Anda di halaman 1dari 17

A.

EKONOMI NASIONAL

Ekonomi Nasional  diperuntukkan bagi ekonom dan masyarakat yang


menginginkan agar Indonesia   menjadi negara yang mandiri sehingga ribuan trilyun
rupiah hasil SDA bisa memakmurkan rakyat, tidak tergantung oleh hutang luar negeri
atau lembaga IMF (yang mendikte pemerintah RI untuk mengkonversi hutang swasta
jadi hutang negara/rakyat), tidak mementingkan konglomerat di atas rakyat Indonesia.
Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, ihwal
Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial antara lain dinyatakan sebagai
berikut:
1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan;
2) Cabang-cabang produski yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara;
3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat;
4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas asas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional.

Kondisi ekonomi dapat dikatakan sangat berpengaruh terhadap suatu negara, 


kondisi ekonomi itu sendiri dapat juga mencerminkan bagaimana keadaan suatu negara.
Maju atau tidaknya , tingkat keamanannya, hingga menyangkut masalah kesehatan
sangat di  pengaruhi oleh kondisi ekonominya. Untuk perekonomian Indonesia masih
dalam tahap memperbaiki , hal ini dikarenakan Indonesia sempat terkena krisis yang
membuat perekonomian Indonesia turun drastis pada saat pemerintahan orde baru.
Sebenarnya pertumbuhan perekonomian Indonesia yang sangat bagus terjadi pada
masa orde baru, atau pada masa pemerintahan Soeharto. Pada saat itu pemerintah
mencanangkan pelaksanaan pola umum pembangunan jangka panjang (25-30 tahun)
secara periodik lima tahunan yang disebut pelita ,yang kebijakan ekonominya
mencakup segala bidang seperti, kebutuhan pokok,pendidikan dan kesehatan,
kesempatan kerja, kesempatan berusaha, penyebaran pembangunan, dan lain- lain.
Pada tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras, kesuksesan ini
mendapatkan penghargaan dari FAO(Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) pada
tahun 1985. Ini suatu prestasi  yang sangat luar biasa bagi Indonesia , dan sangat sulit di
ulangi hingga saat ini. Namun dampak negative pada saat pemerintahan Soeharto ialah
terjadinya krisis moneter  yang melanda negara ini, yang disebabkan banyaknya hutang
luar negeri. Selain itu KKN pun merajalela, kemudian timbulah perbedaan ekonomi
antar daerah, antar golongan pekerjaan, antar kelompok dalam masyarakat terasa
semakin tajam. Hal ini yang menyebabkan runtuhnya orde baru.
Setelah orde baru sampai saat ini Indonesia masih berusaha untuk memperbaiki
kondisi ekonominya dan hal itu membawa dampak yang positif , hal ini dapat diketahui
selama tiga tahun dari 2005, 2006, dan 2007 perekonomian Indonesia tumbuh cukup
signifikan yang pertumbuhan diatas 6%. Bahkan pada  pertengahan bulan oktober
2006 , Indonesia melunasi seluruh sisa utang pada IMF sebesar 3,2 miliar dolar AS.
Pada tahun 2010 perkembangan perekonomian Indonesia bisa di bilang cukup baik
walaupun sempat terjadi penurunan sebelumnya, bahkan  deputi gubernur Bank
Indonesia Hartadi A. Sarwono memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2011
akan tumbuh pada kisaran 6,3-6,5%.
B. KONTRIBUSI PARIWISATA TERHADAP EKONOMI NASIONAL DAN
REGIONAL

