay + Penjualan
+ Batubara +
Peta Pengali
Navigasi Tarif -
Biaya Investasi
+ Transportasi +
Pengerukan Proporsi pendapat
+ + + Konstribusi fee + bersih untuk
+ + channel thd
Harga teknologi
PDRB Produksi
Perawatan Batubara
Proporsi PDRB Batubara
+
untuk Investasi
+
Volume Transportasi
Sedimen Toleransi
Lose
+
Jumlah Muatan
+ Kapal Niaga + Cadangan
PDRB
+ Batubara
+ + Proporsi pendapat
+
Fee channel thd
Kondisi PDRB
Laik Alur Proposri penjualan
Batubara thd + +
PDRB Pemintaan +
Batubara Batubara
Siap Jual

+
Penjualan
+
Batubara

Pengumpulan Data diagram stock and flow yang dihasilkan


Data yang dikumpulkan merupakan mampu melihat variabel mana yang
data sekunder yang berkaitan dengan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan
kenavigasian di alur sungai Barito, data kehandalan alur sungai.
Kalsel dalam angka, data penggunaan alur
dari PT Ambapers, data perkembangan Sektor Perekonomian
pelayaran sungai di Administrasi Pelabuhan Pertumbuhan ekonomi merupakan salah
Kalsel dan beberapa perusahaan yang satu indikator kesejahteraan masyarakat di
melakukan sungai Barito, data pertambangan suatu daerah, pertumbuhan ini dapat dilihat
Kalsel, serta informasi-informasi lain yang dari semakin meningkatnya PDRB.
dibutuhkan untuk membangun konseptualisasi Kalimantan selatan merupakan propinsi yang
dari sistem yang diamati. pendapatan daerahnya ditopang dari hasil
sumber daya alam pertambangan dengan
Tahap Pengembangan Model Stock dan batubara sebagai produk utama. Sedangkan
Flow Diagram (SFD) penyokong pendapatan Kalsel lainya adalah
Pembuatan stock and flow diagram dari sektor pertanian, industri, perdagangan,
berdasarkan causal loop yang telah disusun jasa dan lainya yang dimasukan dalam PDRB
sebelumnya, merupakan penjabaran lebih non tambang.
rinci dari sistem yang sebelumnya ditunjukan
oleh causal loop diagram, karena pada
diagram ini memperhatikan pengaruh waktu
terhadap keterkaitan antar variable, sehingga
setiap variable mampu menunjukkan hasil
akumulasi untuk variable level, dan variable
yang merupakan laju aktivitas sistem tiap
periode waktu atau disebut dengan rate.
Perancangan diagram stock and flow juga
mempertimbangkan tujuan penelitian dimana

I-4
Perairan muara secara alami merupakan
wilayah penumpukan sedimen, dikarenakan
air sungai yang membawa sedimen,
energinya bertemu dengan energi dari
perairan laut. Salah satu cara untuk menjaga
kedalaman dari semimentasi, adalah dengan
melakukan pengerukan sedimentasi secara
rutin.
Peta navigasi merupakan lembar
informasi sepanjang alur yang berisi angka
kedalaman yang menunjukan dalamnya
perairan pada tempat tersebut, simbol-simbol
sarana bantu navigasi pelayaran, gambaran
alam yang ada disekitar perairan tersebut dan
informasi pasang surut. Para pengguna
Sektor Komoditas Batubara
sangat tergantung oleh ada tidaknya peta
Sumber daya alam pertambangan
perairan dan keakuratan peta yang ada.
batubara merupakan sumber daya yang tidak
dapat diperbaharui, sehingga pemanfaatanya
harus dilaksanakan dengan sangat bijak.
Pada pelaksanaan penambangan, jumlah
potensi stok yang berada di suatu area,
besaranya akan mengalami koreksi dari
perkiraan yang telah diinfokan. Koreksi jumlah
kandungan batubara biasa terjadi karena
proses penemuan kandungan baru, setelah
kandungan yang telah diketahui ditangbang,
kemudian di cek ulang dan ditemukan lagi
kandungan lainya.

