Anda di halaman 1dari 166

M"nAHAILMU

Antena
Prinsip Aplikasi
fi.

Mudrik Alaydrus
ANTENA
Prinsip & Aplikasi
f''*" u {i q

Oleh : Mudrik Alaydrus


t,

I
I
%z l12 / WX /t I 2otz
Edisi Pertama
Cetakan Pertama, 2011 Kata Pengantar
Hak Cipta O 2011 pada penulis,
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau rnemindahkan
sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun
mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa
izin ternrlis dari penerbit.

GRAHA ILMU i era informasi, yang ditandai dengan penyebaran berita


Ruko Jambusari No. 7A yang sangat cepat, dan berita yang bisa diakses kapan dan
Yogyakarta 55283 dari mana saja, pengiriman data secara nirkabel (wireless, tanpa
Telp. : 027 4-889836; 0274-889398
Fax. :0274-889057 kabel) menjadi tulang punggung penyebaran informasi tersebut. Dengan
E-mail : info@grahailmu.co.id komunikasi nirkabel, tidak diperlukan lagi kabel yang menghubungkan
sumber berita dengan pemakai berita, sehingga hubungan komunikasi ini
menjadi lebih fleksibel dan menunjang mobilitas dari pengguna.

Di samping elektronika telekomunikasi, seperti modulator, osilator,


dll., pada sistem komunikasi nirkabel diperlukan komponen yang bernama
Alaydrus, Mudrik antena. Secara definisi, antena pada sebuah pemancar berfungsi sebagai
pengubah gelombang yang tertuntun di rangkaian elektronika menjadi
ANTENA (Prinsip & Aplikasi) /Mudrik Alaydrus
gelombang yang merambat bebas di udara, dan sebaliknya pada sebuah
-Edisi Pertama - Yogyakarta; Graha l1mu, 2011
xii + 324 hlm, 1 Ji1. : 23 cm. penerima. Tugas bagi perancang antena adalah membuat transisi ini
seeflsien mungkin, yaitu gelombang dari pemancar yang dihasilkan oleh
ISBN : 978-9'1 9-7 56*"7 31,'6
komponen-komponen elektronika ini harus diubah semaksimal mungkin
menjadi gelombang bebas. Gelombang yang dipancarkan melalui antena
ini akan didistribusikan ke udara dengan suatu pola tertentu, misalnya ke
semua arah, atathanya ke suatu arah tertentu saja. Pemitihan pola pancar
1 - Teknik I. Judul
ini tergantung dari aplikasi antena masing-masing.

l.
.i i

,J';''1i
I ,1,
Dcngan perkembangan teknologi dan aplikasi nirkabel, bermunculan antena, yaitu teknik konfigurasi ulang antena dan sistem Multiple Input
pula berbagai jenis antena yang dirancang dengan karakter-karalternya Multiple Output (MIMO) menjadi pokok bahasan di bab I l.
yang berbeda-beda. Buku ini ditulis untuk memberikan ulasan tentang Bab 12 ditulis untuk aplikasi antena pada beberapa sistem nirkabel
prinsip dasar dari antena dan pemakaiannya di pelbagai aplikasi. yang populer sekarang ini, yaitu sistem seluler, Wireless Local Area
Bab I membahas dasar, sejarah singkat dan esensi antena dalam Network (WLAN) dan Radio Frequency ldentification (RFID). Bab terakhir
telekomunikasi, yang dilanjutkan dengan bab 2 tentang besaran-besaran memberikan ulasan singkat beberapa metode numerik yang biasanya
penting yang rnengkarakteristikkan antena. Besaran-besaran penting ini dipakai untuk menganalisa dan merancang antena, yang diharapkan bisa
menjadi pararneter dalarn spesifrkasi sebuah antena, yang hams dipenuhi memberikan gambaran singkat kepada pembaca, metode apa yang bisa
pada proses perancangannya. mereka gunakan dan software mana yang bisa dipakai.

Karena dasar dari ilmu dan teknologi antena adalah elektromagnetika, Buku ini ditulis sebagai suatu bentuk karya yang didedikasikan
tidaklah lengkap kalau tidak disinggung persamaan-persamaan Maxwell untuk masyarakat Indonesia, yang diharapkan menjadi satu literatur dalam
dan solusinya. Bab 3 mendapatkan tugas untuk melakukannya, solusi bidang teknologi nirkabel. Dan penulis berpesan, bahwa suatu tujuan dan
untuk struktur antena sederhana, yaitu dipol dan loop Hertz diberikan di cita-cita hanya bisa dicapai dengan keyakinan, ketekunan dan kesabaran.
sini. Bab 4 memberikan solusi untuk antena yang lebih aplikatif, yaitu Ketiganya harus dijalankan secara konsisten dan kontinu. Semoga Allah
dipol panjangyangjuga sering digunakan pada aplikasi nirkabel dewasa SWT merestui usaha kita.
ini. Antena dipol panjang ini adalah jenis antena kawat.
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada Maryam ZA yang se-
Dalam banyak aplikasinya, sering kali digunakan sekelompok an- lalu menemani dengan penuh pengertian dan perhatian, juga kepada anak-
tena, yang membentuk suatu formasi tertentu. Kelompok antena ini dina- anak kami, Zainal Abidin, Muhammad Fatih, Adni, Muhammad Ayman
makan array. Bab 5 membahas teori dasar array, dan efek dari perubahan dan Sofia.
parametemya terhadap pola pancar antena.

Bab 6, 7 dan 8 membahas jenis-jenis antena aperture, horn, reflek-


Jakarta, Januari 201 I
tor dan antena mikrostrip. Di sini dijelaskan prinsip dasar masing-masing
antena, perancangan dengan menggunakan rumus dan kurva sederhana,
sarnpai penggunaan software. Mudrik Alaydrus
Perkembangan multimedia, yangditandai dengan semakin besarnya
data yang harus dikirimkan, seperti video, menuntut jaringan komunikasi
nirkabel yang semakin berkinerja tinggi, memiliki lebar pita yang besar,
bahkan sangat besar, atau multiband. Bab 9 membahas jenis-jenis antena
yang memiliki karakter seperti itu. Bab 10 membahas pengukuran besaran-
besaran penting antena. Dua terobosan menarik yang dilakukan pada teknik

vt Antena: Prinsip don Aplikasi Kato Pengontar


Ilaftar Isi

KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI ix
BAB I PENGENALANANTENA 1

1.1 Pendahuluan I
1.2 Esensi Antena pada Dunia Telekomunikasi Wireless 4
1.3 Jenis-jenis Antena g

BAB II BESARAN PENTING PADA ANTENA l7


2.1 Diagram Radiasi 18
2.2 Direktivitas dan Gain 23
2.3 Polarisasi 30
2.4 Impedansi Masukan 35
2.5 Lebar Pita Kerja Antenna (bandwidth) 37
2.6 Datasheet Antena 38

BAB III PERSAMAAN MAXWELL DAN SOLUSINYA PADA


ANTENA KECIL 4t
3.1 Persamaan Maxwell 41
3.2 Potensial Vektor dan Skalar 46
3.3 Solusi:PotensialTerretardasi 50
3.4 Aplikasi Integral Radiasi pada Dipol Hertz 55
BAB IX ANTENA BROADBAND, ULTRAWIDEBAND DAN
3.5 Aplikasi Integral Radiasi pada Loop Hertz 62
MULTIBAND 2ts
9.1 Pendahuluan 215
BAB IV ANTENA KAWAT 75
9.2 Antena Helix 216
4.1 Dipol Pendek 75
9.3 Antena planar 22t
4.2 Dipol Panjang 78
9.4 Antena Log Periodik 223
4.3 Dipol Setengah Gelombang (Dipol )" l2) 86
9.5 Antena Fractal 229
4.4 Antena Yagi-Uda 87
9.6 Antena Ultrawideband (UWB) 233
BAB V ANTENA ARRAY 95 BAB X PENGUKURAN BESARAN ANTENA 237
5.1 Pendahuluan 95
10.1 Pendahuluan 237
5.2 Array dua Antena 97
10.2 Skema Sistem Pengukuran Besaran Antena 239
5.3 Array Linier N Antena 106
10.3 Pengukuran Diagram Radiasi 245
BAB VI ANTBNAAPERTURE DAN HORN 131 10.4 Pengukuran Gain 247
6.1 Pendahuluan 131 10.5 Pengukuran Impedansi dan Faktor Refleksi 2s0
6.2 Teorema Keunikan (Uniqueness Theorem) dan BAB XI PERKEMBANGAI\ KIIUSUS PADA TEKNIKANTENA 255
Teorema Ekuivalensi (Equivalence Theorem) 133
I l.l Antena yang bisa Dikonfigurasi Ulang
6.3 Antena Aperture Persegi Panjang 137
(Reconfigurable Antennas) ZSA
6.4 Simulasi dengan program Wipl-D t49 ll.2 Multi Antenna Systems: Antena Cerdas (Smart
6.5 Antena Hom Sektor E t52 Antennas) dan MIMO ZS9
6.6 Antena Horn Sektor H 161
6.7 Antena Horn Piramid 163
BAB XII ANTENNAS IN ACTION 271
6.8 Antena Hom Berulir (Comrgated Horn) 168
12.1 Antena Stasiun Basis (Base station) di Komunikasi
Bergerak 273
BAB VII ANTENA REFLEKTOR 169
12.2 Antena pada Alat Komunikasi Genggam
7.1 Pendahuluan r69 (Handheld) 280
7.2 Sistem Reflektor Dasar 170
12.3 Antena di RFID 282
7.3 Sistem Reflektor Banyak 184
12.4 Antena di WLAN 288
BAB VIII ANTENA MIKROSTRIP 187
BAB XIII APLIKASI METODE NUMERIK PADA ANTENA 293
8.1 Pendahuluan 187
13.1 Pendahuluan 293
8.2 Metode Analisa: Model Saluran Transmisi 189
13.2 Metode Persamaan Integral (Integral Equation
8.3 Metode Analisa: Model Cavity r99
Method) 294
8.4 Pencatuan antena mikrostrip 206 13.3 Metode Elemen Hingga (Finite Element Method) 300
8.5 Antena Mikrostrip dalam Array 2t0

Daftar lsi
Antena: Prinsip dan Aplikasi
13.4 Metode Diferensi Hingga Wilayah Waktu (Finite
Difference Time Domain) 301
13.5 Metode Frekuensi Tinggi (High Frequency
Methods) 307
13.6 Metode Hibrida 310

DAFTAR PUSTAKA 313


GLOSARIUM 317 Pengenalan Antena
TENTANG PENULIS 321

-oo0oo-

1.1 PENDAHULUAN
Antena adalah elemen penting yang ada pada setiap sistem teleko-
munikasi tanpa kabel (nirkabel/wireless), tidak ada sistem telekomunikasi
wireless yang tidak memiliki antena.

Pemilihan antena yang tepat, perancangan yang baik dan pemasangan


yang benar akan menjamin kinerja (performansi) sistem tersebut.

Sebuah contoh yang khas adalah pada aplikasi penerimaan sinyal


pada pesawat televisi terestrial. Dengan menggunakan antena yang me-
miliki gain (faktor pemfokusan) yang tinggi, seperti antena Yagi, kualitas
sinyal terima bisa diperbaiki secara signifikan.

Antena adalah sebuah komponen yang dirancang untuk bisa meman-


carkan dan atau menerima gelombang elektromagnetika. Antena sebagai
alat pemancar (transmitting antenna) adalah sebuah transduser (pengubah)
elektromagnetis, yang digunakan untuk mengubah gelombang tertuntun
di dalam saluran transmisi kabel, menjadi gelombang yang merambat di
ruang bebas, dan sebagai alat penerima (receiving antenna) mengubah ge-
lombang ruang bebas menjadi gelornbang tertuntun (gambar 1.1).

xlt Antena: Prinsip dan Aplikasi


silinder di gambar 1.2). Dengan alat ini dia bisa membuktikan adanya
gelombmg gelombaug
. rumg bebas rumg bebas induksi sinyal pada antena yang satu akibat sumber yang dipasangkan

\\z w
pada antena yang lainnya. Peristiwa ini merupakan momen kelahiran dari
waveguide / \
waveguide telekomunikasi tanpa kabel modern yang gunanya bisa kita rasakan sekali
\Y dewasa ini. Atas dasar eksperimen ini Hertz dikenal dengan nama Mr.
LI
selombms
remm ..-- + gelombang
terhutun
Antenna.

Antena 1rcmmcr Antena penerima Setahun setelah kematian Hertz,di tahun 1901 Guglielmo Marconi
berhasil merealisasikan telekomunikasi jarak jauh, dari kota Cornwall di
Gambar l.l Peran antena di sistem komunikasi nirkabel
Inggris ke kota Newfoundland di benua Amerika, dengan menggunakan
Dengan definisi antena di atas, adalah suatu kepastian, bahwa di setiap gelombang elektromagnetika. Antena yang dipergunakan adalah 50 buah
sistem komunikasi tanpa kabel terdapat komponen yang bisa mengubah antena pemancar yang vertikal, yang dilibatkan dengan bantuan kawat
gelombang tertuntun menjadi gelombang ruang bebas dan kebalikannya, secara horizontal dengan 2 tonggak kayu yang berjarak 60 meter (gambar
komponen ini adalah antena. 1.3). Sebagai antena penerima dipergunakan sebuah kawat vertikal dengan

Pada sistem komunikasi tanpa kabel yang modern, sebuah antena panjang 200 m yang mengambang di udara dengan bantuan sebuah layang-
harus berfirngsi sebagai antena yang bisa memancarkan dan menerima layang.
gelombang dengan baik untuk suatu arah tertentu. Sejak saat itu perkembangan antena makin cepat, dan berkembang
Sejarah perkembangan antena dirunut balik pada konsep yang pula jenis-jenis antena sesuai dengan tuntutan padanya di setiap bidang
dikembangkan oleh James Clerk Maxwell, yang menyatukan teori listrik aplikasi.
dan magnet menjadi teori elektromagnetika, yang dirangkumnya di
dalam sebuah sistem persamaan yang kemudian dikenal dengan nama
persamaan-persamaan Maxwell. Dengan persamaan yang diturunkan
di tahun 1873 ini ia meramalkan adanya medan listrik dan magnet yang
merambat di ruang bebas tanpa adanya kabel. Medan listrik dan magnet
yang berubah dengan waktu ini dan merambat di udara, disebut juga
gelombang elektromagnetika. Dengan bantuan persamaan ini Maxwell
memprediksikan bahwa pada dasarnya cahaya juga merupakan gelombang
elektromagnetika dan gelombang elektromagnetika merambat di udara
dengan kecepatan cahay a.

Sembilan tahun setelah kematian Maxwell, tahun 1886 Heinrich Gambar 1.2 Antena refiector silinder yang bekerja padafrekuensi 455
Hertz melakukan verifikasi terhadap prediksi Maxwell secara eksperimen. MHz
Dia membangun dua buah alat berbentuk permukaan silinder yang terpisah
sekitar I meter (alat ini kemudian dikenal dengan nama antena reflektor

Antena: Prinsip dan Aplikasi Pengenolan Antena


a. Telekomunikasi antara pengguna yang bergerak, seperti sistem sclu-
ler.
Gambar 1.4 menunjukkan antena panel yang biasa digunakan di
stasiun basis (Base Transceiver StationlBTS) sistem seluler. Gambar
sebelah kiri menunjukkan foto antena yang ditutupi oleh radome
(radar dome) yang melindungi bagian dalam antena dari pengaruh
cuaca. Bagian dalam antena terdiri dari 6 buah dipole dengan reflektor
di belakangnya. Masing-masing dua dipole dipasangkan ke arah
horizontal, dan berbaris tiga dipole ke arah vertikal.

Gambar 1.3 Antena vertikal yang digunakan oleh Marconi pada


frekuensi 70kJIz

1.2 .TELEKOMUN
ESENSI ANTENA PADA DUNIA
IKASI WIRELESS
Wffi
Foto dan 3 x 2 dipole di dalam diagram radiasi
antena
Sebuah antena didefinisikan sebagai piranti yang dipergunakan un-
tuk rnengubah gelombang tertuntun di pemancar menjadi gelombang ruang Gambar 1.4 Panel antennas 730 684 Kathrein 890 - 960 MHz
bebas. Gelombang radio ini akan merambat di ruang bebas dari pemancar (data dari perusahaan Kathrein)
ke penerima. Di penerima, arrterra akan mengubah gelombang ruang bebas
Gambar sebelah kanan menunjukkan diagram radiasi horizontal dan
ini menjadi gelombang tertuntun. vertikal antena tersebut. Di bidang horizontal didapatkan beamwidth
Keberadaan antena pada sistem telekomunikasi tanpa kabel menjadi (lebar pancaran efektif) sebesar 65o, sedang di bidang vertikal 18".
suatu yang tidak bisa dihindarkan. Setiap aplikasi menuntut suatu karak- Semakin besar jumlah elemen di bidang horizontal ataupun vertikal,
teristik dari antena yang dipakainya, yang harus didapatkan pada proses akan semakin kecil beamwidth-nya, pengarahan energi menjadi
perencanaan perancangan antena. Berikut ini diberikan tiga bidang aplika- semakin terfokus ke arah pancarar, utama.
si penting dari penggunaan antena:
Dalam penggunaannya di menara, antena panel sering dipasangkan
l. Telekomunikasi dalam jumlah tertentu dengan arah pancaran berbeda-beda seperti
yang ditunjukkan di gambar L5. Diagram radiasi dari gabungan antena
Penggunaan antena pada sistem telekomunikasi ini, diprioritaskan
tersebut secara praktis bersifat omnidireksional.
ketimbang penggunaan kabel (saluran transmisi) dikarenakan oleh alasan-
alasan ketidak-mungkinan, ketidakpraktisan dan ketidakefi sienan:

Antena: Prinsip don Aplikasi Pengenalan Anteno


r:l
11
IITF-A-* YG-053
D
r= Gambar 1.6 Kiri: qntena pemancar broadcast, kanan: antena Yagi
penerima broadcast TV
Gambar 1.5 Antena panel yang dipasangkan pada menara
(data dari perusahaan Kathrein)

b. Telekomunikasi broadcasl (televisi dan radio), antena pemancar di-


tempatkan di tengah-tengah wilayah yang akan disuplai dan antena
yang dipergunakan antena omnidireksional. Jika antena pemancar
terletak di pinggir wilayah penyuplaian, maka antena direksional-lah
yang akan digunakan. Penggunaan antena pada aplikasi televisi men-
dapat saingan dengan penggunaan "TV-cable", yang padanya diper-
gunakan kabel-kabel yang menghubungi setiap rumah pelanggannya.
Di sini tentu akan ada pemilihan mana yang lebih diprioritaskan. Te-
tapi pada dasarnya jika jarak pemancar-penerima cukup jauh, maka
antena akan lebih mungkin dipergunakan karena faktor atenuasi kabel
Gambar 1.7 Antena microwave link sebagai penghubung point to point
yang cukup besar. Gambar 1.6 contoh antena aplikasi TV broadcast.
c. Telekomunikasi hubungan gelombang mikro (microwave link system), 2. Radar
di sini dipergunakan antena direksional dengan gain yang sangat tinggi Antena merupakan pilihan satu-satunya untuk komunikasi dengan
(beam width yang kecil), sehingga terbentuk hubungan komunikasi benda bergerak. Di teknik radar, antenayangdipergunakan harus memiliki
yang dinamakan point-to-point (gambar I .7). beamwidth yang sangat kecil, sehingga bisa membedakan objek satu
dengan yang lainnya (resolusi tinggi).

Antena: Prinsip dan Aplikasi Pengenolan An,tena


1.3 JENIS.JENIS ANTENA
Buku ini memberikan prinsip dasar tentang antena, teknik perancang-
an dan aplikasinya. Walaupun akan ditekankan pada prinsip dasar setiap
antena dan aplikasinya, tetapi, bahkan untuk level pemula, kita tetap akan
bertemu dengan persamaan-persamaan Maxwell, perhitungannya dengan
vektor, diferensiasi dan integrasi (analisa vektor). Sebelum kita masuk ke
sana, di bagian dari bab ini kita akan berkenalan dahulu dengan jenis-jenis
antena yang ada, karakteristiknya dan kegunaannya.

Antena yang paling sederhana dan yang paling luas penggunaannya


adalah antena dipol. Antena dipol terdiri dariduabuah kawatyang terpisah
satu dengan lainnya (gambar 1.10a), yang pada fungsinya sebagai antena
pemancar, ia akan dihubungkan dengan sumber tegangan, dan pada fungsi
sebagai antena penerima, akan dihubungkan dengan beban.

Gambar 1.8 Antena pemandu rudal patriot


3. Astronomi Radio
Seperti juga halnya pada teknik radar, untuk aplikasi astronomi di-
pergunakan antena yang memp:unyai beamwidthyang sangat sempit.

Gambar l.l0 Antena dipol dan monopol di atas penghantar besar

Antena itu sendiri dianggap berfungsi secara resiprok, artinya, ka-


rakteristik dari antena satna apakah ia dipakai sebagai antena pemancar
ataupun sebagai antena penerima.

Antena dipol bersifat omnidireksional, artinya antena ini memancar-


kan energinya, pada suatu potongan bidang tertentu, sama rata ke semua
arah. Tidak ada arah yang diprioritaskan dalam penyuplaian energinya.
Tipe antena omnidireksional digunakan pada aplikasi TV/radio broadcast,
Gambar 1.9 Arecibo Observotory, Puerto Rico pemancar terletak di tengah-tengah wilayah penyuplaian. Dalam peneri-
maan sinyal, antena omnidireksional juga akan mendeteksi sinyal dari

I t.
8 'r 1"'
Anteno: Prinsip don Aplikasi Pengenalon Antena
,-
i:,

j .. ',:.
semua arah di bidang potongan teisebut. sehingga antena jenis
ini digu-
nakan oleh sebuah alat penerima jika tidak diketahui dari arah mana S=0o
sinyal
radio datang lo=o.
Dengan memanfaatkan bidang penghantar, dengan bantuan sebuah lo=o. ( )-l
)'1.
kawat yang berada vertikal di atasnya, kita bisa mendapatkan antena
dengan kawat bayangan (gambar l.lOb). Gambar 1.l r menunjukkan
dipol
\.-\r\ 'i\-t,, ,_-----\ a.y I

i+i
"\t\, '\\5);:-:'
foto
antenna monopole, yang terbuat dari sebuah konektor tipe N, yang pada I

penghantar bagian dalamnya disolderkan kawat sepanjang


tNl I

3 cm. Antena
ini bekerja sangat bagus pada frekuensi 2,4 GHz. i+)
L./
I

l./
v)
-\*=0" -\="
a) b) c)

Gambar 1.12 Array satu dimensi dengan antena dipol sebagai


penyusunnya

Array satu dimensi akan mempunyai diagram radiasi yang akan


mengonsentrasikan energinya hanya ke satu arah sudut tertentu, misalnya
hanya untuk sudut I atau g ffan-like radiation diagram). Supaya bisa
didapatkan pengonsentrasian energi di dua arah sudutQtencil-like radiation
diagram) sering kali dipergunakan array dua dimensi, yang merupakan
pengembangan array satu dimensi ke arah yang orthogonal dengannya,
seperti terlihat di gambar 1.13.
Gambar l.ll Foto antena monopol
Di banyak sekali aplikasi teknis, seperti radar, sistem seluler, di-
inginkan antena yang mengkonsentrasikan pancaran energinya pada
suatu
arah tertentu, sedangkan ke arah lain tidak diinginkan terjadinya penyu-
plaian energi. Untuk mencapai tujuan ini, biasanya hanya sebuah
antena
dipole tidak bisa digunakan, karena antena dipol mempunyai karakteristik
pancar yang omnidireksional. untuk mendapatkan suatu karakter peman_
caran (yang disebut juga diagram radiasi/pancar) tertentu, dipergunakan
beberapa buah antena dipol yang disusun sedemikian rupa membentuk
se-
buah grup antena, atauanay.Ada bermacam-macam susunan array,
misar-
nyaanay satu dimensi /l-D (gambar l.l2).
Gambar l.l3 Array dua dimensi (2D)

10
Anteno: Prinsip dan Aplikasi
Pengenalan Anteno
Gambar f .i4 adalah foto aritenna Yagi yang sering dipergunakan
pada aplikasi penerimaan TV di rumah. Aplikasi di gambar ini, antena Flat panel antennas untuk frekuenst
900 MHz 1800 MHz
Yagi digunakan untuk jaringan komputer tanpa kabel (Wireless Local
Area Network/WLAIt). Perbedaan kedua aplikasi ini di samping terletak
pada frekuensi kerjanya, juga pada polarisasi gelombang yang digunakan.
Pada aplikasi TV, gelombang elektromagnetika berpolarisasi horizontal,
sehingga elemen dipole harus terletak horizontal, sedangkan pada aplikasi
WLAN, polarisasi yang dipergunakan vertikal, sehingga orientasi elemen
dipole juga harus vertikal.

Gambar L.lS Array 2D dengan elemen antena dipol pada antena stasiun
basis

Jenis antena yang menggunakan teknologi lain adalah antena hom,


yang bisa dilihat di gambar 1.16. Antena horn menggunakan teknologi

ittr
waveguide (pemandu gelombang yang berbentuk seperti pipa air).

-r-*1r i
Waveguide yang
diperbesar

Gambar l.16 Antena horn


Gambar l.l4Antena Yagi dengan 9 elemen (satu driven elemen terlihat
dengan konektor SMA, 7 director dan sebuah refiector melengkung) Bagian tjung waveguide dibiarkan terbuka, sehingga diharapkan
gelombang yang merambat di dalam waveguide akan memancar di bukaan
Gambar 1.15 menunjukkan aplikasi array dua dimensi pada antenna
itl (aperture). Untuk menjaga refleksi gelombang supaya tetap kecil, pada
stasiun basis, yang mempunyai tujuan mendapatkan beamwidth yang lebih
bagian transisi waveguide-udara, bagian waveguide diperlebar seperti
dat'^
kecil di kedua bidang penting (bidang horizontal dan vertikal).
berbentuk corong, sehingga gelombang elektromagnetik yang merambat
di dalam waveguide menuju ruang bebas mengalami perubahan geometri
secara gradual.

12 Antena: Prinsip don Aplikasi Pengenalan Anteno 13


Teknik lain dalam menggunakan waveguide sebagai antena adalah
dengan membuat slot (torehan/potongan/irisan) pada waveguide di bagian
badannya. Sehingga gelombang elektromagnetik bisa'merembes' keluar
dari waveguide dan merambat di udara. Gambar 1.17 adalah variasi slot
antena dengan teknologi waveguide, yang sudah tersusun dalam bentuk
artay.

Slotpadabagian kiri digambar l.l7 harus dibuatmiring, seandainya


tegak tidak akan terjadi pemancaran yang efektif. Demikian juga slot pada
gambar bagian kanan, tidak dibuat tepat di tengah bidang, tetapi akan ke
arah pinggir, supaya pemancaran menjadi besar.

waveguide
Gambar l.l8 Array dengan elemen antena slot pada hidung pesawat F'
1 6 (http : //www. airforce-tec hno logy. com/proi ects/fl 6/index. htm l)

Gambar l.l7 Array dengan elemen dasar antena slot

Gambar 1.18 adalah salah satu contoh aplikasi penggunaan array


dari antena slot pada sistem radar. Di aplikasi ini, sekumpulan antena slot
yang tersusun dalam array dua dimensi dipasangkan di hidung (nose) dari
sebuah pesawat tempur, sehingga antena ini akan memiliki beamwidth
yang sangat tipis di dua bidang tersebut. Pancaran utama antenna ini bisa
di-'steer' dengan cepat dengan bantuan phasa sinyal penyuplaian yang
divariasikan dengan bantuan prosesor sinyal digital. Radar pada pesawat
ini disebut j uga phased array radar.
Untuk lebih mengonsentrasikan energi ke suatu orientasi tertentu
seringkali dipergunakan reflektor sebagai tambahan untuk antena dipol
ataupun horn. Di gambar I . I 5 sudah kita lihat antena dipol yang ditempatkan
di depan reflektor datar akan menghasilkan pemancaran secara dominan
Gambar l.l9 Antena refiektor parabola
hanya ke arah depan, dan sangat sedikit ke arah belakangnya. Gambar 1.19
menunjukkan sebuah antena horn yang dikombinasikan dengan sebuah Jenis antena yang dibuat dengan teknologi yang berbeda dengan
reflektor parabola untuk menerima sinyal dari satelit. kedua teknologi di atas, adalah antena mikrostrip (gambar 1.20). Antena

Antena: Prinsip dan Aplikosi Pengenolan Antena


ini terbuat dari sebuah substrate dielektrika yang mempunyai lapisan metal
di bawahnya dan di sebelah atasnya melalui proses etching atau litograhpy
dibentuk suatu form profil tertentu, yang disebut juga patch (di bawah
berupa segi empat denganfeed-nya).

Besaran Penting
pada Antena

Gambar 1.20 Antenna Mikrostrip tipefractal


Antena ini diterapkan misalnya untuk aplikasi-aplikasi yang me-
mentingkan aerodinamis dari suatu struktur, misalnya penggunaan antena Dalam melakukan penilaian pada sebuah antena digunakan besa-
pada roket, pesawat terbang, dll. ran-besaran penilai. Yang dengan bantuan besaran-besaran penting ini,
kita bisa menentukan apakah suatu antena cocok dipakai pada aplikasi
Di buku ini, kita akan mempelajari bentuk dasar dari antena-antena
yang kita dalami.
tersebut di atas, karakteristik pancarnya, kelebihannya, variasinya dan
aplikasi yang khas untuk setiap antena itu. Ada beberapa besaran penting sebagai karakteristik dari setiap an-
tena. Besaran-besaran penting dari setiap antena biasanya ditentukan pada
-oo0oo-
pengamatan medan jauh (far-field).

Berikut ditampilkan beberapa besaran-besaran karakteristik terse-


but:

Diagram radiasi : sebagai besaran yang menentukan ke arah sudut mana


sebuah antena memancarkan/mendistribusikan ener-
ginya.
Direktivitas D : besaran yang menyatakan perbandingan antara kera-
patan daya maksimal dengan kerapatan rata-rata.
Gain G : direktivitas dikurangi dengan kerugian pada antena.
Pada antena yang tak memiliki kerugian, G :
D. Gain
menentukan seberapa besar sebuah antena memfokus-
kan energi pancarnya.

16 Antena: Prinsip don Aplikosi L".:,


rrtih I'
Polarisasi : menyatakan arah dan orientasi dari medan listrik da- Sinyal terima
lam perambatannya dari antena pemancar. sama besar

Impedansi : adalah impedansi masukan antena dilihat dari saluran


-
transmisi penghubungpemancar dan antena. lmpedansi
masukan antena harus mendekati nilai impedansi ge-
lombang saluran transmisi supaya tidak terjadi reflek-
si.
Besaran lainnya yang dipakai untuk mengkuantifikasi
gelombang refleksi juga digunakan faktor refleksi atau
rasio gelombang tegangan berdiri (voltage standing
wave ratioNSWR)
Bandwidth : lebar pita frekuensi, di interval ini kinerja antena ma-
sih sesuai dengan data-datayang diberikan.

2.1 DIAGRAM RADIASI


Diagram radiasi adalah besaran yang paling penting pada antena.
Diagram radiasi menggambarkan distribusi energi yang dipancarkan oleh Sinyal terima
mengecil
antena di ruang. Besaran ini diukur/dihitung pada medan jauh (far-field)
dengan jarak yang konstan ke antena, dan divariasikan terhadap sudut, Gambar 2.2 Diagram radiasi 2D dipole a) bidang horizontal b) bidang
biasanya sudut t} dan g. Sehingga bisa dibedakan antena-antena yang vertikal
mempunyai sifat pancar isotrop, yang hanya ada secara fiktif, antena Sebagai contoh yang sederhana adalah antena dipol yang diletakkan
omnidireksional, yang bersifat isotrop hanya di suatu bidang potong di sumbu asal dari sistem kordinat. Antena ini mempunyai diagram pancar
tertentu, dan antena direksional, yang bisa mengonsentrasikan energinya secara tiga dimensi seperti yang terlihat di gambar 2.1. Sebuah bentuk
ke arah sudut tertentu. konsentrasi energi yang seperti bentuk donat.

Bentuk ini didapat dengan melakukan perhitungan atau pengukuran


di atas titik-titik pengamatan yang terletak di atas sebuah bola (fiktif) deng-
an radius r. Jarak ini, r, harus cukup besar sehingga titik+itik ini berada di
medan jauh antena. Mengenai definisi medan jauh akan dibahas nanti, di
sini hanya diberikan batasannya, yaitu
2D2
(2.1)
1.

Gambar 2.1Diagram radiasi tiga dimensi dari antenna dipole

t8 Antena: Prinsip dan Aplikosi Besaran Penting poda Antena 19


D adalah dirnensi terbesar antena dan l, adalah panjang gelornbang
pada frekuensi yang digunakan. Diagram radiasi antena secara tiga dimensi
2.3 lingkaran b) menunjukkan kondisi penerimaan tersebut. pada bidang
horizontal didapatkan penerimaan yang terbesar. Jika kita berpindah ke
adalah diagram radiasi yang lengkap. Tetapi seringkali diagram radiasi 3D
atas atau ke bawah (level ketinggian berbeda dengan antenna pemancar),
tidak praktis digunakan. Sebagai pengganti, dipakai diagram radiasi 2D
maka sinyal terima akan mengecil,
yang didapat dari pengamatan di bidang-bidang utamanya, yaitu bidang
horizontal dan bidang vertikal. Di samping penggambaran secara polar, ada pula penggambaran se-
cara kartesian. Di gambar 2.4 a) ditunjukkan pancaran di bidang horizontal
Jika kita amati karakteristik radiasi dari antena ini pada bidang
yang konstan untuk semua arah 0'< S < 360". Sedangkan di bidang vertical
horizontal (bidang HAI plane), maka kita akan memotong donat ini dengan
(gambar 2.4b), pancaran utama ke arah $ = 90o. Ke arah atas dan bawah
bidang xy, dan bidang yang terpotong berbentuk lingkaran (gambar 2.2a).
tidak ada pancaran, karena bernilai 0.
Dalam kordinat polar, artinya jika kita bergerak pada bidang horizontal
pada jarak yang konstan, maka kita akan mendapatkan energi yang sama,
ke sudut g manapun kita bergerak.

Gambar 2.3 mengilustrasikan proses penerimaan sinyal untuk kondisi


penerima yang bergerak di bidang horizontal (lingkaran a). Dengan hanya
memvariasikan sudut g tetapi jarak yang tidak berubah, akan didapatkan
sinyal yang sama.
antena
penerima

rF t'
i
antena ' .':t
pemancar
'i[ I9 Gambar 2.4 a) Diagram radiasi horizontal antena omnidireksional
secara kartesian, b) Diagram radiasi vertikal
lt

f, Gambar 2.5 menunjukkan diagram radiasi dari sebuah antena di-


reksional (direktif) secara kartesian, dengan sumbu horizontalnya meru-
Gambar 2.3 Penerimaan sinyal pada jarakyang sama tetapi beda sudut
pakan sudut, misalnya Didefinisikan di sini, tp: 0" adalah arah pancaran
<p.
pada antena pemancar omnidirel<s ional
utama, dan di gambar 2.5 bisa dilihat diagram radiasinya memiliki nilai
Tetapi jika kita amati pada bidang vertikal (bidang E/ E plane), kita maksimum. Menjauh dari arah radiasi utama, pancaran antena mengecil
potong donat tersebut misalnya dengan bidangyz,makaakan kita dapatkan secara monoton, sehingga sampai pada suatu besar tertentu pancaran ener-
bentuk seperti di gambar 2.2b). Dalam kordinat polar berarti, pada sudut gi ini bisa dianggap tak lagi memberikan kontribusi. Di dalam fisika ilan
9:0'tak ada pancaran, dan dengan membesarnya $ akan membesar pula teknik didefinisikan suatu batasan, jika daya mengecil sampai ke 50% dari
kontribusi pancaran ke arah sudut itu, sampai mencapai maksimalnya daya maksimalnya (atau 70,7%o dari intensitas listrik/magnetnya), maka
pada 9:90", kemudian mengecil, dan kembali nol pada 9=180". Gambar kita mendapatkan batas untuk wilayah efektif tersebut. Dan wilayah efek-

Anteno: Prinsip dan Aplikasi


Besaron Penting pada Antena 21
tiftersebut mempunyai Iebar pancar
yang dibatasi oreh kedua sudut
pada daya 50yo' rnterval ini batas pada sudut
disebut jugaiarf-power beamwidth tepat bertorak berakang
(hpbw) pada sudut arah pancaran
atau secara singkat beamwidth. dapatkan utama/
arah vang dina'makan
Daya/medan ff;:r';:;;ita u.ut pur.r"r, o.,"u"n*

t, 2.2 DIREKTIVITAS DAN


GAIN
Karakteristik nannr, enra6^ r:i,^
.8
d),,",* *.,, ,H
.n e t
;*Tffi lTx"flJffi ffff fffl##,^ffi_
mendapatkan medar ,"o,u rur* r"*rur.u,iingri
.6 :ffi|,j,llTkan au.i
E= E(s,e)
.4 (2.2)
dan medan magnet yang juga
merupakan fungsi dari
kedua sudut tersebut,
11= A(6,*;
.2
(2.3)
keduanya saling terkait,
safu dengan lainnya
sesuai dengan
r(rr,p)=
lr(,r,,p)
Z (2.4)
0, 2,, adalahnnnedansrgelombangruangbebas,den
gan Zo
Q'4) *.*b.Ikunil;;;*., proporsionaJiJ;
Gambar 2.5 Diagram radiasi ohm' Persamaan = =120n
anteno direksional (direktifl
Makin menjauh dari radiasi utama magnet dan medan ristrik,
tetapi secara vektor keduanya
I
antaramedan
(main robe\ pancaran antena satu dengan lainnya' saring tegak lurus
makin mengecil, dan sampai pada Lebih lengkaprru utun
garis nol, yang artinyake dibahas ai uuu u]riturnvu.
tersebut tak ada pancaran arah sudut
energi sama sekari. sudut intervar
yang dibatasi
Di bab pembahasan dasar erektromagnetika
oleh level nol ke nol ini disebut juga runkan besaran lain yaitu nanti juga akan ditu-
first null beamwidth (fnbw). vektor ,rr"iirg
singkatnya di sini dituliskan
! ---"a (kerapatan daya), yang
secara
Dan seperti yangjuga dihrnjukkan dengan
pada gamba r 2.5,pancarunenergi,
dengan makin membesarnya
sudut, ,"Ltuf, mencapai rninirnum s(o,e)=
level nol)' bisa kembari membesar
dun ,,encrpai suatu (rokar)
lyaitu );0,(o,e1a,. (2.s)
maksimum ini disebut juga radiasi maksimum,
samping (side lobe). Vektor poynting menggambarkan
di. atas mempunyai
aliran daya, yangpada rumus
Pada banyak sekali aprikasi arah radiai tetua, Ouri
antena, tinggi dari side robeini
leh terlalu besar, sehingga harus tidak bo_ sebagai r,ng.i ou.r J o*,p. seaaneku*#ffi:":ilffiT:Tffi
pada main tobe
ada perbandingan minimar
dengan,",""*i,u,
tertentu antara dengan perhitungan integrasi
r;;;;;
n#
tertutup yang menyelubungi
;f#*: oriu'r;;;;:;;' ;:;;tak boleh antena pemancar itu.

22
Antena: Prinsip dan Aptikosi Besoron penting poda
Antena
23
r dipilih bebas, tetapi pengamatan harus berada di far-field dari antena,
r, = ff,i(s,g) ,6 (2.6) atau r >> 1,.
A
potensi daya lika Prdiberikan, kita bisa menghitung di setiap jarak titik peng-
Kerapatan daya S(9,<p) di suatu tempat menggambarkan d
antena adalah
elektromagnetika yang bisa diterima. Tugas dari perancang amatan dari antena
meletakkan sebuah antena dengan luasan efektif tertentu
A"rn sehingga
! (2.8)
didapatkandayaterimaminimalyangbisadikirimkankeelektronika ',=ff-
penerima (Pr:S A"u). Antena direksional mengkonsentrasikan energi ke suatu arah
dan
Berikut ini diamati aliran pengiriman daya untuk antena isotrop tertentu. Jika dipergunakan daya pancar yang sama seperti pada antena
antena direksional. isotrop, maka akan didapati perbandingan medan listrilc/magnet antara
ke antena isotrop dan antena direksional seperti ditunjukkan di gambar 2.7.
Antena isotrop mempunyai intensitas pancar yang sama merata
semua arah, jadi persamaan (2.2) menjadi
E(o,q)= Eo = konstan

ini divisualisasikan dengan sebuah


(2.7)
l[*il
magnet
1
Pancaran energi Yang merata
bola di gambar2.6.

Bola
selubung
fikrif
Gambar 2.7 Perbandingan distribusi medan listrik pada antena isotrop
dan direksional
Gambar 2.6 Pancaran energi pada antenna isotrop
bola Pada arah-arah tertentu, antena direksional mengirimkan intensitas
Dengan mengintegrasikan kerapatan daya terhadap permukaan
(2'7) yang jauh lebih besar dibandingkan dengan yang dikirim oleh antena
didapat daya total yang dipancarkan dan dengan persamaan
isotrop, dan pada arah yang lain intensitasnyajauh lebih kecil dibandingkan
oleh antena isotrop. Jadi antena direksional mengalokasikan energi secara
=
", fl
S(o,q ). aa =
*qo f,e)da =
|a: $a' berbeda pada setiap sudut pancarnya.

Dengan luas permukaan bola 4nf ,maka Untuk mengkuantifikasikan kemampuan pengalokasian energi ini,
,,=*4+*' didefinisikan perbandingan kerapatan daya dari antena direksional terha-

Antenoi PrinsiP dan APlikosi Besoron Penting podo Anteno 25


24
dap kerapatan daya antena isotrop sebagai fungsi direktivitas D(S,g) dari utamanya ke penerima, maka didapatkan nilai fungsi gain G(,g,g) yang
antena direksional itu, yaitu lebih kecil dari G .

, .rr(o,.p) Contoh 2.1:


D(o,q)=
+ "_
It
u
Diberikan diagram radiasi dari sebuah antena (Kathrein typ 7394l gr)
dalam skala logaritma (dB)
22"
-'

Sehingga didapatkan

D(o,q)=tryl (2.e\

Karakteristik antena direksional yang menggambarkan seberapa


besar energi dikonsentrasikan pada arah tertentu itu dinamakan direktivitas
Do, dengan definisi
p, = (D(o,q)),"^ (2.10)

Dan gain dari antena didefinisikan dengan bantuan efisiensi dari antena ,

Go =\Do Q'll) -30


03060 120 150 180 210 240 270 3oo 330 36(

Dengan bantuan persamaan (2.9) dan (2.8) intensitas listrik antena


Tentukanlah masing-masing untuk bidang E dan bidang H:
direksional bisa dituliskan dengan:
a. Holf-power beam width (hpbw)
E(o,q)= (2.12) b. First-null beam width (fnbw)
Wr@d + c. Peredaman energi pada pancaran samping ke-satu (first side lobe
Dengan fungsi gain G(o,q)= ED(o,q) dan dengan c(o,q)= G, g(8,e),
isolation)
yang mana g(O,q) adalah fungsi gain ter-norm dengan nilai maksimalnya l.
d. Peredaman energi pada pancaran belakang (back tobe isolation)

Jawab:
Maka dengan efisiensi E: l, medan listrik antena direksional bisa
dituliskan dengan a. hpbw ditentukan pada saat intensitas medan menjadi 0.707 pada skala
linier dan skala logaritma pada 20 log 0.707:-3 dB. Dari gambar di
E(o,,p)=
ffWn t (2.r3) bawah kita dapatkan:
E plane: sekitar 10.
Gain dari sebuah antenna Go hanya berlaku pada satu arah pancaran
H plane: sekitar 90o
tertentu yang disebut dengan pancaran utama (main beam). Jika pada
aplikasinya, antena tidak diorientasikan (di-pointing) dengan pancaran 1. www.kathrein.de

Antena; Prinsip don Aplikasi Besaron Penting poda Antena


27
.lawab:
b. fnbw : E plane sekitar 15'dan tak ada pada H plane
c. Peredaman side lobe pertama pada E plane sekitar 13 dB, dan tak ada a. Dengan persamaan (2.5)

side lobepada H plane s@,q)= )- n'(o,q)a, = .)ra,= K.coso \a,


d. Isolasi back lobe pada E plane sekitar 23 dB dan pada H plane sekitar );22..1(.cost)
22 dB. terjadi pada O = 0', dan definisi hpbw adalah
[r(n,*)L".

-3 dB
s(s,e)= j[r{n,*[,"..
Pada bidang E (fungsi dari $): terjadi pada saat cos0 = 0.5, atau
pada O : 600'sehingga hpbw:2 600: l20o

Pada bidang FI (fungsi dari g): karena fuirgsi di atas bukan merupakan
fungsi dari rp maka tak ada hpbw untuk bidang H, antena bersifat
omnidireksional.

b. Pada bidang E: radiasi nol pada saat coS$ = 0, atau pada r} : 900,
sehingga fnbw:2 '900: l80o
Pada bidang H: kembali karena fungsi di atas bukan merupakan fungsi
dari q maka tak ada fnbw untuk bidang H.
120 150 180 210 240 270 300 330 36(

c. Dari definisi fungsi direktivitas di persamaan (2.9)


Contoh 2.2:
Diberikan intensitas medan listrik dari sebuah antena o(*,<p)=[+3J'
J',
yangmana{bisadihitung dengan E" =^@!
\ Zn r
dan03'g5L. Pradalahdaya pancar total yang bisa dihitung dengan persamaan (2.6)
2
dan dengan elemen luas dalam kordinat bola
a. Hitunglah half-power beam width (hpbw) pada bidang E dan bidang
H dd=-r2 sin0.d$.dg.d,
b. Tentukanlah first-null beam width (fnbw) di kedua bidang
r, r.
2Inl2
*'n.
,
sins. d,. ds. de
= aa =
c. Tentukanlah fungsi direktivitasnya dan direktivitasnya serta gain-nya ffS(s,s). I,
! iu,.,'
jika efisiensi dari antena itu 85%
'
Pr = K Io'*'s'sins' ds = K' 2"'
r' zs d s = K rl- l*, zsl,","
{or' lo'sn

Besoran Penting pada Antena 29


28 Antena: Prinsip dan Aplikasi
Polarisasi linier vertikal bisa dihasilkan dengan antena dipole yang
Pr = K'n vertikal. Gelombang yang memiliki polarisasi linier vertikal ini juga harus

4
tWl diterima dengan antena yang bisa menghasilkan polarisasi vertikal. An-
-E' Lo'-
,12r tena horn dan antena reflektor juga menghasilkan polarisasi vertikal sesuai
dengan peletakannya. Jika bidang lebar didatarkan, maka akan dihasilkan
22, . K..os8"-f poladsasi vertikal. Jika bidang lebarnya didirikan, akan didapatkan polari-
D (O,q)= gf.Tt- = 4'coso sasi linier horizontal (medan listrik terletak horizontal)"

2r' Aplikasi pemancar radio AM dan telepon seluler menggunakan ge-


lombang yang dihasilkan dengan polarisasi vertikal, sedangkan aplikasi
D,, = [D(,],g)},. = [+. cos0[ o* = 4 (Direktivitas)
televisi menggunakan polarisasi horizontal.
dan gain G, =\'Do = 0,85 .4:3,2 2. Polarisasi Eliptis
Berbeda dengan polarisasi linier, pada gelombang yang mempunyai
2.3 POLARISASI
polarisasi eliptis, dengan berjalannya waktu dan perambatan, medan listrik
Fotarisasi dari sebuah antena menginf<lrmasikan ke arah mana me- dari gelombang itu melakukan putaran dengan ujung panah-panahnya ter-
dan listrik memiliki orientasi dalam peramhatannya. letak pada sebuah per-mukaan silinder dengan penampang elips.
Ada dua macam polarisasi: Pada kasus tertentu panjang sumbu utama dari penampang elips ter-
l. Polarisasi linier sebut sama, sehingga berbentuk lingkaran. Gambar 2.9 menunjukkan ori-
entasi dari medan listrik yang terpolarisasi eliptis.
linier, arah medan listrik tidak berubah dengan wak-
Pada polarisasi
tu, yang benrbah hanya orientasinya saja (positif-negatif)' Polarisasi eliptis digunakan dengan tujuan mengantisipasi kemung-
kinan penerimaan sinyai yang tidak diketahui polarisasinya. Pada apli-
Garnbar 2.8 rnenunjukkan sebuah gelornbang yang merniliki polari-
kasi satelit, sinyal akan mengalami depolarisasi ketika menembus awan.
sasi linier yang vertikal. Medan listrik terletak secara vertikal. Di gambar
Polarisasi gelombang akan berubah ke arah yang tidak bisa diprediksikan.
itu, arah medan listrik selalu menunjuk ke arah sumbu x positif atau negatif
Bagi gelombang berpolarisasi eliptis hal ini tidak berpengaruh. Juga pada
clan arah medan magnet-nya selalu ke sumbu y positif atau negatif'
aplikasi Radio Frequency ldentification (RFID) biasanya petnancar/ reader
menggunakan antena yang berfrekuensi eliptis (circular) untuk menganti-
sipasi posisi dan orientasi bebas dari tag yang harus dideteksinya.