Kontribusi Pariwisata Terhadap Ekonomi Nasional


Kontribusi pariwisata terhadap pendapatan pemerintah dapat diuraikan menjadi
dua, yakni: kontribusi langsung dan tidak langsung. Kontribusi langsung berasal dari
pajak pendapatan yang dipungut dari para pekerja pariwisata dan pelaku bisnis
pariwisata pada kawasan wisata yang diterima langsung oleh dinas pendapatan suatu
destinasi.
Sedangkan kontribusi tidak langsung pariwisata terhadap pendapatan pemerintah
berasal dari pajak atau bea cukai barang-barang yang di import dan pajak yang
dikenakan kepada wisatawan yang berkunjung.
Dalam kedua konteks di atas, WTO memprediksi bahwa usaha perjalanan wisata
dan bisnis pariwisata tersebut secara langsung dan tidak langsung termasuk juga pajak
perorangan telah berkontribusi terhadap pariwisata dunia melampaui US$ 800 billion
pada tahun 1998, dan pada tahun 2010 berlipat dua kali jika dibandingkan tahun 1998.
 Menurut penelitian, pariwisata Kanada menghasilkan $ 19, 7 Juta pendapatan
untuk ketiga tingkat pemerintahan gabungan di Kanada pada tahun 2007. Dan Belanja
Kanada menyumbang tiga dari setiap empat dolar, sementara satu dari empat dolar
berasal dari wisatawan asing yang berwisata di Kanada.
 Sementara pemerintah Komboja mencatat bahwa sector pariwisata secara
langsung dan nyata telah memberikan sumbangan pendapatan bagi pemerintah melalui
aktifitas penjualan tiket masuk wisatawan yang mengunjungi obyek wisata Angkor
sebesar 1,2 Juta US Dolar, dari Visa sebesar 3 juta US Dolar, dan aktifitas  taksi dan
aktifitas pelayanan di bandara.
Pada kedua studi kasus di atas, tidak dapat disangkal lagi bahwa pariwisata
memang benar dapat meningkatkan pendapatan bagi pemerintah di mana pariwisata
tersebut dapat dikembangkan dengan baik.
 Pada beberapa negara yang telah mengembangkan sektor pariwisata, terbukti
bahwa sektor pariwisata secara internasional berkontribusi nyata terhadap penciptaan
peluang kerja, penciptaan usaha-usaha terkait pariwisata seperti usaha akomodasi,
restoran, klub, taxi, dan usaha kerajinan seni souvenir.
 Menurut Canada Government Revenue Attributable to Tourism, (2007),
mendifinisikan bahwa yang dimaksud “Tourism employment” adalah ukuran yang
dipakai untuk mengukur besarnya tenaga kerja yang terserap secara langsung pada
sector pariwisata termasuk juga besarnya tenaga kerja yang terserap di luar bidang
pariwisata akibat keberadaan pembangunan pariwisata.  Dan WTO mencatat kontribusi
sector pariwisata terhadap penyediaan lahan pekerjaan sebesar 7% secara internasional.
 Hasil studi pada dampak pembangunan pariwisata di Tripura, India menunjukkan
bahwa industry pariwisata adalah industri yang mampu menyerap tenaga kerja dalam
jumlah besar dan mampu menciptakan peluang kerja dari peluang kerja untuk tenaga
yang tidak terdidik sampai dengan tenaga yang sangat terdidik. Pariwisata juga
menyediakan peluang kerja diluar bidang pariwisata khususnya peluang kerja bagi
mereka yang berusaha secara langsung pada bidang pariwisata dan termasuk juga bagi
mereka yang bekerja secara tidak langsung terkait industri pariwisata seperti usaha-
usaha pendukung pariwisata; misalnya pertanian sayur mayor, peternak daging,
supplier bahan makanan, yang akan mendukung operasional industri perhotelan dan
restoran.
 Sedangkan menurut Mitchell dan Ashley 2010, mencatat bahwa sumbangan
pariwisata dalam penyerapan tenaga kerja jika dibandingkan dengan sector lainnya
menunjukkan angka yang cukup berarti, dan indeks terbesar terjadi  di Negara New
Zealand sebesar 1,15 disusul oleh Negara Philipines, kemudian
Chile, Papua New Guinea, dan Thailand sebesar 0,93. Sementara di Indonesia
indeks penyerapan tenaga kerja dari sector pariwisata sebesar 0,74, masih lebih rendah
jika dibandingkan Negara Afrika Selatan yang mencapai 0,84.
Dalam dua kasus di atas, pariwisata memegang peranan penting dalam penyerapan
tenaga kerja di hampir semua Negara yang mengembangkan pariwisata, walaupun
harus diakui sector pertanian “agriculture” masih lebih besar indeks penyerapannya dan
berada di atas indeks penyerapan tenaga kerja oleh sector pariwisata di hampir semua
Negara pada penjelasan di atas.
Kontribusi Pariwisata Terhadap Ekonomi Regional
Berdasarkan fakta yang ada, pariwisata memberikan dampak yang cukup
signifikan terhadap keadaan suatu daerah baik itu dampak sosial, budaya sampai
dengan ekonomi. Namun, dampak yang sangat berperan dalam pengembangan
masyarakat suatu daerah adalah dampak ekonomi. Dengan adanya sektor pariwisata ini
mampu mengembangkan ekonomi lokal terutama pada daerah yang mempunyai daya
tarik wisata yang cukup baik.
Selain itu, dampak ekonomi juga dapat bersifat positif maupun negatif dalam setiap
pengembangan obyek wisata.
 Segi Positif
Dampak ekonomi dari segi positif ini ada yang langsung dan ada juga yang tidak
langsung. Dampak positif langsungnya antara lain membuka lapangan pekerjaan
yang baru untuk komunitas lokal, yang sesuai dengan kemampuan dan skill dari
masyarakat sekitar sehingga masyarakat lokal bisa mendapatkan peningkatan
taraf hidup yang layak. Namun, selain untuk masyarakat lokal, dampak ekonomi
juga akan berpengaruh bagi pemerintah daerah yang akan mendapatkan
pendapatan dari pajak. Pajak yang didapatkan oleh pemerintah biasanya dalam
bentuk pajak hiburan dan sebagainya. Sedangkan dampak ekonomi yang tidak
langsung adalah kemajuan pemikiran akan pengembangan suatu obyek wisata,
terutama dengan adanya emansipasi wanita sehingga wanita pun bisa bekerja.
Dengan begitu dapat lebih mengembangkan perekonomian lokal melalui
pemberdayaan masyarakat dari semua kalangan, tidak terkecuali kaum wanita.
 Segi Negatif
Dari segi negatifnya, dampak terhadap ekonomi lokal sebenarnya tidak serta
merta berjalan lancer, banyak faktor yang menyebabkan tidak semua masyarakat
lokal menerima dampak dari perkembangan perekonomian, antara lain adanya
kebocoron. Kebocoran dalam pariwisata ini banyak disebabkan karena adanya
investor yang menanamkan modalnya untuk mengembangkan objek wisata di
suatu daerah. Hal seperti inilah yang sebenarnya harus dapat dicegah oleh
pemerintah daerah agar pendapatan yang diterima oleh daerah tidak dijajah oleh
para investor luar.
Berdasarkan data dari sumber yang kami dapatkan, Pengembangan suatu obyek
wisata yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan pendapatan ekonomi yang baik
juga untuk komunitas setempat (Joseph D. Fritgen, 1996). Menurut Prof.Ir Kusudianto
Hadinoto bahwa suatu tempat wisata yang direncanakan dengan baik, tidak hanya
memberikan keuntungan ekonomi yang memperbaiki taraf , kualitas dan pola hidup
komunitas setempat, tetapi juga peningkatan dan pemeliharaan lingkungan yang lebih
baik. Menurut Mill dalam bukunya yang berjudul “The Tourism, International
Business” (2000, p.168-169), menyatakan bahwa : “pariwisata dapat memberikan
keuntungan bagi wisatawan maupun komunitas tuan rumah dan dapat menaikkan taraf
hidup melalui keuntungan secara ekonomi yang dibawa ke kawasan tersebut.