Formulasi Matematis
Formulai matematis dilakukan pada
tahap penyusuna stock and flow diagram.
Pemberian formulasi matematis pada model
akan merupakan syarat untuk dapat
menjalankan model. Penyusunan formulasi
dilakukan sesuai dengan yang ada di
lapangan. Selain itu pemberian formulasi juga
dapat didasarkan pada adanya judgement
dari pihak yang berkompeten dalam bidang
tersebut, jika pencarian data real tidak
dimungkinkan. Data formulasi lengkap tedapat
Sektor Pengelolaan Alur
pada lampiran A, salah satu contoh formulasi
Alur pelayaran sungai merupakan
matematis yang ada pada variabel batubara
infrastruktur transportasi yang memiliki
pada gambar 4.10
kemampuan cukup tinggi, dimana biaya yang
dikeluarkan umumnya lebih murah daripada
infrastruktur lainya, demikian pula
kemampuan penampungan yang besar dan
secara alami dapat digunakan sampai ke
wilayah pedalaman. Kendala utama yang ada
adalah pendangkalan yang terjadi akibat
penumpukan sedimen pada area muara.
I-5
perawatan adalah jumlah dari: biaya
pengerukan, biaya perawatan SBNP dan
biaya pembuatan alur. Variabel profit
pengelola mengalami kenaikan sampai
dengan kurang lebih tahun ke 33, hal ini
dikarenakan produksi batubara yang sudah
tidak lakukan, karena cadangan batubara
yang ada di alam sudah habis.

Komoditas Batubara
Simulasi Model
Simulasi ini dilakukan dengan tujuan
untuk melihat perilaku dari model sistem yang
telah dibuat, dengan cara memasukkan nilai-
nilai pada konstanta dan tabel fungi sesuai
dengan kondisi yang terdapat pada sistem
nyata. Perilaku yang dihasilkan dari proses
simulasi awal ini akan ditunjukkan oleh
variabel-variabel yang menjadi referensi
dinamis. Sedangkan untuk lama simulasi atau
range waktu simulasi untuk simulasi awal ini,
disetting selama 50 tahun, mulai dari tahun
2006 saat pengelolaan alur belum
dilaksanakan sampai dengan waktu yang Komoditas batubara sepanjang alur Barito
ditentukan. mempunyai cadangan yang cukup besar,
dalam kenyataanya cadangan seharusnya
Pengelolaan Alur akan bertambah manakala adanya penemuan
Pengelolaan alur terdiri dari beberapa cadangan baru. Dalam simulasi model,
variabel antara lain perawatan alur, biaya cadangan batubara menggunakan jumlah
perawatan, jenis-jenis perawatan dan kondisi yang tetap. Penjualan batubara dan produksi
laik alur. Visualisasi hasil simulasi dalam batubara akan mempengaruhi pendapatan
vensim pada gambar 4.11. bersih penjualan batubara.
Dari hasil simulasi cadangan batubara
dalam jangka waktu kurang lebih 34 tahun
akan mengalami habis, terlihat dari awal
simulasi selalu berkurang. Sedangkan untuk
pendapatan bersih penjualan batubara,
penjualan batubara dan produksi batubara
meningkat cukup baik sampai dengan tahun
ke 20, kemudian tetap meningkat sampai
dengan tahun ke 33, dimana terjadi
penghentian produksi karena cadangan
batubara yang habis. Pertemuan antara
produksi dan cadangan terjadi pada tahun ke
16. Nilai dari pendapatan bersih penjualan
Dilihat pendapatan pengelolaan alur batubara mempunyai nilai yang lebih tinggi
akan meningkat sejak tahun pertama, hanya dibanding variabel lainya, hal ini terjadi karena
pada tahun kedua akan mengalami pendapatan bersih merupakan perkalian
penurunan, kemudian akan meningkat sampai antara penjualan dengan harga rata-rata.
dengan tahun ke 33, demikian hal ini terjadi
pada variabel profit pengelola. Sedangkan Perekonomian
untuk biaya perawatan, kondisi laik alur dan Perekonomian dalam pemodelan ini
perawatan alur akan memiliki nilai yang tetap. merupakan variabel untuk melihat apakah
Dari hasil simulasi vensim dapat dilihat terjadi efek sosial dari adanya alur yang telah
biaya perawatan dan kondisi laik alur dikelola, dimana apabila terjadi peningkatan
mempunyai nilai tetap, hal ini dikarenakan perekonomian dimungkinkan salah satu
nilai imput yang tetap. Dimana biaya penyebabnya adalah adanya infrastrukur
I-6
transportasi yang memadai, sehingga keluar
masuknya barang untuk perdagangan dan
juga barang kebutuhan masyarakat akan
dapat terdistribusi dengan baik.