Antena helix (spiral) adalah contoh antena yang menghasilkan ge-


lombang berpolarisasi eliptis. Dua buah antena dipole yang diletakan sa-
ling tegak lurus dan arus/tegangan yang mencatunya berbeda phasa 90o
juga menghasilkan polarisasi eliptis ini.

Gambar 2.8 Polarisasi linier (ke arah x/vertikal)

Antena: PrinsiP dan APlikosi Besoron Penting pada Antena 3t


30
(e) P, : Pr, g: -90"
(0 P,- 1t3 P, Pr:213P,<p:99,
Jawab:
(a) Dengan mengandaikan tak terjadinya induksi pada antena 2, hanya
antena I yang dialiri arus listrik, sehingga akan terbentuk gelombang
yang berpolarisasi horizontal.
Untuk kasus kebalikannya P, : 0 dan F, : P, akan terbentuk gelombang
dengan polarisasi vertikal.
Gambar 2.9 Polarisasi eliptis
(b) P, :
Pr, g:0: arus yang mencatu antena memiliki amplitude dan phasa
Contoh 2.3
yang sama. Membesar dan mengecil pada waktu yang bersamaan,
tetapi memberikan arah vektor medan listrik masing-masins ke arah y
dan x, sehingga terbentuk polarisasi 45,,. Diilustrasikan di gambar cli
bawah ini sebelah kiri.

(c) F, : l/3 P, F, : 2/3 P, rq:0


Struktur antena dipole yang diletakan saling tegak lurus satu dengan
Seperti kasus di atas, tetapi anterura 2 mendapatkan amplitudo arus
lainnya digunakan sebagai antena pemancar. Sistem pencatunya terdiri
lebih dari antena 1, yaitu dengan faktor 16, sehingga komponen x
dari pembagi daya (splitter\ yang mengirim daya P, ke antena I melalui
dari medan listrik lebih besar dengan faktor tersebut dibandingkan
penggeser phasa Qthase shifter) sebesar <p, dan daya P, ke antenna 2.
dengan komponen y. Polarisasi gelombang yang tebentuk membuat
Tentukanlah polarisasi dari sistem antena di atas untuk kasus-kasus berikut
sudut 35,2o.
ini
(d) P, : Pr, g:90'
(a) P, : P, Pr:0 Arus pencatu untuk kedua antena sama, tetapi antenna I terlambat 90"
(b) P, : Pr,9:0 dibandingkan dengan antena 2. Jika antena 2 memiliki bentuk arus
(c) P, : ll3P,Pr:213 P, g : 0 sinus, maka antena I memiliki bentuk arus cosinus. Demikian juga
(d) P, : P, q:90o medan listrik yang dihasilkannya.

32 Antena: Prinsip dan Aplikosi


Besaran Penting pado Antena 33
Gambar di barvah ini menunjukkan arus yang terbentuk pada kedua (t) P, : 113 P, Pr:2t3P,q:99"
antenna yang akan menghasilkan komponen medan listrik sesuai
F0 didapatkan medan
dengan orientasi antena-antena tersebut. Pada
listrik ke arah y maksimal dan komponen x bernilai nol. Dengan
berjalannya waktu (membesarnya variabel t) komponen y dari medan
listrik mengecil, komponen x membesar sampai ke maksimal pada
saat t : T/4, yang pada saat itu komponen y menjadi nol. Polarisasi yang terbentuk eliptis ke kiri.

Ant I
2.4 IMPEDANSI MASUKAN
'lmpedansi masukan didefinisikan sebagai impedansi yang diberikan
oleh antena kepada rangkaian di luar, pada suatu titik acuan tertentu. Se-
perti divisualisasikan pada gambar 2.10, saluran transmisi penghubung
yang dipasangkan antena, akan melihat antena tersebut sebagai beban deng-
an impedansi beban sebesar Z,^.

Impedansi ini merupakan perbandingan tegangan dan arus atau


perbandingan komponen medan listrik dan medan magnet yang sesuai
Pada interval waktu Tl4 < t <T/2, komponen x mengecil menuju nol,
dengan orientasinya.
sedangkan komponen y membesar kembali, tetapi ke arah negatif. Hal
ini divisualisasikan oleh gambar orientasi medan listrik di bawah ini. Impedansi masukan penting untuk pencapaian kondisi matching
Dari gambar bisa diambil kesimpulan polarisasi yang terbentuk adalah pada saat antena dihubungkan dengan sumber tegangan, sehingga semua
sirkular (sebagai kasus khusus dari eliptis) ke kiri, karena putaran sinyal yang dikirirn ke antena akan terpancarkan" Atau pada antena pe-
orientasinya ke kiri dilihat dari arah perambatan gelombang. nerima, jika kondisi matching tercapai, energi yang ditenma antena akan
bisa dikirimkan ke receiver.

HqI

EnV

(e) P, : Pr, g: -90'


Merupakan pertukaran kasus d). Antena I rnerniliki arus pencafu
berbentuk sinus, dan antena 2 berbentuk kosinus. Sehingga yang ter- Gambar 2.10 Antena sebagai beban dari rangkaian sebelumnya
bentuk nantinya adalah polarisasi sirkular ke kanan. Prinsip penyesuaian impedansi dan efek dari ketidaksesuaian (zrs-
matching\ beserta akibatnya berupa refleksi secara detail bisa dipelajari

34 Anteno: Prinsip don Aplikosi Besaran Penting pada Anteno 35


di [MA09]. Di sini hanya akan diambil beberapa besaran penting dan Gambar 2.1 I menunjukkan hasil pengukuran faktor refleksi sebuah

maknanya. :rutcrrir monopole yang dirancang pada frekuensi 2,45 GHz. VSWR dari
,urtcna ini ditampilkan pada gambar 2.l2.Ketiga gambar ini ekuivalen dan
Kondisibeban dengan impedansi Z,,yan9 dipasangkan pada saluran
l,isa saling dihitung satu dengan lainnya dengan menggunakan persamaan-
transmisi dengan impedansi gelombang sebesar Zo akan mengakibatkan
l)crsarnaan (2.15) dan (2.16).
refleksi sebesar

---Z,r- Zu (2.14)
Zlno+Z
Yang secara logaritma bisa dihitung dengan
rau =2olodrl (2.1s)

Selain dari itu dalam mengkuantifikasikan besaran refleksi, bisa di-


gunakan rasio gelombang tegangan berdiri (Voltage Standing Wave Ratiol
VSWR) dengan hubungan
t+lrl
VSWR = (2.16)
t-lrl Frekuensi [GHz]

Dalam aplikasinya sebuah antena sering dianggap telah merni-


Gambar 2.12 Rasio gelombang tegangon berdiri (voltage standing wave
liki kinerja refleksi yang bagus jika fuktor refleksinya raa I - l0dB atau ratio)
l"l<O,f t6
(10 ?i, energinya direfleksikan kembali ke pemancar) dan
vswR < 1,92. 2.5 LEBAR PITA KERJA ANTENNA (BANDWIDTH)
Bandwidth sebuah antena didefinisikan sebagai interval frekuensi,
di dalamnya antena bekerja sesuai dengan yang ditetapkan oleh spesifikasi
yang diberikan. Spesifikasi tersebut meliputi: diagram radiasi, tinggi dari
,side lobe, gain, polarisasi, impedansi masukar/faktor refleksi seperti yang
teiah diterangkan pada bagian sebelumnya.

Di gambar 2.11 dan 2.12 telah ditunjukkan contoh bandtvidth dari


ii sebuah antena yang didefinisikan berdasarkan level faktor refleksi atau
rl lr
23
FGk'FnsilGHzl
45
VSWR yang harus dipenuhi sesuai dengan spesifikasi yang diberikan. Di
aplikasi tersebut terlihat bandwidth sekitar 350 MHz, yang bisa dikatakan
cukup lebar.

36 Anteno: Prinsip dan Aplikasi Besaran Penting pada Anteno 37


Gambar 2.13 menunjukkan faktor refleksi dan vSWR untuk suatu
antena yang memiliki interval kerja dari 1,3 GHz sampai 6 GHz, atau -<-T--x
.1 ,{ t,--4",r
dengan bandwidth sekitar 4,7 GHz. Antena tipe ini dikenal dengan nama
antena u I traw ideb arzd (UWB). *ffi
/lL \'ir0,x

\tf,j/
,#.
A/\ l,/\a
/ /\r\Thz- \r'\
L,l---+*<++t
\A-XS{I
fi,0'l
I v-tj-v/
\L-l
I
I

,ri
F€kreBi lGHTl

Gambar 2.13 Kiri: faktor refieksi antena ultrawideband Kanan: vsn/R -oo0oo-
antena ultrawideband

2.6 DATASHEET ANTENA


Berikut ini dilarnpirkan sebuah datasheet dua buah antena dari pe-
rusahaan Kathrein.
Eurocell Panel T-ad6-l llNTHrlEIN
Vertical Polarization f-rr-l Antennon ' Eloclronlc
Half-power Beam Width l--6s"*l

VPol PanC 900 65' lTdEli 9.7

737 547
870 - S0 MHz

1/dBr
Halfewerb6am widlh H9lano'65"
Eolane 8 5'

(2x{3 ffi 6der)


s0 wat (at50 rc ffibrmt b@oratus)

9kg
u0 N lat 150 [dh)
200 kdh

J8 Antena: Prinsip don Aplikosi Besoron Penting poda Antena 39


Persamaan MaxweII
dan Solttsinga Pada
Antena Kecil

3.1 PERSAMAAN MAXWELL


Dalam melakukan pengamatan yang serius dan tepat terhadap suatu
masalah dan fenomena di disiplin ilmu elektromagnetika, tidaklah lengkap
dan benar, jika tidak membahas dan menggUnakan persamaan-persamaan
Maxwell. Persamaan (3.1) sampai (3.4) adalah persamaan Maxwell untuk
sinyal harmonis (sinus) dalam bentuk integral,

al = ll?"+ 1ofi) aS (3.1)


$n
r(s) s

{E
r(s)
ai =-ffV-+
s
lr|l aS
(3.2)

as = (3.3)
ffb
S(r')
IIIp"o,
Y

ffE as=lJIp^a, (3.4)


s(z) v

Sedangkan (3.5) sampai (3.8) untuk sinyal harmonis dalam bentuk


diferensial,

YxH =j"+ jatD (3.5)


VxE --J,- jaE (3.6) rrrerrgclilingi ruang hampa tersebut. Maxwell melengkapi mmus yang
tliturunkan oleh Ampere, dengan memasukkan term ke dua di sisi sebelah
Y-D=p" (3.7)
k;rrnn persamaan (3.1), bahwa di sana terdapat kerapatan arus yang juga
Y.E=p. (3.8) rrrcrubangkitkan medan irtagnet. Jenis kerapatan arus ini berbeda dengan
v;urg rnengalir di kawat. Besaran ini adalah kerapatan fluks elektris yang
Kedua himpunan persamaan di atas ekuivalen, persamaan (3.5) l,t.rrrbah dengan waktu. Pada sinyal konstan tidak akan terbentuk medan
sampai (3.8) digunakan untuk pengamatan di setiap titik posisi, sedangkan rnugnet di sana.
persamaan (3. I ) sampai (3.4) menggambarkan f'enomena elektromagnetika
secara global pada suatu wilayah luas atau wilayah volume.

Persamaan-persamaan Maxrvell dihasilkan dari suatu perjalanan riset


yang panjang, yang merupakan kombinasi dari eksperimen-eksperimen dan
formulasi matematika. Persamaan Maxwell didapatkan dari eksperimen
yang dilakukan oleh Coulomb, Ampere, Oerstedt, Lenz,Faraday dan yang
lainnya. Operasi vektor seperti curl, divergensi dan gradient, serta integral
a) b)

volume, integral permukaan tertutup dan terbuka serta integral garis Camtrar 3.1 a). Medan magnet akibat aliran orus listrik di sepanjang
tertutup dan terbuka merupakan hasil kajian dari disiplin ilmu matematika, kowat b). Medan magnet pada kawat yang terpotong (celah membentuk
khususnya analisa vektor. kapasitor).

Di dalam persamaan Maxwell, besaran J. lk"rupatan arus magnetis)


dan p (muatan volume magnetis), adalah besaran fiktifyang ditambahkan
-
supaya persamaan Maxwell menjadi simetris dan lebih mudah untuk
diproses. Dalam menjelaskan fenomena yang terjadi, persamaan Maxwell
dalam bentuk integral dapat membantu pemahaman lebih jelas.

Persamaan (3.1) menerangkan hukum Ampere, yang fenomenanya


pertama kali ditemukan oleh Oerstedt. Arus listrik , = IIi ".tlS , yang
"
mengalir di dalam sebuah kawat, rnembangkitkan medan magnet, seperti
ditampilkan di gambar 3.1a. Gambar 3.2 Bukti berlakunya httkum kontinuitas arus

Medan magnet tersebut berputar mengelilingi sumber, arus listrik di Keberadaan kerapatan fluks elektris yang berubah dcngan waktu
dalam kawat, yang menghasilkannya. Jika kita amati gambar 3.1.b yang ini juga membuktikan tetap berlakunya hukum kontinuitas arus (hukum
menunjukkan kawat yang terpotong, yang membentuk struktur kapasitor. Kirchhoff arus). Dengan membentuk divergen dari persamaan (3.5)
Di ruang antara kedua elektroda, yang diandaikan terbuat dari isolator ideal didapatkan
(dielektrika tanpa kerugian), tidak ada arus listrik. Tetapi, pengamatan v &xfr>v.i"+iov.D
menunjukkan terbentuk juga di sana medan magnet, yang juga berputar

Anteno: Prinsip dan Aplikasi Persamoan l{ioxwell dan Solusinya pado Antena Kecil 43
Sisi kiri persamaan di atas menurut analisa vektor pasti bernilai nol,
sedangkan term ke dua di sebelah kanan bisa digantikan dengan persamaan rncndapatkan kecepatan cahaya, c:v l{,1t =2.9975x108 m/s, atau
(3.7), menjadi scring dibulatkan menjadi 3x108 m/s.

0=V.J"+ jap,,atau Dalam menggunakan persamaan-persamaan Maxwell di atas, di


Y-J" =- jap" (3.9) srrrnping hubungan materiat, kita masih memerlukan informasi mengenai
kondisi batas, yang dengannya persamaan diferensial yang akan muncul
Persamaan (3.9) disebut juga persamaan kontinuitas arus elektris
rrrnti, tersolusikan secara unique. Di sini akan kita batasi hanya pada dua
(KCL, Kirchhoff Current Law).
kasus, yaitu, kasus bidang batas antara dua buah ruang dielektrika (gambar
Persamaan (3.2) diturunkan oleh Faraday ketika melakukan penga- 3.3a), yang menghasilkan hubungan-hubungan, kerapatan fluks listrik dan
matan proses induksi, terbentuknya tegangan (integrasi medan listrik se- rnagnet memiliki komponen normal (tegak lurus terhadap bidang batas)
panjang garis) akibat perubahan medan magnctis induksi B (di sebut juga yang kontinuitas.
kerapatan fluks magnetis), atau lebih tepatnya perubahan fluks magnetis.
Dnt = Drz
Jadi persamaan (3.1) dan (3.2) saling komplementer. Persarnaan
Brt = Bnz
(3.1) menerangkan, medan listrik menghasilkan medan magnet, sedang
persamaan (3.2) menerangkan, medan magnet menghasilkan medan lis- Medan listrik dan magnet memiliki komponen tangensial (yang
trik. Kedua medan ini membentuk medan elektromagnetika, yang saling terletak pada bidang batas) yang kontinuitas
membangkitkan satu dari lainnya sehingga memungkinkan terjadi peram-
E,r= E,z
batan gelombang.
H,r= H,z
Persamaan (3.3) dan (3.4) melengkapi persamaan Maxwell, dengan
menerangkan, bahwa penyebab medan listrik adalah muatan listrik, sedang Kasus ke dua adalah bidang batas yang dibentuk oleh dielektrika dan
penyebab medan magnet adalah muatan magnetis. penghantar ideal (gambar 3.3b), yang menghasilkan hubungan-hubungan,
Kedua himpunan persamaan di atas dilengkapi dengan hubungan kerapatan fluks listrik berkomponen normal menghasilkan kerapatan
material, yang di sini dibatasi hanya untuk material linier dan isotrop, muatan di atas permukaan penghantar

D =eE (3. l0) Dnt = P,

B=lLH (3.1 1)
Kerapatan fluks magnetis nol di kedua ruang (di bidang batas),

yang mana t =t,t. dan p=p,F, . e, adalah permitivitas ruang B,r=B,r=0


hampa, yang besarnya 8.854x10a2 Flm, €. adalah permitivitas relatif
Medan listrik tangensial nol di permukaan kedua ruang
setiap materi dibandingkan dengan ruang hampa. p, adalah permeabilitas
ruang hampa, bernilai 1"257x10-6 Hlm, 1L, adalah permeabilitas relatif Eu= E,r=0
materi dibandingkan dengan ruang hampa. Dengan to dan p, kita bisa

Antena: Prinsip dan Aplikasi ,t


!l Persamaan firiaxwell dan Solusinyo podo Antena l,Geil*
'' 45
t
i I
I
it l
Dan medan magnet tangensial menghasilkan arus listrik permukaan
di atas kan dari sumber-sumber elektris dan magnetis tersebut, yang pengamatan-
penghantar ideal,
nya akan dilakukan secara terpisah, dan setelah ini dikombinasikan untuk
Hu=J" kasus, jika semua besaran tersedia.
sangat sulit (I)
Wayah I Bil=Bd2=0 Wilayah I sumber Besoran medan

Bot = B,t et, Ft Da=0 6r , ltt


Drt: D,2 D1= nualan permakaaa

lffi wuwnz
fi E,,=6r=6 Metslideal

Z n,,=o Vl.
?it='-,,t.rmukaon
'
'///ttt7777arrrr."
%
a) b) Gambar 3.4 Potensial vektor dan skalar sebagai besaranfiHif pembantu
Gambar 3.3 Kondisi bidang batos untuk a). Dua witayah dierektrika
3.2.1 Potensial vektor magnetis dan potensial skalar elektris
b). Dielektrika berbatasan dengan metal ideal
Pertama-tama diamati kasus tidak adanya sumber magnetis (i , =0,
3.2 POTENSIAL VEKTOR DAN SKALAR p. = 0 ), sehingga persamaan (3.5), (3.6) dan (3.8) menjadi

Dalam mencari sorusi dari persamaan Maxweil, seringkali YxFt = j"+ jtr'D (3.12)
kita
kesulitanjika langsung menggunakan besaran-besaran medan persamaan y xE = _i:oil (3.13)
di
tersebut. Potensial vektor dan skalar diperkenalkan sebagai
alat bantu untuk
mempermudah pencarian solusi persamaan Maxwell. V.E=0 (3.14)

Besaran-besaran potensial ini bersifat fiktif tidak memiliki Karena divergen dari curl selalu bernilai nol (dari analisa vektor),
makna
fisika secara langsung, tetapi mempunyai makna matematika. maka medan magnet induksi di persamaan (3.1a) bisa dituliskan sebagai
Gambar
3.4 menunjukkan bagan proses penentuan medan elektromagnetika, jika hasil curl dari suatu vektor yang tak dikenal I ,
sumber elektris dan magnetis diketahui. penentuan medan
sumber membutuhkan perhitunganyangsangat rumit. Dengan
langsung dari E =y x) (3.15)
terlebih da-
hulu menentukan potensial-potensial, dan darinya dihitung Dengan mengganti medan magnet induksi di persamaan (3.13)
medan elektro-
magnetika, kesulitan tersebut bisa direduksi secara signifikan. dengan persamaan (3. 15), didapatkan
Terutama
implementasi numeris dari prosedur ini menunjukkan kondisi
bagian berikut ini, kita akan menampilkan potensial-potensial
tersebut. Di yxE =-iai =-7oyxZ = v"@ + irl)o
yang dihasil_

46
Anteno: Prinsip don Aptikasi Persamaan fuloxwell dan Solusinya pado Anteno Kecil 47
Dari matematika juga dikenal curl dari gradien selalu bernilai nol, Persamaan (3.18) disebut juga kondisi Lorentz (Lorentz condilion/
maka argumen dari persamaan terakhir di atas bisa dinyatakan sebagai auge).
gradien dari suatu skalar yang tidak dikenal rp,
t)cngan demikian dari persamaan (3.17) didapatkan
E+i atl - -Y e,, atau dituliskan juga dengan Y'7+a'eP4=-VJ" (3.1e)

E =_j@A_Vg, (3. l6)


Sebagai dasar dari perhitungan potensial vektor magnetis A, jika
Sampai di sini kita telah mendefinikan dua buah besaran, secara arus listrik diberikan.
murni dari matematika, dan kita tidak bermaksud untuk mencari makna l)engan menggunakan(3.7), (3.10) dan (3.16) didapat
fisika dari besaran-besaran tersebut. 2 disebut juga potensial vektor
magnetis dan g" disebut potensial skalar elektris. Jika keduanya v .D = e" + ey .E = p" = rv (- iatr-vq")= p"

diketahui, maka dengan persamaan (3.15) dan (3.16) bisa dihitung medan
Dengan kondisi Lorentz, persamaan (3. I 8) menj adi
elektromagnetikanya. Step II2 di gambar 3.4 telah kita dapatkan.

Sekarang bagaimana menghubungkan sumber dengan potensial? .rov. A+Y'<p"=-y = rrl'ePQ, +V'9, =-y
Kita ambil persamaan (3.12), yang dengan persamaan (3.10) dan
Atau
(3.11) menjadi ( p konstan)
l-
:VxB
Y'g, +lo'e4q" = -? (3.20)

p
=J"+ jtuileE
Persamaan (3.20) ini adalah penghubung antara sumber elekhis
dengan menggunakan persamaan (3.15) dan (3.16), didapatkan dengan potensial skalar elektris.

v (v ))= vi yroep(- 7ro 7 -v q 3.2.2 Potensial vektor elektris dan potensial skalar magnetis
/" -\" "+ ")
v(v . 7)- v2 tr =i + a2 elri- i<oepVg,
"
Dengan mengambil kasus komplementar dari sub 3.2.1, yaitu tidak
v2 tr + a2 qrl= -pi *o(o. ; + yrep.p, ) adanya sumber elektris (j =0 ,Pn =0), persamaan (3'5)' (3'6) dan (3'7)
" (3.17) "
menjadi
Dalam melakukan pendefinisian terhadap e,, telah dilakukan yxfr=itl,D (3.21)

pembentukan gradien dari potensial skalar itu, dan ini telah cukup menurut
teorema Helmholtz. Sedangkan untuk l, baru dilakukan pembentukan
vxE-*i,,-ji.l'i {3.22)
(3.23)
curl. Sebagai pelengkap juga harus dilakukan perhitungan divergen dari V'D=0
vektor A. Karena vektor ini bebas dipilih, maka dibentuklah divergen Dengan melakukan proses yang analog, dengan mendefinisikan
(3.24)
yang akan mempermudah persamaan (3.17), yaitu D =-! xF
Y.A=-,rorpq" (3.2s)
(3.18) fr=-jtr,F-Vg.

19
48 Antena: Prinsip dan Aplikasi Persamoan Moxwell dan Solusinyo poda Antena Kecilil
serta kondisi Lorentz untuk potensial vektor elektris
lullils utama sekarang adalah mencari solusi dari persamaan tersebut di
V .F = -./os pq_ (3.26) rrs. Persamaan (3. I 9) dan (3.27) memiliki besaran berupa besaran vektor,
, r I

lrrng tetapi jika kita amati pada kordinat kartesian, bisa dianalisa setiap
didapatkan persamaan-persamaan diferensial untuk masing-masing kornponen (x,y dan z) masing-masing secara terpisah, misalnya komponen
potensial
z tlari vektor ,4
Y2F +a2epF = -Ei^ (3.27)
2,
Y2 A- + k' -- -ltJ,., (3.31)

Y'q^+o2e llq^=-P^ (3.28)


tlcngan k2 = az E;.r . Sehingga dengan demikian keempat persamaan itu
p
rncmiliki bentuk yang sama. Solusi dari persamaan (3.31) bisa digunakan
sccara analogi untuk persamaan lainnya.
3.2.3 KombinasiPotensial
Persamaan (3.31) menunjukkan kondisi pada gambar 3.5a, sebuah
Secara umum medan listrik dan magnet bisa dihitung dengan me-
ngombinasikan kedua jenis potensial yang dibahas di dua subbab sebelurn. kerapatan arus listrik yang terletak di titik asal dan mempunyai arah
Dengan persamaan (3. I 6) dan (3 .24) menggunakan kondisi Lorentzdi per- orientasi ke z. Karena persamaan tersebut adalah persamaan diferensial,
samaan (3.18), bisa dihitung medan listrik: berarti berlaku di semua titik di ruang bebas di gambar 3.5a). Lebih presisi
lagi persamaan (3.31) diterangkan dengan bantuan fungsi delta
E= -ia) -J-, ;)-1o,.
" -r((.ut, (3.2e) YzA,+kz A,=-pJ".,6(i) (3.32)
) t, "
dan medan magnet dengan persamaan (3. I 5), (3 .25) dan yang artinya, sumber diletakkan di titik asal. Pada titik selain titik asal
(3 .26)
/ + 0menjadi
E =-i,'F-r(-J-,
p
rl*1v,;
p
(3.30)
YzA,+k24,=o (3.33)
\rrre )

3.3 SOLUSI: POTENSIALTERRETARDASI


Setelah mendapatkan persaman-persamaan diferensial berikut

Y'7+a'epi= -li " (3. le)

V2<p" +o2e trL(p" =-P" (3.20)


t
V'F+co'epF = -Ei^ (3.27)
a) b)

Y'g^+rrl'epq. - -P, (3.28) Gambar 3.5 a) Arus listrik di titik asal, b) Arus listrik di tilik v'
p

Antena: Prinsip dan Aplikosi


Persamoan lAaxwell dan Solusinya pada Antena Kecil 51
Untuk mendapatkan solusi persamaan (3.32) diamati dahulu persa- Se lrirrgga persamaan (3.34) dengan Cr: pJ",/(4n) menjadi
maan (3.33), yang pada kordinat bola berlaku
A,(r)=Y!=-'eio' (3.36)
+It r
kz ;' =
i*?*). ;** *('' *k). r*'u ff * o' n'
Jika terdapat komponen vektor lain dari arus listrik, akan dibang-
Karena sumber yang digunakan di gambar 3.5 adalah sumber titik, kitkan pula vektor potensial magnetik dengan komponen vektor tersebut,
yang mempunyai simetri putar (rotational symmtery) baik di arah g schingga secara lengkap memiliki bentuk
j"
ataupun g, maka, persamaan (3.33) juga bersifat simetris terhadap kedua zo\ =l' .'-tr' (3.37)
variabel ini, yang artinya bukan merupakan fungsi darinya, sehingga 4nr
turunan terhadap $ dan g bernilai nol, maka Demikian juga halnya secara analogi fisikalis, jika sumber arus tidak
titik i' ,maka
' =s :)
tcrletak di titik awal, tetapi di sembarang

r'dr\ +).
++(,' dr )
k2 A, +(,,
dr( +\.
dr )
k2r2A, =s
tr(r\=wj"."-'oo (3.38)
Dengan melakukan substitusi p = rA, menjadi
4nR
clengan * = lfrl =17 -/'l sebagai jarak dari titik sumber ke titik peng-
+*k,
dr-
p=o amatan P.

Istilah potensial ter-retardasi dipergunakan untuk memberikan nama


Yang solusinya dikenal dari matematika atau di [MA09] menjadi
kepada besaran potensial yang kita gunakan, yang diakibatkan oleh suatu
p(r) = Cr's-ib * Cr'e*jb , atavdengan besaran asal sumber arus pada waktu yang berbeda (waktu sebelumnya). Hal ini terjadi,
o-ib o+ikr karena gelombang elektromagnetik rnerambat dengan kecepatan tertentu
A,(r)=Ct':-;+Cr':-; (3.34) yang hingga, sehingga untuk menempuh suatu jarak tertentu diperlukan
suatu waktu tempuh tertentu pula, jadi efek dari gelombang ini (atau
Term pertama di persamaan (3.34) menggambarkan gelombang dari sumber arus itu) dirasakan setelah beberapa saat kemudian. Secara
yang bergerak dari titik asal ke luar radial ke arah r positif, sedangkan term phasor, karena kita menggunakan sinyal harmonis, itu bisa diamati pada
kedua gelombang dari luar ke dalam ke titik asal (arah r negatif). Secara pergeseran phasa pada besaran-besaran yang menggambarkan gelombang
fisikalis, nilai C, : 0, karena hanya ada gelombang keluar. elektromagnetik ini.
Nilai C, bisa ditentukan dengan mengamati kasus ft: 0, sehingga Seandainya kita memiliki sumber arus yang tersusun secara tiga
tidak ada retardasi (keterlambatan phasa) dan kita mendapatkan kasus dimensi (3D) seperti pada gambar 3.6a.
statik [BL07]. Dari pengamatan elektrostatika solusi masalah ini sudah
dikenal dengan

Y2V =-
p
6 (,) :+ V =J-P I (3.3s)
t 4ner

52 Persamaon lAoxwell don Solusinya pada Antena Kecil 53


Antena: Prinsip dan Aplikasi
t,l,' - r 'l/c,l =."8& .1, -, 'l , dan dengan
i:'l , atau waktu sebesar tlr
,,/1, ,,. = 1/c, rnaka keterlambatan sebesar li -, 'l/r. Ini adalah waktu
r diperlukan gelombang elektromagnetika untuk menernpuh iarak
:rrrr',
jarak yang
'., 1:rrrh
l" - " 1 . Eiemen-elernen arus yang lain, yang memiliki
1,,'r'hcda pula dari titik pengamatan, akan datang ke titik pengamatan dengan
l,t'srrr keterlambatan yang berbeda pula. Semua kontribusi ini dijumlahkan
rrr rt trk mendapatkan potensial keseluruhan.
Gambar 3.6 a) Arus volume, b) Arus permukaan, c) Arus pada kawat
Maka penentuan vektor potensial magnetis dilakukan dengan inte- 3.4 APLIKASI INTEGRAL RADIASI PADA DIPOL
grasi volume, HERTZ
-yl,-r! Dipol Hertz adalah sebuah antena fiktif yang diperkenalkan untuk
*$F#
i(,)=f"ll
l, -,'l
dv' (3.3e)
rrrcrnpermudah pengamatan awal. Ciri dari dipol Hertz adalah panjangnya
yrrng mendekati nol / -+ 0, tetapi mornen arus nya tidak nol I 'l * 0 -
Jika sumber arus yang dianalisa terdistribusi pada suatu bidang
tertentu (gambar 3.6b), maka dengan menggunakan hubungan
oP
i(r').dv'= i s(l')'da'
integrasi radiasi di atas menjadi

p
\/
)G\=
4rti1i'(7',)e-iolu-u'l
li_Fl
oo' (3.40)

Gambar 3.7 Dipol Hertz di titik asal


Dan untuk kasus satu dimensi (sumber pada garis di gambar 3.6c), dengan
Dipol Hertz ini diletakkan di titik asal seperti ditampilkan di gambar
i (, '). dv' = I (i ') .a
,(r '). dt' , maka 3.7, sehingga 7'=0, I konstan, dan d,(/') = d,, sehingga integral
radiasi di persamaan (3.41) menjadi
dl' (3.41)

7(/) OiseUut juga potensial ter-retardasi, karena efek dari sumber arus
i(r)=#f)+grv dl'= F "I .a_["'r'
't, r dr 4n
yang menyebabkan terbentuknya potensial ini didapatkan setelah selang
e"- ikr
waktu tertentu, yaitu bisa dilihat dari faktor eksponensial di rumus-rumus dengan mengandaikan I -+ 0, maka blsa dianggap konstan sepan-
r
di atas. Untuk elemen arus yang terletak di titik i' , yangberjarak l, - l'l jang dl '. -
dari titik pengamatan, terjadi keterlambatan (pergeseran phasa) sebesar

54 Anteno: Prinsip dan Aplikosi Persamaan lAoxwell dan Solusinya pado Antena Kecil 55
AQ)= !qtr t .t ."-'' .d- = A-d. (3.42) E= | (2,.t.( ir,*l) {l.coss.d
--- - -'r
irrrc (4n , \" ) ,2
Yang diberikan dalam komponen kartesian (komponen z) .[r ,(-u.+.;)+sins a$) (3.45)
Untuk perhitungan berikutnya, vektor potensial magnetis di atas
akan diubah ke kordinat bola, dengan aturan konversi Secara umum medan magnet dan listrik dari dipol Hertz (struktur
:urlcna yang paling sederhana) ini, sangatlah kompleks. Berikut ini akan
A, = A,sin0cos<p + l, sin0sinq + l, cosO
rlilakukan spesialisasi, yaitu dengan mengamati medan pancaran ini di
4 = A,cosOcosg + l, cos0sing - l, sin0 larak yang sangat dekat dengan antena, wilayah ini disebut juga wilayah

4 = -A, sing + l, costP rrrcdan dekat(nearfield region) danjuga untukjarak yang sangatjauh dari

Maka karena hanya A, + 0


irntcna (far field region).
Ncar Field region:
. tr - -e-jo'
A. -:-.1./.-cosd (3.43a) r ! ,, jO,maka juga ber-
'$tr Dengan yangsangat kecil, atau dengan
111
laku , )) , )) -, untuk medan magnet
r
A*=-+'1'l'e'
qIE T
sin* (3.43b)
r-r-r
Aq =0 (3.a3c) n =L.I.t.+.sinr).2 e (3.46)
41r r'
Dengan diketahuinya A , dengan bantuan rotasi, kita bisa dapatkan medan dan medan listrik
magnet dari dipol Hertz dari persamaan (3.30) dengan nilai F = 0 karena
tak ada arus magnetis. E = f-.. r . t.
41t +."-'l
iuoe r'
p"on). d, +sino. du ) (3.47)
Untuk perhitungan lengkapnya bisa dilihat di apendiks A di akhir
Medan magnet di persamaan (3.46) yang merupakan bentuk umum
bab ini, hasilnya:
dari arus dan medan listrik di persamaan (3.47) yang merupakan bentuk
H :+'r
4n
r ( i**1.]
\.- r)
4'sin$'
r
d*= H*'d* (3.44) umum dari tegangan, saling terpisah secara phasa sejauh 90", sifat yang
mirip dimiliki oleh kapasitor dan induktor.

Untuk menentukan medan listrik E digunakan persamaan Maxwell Transpor day a (v e kt o r P oy n t i n g) wtlk n ea r fi e I d adalah
I (persamaan (3.5)) - 1-
S =:ExH
Yxfr -./os E+i (dengan i=0 untuk r*0) 2

atau dengan E = +.V x fi . Perhitungan lengkapkan pada apendiks B: ::(+ rt


z\an -!-.+(2cos$.n,+sine.zsl
r' "'
Joe _tcos )

56 Anteno: Prinsip don Aplikosi Persamoan lAaxwell dan Solusinya pada Anteno Kecil 57
Medan magnet dan medan listriknya saling tegak lurus dan se-phasa.
.[*,,#,,,*,*) N4 c

sint)
r n p unyai ketergantungan dengan I I r terhadapj arak dan ketergantungan

terhadap sudutnya. Karena medan listrik dan magnet (sifat radiasi)


tlrrri dipol Hertz ini tidak tergantung dari sudut {p, maka dipol Hertz
s =*[1. r.,'l' *jruot {ftrcose.z, +sin e.a*)),(srn s.a*) I re rs i fat omnidireksional.

2\4x ) ,
Vektor Poynting untuk far field adalah:
,5 untuk wil ayahnearfieldadalah besaran yang dominan dengan komponen - : I - -*
.S (3.s2)
imajiner, sehingga -ExH
2

f "" ne]S)= 0 : di nearfield daya efektif sangat kecil sehingga bisa : f,(r,r *ar), (a*a*Y =
)z,lu *l'
a,
diabaikan dibandingkan daya reaktif.
t
Far Field region: r(L.,./.l.sins)'a-
- 2""14n r
r yang sangat besar, atau dengan I
1

Dengan aa ik, maka juga


lllr
berlaku + << -; (( l, medan magnet menjadi
r'r'r
t*
fi = +. I r." . .sinr!. d, = Hrd, (3.48)
4nr'
Dan medan listrik
tu' (3.4e)
E= +]-., r." . .sinrl. do = Eodo
4tt arc r
Dengan
Iu |r- r,lJrre _ k Gambar 3.8 Transpor daya (vektor Poynting) yang merupakan
Zo ={;=;r/Fe =
(r)t ot
(3.50)
kerapatan daya per-satuan luas. Integrasi terhadap luasan tertentu
menghas ilkan daya yang menembus nya
maka difarfieldberlaku
Daya yang dipancarkan oleh dipol Hertz bisa dihitung dengan
Eu = ZoH*
(3.5 l)
melakukan integrasi bidang terhadap vektor Poynting:
r-t
Gelombang far field dipole Hertz mempunyai polarisasi O , jika kita
P, = (3.s3)
merujuk, sumbu z adalah sumbu vertikal, maka gelombang ini terpolarisasi ))nejs|.aa
secara vertikal.
Pada dasarnya bidang integrasi bisa dipilih secara bebas, tetapi kare-
na vektor Poynting yang dimiliki hanya mengandung komponen radial,

58 Anteno: Prinsip don Aplikosi Persamoon Maxwell dan Solusinyo pada Antena Kecil
jadi dipilih permukaan bola dengan radius r'
06-
(gambar 3'8)
Dengan elemen luasan pada kordinat bola 04.

o2
ffi = 12 sin0 dO d<P d,
0

n_2

,, :["[ir.(*, r !,i,s)' u, {4
{E
"sinededrpz, {8 -t
l5
\
*, --lr"(* , ,)T j.-'ed$de' 0.5

r22r 'r
J arp'Jsin',
sas
--Lr(k
,-'loi'' ') Gambar 3.9 Diagram radiasi tiga dimensi
dipol Hertz

dengan sin3 O = II (l sin8 - sin 3o)

,r=lr.l*, ,) ," il-3cose+1."'r*],

=i'.(* ") ^8
21t. -
6

zU\fi.t.rY' (3.s4)
'T -
D _
rzn
dipole Hertz
Gambar 3.10 Diagram radiasi bidang vertikal
Fungsi direktivitas dari dipol Hertz adalah:
Direktivitas dipol Hertz I Do =
(p(f,q))."* = 1'5
adalah 2 ' O'*n'
-t^ ', S'4tr2d,
D($,9)= (3.55) Lebar beam (beam width) dari dipol Hertz
h Fungsi direktivitas maksimal pada sin2 d =
1 + 1! = !Q0' dan
menjadi ll2 Pada
=II2
gso"/.P
p(s,,p)= =
1sin2 s sin2 8ro.r", =+ -- 450,
.t .*)2 2
z,(r width diPoleHertz : 90o'
jadi beam
12*

Persomoon llaxwell dan Solusinya Wdo Antena Kecil


Antenai PrinsiP dan APlikasi
60
Selain dari itu kita juga bisa menghitung resistansi radiasi dari dipol
l)r'ngar1 menggunakan integrasi radiasi persamaan (3.41) bisa didapatkan
Hertz. Dari daya pancar yang didapati di atas, maka dengan
r cklor potensial magnetis (Apendiks C memberikan perhitungan lengkap)

r, =)r2n,,o (3.s6) ': - ntxa2(.. l\e-jk' .sin9.d*


A=A*d*=*l
Y r' ik+_ l-
4n I r) r
Analog dengan perhitungan pada dipol Hertz di sini kita dapatkan
rucdan magnet dan listrik (lihat apendiks D dan E untuk perhitungannya):

Arus ldiberikan oleh sumber, yang dengan melalui resistansi radiasi n, =!]t( to.L\*. cose, dan (3.57a)
R,o, akan dipancarkan daya efektif Pr. Dari hasil di atas terlihat, jika I +TE \ r) r-
sangat kecil dibandingkan panjang gelombang l, , rnaka dipol menjadi tak
I
efektif (karena P, sangat kecil). Hn= r.o' (!* io-lr,rl{a..irs
4rc \r ) r- (3.s7b)
Gambar 3.9 menampilkan diagram radiasi tiga dimensi dari dipol
H* =0 (3.57c)
Ilertz. Sedangkan diagram radiasi bidang vertikal ditampilkan di gambar
3.10.

3.5 APLIKASI INTEGRAL RADIASI


E=r- #('u.+)+sins i, (3.s8)
PADA LOOP
HERTZ Nearfield regionz
I ..
r lk
Sebagai pasangan dari dipol Hertz adalah struktur antena yang terbuat
->>
dari sebuah loop kecil yang memiliki radius a (a <<)") yang ditampilkan di
gambar 3.11. Sekarang, sebagaimana halnya dipol Hertz kita juga akan : 2In a2 e-jb
+ ITE_a2 e'jb .smd .au
=::-1 rt.
H cosd . d"
rnenganalisa karakteristik pancar dari loop kecil ini (loop Hertz). hr 4It r'3 (3.59)

dan

i_ Ina2
";* k'
-"e-j* .sin0.i*
4It , r' (3.60)
.r(De

Di sini juga terlihat E dun F tldut se-phasa, berarti daya reaktif dominan
di dekat antenna.
Farfield region:
I ..
-<<
r
lK

Gambar 3.ll Loop Hertz (loop dengan radius yang kecil, a << )'")

62 Antena: Prinsip dan Aplikasi


Persamaon lAoxwell dan Solusinya poda Anteno Kecil
E4
FI =- 4Ttr"
IT.o'
*, {.sino .d,t = Hudu (3.61)
Au * "f
(q) =t =o
3rp

3A,
ltt t! 2 (q) +
[,= - - . -
-ikr
I 9:- sin d. dr = -Z,H od*
A,.* f =o
jae 4n tot r e.6z) D<p

clan dengan
Ketergantungan terhadap jarak dan sudut pada loop Hertz sama
dengan pada dipol Hertz, tetapi polarisasinya sekarang horizontal.

Ve k t o r P oy n t i n g ttnfttkfor fi e Id adalah:

\z
r, 1..1,g
S=
lo
* tt. =
)z,ln rl' a, =
ir,($ r)
I (3.63)
oA,
J Y.l.l.n-'*
\an r "o.sl)__p.1./.r,*'rin*
=
Dan daya pancar a$ a$4nr
,, =)r,(#u)"!!sin3 rz *=i|(ir'*,' ry'"n) 4
sdsd<p =
,?rz,(o*)a
(3.64)
''e-'Jt'sin$+ *' '
Resistansi radiasi:
, =l', ,'(io.11 4 sine'd* =Hq'dq
4n [" r) r
*,=?=lz,@rcl (3.65)
Apendiks B Perhitungan medan listrik pada dipol Hertz
Diagram radiasi loop sama dengan dipol Hertz.
+ E= *'o, E , dengan medan magnet yang hanya memiliki
/ole
Apendiks A Perhitungrn fr dan i pada Dipot Hertz
komponen 9,
| [a(4.hs)-au)r-
v*tr=rsin$\ E= | .[ r
')
a(H*'ins)
.r--!a('ar) 'ot=
aS A0 ' ) , A, )
Tore [rsin9- A9-'-'

.i[*# -#),'.i(ry-*)u r
rsin$ AS
a(H, sin s)= 1 1
rsin$ 4zc \.'
. r .t .(,r * 1''1. ,-rn' . aGin' s)
r) r 0S

dengan spesialisasi dari hasil integrasi untuk dipol Hertz di atas:

Aq
=+r t(ir.!\+coss
4x \- r) r
=0

u Antena: Prinsip don Aplikasi Persamaon lAaxwell don Solusinya poda Antena Kecil 65
,(('r.:) "
trr) Bagaimanakah arah 7' dan ke mana arus 1 mengalir, perhatikan
LaQu) :!.J-.r .r. r isualisasi berikut:
r 0r r4n dr
i'= cose'd, + sinq'd,
Arus mcngalir ke arah:

d.p, = -sin<P' d, + cosg' d,


:(u -*-i)"'. dan dengan dl'= a dq'.
Posisi titik pengamatan di i yangbisa dituliskan dengan komponen
YV!.)=1.,r . r t.(
. *r-Z-+),-.,?..sins kartesian
r Or r 4fi \ r r') t. ^_'\
i =rd, =rbin0.cosgd, +sin0.singd, +cos0d,)
Jadi medan listrik dipol Hertz:
Sehingga dengan aturan kosinus -, = + a2 -27 - V' ,
E=-J-(+,
Troe [4n
,.(
('io.1l +
r ) ,2
cose d.
l, 1
^lr'
l; -;1 =

* l4n-, . r .(
(- 1,' . L. +\a-L si,s. asl
r ,') r
=

=@
Apendiks C Vektor Potensial Magnet dari Loop Hertz )G\ = t,
I o'i(- *'a, * to'*'u, )'-'*.fffi(*.il r.,
4n i, "' ,lr2 +rz -2arsingcos(g'-<p)

Vektor potensial magnetis ini bisa juga kita tuliskan di dalam


kordinat bola, dengan

7=A,d,+Adu+A*d*,
yang mana masln g-masing komponennya bisa ditentukan dengan

A' = tr'a'

( d, + io J7;F -*'- o *'t'' -o


A -' uI a2F
sin g' -d cos rp' d, . a,) e-
I "
' 4rtn
Gambar 3.12
'1' = 7'd"

56 Antena: Prinsip dan Aptikasi


Persomaan llaxwell don Solusinya pada Anteno Kecil 67
-zfr a,[r+ra*" o""r9'
(-sing'd,
Ar= Pta I
.do cos(pt e
n"=#[ r)
+ cosg'd, .d
o)e-ik'!'i"'-z'''""0"'u'-' de'
r' + a' - 2 ar sin Ocos(g' - g) 4, I ,'+a' -2arsinOcostP'
de'
",!

