Anda di halaman 1dari 4

Denaneer Rahmadatu/ 192011101028/ Kesehatan Lingkungan & Kesehatan Kerja/ dr. Angga M. R., Sp.

Ergonomi dalam Lingkungan Kerja

Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti peraturan
atau hukum. Ergonomi merupakan penerapan ilmu-ilmu biologis tentang menusia bersama-sama dengan ilmu
teknik dan teknologi untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap
pekerjaannya, yang menfaatnya diukur dengan efisiensi dan kesejahteraan kerja. Lingkungan kerja adalah
tempat dimana proses berlangsungnya seseorang melakukan aktivitas kerja. Hal ini meliputi keadaan dan
kondisinya, pengaturan tempat duduk, bentuk kursi, dan berbagai macam alat yang tersedia. Maka dari itu
perusahaan harus menyediakan lingkungan kerja yang memadai seperti lingkungan fisik meliputi tata ruang
kantor yang nyaman, lingkungan yang bersih, pertukaran udara yang baik, warna, penerangan yang cukup
maupun musik yang merdu (Chandra, 2019). Era globalisasi saat ini, peralatan dan teknologi sudah menjadi
penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Dalam
upaya meningkatkan produktivitas kerja perlu adanya usaha yang kondusif untuk mengoptimalkan sistem
kerja. Peningkatan produktivitas akan tercapai jika semua komponen dalam sistem kerja dirancang secara
ergonomis (Purnomo, 2012).
Ergonomi di lingkungan kerja merupakan penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh
manusia untuk menurunkan stress atau tekanan yang akan dihadapi untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang
maksimal dan efisien. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh
agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya, dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan
manusia. Desain ergonomis yang benar diperlukan untuk mencegah cedera regangan berulang, yang dapat
berkembang dari waktu ke waktu dan menyebabkan cacat jangka panjang (Setyawan, 2011). Undang- Undang
No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang menyebutkan bahwa pengelola tempat kerja wajib melakukan
segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan bagi
tenaga kerja. Tujuan ergonomi ialah meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, meningkatkan
kesejahteraan sosial, keseimbangan rasional antara sistem manusia atau manusia-mesin dengan aspek teknis,
ekonomi, antropologi, budaya.
Ergonomi dapat digunakan untuk menelaah sistem manusia dan produksi yang kompleks, dengan
demikian dapat ditentukan tugas-tugas apa yang diberikan kepada tenaga kerja dan mesin. Berikut ini
merupakan prinsip-prinsip ergonomi:
1. Sikap tubuh dalam pekerjaan dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran, dan penempatan mesin-mesin,
penempatan alat-alat petunjuk, dan cara-cara pengoperasian mesin (macam gerak, arah, dan kekuatan)
2. Untuk normalisasi ukuran mesin dan alat-alat industri harus diambil ukuran terbesar sebagai dasar serta
diatur dengan suatu cara sehingga ukuran tersebut dapat dikecilkan dan dapat dioperasikan oleh tenaga
kerja yang lebih kecil
3. Ukuran-ukuran antropometri terpenting seperti dasar ukuran-ukuran dan penempatan alat-alat industri
Berdiri: tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, depa, panjang lengan
Duduk: tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut-garis
punggung, jarak lekuk lutut-telapak kaki
4. Ukuran-ukuran kerja
a. Pekerjaan tangan yang dilakukan dengan berdiri, tinggi kerja sebaiknya 5-10 cm di bawah tinggi siku
b. Pekerja berdiri dengan pekerjaan di atas meja dan jika dataran tinggi siku disebut O maka
hendaknya dataran kerja
▪ Untuk pekerjaan memerlukan ketelitian: O+ (5-10) cm
▪ Untuk pekerjaan ringan: O- (5-10) cm
▪ Untuk bekerja berat atau perlu mengangkat barang berat yang memerlukan otot punggung: O-
(10- 20) cm
5. Dilihat dari sudut otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk. Dari sudut tulang
disarankan duduk tegak agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas. Sehingga dianjurkan
sikap duduk yang tegak dan diselingi istirahat sedikit membungkuk
6. Tempat duduk yang baik memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Tinggi dataran duduk yang dapat diatur dengan papan kaki yang sesuai dengan tinggi lutut
sedangkanpaha dalam keadaan datar;
b. Papan sandaran punggung yang tingginya dapat diatur dan menekan pada punggung;
c. Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm;