Validasi Model
Validasi model dilakukan untuk
meyakinkan bahwa model telah secara
menyeluruh memenuhi tujuan pembuatan
model dan dapat merepresentasikan sistem
nyata. Proses validasi dalam model ini
Dari hasil simulasi dapat dilihat adanya
dilakukan menggunakan dua metode, yaitu
kenaikan pada masing-masing variabel.
metode white box dan black box. Metode
Hanya saja pada pada variabel konstribusi fee
white box dilakukan dengan memasukan
chanel terhadap PDRB akan mengalami
semua variabel serta keterkaitan antar
waktu habis, hal ini dikarenakan pendapatan
variabel di dalam model yang didapatkan dari
fee chanel yang sudah tidak ada. Untuk
orang yang ahli (expert) dalam kasus ini.
jumlah muatan kapal niaga dan PDRB akan
Sedangkan validasi dengan metode black box
terus mengalami kenaikan, hanya terjadi
dilakukan dengan membandingkan rata-rata
penurunan disaat pada variabel lain dalam
nilai data aktual dengan rata-rata nilai data
pemodelan ini mengalami masa habis.
hasil simulasi.
VERIFIKASI MODEL
A. Uji Struktur Model
Dilakukan untuk memeriksa error pada
Tujuannya adalah untuk melihat apakah
model dan meyakinkan bahwa model
struktur model sudah sesuai dengan struktur
berfungsi sesuai dengan logika pada obyek
sistem nyata. Setiap faktor penting dalam
sistem. Verifikasi dilakukan dengan
sistem nyata harus tercermin dalam model.
memeriksa formulasi (equations) serta
Pengujian ini dilakukan dengan melibatkan
memeriksa unit (satuan) variabel dari model.
orang-orang yang mengenal konsep dari
Jika tidak terdapat error pada model, maka
sistem nelayan yang dimodelkan.
model sudah terverifikasi. Berdasarkan hasil
Dalam model pengelolaan alur
simulasi model, program sudah berjalan
pelayaran sungai Barito ini, semua variabel
dengan baik tanpa error pada formulasi.
serta keterkaitan antar variabel telah
diinputkan ke dalam model. Pembuat model
melakukan brainstorming dan proses diskusi
mengenai model ini dengan orang yang
mengetahui sistem pengeloaan sungai
sebagai evaluator untuk melakukan validasi
struktur model. Metode ini merupakan metode
kualitatif yang paling tepat untuk
merepresentasikan validity model
(Shreckengost, 1985). Model pendapatan
nelayan dengan formulasi dan unitnya sudah
diterima oleh evaluator, maka model sudah
valid secara kualitatif.