A, = tr'a, Sekarang kita amati komponen Integrasi di atas takbisa dilakukan


I .

r:rnpa menggunakan aproksimasi. Di sini kita akan melakukan aproksimasi


| - - --'""'
r= =\--i*tlii-z,,tinzrcos(9'-q)
o,=#[ (-srnp'a,.aa+cos(P'ar.a,)e''Y
+ o' - 2 ar sin ocos(g'- g)
dp' rcrhadap integrandnya, yaitu dengan mengambil a sangat kecil, sehingga
integrand di atas akan didekati dengan deret Mcl-aurin:
^lr'
*"'-z*ti"o"tO
Pada gambar 4.8 di atas, titik pengamatan P terletak pada kordinat
Fungsi f(a) = "-n{7
(r,8,q ). Dari simetri struktur bisa dilihat, bahwa titik pengamatan tidak
-2arsinOcosg'
tergantung dari posisi kordinat asimutal, sehingga untuk mempermudah
Didekati dengan deret Mclaurin:
perhitungan kita ambil g = 0, tanpa mengurangi berlakunya hasil analisa
ini pada sudut yang lain.
f(a)=f(,=o)*+ry:.=, ".+ryP|.=, *.+%P1.= o o'*-
Selain dari itu untuk menghitung hasil kali vektor satuan di kartesian
dan di bola digunakan hubungan berikut: yang akan dibatasi sampai term linier, dengan

d, = sin0 cosg a, + sin0 sintp d, + cos0 i, - ikr


.f (a = 0) =:-r
do = cosO cosq a, + cos8 sing d, - sin0 d,
jk 12 +a2 -2arsin$cosg'
d, a(f@))
Z.p = -sintp d, + cos<P
= "-
0a ,2 +o2 - 2arsin Scosg'
Jadi dengan I = 0 berlaku:
r-;-
d,.d, =sinOcos(p =sin0 dan dr'd, =sin0sintp =Q Substitusi p = rl 12 + o2 - 2ar sin$cosg'
uIa
2f - Y,[7
(D'e-r^^t'
sinrp'e
*r'
au -Lur>t'u'vstv
-z r, o"." 9'
a(f@)
^'f; sin "i" .ap
A,= 'F.a.ql:

4n Jo
,lr' + a2 -2arsinocosg'
de'
0a =of0p 0a
af _ a (u,*1_ - iip.e-itq -"-ir'P =-( ,o*rl'3
d,'du =coSOcoS(p=cosO dr'du =cosdsin<p=6
dan
ar-orl , )- p2 \ p) p
, lt I acos ?,"'f sin ,'"-irJ'\"\z**o*'o' dtp' 0p a-rsin$cosg'
4tr -"'" J, S\ o' -2orri"6cosp,
-r:-'
A., -- I
0a ,lr' * a2 -Zarsingcosrp'
--:
aa .oq - -sinq - 0 dan d,'dr = cosq = 1 a(f @)
= _( ,0* f'lal. a - rsinecos<P'
oa \.' p) p p

Persamaan hlaxwell don Solusinya poda Antena Kecil 69


68 Antena: Prinsip don Aplikasi
Apendiks D Medan Magnet Loop Hertz
untuk a: 0
= p: r,maka
Mcdan magnet dihasilkan dari rotasi 7
4Jll
oa lo=o \ ,0.1).1
=_(
r) r
- rsin Scosg'
H
-.l
=j-YxA
tl
/ t\ -/rr
: * scoss' karena A hunyumemilikikomponen tp :

[;* ;)+.sin
uq']'n)
Sehingga Y x)=rsin$ ' r 0r r,
I = aS a,-!aV!o)
r a(4sins)= I y!!t_l ,o *!\"-to'. aGin2 s)
f * { *,(io . :)+. sin scos p, rsin$ ag rsin$ 4n (.' r ) r 69

Maka =*P(,r.:)+ cos$

4 = #'!*'*'[+ *'(io . :)+''in s'o"a


)a'a'
y04)
-1ur,,' '(('o
*
i)''') ,,,*
rdrr{nAr
' PIa ( o.!\{.sins2fcos2e,ds,
n'o= .')
*a1l r) r i '((r.r)' =-)"-i* " (-i**1),-,,
-ir( r)
o*=#o(,r.i)*sin$ n
0r r'
=-(L* jk-k"\4r
4^
'1p=
FI xa2
l, rt *, 1)
r-'' .'o,rv
rin s
\r )
4n \t," ,) r
=-#(l*,0-*,,)"t ,ins
Perhitungan komponen r dan O bisa dilakukan dengan jalan yang
sama, dan hasilnya I na2
- 4T. ( to .!\*.
2
B cos$. d"
Ar=Au=Q, \ r) r'
sehingga
* tn"2 (! + jk-t'r\nt!.sins.ze
A : A*dr = r#(,0.)+ sins z*
4n \r )r'

70 Antena: Prinsip don Aplikasi Persamaan Aiaxwell dan Solusinya podo Anteno Kecil
n, =2t !o' ( ,o - !\r!.cos
4fi r) r'
$, dan E =_l_ (_r!t (_ ir,, _L*+.4..l,-'n' .,'n s
\ +Tt r r- r") r
,r0rt [ I
Ho=
lno (!* i*-t,r)" '.*".rrng \
o 4n (r '' ) ,, 2Ira2(.. l' -ikr
4Tc \ r/ r' )
Apendiks E Medan Listrik Loop Hertz
Medan listrik loop Hertz:
p=J- @( io .t-){.sine.d,
47t\ r)r
"/('l)€
-l
E-_.YxH .oo0oo-
jae
Dengan

He=0,
Ils * /(9), dan
H, * "f (<p)

r( 0r -9!'\u
Yxfr =!(a('u")
aS, *
,(G.'r-u,)*)
la(.H*) _t Ina2 .sin S
r0r r4n 0r
,((i . +_u)"'.)
=?
i
5)"-,
_ * _, r(i. + -r,'),-i*
t a(rrrr)_ tna2 ( :r3 t2 . zit . 2 \
;tr=-;[- -;.f.;)';'^n
-rrz
io
t aH, __ztna2 (**l)r 1'..ins
r dS 4n (" r) rt

72 Anteno: Prinsip don Aplikosi Persomaan lloxwell don Sotusinyo pada Anteno Kecil 73
Antena Kawat

Antena dipol atau monopol adalah jenis antena yang paling banyak
digunakan dalam aplikasi komunikasi tanpa kabel. Aplikasi pada pe-
nerima broadcast, yang pada penggunaannya tak rnementingkan di arah
sudut mana penerima terletak, maka antena jenis ini akan diprioritaskan,
seperti antena pada handphone, pada komputer yang terhubungkan dengan
WLAN, dan lain-lain.
Keuntungan lain dari jenis antena ini adalah mudah untuk <tripoduksi
dan murah.

Berikut ini kita akan mengamati antena dipol, yang pembahasannya


seperti pada dipol Hertz. Kita akan memvariasikan panjang dari antena
dipol ini dan melihat efek yang ditimbulkannya. Pembahasannya terutama
sekali akan lebih difokuskan pada wilayah medan jauh (far.field region)
sehingga analisa elektromagnetika-nya akan menjadi jauh lebih mudah.

4.1 DIPOL PENDEK


Dengan mengandaikan panjang dipol /, dengan ).150 <l< )"110 ,
distribusi arus pada dipol pendek bisa kita aproksimasikan berbentuk segi
tiga (gambar 4.1), dengan nilai arus yang maksimum di tengahnya.
Arus segitiga tersebut secara matematis bisa diberikan dengan
Sehingga dengan analogi dari bab 3, medan magnet dan listrik pada
,. -T)""*ko<z'<L kondisi medan jauh adalah
[,
I(z') - (4.1) fr =+ * , .t ."-tr' .sin rJ. d, = H rd, (4.3)
24n r '
,. (t*l)""r"k-L<z'<o
dan
E = Zo'H*'du 9.4)
Pada ujung dipole,nilai arus harus nol, karena tidak ada lagi jalur
arus di sana. Dari [MA09] diketahui, arus akan membentuk fungsi sinus
Diagram radiasi dipol pendek sama dengan dipol Hertz, dengan
hpbw : 90o. Resistansi radiasinya menjadi seper-empat dari dipol Hertz
ke arah dalam kawat. Karena panjang kawat yang masih sangat pendek,
baru ditemui bentuk kontur yang linier dari fungsi sinus (ingat untuk lxl-+
(karena R,od n (E', I I
0, sin(x) = 1;.

:!_
2
R,.d =+(*\r. (4.5)

Resistansi radiasi sebagai besaran kuantitatif untuk menyatakan


apakah pemancaran antena efektif atau tidak. Dengan resistansi radiasi
yang besar, maka daya pancar akan membesar untuk suatu nilai arus yang
diberikan. Pada dipole Hertz dan dipole pendek, resistansi radiasi berban-
ding lurus dengan kuadrat panjang per panjang gelombang. Tapi harus di-
ingat, persamaan (4.5) ini diturunkan dengan asumsi 1150 <l S 1ll0 .

Resistansi radiasi ini didapati dari membagi daya pancar dengan

Gambar 4.1 Arus berbentuk segitiga pada antena dipole pendek nilai efektif arus. Sehingga hanya merupakan besaran banhr saja dan tidak
memiliki makna seperti halnya resistansi pada umumnya.
Di apendiks 4.A diturunkan ekspresi untuk vektor potensial magnetis-
yaitu Impedansi masukan yang dibahas di bab 2 yang memberikan peng-
nya,
aruh penting pada kondisi refleksi sinyal bisa dihitung dengan bantuan re-
AG)=!*{u
24It r (4.2) sistansi/impedansi radiasi ini melalui perbandingan day a, y ang didapatkan
dengan

Hasil di atas sama dengan yang kita dapatkan pada pengamatan Z


dengan dipol Hertz di bab 3, karena kita melakukan tepat aproksimasi yang Zr= roa
(4.6)
sin21n//1.1
sama. Yang berbeda adalah faktor %pada vektor potensial magnetis, yang
disebabkan oleh bentuk arus yang besar di tengah ({) dan nol di pinggir.

Antena: Prinsip dan Aplikasi


Antena Kowat n
Dan resistansi masukannya Dengan mengandaikan, jika kawat saluran transmisi ini dikembang-
n Rrr,l kirn, dibuka saling menjauhi satu dari lainnya dan distribusi arus di sana
n,,=;_1tdlx.) (4.7) ridak mengalami perubahan, maka dalam pembahasan pada antenna dipole
panjang juga bisa digunakan arus yang bisa didekatkan dengan fungsi si-
Untuk dipole pendek menjadi. nus ini, yaitu secara umum dengan persamaan

o=t(ffiI2"
'" -
6a ( sin( si,@
20 )
tA.)"' (4.8) ," '*[o[1-,'),nt t o<,'<!-
I(z') = (4.e)
Pada interval nilai )"150<l < 1110, resistansi masukannya sekitar
-( ,.,'"[o(1+,')u,tut - !-.,'=o
20C)..21o.

4.2 DIPOL PANJANG Distribusi arus pada antena simetris, arus yang dikirimkan oleh gene-
Dari pembahasan saluran transmisi [MA09] diketahui, bahwa arus rator ke suatu arah tertentu, akan kembali dengan arah yang berlawanan, di
yang mengalir di atas sebuah saluran transmisi tergantung dari beban yang antena arus ini akan bersuperposisi secara konstruktif untuk menghasilkan
dipasangkan pada ujungnya. Untuk aplikasi antena dipole, saluran transmisi medan jauh.
ini dibiarkan dalam kondisi open. Ujungnya terbuka, sehingga akan
Jadi penggambaran arus paling mudah kalau dilakukan dari ujung
terjadi refleksi yang sempurna. Refleksi ini menyebabkan terbentuknya antena ke tengah.
gelombang arus berdiri, bahwa besar atau kecil dari bentuk arus akan tetap
Di gambar 4.2, pada antena dengan panjang l=?'"12, di tengah
pada suatu posisi tertentu. Di ujung saluran transmisi ini arus harus bernilai
antena akan terbentuk nilai maksimal arus. Pada antena dengan panjang
nol, dan ke arah sisi dalam antena akan terbentuk arus dengan fungsi sinus.
Gambar 4.2 menunjukkan distribusi arus sesuai dengan kaidah dari saluran
I =7t, ,arus akan melakukan perubahan setengah periode, sampai kembali
rnenjadi nol di tengah antena (pada posisi feeding-nya). Pada panjang
transmisi untuk panjang kawat yang berbeda-beda.
l=3?yl2 kembali di tengah antena nilai arus maksimal, pada panjang
f\
E
'I=+ I = 2)"kembali arus di tengah nol, dan pada panjan g 3?" I 2< / < 21, arus

V .P di tengah antena memiliki nilai 0 I I I I o. Distribusi arus pada antena


pada kenyataannya sedikit berbeda dengan pendekatan di atas, tetapi untuk

$
analisa di sini sekarang kita cukup melakukan pendekatan seperti ini.

$
31 l<2)

D 2 Analisa arus pada posisifeeding sangat penting untuk menentukan


impedansi/resistansi masukan dari antena, pada saat dihubungkan dengan
sumber tegangan (generator). Jika pada feeding dihubungkan sumber
D'=' tegangan V, maka pada antena yang di posisi feeding-tya memiliki arus
maksimal akan memiliki resistansi masukan yang kecil, karena Rn - ll I
Gambar 4.2 Distribusi arus listrik pada antena dipole panjang Sedangkan antena yang memiliki arus nol pada posisi feeding, akan

78 Anteno: Prinsip dan Aplikosi Anteno Kowat


mendapatkan resistansi masukan yang sangat besar. Untuk mendapatkan
resistansi masukan yang sesuai dengan yang kita inginkan, kita bisa
menggeser posisi feeding-ny a.

Dengan diketahuinya arus pada antena, kita bisa melakukan per-


hitungan vektor potensial magnetis dengan integral radiasi, dan pengama-
tan akan kita khususkan pada medan jauh. Persamaan (3.41) dari bab 3
kembali dipergunakan di sini

(3.41)

dengan

d,Q')=d, sebagai arah aliran arus untuk antena yang memanjang di


sumbu z di gambar 4.3. Untuk jarak titik sumber ke titik pengamatan akan Gambar 4.3 Integrasi perhitungan vektor potensial magnetis
dilakukan pendekatan medan jauh, yang masing-masing berlaku untuk Perhitungan integrasi ini sampai pada perhitungan medan magnet
term phasa, yaitu dan listrik dari dipol panjang bisa diambil di apendiks 4.A, yaitu

l, -, 1= Q' + r'2 -Zr. r'cos0)" =r - z' cos6 dengan r' = z,


Dan term amplitudo (farak di penyebut) bisa diganti dengan
lf -l]=, He (4.r0)
dl'= dz'
Dan distribusi arus .I(/') seperti diberikan di persamaan (4.9), menjadi-
kan
dengan k =+
)(,)=
*r,(' {,',((i -, ) "-j"('n'*"f) 0,, r 1.oro'l-ro,
Hr='r+l (4.r r)
. j,'*[(:.,'))*:'*') sinO

Eu = Zo. Hr (4.12)

Gambar 4.4 menampilkan diagram radiasi vertikal dari antena dipol


dengan panjang yang berbeda-beda. Terlihat dengan memanjangkan di-
pol dari l"/4 menjadi 1", pada gambar sisi kiri, diagram radiasinya semakin

80 Antena: Prinsip dan Aplikasi Antena Kowot 81


fokus, yang ditandai dengan diagram yang menguncup. Hal ini mengin- Dengan menggunakan program Matlab atau Octave (listing di
dikasikan beamwidth yang mengecil dan gain yang membesar. Jika dipol lrrrrrpiran bab ini) bisa ditentukan half power beamwidth (hpbw) antena
terus diperpanjang, untuk 1,2 l. diagram juga semakin menguncup, tetapi ,lt:rrgan suatu panjang tertentu yang diberikan di tabel 4.1
terbentuk pancaran samping (side lobe) yang menginformasikan menga-
Tabel 4.1 Beamwidth antena dipol sebagaifungsi dari pcnjangnya
lirnya juga energi ke arah tersebut. Dan jika terus diperpanjang, side lobe
tadi akan membesar, sedangkan main lobe mengecil, sehingga terjadi pe- Fanjang dipol (dalam l. ) hptrw
rubahan arah pancar utama dari antena dipole ini. 0,01 90"

0,25 87'

0,5 78"

0,75 64,

1.0 47,8"

1,2 35,5' (terbentuk side lobe)

Medan listrik (persamaan (4.11)) dan medan magnet (persamaan


(4.12)) adalah dua buah fungsi yang secara bersama-sama membawa
cnergi keluar dari antena menuju titik-titik pengamatan. Fungsi kedua
Gambar 4.4 Diagram radiasi untuk dipole panjang medan ini identis dengan tegangan dan arus pada rangkaian listrik, yang
membawa daya ke pemakai. Hasil produk vektor dari kedua besaran ini
didefinisikan sebagai vektor Poynting sesuai dengan persamaan (3.52) di
bab 3, menjadi
2
I
,r 1.or,} l-.o, |t-
s=1,.(*lrL sinO
L
a

Daya pancar dipol panjang bisa dihitung dengan mengintegralkan


Gambar 4.5 Diagram radiasi vektor Poynting sekeliling antena,

Gambar 4.5 menunjukkan diagram radiasi tiga dimensi untuk dipol


dengan panjang masing-mas ing I ,2 ?" dan 2 ?,".
P, =:llz.lr,l' d,.dd = :,.(*r{i)

82 Antena: Prinsip dan Aplikosi Antena Kawat 83


Kedua resistansi ini ditampilkan di gambar 4.6,yang resistansinya
I tlihitung dengan integral numeris (listing program di apendiks).
,L"orD 7t-
"or{ I ,Mode Fungsi direktivitas yang perhitungannya didefinisikan di persamaan
(1.55), untuk dipol panjang menjadi
]',',,,
P, = L4nz.r.'
i# ["o,(n f
.o'o
)-'"'(' * )' ^
,[:[:'-]-:f"ll'
"L sino
D(o,e)=ry= ]
Resistansi radiasi dipol panjang menjadi (dengan R,o,t = Zf, t tj1

i#[.".[, *.",u )- ""'[" *)' ^


R,.d =
* r.i#[""'(" f "o,o )- "",(^ *)' ^ Dan direktivitasnya adalah nilai maksimum dari fungsi direktivitas
400. ini
350 2
I
300
s n
f .oro -costE
t
Resistansi(Cl )
250 sinO

200
-'
D=
i#[."'( *"*u)-.".(, i)'^
150

100

Untuk menghitung direktivitas, kita harus mengetahui nilai


, maksimum dari diagram radiasi (diferensial, kemudian mencari theta
12345
dari fungsi nol + metode numerik akar persamaan), setelah itu integrasi
Panjang antena dalam ).
terhadap theta pada term di penyebutnya (integrasi numeris seperti pada
Gambar 4.6 Resistansi radiasi (putus-putus) dan resistansi masukan perhitungan resistansi radiasi). Penentuan maksimum dengan Matlab
antena atau Octave bisa dengan fungsi max, sehingga penentuan direktivitas bisa
dipermudah secara signifikan.
Resistansi masukan antena bisa dihitung dengan menggunakan per-
samaan (4.7) Gambar 4.7 menampilkan direktivitas dari dipol sebagai fungsi dari
Rroa panjangnya.
n
"'
"in- . 1.
sin'(d I 1)
,t

Antena Kawot 85
Antena: Prinsip dan Aplikosi
l);rya pancarnya:

direklivilu P=)-2.r,'i#*"(1*'up
l )an resistansi radiasi dipol panjang

R,.d --
# = j z.i#."" (;*, o) o = 7 3{l

(dengan Z"=120n{l)
I)irektivitasnya:
panjang anlenna
dalam ),

Gambar 4.7 Direktivitas dipol sebagaifungsi dari panjang antena

4.3 DIPOL SETENGAH GELOMBANG (DIPOL ).t2)


Dipol Setengah Gelombang (Dipol ?'" 12) adalah dipol dengan D=
on, nilai maksimum pada o=A
r 1I 1l 2
panjang setengah dari panjang gelombang pada frekuensi kerjanya, l_cos.l "l _
dipol ini adalah salah satu dipol yang paling sering dipergunakan. Hal {sinO l2
0 [;'"'u)'u
ini dikarenakan resistansi masukannya 73{1,, yanE sangat dekat dengan
')
impedansi karakteristik 75 Cl dari beberapa saluran transmisi, sehingga D^= --i-=1,644
memudahkannya untuk me-match sambungan saluran transmisi ke antena,
' 0,8219
terutama pada saat resonansi. Karena alasan di atas kita akan secara spesial
membahasnya sekarang. 4.4 ANTENA YAGI.UDA
Medan magnet dan medan lishik dipol setengah gelombang adalah: Untuk menaikkan direktivitas atau gain dari antena kawat, sering-
lt ^ Il-coslIn:
:cosd kali digunakan dipol reflektor atau direktor. Dipol reflektor adalah kawat
Hq
I^ e-jb ["o,
.
t2n
2 t 12 yang diletakkan di dekat dipole yang diberi sumber (driven dipole) yang
r sind
t- bertugas merefleksikan balik gelombang yang mendatanginya. Sedang-
kan dipol direktor adalah kawat di sekitar driven dipole yang bertugas
Eu = Zo'H* meneruskan gerakan gelombang yang mengenainya. Antena yang meng-
gunakan biasanya sebuah reflektor dan sejumlah direktor contohnya An-
tena Yagi-Uda. Jenis antena ini digunakan dari frekuensi 100 MHz sampai
ke beberapa GHz.

86 Antena: Prinsip don Aplikasi Antena Kawat


Gambar 4.8 menunjukkan antena Yagi-Uda dengan sebuah reflektor Dengan menggunakan jarak direktor 1 ke driven dipole 0,156),
dan 4 buah direktor. tlilakukan analisa berikutnya yang menghasilkan gain optimal pada jarak
tlircktor 2 ke direktor satu di besaran 0,251" dengan gain 10,6 dB, seperti
Sebagai driven dipole digunakan dipole yang panjangnya sekitar
tcrlihat di gambar 4.10.
setengah panjang gelombang, atau tepatnya 60/o lebih kecil dibanding
setengah panjang gelombang (= 0,47 l") sehingga memiliki impedansi Perancangan dengan jumlah direktor yang lebih banyak bisa diterus-
masukan sekitar 50 ohm. Atau seringkali digunakan folded dipole yang kan dengan cara yang sama.
memiliki performansi lebar pita yang lebih lebar dan memiliki impedansi
n'u
masukan yang kurang lebih empat kali lebih besar dibandingkan dengan I
dipole biasa. Ke folded dipole ini disambungkan saluran transmisi pipih
el
yang memiliki impedansi gelombang/karakteristik sekitar 240 ohm.
l

Sebagai reflektor digunakan dipole dengan panjang setengah panjang ,.u I


gelombang, atau juga sering dipakai beberapa dipole untuk mendapatkan
efek refleksi yang lebih baik. Jarak reflektor dari driven dipole sekitar 6'
E
8!
0,25L. cl
Reflektor g, u[
driven dipol

Direktor 3 6.5

Direktor 4
6L_
0 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
D, in tr.

Gambar 4.9 Pengaruh jarak direktor I ke driven dipole terhadap gain


Perhitungan antena Yagi dengan metode sederhana dikembangkan
oleh para penggemar radio amatir, dan disediakan di internet dengan nama
Direktor.,*":#T;-':::r::;'S"oo"rearahanyang Ya gi C al cul ator (http I I vk5 dj mountgamb ier. org N agiN agi.html ).
: .

baik. Panjang director sekitar l% lebih pendek dari driven dipole.


Perhitungan antena Yagi secara serius bisa dilakukan dengan soft-
Gambar 4.9 menunjukkan pengaruh jarak direktor I ke driven dipole
ware seperti NEC2, Wipl-D, FEKO, dsb. Untuk lebih lengkapnya bisa di-
terhadap gain antena Yagi-Uda dengan sebuah direktor. Lokasi untuk gain
baca lebih lanjut di bab 13 tentang metode numerik di antena.
optimal sekitar 0,15 1,, yaitu dengan gain sekitar 9,4 dB.

88 Anteno: Prinsip dan Aplikosi Antena Kowot 89


Aa)= **(1,, - .l',.
*)iJ,' +f:,,)+
r,a,( !__!__( _L*1'))r-'n'
=p
4n [z 4 I ,'o))
r

7G)=l*eau.
24n r -

Apendiks 4.8. Perhitungan medan listrik dan magnet dipol


panjang
Kembali dengan menggunakan persamaan (3.41) dan persamaan
arus (4.9),
0.15 0.2 0.35
D2 in ),
A(,) = r,(i,,,(_[i _,,) d,t
Gambar 4.10 Variasi jarak direktor 2 ke direktor l, dengan D, : 0,156?u
* "ikz,c.so

Apendiks 4.A. Perhitungan vektor potensial magnetis pada


dipole pendek
.
i,'.[( i.,'))
n'* *'o r,'Y
Untuk perhitungan integral radiasi kita akan melakukan pengan-
Dari matematika didapat
daian yang akan mempermudah perhitungan, yaitu dengan menganggap
lf - f1 = r untuk pengamatan far field, sehingga dari dengan menggu- + bx). e"'dx = + bx)- b cos(a+ bx)l
nakan persamaan (3.41), vektor potensial magnetis menjadi Jsin(a #V'in(a
Maka
,r'l '
lr-r1 i$)=t:!. r(i- o*'(o(l-')),
) +r ',[lr#X*[,0-"'*[ '')).
dengan pengandaian di atas, r adalah konstanta dan bisa dikeluarkan dari
integral, -|,ffi[lr.*o,i,[r(i-,,))_-*,('(i-,'))1-,,,}#
z(r) = -+y''. j, (' . +Y')+
--(it
x) Antena: Prinsip don Aplikosi Antena Kawat 91
o
;(r) =
* *#lr u, -
"'r
l"'"
- (- rr *, u, (*
!). o*.(- ; ) '
i =j
* *['"'(o j *',)- *'(* i ). ;[,*(* j *, r)* *, r,*(o :\]+, r

+
"o,
o,
^(r
r
i)- "{- ; )). o"-
ui*"
"l* tak berkontribusi pada daya efektif

[rr Sehingga wtukforfield:

z(i)=*,o1'_;lr,"'*l*"o+7/ccoszrsi"(rl)-r"*(ri\+r" n =j
*#[."'(or*.o)- *'(r
i\+,.
dan dengan
Di kordinat bola:
Eu = ZoH*
A, = A, cos0 * /(g) 4 =-A, sinf + /(g) Ac =o

L Apendiks 4C Listing program (Matlab atau Octave)


E =lvr7
!
L(a("q,) -ae.1-
= p.[
Er ao )'
Penentuan beamwidth antena
function BW=beamwidth (LL)
thet.a:0. 0:0. 000L :pi;
d(rAo)-'[-'t*o,.,,r2[0"-i""'..,n*"""(01)-o*-(o;)]+""'l HH: (cos (pi*LL*cos (theta) ) -cos (pi*LL) ). /sin (theta) ;
0r dr IHmax,pos]=max(HH);
HH=HH/Hmax;
posmax=theta (pos) ;
# + F#,il* =- .,,ri"*o + ir cos osin(-l)- * *,1-
r)]o$l ii=1;
dif (ij-) =abs (HH (pos+ii) -0.5*sqrt (2.0) \ ;
while dif(ii)>1.0e-4,
+ ;r cos resin(*
; )-
. *,(-
i)1"
- ii=ii+1;
dif (ii) =abs (HH (pos+ii) -0.5*sqrt (2.0) ) ;
end
pos_3dB=theta (pos+ii ),

_u(* r*olo
uu, "'ru"'.'
.,0 *, o,^(o
r)- o
","(o r\{ ",,
o) BW=abs (2. * (posmax-pos_3dB) ) *180/pi;

ao ao Perhitungan resistansi radiasi


function Rrad=radiation_resistance (LL)
N=L00;
de1 tatheta=pi /N;
aA, _ p. 1" 2 e-ik' theta=del-tatheXa / 2. ;
a?, 4n k' r func=0 . 0;
for ii=1:N,
A=cos (pj.*LL*cos (theta) ) -cos (pi*LL);
Untuk pengamatan farfield, terlihat hanya komponen yang pertama B=A*A/sin (theLa) ,.

saja yang akan memberikan kontribusi, sehingga func=func+B;


theta=theta+del-tatheta ;
end
!*"' + 7* cos zesin(o
F, = i
* #lr, .
"'o
o
* )- "". (r +\+ r, Rrad=50 .0* func*deltatheta ;

-oo0oo-

92 Anteno: Prinsip dan Aplikasi


Antena Kawat 93
1

Antena Arrag

5.1 PENDAHULUAN
Diagram radiasi dari sebuah antena secara sendiri (single antenna)
biasanya relatif lebar, misalnya dipole setengah panjang gelomb ang (l /2 )')
rnemiliki beamwidth 78o, atau dipole dengan panjang lambda 48o. Antena
yang memilibi beamwidth lebar akan memiliki direktivitas dan gain yang
relatif rendah.

Pada komunikasi jarak jauh digunakan antena yang memiliki gain


yang tinggi. Dengan gain yang tinggi ini, bisa didapatkan nilai Equivalent
Isotrop Rodiated Power (EIRP) yang juga tinggi, yang akan menjamin
jangkauan (range) yang lebih besar.

Pada aplikasi radar digunakan antena yang memiliki beamwidth


yang sangat sempit, yang akan menentukan resolusi sudut dari radar terse-
but, sehingga bisa mendeteksi objek-objek yang berdekatan sebagai objek
deteksi yang terpisah.

Untuk mendapatkan antena yang seperti ini, kita bisa memperbesar


ukuran dari antena itu sarnpai melebihi panjang gelombangnya. Tetapi al-
ternatif seperti ini akan memberikan masalah baru, yaitu munculnya side
lobetambahan dengan peredaman yang mengganggu. Makin panjang/besar
antena tersebut, makin banyak pula side lobes-nya (bab 4 antena kawat), 5.2 ARRAY DUA ANTENA
juga masalah yang berkaitan dengan mekanis dari antena yang terus mem-
Pengamatan kita mulai dengan stuktur yang paling sederhana, yaitu
besar.
array yang tersusun dari dua buah antena dipole Hertz dengan panjang l,
Di bab ini diperkenalkan cara lain, yaitu dengan menggunakan yang terletak di atas sumbu z (gambar 5.1). Kedua antena tersebut diorien-
beberapa antena yang disusun menurut konfigurasi geometris dan elektris tasikan secara vertikal, satu sama lainnya terpisah oleh jarak sejauh d, dan
tertentu. Susunan antena ini disebut array (grup antena). Antena-antena diletakkan simetris terhadap sumbuy, sehingga posisi antenna I di z: dl2
yang disusun menjadi grup&elompok ini biasanya antena yang sejenis dan antena 2 di z: -d12.
(misal array dipol, array waveguide, array mikrostrip), hal ini diprioritaskan
untuk mempermudah analisis, sintesis dan juga fabrikasi. Antena I dicatu dengan arus 1, = 1."'* sedang antena 2 dengan
- rp
Medan listrilc/magnet total dari array adalah superposisi secara vek- Iz = I. e', (I: amplitudo arus, dan B : phasa arus).
torial medan yang dihasilkan dari masing-masing antena. Dalam meng-
Akan dilakukan pengamatan pada titik p, yang terletak pada jarak
hasilkan suatu diagram radiasi tertentu, ke arah pancar yang diprioritaskan
r, dengan sudut $ dari sumbu z. pada perhitungannya nanti, titik p ini di-
untuk mendapatkan direktivitas yang tinggi, diupayakan medan vektornya
andaikan berada di medanjauh dari kedua antena tersebut, sehingga bisa
saling bersuperposisi secara konstruktif (saling menjumlahkan), sedang-
dilakukan pendekatan-pendekatan yang akan mempermudah perhitungan-
kan ke arah pancar lain yang diinginkan memiliki direktivitas rendah, su-
nya.
perposisinya diupayakan berlangsung secara destruktif (saling mengura-
ngi/menghilangkan). P(r, $, <p)

Ada lima parameter yang bisa digunakan untuk mengonfrol diagram


radiasi dari array:

1. Konfi gurasi geometris array


Antena I
a.
b.
c.
linier: antena disusun pada suatu garis tertentu
circular: disusun di atas suatu lingkaran
planar: tersusun pada suatu bidang dua dimensi
-I
2.
d. secara tiga dimensi di ruang

Jarak dari satu elemen antena ke elemen yang lain.


-I
J. Amplitudo arus atau tegangan yang dipasangkan padafeeding elemen
antena.
Gambar 5.1 Dua dipole Hertz yang membentuk arralt
4. Phase arus atau tegangan padafeeding.
5. Diagram radiasi dari masing-masing elemen. Dengan medan listrik dari dipol Hertz untuk kondisi medan jauh
yang diberikan pada persilmaan (3.49)

96 Antena: Prinsip don Aplikasi Antena Array


97
Eo*,ouo=fi2 , , +.sind.dr, (5.1)

maka medan listrik total di titik P seperti ditunjukkan di gambar 5.1

E =*r,,1+.sin
4nl-t12) {2,,, *"-4*"r+) .sinf,do,,'],r.r,
antena I

Dengan mengandaikan titik P berada di medan jauh, maka dapat


diambil pendekatan seperti pada gamba t 5 .2, y aitugaris-garis dari masing-
-I
masing dipol Hertz dan garis dari titik asal menuju ke titik P secara paralel,
atau
-I
8r =Oz =8
Sehingga persamaan (5.2) menjadi
Gambar 5.2 Pendekatan medan jauh untuk perhitungan medan listrik di
titik P

lLz ,' ,1"-'(r^-t) *"-'lo'-*) l.in ua,, Persamaan (5.3) menjadi


4ou 'l. 4 '-i,
u
E=- (s.3)

)""""0 )l
E --Lz4xl.' - +-
, .,1 ''tlr'-ri*""-t) "-i(r,+r!*"0*f z]au
Untuk jarak dari antena ke titik P kembali digunakan pendekatan fin
)
medan j auh, y ang menghasilkan, masing-masing untuk variasi phasa

d
= r--cos0
r,2 (5.4) E =*, ,,
4nr"[., +.sinee.
aol"'(oi*'*t) *"-'(ri"'*'))

d
"2 +f cos0
r.t = r (5.5) , =*, , , +.sind. ao.zcoslr&cdcoso+ B) (s.7)

dan untuk variasi amplitudo Pada hasil perhitungan di atas, didapatkan medan listrik yang di-
rr=r2=r (5.6) hasilkan oleh array yang terdiri dari dua dipol Hertz

E= Eo,oo, r",,,' AF (5.8)

98 Antena: Prinsip dan Aplikasi Anteno Array 99


I
,"lran Eaipotuno seperti di persamaan (5.1) yang merupakan
.karakter
- dari antenna Dengan deret Taylor
penyusun array ini, dan dengan AF sebagaifahor 1(t+ x),, l+ x / 2 untuk fx[<<l), menjadi
=
yang dihasilkan oleh pembentukan array ini (AF
: Array Factor)
, = {'-14.oro-).z"uu
)='-1a.oro
AF = z"orllra rl+ B), densan k = 2n I ). (s.e) ( 2r
"os
untuk 1 bisa dirakukan perhitungan
Jadi lf'merupakan fungsi dari jarak kedua dipol satu dengan yang sama untuk mendaparkan
lainnya
(geometri dari anay) dan fungsi dari phasa
arus pembangkit pancaran.
, = {( r* 14.oro )=, *la.o.o
2r -)"2-uu
Contoh 5.1

Lakukanlah pengujian pendekatan jarak r, dan r, di atas untuk di ampritudo, yaitu t/r, t/r,,
amplitudo dan phasa. Il lil;, ,1,#;I::X-$iengaruh atau dan
Jawab:
untuk merihat pengaruh di kedua
bagian itu d,akukan anarisa
dengan nilai-nilai khusus,
P(r, $,q) misalnya jarak ke titik p
jarak antar antenna sebesar , = zoometer,
d:
I meter lworse caselkasus ekstrem
cos g = I).
I
lt = r -
-dcosO =200m_0,5 m: 199,5 m, maka l/rr:0,0050125
m-rdan
I
12 =r +-dcosO= 200 m * 0,5 m = 200,5 m, memberi kan
l/rr:
I 0,0049975 ma,
sedangkan I/r: Q,QQ5 6-r.
Sehingga untuk pendekatan
l/r, = l1y dan l/r, l/r
I I
error sebesar 0,25yo. = memberikan

pendekatan
I
ini tak boreh dirakukan untuk
phasa, karena kerebihan
Dengan menggunakan segitiga AOp di gambar, atau kekurangan factor ld.o.O
bisa dihitun g jarak akan menjadi penting akibat dikalikan
rr menggunakan rumus kosinus dengan kons tanta phasa
klung -.ngundung informasi panjang gerombang.
Jadi harus diamati factor nf"oro,
jika jarak antena sebanding
,, = b, + Q t zal - 2r.t / 2d co, ol', ='('-l"o"J" paniang gelombang, misal
dengan
aplikasi di atas digunakan
300 MHz yang panjang gerombangnya urt t r..tr.rr],
rebih kec, dari r m, factor
sudah tersebut
memberikan deviasi sebesar r 1g0".
t@
Antena: Prinsip don Aptikasi
Antena Arroy
rcl
T
Contoh 5.2:
Diberikan array seperti di gambar 5. I , tentukanlah posisi nol medan c. F = -n l2'. makacoso -, : o(,.;) + cost = 4n +3
listrik total untuk jarak kedua dipol 7 = I dun phasa arus sebesar
4 Solusi hanya untuk n : -1, cosO = -1, atau O = 180' .

a' F =0 b.F =n l2 c.0=-n12 Gambar AF dan diagram radiasi array ditampilkan berikut ini.
Jawab: Untuk kasus B = 0, tak ada perubahan yang signifikan pada diagram
radiasi. Sedangkan pada B =frt 12, diagram radiasi array mengalami
E Uitu nol jika E r,*, ,oo = 0 , yaitu dari karakter antena penyusun perubahan dibandingkan dengan dipole Hertz. Terjadinya perubahan arah
array ini
pancaran utama yang mengarah sekitar 30" ke atas atau ke bawah dari
atau AF :0 yang diakibatkan oleh pengelompokan antena. bidang horizontal.

Jadi pada t} = 0o dan O = 180" (E*o,,Hertz = 0 ), dan

AF = 2"o,(o . o. o
l"o, +)=
atau dengan d =I, AF =z.or[f,.o, o.
+)=o 9=n/2

Fungsi kosinus memiliki nilai nol jika argumennya:


( l\
n: "',-2,-1,o,1,2,...
l'. ,f
dengan

Jadi lcoso *L =(r.;}r dengan n : ..., -2,-r,0, t,z, ...

a. 9=0:makacoso=
{".*)
Di sini terlihat dengan n = ..., -2, -1, O, 1,2,..., cost} >l atau
cos0 < -1, sehingga tidak ada solusinya. F= -nlZ

Jadi hanya ke arah O = 0' dan O = 180' tidak terjadi pemancaran,


yang diakibatkan oleh dipol Hertz itu sendiri.

b. F =r 12:makacos0+r=y'r*f') =+ cos0
-- = 4n+l
( 2)
Solusi hanya untuk z : 0, cos0 = 1, atau O = 0o

Anteno: Prinsip dan A,plikasi Antena Array 103


Contoh 5.3:

sekarang kita akan mengorientasikan dipol Hertz ke arah horizontal,


seperti ditampilkan di gambar berikut. Analisa diagram radiasi array.

-T
-,I I

*
Jawab:

Maka dengan acuan sudut $, dipor Hertz memiriki diagram pancar fi=nl!
$=nlZ 9=-n/Z

dengan fungsi cos8. Dari pengamatan sederhana ini kita bisa melihat efek yang ditimbul-
sedangkan AF memiliki bentuk yang sama seperti contoh sebelum- kan oleh array dengan bermacam-macam phasa dan orientasi antena.
nya, karena tak ada perubahan parameter pada fungsi tersebut. Contoh 5.4;
Gambar berikut ini menampilkan diagram radiasi array. pada kasus Amati fungsi AF untuk jarak antarantena yang divariasikan dari)'|4,
F = rc I 2 , antewra I berfungsi sebagai reflektor, sehingga arah pancaran X12,3?'14, dan 1".
utama akan ke -180,, sedangkan untuk
F =-nl2 terbentuk kondisi
Jawab:
sebaliknya.
Gambar berikut menunjukkan AF yang mengubah akibat variasi
jarak antara kedua dipol Hertz

1U Antena: Prinsip don Aplikosi


Anteno Arroy 105
d:?"

Gambar 5.3 Array linier yang terdiri dari N buah antena di sepanjang
sumhu z

Kepada masing-rnasing elemen diberikan arus pencatu yang me-


rniliki amplitudo yang sama tetapi phasa yang berbeda, yaitu phasa yang
membesar secara linier dengan,

trf _f
- t
Iz = I 'ei\
I'=I'ej29
atau secara umum
5.3 ARRAY LINIER N ANTENA
I,=I'"ib-t)9 (s.10)
Sekarang kita akan lakukan pengamatan pada array yang secara
umum terdiri dari N buah elemen antena. Gambar 5.3 menunjukkan array Jarak dari setiap antenna ke titik pengamatan P di medan jauh
tersebut yang disusun secara vertikal di sepanjang sumbu z. Jarak antara adalah
antena yang berdekatan sama, yaifu d, sehingga besar total antena adalah fr=T
(N- l)d
rz = r -dcos0,
\ = / -2'dcos0

106 Antena: Prinsip dan Aplikosi Antena Arral 107


atau secara umum

rn = r -("-1)'dcos8 (s.11) (5.16)

array
Dengan analogi perhitr,rngan seperti pada array dua elemen, faktor
untuk struktur array di gambar 5.3 menjadi
'',(r)
AF =1.t, * Faktor array mempunyai nilai maksimal AF^ : N.
"i(kdcoso+f) "iz(u"oso+0) (s.r2)
a coso+fl)
+ ... * Atau dengan me-norm faktor array di atas, kita dapatkan
"fi(kd "i(tt-t\ucosarp)
Dengan
AF, (5. l7)
P :ftdcos9+p (s.13)

menjadi

AF : I * siv I si2v I ei3v + ... * si(N-t)v (s.14) AF N


1

0.9
Cari alternatif yang penulisannya lebih korrpak akan diturunkan di
sini, yaitu dengan mengalikan rumus ini dengan e/v , sehingga 0.

AF.eiv- eiv + si2v a gitv q ei4v... * giNv (s. l s)


I
o.7

Dengan mengurangi persamaan (5.15) dengan (5.14) menjadi 0.6

AF.eiv - AF-eiNv - | 0.5

o.4
AF -(eiv -1)= ei*v -l
0.3
. Ntt, .Ntt/ .NV/
J . -J
iL'-
DjNtt/ _l oJ e ' -e z "
o.2
-tt/ .tl/
erY -l iY
e2 e'-e
J j J1
0.'t

ou
-'t o -5

AF="j('-'Eq _-..r+ w

Gambar 5.4 AFNuntuk array denganN: i dan N : 6 sebagaifungsi


"'"15,
dari y
Dengan mengambil titik referensi di tengah-tengah array ini, maka
eksponsial di atas bisa dihilangkan, sehingga

Antena Arroy 109


108 Anteno: Prinsip dan Aplikasi
1
derrgan n:4, 1,2,....

1
I

0.9 o, jika Y =!m'2n (s.22)


'r(5)= \=**'tE
0.8
stn v/
2 dengan m: O,1,2, ...
o.7 Untuk n : 0, n: N, dan seterusnya syarat di persamaan (5.20) tidak
0.6 sin6Y tcrpenuhi, jadi hanya untuk n : 1,2,3,..., N-I. Sehingga terdapat N - I
2 posisi nol untuk 0 <r{ <2n, dengan posisi yang diberikan oleh persamaan
0.5 (s.21).
o.4 Posisi sudut I
yang menghasilkan AF bernilai nol, bisa ditentukan
0.3 clengan persamaan (5.13), yaitu:

o.2ll- "t - tlZn=kdcos|+ 0


N
0.1

,*-e
%' 3 4 s 6t 7 B
o*,,, =arccos
l++1.* ) 6.23)

Gambar 5.5 AF terjadi dari pembagian dua buahfungsi sinus berbeda dengan n 10, N,2N, ...
periode Contoh 5.6:

5.3.1 Posisi Nol Array N Antena Untuk N : 6, tentukan ke arah sudut mana tidak terjadi pemancaran,
asumsikan seluruh antena dicatu secara se-phasa dan jarak antarelemen
Posisi nol dari array N antena bisa didapat dengan menjadikan
0,5 1".
persamaan (5.17) menjadi nol
Jawab:

AF,,
,"N= L ""[tJ=o (s.1e)
Dari persamaan (5.21) didapatkan V yang menghasilkan AF men-
jadi nol, yaituuntuk n=|,2,3,4,5:V =t1rc ,t?n,X1n,+ln, dan
',"[5) s3333
+]-n
J
Sedangkan posisi arah pemancaran bisa ditentukan dengan persa-
"*,
,tr[*)= o o"n*u, syarat ,*(]). o (s.20)
maan (5.23)

*n'n= * =*#^ (s.2t)


'.[ry)=o,jikary=
112 Antena: Prinsip dan Aplikasi Antena Arroy
pengecualian nilai maksimum yang pertama dan terakhir dalam interval
o,., =arccos r*-o)=arccos 0<yS2r.
[*+1- # [-;]
Di
garnbar 5.5 terlihat ada sedikit perbedaan antara posisi nilai
Karena nilai cosinus minimal -l dan maksimal *1, maka hanya ter- maksimum untuk sin(Ny l2) dan lF.
dapat nilai untuk n : 1,2 dan3, yaitu:
n=1 : O*u, = arccos 0,333 = 70,53' dan
' (t'tv\ memnunvai maksimum Pada
ttl?,J
Otuul = arccos (-0,333) =109,47"

n= 2: 8*u,, = arccos 0,667 = 48,19' dan ry=-(;."}' =* =t(r+ rd*n


Or,rurt = arccos (-0,667) = 131,81" v =t(l +zfiLn (s.2s)

n:3 : Oy,rr = arccos 1= 0'dan


I
Untuk N : 6: V, = ;fi nilai pertama, jadi bukan maksimum dari AF
O*utr = arccos (-l) = 180' b
1

5.3.2 Posisi Nilai Maksimum Faktor Array N Antena V , = *n


2
=1,571, secara eksak posisi maksimum AF pada 1,5125

5
Nilai maksimum terjadi jika kasus terpenuhi, yaitu pada V , = lTc = 2,618, secara eksak2,6027
# f)

saat persamaan (5.23) memiliki nilai n: 0, N, 2N, ... 7


Yq =;ft
o
=3,6652, secara eksak didapat 3,6805
Maka persamaan (5.23) menjadi
a
1

o*u*= ***l*(xz*r-e)] (s.24)


V, = ifi
z
= 4,7 124, secara eksak didap at 4,7 7 07, dan

t
\I e = ;fr nilai terakhir, jadi bukan maksimum dari AF
dengan fl:0,1,2, ..... o
Posisi nilai maksimum di atas adalah maksimum global yang meru- Posisi di atas tentu saja bisa dilengkapi dengan nilai-nilai negatif
pakan nilai AF yang paling tinggi. Di dalam aplikasi antena, maksimum dari y dan periodisitasnya dengan periode 22.
giobal ini adalah main beam. Selain itu AF mempunyai nilai maksimum Tabel 5.1 menyatakan hasil dari perhitungan posisi side lobes dan
yang lain, maksimum lokal, seperti yang terlihat di gambar 5.5. Di aplikasi peredamannya secara aproksimatif dan eksak.
antena, maksimurn lokal ini adalah side lobes.

Posisi nilai maksimum ini secara aproksimatif bisa diketahui deng-


an menentukan nilai maksimum dari fungsi sinus di pembilang, dengan

114 Anteno: Prinsip don Aplikasi Anteno Array 115


1
Tabel 5.1 Posrsi aproksimat if dengan peredamannya dibandingkan l]ntuk N : 6, pendekatan ini menghasilkan 0,4637, dengan hasil eksak
dengan hasil eksak 0.4695.
Side Posisi
Per6daman app.' Posisi eksak Peredaman eksik [)ari gambar 5.5 bisa diaproksimasikan nilai yang kurang lebih sama.
lobes ke approks.
I 1,571 0,2357 = -12.55d8 1,5125 0.2392: 2.43d8
Contoh 5.7:
2 2,618 0,1725: -15.2619d8 2,6027 o.1727: s.2530d8
3 1,665 0,1725: -ts.26l9dB 3,6805 O.1727 = s.253odB Lakukan analisa kesalahan yang dihasilkan persamaar. (5.26) untuk
0.2392:
4 4,712 0,2357: -12.55d8 4,7707 2.43d8
array dengan N:2, sampai N: 10.
Nilai peredaman didapatkan dengan memasukkan nilai posisi y ke Jawab:
persamaan (5.17), misalnya untuk Vr : 1,571, maka peredamannya adalah
nilai AF* di sana .N Hasil eksak ,' Persamaan (5.26) Error [7ol

. (a,rv
sml
\ 2
l
1,5708
0,9756
1,3910
0.9273
12,93

AFu _t \2
-l )=L sin(3x1,571) = I -l = _0,235j 4 0.7153 0,6955
5,21
2,8s
6 sin(1,571l2) 6 0,707
' .r"(,Y)
5 0,5665 0,5564 1,82

\2) 6 o,4695 0,4637 t,25

+ 20logl- O,X57l= -12,55 dB


7

8
0,401I
0,3503
0,3974
0,3478
0,93
0,72
9 0,3109 0,309 l 0,s8

5.3.3 Beam lYidth Atay l0 0,2795 0,2782 0,47

Karena maksimum dari AF terletak di ry:0, maka untuk antena Sesuai dengan pendekatan yang dilakukan untuk persamaan (5.26),

yang sangat direktif besar kemungkinan batas beam width-nya tak jauh yang akan bagus jika antena yang dimiliki memiliki beamwidth kecill
dari y:0. sempit, dalam hal ini memiliki N yang besar. Tabel memberikan hasil
kuantitatif tambahan. Untuk N > 5, kesalahan sudah dibawah2%o.
Untuk nilai y yang sangat kecil, AF bisa diaproksimasikan menjadi
Contoh 5.8
I I
AF*
N N V
='{ry) Diberikan sebuah array yang terdiri dari 6 buah elemen antena isotrop
yang dicatu dengan arus yang memiliki amplitudo sama dan se-phase.
2 Jika jarak antarantena sebesar setengah panjang gelombang, sketsakanlah

Sehingga dengan menggunakan tabel si seperti diberikan di apen- diagram radiasi array ini.

diks 5.A kita bisa mendapatkan batas beam width irri dengan pendekatan Jawab:
di atas menjadi
Data yang kita miliki 6, B : 0, d/)": 0,5, dan untuk ele-
adalah, N:
Nv (s.26) men berupa antenna isotrop, diagram radiasinya sama dengan AF, yaitu
2
- +1.39r

116 Antena: Prinsip don Aplikosi Anteno Array 117


1r
l

AF* 0.9r
i

'',(f) 0.81

o7)
Yang ditunjukkan di gambar 5.5. Dengan
06i
\t =2n4"or0+ B =n cos0 0.5i
lL
O.4'
Untuk O berlaku interval 0 <8 < 180', sehingga dengan
I
i

0.31
V =zr cos0 kita dapatkan hubungan sudut pancaran dengan besaran
bantu y. 021
1l
0.1i
i
I

9e 4 \-2
\o V

Gambar 5.6 AF dengan korespondensi 9, untuk dll: 0,5 dan B:0


Jika $
terus diperbesar, \y akan bernilai negatif, tetapi kita akan
mendapatkan nilai AF yang berupa pengulangan dari nilai di pemancaran
di atas bidang horizontal.