C. PERTUMBUHAN PARIWISATA DAN DAMPAKNYA TERHADAP SUATU


PEREKONOMIAN

Pertumbuhan Pariwisata
Pariwisata merupakan industry perdagangan jasa yang memiliki mekanisme
pengaturan yang kompleks karena mencakupn pengaturan pergerakan wisatawan dari
Negara asalnya, di daerah tujuan wisata hingga kembali ke Negara asalnya yang
melibatkan berbagai hal, seperti: transportasi, penginapan, restoran, pemandu wisata,
dan lain-lain. Oleh karena itu, industry pariwisata memegang peranan yang sangat
penting dalam pengembangan pariwisata.
Dalam menjalankan perannya, industry pariwisata harus menerapkan konsep dan
peraturan serta panduan yang berlaku dalam pengembangan pariwisata agar mampu
mempertahankan dan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan yang nantinya
bermuara pada pemberian manfaat ekonomi bagi industry pariwisata dan masyarakat
local. Industry-industri pariwisata yang sangat berperan dalam pengembangan
pariwisata adalah: biro perjalanan wisata, hotel dan restoran. Selain itu juga di dukung
oleh industry-industri pendukung pariwisata lainnya.
Pariwisata Indonesia menjadi sektor paling menjanjikan. Bahkan, sektor ini
memiliki peran penting terhadap perekonomian. Ini bisa dilihat dari tren
pertumbuhannya yang selalu di atas pertumbuhan ekonomi Indonesia dan melebihi
perkembangan pariwisata dunia.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Mari Elka Pangestu
mengatakan tahun 2011, perolehan devisa dari pariwisata diperkirakan mencapai
USD8,5 miliar. Angka ini naik 11,8 persen dibandingkan tahun lalu. Bahkan, kenaikan
ini melebihi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diproyeksikan ada di level 6,5
persen dan pertumbuhan pariwisata dunia yang hanya berkisar 4,5 persen.
“Untuk kontribusi terhadap devisa, sektor pariwisata ada di peringkat lima setelah
minyak dan gas bumi, minyak kelapa sawit, batubara, dan karet olahan,” kata Mari
Pangestu, di Jakarta, (5/1).
Mari Pangestu menjelaskan bahwa visi pariwisata, fokusnya adalah menjadikan
Indonesia sebagai negara tujuan pariwisata berkelas dunia, berdaya saing, dan
berkelanjutan. Upaya yang perlu dilakukan agar sejalan dengan visi tersebut adalah
peningkatan daya saing produk wisata, pengembangan daya tarik, promosi terpadu dan
berkesinambungan, serta pengembangan institusi dan sumber daya manusia.
“Untuk pariwisata ada tiga hal utama. Destinasi yang sudah ada akan
dikembangkan, mengembangkan destinasi baru, dan wisata minat khusus. Untuk wisata
minat khusus yang akan dikembangkan adalah MICE (Meeting Incentives Convention
and Exhibition), wisata bahari dan alam, wisata olahraga, serta wisata belanja dan
kuliner,” katanya.
Untuk pengembangan destinasi pariwisata, tambahnya, akan difokuskan pada
pengembangan 15 Destination Management Organization (DMO), desa wisata, pusat
rekreasi masyarakat, pasar wisata, zona kreatif, daya tarik wisata serta melakukan
kerjasama dan kemitraan.
Berdasarkan draft Renstra hingga 2014, pada 2014 Indonesia akan memiliki 15
destinasi wisata yang telah menerapkan tata kelola destinasi yang berkualitas
(Destination Management Organization). Untuk pariwisata berbasis pedesaan,
ditargetkan tahun 2014 akan ada 822 desa, naik dibandingkan 2011 yang hanya
sejumlah 674 desa.
Untuk sektor ekonomi kreatif, visi yang diusulkan adalah meningkatkan kualitas
hidup, toleransi, dan penciptaan nilai tambah. Langkah-langkah yang akan dilakukan
agar sejalan dengan visi tersebut adalah peningkatan daya saing dan penciptaan nilai
tambah, pengembangan institusi, apresiasi dan penegakan hukum, promosi terpadu dan
berkesinambungan, pengembangan SDM dan bahan baku, serta pengembangan
teknologi dan akses pembiayaan.