I-7
B. Uji Parameter Model (Model kesalahan nilai pada parameter. Pengujian
Parameter Test) dilakukan dengan memasukan nilai ekstrim
Nilai parameter dalam model dapat diuji terkecil dan terbesar pada variabel tarif untuk
dengan cara sederhana, misalnya, terhadap mengetahui bagaimana pengaruh naik
data historis. Uji parameter model dapat turunya tarif pada produksi batubara. Apabila
dilakukan dengan melihat dua variabel yang tarif yang dibebankan untuk tiap ton batubara
saling berhubungan, yaitu membandingkan yang lewat dinaikan sampai sama dengan
antara logika aktual dengan hasil simulasi. harga batubara, maka dipastikan akan tidak
Hasil simulasi dikatakan baik jika polanya ada produksi, demikian sebaliknya apabila
sama dengan logika aktual. Variabel dalam batubara tidak dikenakan tarif maka produksi
model yang akan diuji misalnya cadangan akan meningkat. Jika nilai tarif menunjukan
batubara yang ada di alam dengan batubara, kondisi tersebut maka model dikatakan valid
logika aktualnya adalah apabila produksi terhadap uji kondisi ekstrim.
batubara terus dilaksanakan maka cadangan
batubara yang ada di alam apabila tidak
diketemukan cadangan baru lagi akan
mengalami penurunan, sampai pada ahirnya
akan habis dan produksipun akan berhenti.

Dari hasil simulasi diketahui bahwa pada saat


simulasi dengan kondisi ekstrim bawah yaitu
pada nilai tarif sama dengan harga perton
batubara maka tidak terjadi produksi,
demikian sebaliknya manakala tarif diturunkan
sampai dengan 0,25 maka produksi akan
baik. Dengan kondisi ekstrim tersebut model
masih berfungsi sesuai dengan logika tujuan
Uji Kecukupan Batasan (Boundary yang ingin dicapai sehingga model valid
Adequancy Test) secara uji kondisi ekstrim.
Batasan model harus sesuai dengan
tujuan model yang dirancang. Tujuan E. Uji Perilaku Model/ Replikasi
pembuatan model adalah untuk melihat Uji Perilaku Model dilakukan untuk
seberapa besar pengaruh penjualan batubara mengetahui apakah model sudah berperilaku
terhadap pengelolaan alur pelayaran sungai sama dengan kondisi nyata atau model sudah
Barito. Langkah pembatasan model sudah merepresentasikan sistem yang dimodelkan
dilakukan saat model dibuat yaitu dengan (Barlas, 1996). Uji perilaku replikasi adalah
menguji variabel-variabel yang dimasukan membandingkan perilaku model dengan
dalam model yaitu, jika suatu variabel ternyata perilaku sistem nyata. Dengan data masa lalu
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap yang tersedia, model harus mampu
tujuan model, maka variabel tersebut tidak menghasilkan data yang sama. Artinya,
perlu dimasukan dalam model sistem kondisi awal yang dilakukan oleh model
manajemen performansi ini. kemudian dicocokkan pada keadaan sistem
nyata pada suatu waktu di masa lalu.
D. Uji Kondisi Ekstrim (Extreme Selanjutnya, harus dilakukan penilaian
Conditions Test) tentang seberapa dekat perilaku model
Tujuannya adalah untuk menguji terhadap data masa lalu. Secara kuantitatif,
kemampuan model apakah model dapat model divalidasi dengan metode black box
berfungsi dengan baik dalam kondisi ekstrim (Barlas, 1996). Metode black box dilakukan
sehingga memberikan kontribusi sebagai alat dengan membandingkan rata-rata nilai pada
evaluasi kebijakan. Pengujian dalam kondisi data aktual dengan rata-rata nilai pada data
ekstrim dapat menunjukan kesalahan
struktural atau kekurangan atau adanya
I-8
hasil simulasi untuk menemukan rata-rata Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata
error yang terjadi menggunakan Persamaan: error (E) adalah 0,017732, merupakan nilai
E = |(S – A )/ A| yang lebih kecil dari 0,1 hal ini menyatakan
Dimana: bahwasanya secara kuantitative model
A = Data aktual. dinyatakan valid.
S = Data hasil simulasi.
E = Variansi error antara data aktual dan Skenario Kebijakan
data simulasi, dimana jika E < 0,1 maka Berdasarkan model eksisting yang
model valid. sudah dikembangkan pada pembaasan
Pada pemodelan pengelolaan alur sebelumnya, maka model dapat digunakan
pelayaran sungai Barito ini, simulasi waktu untuk merancang skenario kebijakan yang
yang dilaksanakan adalah dalam tahun, hal ini akan dilakukan, guna mendapatkan kebijakan
berhubungan dengan data yang didapatkan antisipatif yang efektif terhadap berbagai
juga merupakan data per tahun. Berikut kemungkinan yang dapat terjadi pada masa
adalah perbandingan antara pendapatan mendatang. Rancangan skenario tersebut
daerah hasil simulasi dengan pendapatan terkait dengan Berkurangnya produksi sumber
daerah aktual. daya alam batubara.
Tabel 4.10 Perhitungan error antara data
aktual dan data simulasi Skenario Berkurangnya Sumber Daya
Alam Batubara
Skenario ini dilakukan dengan tujuan
untuk tetap menjaga alur tetap dilaksanakan.
Dalam simulasi yang sebelumnya pendapatan
fee chanel hanya didapatkan dari hasil
penjualan batubara yang dijual melewati alur
pelayaran sungai Barito. Dengan berkurang
atau habisnya sumber daya alam batubara ini,
maka pengelola menetapkan muatan lain
yang akan dikenai tarif. Langkah simulasi
yang dilaksanakan adalah membuat stock
flow diagram baru, dimana jumlah kapal niaga
di coneksikan dengan pendapatan fee chanel.