Diagram radiasi ditampilkan di gambar 5.7. Main beam mempunyai


arah pada bidang horizontal 90'. Side lobes seperti yang diberikan di tabel
5.1,
) 20 40 60
60 80 100 120 140 160 180
v
t'
,llil.:.,,i.it'l:. g

Kita akan memulai pengamatan dari $ : 0o yang berarti pemancaran


r,571 9=cos-r(v/n):60'
2,618 34"
ke arah vertikal ke atas. Nilai y: zr ini akan menghasilkan AFu: 0 seperti 3,665 = -2,618 r46.
yang kita lihat di gambar 5.6. 4,712= -1,571 120.

Dengan membesarnya S, yang berarti arah pancaran akan menuju


bidang horizontal, nilai ry akan mengecil, sampai menuju nol pada saat
S :90', yang pada gambar 5.6 akan kita dapatkan main beam dari AF.

118 Antena: Prinsip dan Aplikosi Antena Array 119


:
30' yang secara radian bernilai B : nl6. Tak ada yang berubah
B
pada AF, tetapi untuk fungsi penghubung sudut pancar $ dan besaran ban-
tu y menjadi

V =rucos0+1
6

Fungsi ini divisualisasikan di gambar 5.8. Fungsi kosinus dengan


amplitude n, digeser ke atas sejauh r/6. Sehingga nilai V : 0, sekarang
terjadi untuk arah pancar yang lain, yaitu

0=zcos O*+ = d=cos-r (-ll 6)=99,59"


Gambar 5.7 Diagram radiasi aruay 6 elemen, dengan d/)t: 0,5 dan
p:0 Diagram radiasi dimulai pada $ :0, atau pada y :7n/6=3,665, dan
berakhir pada $ : 180o, atau pada \y :-5fi16: -2,618, yang keduanya ter-
Contoh 5.9: letak di side lobes. Gambar 5.9 menunjukkan korespondensi sudut pancar
Amatilah kasus di contoh 5.8 tetapi dengan perbedaan phasa pada dengan AF.
arus pencatu sebesar 30'. I = 99,5f
1
Jawab:
0.9
7n/6 =3,665
0.8 ----

v/
0.7-- -l
0.6---
0.5- ----
0.4- -

0.3 ----i
=,.("^e *!)=
o e =ee,sr
o'2- i

0.1- - :
-5rd6 = -2,618

120 180
9o- a
-------i
= 180'(V = -2,618)3 = 0'
S
(V = t66Tf-------->
Gambar 5.8 Grafik penghubung sudut pancar $ dan variabel bantu ty
Gambar 5,9 AF dengan korespondensi 9, untuk dh: 0,5 dan p:jA,
120 Antena: Prinsip dan Aplikasi Anteno Arroy
Diagram radiasinya diberikan pada gambar 5.10. Phasa sebesar 30o
menyebabkan terjadinya perubahan arah pancaran (tilting) sebesar 9,59' linier dengan 0 =30" . Jarak antarelemen d =?u. Berikanlah sketsa dari
ke arah bawah. tliagram radiasinya, tentukanlah arah pancaran maksimalnya, arah side
lobes dan besar redamannya.

.lawab:

Persamaan (5. l3) menjadi

y'1. _lt
=2tr$"oro +F =2n cosr) + -
6

Gambar 5.11 menunjukkan grafik dari persamaan tersebut, nilai


minimal -5,7 6 dannilai maksimal 6,8 1.
8
rttl i

6,81 \ :\-
I

Gambar 5.10 Diagram radiasi array 6 elemen, dengan d/L: 0,5 dan i
9: iU '\
i i \i
\i
T
Contoh 5.10: i--f--\ l

Pada sebuah array denganjarak antarelemen sebesar setengah pan- \\ I

jang gelombang, berapa beda phasa yang harus diatur sehingga main beam \ i

akan mengarah pada 87o ---,- i i--l\


i

llti
rll
i
Jawab: illt l

l I

.Iarak antarantena d: 0,5 ), menghasilkan persamaan berikut ini. li11


ltl
I

!ltt I

- - - t - - - - - - -t- - - - l- I
V =ncoso+B lir
rl
y:
l

Karena main beam terletak pada 0, maka dengan $:87", di- '5,76
dapatkan nilai phasa 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

B
: - ncos 87o : - 0,052 n : - 9,42o. Gambar 5.ll Grafik penghubung sudut pancar $ dan variabel bantu t4t

Contoh 5.11:
Diberikan sebuah array yangtersusun dari 6 buah elemen yang seje-
nis dengan amplitudo arus yang sama dan phasa arus yang berubah secara

122 Antena: Prinsip don Aplikasi


Antena Arroy 123
Maksiraum global terjadi pada ty = ZiT = 2tt cos 8+ tr I 6 + O = 23,56" dan
V = 0 = 2tT cos 8+ n I 6 * O = 94,J8'
Arah-arah side lobes, dengan menggunakan data pada tabel 5.1 :

v t)=arccos[[.
Peredaman

+]"] (tabel 5.1)

4,712 u.".o,[[*,, n - zx.l = ou,r' t2.55dB


[)r
?, 3,665 60. 5.2619d8
2,618 70,53" 5.2619d8
4 r,571 80,4, 2.55d8
5 -1,571 109,47, 2.55d[j
6 -2,618 120. 5"2619dB
7 -3,665 l3l,8l. 5.2619d8
8 4,712 146,44. 2.55dB

Dan tambahan side lobe pada O = 180' atau tlr = - 5,'16, dengan

peredaman yang bisa dihitung dengan : AF,.


N- =!6 =0,644 atau

r)
')
-3,82 dB.

40 60 80

Gambar5.l3 Radiasi array 6 elemen, dengan dlL: I dan B: jg'

Antena Arroy 125


124 Anteno: Prinsip don Aplikasi
Fungsi si(x) X si(X) X siQ() Xsi(X) X si(X)
0.2r 0.99266619 .46 0.68073176 2.71 0.15436086 3.96 -0.1 841s8 I 7
0.22 0.99195283 .47 0.67681929 2"72 0.t5444639 3.97 -0.1 8560594
a.n 0.99t20662 .48 0_67289246 2.73 0.146s456CI 3"98 -0.1 8682893
0.24 4.9904276r .49 0.66895 r 5l 2"74 0.14265868 3_99 -0.1 880271 5
0.25 0.98961 584 .50 4.65499665 2.75 0.13878582 4.00 -0.1 8920462
0.26 0.98877135 s10.66102813 2.76 0.13492719 4.01 -0.1 9034937
0.27 A9878942t "52 0"65744615 2.77 0.13108298 ,1.02 -0.1 9147342
0.28 0.98698446 .53 0"65305094 2.78 0.12725336 4.03 -0.1 9257279
0.29 0.98604216 .54 0.64904275 2.79 0.123438s2 4.04 -0.1 9364750
0.30 0.98506736 .55 0.64502178 2.80 0.1 1963863 .1.05 -0"1 9469759
0.310.984060t2 .56 0.64098828 2.81 0.1 1585386 4.06 -0.1 957?-309
0.32 0.983020s0 .s7 0.63694247 2.82 0.1t 208438 4.07 -0.1 9672403
0.33 0.98194857 .s8 0.63288459 2.83 0.10833038 4.08 -0.1 9770043
0.34 0.98084439 .59 0.5288148s 2.84 0.t0459203 4.09 -0.1 986s234
0.3s 0.97s70802 .60 0.62473350 2.85 0.10086948 4.10 -0.1 9957978
0.36 0.978539s4 .61 0.62064077 2.86 0.097t629r 4.1 I -0.2 004828 I
037 A.97733901 .62 0.61653688 2.87 0.09347249 4.12 -0.2 0r 36145
0.38 0.97610550 .63 0.61242247 2.88 0.08979839 4.13 -0.2 0221575
0.39 0.97484209 .64 0.60829657 2.89 0.08614076 4.t4 -4.2 0304575
0.40 0.97354586 .65 0.60416062 2.94 0.08249977 4"15 -0.2 0385 149
0.4t 4.9'7221787 .66 0.60001445 2.91 0.07887558 4"16 -0.2 0463303
;;':j*"iidj.i* .]j: : ,1 11.,* x' si6i1"1"":1'' 0.42 0.9708s822 .67 0.59s85829 2.92 0.07s26836 4.17 -4.2 0539040
0.43 0.96946698 .68 0.59169238 2.93 0"07167826 4.18 -0.i 4612366
0.00 1.00000000 1.25 0.75918770 2.s0 0.23938886 3.75 -0. 524t615 0.44 A.96804424 .69 0.5875169s 2.94 0.06810s44 4.19 -4.2 0683286
0.01 0.99998333 1.26 0.75562726 z.st 0.23s23t44 3.76 -0. 5418569 0.45 0.96659008 .70 0.58333224 2"95 0.06455005 4.24 -0.2 075 I 804
0.02 0.99993333 t.27 0.75204792 2.52 0.23108359 3.77 -0. 5593027 0.46 0.96510458 .71 0.s7913848 2.96 0.0610122s 4.21 -4.2 0817927
0.03 0"9998500r 1.28 0.74844989 2.53 0.22694551 3.78 -0. 5765006 0.47 0"96358784 .72 0.5749359r 2.97 0.05749220 4"22 -0.i 088 I 559
0.04 0.99973335 l-29 0.74483338 2.54 4.22281141 3.79 -0. 5934505 0.48 0.9620399,5 .73 0.57072476 2"98 0.0-s399004 4.23 -0.1 a9$007
0.05 0 e9958139 1.30 0.74119ti60 2.55 0.21869950 3.80 -0. 6101523 0.49 0.96046r00 .74 4"56650328 2.99 0.05050592 4"24"0.2 1001977
0.06 0.999400i r t.3t 0.73"154516 2.s6 0.21459t97 3.8 t -0. 6266059 0.50 0.95885108 "75 036227768 3.00 0.04704000 4.25 -0.2 1058573
0.07 0.999183s3 I "i2 0.73187508 2.s7 0.21049s03 3.82 ."0.
64281 tl 0.51 0.95721029 .76 0.55844223 3.010.043s9242 4.26 -4.2 l r 12803
0.08 0.99893367 1.33 0.730186,75 2.58 0.20540888 3.83 -0. 6587677 0.52 0.95s53873 "77 0.ss379914 3.02 0.040r6333 4.27 11646't3
-0.2
0.09 0"99865055 i.34 0.?2648100 2.59 4.2{}}.333"1?- 3.84 -0. 6744V 59 0.53 0.95383649 .78 0.s49s.1866 3.03 0.0367s287 4.28 -0.2 1214188
0.r0 0.99833417 ].35 $.722"t5804 2.60 0. r9rJ26976 3.85 -0. 6899354 0.54 0.95210369 .79 0.54s29102 3.04 0.03336r 18 4.29 -0.2 t26t3s7
0.lr 0.99798455 1.36 0"7190r809 2.61 A.tq4'21718 3"86 -0. 705 1463 0.s5 0.95034042 .80 0.54r02546 3.05 0.02998841 4.30 -0.2 t306t8s
0.12 0.99760173 1.37 {J.71526136 2.62 4.19017620 3.87 -CI. 7201085 0.s6 0.94854678 .810.53675522 3"06 0.02663469 4.31-0.2 t348679
0.r3 0.99718571 1.38 0.?l l4t{807 2.63 0.r851.4?00 3.88 -0. 7348220 0.57 0s4672289 .82 0.53247754 3.07 0.023300r7 4.32 -0.2 1388846
0.14 0.99673653 1.39 0"70769843 2.64 0.18212978 3.89 -0. 7492868 0.s8 0.94486886 .83 0.52819366 3.08 0.01998497 4.33 -0.2 1426694
a.$ 0_9962s422 1.40 0.70389266 2_65 4.17812473 3.90 -0. 7fis$A 0.59 0.94298478 .84 0.52390380 3.09 0.01668925 4.34 -0.2 1462230
0.16 0.99573879 l"4l 0.70007099 2.66 0.r7413205 3.91 -0. 7774705 0.60 0.94107079 .85 0.51960822 3.10 0.01341312 4.35 -0.2 1495462
0.17 0.99519029 r.420.6962336/ 2.67 0.t70t5194 3.92 -0. 791 1895 0.61 0.93912698 .86 0.51530714 3.1I 0.01015672 4.36 -0.2 1s26396
0.t8 0.99460874 r.43 0.69238081 2.68 0.16618457 3.93 -0. 8()46600 0.62 0.9371s348 .87 0.51100081 3.12 0.00692018 4.37 -0.2 1555041
0.19 0.99399418 t.44 0.68851274 2.69 0.16223014 3.94 4_ 8178822
0.240.99334665 r.45 0.68462965 2.70 0.15828884 3.9s -0. 8308560

Anteno Array 127


126 Anteno: Prinsip don Aplikasi
T
i
I
;
X si(X) Xsi(X) Xsi(X) X si{X) X si(X)
0.63 0.93515041 l.88 0.s0668947 3.13 0.00370364 4.38 -0.21581404 .0s 0.82611736 230 4,32421966 3.55 -0.1 118t272 4"n0 -0.20753429
0.64 0.933 I 1788 t.89 0.50237334 3.14 0.00050721 4.39 -0.2160s495
.46 4.82291687 2.31 0.J r991.570 3..5fi 0. I I 4l -]082 4.8 r -0.?0691057
0.65 0.93105601 1.90 0.49805268 3.15 -0"00266897 4.4A -0.2t627320 .07 0.81S81 156 232431s61700 3.57 -0 i163648tt 4.82 -0.2062687t{
0.66 0.92896493 r.9t 0.49372771 3.16 -0.00582478 4..41 -0.21546888
.08 0.81662760 2.33 0.31t3237'l 3.58 -{.}.1 18.57485 4.U3 -0.20560907
0.67 0.92684476 1.92 0"48939868 3. r7 -0.00896010 4.42 -0.21664208 .ttq 0"8134i919 2.34 0.30703674 3.51) -0. I ilfl1{r0rr'j zt 84 -0.2049i 156
0.68 0.92469562 r.93 0.48506583 3.18 -0.01207481 4.43 -0.2t679289 .i0 0.81018851 '2.35 03A2754{:2 :i.60 -0 1229323-$ 4.{t5 -0.20423640
0.69 0.92251766 1.94 0.48072939 3.19 -0.01515879 4.44 -0.21692138 2.36 0.29847914
. t 1 0.8069-1575 3"61 -0.12505977 4.86 -$.2A352.372
0.70 0.92031098 1.95 0.47638960 3.20 -0.01824192 4.45 -0.21702765 .r20.80366111 2.310.2942nA2 3.62 -0"t2717290 21.87-0.20279365
0.71 0.91807573 1.96 0.47204669 3.21-0"02129408 4.46 -0.2171I180
" 1r 0.80036.477 238 4.2899474"1 3.6-?, -0. l2926lii 4.88 -0.202046_14
0.72 0.9158t204 1.97 0.46770092 3.22 -0.42$2517 4.47 -0.21717390 t4 {'}.7t)70469_7 -0.11t32617
2.39 0.28s69172 3.64 4.89 -0.20128192
0.73 0.91352005 1.98 0.46335250 3.23 -0.42733506 4.48 -4.21721406 .15 4.79370777 2.40 4.28144299 3.65 -0.13336521 4.90 -0.200-50053
0.74 0.91I19988 1.99 0.45900 t69 3.24 -0.03032364 4.49 -0.21723236 .16 4.79034,"75! 2.4t 0.2772A119 3.65 -().13518 t 80 4.91-0.t991A237
0.75 0.90885168 2.00 0.4s46487r 3.25 -0.03329081 +50 -4.21722892 .i7 A.78696(t32 2.42 A 27296744 3.67 -0.137,172S0 4.q2 -0. i9ti88742
0.76 0.9064',t559 2.010.45029381 3.26 -0.03623646 4.51-0.21720381 .t8 0.78356442 2.$ 4.26874105 3.68 -0. r 3933949 4.9-r -fJ.198{i5599
0.77 0.90407r74 2"02 0"44593 ,122 3.27 -0.03916048 4.52 -0"21715714 .19 0.780i4199 2.44 0"26452254 3.69 -0.141281,52 4"9,1 -0. 197208 I 5
0.78 0.90164028 2.03 0.44157918 3.28 -0.04206216 4.53 -0.21708900 .20 a.'77669924 2-45 0.26A31212 3.70-0.143t9896 4.95 ."0. 19634405
0.79 0.89S18136 2.04 CI.43721993 3.29 -$.4449432t 4.54 -0.21699951 0.77323636
.21 2.46 0.25611001 3.71 -0.r4509178 4.96 -0. i9546385
0.80 0.8966951 I 2.05 0"43285969 3"30 -0.04780173 4.55 -0.21688876 0.76975357
.22 2.4't 4.2s191642 3.72 -0.14695996 4.S7 -0"r9455768
0.810.89418170 2.06 0A28498'n 3.31 -0.05063820 4.56 -0.21675685 .23 0.766251A6 2"48 0.24773156 3.73 -0. I 4880346 4.gti -0.r936_5570
0.82 0.89r64126 2.07 0.42413'123 3.3',2 -0.05345254 4.57 -0.21660390 .24 0.7627290',3 2.49 0.24355563 3.74 -0.1s062227 4.99 -4.19272804
0.83 0.88907394 2.08 0.41977547 3.33 -0.05624464 4.58 -0.21642999
0.84 0.88647990 2.09 0.41541368 3.34 -0.05901442 4.59 -A.21623525
0.85 0.88385930 2.to o-4t 105208 3.35 -0.06176178 4.60 -0.21601978
0.86 0.88121228 2.1I 0.40669091 3.36 -0.06448663 4.61 -0.21578369
0.87 0.87853901 2.12 0.40233042 3.37 -0.067r8888 4.62 -0.21552't09
0.88 0.87583964 2.13 039797082 3.38 -0.06986844 4.63 -0.2r525010
0.89 0.873 1 1432 2.14 0.39361235 3.39 -0.072s2s22 1.64 -0.21495282
0.90 0.87036323 2.15 0.38925525 3.40 -0.07515915 4.65 -0.21463536
0.91 0.86758653 2.16 0.38489975 3.41-0.07777013 4.66 -0.21429786
0.92 0.8647843',1 2.17 0.38054608 3.42 -0.0803s809 4.67 -0.2r39404t
0.93 0.86195593 2.r8 0.37619447 3.$ -4"08292295 4.68 -0.21356315
0.94 0.85910436 2.19 0.37184516 3.44 -0.08546453 4.69 -0.213166t8
0.95 0.85622685 2.20 0.36149837 3.45 -0.08798305 4.7CI -4.21274963
0.96 0.85332455 2.21 0.36315433 3.46 -0.090478t4 4.7t -0.21231362
0.97 0.85039764 2.22 0.3588t328 3.47 -0.09294983 4.72 -0.21185827
4.98 0.84744630 2.23 0.35447544 3.48 -0.09s39804 4"73 -0.21138371
0.99 0.84447069 2.24 435014104 3.49 -0.49782272 4.74 -0.21089005
1.00 0.84147098 2.25 0.34581031 3.50 -0.rc422378 4.75 -0.21031743
l.0l 0.83844737 2.26 0.34148348 3.51 -0.10260117 4.76 -0.20984s97
l-02 0_83540002 2.27 0.33716077 3.52 -0.10495482 4.77 -0.20929580
1.03 0.83232912 2.280.33284242 3.53 -0.10728467 4.78 -0.20872704
t.o4 0.82923483 2.29 0.32852864 3.54 -0.10959065 4.79 -0.20813983

128 Antena: Prinsip don Aplikosi Antena Arroy 129


I

Antena APetture
dan Horn

6.1 PENDAHULUAN
ke dua yang dibahas di
Antena apertur adalah jenis teknologi
antena' Antena apertur menggunakan
buku ini untuk membuat struktur adalah
gelombang)' Jenis yang sederhana
teknologi waveguide(pemandu
penampangnya dan dibiarkan terbuka'
sebuah waveguideyang dipotong
yang berbentuk potongan
Gambar I mentrnjukkan contoh antena aperture
6.
metal dan ujung satunya terbuka
waveguide,dengan ujung satu tertutup
Energi masuk ke waveguide melalui
dan terhubung d"ng"' ruang bebas'
di gambar ini'
konektor kabel koax seperti ditunjukkan

konektor + aPerlure
kosx U
Pr

dari waveguide segiempat


Gambar 6.1 Antena aP:erture terbuat
Di dalam realisasinya, ada dua masalah yang bisa muncul pada antena Jika di dalam waveguide ini merambat gelornbang elektromagnetika
aperture ini. Yang pertama terkait ilengan gelombang yang direfleksikan dengan suatu mode (misalnya mode I{,0 ), bagaimanakah kita menentukan
oieh antena ini. Ferubahan struktur dari waveguide yang mempunyai medan elektromagnetika di bagian iuar (far-field)?
dirnensi a x b ke ruang bebas merupakan perubahan media secara besar
Pendekatan yang dilakukan pada masalah ini adalah dengan mencari
unfuk perambatan gelombang, hal ini berpotensi menyebabkan refleksi
suatu distribusi arus tertentu, yang dengannya dan integral radiasi yang
yang besar. Ke dua, gain antena aperture mempunyai besar tergantung
diperkenalkan di bab 3, bisa diturunkan persamaan-persamaan untuk dia-
dari besar aperturnya itu sendiri. Jika diinginkan gain yang tinggi, maka
gram radiasi.
waveguide harus diperbesar. Hal ini akan membawa pengaruh pada
merambatnya juga mode gelombang ordo tinggi selain mode fundamentai Distribusi arus ditentukan dengan bantuan teorema-teorema yang
(mode H,r). Tentang hal ini bisa dilihat lebih detail di [MA09]. dikenal di medan elektromagnetika, dan akan dibahas di bagian berikut
ini.
Untuk mereduksi kedua problem di atas, dikernbangkanlah tipe
antena horn. Di sini antena apertur akan memiliki bentuk yang diubah
sedemikian rupa, sehingga diharapkan energi tertuntun yang mengalir di
dalam waveguide, dengan bantuan antena ini, bisa berubah secara efisien
menjadi energi yang merambat bebas di udara. Supaya perubahan ini
optimal, artinya diharapkan tak ada energi (atau hanya minimal) yang
direfleksikan kembali ke generator, terhadap gelombang yang merambat
jangan terdapat gangguan, baik berupa perubahan geometri atau pun
llorn Piramid
perubahan material y ang ada di sepanj ang perambatan gelombang tersebut.
Untuk mendapatkan refleksi yang minimal, maka dicoba untuk melakukan
perubahan secara perlahan terhadap media perambatan gelombang, dari
waveguide (yang penampang memiliki besar tertentu) ke udara bebas
(dengan besar tak terhingga), dengan cara seperti diperlihatkan di gambar Gambar 6.2 Antena horn
6.2.

Pembesaran aperture yang baru ini pada antena horn secara otomatis
6.2 TEOREMA KEUNTKAN (UNIaUENESS
juga akan memperbesar gain yang akan terbentuk. THEOREM) DAN TEOREMA EKUIVALENSI
(EQUTVALENCE THEOREM)
Di bab ini kita tidak akan membahas performansi antena pada faktor
refleksinya. Hal ini kita kembalikan pada performansi transisi dari kabel
Di dalam elektromagnetika berlaku teorema keunikan (gambar
6.3) yang menyatakan: pada sebuah wilayah (yang mengandung kerugian/
koaxial ke waveguide melalui adapter. Di sini diamati diagram radiasi an-
lossy medium) medan elektromagnetikanya bisa ditentukan dari sumber
tena apertur dan horn serta gain yang akan dihasilkannya.
arus listrik/magnetik ditambah komponen tangensial medan listrik pada
seluruh bidang pembatasnya (pembungkusnya), atau komponen tangen-
sial medan magnet pada seluruh bidang pembatasnya, ataukomponen tan-

132 Antena: Prinsip dan Aplikosi Anteno Aperture dan Horn 133
sing menjadi arus magnet permukaan dan arus listrik permukaan, yaitu
gensial medan listrik pada sebagian bidang pembatasnya dan pada bagian
dengan rumus
pembatas yang lain diberikan komponen tangensial medan magnet. Bidang
pembatas kedua ruang ini adalah S.
j, = fix*o, dan (6.1)

Selain itu ada juga teorema ekuivalensi (gambar 6.3) menyatakan Ms (6.2)
=-fixE* m
dua problem yang ekuivalen jika memenuhi syarat-syarat tertentu. Teorema
ini didasarkan pada terorema keunikan, bahwa dengan memberikan kom- dengan vektor normal satuan fi pada bidang S yang diarahkan ke
ponen tangensial dari medan listrik dan medan magnet pada permukaan ruang A.

pinggir/pembungkus ruang yang kita bahas, maka problem kita lengkap. Jadi dengan dimilikinya informasi akan medan tangensial pada per-
Pada gambar 6.3 kita akan mencari medan elektromagnetika di ruang bebas mukaan suatu volume, kita bisa mendapatkan distribusi arus yang akan
(ruang A yang dibatasi oleh sebuah bola dengan radius r -i -). Di dalam digunakan pada integrasi radiasi untuk perhitungan medan listrik dan mag-
ruang A terdapat ruang B (ruang B c ruang A), yang di dalamnya terdapat net, terutama di medan jauh.
arus pembangkit medan elektromagnetika di seluruh ruang itu. Di ruang B
Contoh 6.1: Aplikasi teorema keunikan dan teorema ekuivalensi
ini mungkin arus listrik dan magnet J, M terdistribusi secara kompleks
atau tak kita ketahui susunannya sehingga tidak memungkinkan kita untuk Sebuah antena aperture yang terbuat dari sebuah waveguide dengan
menggunakan integral radiasi untuk menentukan medan elektromagnetika bidang aperture pada bidang penghantar ideal yang tak terhingga luasnya,
dari antena tersebut. Teorema keunikan menyatakan ada struktur lain yang seperti pada gambar 6.4a).
sama dengan solusinya jika kita mengenal medan listrik dan magnet ta- Andaikan medan listrik tangensial pada aperture diberikan, yain E,.
ngensial hanya pada permukaan (bidang S) pembungkus volume ruang Tentukan model yang ekuivalen dengan problem ini untuk mendapatkan
B, tanpa harus mengetahui apa yang terdapat di dalam ruang B. medan radiasi di ruang bebas.

Ruong
tf,tu,

,(:,'a'-i"..,
+ ll-
l.' vwewt* | E, RwvA |
I

\"...

Gambar 6.3 Visualisasi teorema keunikan (uniqueness theorem) dan


-T -0...,'j
o) b)
teorema el':uivalensi (equivalent theorem)
Gambar 6.4 o) Problem antenna aperture, b) Aplikasi teorema keunikan
Dan dengan teorema ekuivalensi, medan listrik dan magnet tangen-
sial pada permukaan volume ruang B (bidang S) bisa diubah masing-ma-
Antena Aperture don Horn 135
134 Antena: Prinsip dan Aplikasi
Y
A A
Jawab: A
Ruang bebas, (///t:l Ruang bebas,
's Ruang bebas,
Pertama-tama didefinisikan dulu ruang A dan ruang B" Ruang A ,,s l
Eo,[. ; - t",!" r", uo
dibatasi oleh sebuah lingkaran yanei sangat besar. Di daiam lingkaran ini B

7r*o jr=o
terdapat ruang B" Ruang B melingkupi semua bagian yang tidak dikenal Ruong bebus,
E"']r" fur=o
sec&ra detail (waveguirte dll.). Pennukaan pembungkus ruang B (bidang fu"=0
"'-'-"-"'1 -
S) terdiri dari bagian hidang penghantar yang tak hingga besamya (bagian .Jr*0
l-
'Js=0
I I
kanan atas), aperture waveguide (kanan tengah) dan penghantar tak
; fu,=-fi"E, i fu'=-2fi"E'
hingga (kanan bawah) dan ditutup pada sisi yang tak terhingga (kiri secara I..-->N
!+n
keseluruhan), gambar 6.4b) menunjukkan hasil ini. Bagian kiri secara jr=o
1r+o
keseluruhan terletak di tak terhingga, sehingga efbknya tak ada untuk
fur=0 fur=o
tempat lain. Oleh sebab itu bidang S yang kita amati hanya yang sebelah
kanan. Di sini kita berusaha untuk menerka medan tangensial padanya dan
a) b) c)
arus ekuivalensi yang dihasilkan melalui persamaan (6.1) dan (6.2).
Gamhar 6.5 a.) Teorerna elruivalensi secartt umum, b) Iv{engisi ruang
Perhatikan bidang S kanan atas, karena terbuat dari penghantar ideal,
B dengan penghantar ideal, c) Dengan metode image, aras magnetis
maka tidak ada medan lisrik yang tangensial {Erun= 0), jadi dengan
menjadi dwa kali lebih besar
persamaan (6.2), di sanaM, = 0, sedangkan medan magnet tangensial
biasanyatidak 0 ( fr,"^ # 0 ), sehingga kemungkinan mengalir arus listrik
di sana J, * 0. Hal ini juga berlaku pada bagian penghantar di bawah.
6.3 ANTENA APERTURE PERSEGI PANJANG
Pada bagian aperture, biasanya medan listrik dan magnet transversal ada, Contoh 6.2: Antena aperture segiempat dengan medan listrik
sehingga di sana ada J, * 0 dan fu , = -ixE,. Hasilnya ditunjukkan konstan
di gambar 6.5a.

Karena ruang B listrik dan


sekarang menjadi kosong dari medan
magnet, maka kita bebas mengisinya dengan material apapun. Di sini di-
anjurkan untuk mengisinya dengan penghantar listrik ideal, karena dengan
demikian kita menutup secara singkat jalur arus listrik yang menyebabkan-
nya menjadi short, sehingga seluruh arus listrik harus nol (gambar 6.5b).
Di gambar 6.5c), dengan bantuan metode image kita mendapatkan model
akhir dari problem pemancaran antena aperture pada bidang penghantar
ideal yang terbentang tak hingga ini.

Gambar 6.6 Aperture segiempat pada bidang penghantar tak terhingga

136 Anteno: Prinsip don Aplikasi Anteno Aperture dan Horn 137
1
Diberikan sebuah antena aperture pada bidang penghantar ideal
yang terbentang tak terhingga. Jika pada aperture berlaku medan listrik Jarak dari sumber arus ke titik pengamatan lf - i'l Uiru didekati
yang konstan dan memiliki arah ke sumbuy, dengan cara

f-grx<g Untuk amplitudo: lf - rt= r (6.4)

E,=E,drpuou] 7 i Untuk phasa: l, - t1= r - r'coSV (6.s)

l- r" =, ry adalah sudut yang dibentuk oleh garis dari titik nol ke titik peng-
amatan dan garis dari titik nol ke titik sumber seperti terlihat di gambar
Bagaimanakah bentuk medan radiasinya?
6.7.
Jawab:
Dengan menggunakan produk perkalian skalar
Dengan menggunakan hasil di contoh 6.l dan fi = d,,
i.V'=rrtcosty
maka hasil persamaan (6.2), yaitu -frxE,=-Eod.xdu=EoA,,
menjadikan Memberikan hubungan
r'cosy = i'.d, = Q' A, * f' r) (rinOcosg d, + sinOsing d, +cos0d, )
2< x I
d
l-za"E, =zEod* pada- aI a I 2; -b I23 y <b I 2
-t
Mr=1 = x'sin0 cosg + y'sin0 sing
Io selain dari yang diatas

dan

/s = 0 di rnanapun juga
Karena sumber arus yang dimiliki terdistribusi di atas sebuall bi-
ciang, maka pffrsamaan (3.40) untuk integrasi arus listrik digunakan, dan
persamaan yang mirip untuk arus magnetis yang merupakan solusi dari
persamaan (3 .27 ), y aitu

F(,)=*$ffi1,,, (6.3)

Karena nilai arus J, = 0 , maka nilai


listrik A= 0. Arus magnetis
.F terkonsentrasi di - a I 2 x < a I 2; - b I 2 < y <
< bI2, wilayah ini pula
yang rnenjadi batasan integrasi A, dengan elemen satuan bidang

da'= dx''d!'
Gambar 6.7 Besaran penting untuk integrasi antena apertur

138 Anteno: Prinsip don Aplikosi


Anteno Aperture dan Horn t39
T
!

Maka persamaan (6.3) secara umuin untuk pendekatan medan jauh


menjadi
, o- jk'-
n,=#[r,-Z) (6.16)

F \/ = :-L--
(r\
4tr r ll
u,(, t)
e-
ik"cosY/
da' (6.6)

nr=-#(.,.2) (6.t7)
atau dengan

i = I! * rQ; ') "'ir"'"""v da' (6.7) Dengan komponen Ndan Z di kordinat bola

A No = cos0 cosgi/, + cosO sing{ (6.18)

l/* = -sin<Pl/, + cos<PN, (6.1e)


menjadi FG)=?l-f
41T r
(6.8)
I,, = cosO cos<pZ, + cosO sinrpZ, (6.20)
Jika arus listrik juga ada, akan dihasilkan vektor potensial magnetis
z* = -sinqr, + costPr-,, (6.21)

Z(,)=**
+lt r SSJ,(i
,1u-,*'|cosv/
dat (6.e)
i
Karena = 0, maka dengan persamaan (6.10) didapatkan ,fr = 0 .

Dengan persamaan (6.7) bisa dihitung


atau dengan
bl2 at

li/ =
JJJ,
(i') it''"o"v 4o' (6.10) i = lJ fu rrikr'cosv' dst = 2Ed, J Jerr('''in
*"o' e+t"stnBsino)d*r
,lrr
A
"- S -bl2-al2
(6.1 1)
bl2 al2
L = 2Ed*
menjadi tt(r\=I-L* J eia'"r"o"r"odr, leir*''inocoss d*t
4rt r -bl2 -a/2
Dari penulisan seperti persamaan (6.6) sampai (6.1 I ) bisa diturunkan
dengan
medan listrik dan magnet untuk medan jauh menjadi

Dan untuk medan listrik dan magnetnya: u'


r',,, 0,,n, dy,
- ----)-pi b.. o,n olt -
(6.t2)
f
_i,,
", u2,,
E, =0 Jksrnusrn(p "iksrnBsing

,"=-#(rr+z,No) (6.13)

= r ,i[rf ,i, *r'"r)


ur=#(4-2,x,) (6.14) tf,stnosins

H, =0 (6.rs)

140 Antena: Prinsip don Aplikasi


Anteno Aperture don Horn 141
l'lda bidang H (<p = 0'):
"'1,
*"
o e
dx' = ari(r f .ir rl"o. o Eo =0
r"'*'"^ )
v jk .2abE, . s-ik'
L= 2abE.si(rlsin u, r\'r(o ercos p.l 4 Le- cos z). ,i[r ,* ,r) (6.26)
^ tsin 4m f
Di kordinat bola berlaku: Diagram radiasi secara tiga dimensi dari antena ini diberikan
rrrcnurut persamaan (6.22) dan (6.23) untuk a =b=3)v pada gambar
ro = coS rlco seL, = 2abE" cosoco, rri(rf rm,rri, e) r(k;sin ocosp) 6.8. Sedangkan diagram radiasi di bidang E dan H ditampilkan di gambar

Lp = - sintpL, - 1ab E,.i" r ri(r ri., rrrin p ). ri[r I *m rl*, e )


f
09
Medan listrik dan magnetnya adalah:
08

,, =L?#t i,r,(rf,in rlsinp),i(rf,i" u.o,p) g.zz) o.7

05
0.5
,, = &2#tcos zlcos p si
(o *r*rrsin )
.i[t ,i",r"o, e')
p
f 0.4

0.3
(6.23)
o.2

H-=-Z H-=Z $.24) 0.1

0
1

Pengamatan pada bidang-bidang E dan H akan menghasilkan


spesialisasi dari diagram radiasi tiga dimensi di atas.

Pada bidang E (rp Q=00 Q=900


= 90" ):
r jk-2abE"-e-'ik' Gambar 6.8 Diagram radiasi tiga dimensi
o) (6.2s)
4tzr ',[o]'r
E* =o

Anteno Aperture dan Horn t43


142 Antena: Prinsip dan Aplikasi
T

[Jntuk

b =)y , tak ada solusi, untuk kasus ini hanya ada satu posisi nol.
b =3A, On.2 =0,73 = 41,83' .

Pada bidang H (q = 0'):

cos d, '.i[r{sin d, )= 0, selain pada coso,


" (2 )
=0

.
(atau O,,, = 1; pada posisi nol
2,
pada bidang H perhitungannya seperti pada bidang E, yaitu

8r,, = arcsinl n-:


r x\ dengan n = 1,2,3 ....
I
\ a)
Beam Width
Posisi Nol:
Pada bidangE ((p = 90'): dicari sudut O, , yang mana berlaku
Pada bidan gE @ = 90' ):
I
Eu(8,)=;iE,.,*
Dengan
'i[r f i" r, o + 'i"[r]'i"* o
)= )=
Persamaan (6.25)rn..t"rit* hubungan
:+ D,., ="..',r(r*)dengan n:1,2,3....
* ir**, =n.rt ,i[r4ri, o,)=i
Nol pertamar o.nr,r = r...t"[]),
Dengan menggunakan tabel fungsi si(x):ry
di apendiks 5A (bab
Untuk 5), kita bisa mencari argument x untuk fungsi si(x) supaya didapatkan nilai
b= ),, 8*.r=1,571=90' .
tersebut

b = 3)" , 8* ,, = 0,34 = 19,47', .i[r].i" d, )= = 0.707 r,maka dengan nilai


.
#
Nolkedua: 8r., = ur.rinfZ]) x : 1,39 si(x): A.70769843
t 5/ x : 1,40 si(x): 0.70389266

Antena: Prinsip dan Aplikosi Antena Aperture don Horn


T

Dengan interpolasi data di atas maka si(x):0.7071 terletak pada x : 1,391

Jadi

fr4sin0,, = 1.391
2' \

arau hpbw : zarcsin( Ll .391 ):


[*b /
zur"rin( o.+428+)
t b) ilit ,l\ i\
Untuk

b =)", hpbw : zur"rin( o.+428.+)= 0.g17 =


I r)
52,5'7o

b = 3)u, hpbw : zur"rin( 0.4428 1)= 0.296= 16.98o


[ 3i 681012
9H
a

Pada bidang H (9 = 0o):


Gambar 6.10 Fungsif terhadap 9,
Di sini kita menetapkan cos O.ri( t{rin zf )= 0.7071, dan hanya
bisadidapatkan \ 2 )
Fungsifi$r) ini divisualisasikan di gambar 6. 10. Dan dengan metode
Newton bisa kita dapatkan solusinya sekitar 8,37'.
Secara numerik dengan mencari akar persamaan. Artinya untuk se-
Posisi Side Lobe
tiap besar
Pada bidangB (9 = 90'): Side lobe terjadi pada saat fungsi si(x)
Antena, misalnya a =37v, persamaan di atas menjadi
mencapai maksimum lokal. Dengan melihat fungsi si(x) atau tabel di
.f (o), - cos a9, .si(3zrsin sr)-0.7071= 0 appendiks 5A, kita temukan maksimum lokal dari fungsi si pada

(rJ), = rirQrc sinoo )e,ee+tunor = o x: 4.49 (nilai yang lebih baiknya pada 4.49341),
-f

a.qg (first side tobe)


",r, (o lsinor,.,\=
( +.qq )"\
maka d51.1 - arcstnl I dan dari gambar
\ -;lt b)
x: 7 .7 (tcpatnya 7 .72525) atau ( kf sin dr.,, \= 7 .7 lr"rond side lobe)
(2 '' )

146 Anteno: Prinsip dan Aplikasi Antena Aperture dan Horn


T

Peredaman Pada Side Lobe (Side Lobe Level)


Dengan membandingkan fungsi I
di contoh ini dengan di contoh
Berapa besar energi dipancarkan ke side lobe kadang kala menjadi 6.2, terlihat tak ada perubahan untuk bidang E. Hal ini bisa dimengerti,
besaran yang penting untuk meyakinkan bahwa besarnya, misalnya tak karena gelombang /1,0 memiliki perubahan hanya di arah x'.
lagi signifikan. Untuk itu perlu diperhatikan berapa besar pancaran antena
Perbandingan lengkap hasil di contoh 6.2 dan6.3 diberikan di tabel6.l
ke arah sudut itu dibandingkan dengan pancaran maksimalnya.
Tabel 6.1 Perbandingan hasil untuk aperture dengan medan listrik
nilai pada maksimum lokal per-
Pada side lobe pertama di bidang E,
konstan dan dengan modefundamental H,,
tama terletak pada x = 4,5 dengan nilai si(x:4,5): -0.21722892, jadi be-
sar dari pancaran ke arah ini dibandingkan dengan pancaran maksimalnya

Side Lobe Level = 20log(0.21722892)= -13.2616 ds. E,= H,=Q


Medan jauh,
dengan E =H, =0 ta ^
- =--Lsln{p- cosX sin I
Contoh 6.3 Waveguide Segiempat dengan Mode Fundamental Zo

ka u^ = L slno--
sinX sinl
XY
' x'-{Ll Y

listrik konstan di contoh 6.2 tidak


Pada praktiknya, distribusi medan X = tlcos(D 12)
2
-5111 ,r^ cosX sinl
ada. Sekarang bagaimana perubahan hasil, jika di aperhrre kita miliki mode E'c =ccosocos-Yry _e
^ ^
Eo =--OCoSUcos9--
2_____ .
I--- kb
sln ,ysln o y
fundamental I1,o? -2 ",_(ll
- ahkE e-jb
,,=-2,H,=Z
Jawab:
zltr H,='2.',=Z
Mode fundamental memiliki nilai medan listrik (yang dicocokkan
50,6
untuk kordinat gambar 6.6 dan 6.7, jadi bukan fungsi sinus, tapi kosinus) Bidang n{arrX1, {{ Bidang E(b>>L): y X
I{alf-power beam
.' !<*<g
[- width [']
Bidane H (urtl"), 50'6 BidangH(a>>?): o17
68,8
dlA
= Eocos e.d,
Eo
":y, I _i=,
12 ='!2 Peredaman
atenuasi pertama
Bidang E: -13,26 Bidang E: -13,26

Arus magnetis bisa dihitung dengan cara yang sama, dan dengan (dB) Bidang H (a>>1")' -13,26 Bidang H (a>>1"): -23
persamaan (6.7) bisa didapatkan Z dengan integrasi
4n-Luas=
'," (*ff\
ab
Direktivitas --; 47t--;;
'j lsin osino)
,f /f
L= =2Ed, J
d*t drt Ffisicnci qnarfrrra O Ql
llttreio,'costz75r
s -bl2 r*t(, *)'no'"*'r-
b/2 a/2
6.4 SIMULASI DENGAN PROGRAM WIPL.D
L = 2E
t eior'"'"o"'"o dy' t co ,("*)*'inocosed*'l
"d,-blz -al2 Di subbab ini akan ditunjukkan hasil-hasil simulasi perhitun-
gan elektromagnetika dari antena aperture dengan menggunakan pro-
gram WIPLD. Antena aperture ini dirancang untuk frekuensi 7.33 GHz

148 Antena: Prinsip dan Aplikasi Antena Aperture don Horn 149
T

(1,:40,93 mm). Lebar dan tinggi waveguide masing-masing 34,8 mrn dan Hasil perhitungan memberikan data faktor refleksi yang lebih baik,

I 5,2 mm, jadi al?v: 0,85 dan bl)"


: 0,37 . yaitu -13 dB.

Analisa mode yang mampu merambat [MA09] di dalam waveguide Cambar 6.13 menunjukkan diagram radiasi untuk bidang H masing-

ini bisa dilakukan dengan membandingkan frekuensi cut'off masing- rnasing untuk antena aperture dengan dan tanpaJlange. Nilai beamwidth
masing mode dengan frekuensi kerja. Pada frekuensi 7,33 GHz mode I/,0
rrntuk antena dengan flange adalah

merupakan satu-satunya yang mampu merambat di sepanjang waveguide. 2x 37,6' : 75,2o, dan tanpaflange 2 x 30 = 60'.

{--
I

$,0i.
Gambar 6.11Antena aperture pada simulasi numeric dengan WIPL-D c
'Oi
o-15,
untuk mensuplai energi digunakan konektor coarial yang dipasang- l
l

kan sejauh t: l},Zmm dari penutup dan dengan kawat dalam sepanjang h -20 I

= 10,2 mm. Dengan panjang horn I : 80 mm (gambar 6'l l)' -zs',

Hasil perhitungan numeris dengan program Wipl-D [KO00] mem- -30'


050
berikan faktor refleksi sebesar -l I dB-
I [o]
Pada simulasi yang lain ditambahkan sebuah waveguideflangeya$g
digunakan untuk memodelkan ground. Flange ini berdimensi 80 mm x Gambar 6.13 Diagram radiasi bidang H
54,8 mm (gambar 6.12). Tabel 6.1 memprediksikan nilai 68,8" l(a I 7) = 80,9' dan
50,6" l(a I 2) = 59,5'.
Antena aperture dengan flange, seperti ditunjukkan oleh gambar
6.13 dan gambar 6.14 untuk bidang E, memberikan front to back ratio
yang lebih besar.

Gain kedua antenna kurang lebih 7 dB, sedangkan dari perhitungan


tabel 6.1 5,97 dB untuk efisiensi aperture 1,0 dan 5,05 dB untuk efisiensi
aperture 0,81.

Gambar 6.12 Antena aperture denganfiange

t50 Antena: PrinsiP dan APlikosi t Antena Aperture don Horn 151

L
Gambar 6.15 Geometri antena Horn E dari samping
Di gambar 6.15, dengan bantuan pendekatan yang dilakukan pada
'\.-.--_ waveguide rudial, bisa didefinisikan sebuah pusat phasa, dan keluar dari
_ -_ ___

270 pusat phasa ini phasa dari gelombang akan bervariasi secara radial dan
linier. Di gambar ini diilustrasikan sebuah permukaan bola yang merupakan
Gambar 6.14 Diagram radiasi bidang E dalam bentuk polar permukaan se-phasa dengan gelombang di titik tengah waveguide, darr
dengan bantuan titik pusat phasa bisa didefinisikan deviasi phasa di titik
6.5 ANTENA HORN SEKTOR E lain di bidang arsir itu

- rb"'
6.5.1 Geometri dan Gelombang pada Horn Sektor E dengan Pr = P. cosv.
Geometri dari antena horn sektor E dilihat dari samping akan
"-'T;
jika
Sehingga di waveguide merumbat modus H,rmaka
mempunyai bentuk seperti ditampilkan di gambar 6.15.
Er'= Er'= H n'=0
Di dalam waveguide gelombang merambat dengan suatu phasa ter-

*"(*.'). t *^
tentu yang konstan pada bidang z.Tetapipenggunaan metoda yang dikem-
bangkan di sub bab 6.2 (teorema ekuivalensi) dilakukan pada bidang di E r' (x', ),') = u,
gambar 6.2 yangdiarsir pada bagian sebelum. Tetapi di bidang itu, karena
adanya perbesaran penampang dat'r waveguide, maka phasa dari gelom- .. v'2

bang, medan listrik dan magnet, tidak lagi sama. H,,(x,,y,)= jE,(T*d) ,*[;,') , ' 2pt

152 Anteno: Prinsip dan APlikasi Anteno Aperture dan Horn 153
T

H i (*,, y,) = -*"",(;r) .