Dampak Pertumbuhan Pariwisata Terhadap Suatu Perekonomian


Pariwisata disambut sebagai industri yang membawa aliran devisa, lapangan
pekerjaan dan cara hidup modern. Industri periwisata memberikan keunikan tersendiri
dibandingkan dengan sektor ekonomi lain karena adanya empat faktor, yaitu :
a. Pariwisata adalah Industri Ekspor Fana
Segala transaksi yang terjadi di industri pariwisata berupa pengalaman yang dapat
diceritakan kepada orang lain, tetapi tidak dapat dibawa pulang sebagai
cinderamata.
b. Butuhnya Barang dan Jasa Tambahan oleh Wisatawan
Saat seorang wisatawan mengunjungi suatu destinasi, ia selalu membutuhkan
barang dan jasa tambahan, seperti transportasi dan kebutuhan air bersih.
c. Pariwisata adalah Produk Fragmented But Intergreted
Maksudnya disini adalah pariwisata sebagai produk yang terpisah-pisah tetapi
terintegrasi dan langsung mempengaruhi sektor ekonomi lain. UU nomor 10 tahun
2009 tentang kepariwisataan secara jelas menyatakan, pariwisata berkaitan dengan
banyak sektor atau multisektor. Koordinasi strategis lintas sektor terkait dengan
pariwisata di antaranya dengan bidang pelayanan ke pelayanan kepabeanan,
keimigrasian, dan karantina; bidang keamanan dan ketertiban; bidang prasarana
umum yang mencakupi jalan, air abersih, listrik, telekomunikasi, dan kesehatan
lingkungan; bidang transportasi darat, laut, dan udara; dan bidang promosi
pariwisara dan kerjasama luar negeri. Kerjasama antarsektor harus diatur dengan
tata kerja, mekanisme dan hubungan baik untuk manfaat bersama.
d. Pariwisata Merupakan Ekspor yang Sangat Tidak Stabil
Sifat kepariwisataan yang dinamis dan musiman, membuat industri ini mngalami
fluktuasi yang sangat tinggi. Industri pariwisata rentan terhadap banyak hal, seperti
politik, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
Dampak pariwisata terhadap perekonomian bisa bersifat positif dan bisa negatif.
Secara umum dampak tersebut dapat dikelompokkan(Cohen, 1984) sebagai berikut :
 Dampak terhadap peneriamaan devisa
 Dampak terhadap pendapatan masyarakat
 Dampak terhadap peluang kerja
 Dampak terhadap harga dan tarif
 Dampak terhadap distribusi manfaat dan keuntungan
 Dampak terhadap kepemilikan dan pengendalian
 Dampak terhadap pembangunan
 Dampak terhadap pendapatan pemerintah

Keunikan industri pariwisata terhadap perekonomian berupa dampak ganda


(multiplier effect) dari pariwisata terhadap ekonomi. Pariwisata memberikan pengaruh
tidak hanya terhadap sektor ekonomi yang langsung terkait dengan industri periwisata,
tetapi juga industri tidak langsung terkait dengan industri pariwisata.