I-9
Kesimpulan dikarenakan cadangan batubara yang habis,
1. Model dibuat berdasarkan data hasil sehingga pendapatan fee chanel tidak ada.
observasi dan data-data sekunder dari 4. Hasil uji dalam kondisi ekstrim dengan
Syahbandar Banjarmasin, Distrik Navigasi, menentukan tarif alur berbayar sangat tinggi
Dinas Pertambangan Propinsi dan Badan menunjukan produksi batubara tidak dapat
Pusat Statistik Kalsel. Variabel utama dalam dilaksanakan. Dari hasil uji ini dapat
model ini adalah pengelolaan alur yang disimulasikan kisaran tarif yang akan
merupakan nilai keputusan untuk melakukan menjaga agar stakeholder bisa menjalankan
perawatan, PDRB yang merupakan nilai usahanya, akan tetapi juga tergantung dari
untuk melihat pertumbuhan ekonomi, biaya produksi.
penjualan batubara dan cadangan Batubara 5. Skenario kebijakan yang diambil
yang merupakan variabel dalam komoditas adalah manakala hasil produksi batubara
batubara. yang dijual melalui alur tidak mencukupi
2. Hasil identifikasi variabel, untuk sektor pengelolaan, maka diambil kebijakan untuk
pengelolaan alur dengan pengerukan mengambil tarif pada barang dagangan lain
sedimentasi, pemasangan sarana bantu yang diangkut melalui alur Barito. Hasil
navigasi pelayaran dan publikasi dengan peta simulasi memperlihatkan dengan masuknya
laut, sudah mencukupi. Pada sektor jumlah muatan kapal niaga lain, akan
komoditas batubara yang berhubungan mempertahankan trend peningkatan
dengan kemampuan alur adalah cadangan pendapatan fee chanel, sehingga skenario ini
dan penjualan batubara. Sedangkan pada dapat dilaksanakan.
sektor perekonomian, sektor ini hanya 6. Pada 33 tahun kedepan
merupakan efek sosial dari adanya alur kesinambungan dalam operasional dan sosial
Barito yang dirawat. dapat terpenuhi. Selanjutnya untuk tetap
3. Hasil simulasi model diketahui bahwa mempertahankan harus ada skenario
pada kondisi eksisting, terjadi kenaikan pada penemuan cadangan batubara baru atau
sektor perekonomian, pengelolaan yang dengan menetapkan tarif berbayar atas
dapat dilaksanakan sampai dengan waktu 33 barang yang diangkut melalui alur Barito
tahun kedepan. Berahirnya pengelolaan lainya.