"-'o*
Pr = P" coslye

6.5.2 Radiasi pada Horn Sektor E


Setelah medan listrik dan magnet pada bidang integrasi (arsir)
diketahui, langkah selanjutnya adalah menentukan arus yang mengalir di
sana, yaitu dengan

i, = fixfron oun

fu' =-frxE'^'
Maka menjadi

r,(*,, !,)= * Gambar 6.16 Diagram radiasi tiga dimensi antena horn E (data p,:6?u,
*.".(;r') "-r untuk
b,=2,75?,", a:0,5?'")
-al21x'1a12
Bidang E (0 = n l2),dengan E, dan E*
M,'Q',y')= r, .or(l t);r* -b,12<y'<brl2

Perhitungan medan pancar seperti yang dilakukan di rnodul sub 6"3


," - -'^ry: n,l-n'*"",, [fl (r+coso) . rQ,,,t;1.
"-,*
di sini hanya akan ditampilkan medan listrik difar-Jield, yang secara tiga
dimensi bisa dilihat di gambar 6.16. Terlihat diagranr radiasi rnemfokuskan (6.27)
dengan
energinya pada bidang E, karena terjadi pembesaran dimensi di bidang E
ini. FQ;,tr,)=lc7)- c(r,')]- i [s(rr') - s(r,')]
yans mana r,'= sino)
lm e- o,

dant;=rffi (.+-0,sino)

,
154 Anteno: Prinsip don Aplikasi I Anteno Aperture don Horn
I 155
-?
I

rliperbesarnya penampang waveguide pada bidang E ini. Di gambar-

serta c(x) = tt,l =i'^(;r)* (6.28) li,mbar itu juga terlihat, dengan diperbesarnya sudut perebaran penarnpang
1*'(i,' )r, wtveguide mula-mula beam width mengecil, tetapi jika terus diperbesar
lrcam width ini membesar kembali.
Bidang H (0 = 0), dengan E, dan Eu:

t.,""u"'] '-'-'
]
(6.2e)

dan tr" -tl


b. fk
t_ rbl -- ---]m'
2 trn'p, tl

ii
te -- i2
". ' r:0.
..-)<\
.,,/
/,\
.'/' \l
./ / _' 'J
l -^\q'
I --- r50"
do/1.
--!i:o'-. pr =6tr.hr -:r5)\ ' I
L--?- -'
a.0.5[.&'.U:51
/ t- Boo

I ii
I
rll e
\ ---t{- / f'-plnqq

^1,^r Gambar 6.18 Diagram radiasi pado bidang E dan H untuk sudut horn
-Ll -\i i -- - i
-" --:t0'
!

I
----lr..p[aor

:i.=ri8" -/r
7i:+. |r'i,
yang berbeda
I
i Direktivitas horn sektor E bisa dihitung dengan hubungan sebagai
i--''lt '-l
berikut ini:

,"=*;t["(h)*(h\
l2d1\

i. (6.30)

Persamaan (6.30) bisa digunakan untuk menghitung direktivitas dari


antena horn sector E. Dengan mengunakan data b, dan p, dalam safuan
Gambar 6.17 Diagram radiasi padc bidang E dan H
panjang gelombang 1., persamaan ini divisualisasikan dalam bentuk grafik
Dari gambar-gambar diagram radiasi 6.17 dan 6.18 terlihat untuk di gambar 6.19. Gambar ini, di samping bisa digunakan untuk analisa antena
bidang H didapatkan beam width yang sangat besar sedangkan untuk (rnenentukan direktivitas jika geometri diberikan) juga bisa digunakan
bidang E didapatkan beam width sebesar kurang lebih 15". Hal ini akibat
Antena Aperture dan Horn 157
156 Antena: PrinsiP don APlikasi
T

('ontoh 6.5:
untuk merancang antena (menentukan geometri jika direktivitas tertentu
diinginkan). Dengan menggunakan gambar 6.20, dirancang sebuah horn sector E
Contoh 6.4: lxrda frekuensi 7,33 GHz dengan waveguide penghubung a: 35,8 mm dan
l' 15,2 mm. Antena harus memiliki direktivitas sebesar I 1,4 dBi.
Diberikan sebuah waveguide dengan dimensi a x b:0,51, x 0,31,.
Rancanglah sebuah antena horn sektor E yang memiliki gain 15,44 dBi. Tentukan data lainnya , b, dan p
,.

Jawab: ,l:rwab:
30.--
Jika pada awal desain tersedia woveguide dengan a = 0.5)v, maka
kurva vertikal menjadi 2'D* sehingga untuk mendapatkan direktivitas
,ui
sebesar 15,44 dB, yang secara linier bernilai l0r5'44/r0 :35, ditarik garis
pada nilai 2x35:70. Dari gambar 6.19 itu terlihat panjang'pelebaran' l

20i
waveguide p, harus lebih besar dair 3I)",dengan interpolasi sekitar 402
':iol
(pada frekuensi 5 GHz, sekitar 2,4 m) dengan panjang 4 = 9,5?v . ul
O-
151
Jika p, yang diambil lebih panjang, misalnya A = 50)", maka I

dengan 4 = 7,5)" bisa pula dicapai direktivitas yang sama. 10l -


I

r-l !

uI
I
I
V I
0;
2
b1/i,

Gambar 6.20 Direktivitas antena horn sektor E


Panjang gelombang 40,93 mm, maka )"la : 40,93135,8 : 1,14.
Dengan direktivitas 11,4 dBi yang ekuivalen dengan l0rr,4/r0 : 13,8, maka
DrMa: 13,8 x l,l4: 15,73.

Dengan menarik garis vertikal dan mengambil titik potongnya pada


pr:2)":81,86 mm dan br:2)u:81,86 mm, didapatkan geometri lengkap
tl
0
10 15
dari horn sektor E.
bllL
Untuk memvalidasi grafik perancangan ini, dilakukan simulasi deng-
Gambar 6.19 Direktivitas ternormalisasi dengan a/L sebagaifungsi dari an WIPL-D, dengan data-data di atas. Gambar 6.21 memberikan bentuk
b, dan p, visual dari horn sektor E yang dirancang.

Anteno: Prinsip don Aplikasi Anteno Aperture dan Horn 159


Dari hasil perhitungan computer didapatkan direktivitas sebesar
6.6 ANTENA HORN SEKTOR H
12,3 dBi.
Antena horn sektor H memiliki pembesaran penampang pada sisi
yang tegak lurus dengan antena horn sektor E, sehingga diagram radiasi-
nya tepat kebalikan darinya. Bidang E memiliki beam width yang lebar,
scdangkan bidang H memiliki beam width yang kecil. Gambar 6.23 dan
6-24 menunjukkan diagram radiasi hom sektor H.

Gambar 6.21 Struhur geometri antena horn E yang disimulasikan


dengan WIPL-D

Gambar 6.22 menunjukkan diagram radiasi vertikal (bidang E)


dan horizontal (bidang H). Terlihat diagram radiasi di arah vertikal lebih
terfokus dibandingkan bidang horizontal. Bidang H Bidang E

10
Gambar 6.23 Diagram radiasi tiga dimensi antena horn H (data p,:6?",
5
a,:5,5)'", F:0,25?")
0 ,-*="
6'_
E-5
;E
: -10
a
._E
o -15

-20

l+ P) *i
-25

-30
l0r - 49.15'
-100 -50 0 50 100 150
.i
.,\ : \.'tJf
sP) atau o tl !50"
l

Gambar 6.22 Diagram radiosi horn E di gambor 6.21, garis putus-putus


bidang H dan garis lurus bidang E Gambar 6.24 Diagram radiasi antenq horn H

160 Antena: Prinsip dan Aplikasi Anteno Awrture don Horn 16l
Direktivitas horn sektor H bisa dihitung dengan hubungan sebagai Contoh 6.6:
berikut ini:
Untuk merancang antena horn sektor H, tersedia sebuah waveguide
dengan ukuran a x b = 0,5 1" x 0,25 X. Dirancang hom sektor H dengan
Du= +
" le\c@)- c(u)l' + [s(")- s(,I, ] (6.3 r)
direktivitas 15,44 dB pada frekuensi 5 GHz.
Jawab:
dengan
Jika pada awal desain tersedia waveguide dengan b = 0.25)',maka

"=+(+.h)'danv=;[ "[6
al
-w) a,) kurva vertikal menjadi 4.Dr, sehingga untuk mendapatkan direktivitas
15,44 dB atau dalam linier 35 ditarik garis pada nilai 4. 35 : 140.

Dari gambar 6.25 terllhat panjang 'pelebaran' waveguide p, harus


Gambar 6.25 a,dalfr kurva untuk mendesain antena horn sektor H, sebesar 1001,, yang pada frekuensi 5 GHz dengan panjang gelombang 6
grafik ini dihasilkan dengan persamaaa (6.31)- cm menjadi sekitar 6 m. Dengan pelebaran horn di sektor g a, =18).,
150 T__._---'-*_-t atau 108 cm.

I I
6.7 ANTENA HORN PIRAMID
Antena horn piramid adalah antena horn yang memiliki pelebaran
di dua bidang utamanya. Sebagai konsekuensi logis dari pelebaran di dua
sektor ini, maka pemfokusan energi juga terjadi di dua bidang utama, se-
hingga antena horn piramid secara umum memiliki gain/direktivitas yang
cukup tinggi.

Antena horn piramid sering digunakan sebagai antena pengukur un-


50-,- ----- tuk menentukan gain dari antenna lainnya. Antena ini juga dipakai sebagai
feed, sehingga disebutjugafeedhorn, pada sistem antena reflektor parabo-
la yang akan dibahas di bab berikut.

Gambar 6.26 menunjukkan foto antena horn piramid yang diproduk-


0! si oleh perusahaan Narda untuk band K (18 - 26,5 GHz), dengan dimensi
0 10
arh aperture 38,3 mm x29,4 mm (AXB) dan panjang 65,2mm. VSWR maksi-
mal antena ini di band K sebesar 1,15 dan gain membesar secara linier dari
Gambar 6.25 Direfuivitos temormalisasi dengan bll sebagaifungsi dari 15 dBi pada 18 GHz sampai l9 dBi pada26,5 GHz.
a, daa p,
Gambar 6.27 menunjukkan sketsa yang menggambarkan dimensi
penting pada antenna horn piramid.

162 Antena: Prinsip dan Aplikasi Antena Aperture don Horn 163
I
\c inisecara mekanis, ada syarat yang harus dipenuhi oleh geometrinya.
Dengan menghitung panjang piramidp" di gambar 6.27b,

(6.32)
I
B

yang
I
(6.33)

Gambar 6.26 Horn piramid dari perusahaan Narda pi= p2= 6i" P1= Pr= 6l
at = 5,51' ar =121"
bt =2,7il' 6r = 61"

bidang H bidang E bidang H bidang E


Gambar 6.28 Diagrarn radiasi tiga dimensi dari dua qntena horn
piramid
Contoh 6.7:
J' Apakah Horn piramid di gambar 6.28 bisa difabrikasi?

Jawab:
I
Horn 1 memiliki data pr:pr:6)u, ar:5,5?,", br:2,75)r, r0,5X",
Gambar 6.27 Sketsa geometri antena horn piramid a) Tampilan tiga
b:0,25?,"
dimensi, b) Tampilan dari samping, c) Tampilan dari atas

Gambar 6.28 menunjukkan diagram radiasi dari dua antena horn


Drlgg4 .gnggunakan gambar 6.27b) bisa dihitung

piramid yang berbeda. Untuk bisa membangun/membentuk hom piramid p" = pr' * O2Stl = 6,1555, dan dengan gambar 6.27c)bisa dihitung
^l

tu Anteno: Prinsip dan Aplikasi Antena Aperture dan Horn 165


T

Maka dengan persamaan (6.34) dihasilkan


po = tl pr' *0,25a1 = 6,6
Persamaan (6.32) memberikan nilai D, =ffioP, =i#s.o,z.sl3'7,5 =76,58= 18,84 dB
p
"
= (br - qrl@" I b,)' - 0,25 = 2,5 (6,1555 I 2,7 5)2 - 0,25 = 5,4545 ), .35

Dan persamaan (6.33) 30 l


I

pt =(ar-d.'lbrla,f -0,25 =sL.JG,ats,s)z -0,25 =5,4545). Sru


u, l
o_
Jadi horn piramid I bisa difabrikasi. $
€r
Horn piramid 2 memberikan hasilp .: pt:5,75t,.Dengan demikian, o-
1

horn pyramid 2 juga bisa difabrikasi.

Direktivitas antena horn piramid bisa dihitung sebagai kombinasi


direktivitas horn sektor E dan H, dengan
a,rl)t dan b,rllt

,,=#D,D, (6.34)
Gambar 6.29
Program komputer PCCAD memberikan diagram radiasi bidang E
DrdanD, bisa ditentukan dengan persamaan (6.30) dan (6.31).
dan H seperti diberikan di gambar 6.30. Beamwidth untuk bidang E dan H
Contoh 6.8: masing-masing 18,7o dan20,7o dengan direktivitas 18,8 dB.
Sebuah horn piramid dengan dimensi pr: pz:67', ar:5,57', br:
2,75?'", a:0,57v, dan b : 0,25?'. Hitunglah direktivitas antena horn piramid
ini
Jawab:
Contoh 6.7 telah mengecek, bahwa antena horn piramid ini bisa di-
fabrikasi.

Dari gambar 6.29 bisa diambil data untuk horn sektor E, yaitu di-
dapatkan

DrMa:26, maka dengan a: 0,5l, didapatkan Dr: 13


60 40 -20 0 20 40 60 80
Juga untuk horn sektor H, s1o; atau 6 1o1

D H Xl b : 30, maka dengan b : 0,25 2,. didapatkan D, : 7,5


Gambar 6.30 Diagrom radiasi horn piramid di contoh 6.8

166 Anteno: Prinsip don Aplikosi Antena Aperture dan Horn


T

6.8 ANTENA HORN BERULTR (CORRUGATED


HORN)
Efisiensi apertur yang dimiliki oleh antena horn yang dikenalkan
pada bagian sebelum ini terbatas pada5A% sampai 60%.
Tetapi dengan dipergunakannya uliran (corrugation) seperti yang
terlihat pada gambar 6.31 didapatkan efisiensi apertur yang mempunyai Antena Reflektor
be*aran 75% sarrpai 80%.

7.1 PENDAHULUAN
Antena yang mempunyai gain (atau direktivitas) yang tinggi meru-
pakan komponen yang vital pada komunikasi tanpa kabel jarak jauh, se-
perti sambu ngan r el ay radio, sambungan gelombang mikro (p o inb t o -p o in t
microwave link), dan hubungan satelit. Juga pada aplikasi penting lainnya
seperti astronomi dengan gelombang radio dan aplikasi radar dengan reso-
lusi (kepekaan sudut) yang tinggi.

Antena reflektor adalah jenis antena yang paling sering digunakan


dalam pe-realisasiannya, karena dengan antena reflektor kita bisa dengan
mudah mendapatkan gain di atas 30 dB. Antenareflektoryang dibahas pada
modul ini adalah antena reflektor yang memilikifeed (pengumpan energi)
berupa antena horn, seperti yang dibahas di bab 6. Dengan ditambahkannya
Gembar 531Antena horn corntgated (beruli)
sebuah reflektor yang berbentuk geometri berupa parabola, maka gain
Hal lain yang tercapai dengan membuat uliran (corntgation) adalah
dari sistem antena ini bisa diperbesar secara signifikan. Batasan dari gain
terbentuknya pola pancar yang memiliki polarisasi silang (cross polari- yang bisa dicapai hanyalah geometri dari reflektor itu sendiri yang terus
zation) yang rudah" 56fuingga trntuk penggunaan hom lingkaran (coni-
membesar.
cal hom), dua bidang utarna polarisasi bisa dimanfaatkan sebagai 'media
hnsrnisi' tambrhen-
-oo0oo-

tfi Anterlr: Pridp rfun Aplikasi


T

7.2 SISTEM REFLEKTOR DASAR


Dengan cosS= zlr=zl , maka persamaan (7.1) menjadi
7.2.1 Prinsip
2F 2F p'+z'
Dari matematika, struktur parabola (tepatnya paraboloid untuk ,[P'*l = =--
il-

,a^n ,[p' * r' =2F - z


,,lp'+22 +z
struktur permukaan di ruang tiga dimensi) didefinisikan dengan: jarak dari
titik-titik paraboloid ke sebuah bidang (di gambar 7.1 bidang z:0) dijum-
lahkan dengan jarak dari titik-titik itu ke titik fokus (dalam hal ini titik 0) Dengan mengkuadratkan sisi kiri kanan, akhirnya didapatkan persa-
adalah konstan. maan di sistem kordinat silinder
Untuk menentukan nilai konstan di atas, kita gunakan titik khusus, p'=4F(F-z) (7.2)
yaitu titik puncak paraboloid (titik apex), maka nilai konstan sama dengan
Di kordinat kartesian
2F (F adalahjarak Fokus, dari 0 ke apex).

Jadi AP + OP :2F, dengan kordinat bola yang digunakan di gambar


x'+y'=4F(F-z) (7.3)

7.1 maka,
Persamaan (7 .l\-(7 .3) menggambarkan suatu struktur geometri yang
rcos0 lr=2F,atau terbentang tak terhingga. Struktur parabola bisa dibatasi dengan mendefi-
nisikan diameter maksimalnya, yaifir D.
2F
r- (7.1)
Jadi D dan F adalah dua besaran karakterisktik untuk sebuah pa-
I + cos0
rabola. dan seringkali sebuah parabola dispesifikasikan dengan D (dia-
.r meternya) dan perbandingan FlD.
A
--;------E Dengan mendefinisikan sudut terbesar0, untuk bagian paling ping-

h<, titik 0
v gir dari reflektor (reflector rim\, menggunakan persamaan (7. I ).
DIz
" sin0o
2F
1+ cosO,

r"rlu, .l
( D sin0, p 2U
srn -t) I
4F 1+cos8,
-==| 4F--:"'iu, =
l+2cosz1o -t *Jt
= tan -r)
20

Gambar 7.1 Geometri antena paraboloid, titikfokus di titik asal 0


2" 2"
Persamaan (7.1) menggambarkan kordinat antena paraboloid dalam oo=2arct*(#o) (7.4)
sistem kordinat bola. Untuk menuliskannya dalam kordinat silinder dan
kartesian, dilakukan langkah-langkah berikut ini.

170 Antena: Prinsip don Aplikasi Antena Reflektor 171


-T

0.5

0.4

0.3

o.2

0.1

-0.1
feed di tilik
fokus
4.2

-0.3 titikfokus O

4.4 _T

-0.s1
1 0.6 0.4 0.2
Gambar 7.3 Refieltsi gelombang datang pada antena reflektor
Gambar 7.2 Sketsa parabola dengan parameter F/D
Berkas iluminasi direfleksikan pada titik pantul r* (xp, yR, zR), yang
Gambar 7.2 menampilkan geometri dari parabola dengan parameter terletak pada bidang parabola, dengan
F/D.lika perbandingan FID mendekati tak hingga, parabola ini menjadi * z _ ,, 2

**' * y*' = 4F' (F - r o), atau z R,4F


- F- :L-:!-
datar. Sudut 8o semakin mengecil urtuk F/D yang semakin membesar.
Nanti akan ditunjukkan untuk kasus sudut 8o yang kecil ini, diperlukan Untuk memudahkan pengamatan, tanpa mengurangi generalisasi
feed yang memiliki gain yang besar (beamwidth yang kecil). Untuk nilai dari problem yang dibahas, kita batasi untuk dua dimensi dengan /n : 0,
FID:0.25 ujung dari reflektor (refiector rim)berada pada bidang apertur. maka
2

Pada antena reflektor,feedlsumber pemancar primer diletakkan pada z^ = F


titik fokus dan iluminasinya diarahkan ke reflektor parabola, sehingga "4F( -xn
jika berkas iluminasi (ray) mengenainya (gambar 7.3), berkas ini akan Berkas datang mempunyai arah Or*: i = x nd , +l F
direfleksikan sesuai dengan hukum Snellius: atau sebagai vektor satuan, 1.

Sudut datang: sudut pantul

Q, =
4.
,-'*[o -#)' x^2 ^1 XD
'l----l--x"
" + I'- l6F'2"
I 2

,(;4lt
172 Antena: Prinsip clan Aplikasi
Anteno Reflektor 173
-7

kata lain, berkas ini akan direfleksikan secara paralel. Sehingga setelah
F _X*, berkas-berkas pancaran ini direfleksikan oleh reflektor parabola didapat-
4F
/z kan pancaran energi yang paralel, atau didapatkan phasa gelombang yang
lr*rt- datar. Gambar 7.4 memvisualisasikan proses refleksi ini.
[4r
dan berkas pantul pada bidang z:0, dengan kordinat xe yang
ditentukan besarnya, sehingga
(z\
r'= (r, - **h, - z nd, =G o - **h, -l'-#)u,'
titikfokas
atau sebagai vektor satuan
r\
Go - **h. -[.-
#)," 6o - *^h, - r -]t-la-
4F l'
dr, = ,/

6o - *^Y *( , -'*'l' *r2 -2*or*.[..


I 4F) #)'
Reflektor parabola pada titik r* memiliki bidang normal: Gambar 7.4 Gelombang refiel<si akan merampat secara paralel
xR=
Energi yang dipancarkat olehfeed primer di titik fokus, tanpa ke-
:- 2F ^ beradaan reflektor parabola, akan berdivergensi, terbagi ke ruang, dengan

,EF bentuk phasa yang memiliki bentuk bola. Tetapi dengan keberadaan re-
flektor, energi pancaran bisa lebih dikonsentrasikan ke arah refleksinya,
karena berkas sinyal akan paralel dan tidak menyebar di ruang.
Dengan hukum Snellius (dalam hal ini cosinus sudut datang:cosinus sudut
pantul) Gambar 7.5 menunjukkan foto sebuah antena parabola dengan
fi'du=7'6u' beberapajenis antena horn yang dipergunakan sebagaifeed primer, yang
akan diletakkan di titik fokus dari antena reflektor tersebut. Memposisikan
Dari perhitungannya akan didapatkan hasil x, = xR. feed ini dilakukan dengan penopangnya ("struts").
Jadi berkas yang dipancarkan olehfeed primer akan mengenai suatu Di gambar 7.6 terlihat antena parabola yang dimontasi pada sebuah
titik di reflektor, berkas ini akan direfleksikan, sesuai dengan hukum re- menara. Antenajenis ini sering kali digunakan sebagai penyuplai sinyal yang
fleksi, ke posisi dengan nilai.r yang sama dengan titik refleksi, atau dengan digunakan oleh penyedia jasa internet. Antena parabola yang digunakan

174 Anteno: Prinsip don Aplikasi Anteno Reflektor 175


T

tidak terbuat dari metal yang solid, tetapi dari beberapa potong metal yang 7 .2.2 Metode Perhitungan Medan Jauh

disusun secara berdekatan. Pada ketiga antena reflektor di gambar 7.6 ini, 7.2.2.LMetode Optik Fisika (Physical Optics)
polarisasi yang digunakan horizontal yang terlihat dari potongan-potongan
Metode optik fisika didasarkan pada perhitungan medan pancaran
metal penyusun reflektor yang diletakkan horizontal.
(dengan integrasi) dari suatu struktur arus tertentu, seperti yang biasa kita
lakukan selama ini. Problem utama dari metode ini adalah menemukan arus
yang akurat. Arus yang tak akurat akan berimbas pada hasil integrasinya,
yaitu medan jauh yang juga tidak akurat.

Tetapi, mendapatkan distribusi arus yang akurat bukanlah suatu


yang mudah. Pada metode optik fisika dilakukan pendekatan sebagai beri-
kut ini:

Bennula darifeeder antena parabola itu, yang seringkali berupa an-


tena horn. Feeder ini merupakan sumber primer yang akan mengirimkan
gelombang (medan elektromagnetika) yang akan mengenai reflektor (gam-
bar 7.7), dengan melakukan pengandaian bahwa medan magnet feeder
primer ini tak berubah dengan keberadaan reflektor, maka distribusi arus
listrik pada reflektor bisa didekatkan dengan
Gambar 7.5 Antena parabola danfeed hornnya
j =2.fix4 (7.s)

fr adalahvektor normal dari reflektor (yang berubah tergantung titik mana


yang diamati) dan fr adalah medan magnet feeder primer pada posisi
pengamatan di reflektor (uga berubah tergantung titik mana di reflektor

'0\ e
diamati).

J\
t\ /a

Gambar 7.6 Montasi antena parabola di tower Gambar 7.7 Prinsip dasar optikfisika (Physical Optics)

176 Anteno: Prinsip dan Aplikosi Antena Reflektor 1n


Setelah distribusi arus dikenal, dengan tidak memperhatikan reflek- Tetapi metode optik geometri yang dipakai untuk perhitungan an-
tor itu lagi, akan dilakukan integrasi permukaan untuk menghitung medan tcna parabola di sini, seperti halnya metode-metode pada optik geome-
listrik di medan jauh. tri lainnya, akan memberikan hasil yang salah jika titik pengamatan yang
7.2.2.2 Metode Optik Geometris (Geonrctrical Optics) kita ambil terletak pada kaustik. Di sana nilai medan elektromagnetikanya
rnenjadi tak hingga.
Pendekatan lain untuk melakukan aproksimasi medan jauh dari
sebuah antena parabola adalah dengan menggunakan optik geometris, yang Di bab 13 akan diperkenalkan metode perhitungan lainnya, seperti
mana pancaran dari gelombang elektromagnetika bisa dianggap seperti rnetode persaman integral, metode elemen hingga, metode diferensi hingga,

berkas cahaya, yang dipancarkan, jika berkas ini mengenai suatu struktnr, dan metode frekuensi tinggi yang sebagian dibahas di sini, serta metode
ia bisa direfleksikan dan didifraksikan (gambar 7.8). hibrida, yang merupakan kombinasi beberapa buah metode tersebut.

Untuk mencapai titik Pr berkas elektromagnetika akan merambat 7.2.3 Gain Antena Reflektor
setelah mengalami refleksi atau setelah mengalami difraksi. Gain maksimal yang bisa dicapai oleh sebuah antena reflektor
Sedangkan titik P, hanya akan dicapai adalah
setelah berkas mengalami
difrasi pada pinggir reflektor parabola tersebut.
G,,o=# n* (7.6)
Jika sebuah titik bisa dicapai melalui beberapa cara, misalnya titik
Aoo adalah luas permukaan apertur dari reflektor parabola, atau
P,, maka artinya akan ada beberapa kontribusi medan elektromagnetika
yang mendatanginya. Medan elektromagnetika total di titik itu adalah Aq = tDz I 4, (7.7)
superposisi dari masing-masing nilai.
denganD diameter reflektor parabola.
Keuntungan dari metode optik geometris dibandingkan dengan Gain maksimal ini hanya akan tercapai, jika:
metode optik fisika adalah tak adanya integrasi yang harus dilakukan, se-
hingga perhitungannya menjadi sangat cepat, juga untuk titiktitik yang l. Amplitudo dan phasa medan listrik/magnet yang diiluminasikan
sepanjang reflektor konstan, dan
berada di balik reflektor, seperti titik P2, hasil perhitungarrtya, dengan
membandingkannya dengan hasil pengukuran, lebih baik dari hasil optik
2. Tak ada spill over

fisika.

Gambar 7.9 Pemancaran horn Gambar 7.10 lluminas i reflector


Gambar 7.8 Prinsip dasar optik geometris (Geometrical Optics) unifurm secara uniform

178 Antena: Prinsip dan Aplikosi Anteno Reflektor 179


Sehubungan denganfeedingantena reflektor akan kita amati gambar-
Untuk mengaproksimasikan efisiensi aperture ini dengan mudah, di-
gambar berikut ini.
rr mb i I karak teristik
fe e d in g y arrg sederhana, yaitu dengan fu ngsi cosinus,
Gambar 7.9 mungkin bisa dikatakan sebagai iluminasi yang
n
homogen, karena power yang keluar danfeeding sama (di-normkan pada untuk 6 3
2
0 dB),tetapi karena sisi paling luar dari reflektor terletak paling jauh; untuk (7.e)
iluminasi pada reflektor yang konstan, diambil iluminasi dari n
untuk 6 2
feeding seperti pada gambar 7.10, jadi sedikit mempunyai iluminasi yang 2
membesar ke arah luar.
atau seperti terlihat di gambar 7.12 denganberbagai macam nilai v
Tetapi pada praktiknya iluminasi seperti itu tidak dapat dicapai. Di
90
gambar 7.1 I ditampilkan beberapa bentuk iluminasi dari horn dengan gain
yang besar dan gain yang kecil. Di gambar itu juga ditampilkan perbedaan
(/oss) antara iluminasi horn itu dengan iluminasi ideal yang diinginkan.

Illaminarton bss Illumination loss

flova$ Spill over loy'


,
,
I
,
,l
, ,t
I ll I
I lt t
t l\
t t \,-20
\ dB

-10 dB
0dB\ - 0dB--

Gambar 7.12 Diagram radiasifungsif ($) di persamaan (7.9)


Gambar 7.ll
lluminasi refiektor parabola denganfeed dengan gain Feedingyane memiliki gain yang besarbisa direpresentasikan deng-
yang kecil (kiri) dan dengan gain yang besar (kanan) an nilai v yang besar.
Karena iluminasi yang ideal tidak akan pernah tercapai, gain maksi- Gambar 7.13 menunjukkan efisiensi antena reflekor parabola yang
md di atas juga tidak akan pernah tercapai. Dengan menggunakan efisiensi diberikan di persamaan (7.8) sebagai koreksi untuk perhitungan gain antena
apertur, €* maka dengan parameter v. O, didefinisikan di gambar 7.2.

G =#-Aoo-€no (7.8) Dari gambar 7.13 untuk mencapai efisiensi apertur yang besar, ada
suatu besaran sudut tertentu yang tergantung dari gain iluminasi (v).

IN Antena: Prinsip dan Aplikasi


Antena Reflektor 181
Jika dengan iluminasi yang diberikan reflektor terlalu besar Tabel 7.1 Hubungan parameter v dengan beamwidth dan gain
(8, > $o,n,) maka akan dihasilkan illumination /oss yang banyak pada :.r:vi
sisi reflektor yang harusnya ter-iluminasi secara baik.
I 90" 5,1

Sedangkan jika ukuran reflektor terlalu kecil (O, < &o,oo,),maka ke- 2 6s,4" 7,8
3 54" 9,s
balikannya terjadi spill over /oss yang besar pada pinggiran dari reflektor.
4 47" 10,7
Sehingga di sini di-setting ukuran reflektor yang akan mencapai 5 42. fi,7
efisiensi maksimal. 6 38,40 t2,5
l0 30. 14,6
A 0.e
'lo.g Contoh 7.1:
""1
Untuk suatu aplikasi pada frekuensi 5 GHz diperlukan suatu an-
0.7 tena yang sangat high-gain misalnya > 28 dBi. Andaikan hanya tersedia
.feed horn yang merniliki gain yang sangat moderat (7,8 dBi), misalnya
diaproksimasikan dengan parameter v : 2. Desainlah sebuah antena pa-
0.6

0.5 rabola!

Jawab:
4.4
Pada frekuensi 5 GHz : panjang gelombang l,:0,06 m.
0.3
Untuk mencapai gain yang maksimal misalnya 30 dBi (linier 1000)
0.2 pada panjang gelombang di atas diperlukan luas aperture, dengan persa-
maan(7.6)
0.1

G.* = *.n.,
A'
=+ Aop =G,u* .
#=1000. ffi= 0,286 m2,

atau dengan persamaan (7.7) diameter parabola menjadi


Gambar 7.13 Efisiensi aperture antena parabola sebagaifungsi dari
faldor iluminasi v dan sudut pemaflcaranfeed horn $, Aop = :+ o=^@-= ^W=0.6 m=6ocm.
Tabel 7.1 menunjukkan hubungan aproksimasi antara parameter
[o' \x \l 3.1416

v, yang didefinisikan di persamaan (7.9), dengan beamwidth dan gain Dengan gambar 7.13, untuk mendapatkan efisiensi yang optimal
dari antena horn yang dipergunakan sebagaifeeder untuk reflector yang pada v : 2, dirancang antena dengan 8o = 53o, atau dengan titik fokus
digunakan. yang berjarak (gambar 7.2):

182 Antena: Prinsip dan Aplikosi Antena Reflektor 183


-T

p_ D
a=za,ct\#r)+ -*[+)
0,6
4. 0,5
= 0,3 m = 30 cm. Pada antena cassegrain dipergunakan sub-reflekto r yangmempunyai
I ntuk hiperbola, sedangkan pada antena gregorian bentuk sub-reflektornya
rc

bcrupa eliptis.

Gambar 7.15 merupakan contoh praktis dari sebuah antena parabola


oassegrain.

frekuensi 18 sampai 40 GHz

Efisiensi yang didapat sekitar 0,81, sehingga gain yang didapat menjadi

1000x0,81 :810 atau 29,1 dBi.

7.3 SISTEM REFLEKTOR BANYAK


Pada antena dengan memiliki banyak reflektor,feeder primer tidak
lagi diletakkan di depan reflektor utama. Pada dua contoh paling sederhana
dari antena dengan refl ektormultiple, p ada gambar 7. I 4, terlihat penggunaan
dari subreflektor, sebagai reflektor pembantu, yang akan merefleksikan
gelombang daifeeder primer ke arah reflektor utama.

R4le*tor utma

R$lctb,

a) b)
Gambar 7.14 a) Antena Parabola Cassegrain, b) Antena Parabola Gambar 7.15 Antena Cassegrain
Gregorian
-oo0oo-

tu Antena: Prinsip dan Aplikosi


Antena Reflektor 185
-T

Antena Mikrostrip

8.1 PENDAHULUAN
Perkembangan dari teknologi antena mikrostrip terkait secara erat
dengan perkembangan teknologi struktur pemandu gelombang mikrostrip
(microstrip lines), lihat [MA09]. Pemandu gelombang mikrostrip secara
sederhana bisa kita sejajarkan dengan rangkaian pada printed circuit board
(PCB) yang biasa ditemukan pada elekhonika berfrekuensi rendah, yaitu
berupa lajur-lajur pipih yang terletak di atas suatu substrat yang terbuat
dari material dielektrika. Lajur-lajur pipih ini dihasilkan dengan proses
etching. Keuntungan pemandu gelombang mikrostrip dibandingkan deng-
an waveguide adalah bentuknya yang low-profil, yang mudah dan murah
untuk diproduksi secara massal.
Polch (meul)

Substrat
(dielekti*a)

't
Gambar 8.1 Antena milvostrip planar dengan bentuk patch bebas
T
Keuntungan ini juga diturunkan kepada antena mikrostrip yang bisa
Berlawanan dengan konsep yang dipergunakan pada pemandu ge-
dilihat di gambar 8.1.
lombang mikrostrip, pada antena mikrostrip, karena yang diinginkan adalah
Bentuknya yang low-profile, dengan ketebalan substratnya yang tcrjadinya pemancaran yang maksimal, maka permittivitas relatif yang di-
hanya mempunyai besaran milimeter memudahkan antena ini untuk ambil kecil, sedangkan tebal substrat yang dipergunakan sebaiknya besar,
dimontasikan hampirpada seluruh tempat. Misalnya antena ini akan sangat sehingga diharapkan medan elektromagnetikanya tidak terkonsentrasi pada
menguntungkan jika dipasangkan pada badan dari sebuah roket (dengan substrat, sehingga dengan adanya medan yang keluar dari substrat ke udara
melengkungkannya), tanpa harus mengganggu sifat aerodinamis dari roket akan memberikan kontribusi pada proses pemancaran energi.
tersebut.
Dengan membandingkan kelebihan dan kekurangan dari antena mi-
Pada dasarnya antena mikrostrip terdiri dari sebuah substrat, yang krostrip, ternyata pada banyak sekali aplikasi, kelebihan antena ini melam-
dikatakan sebagai pembawa dari antena tersebut (secara mekanis), yang paui kekurangan yang dimilikinya, sehingga antena mikrostrip menjadi
di atas substrat ini dibentuk macam-macam form dari antena itu sendiri prioritas di sana.
(potch) melalui proses etching, dan di balik substrat ini terdapat metalisasi
Di samping mendapatkan bidang aplikasi yang sangat dominan pada
bawah.
militer (pada pesawat terbang, roket, satelit, dll.), antena mikrostrip juga
Di samping kelebihan antena mikrostrip di atas, antena jenis inijuga dari tahun ke tahun makin sering dipakai pada aplikasi sipil, misalnya pada
memiliki kekurangan, yang terutama sekali adalah, gain yang dicapainya sistem komunikasi mobil dan satelit, global positioning system (GpS),
sangat kecil, sekitar 6 dBi, mempunyai bandwidth yang kecil, dan hanya pada radar, kedokteran, dan masih banyak lagi yang tak bisa satu-satu
bisa memancarkan sinyal dengan daya yang relatif kecil, maksimal 100 disebutkan di sini.
Watt.

Secara historis, pada awalnya fenomena pemancaran yang terjadi 8.2 METODE ANALISA: MODEL SALURAN
pada struktur mikrostrip dicoba untuk direduksi, karena memang sebuah TRANSMISI
rangkaian mikrostrip tidak boleh memancarkan gelombang elektromag- Karena antena mikrostrip merupakan evolusi dari saluran transmisi
netika, ini akan bisa mengganggu komponen lain. Cara untuk mereduksi mikrostrip, di bagian ini terlebih dahulu dibahas hal-hal yang penting
pancaran adalah dengan menggunakan konstanta dielektrika (permitivitas terkait dengan saluran transmisi mikrostrip [MA09]. Gambar 8.2 adarah
relatif) yang besar danjuga substrat yang tidak terlalu tebai dibandingkan bentuk umum dari sebuah saluran transrnisi mikrostrip. Struktur yang
panjang gelombang. Sehingga dengan demikian medan elektromagneti- ditampilkan di gambar tersebut terdiri dari sebuah substrate dielektrika
kanya akan terkonsentrasi pada sekitar rangkaian mikrostrip. Fenomena dengan ketebalan h dan memiliki permitivitas relatif e,. Bagian bawah
pemancaran elektromagnetika ini diamati pada awal tahun 50-an. Dan jauh substrate ini dilapisi metal secara keseluruhan, yang berfungsi sebagai
setelah itu pada tahun 70-an, barulah teknologi mikrostrip dipergunakan ground sttruktur ini. Sedangkan bagian atasnya terbentuk strip dengan lebar
sebagai materi penyusun model antena yang baru, yang fleksibel untuk w. Ketebalan strip t, biasanya diabaikan. Ketebalan s u b s tr at e, permiti vitas
dimontasikan pada banyak sekali tempat pada berbagai macam aplikasi. relatif dan lebar strip menentukan impedansi gelombang mikrostrip ini.

188 Antena: Prinsip don Aplikasi


Antena hlikrostrip 189
-T

Hammerstad dan Jensen [MA09] memberikan rumus yang cukup


akurat, dengan u: Wlh

-
€r,"[=-,
t'*' * t'. * ]''1
"'
'[r
z \ uI
(8.1)

ground
Yang mana ,=l+lh
49
*'
].*''t'.(#l]
Substrat
dielektrika a = 6.560[e"
- o's ["'
I e,+3 J
Gambar 8.2 StruWur saluran transmisi mikrostrip Untuk l<u<15, a = l, dan untuk €. ) l, b = 0,54, sehingga unfuk
wilayah yang diberikan ini persamaan (8.1) bisa didekatkan dengan
l, adalah porjung saluran transmisi ini dan berpengaruh pada perubahan
phasa dan atenuasi gelombang yang merambat di sepanjang Z.

Dalam melakukan analisa terhadap saluran transmisi mikrostrip,


,,.*=T.+(*f)"" (8.2)

sering kali digunakan besararr permitivitas relatif efektif e.,"n, yang digu-
Gambar 8.3 menunjukkan permitivitas relatif efektif sebagai
nakan untuk menggantikan ruang yang tersusun dari kombinasi udara dan
fungsi dari permitivitas relatif substrate dan perbandingan lebar strip dan
,Jielektrika dengan nilai e,. Gambar 8.3 menunjukkan struktur asal penam-
tebal substrate. Di gambar 8.4 bisa dilihat jika lebar strip dibandingkan
pang mikrostrip, dan struktur penggantinya.
tebal substrate sangat kecil, permitivitas relatif efektif rnendekati nilai
0,5 (e. + l) yang merupakan nilai rata-rata kedua permitivitas dielektrik
yang digunakan oleh struktur mikrostrip (udara dan dielektrik), hal ini
dikarenakan medan listrik terbagi secara hampir nnerata di udara dan di
dielektrika (lihat gambar 8.3). Sedangkan untuk nilai Wh yang besar, nilai
e,"n mendekati nilai e. itu sendiri, karena hampir seluruh medan listrik
terkonsentrasi di dielektrika.

Gambar 8.3 Pendefinisian permitivitas relatif efektif sebagai alat bantu


analisa

t90 Anteno: Prinsip don Aplikasi Anteno filikrostrip 191


:T

8l - -
l

zl-

V,

Garnbar 8.5 Sketsa antena mikrostrip segiempat dengan./be.d mikrostrip


'0 5 10 15 20 Di u.jung awal dan ujung patch diasumsikan saluran transrnisi yang
W/h
dalam kondisi terbuka (.open), yaitu pada posisi -rr: 0 dan x: L,,, medan
Gambar 8.4 Permitivitas relatif ejektif sebagaifungsi dari e,dan tY/h listrik akan melebar keluar (fringe), yang secara elektrornagnetis bisa
dimodelkan dengan kapasitansi (gambar 8.5). Di sini pengaruh kapasitansi
Setelah rnendapatkan nilai permitivitas relatif efektif, impedansi
gelombang saluran transmisi mikrostrip bisa dihitung dengan itu diganti dengan perpanjangan patch secara fiktif sebesar LL, yan1
diberikan dengan [GargO1],
/
z"=--\ r,l 4* (8.3) +0J00
h,lr,,* l.' ,F(;I ] LL, =0,412h'8"etr 'u+0'262
E,,$ 0,258 rz + 0,813
(8.s)

1 ro.ooo 1'1528 Sehingga total panjang efektif patch menjadi


dengan F = 6+(2n-6)e [ " i, dan { =120nt2.
L*,, = L" +2M, (8.6)
Jika impedansi gelombang saluran transmisi diinginkan memiliki
besar 50 O, maka lebar strip bisa dipilih dengan Dengan digunakannya panjang efektif ini, medan listrik di kedua

*=ff['[#) ,] (8.4)
ujung saluran transmisi yang terbuka (open) bisa dianggap lurus (tidak
melengkung) dari patch ke ground, atau kebalikannya.

Untuk mode dasar (TMr,) berlaku hubungan


Antena mikrostrip segiempat akan diump an (feed) dengan mikrostrip
L.fr',, = (8.7)
penghubung ini. Dimensi dari antena mikrostrip segiempat ini adalah Z"-r 2f,rl;;
Wr, seperti yang diberikan di gambar 8.5.

192 Antena: Prinsip dan Aplikasi Antene lvlikrostrip


-T

Lebar dari patch bisa dihitung dengan Rangkaian pengganti di gambar 8.6 ini berlaku untuk feed dengan
mikrostrip line dengan L, : 0, Lr: L"x* untuk coax via feed dengan L , :
w.=
' " (8.8)
Lr: Lt, danfeed dengan inset dengan tambahan I-.
2f, x* L",1,p-

Contoh 8.1:
Sisi terbuka (open) dari antena mikrostrip (patch) dimodelkan deng-
an bantuan admitansi I, (€lambar 8.5), dengan Digunakan substrate tipe RT/Duroid 5880 (e, :2.2 and l, : 1,588
(8.e) mm) untuk membuat antena mikrostrip segiempat pada frekuensi 2,45
Ys:G+jB
GHz.
o=hl,*w)'l* (8. l0) Jawab:
Dengan persamaan (8.8) dihitung lebar patch (dengan 8,,"ff = E, )

u=&[-,-o,u,u^(T)'l * (8. l 1)
w.= " E-= 3,0x108m/s
, 2f,\ e,.* +t 2.2,45x10e1/s ffi=48'4mm'
Persamaan (8.10) dan (8.1l) berlaku untuk ft < 0,11,,, karena untuk
tebal mikrostrip yang besar, distribusi medan listrik dan magnet tidak bisa Dan dengan persamaan (8.2) bisa dihirung E.q (u: 48,4/1,588:30,48)
lagi diandaikan ifu rm.
=+.+('.*f " =+.+('.#l
un

Di gambar 8.5 diberikan rangkaian pengganti untuk menentukan im-


€,
"r
=2,tt4.
pedansi masukan antena mikrostrip unbtkfeed dengan mikrostrip. Secara
umum, diberikan rangkaian pengganti di gambar 8.6, yang berlaku untuk Dengan persamaan (8.7) dihitung panjang efeklif dari patch

feed lainnya, yaitu dengan coaxial dari bawah ground atau coax viafeed
(gambar 8.1l) dan/eed denganmenggunakan inset (gambar 8.12) u"r.p-rIW-
r-c- 3,0xl0Em/s
2.Z,45xt}eusJ-ZJtqg
= 42,1 mm,
Yt Yt

dengan perpanjangan dari persamaan (8.5)

, €,.d - 0,300'--
Mr=0,412h u+0,262
- €,,"nt -0,258 u +0,813
, =0,412

. 1,5ss*ro. ?l 891!i99 .10-,48+0,262


2,1148 -0,258 30,48+ 0,813

LL, = 0,6543mm. 1,3. 0,9824 = 0,8356 mm

Gambar 8.6 Rangkaian pengganti secara umum untuk beberapa jenis


feeding

194 Anteno: Prinsip dan Aptikasi Anteno ttikrostrip 195


Sehingga panjang geometris p atch menjadi
L"=Lqr,r- 2M, =40,43mm

Contoh 8.2: Antena mikrostrip dengan feed miktrostrip (gambar 8.5)


Diberikan Wr: 144 mm, Lp:76 mm, W: 4,3 mm, h: 1,59 mm, .21
t,:2,62 dan tan6 : 0,001. Tentukanlah impedansi masukannya untuk =4'8mS
frekuensi 1,197 GHz.
,) f
lr.2l
Jawab: w, l-s.636,,[2!h\ I 1=4,8mS.5.r=24,48mS
n=t2ol,ol
Lebar strip 4,3 mm, dengan tebal 1,59 mm dan permitivitas 2,62 [r,Jl o
nrenghasilkan Zo:50,6 ohm atal Yo: 19,8 msiemens dan r,."ff :2,184.

Sedangkan patch dengan lebar strip 144 mm, dengan tebal 1,59 mm
Sehingga I'r: (4,8 + j 24,48) mS

dan permitivitas 2,62 menghasilkan Zo: 2,5 ohm atan Y,,: 0,4 Siemens Karena perputaran sekitar 360 rnaka kedua I's tidak berubah dan
dan tr,"u:2,579. diparalelkan untuk mendapatkan nilai total Y,n: (9,6 + j 48,96) mS.

Persamaan (8.5) memberikan perpanjangan di sisi open sebesar Contoh 8.3: Rancang antena mikrostrip segiempat dengan inset
(dengan u:Wo/h=90,6)
Sebuah substrate mikrostrip dengan tebal 0,1588 cm dan konstanta
+o'3oo+o'262
AI p - o,4l2h'tr'efl' 'u permitivitas relatiye 2,2 digtnakan untuk merancang antena mikrostrip
er,41,-0,258 a+0,813
segiempat pada frekuensi l0 GHz. Dimensi antena mikrostrip ini Lrx W,
* + 0,262 adalah 0,906 cm x 1,186 cm.
= o,4t2.r,sq.-. ?'11? 9'?09 .e0,6
2,579 -0,258 90,6+ 0,813
Tentukanlah impedansi masukannya dan lakukan perbaikan terhadap
:0,81 mm
performansi refleksi antena ini dengan inset.