d. Tinggi meja merupakan ukuran dasar sesuai dengan poin 4 c.
7. Pekerjaan berdiri diubah menjadi pekerjaan duduk. Jika tidak mungkin, pekerja diberi tempat dan
kesempatan untuk duduk
8. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-370 ke bawah, sedangkan untuk pekerjaan duduk
arah penglihatannya ialah 32-440 ke bawah. Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang
istirahat
9. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan lengan bawah. Pegangan-
pegangan harus diletakkan di daerah tersebut, lebih-lebih jika sikap tubuh tidak berubah
10. Macam gerakan yang kontinu dan berirama lebih diutamakan, sedangkan gerakan yang sekonyong-
konyong pada permulaan dan berhenti dengan paksa sangat melelahkan.
11. Pembebanan sebaiknya dipilih yang optimum, yaitu beban yang dapat dikerjakan dengan pengerahan
tenaga paling efisien. Beban fisik maksimum telah ditentukan oleh ILO sebesar 50 kg. Cara
mengangkat hendaknya memperhatikan hukum-hukum ilmu gaya dan dihindarkan penggunaan tenaga
yang tidak perlu. Beban hendaknya menekan langsung pada pinggul yang mendukungnya.
12. Gerakan ritmis seperti mendayung, mengayuh pedal, memutar roda, dan lain-lain memerlukan frekuensi
yang paling optimum yang menggunakan tenaga paling sedikit.
13. Apabila seorang pekerja harus berjalan pada jalan menanjak atau naik tangga, maka derajat tanjakan
optimum ialah sebagai berikut:
a. Jalan menanjak: l.k. 100
b. Tangga rumah: l.k. 300
c. Tangga: l.k. 700
(Pada anak tangga bergerak antara 20-30 cm , tergantung pada pembebanan)
14. Kemampuan seseorang bekerja seharinya adalah 8-10 jam, lebih dari itu efisiensi dan kualitas kerja
sangatmenurun
15. Waktu istirahat didasarkan pada keperluan atas dasar pertimbangan ergonomic. Aktivitas rutin setiap 2
jam kerja sebaiknya diselingi peregangan.
16. Beban tambahan akibat lingkungan sebaiknya ditekan menjadi sekecil-kecilnya
17. Penerangan yang baik untuk memelihara daya penglihatan
18. Kondisi mental psikologis dipertahankan dengan adanya reward, motivasi, iklim kerja, dan lain-lain
19. Beban kerja diukur dengan mengukur O2, frekuensi nadi, suhu badan, dan lain-lainnya
20. Batas kesanggupan kerja sudah tercapai apabila bilangan nadi kerja mencapai angka 30 kali/menit atau
diatas bilangan nadi istirahat. Nadi kerja tersebut tidak terus menanjak dan dalam 15 menit setelah kerja
nadi kembali seperti saat istirahat
Meskipun penerapan prinsip ergonomi di lingkungan kerja telah terbukti meningkatkan kesehatan,
keselamatan, dan produktivitas kerja namun masih terdapat hambatan-hambatan penerapan ergonomi terutama
di perusahaan kecil dan menengah. Hambatan penerapan ergonomi disebabkan oleh beberapa faktor utama,
yaitu:
1. Petugas kesehatan dan keselamatan kerja belum mampu menunjukkan keuntungan program kesehatan
dankeselamatan kerja dalam bentuk uang pada perusahaan;
2. Manajemen perusahaan memberikan prioritas rendah dalam program K3 dan ergonomi dalam program
kerja perusahaan. Misalnya:
a. Setiap rapat operasional jarang melibatkan tenaga Kesehatan
b. Posisi bagian kesehatan dan keselamatan kerja dalam struktur organisasi seringkali di bawah
personalia
c. Dalam rencana pengembangan perusahaan atau industry jarang melibatkan bagian kesehatan dan
keselamatan kerja
3. Program yang dilaksanakan lebih banyak berupa program kuratif dibandingkan dengan program
preventif dan promotif, sehingga terlihat hanya sebagai pengeluaran
4. Terbatasnya dana, pengawasan, dan penerapan sanksi oleh pemerintah masih kurang
Daftar Pustaka

Kementerian Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan.
Setyawan, F. E. B. 2011. Penerapan Ergonomi dalam Konsep Kesehatan. Saintika Medika. 7: 39 – 50.
Purnomo, H., A. Manuaba, dan N. Adiputra. 2012. Sistem Kerja dengan Pendekatan Ergonomi Total Mengurangi
Keluhan Muskuloskeletal, Kelelahan dan Beban Kerja serta Meningkatkan Produktivitas Pekerja
Industri Gerabah di Kasongan Bantul. Indonesia Journal of Biomedical Science 1(3).
Chandra, M. R. 2019. Analisis Ergonomi Lingkungan Kerja Fisik Berdasarkan Temperatur, Pencahayaan Dan
Tingkat Kebisingan Mesin Studi Kasus PTPN VIII Dayeuhmanggung. Prosiding Mahasiswa
Seminar Nasional Unimus. 2: 585 – 586.
Fakultas Kedokteran Universitas Jember. 2020. Modul Materi Pembelajaran Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Jember: Fakultas Kedokteran Universitas Jember.

Anda mungkin juga menyukai