Gambar A. Dampak Ganda Pariwisata terhadap Perekonomian

Pariwisata memberikan keuntungan berganda ke bawah, terutama bagi


masyarakat setempat (trickle down). Secara ideal, pariwisata menghidupkan pemaok-
pemasok lokal dan mengurangi ketergantungan terhadap import. Dampak ganda dapat
memperbaiki kualitas pelayanan lokal dengan berinvestasi dan mendorong pembelajaan
dalam negeri. Namun, tidak tertutup kemungkianan, dampak ganda memperbesar
kebocoran devisa, apabila pembelanjaan masyarakat sarat dengan import.
Pariwisata memberikan keuntungan sebagai dampak positif, yang juga memberikan
kerugian sebagai dampak negatif. Beberapa keuntungan dari pariwisata terhadap
perekonomian di antaranya sebagai berikut :
a. Dampak terhadap Penerimaan Devisa
Di Indonesia, kontribusi pariwisata terhadap neraca peneriamaan negara dihitung
melalui Neraca Pariwisata Nasional (Nesparnas). Pada umumnya diistilahkan dengan
Tourism Satellite Account (TSA). Nesparnas menghitung secara kuantitatif melaui
standar statistik dengan mengacu pada UN System of National Accounts yang
menampilkan definisi dan klasifikasi yang dipergunakan untuk survey sesuai standar
internasional.
Berdasarkan data dapat diketahui bahwa sumbangan periwisata terhadap
perekonomian dan keterkaitannya dengan berbagai sektor ekonomi lain baik konsumsi
yang dilakukan oleh wisatawan untuk sektor pariwisata maupun sektor lain.
Perhitungan Nesparnas terdiri atas beberapa subsektor dalam ekonomi
(perdagangan, hotel, restoran, transportasi dan jasa), faktor pendapatan (upah,
keuntungan, dan bunga) serta komposisi pengeluaran (konsumsi, pemerintah, investasi,
ekspor, dan impor). Ketiga komponen itu dihitung menjadi satu sebagai devisa dari
sektor kepariwisataan. Nesparnas menggambarkan besaran devisa yang mengalir masuk
dan mengalir keluar dari sektor pariwisata.
b. Dampak terhadap Pendapatan Masyarakat
Setiap kegiatan pariwisata menghasilkan pendapatan khususnya bagi masyarakat
setempat . Pendapatan itu dihasilkan dai transaksi antara wisatawan dan tuan rumah
dalam bentuk pembelanjaan yang dilakukan oleh wisatawan. Pengeluaran wisatawan
terdistribusi tidak hanya ke pihak-pihak yang terlibat langsung dalam industri
pariwisata seperti hotel, restoran, biro perjalanan wisata, dan pemandu wisata.
Distribusi pengeluaran wisatawan juga diserap ke sektor pertanian, sektor industri
kerajinan, sektor angkutan, sektor komunikasi, dan sektor lain yang terkait.

Gambar Dampak Pariwisata tehadap Masyarakat


c. Dampak terhadap Peluang Kerja
Pariwisata merupakan industri yang menawarkan beragam jenis pekerjaan kreatif
sehingga mampu menampung jumlah tenaga kerja yang cukup banyak. Seorang
wisatawan dilayani oleh banyak orang. Sebagai contoh, wisatawan yang bersantai di
pantai dapat memberikan pendapatan bagi penjual makan-minum, penyewa tikar,
pemijat, dan pekerja lain.
d. Dampak terhadap Struktur Ekonomi
Peningkatan pendapatan masyarakat dari industri pariwisata membuat struktur
ekonomi masyarakat menjadi lebih baik. Masyarakat bisa memperbaiki kehidupan dari
bekerja di industri pariwisata.
e. Dampak dalam Membuka Peluang Investasi
Keragaman usaha dalam industri pariwisata memberikan peluang bagi para
investor untuk menanamkan modal. Kesempatan berinvestasi di daerah wisata
berpotensi membentuk dan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
f. Dampak terhadap Aktivitas Wirausaha
Adanya kebutuhan wisatawan saat berkunjung ke destinasi wisata mendorong
masyarakat untuk menyediakan kebutuhannya dengan membuka usaha atau wirausaha.
Pariwisata membuka peluang untuk berwirausaha dengan menjajahkan berbagai
kebutuhan wisatawan, baik produk barang maupun produk jasa.

Selain keuntungan-keuntungan itu, pariwisata memberikan dampak yang merugikan


bagi masyarakat di antaranya sebagai berikut :
a. Bahaya Ketergantungan terhadap Industri pariwisata
Melihat banyaknya keuntungan yang dapat diperoleh dari sektor pariwisata namun
beberapa daerah tujuan wisata menjadi sangat tergantung dari kepariwisataan untuk
kehidupannya. Hal ini menjadikan wisatawan sangat rentan terhadap perubahan
permintaan wisata.
b. Pengembalian Modal Lambat
Industri pariwisata adalah Industri dengan investasi yang besar dan pengembalian
modal yang lambat. Hal ini menyebabkan kesulitan bagi pengusaha pariwisata untuk
mendapatkan pinjaman untuk modal usaha.

c. Mendorong Timbulnya Biaya Eksternal Lain


Pengembangan pariwisata menyebabkan muncul biaya eksternal lain bagi
penduduk di daerah tujuan wisata, seperti biaya kebersihan lingkungan, biaya
pemeliharaan lingkungan yang rusak akibat aktivitas wisata, dan peluang lain.
D. MENGUKUR SUMBANGAN PARIWISATA