Sehingga dengan (8.6) Lp'tr = 76 mm - 2.0,8lmm =77,62mm Jawab:

Di Smith chart terjadi perputaran sejauh e = I 80' . 4L p,4il, I ?,",fl. . Panjang gelombang di ruang bebas adalah

Dengan 1" =250,63 dan Ao =3'108 m/s/l0roHz = 3 cm


1,r = 1,1 W =250,63mml"{ffi =156,07 mm didapat Komponen real dari admitansi open dihitung dengan

Q = 180' . 4lp,"ff I L*, - 358,1' (dianggap satu putaran penuh) *, lr_l_(ul\'l I


"=t20x,l 24\?,"" ) ) o

196 Antena: Prinsip don Aplikasi Antena lAikrostrip 197


-Y

_ [r_ t .IZrro,rssA.rn)'l
l,t86cm
R, (r) = R, .o.'[
l20.3cml 24 \ 3cm )
) t"+)
Lr)
=0.003279 S
Jika resistansi masukan baru yang diinginkan bernilai 50 ohm,
Hasil yang lebih akurat didapat dengan persamaan maka

/=_ 2+cos(X) + X. Si(X)+sr(X) I


,dengan X=koW,
50e = 2z;,64a."o"r(n-J-] = jt-:--- cos-r10,4676;
l2on2 o \. 0,906 cm / 0,906 cm

x -1'0842.0,906 cm=03127 cm.


maka dengan X =4+86
J
=2,484, didapat dari tabel integral sinus 7t

x
P
.Si(X) = ft'n dp, diketahui si(2,484):1,7746 (dengan fungsi sinint di 8.3 METODE ANALISA: MODEL CAVITY
iP
Matlab/Octave) Dasar dari metode ini adalah dengan berkumpulnya muatan-muatan
listrik pada bagian bawah dat'r patch yang akan membentuk medan listrik
Q- - -
2 0,7915 + 2,484. 1,77 46 + 0,2461 I
bersama dengan muatan-muatan listrik berlawanan jenis yang berada di
= 0,001573 S
l2hn2 C2 metalisasi bawah.
Karena ada dua kondisi open yang mengalami coupling, diperlukan Gambar 8.7a memberikan sebuah patch segiempat dengan dimensi
jluga G,r, yang rumusnya W dan L. Sasaran kita sekarang adalah menentukan diagram radiasi dari
struktur mikrostrip ini dengan pendekatan (model) cavity.

Cavity adalah istilah yang dikenal dalam teknik gelombang mikro


untuk menggambarkan suatu struktur beresonansi. Bagaimana antena mi-
krostrip segiempat bisa diamati dengan model cavity ini?

Admitansi gandeng dengan persamaan di atas, dihitung secara numerik


yang untuk data-datapatch danpanjang gelombang yang diberikan, meng-
hasilkan nilai G,r: 0,00061683 S. Sehingga resistansi masukan menjadi

D-= I I
Kiu - = 228'64{l
216 a 6)= @ a) b)

Dengan inset akan didapatkan resistansi baru yang lebih kecil, deng- Gambar 8.7 a) Struktur antenq mikrostrip dan b) pemodelan medan
an (gambar 8.l2) listrik pada sisi samping patclr

Anteno: Prinsip dan Aplikasi Antena Mikrostrip


Perhatikan gambar 8.7b. Dengan mengandaikan pengaruh medan Ar: z:0 (metalisasi bawah) E, = 0, dan
Iistrik yang mengalami kelengkungan (fringe) telah digantikan dengan
Au: z:h (padapatch) Eu
8,,* dan L*,maka medan listrik akan lurus dari patchke ground dan =0
sebaliknya. Pada kubus tersebut, di keempat sisinya bisa kita dapatkan Dengan demikian kita telah mendefinisikan sebuah volume, yang
medan listrik tangensial, yang besarnya akan diberikan nanti. Sedangkan pada pennukaannya kita rnengenal semua me<lan listriknya. sehingga
pada sisi atas Qtatch) dan bawah (ground) medan listrik tangensial bernilai untuk bisa menghitung medan jauh (tentunya dengan titik pengamatan di
nol karena pengandaian metal ideal. Secara umum medan listrik di bidang- luar kotak volume ini) kita tinggal menggunakan rnetoce ekuivaiensi yang
bidang samping pclcft memiliki fungsi diperkenalkan di bab 6 (contoh 6.1 dan 6.2) untuk mendapatkan kerapatan
arus magnetis sebagai sumber untuk medan yang dipancarkan.
E=E.*,(*;)*,(ry)r, (8.12)
Sehingga dengan teorema ekuivalen didapatkan sumber arus mag-
netis pengganti, pada
Untuk pembahasan di buku ini, kita hanya tertarik untuk mengamati
mode dasar, yaitu untuk lzl : 1 dan r : 0, sehingga persamaan (8.12) men-
A,: x:L (0 < y <W) fu, = -2ilrxE, = -2d,x(- A,.d,)= _2E,.d,
jadi Ar: x:0 (0 < y 3W) fu, - -ZfirxE, - 2d,x(8,.A,)=_2E,.d,
E=E..",(?) ,., (8.1 3)
A,:y:o (0s x< L) fu, -2E".o.[U).;.
(z)'
dan pada sisi sepanjang sumbuy diandaikan medan listriknya kons- Ao:y:W(O< x<L) fuo--2Eo.or[I'x'\ -
tan. \ t )o'
Faktor 2 pada setiap arus di atas karena pengaruh metalisasi bawah.
Dengan menggunakan analisa model resonator, maka problem pada
gambar 8.7a akan diganti dengan problem pada gambar 8.7b, yaitu dengan v
mengabaikan medan listrik 'fringe' dan menyetel bahwa pada setiap sisi
kita mengenal medan listriknya.

Yaitu pada
flz = -4, frt=4,
A,:x:L(O< y<W) E, = -Eo 'd,
Ar:x:0(O< y<W) E, = E,'d,
/
Ar'y:0(O< x<L) E,= 8..",(T) u, /
frt = -d,
A.:y:W(O<x<L) Eo= E,."t[?) ,, Gambar 8.8 Visualisasi bidang-bidang pada model cavity

200 Antena: Prinsip dan APlikasi Antena llikrostrip


201
T

dengan
Dari arus magnetis ini bisa dihitung potensial vektor elektris F
dengan bantuan persamaan (6.3), yang di medan jauh merupakan hasil
X = k*sin0cosg
2 ; Y =kYsintsing ;
2 Z = k*cosg
integrasi
)-"""
jo' Medan listrik: E = j @. Z,(a,x F)
€o 'e-
r; - =_> , IJtt,.eik;.i'da or'*
4ltr A,
Eu = it,khE,*I, '-.-
srnq , w ,r*1"o. x
+-c( (8.16)
dengan d, =sin0cosQa, +sindsinqd, +cosO d,,danpada
zn, Yn\xf J "i,rr"irLZ
Z

A,: /'= Ld, + y'd, + z'd, E* = it,khE.#*"ul-;#;"oss +Zsin*]*. y "iny,,\Z


Ar i'= Y'd, + z'd,
(8.17)
Ar: /'= x'dr+z'd,
Ao: 7'= x'd, +WAy + z'4, Untuk bidang g =0'(bidang E) berlaku X=ft1sin6 dan I/=0
(sinY/Y: l) 2
z'cosl)rb'r
d,, 4rr
F
" 4nr
=2E",::fi1-
ttr.
' s)k(1";nocose+)''sindsine+
,in[rt.o, *) .
Eo = ie ,klrthE,ff*r(otrr"" I ( .2 .l dan Er=g (8.1g)
- d, . eik(rsinosine+z'cos0)ib'r drt /lh k-costj
2
{l-
dan untuk bidang Q = 90" (bidang H) berlaku X = 0 ;
ocose+z'cuo)6*t
. .r,no'"" ur'l
ii-'(?).O Y = kYsirnt
2
e*' *"
. *r[? u,' "'^
B cose + w sin0 sin n'
*' o,')
i i- "u''' ,i,ul
E,t=0 O^, ,r= je,kVlrhEoff"orO'r,[rf
)'

Maka didapatkan (perhitungan lengkapnya di apendiks 8A) kLsina


2
F = Fd"+ Frd,
(8.1e)
Persamaan-persamaan di atas hanya berlaku untuk
F*=Eor#;otrr;#yY (8.14)

€o'"-t* Iz sin Z *=X = 0,0477 (8.20)


F = -E
tv- uo Wsiny (8. l 5)
4nr Z l" di persamaan (8.20) adalah panjang gelombang efektif (:)"0/
$,* l.

Antena llikrostrip
202 Antena: Prinsip dan APlikasi 203
Dengan mengamati kasus h :0,04X, maka Z = 0,04n cos d dan L:X12, Sedangkan gain atau direktivitas dari antena mikrostrip ini bisa di-
w:1./s dapatkan dengan
0
z (tr\
o=tsc,ll (8.23)
-5 1 )
]E dengan G konduktansi radiasi yang bisa dihitung dengan
6'-10
p.
I.C

.o -15 untukz <a3s)'


D
c
o
o
> -20
,
o,=*= A7-i;e iW unruk 0,352 <W <2). (8.24)

1W
untuk 2.1<w
-25 6Oi
-30 ii I Untuk kasus di atas, yaitu W1L:O,2,dengan persamaan (g.24)
020406080
s [o]
G" =8,89'ro-t*,
Gambar 8.9 Diagram radiasi mikrostrip h: 0,04X, L:M2, dan W:M5 ,didapatkan gain

Gambar 8.9 memberikan diagram radiasi untuk bidang E dan H D= 2 (*\= (o,z)' =6 atau 7,7BdBi.
dengan parameter yang diberikan di atas. Untuk bidang E didapatkan tsc,l), )
beamwidth sebesar 60" dan bidang H sebesar 88". t-

Secara umum beamwidth antena mikrostrip bisa dihitung dengan

(8.21)

BW, =)si11 (8.22)


lf

melode momilt
nodel csviy

Dengan kedua persamaan ini dan contoh kasus di atas didapatkan BWu :
Bidang E (8=90') BidangH(g=0")
58,3'dan BWr:83,3".
Gambar 8.10 Diagram radiasi antena mikrostrip segi empat
tBALsJ

..intrirff; Frinsip dan loplikcst Antena lrlikrostrip


205
-T-

Gambar 8.10 menunjukkan perbandingan hasil pengukuran diagram mikrostrip ini. Pembahasan yang lebih lengkap akan kita lakukan di bawah
radiasi dengan hasil perhitungan dengan metode moment (bab 13 lebih nanti.
lengkapnya) dan hasil aproksimasi dengan model cavity.
Sedangkan gambar 8.12 menunjukkan cara pencatuan lainnya, yaitu
Antena mikrostrip segiempat yang berukuran L x W (0,906 cm x dengan menggunakan mikrostrip penyambung ke patch.
1,186 cm) di atas substrat dengan ketebalan 0,1588 cm dan permitivitas
relatif 2,2. Antena bekerja pada frekuensi l0 GHz. as L;:0,1657

8.4 PENCATUAN ANTENA MIKROSTRIP


Untuk mengirimkan energi dari sumbernya ke antena mikrostrip
diperlukan suatu pencatu(feeding). Di buku ini hanya akan diperkenalkan
teknik pencatuan dari kabel coaxial, sehingga ujung dari sistem pencatuan
ke bagian eksternal akan berbentuk konektorladaptor koaxial. Gambar a) tampilan 3D b) tampak dari atas dengan
8.1I menunjukkan pencatuan antena mikrostrip dengan bantuan konektor struktur matching (inset)
koaxial. Dari bagian bawah dari PCB @round) yang dibor sampai ke bagian
Gambar 8.12 Pencatuan dengan mikrostrip penyambung
atas Qtatch) dimasukkan penghantar bagian dalam dari konektor sehingga
konektor dalam tersebut mengenai patch dan disolder bersama. Penghantar kiri ditunjukkan secara tiga dimensi pencatuan
Pada gambar sebelah

luar konektor akan disambungkan dengan metalisasi bawah. dengan mikrostrip penyambung. Konduktor dalam dari konektor coaxial
dihubungkan dengan mikrostrip bagian atas, sedangkan konduktor luar
Yy
dihubungkan dengan ground. Gambar sebelah kanan menampilkan struktur
tersebut dari tampak atas, dengan tambahan struktur matching.

Untuk pencatuan menurut gambar 8.11, impedansi masukan akan


bernilai 50 ohm jika posisi pencatuan diletakkan pada posisi (r.,
%) dengan
[Garg01]
r-l--_l lar
.tr- = -----:-cos -r E'0Ct
?= ' 2tr {&
(8.2s)

a) tampak tiga dimensi b) tampak samping W


/s
v
--
2
(8.26)
Gambar 8.ll Pencatu coaxial dari bagian bawah.

Posisi pencatuan, yang ditandai dengan kordinat (r,,%) harus dipilih R, dihitung dengan persamaan (5.24).
sedemikian rupa, sehingga terjadi matching antara konektor ke luar yang
biasanya dibuat standar 50 ohm dengan impedansi masukan dari antenna

206 Antena: Prinsip don Aplikosi y'rfteno llikrottrip 207


_T

Contoh 8.4: 4,49.23,492


Rancanglah sebuah antenna mikrostrip segiempat untuk frekuen-
=0,412.r*..J,r, =0.46mm
24,035
si WLAN 2,45 GHz. Tersedia sebagai PCB bahan FR4 (e, : 4,5) deng-
an tebal I mm. Tentukanlah data-data perancangan dan beamrvidth serta sehingga panjang r,;;;,";;*r; ., persamaan (8.6)
gain yang akan didapatkan. L=L"t- 2M=29mm.
Jawab: Konduktansi radiasi, dengan W/ tr"tt 23,22mm/59,82mm = 0,3gg2
=
Frekuensi 2,45 GHz memiliki panjang gelombang l'".= 122,45 mm. dan persamaan (8.19) menjadi

Karena diinginkan irnpedansi gelombang bernilai 50 ohm, maka I


dengan persamaan (8.4) bisa dihitung
G.
' =+Y- ^.L= 600,3882-0,0034=0.003r1.
60 )" 30n, -'"""'Q

,=r#l'[#)-'] menjadi
Maka posisi dari pencatuan didapatkan dengan (8.20) dan (g.21)

1*, mcl 59.82 mm


xs =-cor -r ---:--cos' 50C).0.00311
{ C)
^.
W:23,22mm. = 9,52 mm . 1,1661 = I 1,1 mm

Dengan persamaan (8.2) dan u: Wlh:23,22


Beamwidth antenna mikrostrip didapatkan dengan persamaan (9.16)
dan (8.17),
€ _
"r,"If* -',*l2 *9;)(t*]9)'''o
, =4,rg, menjadikan panjang
21,,;; /L
-" L- 2sin-'l -
BW'E f:1, )
gelombang efektif [r1:r'*h' )
mm
A", = L -122'45 = 59,82 mm .

,1t,,* ,14,19

Karena panjang efektif dari patch di-set setengah panjang gelom-


bang, 2",, :29,91 mm, maka dengan rnemperhatikan perpanjangan akibat
'fringe field'yang bernilai AI di kedua sisi, yaitu dengan persamaan (8.5)
- 0'300 .u + 0'262
M '
= 0,412h.e ""n'
t,,"tf-0,258 z+0,813

Anteno filikrostrip 209


Anteno: Prinsip dan Aplikasi
-?
T
I

IT ITII
Gain atau direktivitas dari antenna mikrostrip ini didapatkan dengan
persamilan (8.18)

D=-2-(Y\
rsc,\1
atau 8,12 dBi.
-- '
-]-t0,3882)'z
) 15.0,0031
=6,48 atau8,12dBi.
+ #
8.5 ANTENA MIKROSTRIP DALAM ARRAY
Array antenna dengan teknologi mikrostrip memiliki kelebihan
dibandingkan dengan teknologi lainnya adalah elemen-elemen dan struk-
tur pencatuan semua elemen ini (feeding structure) dibuat dengan proses
yang sama, yaitu dicetak pada PCB secara bersamaan.

Gambar 8.13 menunjukkan pembentukan array mikrostip. Hal pen-


Gambar 8.13 Contoh beberapa array mikrostrip
ting yang harus diperhatikan adalah penggabungan beberapa elemen pada
sebuah saluran mikrostrip penghubung. Penggabungan ini bisa menyebab- Apendiks 8A Perhitungan potensial vektor elektris pada antena
kan terjadinya kondisi unmatched, yang harus dikompensasi dengan pe- mikrostrip
milihan lebar strip yang disesuaikan dengan percabangan di ujung saluran
transmisi ini. F =2E,r;:( ,,fro^ **,iTd*0'tinr,sinp+'t6 ,)dy,d/+i!"r(7!rina{4+rbosd,or,*}
Hal lain yang bisa menimbulkan masalah adalah, jika ada banyak
elemen mikrostrip digabungkan menjadi array, akan terbentuk jaringan .,.fii*{T). e,,rGti"
o"*r*, e o I
dx, dz,

pengumpan (feeding network) yangsangat kompleks, dan memiliki potensi


memberikan kontribusi terhadap pemancaran, YanE bisa mengganggu ""o"' ^111*{+)
kontribusi pemancaran yang sebenarnya. Solusi untuk masalah ini adalah
-
"u* "-t "'**''" r4' 4r'}
J
dengan dipergunakannya pengumpanan secara elektrodinamis melalui
lubang (slots). F = z r. 5!L (- u,U,*"'
o*, * 1).1 4r,! o",,,
4,
0
*
"ir'*" ",r',,^

+ a,(p - "i
r* x,, o i on*o *, *,^ * n
a,, ***
"a ). I " i*{+). ",
)

o
i "t"'*, a,, = 7*b**h= #G** - r)

210 Antena: Prinsip don Aplikasi


Anteno Mikrostrip 211
.?

khcosO

LY l]\o lYg
w i!v:\tt"e-n' *i"[ ('
W'sin, Y sn-Llsinp\
,iusitrrs,
|
"i['stnosino
1rt -
" F __4E^€.
- _"-i* | -.
rr-:-.o^^--\
.orlzrtnu.orpLr4ry=, .n ,i*wsinosine
t t- )
0
2
4nrl' ( 2 I kltsinfsing
l2
i.*(?),
ik,s;aoc.se dx, o"o, o-.(?)
,.,* _, [r*,i,,
Ef "',"1--,-f '
- . ( kwsinrl*in.r_)4fq . - iksinocosg

.;","(+)1,,*.'**,lr (;T_* ocossl


) ../lcicosrg\
;te ''t''t. z
(

[(
( p
"rn " "o",
cos(fl+ L sin(tr)). r''"*'-"' - 0*.ln a"o. r + o)) f2tlay
,"o"(kLsinocosgl*ryt* I

- (t.in u"o'pf
t; I
Dengan W -+ 0
-j!Y!Jff9-.(r,,"* u"*r + l
)
jkV sitOsirg
[;)-*''"'"ospf -+ldane 2 I
-
_ -iksinocose (,*"":*"'*n@f*L*,
=-;=.r--lc av
*
2
r
(
(;)-*"' tcosel J
F =4 w n.r.€.:3! *,(r*f*),{ry-),4,y "#a,
ir"iryt"'o
.- lksindcosrp ^ ( kLsinficos4t\
(n\2
-(r'i'u'*r)
l. 2 ) Denganmemasukkan L:?,"/2:maka kZ =T X=,
Ii J

'*"^1""'
F =4 wh E.*, *{;,i.o.o,r).,,(*";'o1,'r"-* ."Ya,
F =2E,,'#:l_ r,[",'"'I**' * " .\",r,.*n,^,*, *
]'"'***" -oo0oo-

. u.l"* - "'v+* e
i kx'sin s
ocos
di,\",*o*' r,'
\-* i.",(? )
Antena hlikrostrip 213
212 Antena: Prinsip don Aplikosi
Antena Broadband,
Ultrawideband dan
Mtrltiband

9.1 PENDAHULUAN
Pada banyak aplikasi, sebuah antena harus mampu bekerja pada pita
spektrum frekuensi yang lebar (broadband), bahkan juga harus bekerja
lrada rentang frekuensi yang sangat lebar (ultrawideband) ata.u bekerja
pada wilayah-wilayah frekuens i yang terpi sah (mu I t ib an d)
_

wilayah frekuensi kerja sebuah antena didefinisikan sebagai interval


fiekuensi, di mana besaran karakteristik antena memenuhi spesifikasi yang
tliberikan. Misalnya return /oss minimal harus l0 dB. Sehingga akan
didapatkan batasan awal frekuensi yang memenuhi spesifikasi itu{. dan
lratasan atasf* serta frekuensi tengahf, yang biasanya disebut frekuensi
rancang antena. Dalam mengkuantifikasi antena berdasarkan lebar
liekuensi kerjanya, didefinisikan dua buah besaran yang berupa rebar pita
relatif, yaitu

BW, - {r{rc0u, (e.l)

Dan

(e.2)
'*r=*
--?
?

Definisi di persamaan (9.1) biasanya digunakan untuk antena pita c[=tan (e.s)
sempit, seperti dipole (biasanya sekitar 10%). sedangkan untuk antena pita t*)
lebar digunakan persamaan (9.2). Antena broadband biasanya memiliki Secara umum, antena helix memiliki polarisasi eliptis.
BLV*=_ful"fr22.
Sedangkan menurut badan regulasi telekomunikasi A,merlka (F e dera I
Communications ComissionFCC) mengklasifikasikan ultrawideband
dengan aplikasi yang memiliki lebar pita lebih besar dari 500 MHz atau
BW p > 2OYo.

Di bab ini akan ditunjukkan beberapa contoh antena yang memi-


liki wilayah kerja yang lebar dan sangat lebar, juga antena yang memiliki
wilayah kerja secara terpisah (multiband).

9.2 ANTENA HELIX


Antena helix yang dibahas di buku ini terbuat dari kawat yang dili-
litkan dengan melingkari suatu diameter tertentu (biasanya lingkaran) dan
naik secara linier membentuk spiral. Karena itu antena helix sering juga Gambar 9.1 Geometri antena helix
disebut antena spiral. Antena helix bisa dibedakan dengan dua modus operasinya, modus
Gambar 9.1 menunjukkan antena helix dengan parameter geo- normal yang memancarkan energinya secara omnidireksional dan modus
metrinya. D adalah diameter gulungan antena, Z tinggi antena, S keting- sumbu, yang memancarkan energinya secara terkonsentrasi ke suatu arah
gian sebuah putaran, sehingga dengan Nbuah lilitan menjadi I : N^S. tertentu (gambar 9.2).

Panjang kawat untuk satu putaran, seperti divisualisasikan di gambar


9.1, dengan persamaan PYhagoras
(e.3)
(nPI *s'
Dan panjang total kawat yang diperlukan untuk membuat antena helix ini
adalah
(e.4)
Lx = N'Lo

Besaran lain yang dipakai adalah sudut kemiringan gulungan (pilch


angle), yang didefinisikan seperti di gambar 9.1 dengan Gambar 9.2 Kiri:modus normal (broadside), kanan: modus sumbu/axis
(end-fire)

Antena Broodband, Ultrawideband dan lAultibond 217


216 Antena: Prinsip dan Aplikosi
Pada modus normal, dimensi antena helix kecil dibandingkan pan- Modus sumbu lebih sering dipakai pada
jang gelombang. Sehingga bisa diasumsikan arus yang mengalir di antena berbagai aplikasi komuni_
kasi wireless. Gambar 9.2 seberah
kanan menunjukkar;r;;;rtamanya
konstan. Diagram radiasi antena helix modus normal bisa diaproksimasi- ke arah sumbu dari antena tersebut.
Unfuk mendapatkan modus ini, ,s dan
kan sebagai superposisi sekumpulan antena loop Hertz dengan diameter D harus sebanding dengan panjang gelombang.
Nilai yang sering digu-
D dan sekumpulan antena dipole Hertz dengan panjang S (di sini terlihat nakan adalah 3 / 4 < C / ?L < 4
/ 3 (nilaimendekati optimal C t t"
orthogonalitas dari medan listrik). antargulungan S = ?u / 4 dansudut =l ), jarak
kemiringan gulun gan
12, < a <14, .
Medan listrik medan jauh antena dipole Hertz dengan panjang S Dalam melakukan perancangan antena
hetix ini dipakai rumus_
kl"se-ib rumus yang diturunkan secara empiris
E'= iz (e.6) (dari pengukuran) oleh John Kraus
UJOI
+nr [KR0 1 ], misalnya impedansi masukan (resistif)
"no
Dan medan listrik medan jauh antena loop Hertz dengan diameter D R
=
1a0.9
l, (e. I l)
Er = Z,t'(o
l2-l I'"-i* ,'nu (e.7) Lebar pancaran (half power beamwidth)
4r
Persamaan (9.6) dan (9.7) menunjukkan polarisasi eliptis, dengan BW[',]- s2t'2
perbandingan kedua komponen, yang didefinisikan sebagai rasio komponen c.J.^/s (e.t2)
(axial ratiol APt) Gain

AR=84= js. (e.8) C'S


t*,D2= (,rnY
?ry= G l5,l/
lu,l = t (e.r3)

Jlka AR:
0 (murni loop) atau menuju tak hingga (murni dipol), I)an perbandingan komponen medan
listrik (axial ratio/AR)
polarisasi antena bersifat linier. Untuk mendapatkan polarisasi sirkular
AR
+l
atau AR : l, maka persamaan (9.8) =2N2N (9,14)

AR=l= ,24.= , atau Contoh 9.1:


(,aY
Anarisa antena helix pada frekuensi
(nol *LAN 2,45 GHzdengan 15
lilitan menggunakan pendekatan
'-" - h (e.e)
rlan hifunglah beamwidth, gain
optimum. Dapatkan data geometri lainnya
danaxiar ratio antena ini.
Atau sudut kemiringan menjadi .lawab:

o=t,n-'(*)=,,,'[H) (e.10)
Pada frekuensi2,45 GHz, panjang
gelomban g 2 =12,24 cm.

218 Antena: Prinsip don Aplikasi turtena Broodband, Ultrawidebond


don lvluttiband
219
-T

Dengan perancangan optimum berlaku Cl?r"= 1, dan a =13". Gambar 9.4 ditampilkan sebuah antena helix komersial yang bekerja
akan didapatkan C = ).=12,24cm. Dari gambar 9.1 didapatkan diametcr di frekuensi 5 sampai 6 GHz. AR diberikan dengan 0,5 dB, atau 10(0,5/20) :
helix D:C/r:3,9 cm, persamaan 9.5 memberikan nilai jarak antarlilitan 1,059.

sebesar Frekuensi kerja 5 -6GHz


s =rcD tanct, = 2,8 cm. vswR <2
Gsin 10. . 11.5 dBi
Dengan persamaan (9.12), (9.13) dan (9.14) didapatkan 3dB beamwidth 39. 45"
-
52trz _ 52. (12,24)3t2 Axial ratio + 0,5 dB
BWI' 1 = = 2g,1, Front-back ratio >15 dB
cJ.rrs n,24.115.2,8 Daya maksimal 60 w (cw)
Konektor SMA female

6 =61,r
c'i =ts .
,, .
(t?,2+)'
2,a = 5 L4i :- 17,12 dB Ukuran 55 mm (diameter ground) x 92 mm

(12,24)'

2N- | :
AR= = 3l / 30 = 1,0333 0,28 dB.
2N
Perhitungan dengan Mininec menghasilkan faktor refleksi yang cu-
kup bagus untuk frekuensi dari 2 GHz sampai 3,4 GHz, seperti ditampilkan
di gambar 9.3 (kiri). Khusus untuk frekuensi 2,45 GHz dihitung diagram
radiasi di bidang vertical (gambar 9.3, kanan). Terlihat gain yang didapat-
kan sekitar 13 dB, sedikit berbeda dengan hasil yang didapatkan di atas,
dengan beamwidth sekitar 2 x 19' : 38'. Sedangkan AR : 1,077.

Gambar 9.4 Antena helix komersial (www.q-par.com)

9.3 ANTENA PLANAR


Antena planar yang dibahas di buku ini dibatasi pada antena yang
30 40 50 60 70 80 90
2.2 2.4 2.8
terbuat dari metal tipis, yang memiliki suatu bentuk tertentu seperti di
IGFlzl I lol
gambar 9.5. Antena diletakkan di atas bidang ground, yang di baWahnya
Gambar 9.3 Kiri: faktor refleksi antena di contoh 9.1 dipasangkan konektor koaxial sebagai tempat feed dan interface untttk
Kanan: diagram radiasi bidang vertikql
pengukuran

220 Antena: Prinsip Con Aplikasi Antena Broadband, Ultrowidebond don tAulti band 221
t/'t

-10

i\
-15
il
li
!i
!;
li
Gambar 9.5 Beberapa bentuk geometri antena planar -25: I
tI
-30:
Dengan memvariasikan bentuk geometri dan besarnya, bisa didapat-
kan karakteristik antena tertentu, baik jumlah pita kerjanya (dualband, '350

triband, quadband, dan seterusnya) ataupun posisi dari masing-masing


frekuensi kerja ini. Di [MAF09] ditunjukkan suatu metode optimasi deng- Gambar 9.6 Antena dualband 0,9 GHz dan 2,4 GHz
an menggunakan simulated annealing, yang bisa mendapatkan struktur all unib in mm
antena planar beserta ukuran-ukurannya. Masukan dari proses ini adalah
sr
nilai-nilai frekuensi kerja antena. 0

Gambar 9.6 kiri adalah


geometri yang diberikan sebagai keluaran
i
(output) dari metode numerik berbasiskan metode persamaan integral i!
i!
(pembahasan metode ini di bab 13) berbantuan metode optimasi simulated i!.l
ii
annealing,jika sebagai masukan (input) diberikan dua frekuensi 0,9 GHz i!
t.
dan2,4 GHz. Di gambar 9.6 kiri ini, antena diberikan dengan terdiskretisasi '20, {l
7
1
menjadi segitiga-segitiga kecil sebagai model pada metoda momen. I -25
3 I
Di gambar 9.6 sebelah kanan ditunjukkan perbandingan dengan -30

metode lain (Wipl-D) dan pengukuran dengan Vector Network Analyzer


(VNA). Terlihat dengan jelas,pada kedua frekuensi pilihan ini didapatkan
1 '350 i 6 8f

minimum.
Gambar 9.7 Antena dualband 2,4 GHz dan 5,8 GHz

Gambar 9.7 adalah hasil lainnya, jika sebagai masukan diberikan 9.4 ANTENA LOG PERIODIK
frekuensi 2,4 GHz dan 5,8 GHz. Maka akan keluar hasil geometri yang
jelas lebih kecil dari struktur di gambar sebelumnya, karena frekuensi Antena log periodik memiliki kemiripan dengan antena yagi-Uda
kerjanya membesar. @ab a). Perbedaannya adalah, direktivitas/gain yang dicapai antena log
periodik lebih kecil, tetapi memiliki lebar pita kerja yang lebih lebar, dan
besaran geometri antena Yagi-Uda tidak mengikuti aturan tertentu, sedang-
kan pada antena log periodik mengikuti suatu perbandingan tertentu.

222 Antena: Prinsip dan Aplikasi Antena Broadband, Ultrowideband dan lAultiband 223
Y
I

Tetapi secara praktis sering digunakan kawat yang berdiameter sama


Di gambar 9.8 diberikan sebuah antena dipole log periodik, dengan
jumlah dipole sebanyakN. Dipole semakin membesar dari nomor 1 sampai (d,: d),juga jarak antara kawat di dipole juga sama (s,: s).
ke N. Dalam merancang antena log periodik ini akan digunakan beberapa
persamaan-persamaan dan kurva yang akan diberikan di bawah ini.
Notasi untuk geometri-geometrinya adalah
In panjang total dipole ke-r Dengan menggunakan kontur direktivitas/gain yang diberikan di
Rn jarak dipole ke-n dari titik acuan gambar 9.9 akan didapatkan t dan o optimal, jika suatu nilai direktivitas
dn diameter kawat dipole ke-r tertentu diinginkan. Dengan menggunakan kedua nilai itu bisa dihitung
.t h jarak antar kawat pada dipole ke-n sudut o dengan
dipole ke-N

o( = tan-,I-L1l (e.t7)
diPole ke-n+l L4o,-l
dipole ke-n
Dipol terpanjang dan terpendek ditentukan oleh frekuensi minimum

'''i'';:-:-'[ dan maksimum yang digunakan untuk mendefinisikan bandwidth. Ada

i' aao il tiga besaran bandwidth relatif yang digunakan, yaitu lebar pita relatif yang
d i inginkan (r e qu ir e d b a ndw i d th) B, y ang bisa dihitung dengan

- f^u*
;u :=U
B (e. l 8)
fJ mrn

I
d, lebar pita relatif dari wilayah aktif (bandwidth of the active region) 8",,
dn+t

B o, = l,l + 7,7 (l - c)2 cot a (e.1e)


Rn+t -------------'--

dan lebar pita relatif terrancang (designed bandwidth) B"


Gambar 9.8 Geometri antena dipole log periodik
Aturan perancangan yang dipakai pada antena dipole log periodik B, = B.Bo, =a[,t+ 7,7(l-c)'zcota) (e.20\
adalah perbandingan yang konstan dari dua dipole yang berdampingan,
Panjang total struktur, dari dipole terpendek (/-,,) sampai dipole ter-
didefinisikan sebagai faktor skala t (scale.factor)
panjang (/."*) bisa didapatkan dengan
-- l, - Rn d, s, (e.15)
- -
l,*r Rr*t dr*t sr+l ,,=+['-j,)"*" (e.21)

dan faktor jarako (spasingfactor)

(e.16)

Antena: Prinsip dan Aplikasi Ante no Broadband, Ultrawi deband dan lAulti band 225
224
T
Dari hasil di persamaan (9.24) tersebut dan jarak relatif rata-rata
Fa*tor jarak o
t.l.::
o '= o t
,denganbantuan gambar 9. 10 bisa diaproksimasikan impedansi
I
^f
karakteristik dari saluran transmisi penyambun g Z,(feeding line), dengan
0.L0
/1,, resistansi masukan (50 O).
u. t$ Z,/RN

0.16

il_ l,l
ll dB

i0.5 dB il 9ry,g,ur,)rt
-''-.
I
/
6
5
\
ri=qlt
s' = 0.06-
tn

0. rl ll) dB 4

3
iit\
ti. t il 11.5 LtB

0.tllt {l dB

I
\
rl"{,h 8.5 {lB
x dB 7.s riB l (rE 0. l5 0.2 0.3 I.0 l2
6.5 dB Z/R"
{.t.t1.,1
I U.9{r o..,1 i.)..s-l 0.tiu U.7r-)
Fsktor skala t Gambar 9.10 Impedansi karakteristik saluran transmisi penghubung
dari antena log periodik sebagaifungsi dari impedansi karakteristik
Gambar 9.9 Kurvo direktivitas optimal sebagaifungsi t dan o
dipole dan o'
Dengan panjang gelombang maksimal
Jarak kawat pada setiap dipole dihitung dengan
a _ 'tt v
(e.22)
"max -'mil
f .
, =a"orn(Zu\ (e.2s)
Ir20 J
Sebagai pelengkap data geometri, terakhir yang dibutuhkan adalah
jumlah dipole yang digunakan Contoh 9.2:
lnB Rancanglah sebuah antena log periodik dipole yang bekerja pada
N=l+----i-
' ' ln(ll r) (e.23) frekuensi VHF (54 MHz sampai 216 MHz). Gain/direktivitas yang di-
inginkan adalah 8 dB dan impedansi masukan 50 ohm. Diameter kawat
Untuk mendapatkan jarak antarkawat pada setiap dipole digunakan yang digunakan untuk saluran penyambung WeO dan elemen terbesar
pendekatan berupa impedansi karakteristik rara-rata dari semua elemen, adalah L,9 cm dan elemen terkecil 0,48 cm.
yaitu
Jawab:
(e.24) Untuk nilai optimal, direktivitas 8 dB memberikan nilai o : 0,16
^(+)-z,zs)a dan r:0,86.

226 Anteno: Prinsip don Aplikosi Antena Broadbond, Ultrawidebond dan ttuttiband 227
Persamaan (9.17) memberikan sudut

d = tan-tftt - o,ao;z+.0,16]= lz,3o .


Z, =l2o t"t# z,zs)a = n0fin(277,78 / L,s) - z,zsk) = 328,2{l
)-
Karena antena log periodik ini harus bekerja dari 54 MHz sampai Kombinasi Z, =328,2{1, dengan R.n : 50 dl, Z,/ R,n = 6,56 dan
216 MHz, maka dengan persamaan (9.18) didapatkan lebar pita relatif o'=0,1725 dengan grafik 9.10 memberikan nilai aproksimasi sekitar
yangdiinginkanB:4. Z. I Ri, : 1,1 , atau Z, = 55d)
Lebar pita relatif dari wilayah aktif dengan (9.19) menjadi
Dan terakhir jarak kawat pada setiap dipole dihitung dengan persa-
B o, = l,l + 7,7 (l - c)2 cot a : 1,1 + 7,7 - 0,0796 . 4,5864 = l,',l 9 rrraan (9.25), s = 1,9 cm. cosh(55 I I2O)= 2,1 cm.
Untuk melengkapi rancangan dihitung semua data panjang dipole
dan lebar pita relatif terrancang B, = B.Bo, =7,16..
yaitu, tano, = l, l(2R,,), atau
dan posisinya, dengan bantuan gambar 9.8,
Persamaan (9.22) memberikan panjang gelombang maksimal dan
R, =1, /(2tana)dan persamaan (9.15) serta (9.16) melengkapi tabel
tr*, =
t]fgbA 9.1
panjang dipole maksimal = 5,556 m
.f^,n 54 x l0ol/s
Tabel9.l Geometri antena log periodik
dan /,ou* = I.* l2 = 2,7778m.
Sedangkan panjang total struktur, dari dipole terpendek (/",,") sampai n. !-t
dipole terpanjang (/_*) bisa didapatkan dengan persamaan (9.21), yaitu 2.7178 6,37 1.9
2 2,3889 s,4782 ,63

, = 1,38e m . (1
- tt 7,t6). 4,s864= 5,48 m
3 2,0545 4,11t3 ,41
=
+(r- *" )"- " 4 1,7668 4,O517 ,2t
5 r,5195 3,4844 ,04
6 I,3068 2,9966 0,89
Jumlah dipole yang dibutuhkan untuk mendapatkan direktivitas
7 I,1238 2,5771 0,77
pada lebar pita yang diberikan adalah (persamaan (9.23)) 8 0,9665 2,2163 0,66

l'9685 9 0,8312 ,9060 0,57


N =l+'1'',
ln[/r)=1* 0,1508 =r4-l l0 0,7148 ,6392 0,49
II 0,6r47 ,4097 0,42
t2 0,5287 ,2r23 0,36
Jarak relatif rata-rata: o' = o / Ji = 0,16 / rF,.86 = 0J725. l3 0,4547 ,0426 0,31
t4 0,3910 0,8966 0,2"t
Perhitungan impedansi karakteristik rata-rata dari semua elemen
dengan persamaan (9.24), dibutuhkan perbandingan l, I d,, yang bisa di-
hitung dengan l^* I d* , dengan d^ cm,
9.5 ANTENA FRACTAL
*:1,9
Fractal adalah sebuah istilah yang diperkenalkan di geometri yang
melukiskan keadaan lama lebih baik dibandingkan dengan konsep geometri

228 Antena: Prinsip don Aptikasi Antena Broadband, Ultrowidebond dan ltultibond 229
T

sebelumnya (Euclidean). Geometri Euclidean yang merangkurn titik, garis, Koch iterasi ke-5 terletak pada frekuensi yang lebih kecil dari minimum
permukaan dan volume, bersifat halus, bisa dinyatakan dengan mudah pertama iterasi 0 (sekitar 920 MHz), sehingga dengan memperkecil
melalui sebuah persamaan dan digunakan untuk memodelkan struktur alam ketinggian antena iterasi ke-5 dengan faktor450/920:a,49 bisa didapatkan
seperti garis pantai, gunung, dan lain-lain. Pemodelan garis pantai misalnya kondisi seperti pada iterasi 0. Jadi antena fractal juga menawarkan
dilakukan secara pendekatan dan sangat sederhana. Jika diperbesar akan rniniaturisasi dari antena.
tampak model garis pantai yang lurus, yang tidak menggambarkan realitas Foktor reJleksi
dengan besar. Geometri fractal, juga menggunakan garis, tetapi tidak
digambarkan dengan sebuah fungsi sederhana, melainkan dibentuk dengan
2
konsep scaling dan self-similarity. Gambar 9.11 menunjukkan proses
pembentukan struktur fractal von Koch, yang digunakan untuk membuat
antena dipole fractal.

Gambar 9.ll Geometrifractal tipe von Koch f tcHzl


Jika antena fraktral tipe von Koch di atas diletakkan di atas ground, Gambar 9.12 Faktor reflel<si antenafractal tipe von Koch untuk iterasi 0
yang digunakan unfuk mempermudah pencatuan dengan konektor koaxial dan iterasi ke 5
di bawahnya, maka akan didapatkan faktor refleksi seperti yang ditunjukkan
contoh lain dari antena fraktal adalah antena sierpinski gasket
di gambar 9.12. Kasus ini untuk ketinggian antena 8 cm. Gambar 9.12 ini (gambar 9.13). Antena Sierpinski gasket ini terbuat dari sebuah
menunjukkan hasil untuk antena von Koch iterasi ke 0 (dipole paling kiri segitiga
sama sisi (di sini dimensinya a:r0 cm). Antena ini diletakkan di atas
di gambar 9.1 1) dan iterasi ke 5 (tidak ada di gambar 9.1 I , gambar paling
bidang ground,yang dlfeed dengan konektor koaxial di bawahnya. proses
kanan iterasi ke 4).
generasi antena fraktal tipe ini juga mirip seperti tipe von Koch.
Dengan
Antena fraktral memiliki karakter menghasilkan faktor refleksi yang rnemperkecil (scale down) struktur awal, sisi a, menjadi a/2, sehingga
kecil pada beberapa wilayah terpisah {multiband). Bahkan seperti yang luasnya menjadi % dari luas awal, dan menyusun segitiga-segitiga kecil
terlihat di gambar 9.12 minimum pertama antena (sekitar 450 MHz) von seperti di gambar 9'13 ini. Iterasi selanjutnya berjalan dengan cara yang
sama.

230 Antena: Prinsip dan Aplikasi Antena Broadband, lJ Itrawi debond dan lAulti bond
231
-Y
t

Gambar 9.13 Antena Sierpinski Gasket dua dimensi Gambar 9.15 Antena Sierpinski gasket tiga dimensi
Gambar 9.14 menunjukkan hasil pengukuran antena Sierpinski reflectlon factor [dB]
0
gasket yang difabrikasikan dengan kuningan yang memiliki tebal 0,5 mm.
-2

4
-6
,,
-8
,
:, -10

-12

iil -'t4

-16

rt 1st -18
tt
tt ,-.-
- 2il
tt
tt --- 3rd -2oo i 23
tt frequency [GHz]
tt
tt
nl
2
frequency [GHz] Gambar 9.16 Pengukuranfaktor refleksi antena Sierpinski gasket tiga
dimensi
Gambar 9.14 Pengukuranfaktor refieksi antenq Sierpinski Gasket dua
dimensi
e.6 ANTENA ULTRAWTDEBAND (UWB)
Ekstensi dari antena ini adalah, antena sierpinksi gasket tiga dimensi, Ultrawideband adalah aplikasi yzmg menggunakan spektrum frekuen-
yang fotonya ditampilkan di gambar 9.15. si sangat lebar dengan tujuan mendapatkan kecepatan transfer data (data
Gambar 9. 16 memberikan hasil pengukuran antena Sierpinksi gasket rate)yangtinggi. Sinyal yang memiliki sifat ultrawideband juga digunakan
tiga dimensi. Yang didapatkan dari eksplorasi jenis antena ini adalah untuk pemposisian (ltositioning) yang sangat akurat. Karena trand frekuen-
bandwidth yang didapatkan lebih lebar dari versi dua dimensinya. si yang digunakan oleh aplikasi UWB ini sedianya telah terpakai untuk

Antena: Prinsip dan APlikasi Antena Broadband, Ultrowideband dan ltultiband 233
aplikasi-aplikasi lainnya, di tahun 2002, badan regulasi telekomunikasi digunakan adalah FR4 dengan ketebaran 1,5 mm dan permitivitas relatif
Amerika (Federal Communications Comis s ionF CC) mengeluarkan reko- sekitar 4,7.Lebar mikrostrip pengumpan digunakan Wr:2,6 mm untuk
mendasi penggunaan frekuensi 3,1 GHz sampai 10,6 GHz untuk aplikasi mendapatkan impendansi gelombang 50 a. Data-data geometri lainnya
lv
UWB, terutama yang terkait dengan pancaran maksimal yang diizinkan. x L : 42mm x 50 mm, L,: 20 mm, h : 0,3mm, dan r: l0 mm.

Ada beberapa antena UWB yang diperkenalkan di buku ini, yang W _ Faktor refleksi [dBJ
7-0
pertama adalah sebuah cakram (disc)yang dicetak di atas sebuah struktur
mikrostrip yang memiliki ketebalan h: 1,6 mm dan permitivitas relatif r-s
: - - smurlasr

E, :3, dan diumpan (fee{ dengan saluran transmisi coplanar. Untuk


-10

i -rs \1
mendapatkan saluran transmisi coplanar dengan irnpedansi gelornbang L t' l1
tI
50 ohm, harus dipilih *r:4 mm dan g : 0,33 mm [WA9l]. Antena ini
-20 t1
tl
' -25
l1
ditunjukkan di gambar 9.17. Data-data tambahan lainnya adalah L: l0 l1
l1
I -go
mm, I, :0,3 mm, W:47 mm, dan r:12,5 mm. t
I
-35
Faktor reJleksi ldBJ
0
rao
23 4 5 6 7 8 9 101112131415
-5 Frekuensi [GH4]
ground
.10

"15 Gambar 9-18 Antena cakram yang diumpan dengan saluran transmisi
-?o
mikrostrip
.25

.30
Antena ini memberikan faktor refleksi yang bagus (< -10 dB) pada
-35
sekitar 2,69 GHz sampai 10,16 GHz (perhitungan) dan sekitar 2Jg GHz
.44 sampai 9,78 GHz (pengukuran).
-45
ft I 2 3 4 5 6 7 A I 1011 12131415 -oo0oo-
Frekuensi IGHz]

Gantbar 9.17 Antena cakram diumpan dengan saluran transmisi


coplanar
Hasil perhitungan dengan metode numerik berbasiskan Finite
Integration Technique (FIT) yang digunakan di program CST Microwave
Studio Suite menunjukkan kine{a bagus dari sekitar 2,75 GHz sampai
lebih dari l5 GHz. Pengukuran memverifikasikan hasil teoretis tersebut.

Alternatif lainnya adalah juga antena cakram, tetapi sekarang di-


umpan dengan saluran transmisi mikrostrip (gambar 9.18). Substrate yang

234 Anteno: Prinsip don Aplikasi Anteno Broadband, lJltrawidebond dan llultibond 235
PengukJrran
Besaran Antena

10.1 PENDAHULUAN
Dalam proses perancanganisuatu antena ada tiga larigkah penting
yang biasanya dilakukan:

Perhitungan secara teoretis


Tahap pertama dilakukan perkiraan kasar akan besaran dari dimensi
antena dengan menggunakan rumus siederhana, yang dikenal dengan nama
rule of thumb. Hal ini telah dibahas di bab-bab sebelumnya di buku ini.
Penentuan dimensi yang lebih tepai dilakukan dengan bantuan software
yang bekerja dengan basis metode numerik untuk elektromagnetika
yang merupakan solusi dari persamaan Maxwell secara eksak ataupun
pendekatan. Hal ini akan dibahas di bab 13 tentang metode numerik untuk
antena.

Langkah ini memberikan rnodel atau abstraksi dari antena nyata,


yang dianggap bisa mewakili apa yamg ada di lapangan. Perhitungan
secara teoretis memiliki keuntungan kemurahannya, relatif cepat, variasi
parameter bisa dilakukan secara bebas ,dan memberikan risiko yang tidak
besar.
Y

Polarisasi, yang menentukan arah orientasi dari medan listrik, yang


Fembuatan (fabrikasi secara mekanis) juga menentukan kualitas dari penerimaan.
pada langkah
Bentuk dan ukuran detail antenna yia,ng didapatkan
Di dalam praktiknya, sebuah antena selain harus memenuhi besaran-
pertatna,merupakandatapentingyangakan'digunakanpadatahapfabrikasi'
suatu pola besaran elektris yang digariskan dalam perancangannya, antena itu juga
Di sini akan dibuat antena yang terdiri dari kawat yang dibentuk harus memenuhi beberapa tuntutan lainnya yang non-elektris, seperti
kuningan, dll')
tertentu, atau terbuat dari lempengan me'tal (aluminium,
dilubangi, antena yang dimontasikan pada pesawat terbang harus memiliki suatu
yang akan dipotong dengan bentuk dan ukuran tertentu, bahkan
ketahanan mekanis dan termis tertentu, atau antena pemancar radio/TV
pola tertentu yang telah
atau terbuat dari PCB yang akan di-etch dengan
yang dipasang pada gunung harus tahan, sampai beban maksimal tertentu
dicetak di atasnYa.
atau tenggang waktu tertentu, terhadap pengaruh cuaca yang ada di sana.
Pengukuran (validasi) Juga ketahanan terhadap tiupan angin dsb.