I-10
Januardana dan Achmadi (2014) Analisis
DAFTAR PUSTAKA Model Pembiayaan Investasi
Pengembangan Alur Pelayaran
Agustini et al.(2013) Simulasi Pola Sirkulasi Berbasis Public-Private Partnership.
Arus Di Muara Kapuas Kalimantan Jurnal Teknik Perkapalan, ITS,
Barat. Prisma Fisika, Vol. I, No. 1. ISSN Surabaya.
: 2337-8204. Universitas Tanjungpura, Purnomo H. (2003) Memfasilitasi
Pontianak. Pengelolaan Hutan Kolaboratif
Ambapers (2012) Buku Panduan Alur Menggunakan Pemodelan Dinamika
Pelayaran Sungai Barito, PT Ambang Sistem, Jurnal Manajemen Hutan
Barito Persada 2012, Banjarmasin Tropika Vol. X No. 2 : 32-46, Fakultas
Kalimantan Selatan. Kehutanan, IPB Bogor.
Amos et al.(2009) Sustainable Development Keith et al. (2013) Limits to Population
Of Inland Waterway Transport In China, Growth and Water Resource Adequacy
Comprehensive Transport System in the Nile River Basin. Environmental
Analysis in China - P109989. The Laboratory, Engineer Research and
Ministry Of Transport, People’s Development Center Halls Ferry Road.
Republic Of China. Vicksburg. US.
Aziz dan Gunarta (2014) Penentuan Kusdian (2011) Potensi Revitalisasi
Kapasitas Optimal Jalur Pelayaran transportasi sungai di Provinsi
Kapaldi Sungai Musi Menggunakan Lampung. Jurnal Transportasi Vol, 11
Model Simulasi, Jurnal Teknik Industri No. 2 143-152. Universitas Sangga
ITS, Surabaya. Buana YPKP, Bandung.
Banister D. Dan Berechman Y. (2001) Kodoatie (2005) Pengantar Manajemen
Transport Investment and the Infrastruktur, Pustaka Pelajar,
Promotion of Economic Growth. Journal Yogyakarta.
of Transport Geography, Vol. 9 (2001): Latifah et al. (2007) Strategi Pengembangan
209-218. Transportasi Air Di Koridor Kapuas,
Case dan Fair (2004) Pengertian Jurnal Studi Transportasi dan Logistik,
Pertumbuhan Ekonomi. Jurnal Makro Fakultas Geografi Universitas Gadjah
Ekonomi. Jakarta. Mada, Yogyakarta.
Direktorat Jendral Perhubungan Darat (2005) Lemhanas (2012) Pengembangan Sistim
Layanan Transportasi Darat yang Transportasi Nasional Guna
Aman, Selamat, Mudah dijangkau, Mempercepat dan Memperluas
Berdaya saing dan Terintegrasi 2020, Pembangunan Ekonomi dalam Rangka
Master plan Transportasi Darat, Ketahanan Nasional, Jurnal Kajian
Departemen Perhubungan, Jakarta Lemhanas RI Edisi 14, Lemhanas
Dwiyitno et al. (2009) Kualitas Lingkungan Jakarta.
Perairan Muara Sungai Barito, Jurnal Levinson et al. (2007) Spatial Structure of
Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan Hydrography and low in a Chilean
dan Perikanan Vol. 3 No. 2, Balai Besar Fjord, Estuario Reloncavi´ Estuaries
Riset Pengolahan Produk dan and Coasts Vol. 30, No. 1, p. 113 –12.
Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, Chilean Naval Hydro-graphic Service,
DKP Jakarta. Casilla 324, Valparaiso, Chile.
Forrester (1994). System dynamics, systems Li dan Simonovic (2002) System Dynamics
thinking, and soft OR. System Model For Predicting Flood.
dynamics review, 10(2‐3), 245-256. Hydrological Processes, DOI 16:2645-
Grant et al. (1997) Ecology and Natural 2666
Resource Management: System Long et al.(2014) Feasibility Analysis of
Analysis and Simulation. Addison- System Dynamics for Inland Maritime
Wesley Publishing Company Reading, Logistics. A National University
Massachusetts. Transportation Center at Missouri
Handayani, G. Azhar (2004) Penerapan University of Science and Technology.
Metode Geolistrik Schlumberger untuk US.
Penentuan Tahanan Jenis Batubara. Macharis (2000) System Dynamics
Jurnal Natur Indonesia. 6, (2), 1-5 Combined With Multi Criteria Analysis.
Hybrid Modeling, Free University of