1. Foreign Exchange Earnings


Pengeluaran sektor pariwisata akan menyebabkan perekonomian masyarakat local
menggeliat dan menjadi stimulus berinvestasi dan menyebabkan sektor keuangan
bertumbuh seiring bertumbuhnya sektor ekonomi lainnya.
Pengalaman di beberapa negara bahwa kedatangan wisatawan ke sebuah destinasi
wisata juga menyebabkan bertumbuhnya bisnis valuta asing untuk memberikan
pelayanan dan kemudahan bagi wisatawan selama mereka berwisata. Tercatat juga
bahwa di beberapa negara di dunia 83% dari lima besar pendapatan mereka, 38%
pendapatannya adalah berasal dari “Foreign Exchange Earnings” perdagangan valuta
asing.
Sebagai contoh, bahwa pariwisata mampu menyumbangkan pendapatan untuk
Negara India, berdasarkan hasil survey ekonomi India pada tahun 2010-11, bahwa
akibat kedatangan wisatawan asing ke India pada tahun 2010 terjadi peningkatan
pendapatan dari perdangan Valas sebesar 34,56% atau sebesar 14,193 Juta US Dolar
meningkat jika dibandingkan tahun 2009 yang hanya sebesar 11,394 Juta US Dolar.
Sementara pemerintah China mencapat bahwa sumbangan pariwisata  akibat
perdagangan Valas  telah mencapai 5,1 Juta US Dolar untuk kurun waktu hanya empat
bulan saja pada tahun 2010.
Dari kedua contoh tersebut sudah dianggap cukup menguatkan pendapat bahwa
pembangunan pariwisata dapat meningkatkan pendapatan suatu Negara khususnya dari
aktifitas perdagangan valuta asing.
2. Contributions To Government Revenues
Kontribusi pariwisata terhadap pendapatan pemerintah dapat diuraikan menjadi
dua, yakni: kontribusi langsung dan tidak langsung. Kontribusi langsung berasal dari
pajak pendapatan yang dipungut dari para pekerja pariwisata dan pelaku bisnis
pariwisata pada kawasan wisata yang diterima langsung oleh dinas pendapatan suatu
destinasi.
Sedangkan kontribusi tidak langsung pariwisata terhadap pendapatan pemerintah
berasal dari pajak atau bea cukai barang-barang yang di import dan pajak yang
dikenakan kepada wisatawan yang berkunjung.
Dalam kedua konteks di atas, WTO memprediksi bahwa usaha perjalanan wisata
dan bisnis pariwisata tersebut secara langsung dan tidak langsung termasuk juga pajak
perorangan telah berkontribusi terhadap pariwisata dunia melampaui US$ 800
billion pada tahun 1998, dan pada tahun 2010 berlipat dua kali jika dibandingkan tahun
1998.
Menurut penelitian, pariwisata Kanada menghasilkan $ 19, 7 Juta pendapatan
untuk ketiga tingkat pemerintahan gabungan di Kanada pada tahun 2007. Dan Belanja
Kanada menyumbang tiga dari setiap empat dolar, sementara satu dari empat dolar
berasal dari wisatawan asing yang berwisata di Kanada.
Sementara pemerintah Komboja mencatat bahwa sector pariwisata secara langsung
dan nyata telah memberikan sumbangan pendapatan bagi pemerintah melalui aktifitas
penjualan tiket masuk wisatawan yang mengunjungi obyek wisata Angkor sebesar 1,2
Juta US Dolar, dari Visa sebesar 3 juta US Dolar, dan aktifitas  taksi dan aktifitas
pelayanan di bandara.
Pada kedua studi kasus di atas, tidak dapat disangkal lagi bahwa pariwisata
memang benar dapat meningkatkan pendapatan bagi pemerintah di mana pariwisata
tersebut dapat dikembangkan dengan baik.
3. Employment Generation
Pada beberapa negara yang telah mengembangkan sektor pariwisata, terbukti
bahwa sektor pariwisata secara internasional berkontribusi nyata terhadap penciptaan
peluang kerja, penciptaan usaha-usaha terkait pariwisata seperti usaha akomodasi,
restoran, klub, taxi, dan usaha kerajinan seni souvenir.
Menurut Canada Government Revenue Attributable to Tourism, (2007),
mendifinisikan bahwa yang dimaksud “Tourism employment” adalah ukuran yang
dipakai untuk mengukur besarnya tenaga kerja yang terserap secara langsung pada
sector pariwisata termasuk juga besarnya tenaga kerja yang terserap di luar bidang
pariwisata akibat keberadaan pembangunan pariwisata.  Dan WTO mencatat kontribusi
sector pariwisata terhadap penyediaan lahan pekerjaan sebesar 7% secara internasional.
Hasil studi pada dampak pembangunan pariwisata di Tripura, India menunjukkan
bahwa industry pariwisata adalah industri yang mampu menyerap tenaga kerja dalam
jumlah besar dan mampu menciptakan peluang kerja dari peluang kerja untuk tenaga
yang tidak terdidik sampai dengan tenaga yang sangat terdidik. Pariwisata juga
menyediakan peluang kerja diluar bidang pariwisata khususnya peluang kerja bagi
mereka yang berusaha secara langsung pada bidang pariwisata dan termasuk juga bagi
mereka yang bekerja secara tidak langsung terkait industri pariwisata seperti usaha-