Antena yang telah dibuat akan diulrur performansi


elektrisnya deng-
Di bab ini hanya akan dibahas besaran-besaran penting antena, yaitu
anmengamatibesaran-besaranpentingantenauntukmemastikankeber. factor refleksi, diagram radiasi, gain dan polarisasi.
hasilan dari proses perancangan itu sendiri'
iteratif sampai tujuan
,1O.2 SKEMA SISTEM PENGUKURAN BESARAN
Sering kali langkah-langkah ini ditrlang secara
yang diinginkan tercapai. Dewasa ini prengulangan dalam
jumlah besar ANTENA
i"r,rnyu hanya dilakukan pada langkah pertama' sehingga waktu'
tenaga
Gambar 10.1 menunjukkan bagan sistem pengukuran antena. Sistem
secara signifihan. walaupun teori dan metode
dan biaya bisa dihemat ini terdiri dari sebuah pemancar dengan antena pemancarnya yang disebut
akan terjadi pengulangan
analisa antena telah cukup maju, tetapi. tetap saja sebagai antena pengukur. Antena yang akan diukur (antenna under testl
dalam langkah akhirnYa. AUT) diletakkan pada sebuah meja yang bisa diputar. Sistem ini dilengkapi
Teknik pengukuran besaran antena adalah proses mengukur
besaran- dengan komputer yang akan mendeteksi nilai yang diterima dari antena
yang diukur ini dan bisa mengontrol posisi/sudut dari antena.
besaran karakteristik dari antena, sepelrti

Diagramradiasi(secaratigadirnensi,atauduadimensipadabidang Sistem pengukuran ini, karena menghendaki besaran karakteristik


suatu bidang tertentu antena, yang biasanya didapat pada kondisi medan jauh (far field),harus
azimuth (horizontal), bidang elevasi (vertikal) atau
memenuhi kondisi medan jauh.
yang miring di ruang).

Gain dan direktivitas, yang nrenentukan kemampuan


antenna dalam Kondisi ideal dari medan jauh adalah gelombang yang dipancarkan
oleh antena pengukur mengenai AUT sebagai gelombang datar homogen.
rnemfokuskan energinya ke suatu arrah tertentu'
yang menen- Pada praktiknya antena pengukur memancarkan gelombang dengan
Faktor refleksi (return loss, atau impedansi masukan)'
tukan besaran gelombang yang akan ditolak untuk dipancarkan
pada an- front gelombang yang berbentuk bola (untuk titik di medan jauh). Tetapi
tenapemancar,ataugelombangyangditolakuntukditerimapadaantena untuk jarak yang sangat jauh dari antena pengukur, kurvatur dari front
penerima. gelombang ini sudah sangat kecil, sehingga di keseluruhan dimensi dari
AUT gelombang ini bisa dikatakan datar dan homogen.

Pengukuran Besaran Antena 239


Anteno: PrinsiP don APlikosi
238
Antena yang diukur Derrgan model di gambar 10.2, bagian tengah dari AUT adalah
bagian yang paling dahulu dikenai gelombang. Bagian sebelah ujung atas
dan bawah AUT adalah yang paling terakhir terkena gelombang. Ujung
atas atau bawah AUT memiliki jarak dari antena pengukur sejauh R + 6 ,
yang dengan aturan Pyhtagoras bisa:dihitung menjadi

pemancal
R+E=
,trEI =^[,.[#l)" (10.1)

dengan mengandaikan dimensi AUT jauh lebih kecil dibandingkan jarak


R, dan dengan pendekatan menggunakan deret Taylor (t + *)t2 =I+ lx , untuk
l.l. r 2

Gambar l0.l Bagan Sistem Pengukuran Antena


Untuk menghitung kesalahan phasa yang dilakukan
dengan pendeka- R+5=
^[,.(#l )'' =
o[,+(*l
)
tan ini diamati gambar 10.2 secara lebih mendetail'

R+6= **L.L
8R
Sehingga antara bagian tengah dengan bagian pinggir AUT terdapat
diferensi phasa sebesar

^ 2nlDz
A(D=k.b=-.-.-=-.- nD2
'I8R4)vR
Jika untuk pengukuran didefinisikan kesalahan/diferensi phasa ini
rnaksimal sebesar Lq = 22,5o = 1, maka
I
8'
t
Frun gclontung blo L<D=2.5o =L=n.D'
8 4l"R
+ n=2?'
)t

Artinya, antena yang diukur harus terpisah oleh jarak tertentu dari
rrntena pengukur, sehingga kondisi far field terpenuhi, yaitu
2D2
berbentuk bola' R>_
Gambar 10.2 Front phasa yang keluar dari antena t.
(10.2)
menyentuhantennaundertest(AW)secaratidakbersomaan'Dadalah
dimensi terbesar antena

Anteno: PrinsiP don APlikasi Pe ngu ku r on Besar an Ant e no 241


- I

adalah 6i,rensi dari antena yang diukur dan l, adalah panjang


D
gelombang dari sinyal yang dipergunakan dalam pengukuran'

Contoh l0.l:
Jika sebuah AUT berbentuk dipole dengan panjang 5 meter, diukur
performansi penerimaannyapada frekuensi kerja 3 GHz, tentukan berapa
jarak minimal pengukurannYa?

Jawab:
Panjang gelombang untuk frekuensi 3 GHz adalah l,=3x108
m/s / 3 x lOe Hz = 0,1 m,, maka jarak minimal yang harus dipenuhi:

*r2'25m2 =5oo meter.


0,1 m

Dari contoh 10.1, gambaran besaran jarak minimal yang dibutuh-


kan untuk pengukuran antena yang berdimensi besar dibanding dengan
panjang gelombang, akan memberikan problem yang sangat serius dalam
melakukan pengukuran antena, karena untuk jarak yang sedemikian be- Gambar 10.3 Anechoic chamber pada group Hochfrequenztechnik rech.
sar ini, sangatlah sulit untuk mengondisikan lokasi pengukuran bebas dari
Univ. Dresden
gangguan sinyal-sinyal lain, bebas noise, danjuga lokasi yang bebas dari
Gel.datang
pengaruh refleksi yang akan mempengaruhi hasil pengukuran' legsk lurus

Lokasi yang terbuka untuk pengukuran antena disebut outdoor Absorbsi yang

ranges.Pengukuran juga sering dilakukan di dalam ruangan yang tembok-


temboknya dilapisi oleh material peredam echo untuk mengurangi reflek-
sinya. Fasilitas pengukuran antena di dalam ruangen ini disebut indoor
ranges (anechoic chamber), seperti terlihat di gambar l0'3'

Gambar 10.4 menunjukkan dua jenis piramida absorber yang dipakai


pada anechoic chamber. Kedua piramida ini memiliki bentuk geometri
yang berbeda, danmemiliki kelebihan dalam menyerap gelombang sesuai
dengan arah dari mana datangnya gelombang elektromagnetika.
(Jamtrar 10.4 Dua jenis bentuk geometri absorber yang biasa digunakan

Antena: Prinsip dan APlikasi ltengu kuran Besaron Antena


242
-7
Absorber dengan bentuk piramida memberikan performansi penye-
oa2=!?o=" '=65,4 cm.
rapan yang bagus jika gelombang yang datang secara tegak lurus, sehingga 12,24cm
bagus untuk diletakkan di bagian belakang antena. Sedangkan bentuk takik
Accesspoint yangbiasanya diletakkan beberapa meter di atas lantai
bagus untuk gelombang datang secara miring, sehingga bagus untuk di-
rnengakibatkan setiap pemakai WLAN sudah selalu berada di medan jauh
letakkan di bagian samping.
dari pemancar ini.
Pada praktiknya, piramida yang digunakan ini hanya mampu untuk
memberikan faktor refleksi sebesar sekitar -30 dB (0,001 atau lo/o refleksi) 10.3 PENGUKURAN DIAGRAM RADIASI
untuk frekuensi 1-2 GHz dan membaik untuk frekuensi di atas itu.
Diagram radiasi dari sebuah antena pemancar adalah distribusi
Contoh 10.2: cnergi yang dipancarkan oleh antena itu ke ruang, jadi diagram radiasi
x 1,5 m x 3 m digunakan pada
Antena parabola dengan dimensi 2 m adalah fungsi dari sudut elevasi O dan sudut asimut rp dan bukan fungsi
frekuensi 7 GHz. Tentukan jarak minimal berlakunya far-field (medan dari jarak r. Untuk mengetahui diagram radiasi ini secara pengukuran,
jauh) dilakukan pengukuran dengan mensampel medan listrik/magnet yang
dihasilkan oleh AUT dengan menggunakan antena pengukur.
Jawab:
D: Antena pengukur digerakkan pada permukaan sebuah bola untuk
Dimensi terbesar antena dalam hal ini 3 m, jadi digunakan 3 rn,
melakukan variasi terhadap sudut elevasi O dan sudut asimut g dengan
dan panjang gelombang I : 3 x 108 m/s I 7 xl}e Hz=0,042! p, maka
suatu inkremen sudut yang menentukan resolusi dari sampling nilainya
jarak minimal yang harus diPenuhi:
(gambar 10.5).
2'9m2 variasi elevasi 9, untuk mengukur
ou- =420 meter.
0,0429m diagram venikal

Contoh 10.3 menunjukkan kondisi yang sangat berbeda.

Contoh 10.3:
variasi azimut g, untak
Antenadipole denganpanjang 20 cm, yang dipasangkanpada sebuah mengukar diagram horizo ntul
access point apllkasi l4/ireless Local Area Netyvort (wLAN), digunakan
untuk menyuplai ruangan di kantor. Pada jarak berapa antena ini memenuhi
spesifikasi yang dituliskan di data sheet antena tersebut?

Jawab:
DenganD : 20 cm, dan panjang gelombang I = 3 x I 08 ml s I 2,45 x lOe
Hz=12,24cm, maka pada jarak berikut pengguna komputer dengan
wireless card telah di medan jauh antena dipole tersebut
Gambar 10.5 Pengukuran diagram radiasi secara tiga dimensi

244 Anteno: Prinsip dan APlikosi Pengukuran Besaron Antena 245


Pada praktiknya pengukuran tiga dimensi sangat memakan waktu heamwidth yang sangat lebar (gain yang rendah), refleksi pada lantai harus
yang lama dan upaya yang tinggi. Sebagai gantinya dilakukan dua diredam dengan meletakan absorber di sana.
pengukuran pada bidang referensi tertentu, yang padanya pancaran utama
antena terletak (bidang vertikal dan horizontal). Dan juga dalam melakukan
pensamplingan nilai, misalnya menentukan nilai pancaran pada bidang
horizontal atau azimut (variasi <p ), bukannya antena pengukur yang
berputar di bidang tersebut mengitari AUT, tetapi justru AUT-nyalah yang
akan diputar pada sumbunya.

Gambar 10.7 Pengaruh refiel<si pada lantai untuk low dan high gain
Gambar 10.6 Pengukuran diagram radiasi pada bidang horizontal
antenna
Seperti yang sebelumnya diceritakan, pengukuran diagram radiasi
sebuah antena adalah suatu proses yang sulit, karena adanya gangguan sin- 10.4 PENGUKURAN GAIN
yal lain (pada ruang terbuka), ataupun sinyal multipath akibat refleksi pada
Pengukuran diagram radiasi yang dibahas pada bagian 10.3 adalah
struktur di sekitar tempat pengukuran. Pengukuran sebaiknya dilakukan pengukuran secara relatif dari medan yang diterima terhadap variasi sudut
di anechoic chamber. Jika tidak ada, alternatif yang bisa diambil adalah pengamatan. Pengukuran gain dari antena akan melengkapi data secara
tetap di sebuah ruang, yang sedikit banyak terbebas dari sinyal lain (ini absolut.
bisa dilakukan pengukuran awal, tanpa menggunakan generator sendiri,
untuk mendeteksi keberadaan sinyal akibat generator lain). Ruang yang Cara yang paling sederhana untuk mengukur gain sebuah antena
adalah metode dua antena. Dalam pengukuran ini dipergunakan dua an-
digunakan harus cukup besar, sehingga sinyal refleksi pada tembok sisi
kiri-kanan, depan-belakang dan atap diharapkan sudah mengecil secara tena yang sama, yang belum diketahui gain-nya. Antena ini dipakai se-

signifikan. Pengaruh lantai menjadi satu-satunya yang akan memberikan bagai antena pengukur sekaligus sebagai AUT. Jadi harus difabrikasi dua

pengaruh penting terhadap hasil pengukuran. buah antena yang eksak sama.

Gambar 10.7 menunjukkan pengaruh refleksi pada lantai terhadap Jika kedua antena ini dipisahkan sejauh R, antena pengukur meng-
gunakan daya pancar sebesar P, , maka daya terima untuk orientasi opti-
hasil pengukuran diagram radiasi untuk antena yang fokts (high gain
antenna) dan yang tidak fokus (low gain antenna). Dengan memakai nilai mal kedua antena adalah
jarak antar antena R dan ketinggian kedua antena H tertentu, pada antena
dengan gain yang tinggi, refleksi pada lantai tidak akan mengganggu nilai
o =[#)'Gro'GRo'Pr
pengukuran yang sebenarnya. Sedangkan pada antena yang memiliki

246 Antena: Prinsip don Aplikosi pengukuron Besoron Antena


247
Jawab:
Untuk antena yang sama (andaikan identis) berlaku G7o = Gpo = G,,,
maka dari daya yang diterima, bisa dihitung gain dari kedua antena terse- Karena daya terima berbanding lurus dengan gain, atau dengan per-

but hitungan logaritma


P"[dBm] = GldBl+K
4TrR (10.3)
Go=
)" Maka
P,1[dBm]=Gr[dB]- K = -72dBm=l7dB- K = K=-89dBm
Dengan memfabrikasi dua buah antena tersebut dengan hati-hati,
diharapkan bisa dibuat dua antena identis di atas, yang bisa dipergunakan Pada pengukuran ke dua

sebagai antena standard untuk pengukuran gain antena-antena lainnya. P.2[dBm]=Gz[dB]' K = -79 dBm=Gz[dB]-89dBm = Gz = l0dB
Antena ini disebut standard gain antenna.
Hasil gain yang didapat di atas secara intuitif dan sederhana dari
Dengan tersedianya antena dengan gain yang terstandar (untuk suatu
perbandingan daya terima (yang dalam logaritma direpresentasikan dengan
lebar frekuensi tertentu), kita bisa melakukan pengukuran perbandingan
diferensi/perbedaan). Kasus spesial adalah, jika sesudah pergantian antena
untuk menentukan gain dari antena lain. Metode ini disebut metode per-
didapatkan daya terima yang sama, maka gain AUT sama dengan gain
bandingan gain (gain comparison method), yang diilustrasikan di gambar
antena standar.
10.8.
Metode ini mensyaratkan pengukuran daya terima yang presisi, se-

r
standard gain antenna G6 P,1
hingga dibutuhkan power meter atau spectrum analyzer yang memiliki
pemancsf akurasi yang baik. Juga antena standar yang gainnya telah ditentukan deng-
an presisi juga. Beberapa pembuat antena ternama menawarkan antena-
antena seperti ini.

Alat ukur Ada pula cara penentuan gain dengan menggunakan beamwidth
antena tersebut, yang terdiri dari hasil kali beamwidth bidang E (vertikal)
AUT Gz, P,z
BW, dan bidang H (horizontal) Bt4t, atau merupakan definisi beamwidth
bidang (main beam solid angle)
Gambar 10.8 Pengukuran gain dengan metode perbandingan gain
Q M = BWsBWtt (10.4)
Perhitungan gain dengan metode ini diterangkan pada contoh 10.4'
Dan gain bisa diaproksimasikan dengan
Contoh 10.4:
Pada pengukuran gain antena, digunakan antena yang dikenal gain-
c^4n
_€_ (10.5)
{)M
nya, yaitu 17 dBi, dan diketahui power sinyal terima -72 dBm. Antena itu
kemudian diganti dengan antena yang tak dikenal gainnya, ternyata sinyal s adalah efisiensi pancaran, yang nilainya sering diberikan dengan 0,63.
terimanya menjadi -79 dBm. Tentukanlah gain antena yang ke dua terse- llll/udan BW,,diberikan dalam radian,yang kalau diubah ke derajat melalui
hubungan
but.

Antena: Prinsip don Aplikasi Pengu kuran Besoran Anteno 249


248
Y

Dari teori saluran transmisi [MA09] dikenal, impendasi beban, di


BWr,a = BW t,u,o# = O,Ol7 |BW'E.H,o (10.6)
sini impedansi masukan antena bisa dihitung dengan faktor refleksi yang
diketahui
Sehingga persamaan (10.5) menjadi
lrT'
26000
(10.7)
Zin.,qur =fi.Z, (10.g)
BWH,oBltrE,o
clengan P = lfl.e/I faktor refleksi dengan nilai mutlatnya
Contoh 10.5: lfl dan
phasanya | .

Pada contoh 6.8 tentang antena horn diberikan beamwidth masing-


Nilai mutlak dari faktor refleksi bisa dihitung dengan
masing 18,7" dan 20,7o, tentukanlah gain antena ini.
bt _vswR -l
Jawab: tl- 61atpa1 (10.e)

Dengan persamaan (I 0.7) didapatkan dengan VSWR (voltage standing wave ratio) yang didefinisikan sebagai
perbandingan nilai tegangan maksimal dengan tegangan minimal yang
c= --.12609.0-r = 18,7x20,7 =67,17=18,27dB.
BWH,oBWE,o '.1u099 - terbentuk di sepanjang saluran transmisi penghubung

Perhitungan dengan program PCCAD memberikan hasil 18,8 dB. VSLYR =V^^* (l 0.10)
Y^i,

10.5 PENGUKURAN IMPEDANSI DAN FAKTOR Distribusi gelombang tegangan di atas saluran transmisi bisa di-
REFLEKSI dapatkan dengan menggunakan struktur pengukur yang bernama'slotted
Impedansi dari suatu antena bisa diukur apabila kita bisa mengetahui line'lMA09l.
faktor refleksi yang ditimbulkan antena itu jika dipasangkan pada suatu Misalnya, dari gambar 10.10 didapatkan
kawat pengalibrasi, gambar 10.9 memvisualisasikan kondisi mismatch
yang menyebabkan gelombang refleksi.
yswR=v^u* =-!{=3
V^in 0'5
,

Sehingga nilai mutlak faktor refleksi didapatkan menjadi


Zo impedansi kawat ,_, vswR- I 3-l = 0,t
penghubung lrl: vswR*t= 3*1 *,u, lflru = 20log(0.5) = -6,02dB
Zir,agT impedansi masukan
antena .ladi dengan (0,5)2:0,25,maka25o/o daya akan direfleksikan kembali.

Gambar 10.9 Visualisasi refiel<si gelombang akibat kondisi mismatch

250 Antena: Prinsip don Aplikasi Pengukuran Besaran Antena 251


'.- T

GHz. Karena alat ukur tipe ini memiliki empat buah gerbang (port),maka
bisa mengukur parameter tersebut untuk piranti empat gerbang secara
otomatis S, (untuk ii : 1,2,3 dan 4).

i
l
I
itl
I
t

i llr
i
t
I

48.51 4. 6l a2 ,l-ra

Gambar 10.10 Distribusi gelombang tegangan sepanjang saluran


tronsmisi

Phasa dari faktor refleksi bisa dihitung dengan mengambil suatu Gambar l0.ll Network Analyzer l0 MHz - 40 GHz (Rohde-Schwarz)
posisi x tertentu di kawat penghubung (misalnya di gambar ), jika antena Alat ukur ini bisa menampilkan hasil faktor refleksi secara linier
terletak di sebelah kanan, maka x adalah panjang seperti pada gambar, dan ataupun dalam besaran logaritma (dB), dan juga sebagai besaran VSWR.
phasa Gambar 2.11 dan2.l2 di bab 2 menunjukkan beberapa hasil pengukuran
yang didapatkan dengan alat VNA.
y=9r1Qn-t\,
l\g
Tiga produsen ternama alat ukur VNA ini adalah Rohde-Schwarz"
Agilent dan Anritsu.
n adalah jumlah minimal tegangan antaratitik referensi dan antena dan 1,,
panjang gelombang di dalam kawat penghubung. -oo0oo-

Sekarang, pengukuran faktor refleksi dari sebuah antena dilakukan


dengan menggunakan alat Vector Network Analyzer (VNA), yang bisa
dengan cepat memberikan informasi tentang besaran refleksi pada suatu
lebar frekuensi tertentu. Gambar 10.11 menunjukkan sebuah VNA yang
diproduksi perusahaan Rohde-Schwarz. VNA ini bisa mengukur secara
umum parameter scatte:ring pada rentang frekuensi 20 MHz sampai 40

252 Antena: Prinsip dan Aplikosi pengukuran Besaran Antena


253
n
Perkernbangan l(ItttsJrs
pada Teknik Arttena

Setelah membahas jenis--ienis antena yang bermacam-macam


dcngan kelebihan dan kekurangannya, di bab ini akan ditunjukkan
usaha-usaha lainnya yang dikembarigkan dalam memodifikasi antena
untuk didapatkannya suatu kinerja tertentu. Usaha ini dilakukan dengan
melibatkan pendekatan teoretis (biasanya solusi persamaan Maxwell
dengan bantuan metode numerik) yang didukung dengan sebuah aturan
perancangan secara umum (rules o-f thumb) sebagai cara awal untuk
mengembangkan struktur baru yang diharapkan rnemberikan hasil yang
bisa diterima.

Antena yang bisa dikonfigurasi ulang mampu mengubah impedansi


masukan (faktor refleksi), diagram radiasi (gain) dan polarisasi gelombang
dari antena tersebut, biasanya digunakan saklar (switch).

Konsep antena cerdas dikembangkan terutama pada modifikasi dia-


gram radiasi antena yang mengarahkan pancaran utamanya (main beam)ke
arah tertentu, yang diyakini sebagai arah dari sinyal yang akan ditangkap,
dan mengarahkan zero-nyapada arah datangnya sinyal pengganggu (inter-
ferers). Yang dibutuhkan di sini adalah antena array dan jaringanfeeding
berbantuan prosesor sinyal untuk mengubah amplitudo dan phasa arus dan
tegangan. Dengan mendapatkan kondisi yang seperti ini, maka rasio daya
atau
Di gambar 11.1 digunakan saklar optik (silicon yang bersifat
daya sinyal pengganggu (interferensi)
sinyai yang diinginkan terhadap photoconducting). Jika kedua saklar tertutup, antena akan memanjang dan
memaksimalkan kapasitas sistem'
CII meniadimaksimal, sehingga bisa bekerja pada frekuensi 2,26 GHz. Sedangkan pada kondisi saklar terbuka,
antena array lainnya (multi antena memendek, menjadikan frekuensi kerjanya membesar menjadi 3,15
Pendekatan dengan menggunakan
nirkabel
memanfaatkan kondisi saluran GHz.
antenn a sy st ems) adalal dengar
(hamburan)' yang menyebabkan
yang sangat penuh dengan lcattering Ke kedua saklar optis ini dilakukan penyinaran dengan menggunakan
jati, uuryut (multipath)dari pemancar ke penerima'
munculkan fenomena cliode laser infra merah yang dialirkan melalui sebuah fiber optik. Gambar
'jalur-jalur terpisah" yang bisa
Jalur banyak ini dirnanfaatkan menjadi 1i.1 (kanan) menunjukkan hasil faktor refleksi pada spektrum frekuensi
menaikkankapasitassistemmenjadikelipatandariyangadadellanfaktor i,5 GHz sampai 4,0 GHz. Sebagai parameter digunakan daya cahaya yang
jumlahantenayangterlibatdidalamarraytersebut.Konsepinidikenal diiluminasikan ke kedua saklar tersebut. Terlihat dengan memberikan daya
(MIMO)'
Logu., nama Multiple Input Multiple Output 0 mW (tak ada iluminasi), saklar akan terbuka (ofJ), antena beresonansi
pada frekuensi tinggi. Jika diiluminasi dengan 20 mW, saklar akan tertutup
11.1 ANTENA YANG BiSA DIKONFIGURASI
ANrEN NAS)
(on), terjadi resonansi pada frekuensi rendah.
u LANG irii-conrlcuRABLE
Panjangefektifsebuahantena'berartifrekuensikerjanya'bisa
secara
mengurangkan panjang antena
diubah dengan menambahkan atau
Ada beberapa jenis saklar (switch)
elektronis, optis, mekanis atau lainnya'
yang dipakai untuk melakukan hal
ini (gambar 11'1)' misalnya dengan
SI\L,\
diodaPlN,FET,saklaroptisdansistemmikroelektromekanisfrekuensi korektrr

radio (/lvlEMS).
0

"10

o
-'15
Gambar ll.2 Milcrostrip Yagi antenna dengan empat buah saklar
tzH04l
Gambar ll.2 menunjukkan sebuah antena Yagi yang berbasiskan
.30
2.o 2.5 3'o teknologi mikrostrip. Antena ini memiliki sebuah director dan reflector.
FGqumo/ (GH4
Mikrostrip yang digunakanmemiliki ketebalan 6,35 mm dengan permitivitas
saklar (switch) dan relatif 2,2. Strip yang memiliki lebar W:W^:Z mm ini terpisah oleh jarak
Gambar ll.l Perubahan paniang dipole dengan
parameter daya iluminasi ke s: 20 mm (0,25 Xo). Besaran geometri lainnya adalah L.:28,5 mm (0,46
reflerui yang dihasirkan dengan :
J:aktor Is), g 12,5 mm, Lr:25,9 mm (0,42 ?"r), L,:32 mm (0,52 l.r) dan 6:1,85
kedua saklar [PA06]
mm. Antena ini beresonansi pada frekuensi 3,65 GHz.

Perkembangon Khusus pado Teknik Antena


Antena: PrinsiP dan APlikasi
256
----Y

Strip tengah di-feed, strip kiri dan kanan memiliki masing-masing Realisasi saklar untuk antena ini ditunjukkan pada gambar I 1.4. Jika

dua saklar. Diamati tiga buah kasus, saklar I danz on, saklar 3 dan 4 ffi
sumber DC memiliki nilai positif, maka diode PIN akan dibias secara maju,
sehingga saklar tertutup, sedangkan untuk polaritas negatif, PIN akan dibias
maka strip kiri fiadi reflektor) akan lebih panjang dari strip yang driven
(tengah) dan strip kanan lebih pendek (adi direktor). Maka diagram radiasi terbalik, sehingga saklar tertutup. Resistor R dipakai sebagai pembatas arus
DC, L sebagai penghalang sinyal RF dan C sebagai penghalang sinyal DC.
akan condong ke kanan. Jika kebalikannya, saklar 1 dan 2 ofl sedangsaklar
3 dan 4 on, maka strip kiri menjadi direktor, strip kanan menjadi reflektor.
Aliran sinyal DC ditunjukkan di gambar ll.4 dengan bantuan garis putus-
Femancaran akan condong ke kiri. Seandainya semua saklar ffi strip kiti putus. Sedangkan sinyal RF bergerak dari kiri ke kanan.
dan kanan menjadi director. Diagram radiasi di visualisasikan di gambar Penggunaan diode PIN diprioritaskan dibandingkan diode biasa,
11.3 untuk perhitungan (menggunakan software dari Ansoft HFSS, lihat karena diode PIN rnemiliki linieritas yang lebih baik, sehingga tidak meng-
bab 13) dan pengukuran. hasilkan efek-efek asing yang bisa muncul. Memiliki isolasi yang lebih
0.0d8 baik pada saat saklar terbuka, dan memiliki kecepatan yang tinggi pada
proses penyaklaran (on dan ffi.
11.2 MULTI ANTENNA SYSTEMS: ANTENA
CERDAS (SMART ANTENNAS) DAN MIMO
Jumlah pengguna jaringan nirkabel yang terus menanjak dan jenis
data yang dikirimkan pun semakin beragam, menjadikan tuntutan terhadap
sistem nirkabel semakin tinggi, baik dari segi jangkauan (coverage), se-
Gambar ll.3 Diagram radiasi pada bidang H (di gambar I1'2 hingga pengguna bisa memanfaatkan jaringan ini di mana pun dan kapan
menyilang melalui diPole) pun juga, dari sisi kapasitas (cupacity), sehingga bertambahnya pengguna
dan bertambahnya besar data yang ditransmisikan tetap bisa diberikan la-
yanan dengan baik, dan memiliki realibilitas yang tinggi (Quality of ser-
vice/QoS) yang sesuai dengan spesifikasi yang diberikan.

Interferensi saluran yang sama (co-channel interference) yang me-


ningkat karena jumlah pengguna bertambah, menjadi pembatas di kapasi-
tas. Masalah fading yang diakibatkan oleh jalur banyak dan delay spread
RF
out juga menjadi hambatan dari perbesaran kapasitas ini.
RF
in Penggunaan antena cerdas (smart antennas/SA) menjadi salah satu
cara unfuk memaksimalkan kapasitas yang tersedia, dengan cara 'memilih'
pengguna yang diinginkan dan'menolak' pengguna interferensi. Teknologi
Multiple Input Multiple Output (MIMO) yang memanfaatkan tedadinya
Gambar ll.4 saklar.frekuensi radio dengan menggunakan diode PIN
muhipath (semakin banyak semakin baik) bertugas untuk mengefisiensikan

Perkembongan Khusus poda Teknik Antena


258 Antena: PrinsiP dan APlikosi
penggunaan kapasitas, yang ditandai dengan bit per second per Hz (bps/ r"(/) adalah sinyal yang diambil oleh antena z. Secara umum sinyal
Hz). ini mengandung sinyal yang diinginkan dan yang tidak diinginkan
(interferensi). Setelah membagi sinyal tersebut ke komponen in-phase dan
Kedua teknologi ini mensyaratkan menggunakan rangkaian mikro-
quadratunrya keduanya dikalikan dengan faktor pembeban w,,,, danwg,n,
elektronika yang cepat yang mampu melakukan pemrosesan data secara
yang secara teknis merupakan penguatan amplitude sinyal dan pergeseran
digital (digital s ignal proces sing)
phasa (phase shifting). Sinyal-sinyal tadi dijumlahkan menghasilkan s(t)
Istilah cerdas di sini bukanlah merujuk pada antenanya, tetapi pada Antenna 1
kemampuan dari pemrosesan sinyal digitat pada sistem antena cerdas ini.
Gambar 11.5 menunjukkan kemampuan dari sistem antena cerdas yang x,r(t)

mampu mengarahkan pancafan utamanya ke arah 120o (setelah mengetahui


dari mana sinyal berita datang dan ke mana sinyal berita harus dikirim)
dan mengarahkan zero ke arah-arah interferers (setelah diketahui dari arah
Output
mana datangnya gangguan). s(t)
Q=90o
cl

,trI50u
o=l g=l 20n

Reference
signal (t)

ii Error
signale (t)
reflector
r Gambar ll.6 Pembobotan dan mekanismefeedback
Untuk mendapatkan sinyal yang diinginkan, sinyal s(f) ini diban-
dingkan dengan sinyal referensi (sinyal yang diinginkan tersebut). Jika
s(f) tidat sama dengan sinyal referensi, akan didapatkan kesalahan(er-
Gambar ll.5 Diagram radiasi untuk sebuah pengguna yang diganggu ror)e(t), yang akan digunakan sebagai trigger perubahan pada faktor
empat inlerferers pembobot melalui sebuah mekanisme/eedback. Secara matematis, sinyal
Sebuah antena array bisa melakukan pengarahan ini, yang disebut keluaran array adalah
juga beamforming, karena adanya variasi pada phasa dan amplitude dari N

sistem pencatuannya (feeding), di gambar 11.5 dinamakan pernbobotan


s(l) = Iwr,,xp,n(t) (11.1)
n=l
(weighting) dengan w1t. .t w* Di bab 5 tentang dasar array telah dibahas P=I,Q

secara dasar.

Perkembangan Khusus pada Teknik Anteno 261


260 Anteno: Prinsip dan Aplikasi
Sinyal kesalahan adalah beda dari sinyal keluaran itu dari sinyal v r,r lu[.' r,ll]= -z[s]+ z[ofw]= s (l1.8)
referensi
1y maka
(1 1.2)
e(t) ='11; - \wr,,x r,,(t) (l l.e)
n=l
P=l,Q
lrl= hI'[s]
Tabel ll.l
menunjukkan faktor pembobot yang dihasilkan untuk
Energi (mean-square) dari kesalahan menjadi
masing-masing arah yang diinginkan untuk kasus 6 dipol tanpa dan dengan
rL' t,l]= r[' <,i- z !*,.,r1(r)x",,, (r)]+ reflektor.
n=l
P=I,Q (11'3) Dengan menggunakan faktor pembobot ini sebagai amplitude dan
NM phasa dari masing-masing array, maka didapatkan diagram radiasi untuk
> i*
ry=l- -n1l_ _
e,nr r,,El* r.,1,1r r,,,g1f beberapa arah sinyal yang diinginkan (dengan arah yang lainnya yalg
diberikan di gambar I 1.5 sebagai interferensi) di gambar I 1.7.
Atau dengan notasi matrix
Tabel ll.l Faktor pembeban untuk enam array
r [" ol] = rb' <,i- zlwY ls)* lwl' lolw) (r 1.4)

,, rSinyil beriti dail',


dengan ,,t!:,r':::l:,,iiiihr:l:ll,llir:tlr :

(11.5) n
$ryf=lw1.1,wB,r, ,r,*,*g,n)' tilrrtli:.: 90fri.:iltllrlrtllrl
,llrrli:i,,i,r!rt.ii,:.:lilliltL.ilili,ilarllllilr'

i
ffi
riilt,,.itri rlti, r,i'rilri
lllllll:.,1

I r(t).rr.r (/) I
"': i,l
;irtff;;;l,1,1,r, w-rt i
.':r
I 11r1rr.,ir1 |
l-l ,
.r::t,tltr,,,lllr:.t;r

isl=
(r16) I 0. I 735 - 0.0380
ltl,ti.t.t,

I
0.0658 0 0.1 360 0.2126 0.065'1 0
I r(r)r1,r(r) | 2 -0.1942 0.0008 0.1 825 0 -0.1942 -0.1966 0. l 839 0
lr1rtx,., trl_l J 0.0740 0.1284 0.2467 0 0.2030 -0.0553 0.2492 0
4 -0.0729 -o.1290 o.2467 0 -0.2029 0.05s7 0.2492 0
5 -0.0995 0. l 668 0. l 825 0 0.0672 -0.2680
I rl,r*r,r xt,txp,r xt,rxt.N rt.rjp.ru I 6 0.1209 -0.1300 0.0658 0 -0.0089
0. I 839 0
0.2522
I xp.r.rr,r xe.txe,r rp.rrt.,v x9.1xp,,v
0.0657 0

tol=rl : : : : i

i
(1 1.7) Di gambar I 1.7 terlihat, pada arah yang diinginkan, diarahkan pan-
|
,r,rrr,, xr.Nxp.r rr,,lxr,,v ,r.nrrO,,., caran utamanya, dan pada saat yang bersamaan, ke arah interferensi, di-
[rp,,vxl,r xe,yxg,r "' xp.xxr,N r0.rrO.ru
I

-] arahkan zero-zero dari diagram radiasi ini.

Di sini akan divariasikan faktor pembeban untuk menghasilkan ke- Arah datang dari masing-masing sinyal, baik yang diinginkan atau-
pun interferensi, bisa didapatkan dari beberapa carayang diperkenalkan di
salahan yang minimal, jadi akan dilakukan diferensiasi persamaan (1 I '4)
terhadap W, dan men-set-nya menjadi nol, Iruoe].

Antena: Prinsip dan Aplikasi Perkembongon Khusus pada Teknik Antena 263
-=

Sinyal yang diterima oleh masing-masing antena, adalah kombinasi


ln dB linier dari sinyal-sinyal yang dikirimkan antena pemancar. Matriks propa-
gasi [H] merupakan elemen penting dalam sistem MIMO ini. Matriks ini
terbentuk oleh lingkungan propagasi, lingkunganlah yang akan menentu-
kan secara signifikan apakah sistem MIMO akan berdaya guna atau tidak.

lt = httxt ., hr2x2 a htzxz


lz=hztxt+h22x2+hrrx, (11.10)
lt=httxr+hrrx2+hrrx,
Atau secara matriks

bl= tgl t l (11.il)

Target dari langkah berikutnya adalah memberikan korespondensi


langsung sinyal terima dan sinyal kirim secara langsung. Oleh sebab itu
o 20 40 ,oo 12o 't4o 1oo 1ao
*uin o.n?3"= dilakukan dekomposisi matriks berikut ini

lnl= [u] lnl lrr)' (1 1.12)


Gambar 11.7 Diagram radiasi untuk masing-masing arah sinyal yang
diinginkan (dengan reflektor) Dengan matriks [u] dan [/]H, sebagai matriks Hermitian, yang memiliki
MIMO menawarkancara lain untuk memperbesar kapasitas sistem- sifat-sifat
nya. Perhatikanlah gambar 1 1.8 yang melukiskan keadaan pemancaran dan tu).lulH =lr) (r 1.13)
penerimaan pada sebuah sistem komunikasi dengan menggunakan banyak
antena (multi qntennq system), baik di pemancar ataupun di penerima. IVl.tr/lH =lrl (1 l.l4)

a< >-a lrladalah matriks satuan, dan matriks diagonal

>-5 ,[f +#] (1 l.l5)

>-5 Dekomposisi ini dilalrukan dengan bantuan metode yang dikenal di


matematika [KRE98] dengan nama Singular Value Decomposition/SYD.
Ix] tvl Matlab [MATxx] dan Octave [OCTxx] menyediakan fungsi built-in untuk
SVD ini dengan input mafrks ffi dan output ketiga matriks l4,lv7 dan
lDl.
Gambar ll.8 Sistem MIMO

Perkembongan Khusus pada Teknik Antena 265


264 Antena: Prinsip dan Aplikasi
antarelemen antena bisa dilakukan dalam proses perancangan sistem
Gambar I1.9 atas, menunjukkan penambahan pada sisi pemancar,
antena ifu sendiri.
berupa sebuah cara pengkodean, yaitu Space Time Coding (STC) yang
berupa perkalian sinyal berita [x,]. dengan matriks I Zl menghasilkan sinyal
fx], dan pada sisi penerima berupa pendekodean, Space Time Decoding
(STDC), yang mengalikan sinyal terima pl dengan matriks [t/]H untuk
mendapatkan sinyal yang akan diteruskan ke penerima [y"].

['l= kl [,,.l (1 1.1 6)

Lr,l=luY .b,l (r1.17)

Dcngan persamaan ( 1 1. I 1) dan (1 1.12)


[xJ tvJ
:, j--lr Y V,l irlIX' [, l[,^I
L.!anilcngansiiatmatriks Jrrl dan ltrlttyangHermitian(l l.l3)dan(11.14),
ict i; atl i
xs7
IT !s,t
t't
+
l"r" l= l-r.1. k,I (t I .18)
Xs2
>- ---a

!s,2
_.>
Penambahan pengkodean dan pendekodean space time
n:emungkinkan diagonalisasi dari matriks secara keseluruhan, sinyal terima IsJ
>- -+

!",3
irerbanding Iurus langsung terhadap sinyal kirim dan tak ada pengaruh dari
sinval icirim iainnya. Secara teoretis, pada setiap kondisi propagasi, atau >- --+

unfuk iettap rnarnKs ffll bisa dilakukan SVD. El'ektivitas riari MIMO akan
Gambar ll.9 Space Time Coding dan Space Time Decoding
l{j;'rilrrli ,larr rriiar-nrtai Eigen (cigcn volrte) a/\ . f"rU"saran kapasirus
sistcsl terjacti sccara efbktit" jika nilal-nilai trigen ini besar (sarna besar satu [wIT09] menunjukkan perancangan antena MIMO pada alat komu-
dt:ngan rxlrulya i. nikasi genggam dengan menggunakan software csr Microwave Studio
(bab 13), yang mencari korelasi antarelemen yang minimal dengan me-
I'.iilai eigen yang besar atau sama besar menunjukkan korelasi antar-
letakkan posisi elemen pada tempat berbeda-beda. Antena MIMO dengan
jalur propagasi yang minimal dan juga korelasi antarelemen-lemen antena
dua elemen ini dirancang pada frekuensi 2,6 GHz. Gambar l l.l0 menun-
yang ininimal. jukkan struktur yang dirancang dan nilai coupling antarelemen yang
di-
Korelasi "ialur propagasi yang minimal terjadi, iika lingkungan dapat. Terlihat jarak antarelemen dan orientasinya satu dengan yang lain
propagasi memberikan kondisi yang penuh dengan refleksi dan difraksi, mempengaruhi korelasi ini.
yang disebut dengan kondisi rich scattering. Pada prakteknya hal ini
terjadi apa adanya, karena secara asumsi, perancang sistem MIMO tidak
memiliki opsi untuk melakukan perubahan padanya. Sedangkan korelasi

Perkembangan Khusus poda Teknik Antena


Antena: Prinsip dan Aplikasi 267
Sebuah rancangan antena MIMO untuk empat frekuensi berbeda
(quad-band) diperkenalkan di [8H09], antena ini tersusun dari kombinasi
slot berbentuk C dan potongan berbentuk T (gambar 1 l.l 1). Ground yang
digunakan berukuran 50 mm x 100 mm dan ketinggian antena 3 mm. Hasil
simulasi dan pengukuran ditunjukkan di gambar ll.l2. Terlihat faktor
refleksi yang minimum di empat frekuensi berbeda. Decoupling di empat
wilayah frekuensi inipun lebih bagus dari -15 dB.

o
penprkuru
€-s
S 11

.' simrlirsi 311


g -10 pelgrlruan Sr.
[)
Its -15 lren!$huan S.,
-
sirurlasi S;1
H -zo
(L permrkrual
- S11
rrr -25
c
$(t -eo
o _il6
g)
iekteusi [GHz]
-44
Gambar ll.l0 Konfigurasi elemen antena dan coupling antarkedua 2.O 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.s 6.0
elemen Frequency {GHz)

Gambar ll,l2 Hasil pengukuran dan simulasi


hr=3-h::2. h:=0.8: ar=7, a:=3, ar=3.5,
ar=6.6- a:=l 1.5, ae=4.75: a:=8.1, as:6 25, -oo0oo-
ao:2: br=4.'1, b::9.5. br: I 1.85; br:4.75;
wr: l: s=0.8: cr=5.25. c:=l 1.5, c::5.1;
crd.l- cl=8.7, t=2.2:

_--l'*t\- I
I

\.*-/
ghfital E ffir'

mrew I
ffik= 5

Gambar ll.ll Geometri antena MIMO quad-band (ukuran dalam mm)

268 Antena: Prinsip dan APlikosi Perkembangan Khusus podo Teknik Antena 269
-T

Di bab ini secara khusus ditunjukkan penggunaan antena pada be-


berapa aplikasi penting dewasa ini, dan diyakini akan terus me-mainkan
peran krusial dalam beberapa dekade ke depan.

Sistem komunikasi seluler adalah satu dari beberapa perkembangan


terpenting dari sivilisasi manusia di akhir abad ke-20 yang laiu. Dengan
sistem seluler digital, dimungkinkan komunikasi di mana pun, kapan pun,
bahkan berbagai jenis data bisa dikirimkan. Global System for Mobile
Communicaliorzs (GSM) adalah sistem komunikasi bergerak yang bekerja
secara digital. Dengan kemampuan roaming (menjelajah pengguna sistern
komunikasi ini di manaprn) dan hand over (pterpindahan dari suatu wilayalr/
cell ke wilayah lainnya), GSM menawarkan kinerja yangjauh lebih baik
dari sistem komunikasi bergerak generasi sebelumnya.

Tabel l2.l Sistem komunikasi seluler danfrekuensi kerjarrya

Nama alternatif '

Downlink [MHz]
GSM 8OO AMPS 824-849 869-894
P.GSM 9OO Primary GSM 890-9 I 5 93s-960
E.GSM 9OO Extended GSM 880-91 5 92s-960
GPS I 564-l 586
GSM 1800 DCS 18OO l7l0-1785 I 805-1880
Tabel l2.l Lanjutan 12.1 ANTENA STASTUN BAS|S (BASE STATTON) Dt
. Frekuensi Frekuensi
KOMUNIKASI BERGERAK
Nama Band Name elternatif
Uplink [MHzl Downlink IMHzI Tuntutan dasar yang diberikan kepada sistem seluler (GSM, UMTS
GSM 19OO PCS I9OO I 850-t910 r 930-1990 ataupun LTE) ada tiga: memberikan sinyal ke pelanggan yang berada di
UMTS 3C r 885-2025 2110-2200
wilayah kerja (angkauan atau coverage), memberikan kapasitas saluran
l7l0-l7ss (us) 21 r0-215s (US)
minimal tertentu, sehingga pengguna bisa mengirimkan informasi secara
B02.l1bls,/n wifi (rsM) 2400-2483.s
wifi (uNri) 5r50-5350 (UNrr), s470-5725, 5725-5825 (lSM/
wajar (capacity) dan memberikan jaminan kualitas layanan dengan suatu
802.11a/Wj
UNII), 4900-5000 (Japan), 5030-5091 (Japan) key performance indicatorlKPl tertentu (quality of servicelQoS).
802.15.4 Zis.Bee 898, 91.5, 2400 (rSM)
802.1 5. 1 1a Bluetooth 2400-2483,s (rSM) Dalam memberikan pemenuhan. ketiga tuntutan di atas, sistem
802.15.3 [JWB Biasanya > 500 MHz di dalarn spectrum 31 00 telekomunikasi dibuat dan dirancang secara ketat dengan memenuhi
- 10600 MHz
spesifikasi yang diberikan. Antena sebagai antarmuka (interface) dari
802. I 6 WiMAX Mobile: 2-6 CHz. fixed < l1 ClIz
pemancar/penerima dan udara, memainkan peranan yang krusial. Dalam
Selain itu, GSM juga mampu menangani jumlah pengguna dalam menjamin sinyal yang memadai, pada proses perhitungan link budget,
jumlah yang banyak dan detail sistemnya yang dibuat ietbtka (open besaran-besaran penting antena akan memberikan pengaruh yang signifikan
architecture), yang menyebabkan jumltih perusahaan (vendor) yang pada keberhasilan sistem telekomunikasi ini.
memproduksi komponen dan sistem GSM menjadi bertarnbah. Kedua
Pada sistem seluler, wilayah yang akan diberikan jasa komunikasi
kelebihan terakhir menyebabkan harga yang harus dikeluarkan menjadi
akan dikorespondensikan dengan suatu jaringan terstruktur tertentu, secara
murah, dan sistem GSM menjadi semakin diterima rnasyarakat luas.
teoritis digunakan struktur enam sisi, sehingga seluruh luasan bisa ditutupi
Generasi berikutnya adalah 3G (third generation), yang diwakili oleh
tanpa celah (gambar 12.1).
[Jniversal Mobile Telecommurication Sltstems (UMTS) dan 4G (fourth
generation), dengan nama Long Term Evolution (LTE). Selain dari itu ada
sistem komunikasi lainnya yang juga mendapat celah pasar cukup besar,
yaitu llireless Local Area Network (WLAN), dan yang memiliki prospek
cukup besar di masa mendatang Worldwide Interoperabilityfor Microwave
Access (WiMAX).

Aplikasi lainnya yang akan dibahas di bab ini adalah teknik iden-
tifikasi benda dengan menggunakan gelombang radio Radio Frequency
I den t ifi c a t i o,r (RFID).
Tabel 12.1 menunjukkan sistem yang bekerja menggunakan gelom-
bang radio dan frekuensi tempat kerjanya.