I-11
Brussels (V.U.B.) Center for Business Resources Management. Bogaziçi
Economics and St rategic University, Institute of Environmental
Management, Pleinlaan 2, 1050 Sciences, 34342, Bebek, Istanbul.
Brussels, Belgium. Simarmata R (2010) Legal Complexity In
Miro, F. (2005) Perencanaan Transportasi Natural Resource Management In The
untuk Mahasiswa, Perencana, dan Frontier Mahakam Delta Of East
Praktisi. Erlangga. Jakarta. Kalimantan, Journal Of Legal Pluralism
Milković (2010). Sava River Basin-Inland nr. 62. Columbia Unversity, Columbia.
Waterway Regulatory Framework and Suseno (2013) Kontribusi Investasi
Infrastrukture, Vladimira Nazora 61, Pertambangan Batubara Terhadap
10000 Zagreb, Hrvatska. Produk Domestik Regional Bruto
Munawar A (2005) Dasar-dasar Teknik Propinsi Papua Barat. Jurnal Teknologi
Transportasi. Penerbit Beta Ofset, Mineral dan Batubara Volume 9,
Jogjakarta. Nomor 3,: 118 – 134
Nafziger dan Wayne, (1997) The Economics Syaefudin (2008) Studi Pemilihan Lokasi
of Developing Countries, Third Edition, Alternatif Pelabuhan Trisakti
Prentice-Hall, Inc., New Jersey Banjarmasin Propinsi Kalimantan
Nasution (2004) Manajemen Transportasi Selatan, Jurnal Hidrosfir Indonesia Vol.
(Edisi Kedua). Ghalia, Jakarta. 3 No. 3, IISN 1907-1043, Jakarta.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor Sugeng S (2009) Pemeliharaan Alur
39/PRT/1989 Tentang Pembagian Pelayaran Di Sungai Barito, Jurnal
Wilayah Sungai, Menteri Pekerjaan Teknik Perkapalan Vol. 6 No.2,
Umum Republik Indonesia. Jakarta. Universitas Diponegoro, Semarang.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Suryana (2000) Ekonomi Pembangunan,
Nomor 37 Tahun 2012 Tentang Problematika dan Pendekatan. Edisi
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Pertama. Jakarta: PT. Salemba Empat
Sekretaris Negara 2012, Jakarta. Suyono (2010) Model Pengelolaan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Sumberdaya Perikanan Perairan
Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Waduk Cacaban dengan Pendekatan
Kenavigasian, Sekretaris Negara, Sistim Dinamik, Pascasarjana S3, IPB,
Jakarta. Bogor.
Rahayu et al. (2014) Pendugaan Perubahan
Zona Jenuh Air Tanah Di Sekitar
Tambang Terbuka Batubara Di
Kalimantan Selatan Menggunakan
Metode Geolistrik Resistivitas
Konfigurasi Wenner. Fibusi (JoF) Vol. 2
No. 1, UPI Bandung.
Richardson, G. P. (2011) Reflections On The
Foundations Of System Dynamics.
System dynamics review, 27(3), 219-
243.
Rochgiyanti (2011) Fungsi Sungai Bagi
Maasyarakat di Tepian Sungai Kuing
Kota Banjarmasin, Jurnal Komunitas
Vol. 5 No. 2, FKIP Unlam Banjarmasin.
Rohács dan Simongáti (2007) The Role of
Inland Waterway Navigation in a
Sustainable Transport System. Journal
Taylor and Francis 110.139.24.116.
London, UK.
Santoso et al. (2013) Evaluasi Program
Revitalisaasi SBNP dan Prasarana
Keselamatan Pelayaran, ISSN 000-000
fisip Unmul. Banjarmasin.
Saysel (2006) System Dynamics: Systemic
Feedback Modeling For Water

I-12

Anda mungkin juga menyukai