usaha pendukung pariwisata; misalnya pertanian sayur mayor, peternak daging,
supplier bahan makanan, yang akan mendukung operasional industri perhotelan dan
restoran.
 Sedangkan menurut Mitchell dan Ashley 2010, mencatat bahwa sumbangan
pariwisata dalam penyerapan tenaga kerja jika dibandingkan dengan sector lainnya
menunjukkan angka yang cukup berarti, dan indeks terbesar terjadi  di Negara New
Zealand sebesar 1,15 disusul oleh Negara Philipines, kemudian Chile, Papua New
Guinea, dan Thailand sebesar 0,93. Sementara di Indonesia indeks penyerapan tenaga
kerja dari sector pariwisata sebesar 0,74, masih lebih rendah jika dibandingkan Negara
Afrika Selatan yang mencapai 0,84.
Dalam dua kasus di atas, pariwisata memegang peranan penting dalam penyerapan
tenaga kerja di hampir semua Negara yang mengembangkan pariwisata, walaupun
harus diakui sector pertanian “agriculture” masih lebih besar indeks penyerapannya dan
berada di atas indeks penyerapan tenaga kerja oleh sector pariwisata di hampir semua
Negara pada table di atas.
4. Infrastructure Development
Berkembangnya sektor pariwisata juga dapat mendorong pemerintah lokal untuk
menyediakan infrastruktur yang lebih baik, penyediaan air bersih, listrik,
telekomunikasi, transportasi umum dan fasilitas pendukung lainnya sebagai
konsekuensi logis dan kesemuanya itu dapat meningkatkan kualitas hidup baik
wisatawan dan juga masyarakat local itu sendiri sebagai tuan rumah.
Sepakat membangun pariwisata berarti sepakat pula harus membangun yakni daya
tarik wisata “attractions” khususnya daya tarik wisata man-made, sementara untuk
daya tarik alamiah dan budaya hanya diperlukan penataan dan
Salah satu cara melihat sumbangan sektor pariwisata terhadap PDRB dapat dilihat
dengan dua cara, yaitu:
Dari sisi permintaan (demand side) yang berkaitan dengan pengeluaran wisatawan.
Gabungan dari sisi penawaran (supply side) dan sisi permintaan (demand side). Dari
sisi penawaran sebagian sektor pariwisata bisa dilihat dalam PDRB yang mencakup
restoran/rumah makan dan jasa hiburan. Sedangkan sisi permintaan adalah semua
pengeluaran wisatawan baik wisman maupun wisnus, di luar pengeluaran yang telah
ada dalam sisi penawaran, yang merupakan output dari usaha-usaha yang melayani para
wisatawan. Dengan mengalikan rasio nilai tambah dari usaha-usaha tersebut dengan
outputnya maka diperoleh nilai tambah yang ditimbulkan oleh permintaan wisatawan.
Sehingga dengan menjumlahkan kedua nilai tambah dari sisi penawaran dan
permintaan dapat diperoleh nilai tambah sektor pariwisata secara keseluruhan.
Diharapkan dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung di DKI
Jakarta serta peningkatan rata-rata pengeluaran mereka melebihi dari pertumbuhan
PDRB akan semakin meningkatkan sumbangan sektor pariwisata. Pembelanjaan
wisman selama di Jakarta merupakan pemasukan devisa yang dibawa secara langsung
oleh para tamu mancanegara tersebut. Dengan terpuruknya nilai rupiah terhadap mata
uang US$ sejak pertengahan tahun 1997 akan mengakibatkan harga barang dan jasa di
Jakarta dan Indonesia pada umumnya menjadi sangat murah apabila diukur dengan
mata uang US$. Sebenarnya dari sisi ekspor barang dan jasa atau dalam hal ini
pengeluaran wisman di Indonesia akan menjadikan permintaan barang dan jasa akan
semakin meningkat yang pada gilirannya meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara.
Sementara itu barang-barang impor akan menjadi mahal apabila diukur dengan
mata uang rupiah, sehingga bahan baku usaha industri yang masih banyak
mengandalkan dari luar negeri akan semakin tidak efisien. Kenaikan harga barang dan
jasa pada umumnya tidak bisa terelakkan lagi. Ini bisa dilihat dengan tingginya laju
inflasi pada tahun 1998 yang hampir mencapai 80 persen. Daya beli masyarakat
menjadi turun, suku bunga pinjaman di bank menjadi tinggi mengakibatkan lesunya
roda perekonomian nasional maupun regional. Banyak perusahaan yang gulung tikar
akibat resesi ini sehingga peningkatan pengangguran tidak terelakkan lagi dengan
banyaknya pekerja yang di-PHK.
Di sisi lain banyak usaha-usaha kecil yang sifatnya informal bermunculan dengan
menampung tenaga kerja korban PHK, seperti munculnya cafe-cafe di ibukota. Usaha-
usaha tersebut berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990 tentang Pariwisata
merupakan bagian dari usaha penyediaan sarana pariwisata. Tampaknya dengan
terpuruknya berbagai usaha akhir-akhir ini menjadikan sebagian usaha pariwisata tetap
bisa bertahan.

Kasus (Pulau Bali)


Seperti yang telah kita ketahui bersama, Pulau Bali merupakan daya tarik wisata yang
dimiliki oleh Negara Indonesia secara Internasional. Oleh karena itu, harus ada perhatian
khusus dari pemerintah pusat mengenai bagaimana mengatur perputaran perekonomian
yang terjadi di Pulau Bali. Jangan sampai terjadi kebocoran yang cukup besar sehingga
menjadi tidak ada gunanya keberadaan pariwisata di Pulau Bali.
Berdasarkan fakta yang didapatkan, Pembangunan di Propinsi Bali didasarkan pada
bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian dalam arti luas guna melanjutkan
usaha-usaha memantapkan swasembada pangan, pengembangan sektor pariwisata dengan
karakter kebudayaan Bali yang dijiwai oleh agama Hindu, serta sektor industri kecil dan
kerajinan yang berkaitan dengan sektor pertanian dan sektor pariwisata (Anonim, 1999;
Anonim, 2001.
Dari pernyataan diatas, diketahui bahwa keadaan perekonomian Bali sangat bergantung
pada sektor pariwisata salah satunya. Tentu juga dengan didukung oleh perkembangan
sektor industri kecil yang memainkan peran dalam sektor pariwisatanya juga. Hal itu juga
ditandai dengan pertumbuhan ekonomi Bali yang selalu lebih tinggi dari pertumbuhan
ekonomi nasional. Pada perencanaan lima tahun yang dikeluarkan oleh pemerintah, Bali
mengalami kenaikan-kenaikan yang cukup signifikan. Penjabarannya dapat dilihat dibawah
ini :
 Pelita I perekonomian Bali tumbuh 7,32%;
 Pelita II sebesar 8,55%;
 Pelita III sebesar 14,01%,
 Pelita IV sebesar 8,28%;
 dan pada Pelita V tumbuh sebesar 8,40%.
 Sedangkan dalam Pelita VI (1994-1998) pertumbuhan perekonomian Bali rata-rata
5,07% lebih rendah dibandingkan pertumbuhan sebelumnya.
Pertumbuhan perekonomian Bali 1999-2003 atas dasar harga konstan tahun 1993
sebesar 2,78%, Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan lima tahun sebelumnya yang
disebabkan oleh dampak krisis ekonomi nasional 1997/1999 dan Bom Kuta I tahun 2002.
Namun pertumbuhan ekonomi Bali 2004-2005 atas harga konstan tahun 2000 mengalami
kenaikan rata-rata sebesar 5.09%. Walau tahun 2005 Bali lagi-lagi diguncang Bom Kuta II,
tetapi tidak banyak berpengaruh terhadap perekonomian Bali karena wisatawan tetap datang
ke Bali walau sedikit mengalami penurunan.
Pulau Bali mengalami pertumbuhan ekonomi lokal yang cukup signifikan disamping
faktor pariwisata yang sangat indah, Pulau Bali memiliki adat yang cukup kuat sehingga
masyarakat lokal tidak mudah mengalami degradasi sosial walaupun banyak wisatawan
mancanegara yang datang ke Pulau Bali. Dengan begitu, keekonomian lokal di Pulau Bali
sangat terjaga dan tidak terlalu banyak kebocoran yang terjadi sehingga masyarakat lokal
dapat terberdayakan.
DAFTAR PUSTAKA

Canada  Government Revenue Attributable to Tourism. 2007. Research Paper: Income


and Expenditure Accounts Technical Series: Catalogue no. 13-604-M — No. 60.
Canada : Canada  Government Revenue Attributable.
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI. 2005. Rencana Strategis Pembangunan
Kebudayaan dan Pariwisata Nasional 2005 – 2009. Jakarta : Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI.
Antara, Made. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas
Udayana, Bali
Rai Utama, Bagus. 2011. Dimensi Ekonomi Pariwisata: Kajian Terhadap Dampak
Ekonomi dan Refleksi Dampak Pariwisata Terhadap Pembangunan Ekonomi
Provinsi Bali. Denpasar : S3 Doktor Pariwisata, Universitas Udayana.

http://pisoftskill.blogspot.com/2011/03/perekonomian-indonesia.html
http://architecturetourism.files.wordpress.com/2009/06/multiplier-effect-
pariwisata1.jpg. Diunduh Maret 2012
http://kppo.bappenas.go.id/preview/282
http://travel.kompas.com/read/2012/01/06/08213046/Pertumbuhan.Pariwisata.Selalu.di.
Atas.Pertumbuhan.Ekonomi
http://student.eepis-its.edu/~wongthathu/COOL/MANAJ.%20PROYEK%20SI/Day
%201/Contoh%20Tugas/Tugas%20ManPro%201/Lampiran/rupe18.htm

Anda mungkin juga menyukai