Gambar l2.l Struktur sel dan antena sektor tiga 12U

272 Anteno: Prinsip dan Aplikosi Antennas in Action 273


Pada gambar 12.1 digunakan antena sektoral dengan beamwidth
ini dijamin memiliki VSWR yang lebih kecil dari 1,5 di seluruh interval
120'. Antena ini diletakkan di titik pertemuan tiga buah segienam, dua
frekuensi tersebut.
antena lainnya diletakkan pada titik lainnya, sehingga sebuah cell akan
disuplai oleh tiga buah antena dengan frekuensi kerja yang berbeda-beda
untuk menghindari interferensi. Sebagai altematif bisa juga digunakan
antena sektoral dengan beamwidth 60" (atau sedikit lebih besar), Yang !$s*
1**?
bersama-sama dengan lima antena lainnya akan menyuplai sebuah cell.
Sedangkan pada aplikasi lainnya, kadang-kadang juga digunakan antena w
omnidireksional, yang logisnya diletakkan di tengah-tengah cell. :iit6
,.H
loringan distribusi
Gambar 12.2menunjukkan sebuah antenayang diproduksi perusahaan energy ke setiap
u!r$i
Kathrein (www.kathrein.de). Antena type 730 368 ini digunakan untuk ontena

di base transceiver station (BTS) untuk menyuplai mobile station (MS). . i:f.,

Gambar sebelah kiri menunjukkan antena yang dibungkus oleh radom


(radar dome), sebagai pelindung antena ini dari lingkungannya (cuaca,
burung, dll.). Bagian dalam antena ditunjukkan di gambar 72.2 tengah. ' l"ii
Antena type 730 368 adalah sebuah aray 2 x 4. Ke arah horizontal terdapat
dua antena dipole dengan jarak 13,3 cm dan vertikal terdapat masing-
.{d q-t*e
masing empat antena dengan jarak dari ujung bawah antena yang paling
tinggi ke ujung atas antena di bawahnya sejauh 13 cm. Panjang dipole itu Gambar 12.2 Antena Kuthrein type 73A 368 (www.kathrein.de), satuan
sendiri 19 cm. Panjang antena ini secara keseluruhan 129,4 cm dengan clalam cm
lebar 25,9 cm. Jarak dipole ke reflektornya sebesar 6 cm. Tebal antena
tipe ini rnemiliki beqiruu:idth sekitar
I-ai bidang horizr:rntal, antena
berikut radom adalah 9,9 cm.
65", sehingga antena ini cocok untuk sektor 6, karena suclut 360" harus
Gambar 12.2 sebelah kanan menunjukkan model yang dibuat untuk dibagi bersatna dengan -5 antena lainnya dengan heamwidth yang sa.rna.
melakukan perhitungan arus yang mengalir di atas antena, dan dari arus ini
Sedangkan pada biiang vertikal. sesuai dengan jurnlah dipole yang
bisa dihitung diagram radiasi antena. Model ini terdiri dari elemen-elemen
lebih banyak, dihasilkan beamwidth yang sangat kecil, yaitu sekitar 13,5o,
segitiga yang kecil untuk digunakan dalam metode persamaan integral
jadi antena ini sangat mengonsentrasikan energinya di bidang vertikal.
(ihat bab l3 untuk lebih detailnya).
Karena antena ini tidak rnemiliki fitur electric downtilt, pada montasinya
Antena type 730 368 ini bekerja pada frekuensi 806 MHz sampai di menara BTS, antena ini harus dimiringkan ke bawah (downtilt) secara
960MHz, jadi memenuhi spesifikasi frekuensi untuk sistem GSM 800 dan mekanis.
GSM 900, baik sebagai pemancar (downlink) ataupun sebagai penerima
(uplink). Dengan polarisasi yang vertikal dan gain sekitar 15 dBi, antena

274 Antena: Prinsip dan Aplikasi Antennas in Action 275


5O0 W (al 50'C ambrenl iemFratura)

F.illal/ hteral/ roarede


2ml140/490N

Gambar 12.3 Datasheet antena Kathrein type 73a 368


Gambar 12.4 menampilkan diagram radiasi antena 730 368 ini pada
Gambar 12.5 Antena dualband dan cross polar 45", type 742 264 dari
bidang horizontal dan bidang vertikal. Sebagai perbandingan, ditunjukkan
perusahaan Kathrein (semua satuan cm)
hasil perhitungan dengan metode persamaan integral, dan data pengukuran
yang diberikan oleh perusahaan Kathrein. Kesesuaian perhitungan dan Jenis antena lainnya yang ditampilkan di sini juga dari perusahaan
pengukuran terlihat sangat bagus pada arah pancaran utama, sedang pada Kathrein, antena dual band dengan polarisasi silang (cross polarization),
arah pemancaran yang rendah terlihat deviasi. Hal ini sangat mungkin seperti yang ditampilkan di gambar l2.5,karena antena ini bekerja pada
terjadi, karena pada nilai yang kecil (<-20 dB) fluktuasi kecil akan terlihat dua wilayah frekuensi yang berbeda, akan terdapat dua konektor. Dan
besar. karena juga memiliki polarisasi silang, untuk masing-masing frekuensi
juga terdapat dua konektor. Secara keseluruhan terdapat empat konektor
tipe DIN 7-16 dibagian bawah antena ini.

Di gambar 12.5 tengahditampilkan masing-masing 8 dipole dengan


panjang l7 cm untuk polarisasi -45" dan +45.. Antena ini digunakan untuk
fiekuensi 824. .960 MHz.

Sedangkan untuk frekuensi I 7 10. . 21 80 MHz, masing-masing juga


digunakan 8 dipole dengan panjang 5x1,4 cm :7 cm.
210 270 Dari datasheet antena di gambar 12.6, didapatkan gain masing-ma-
Gambar 12.4 Kiri: diagram radiasi horizontal, kanan: diagram radias sing 14 dB untuk frekuensi 824. .960 MHz dan sekitar 17 dB untuk 1710.
vertikal (730 368) Garis solid: hasil perhitungan, garis putus: hasil .2180 MHz. Beamwidth bidang horizontal untuk kedua frekuensi sama,
pengukuran sekitar 65".

276 Anteno: Prinsip dan Aplikosi


Antennos in Action 277
2 x 16.5 dBi

polar ratp

Side,obe spplessis lot

Typrcally > 50 dB (82.1-963 /./ 1710-2180 MHz)


Gambar 12.8 Diagram radiasifrekuensi I7l0-2180 MHz, horizontal
(ki ri), vert ikal (knnan)
(at 50 'C ambient tempetaturei
4 x 7-rd lffiale llong nrck)

2x, P6dro[ bottom, cootrnuousry aq,ustable

\Mnd lmd (ar i 50 krrh,


lubang
ventilasi
Gambar 12.6 Datasheet Antena type 742 264
Kap
Gambar 12.7 dan 12.8 menampilkan diagram radiasi untuk kedua pelindung
wilayah frekuensi, masing-masing untuk bidang horizontal dan vertikal.
,/t'--_--\.

x'l
,'\ --i*--- downtilt dengan
/ /\
/'v \ ,)" putaran

/ i --- /(iX .,'

i---
i-r-
r
\\
r. 1:}K3
\--r'\'l'
-

\ -.-'Vrol -V
i.K
-
(long neck)

Gambar 12.9 Detail pilihan input untuk masing-masingfrelarcnsi, dan

\\ \/'>1-'- 3: lr
-!.- ,/ 'l\ penyetelan downtilt

'\,/ '-1"
ot----.
.l
Gambar 12.9 menunjukkan detail pilihan konektor untuk inpzt mas-
ing-masing wilayah frekuensi, dan juga penyetelan downtilt yang diperlu-
kan.
Gambar 12.7 Diagram radiasifrekuensi 824-960 MHz, horizontal (kiri)'
vertiknl (kanan)

278 Antena: Prinsip dan Aplikasi Antennos in Action 279


12.2 ANTENA PADA ALAT KOMUNIKASI kan dengan membelokkan kawat monopol ke arah horizontal, dengan
GENGGAM (HANDHELD) membatasi ketebalan sebesar 10 mm (gambar l2.ll).
Antena pada alat komunikasi genggam memiliki tuntutan akan ter- Bentuk yang dibelokkan ini jika disimulasikan dengan FEKO akan
batasnya tempat, sehingga antena tersebut harus berbentuk kecil, tanpa memberikan hasil seperti di gambar lzJ2,kurva putus titik. Kinerja antena
harus mengorbankan kinerja elektromagnetika-nya secara signifikan. Ma- menjadi memburuk secara signifikan. Tidak ada wilayah yang memiliki
salah lain yang biasanya muncul adalah pengaruh pemakai alat komunikasi nilai lebih kecil dari -10 dB. Hal ini disebabkan antena yang sangat
ini (tangan yang menggenggam telepon, atau kepala yang menempel pada kapasitif. Kapasitansi yang dimiliki struktur ini dikarenakan panjang kawat
telepon), yang ketika proses perancangan antena tidak diperhatikan. yang sedikit lebih kecil dari seperempat panjang gelombang, yang akan
mentransfonnasikan open di ujung antena menjadi kapasitor yang besar.
Di sini akan dilihat proses perancangan antena pada alat komunikasi
Kapasitansi ini harus dikompensasi dengan induktasi yang dipasangkan
genggam pada frekuensi 2 GHz. Digunakan bidang groun d dengan ukuran
secara parallel ke feeding. Untuk itu ditambahkan sebuah cabang kawat,
100 mm x 60 mm. Antena ini dirancang dengan menggunakan software
yang ujungkan di-short ke ground. Kawat berujung short ini menjadi
FEKO Lite (www.feko.info).
induktif (gambar 12. I 1).
Gambar 12.10 menunjukkan antena monopol, yang diletakkan di 26,5 mm 38 mm
pinggir bidang ground, berjarak masing-masing 10 mm dari sisi ground.
l0A mm
<+0 +==+s
I lOmm
-a
l0 mm

Konektor koax

Gambar 12.10 Antena monopol di atas bidang ground Gambar l2.ll Antena L dan antena F (IFA) di atas bidang ground
Untuk mendapatkan karakteristik faktor refleksi yang bagus pada Antena yang dinamakan Inverted F Antenna (IFA) memiliki factor
frekuensi 2 GHz, kawat antena monopol dibuat setinggi 36,5 mm. Simulasi refleksi yang ditunjukkan dengan kurva putus-putus di gambar 12.12.
yang dilakukan dengan software FEKO memberikan faktor refleksi seperti Terlihat hasil yang cukup bagus untuk frekuensi 2 GHz (sekitar -15,05
ditampilkan di gambar 12.12 pada kurva garis. Pada frekuensi 2 GHz, dB), dengan bandwidth dari sekitar 1,9 GHz sampai 2,1GHz.
factor refleksi senilai -21 dB. Antena ini memiliki bandtvidth (batas <-10
dB) dari sekitar 1,8 GHz sampai sekitar 2,34 GHz.
Antena monopol ini memang memiliki kinerja yang sangat bagus
pada frekuensi 2 GHz, tetapi mengambil tempat yang cukup besar ke arah
vertikal (sangat tebal). Usaha untuk menipiskan piranti genggam dilaku-

280 Antena: Prinsip dan Aplikasi Antennos in Action 281


peran gka t peman ca r- penerima (tr ans c e it,e r). Pada tag y ang bersi fat pasif,
bahkan tag tidak rnerniliki sumber energi.
anlenat anlena
Ileader lag
o
t-
'i

Gambar 12.13 Bagan sistem RFII)


Energi, yang diperlukan oleh tag untuk bisa bekerja, dikirimkan
-'1.s
't.5 i.6 1.7 1.8 , rn"n*nl 2.2 2-3 2.1 2.6
tor,Ar.t oleh reader, bersama-sama dengan clock, dan data ke arah tag. Tag
Gambar 12.12 Faktor refleksi monopol, antena L dan antena F menggunakan energi ini untuk mengirimkan data yang disimpan di dalam
memorinya. IC yang tersedia dewasa ini [DO08] memerlukan daya 10-
12.3 ANTENA DI RFID 30 pW untuk bisa berfungsi, yang dihasilkan oleh rangkaian penyearah
(rectifying circuit). Karena rangkaian penyearah ini memiliki efisiensi
Pengidentifikasian adalah suatu proses pengenalan terhadap suatu
sekitar 30Yo,makadaya sebesar 30-100 pW (-15,23 dBm sampai -10 dBm)
objek (benda, manusia, hewan, dll.) sehingga bisa dilakukan suatu tindakan
harus diterima dari reader. Reader memiliki sensitivitas yang jauh lebih
lanjut terhadap objek tersebut. Manusia mampu melakukan identifikasi
tinggi, mampu menerima sinyal yang rendah (<-70 dBm). Karena kondisi
terhadap objek dengan sangat baik, dengan bantuan panca inderanya dan
ini, jalur kritis adalah jalur dari reader ke tag. Jika diberikan nilai EIRP
dilakukannya proses perbandingan dengan apa yang telah dikenalnya (otak
(di bab 2) diberikan, maka jangkauan maksimal sistem RFID ini telah
sebagai data base). Mesin atau komputer diharapkan mampu mencontoh
ditetapkan, dan sebaliknya, jlka jangkauan yang diinginkan diberikan,
kemampuan ini.
maka harus diset EIRP pemancar.
Identifikasi d engan bar code adalah salah satu usaha untuk melakukan
Gain dan diagram radiasi antena reader memainkan peranan penting
pengkodean dengan lebar garis dan mengkorespondensikannya dengan
dalam rancangan sistem RI'ID. Besar dan bentuk kuantitatif dari keduanya
suatu data biner tertentu. Cara identifikasi bar code memiliki kekurangan
ditentukan oleh aplikasi yang diinginkan, yang menyebabkan berbedanya
pada harusnya terbentuk hubungan Line of Sighl (LOS) antata bar code jangkauan dan wilayah interogasi sistem ini.
tersebut dengan alat pembacanya (reader). Hal ini dikarenakan reader
bar code bekerja dengan gelombang inframerah. Pengidentifikasi dengan Yang pasti, antena yang dirancang harus mampu mengkonversi ener-
gelombang radio (Radio Frequency ldentificationlRFlD) adalah suatu gi yang dikirimkan oleh reader dan meneruskan sinyal yang diterimanya
cara penentuan identitas secara tanpa kontak. Gambar 12.13 menunjukkan ke reader, faktor refleksi antena tersebut harus kecil (< -10 dB).
sistem RFID dan proses pengidentifikasian suatu objek yang padanya Tuntutan lainnya adalah, reader harus tetap bisa membacatag,wa-
ditempelkan tag (sisi kanan). Tag terdiri dari chip Qntegrated Circuit/ laupun tag tersebut diorientasikan secara bebas terhadap reader, artinya
IC) yang memiliki memori yang bisa ditulis dan dihapus, dan memiliki

282 Antena: Prinsip dan Aplikosi Antennas in Action 283


tak tergantung pada polarisasi gelombang yang mengenainya. Antena yang Antena pa<la gambar 12.14 digunakan untuk sistemreaderyang tidak
paling tepat digunakan harus memiliki polarisasi sirkular. bergerak (fi*eA diletakan pada suatu tempat tertentu, misalnya di gerbang
suatu toko untuk mengawasi barang-barang yang akan keluar toko.
Ukuran dan harga antena tersebut adalah parameter lain, yang dalam
perancangan antena reader bisa memberikan pengaruh signifikan dalam Tag bertugas menerima sinyal (energi, clock dan data) dari reader,
pemilihannya. dan memancarkan kembali data ke reader, sehingga tag harus juga memiliki
struktur antena. Tuntutan di penggunaannya terhadap antena di tag adalah
Gambar 12.14 menunjukkan antena RFID yang memiliki polarisasi
harga yang murah dan ukuran yang kecil.
sirkular. Polarisasi ini didapat dengan potongan miring pada dua sisi di-
agonal yang berseberangan. Secara elektris, antena tag harus match dengan IC, sehingga energy
yang datang bisa diterima dengan baik. IC memiliki impedansi paralel
*_1, yang besar, antena harus mampu menyediakan rangkaianmatching-nya di
ruang yang sempit tersebut.

IC memiliki
impedansi yang dominan kapasitif bisa di-match
dengan menambahkan induktansi secara serial dan parallel, dengan target
menjadikan komponen riil impedansi beban sama dengan komponen riil
impedansi sumber dan komponen imaj inerkeduanya saling mengompensasi.
Gambar 12.14 Dimensi antena patch dengatt reflector (iarak 2 cm), Contoh berikut ini memvisualisasikan proses matching pada tag.
semua satuan dalam cm
Contoh 12.1: Matching tag
Gambar 12.15 menampilkan faktor refleksi dalam bentuk mutlak Sebuah IC, yang digunakan pada tag sistem RFID memiliki input
logaritma dan dalam diagram Smith. Terlihat pada interval frekuensi 880 impedansi berupa susunan serial resistor 15 ohm dan kapasitor I pF. IC
MHz sampai 970 MHz, kinerja faktor refleksi antena ini sangat bagus ini akan disambungkan dengan antena dipole dengan impedansi berupa
(< -15 dB). susunan serial dari resistansi radiasi sebesar 50 ohm, kapasitansi 0,45 pF
dan induktansi 54 nH. Gunakanlah rangkaian matching L (komponen
dengan struktur seperti alphabet L) pada frekuensi 915 MHz

Jawab:
Kondisi aktual saat ini diilustrasikan dengan bantuan rangkaian
listrik berikut dan diagram Smith (dasar diagram Smith bisa dipelajari dari
tMA09l). Pada diagram Smith ditunjukkan posisi sumber (1-j1,6), posisi
't8.0 seo goo gto eio sso go g6o beban (0,3-j3,5) dan posisi beban matching (1+j 1,6) harus berada.
rim 9ro
hh|d f*rl
Dengan bantuan sebuah induktansi serial (255 ohm, atau 44nH)
Gambar 12.15 Faktor refletcsi dalam dB, marker 1: 900 MHz (-16'7 dB), bisa dikompensasikan reaktansi di rangkaian ini, tetapi resistansi 15 ohm
marker 2: 924 MHz ('19,9 dB), dan marker i: 941,5 (-45,4 dB) terlalu jauh dri 50 ohm.

Antena: Prinsip dan APlikasi Antennas in Action 285


Dengan transformasi L akan dilakukan proses matching,yaitu mem-
bawa beban dari titik beban saat ini ke titik beban matching. Transformasi
L terdiri dari komponen serial diikuti komponen paralel, atau kebalikan-
nya. Di contoh ini digunakan komponen serial di sisi beban, dan kompo-
nen paralel di sisi sumber. Dalam proses perancangan komponen matching
ini digunakan diagram Smith kombinasi impedansi dan admitansi, yang
akan memudahkan secara signifikan penentuan nilai komponen yang harus
ditambahkan (untuk serial besaran impedansi dan untuk parallel besaran
admitansi).

Tahap pertama membawa komponen imajiner dari -j3,5 ke -j, deng-


an menambahkan induktansi serial sebesar j2,5 (125 ohm atat2l,7 nH} Gambar 12.16 menunjukkan antena tag dan IC yang bisa ditemukan
Tahap pertama ini menggunakan diagram Smith impedansi (garis solid)' di pasar. Tag ini diproduksi oleh perusahaan Texas Instrument. Panjang
Langkah ke dua, dengan menggunakan diagram Smith admitansi total antena yang tereduksi menjadi 9 cm (dari yang seharusnya setengah
(garis putus-putus), memindahkan titik dari j0,93 ke -i0,47 , atau dikurangi panjang gelombang, sekitar 16 cm) dikompensasikan dengan pembebanan

sejauh -j1,4 (-j0,028 S atau 6,2 nH)


kapasitif dan struktur yang berliku (meander). Transformasi L diberikan
dengan L seri dan L paralel.
Rangkaian
antena IC L sqial Pembehanan
matching
kapasirtf
I
I
0,45pF 54 nH I
I
21,7 nH i lpF
!
"I
j125C)
50o -j390c,j3l0or 175 Q
!
6,2nH 15c)
-j 28 mS
I
Gambar 12.16 Tag yang diproduksi perusahaan Texas Instrument

Antennos in Action
286 Anteno: Prinsip dan Aplikasi
S edangkan gambar I 2. I 7 bentuk tag lain, yang diproduksi perusahaan standar untuk setiap Laptop. Komputer dengan WLAN card terhubung
Alien Technology ke jaringan melalui sebuah access point yang dihubungkan ke jaringan
computer yang lebih besar. Standarisasinya diberikan di IEEE802.Il.
Tabel12.2 memberikan informasi tentang data-data lapis fisikal dan MAC
untuk WiFi.

Gambar 12.17 Tag yang diprodul<si perusahaan Alien Technologt Tabel 12.2 Standar IEEEB}2.11
Data rate JangI<aqan Jangkquan
,12.4 ANTENA DI WLAN IEEE8O2.I1 f [GHzl
(Mbps)
Modulasi
indoor {nr) outdoor{$)
a 5 54 OFDM <35 <120
Perkembangan teknologi prosesor, sebagai otak dari kornputer, b 2,4 11 DSSS <38 <140
sampai menuju wilayah keriaGHz dan dengan teknik multi-core, membuat 2,4 54 OFDM <38 <140

komputer memiliki kemampuan yang sangat hebat dalam melakukan n 2,4&5 600 OFDM <70 <250

perhitungan-perhitungan yang kompleks. Kemampuan penyimp anan data, Gambar 12.18 menunjukkan contoh antena array dengan empat
baik secara pernanen (hard disk) ataupun tidak permanen{Random Access elemen yang digunakan untuk frekuensi keqa2,45 GHz. Antena ini terdiri
MemorylRAM), menambah nilai sukses dari sebuah komputer. Komputer dari p at c h dengan strukt ur distribus i energinya, dan r efle c t o r yang berj arak
yang rnemiliki kinerja yang tinggi, tetapi tidak terhubung pada sebuah 5 mm dari patch.
jaringan, akan menjadi tidak efektif. Jaringan komputer lokal (Local Area
N etworklL AN) dikembangkan untuk menghubungkan komputer-komputer
pada suatu wilayah yang kecil, misalnya di sebuah kantor atau sekolah.
Standarisasi LAN diberikan melalui IEEE802.3 dengan nama Ethernet.
Setiap komputer yang akan dikoneksi pada sebuah jaringan, harus memiliki
antarmuka jaringan, yang dinamakan Ethernet card (atau LAN card).
Sebuah kabel (biasanya RJ45) menghubungkan komputer itu meialui
LAN card ke sebuah pusatnya yang biasanya digunakan router. Standar
kecepatan LAN dewasa ini mencapai 100 Mbps. Kekurangan mendasar
dari jaringan komputer menggunakan kabel adalah fleksibilitasnya yang
a,l = 2,45 GHz
rendah. Ke setiap komputer harus dipasangkan kabel, yang kemungkinan
harus menembus tembok, atap ruang atau lantai. Dan setiap komputer
terikat oleh tempatrya, tanpa bisa bergerak bebas ke sana kemari. Gambar 12.18 Dota antena dalam mm, dan.foto prototype antena,f :
Wireless Local Area Network (WLAN), yang sering juga disebut 2,45 GHz
WiFi, adalah alternatif menarik untuk LAN. Keuntungan WLAN terhadap Gambar 12.19 sebelah kiri menunjukkan rnodel antena ini, yang
LAN hanyalah pada tidak diperlukannya kabel ke setiap komputer. dianalisa dengan program FEKO. Antena dan reflektornya dimodelkan
Komputer hanya harus memiliki sebuah WLAN card, yang dewasa ini

288 Antena: Prinsip dan Aplikosi Antennos in Action 289


dengan elemen-elemen segitiga yang kecil-kecil. Dua buah lingkaran di
gambar tersebut menunjukkan bidang pengukuran diagram radiasi antena.
Sedangkan gambar 12.19 sebelah kanan adalah faktor refleksi yang di-
dapatkan. Antena ini memiliki faktor refleksi yang lebih kecil dari -10 dB
pada frekuensi kerja 2,435 GHzsampai 2,475 Gl7z.

Gambar 12.20 menampilkan diagram radiasi yang juga dihitung -5


dengan FEKO. Gain yang didapatkan memiliki nilai 13 dBi dengan
beamwidth sekitar 28" di kedua bidang. E -,0
g
'6 -15
o)
Antena ini bisa digunakan untuk aplikasi luar ruang pada hubungan
komunikasi p o int- to -p o int (PzP).

6
'6
I
I
-150 -100 -50 0 50 100 150
s f"l

Gambar 12.20 Diagram radiasi antena, pada kedua bidang utamanya

-oo0oo-
2.4 2.5 2.6
frekuensi [GHz]

Gambar 12.19 Model antena pada program FEKO, dan hasil


p erh it un g a n fakt o r r efl e ks i

290 Antena: Prinsip dan Aplikasi


Antennas in Action 291
Aplikasi Metade
Numerik pada
Antena

13.1 PENDAHULUAN
Di bab 3 tentang persamaan Maxwell dan solusinya ditunjukkan
dasar perhitungan antena secara serius, dengan bermula pada persamaan
Maxwell baik dalam bentuk integral di persamaan (3.1)-(3.a), ataupun
bentuk diferensial (3.5)-(3.8), yang dilengkapi dengan data materialnya di
pemamaan (3.10) dan (3.1l), beserta kondisi batas yang menutup wilayah
pengamatan (untuk ruang bebas digunakan kondisi eksak di fungsi Green
dan dengan pendekatan menggunakan bidang batas penyeraplabsorbing
boundary condition (ABC) atauperfectly matched layer (PML)).

Solusi problematika antena, berupa diagram radiasi, gain, faktor


refleksi dsb., sangat sulit didapatkan secara eksak, yang dilakukan pada
bab-bab sebelum adalah dengan melakukan berbagai macam asumsi yang
secara praktis sering bisa diterima. Yang menjadi pertanyaan adalah,
sejauh mana formulasi pendekatan ini memberikan hasil yang masih bisa
diterima akurasinya. Untuk menjawab hal ini, perlu diketahui prosedur
pensolusian masalah dengan cara yang lebih akurat, sehingga didapatkan
persentasi kesalahan yang akan muncul. Pensolusian yang lebih akurat
dilakukan dengan menggunakan metode komputasi yang berbasiskan
pada perhitungan numerik dari persamaan Maxwell dan turunannya. Ada
banyak metode numerik yang diperkenalkan selama ini. Di buku ini akan
diulas secara singkat beberapa metode, seperti metode persamaan integral,
p1
= - 1,::F -v(-l-v. r)*lvr; (t3.2\
yang biasanya dijawab dengan metode moment (method of momentlMoM)
[*r.t ) p
lHA92, GI08, KO00l, metode elemen hingga (finite element methodl Solusi persamaan (3.19) diberikan di persamaan (3.39) sampai
FEM) [JI02], metode diferensi hingga wilayah waktu (finite dffirence (3.41), untuk struktur permukaan (misalnya permukaan antena hom)
time domainlFDTD) [TA05], metode frekuensi tinggi (seperti geometrical 7(,) = J! c nQ,,'\1 n(r,Va, (13.3)
opticslGO, physical opticslPO, dan uniform theory of dffiactionNTD) Q,

[NA90], dan metode kombinasi beberapa buah metode single di atas, yang dan secara analog solusi persamaan(3.27\ menjadi
dikenal dengan metode hybrid.
F (,) = c, (r, r')un (i')Ao' (13.4)
J!
Ulasan yang diberikan di sini dibatasi pada prinsip kerja, kelebihan o
dan kekurangan masing-masing metode serta contoh aplikasi pada peran-
cangan dan analisa antena. Contoh software yang dikembangkan, baik se-
in?') adalah kerapatan arus listrik yang mengalir di dalam suatu
cara komersial ataupun disebarkan secara bebas (free), juga diberikan di volume i,Q ') dengan wilayah Q = V , ataukerapatan arus listrik mengalir
bab ini. di atas sebuah permukaan yang terbuat dari metal atau dielektrika j, (/ ')
dengan d2= A, atau arus listrik yang mengalir sepanjang sebuah kawat
13.2 METODE PERSAMAAN INTEGRAL (INTEGRAL I,@'h,(i') dengan dl=L. Sedangkanfun! ') adalah kerapatan arus
EQUATION METHOD) magnetis, pada kasus antena terbuat dari penghantar, berlaku funG')= O
. Untuk berikutnya di buku ini dibatasi pada permukaan metal, sehingga
Metode perhitungan yang paling sering digunakan untuk menganalisa
FG)= o.
dan merancang antena adalah metode persamaan integral, karena metode ini
bisa memodelkan ruang terbuka (open boundary condition) yang muncul GuQ,V')adalah fungsi Green, yaitu vektorpotensial magnetis akibat
di problem antena secara eksak melalui fungsi Green. Metode ini pertama kerapatan arus listrik berbentuk impuls Dirac,
kali diperkenalkan di tahun 60-an [HA92]. Dasar dari metoda persamaan
integral adalah eksploitasi persamaan Maxwell dalam bentuk diferensial. GnG,v')=*,# (13.s)

Persamaan-persamaan Maxwell beserta atributnya itu mengarah


Di persamaan (13.3), kerapatan arus listrik yang mengalir di seluruh
pada persamaan gelombang yang diberikan di (3.19) untuk Potensial
permukaan A tidak diketahui besar dan arahnya, sehingga tahap pertama
vektor magnetis tr lurpersamaan (3.27) Potensial vektor elektris F.
adalah memastikan distribusi arus di atas permukaan antena, dengan
Dari solusi kedua persamaan gelombang ini bisa dihitung medan listrik dan
menggunakan bidang batas bahwa medan listrik tegak lurus terhadap
medan magnet sesuai dengan persamaan (3.29) dan (3.30) yang dituliskan
metal, maka antena kawat digunakan
kembali di bab ini
d, . 2171= g (13.6)
n =-ioi-"[#" ;)-io.. (13.1)
d, adalahvektor satuan yang ditentukan oleh orientasi antena kawat.

294 Antena: Prinsip don Aplikasi Aplikasi lietode Numerik pada Antena 295
Dan untuk antena bidang digunakan

ixE1t1=g (13.7)
\
fi adalahbidang normal (tegak lurus) terhadap permukaan antena. ;*n
I
edge dalm

'-------'
Gambar 13.2 Definisi edge dalam dan edge luar, segitiga I dan 2 diapit
3 edge dalam, segitigd 3 diapit 2 edge dalam dan I edge luar

Dengan bantuan edge inilah didefinisikan arus-arus listrik, yang ke-


luar dari setiap titik membesar secara linier, menuju ke edge yang berada
di hadapannya. Dengan menggunakan data di gambar 13.3, edge ij meru-
pakan edge dalam, yang akan memberikan kontribusi arus dengan besar
Gambar l3.l Diskretisasi antena horn menjadi segitiga yang kecil i,FuG) = i,!-!!-
ZAT
(13.e)
Maka untuk kasus antena bidang persaman (13.7) dengan (13.1) dan
(13.3) menjadi i,
adalah amplitudo arus untuk edgj U, yang merupakan edge ke-
n dari keseluruhan edge di problem ini, 0,7(/) adalah fungsi basis yang
n -l- ir!!c u(v,v'V n(,'VA' - hv(v !!c,(i,,)i nr'*'l = o (r3.8) menggambarkan arus di segitiga I ini dari kontribusi edge ij, kontribusi
lainnya di segitiga itu datang dari edge ik dan jk. A, adalah luas segitiga
I ini.
Karena solusi untuk persamaan (13.8) sangat sulit, dilakukan
pendekatan dengan mendiskretisasi seluruh permukaan antena menjadi
elemen-elemen luasan yang kecil, di gambar 13.1 digunakan segitiga yang
kecil, yang dengannya distribusi arus beserta arahnya bisa diaproksimasikan
dengan cara yang lebih mudah, misalnya kombinasi dari beberapa buah
fungsi linier. Fungsi-fungsi linier yang terlibat dalam membentuk arus di
atas segitiga adatigabuah, yang didefinisikan sesuai dengan jumlah sisi
penyusun segitiga. Gambar 13.2 menunjukkan inset pembesaran dari salah
satu bagian dari antena horn di gambar 13.1. Sisi segitiga ini dinamakan
edge, yang merupakan suatu degree offreedom atau variable pada suatu
sistem persamaan linier.
Gambar 13.3 Informasi vektorial untuk penurunanfungsi basis bagi
kerapatan arus

296 Antena: Prinsip dan Aplikasi Aplikasi lAetode Numerik poda Antena 297
Jadi untuk kerapatan arus listrik digunakan pendekatan dengan Maka
N
Jn1;1=I i,F,(r) (13.10)
- ;rt,, .!l
fl E, r;l o,O,r,F,(v, )dA,
n=l n=l Ae Ae

Maka dengan menggunakan persamaan (13.10) persamaan (13.8)


= v[ v
dengan menukar posisi integral dan penjumlahan (tanda sumasi) menjadi hV,,. l)li, r,r l)o ^0,r'F.odA,), (13.12)

- 7rf ,, ; x ![ c nQ,,'fi ,1i' 1dA'


untukz: l. .N.
n=l Ae
Persamaan (13.12) adalah sistem persamaan linier dengan N buah
variabel tak dikenal dan dengan Nbuah persamaan, sehingga secara umum
- hy,,,r, o[o l! c uQ,r'ff,<r've')= o (13.1 1) bisa dijawab dengan inversi matrix.

Kelebihan dari metodepersamaan integral (metode moment) terletak


Persamaan ( I 3 . 1 1) memiliki n variabel yang tidak dikenal, dan hanya pada karakter dari metode ini yang menggunakan fungsi Green, sehingga
bisa dijawab, jika tersedia r buah persamaan. Untuk mendapatkannya syarat batas radiasi di ruang yang terbuka dipenuhi secara otomatis. Metode
digunakan metode momen (prosedur Galerkin), dengan mengalikan secara ini, jika struktur yang diamati dalam besaran panjang gelombang, bekerja
titik (scalar product) persamaan tersebut dengan d.,(7), yang maka dengan cepat dan memberikan hasil yang sangat akurat.
F,(r)=frxd,(i), adalah fungsi basis untuk tetrahedral (sebagai versi
Kekurangan metode persamaan integral adalah kerumitannya, jika
tiga dimensi dari segitiga) yang akan dipakai pada pembahasan metode struktur yang diamati memiliki inhomogenitas material yang tinggi.
elemen hingga narti (finite element methodlFEM), dengan n: l. . N.
Ada banyak software komersial yang dikembangkan dengan berbasis
Dan mengintegralkannya untuk wilayah segitiga tempat setiap pada metode persaman integral, misalnya FEKO (www.feko.info), Wipl-
d berlaku, sehingga didapatkan D (www.wipl-d.com) yang bisa mensimulasikan
"(7) problem umum tiga
dimensi di ruang bebas. Sonnet (www.sonnetsoftware.com), Microwave
- r.JI a ^g1.f r, nx ![ c ^(i,i'fi,1i' 1d.e' Office AWR (web.awrcorp.com), IE3D Zeland (www.zeland.com) yang
Ae n=l Ae
bisa menghitung antena mikrostrip di struktur berlapis planar.

Sedangkan programfree yan1bisa didapatkan di internet misalnya


= a o[o' c
hl" ^(i)'i,,,,. [,[
^F,,"F,c)dA) Mstrip40 (http:llrze-falbala.rz.e-technik.ftr-kiel.de/-splitt/hnnUmstrip.
htm) untuk antena mikrostrip. NEC2 (www.nec2.org), MMANA (http://
Dengan hubungan vektor, www.smeter.net/antennas/mmana.php) dan mininec (www.emsci.com)
bisa digunakan untuk menghitung antena kawat. Sonnet, FEKO dan Wipl-
A.$"8)=-fu"a) e
D menawarkan versi lite yang bisa didownload.

298 Antena: Prinsip dan Aplikasi Aplikasi lAetode Numerik pada Antena 299
Metode elemen hingga bermula pada sebuah fungsional. Fungsional
13.3 METODE ELEMEN HINGGA (FlNlTE ELEMENT adalah istilah yang dikenal di matematika terapan,yang artinya fungsi dari
METHOD) suatu fungsi. Fungsional ini harus diminimalkan sesuai dengan kondisi
d IFEM) adalah metode yang terjadi di alam, selalu menuju pada energi yang paling rendah.
Metode elemen hing ga (F ini t e E I em en t Me t h o
Dengan melakukan pengamatan pada tetrahedral, maka setiap elemen
numerik yang paling sering dipakai di disiplin rekayasa. Terutama di teknik
memiliki enam buah edge, yang masing-masing berupa variabel yang akan
sipil dan teknik mesin, FEM digunakan cukup intensif untuk menghitung
performansi gedung, jembatan ataupun mesin, dan perambatan panas dan dikalikan dengan fungsi basis d, (i) . Proses ini akan mengarah seperti
pada rnetode persamaan integral, pada sebuah sistem persamaan linier,
fluida di struktur teknik mesin.
yang bisa disolusikan dengan aljabar linier, baik dengan cara konvensional
(eliminasi Gauss) ataupun secara iteratif.

FEM adalah metode yang bekerjapada problem tertutup. Sehingga


untuk aplikasi antena, haruslah digunakan batasan fiktif, yang bertugas
untuk menutup ruangan yang akan diamati dan didiskretisasi. Permukaan
penutup wilayah kerja ini adalah bidang yang memiliki sifat absorbing
boundary conditions (ABC), atau permukaan yang berbentuk lapisan-
lapisan yang mampu menyerap gelombang dating (pedectly matched
layer/PML). Atau sebagai alternatif, FEM dikombinasikan dengan metode
persamaan integral sebagai metode hibrida.
Gambar 13.4 Diskretisasi sebuah antena miktrostrip berpolarisasi
Metode komersial yang berbasiskan FEM misalnya program High
eliptk dengan besar elemen tetrahedral yang berbeda-beda
Frequency Structure Simulator (HFSS) yang dikembangkan oleh peru-
Di teknik elektro, FEM biasa dipakai pada aplikasi frekuensi rendah, sahaan Ansoft (www.ansoft.com). Sedangkan program yang disebarkan
misalnya pada simulasi mesin listrik, transformator. secara bebas di internet contohnya ElectroMagnetic Analysis Program/
EMAP (www.cvel.clemson.edu/modeling/EMAc/EMAP0.
Untuk aplikasi antena secara umum, FEM bisa memodelkan problem
yang memiliki dielektrika yang beraneka-ragam. FEM mendiskretisasikan
volume yang dimilikinya ke dalam volume yang kecii-kecil, biasanya 13.4 METODE DIFERENSI HINGGA WILAYAH
digunakan tetrahedral. Gambar 13.4 menunjukkan diskretisasi yang WAKTU (FlNlTE DIFFERENCE TIME DOMATN)
berbeda-beda dari sebuah antena mikrostrip. Gambar bagian kanan bawah Metode diferensi hingga adalah metode yang sangat mudah di-
menunjukkan bagian dalam dari antena (dielektrika) untuk diperlihatkan mengerti. Dasar dari metode ini adalah penggunaan diferensi (pengurang-
pembagian volume secara detail. Setiap tetrahedral yang kecil ini bisa an) sebagai pengganti diferensiasi.
memiliki material yang berbeda-beda, tanpa memperkompleks problema
Dengan menggunakan kasus satu dimensi, pengamatan propagasi
yang harus disolusikan. Matriks yang terbentuk dengan FEM biasanya
gelombang ke arah z danharrya terdapat komponen E,dan I1r, persamaan
juga hanya terisi sedikit (disebut juga sparse matrix), yang relatif lebih
(3.5) dan (3.6) menjadi
efi sien untuk diinversikan.

Aplikasi hletode Numerik pada Antena 301


300 Antena: Prinsip dan APlikasi
Garnbar 13.5 menunjukkan skema leapfrog yang perumusannya
aH,
_---Y aE,
+F"-,
aE* tdHy-1J",y
I
(13. l3) dinyatakan di persamaan (13.15) dan (13.16).
dz -.7""'''- at - -=dt e dz t
Pada persamaan (13.15), Ei., adalah medan listrik pada posisi i

* + - !' -i*-i'', (r3.14) (dalam satuan panjang i dz, dengan dz diskretisasi ke arah z) pada waktu n
= -r *., -t =
(dalam satuan waktu n dt, dengan dl diskretisasi waktulsarnpel waktu pada

Persamaan (13.13) menerangkan medan listrik yang berubah den- pengamatan), dan Ej'lt adalah nilainya pada step waktu sebelumnya,yang

gan waktu pada suatu posisi tertentu berhubungan dengan kerapatan arus pada step waktu pertama m : I di-set dengan nilai 0.
listrik di tempat yang sama, dan perputaran medan magnet (akibat curl Hijt.!t?, dan Hi,ltlzadalah medan magnet yang berada ada waktu
VX) mengitari medan listrik tadi sesuai aturan tangan kanan. Merujuk antara medan listrik sekarang dan terdahulu, dengan posisi mengapit medan
pada gambar 13.5, kita bicara tentang segiempat yang diarsir listrik itu. Sedangkan .I! ,t.!2 adalahsumber eksitasi pada posisi yang sama
')
- Eij'= t( nij'1,?, - H;it-!t?r I ,,-,,,
Ei., dengan medan listrik.
-- N -;[ Dengan persamaan (13.16) dihitung medan magnet dengan cara
^, )-;"'*''
yang sama. Jadi medan listrik dan medan magnet saling menghasilkan
H;,:71, Hi::l'7,
ET,,=EI:I
:#[ Lz
o't""'' (13.1s) seperti halnya perambatan gelombang yang sebenarnya.
)- Untuk kondisi dua dimensi (H", E, dan Er), persamaan Maxwell
Dan persamaan (13.14) menghasilkan, dengan segiempat yang menjadi
ortogonal di gambar yang sama aH- aH- -
- -ffU, aE- - dEu
-
=J +J +effa, +e
Hiil,?, - Hi,,ii,?, _ _t ( r:.,u - o:,,
')_
1r"m'Y'i+tt2
;U, ".d, ".rd, U;4,

^t rrl & f i" aE,=itaH, I ,


-;""'' (13.17)
= a, a,
u - E i,t> N L r i,,,,*,,, (l l6)
H ;:ii,?, = H i,ll,7,
i# @ !,, 3.
aE, raH-
--Z
l-
.,-;""''
' at a*
(13.18)

X7
dEu
' _ AE, _ ..aH, a,
-
- - --: a, = -J
a - ll--al-
+ Ex'dydt ^.rQ,
v r.r !ll'

1
J
aH- I aE- t AE" I I
--------l-
(l 3.1e)
il r.ay pDx $"^'' -:--

Gambar 13.5 Proses perambatan medan listrik dan rnagnet dengan Dengan persamaan (13.17) dan (t 3.18) masing-masing bisa dihitung
kordinat posisi yang bergantian untuk keduanya, iuga waktu, disebut nilai E dan Erpada waktu aktual di setiap titik
skema leapfrog

Aplikasi l,Aetode Numerik pada Anteno 303


302 Anteno: Prinsip dan Aplikasi
g
:,,ri-r, z - E !,,1i r z
-t
n:;)1'z-n:;)li, _Lr ,!7 H:::j' - H:;:l' _ t El,i,j*trz - E,|,i,j_trz
-;r e'x'i'i-rt2
Lt Ly Lt Ly

uL - Ei,i*riz,i_:J:
# Q, ::ll' - H i,' I ?,) 4,'
L y,i+1.2,.j I
E 1.,,i
-,,, = E i,|i -t r z. : 1.] -r r z (r3.20)
AI
n rn-l
^ Ly,i+,2.i
,- H::iii - H:::j: \-l ,,-rt2 -
=-;[t(
Dy.i+,2,i , H:j,'l, = H:;,,1, .i#br.,.i+uz- EI.i,,_,,,)
N "''''"''''i
^, )-i"
- - ni,,-,,,,i)- t' ! t i,,,,,,
y -ii!r::'l!,?, - n::il') *lt:;,1:,r2,1 o3 '2r)
2,i (13.22)
l1,,,*rrz,i
, = Ei,,l*vz.i i*b;,,+,
Perusahaan Remcom (www.remcom.com) menawarkan software
yang berbasiskan FDTD dengan nama XFDTD. Rilis terbarunya adalah
i+7 XFDTD version 7. Gambar 13.7 menunjukkan gambar antena inverted FL
yang bekerja pada dua frekuensi (dual band), yaitu pada 2,45 GHz dar. 5,2
I I
GHz.
i+t/2
I I
v
j t,rl
k' ---------w
modificd
/-"parasitic
v*I-
i
A,
I I
H']-d; -i- H,'->
j-1/2
I I

j-1

't* x
i-1/2 i+7/2 i+7

.*--* --t-
L*
Gambar 13.6 Visualisasi struktur medan listrik E,dan Erdan medan
rnagnet H, di wilayah perhitungan dua dimensi Gambar 13.7 Geometri antena inverted FL dual band 2,45 GHz dan 5,2
GHzl
sedangkan persamaan (3.19) memberikan formula untuk menghi-
ttng H, I Nakano, Sato, Mimaki. "An Inverted FL Antenna for Dual-Frequency Operation." IEEE
Transactions on Antennas and Propagalion, vol. 53, no. 8,pp.2417-2421, August 2000.

3M Antena: Prinsip don APlikasi Aplikosi lletode Numerfk pada Antena 305
2,45 GHz 5,2 GHz 13.5 METODE FREKUENST TtNGGt (HtcH
V *_l__- FREQUENCY METHODS)
theo.
exp.o o 0 Pendekakn yang dilakukan pada metode frekuensi tinggi berbeda
dengan yang dikembangkan pada metode perhitungan di bagian sebelum-
VSWR
r\a - 4.0 mm nya. Metode yang berbasiskan pada pendekatan optik ini sangat efisien
A* f,
J.0 mnr penggunaannya, tetapi mensyaratkan benda-benda yang terlibat harus
sangat besar. Semakin besar benda ini, semakin akurat perhitungannya,
oleh sebab itu metode frekuensi tinggi dinamakan juga metode asimtotik
(asymptotic methods).

Dasar dari pendekatan asimptotik adalah integral arus pada suatu


luasan untuk menghitung medan listrik/magnet yang dihasilkannya pada
't 3 4 5 6 '? suatu titik pengamatan tertentu yang biasanya cukup jauh dari sumber arus.
Frekuensi IGHzI Jika bidang integrasi cukup besar, yang ditandai dengan perbandingan luas
wilayah ini dengan kuadrat dari panjang gelombang X2 adalah angka yang
Gambar 13.8 Perbandingan vswRyang dihitung dengan xFDTD dan besar, maka integrasi bisa dipermudah dengan hanya mengamati titiktitik
pengukuran 'panas' (hot spots) tertentu saja. Hot spots ini muncul karena hanya di
Gambar 13.8 menampilkan hasil perhitungan dengan XFDTD yang titik-titik ini integrasi tidak saling terkompensasi menuju nilai nol, akibat
dibandingkan dengan hasil pengukuran. kondisi titik yang berada pada posisi ekstremal (saddle points). Karena
perbandingan luas dengan fu2 harus besar, bisa pula terjadi jika l" bernilai
Software komersial lainnya adalah CST Microwave Studio Suite,
kecil, atau frekuensi kerja sangat besar.
yang berbasiskan Finite Integration TechniquelFlT, yang rnerupakan va-
rian dari FDTD tetapi beracttan pada persarnaan Maxwell bentuk integral, Dalam evaluasi integrasi dan ditemukannya hot spots ini, penelitian
produk ini bisa ditemui di alamat www.cst.com. Empire yang dikembang- metode frekuensi tinggi berhasil mengkorespondensikan titik+itik ini
kan oleh perusahaan IMST (www.empire.de), dan semcad (www.semcad. sebagai titik refleksi dan titik difraksi gelombang elektromagnetika yang
com). mengenainya, sehingga dengan berhasil dilokalisirnya titik-titik penting ini,
medan listrik/magnet di pengamatan bisa didapatkan dengan menghitung
Ada banyak software yang secara cuma-cuma bisa didapatkan di
kontribusi langsung (direct wave atau line of sightlLos),kontribusi refleksi
internet dan sebagian diberikan dalam bentuk source code, baik dalam
(refiected waves) dan kontribusi difraksi (diffracted waves),
bahasa Matlab/octave, c, c++ ataupun Fortran. Misalnya JFDTD (http:l/
www.thecornputationalphysicist.com/jfdtd.html), MEEP (http://ab-ioitio. E 1t1 = E''" (i) +\ E *,, 1r1 + \ E o., 1r1 (13.23)
ij
mit.edu/wiki/index.php/\rIeep). Kumpulan program untuk Matlab/Octave
diberikan di site http://www.uni-kassel.delfbl6ltetlmarklein/nfti- e.html. Refleksi terjadi akibat gelombang elektromagnetika mengenai se-
buah bidang, dan di sana berlaku hukum refleksi (sudut refleksi sama be-

306 Antena: Prinsip dan APlikasi Aplikasi l etode Numerik pado Antena 307
Sedangkan medan listrik di titik pengamatan harus dihitung dengan
sarnya dengan sudut datang). Jika titik sumber l' , titik pengamatan i dan
memperhatikan faktor divergensi gelombang dari titik refleksi ke titik
infonnasi bidang diberikan, dengan bantuan geometri bisa ditentukan titik
pengamatan, beserta pergeseran phasanya.
refleksi To,yaitu dengan mencerminkan antena ke bidang, dan dari titik
antena cerminan ini ditarik garis menuju titik pengamatan (gambar 13.9). Persoalan ini menjadi relatif mudah, karena perambatan gelombang
Jika garis tersebut menembus bidang, seperti pada titik pengamatan 1 dan berlangsung di udara yang homogen, dan gelombang merambat melalui
2, maka ditemukan titik refleksi ro . jalur lurus dari suatu titik asal ke titik tujuannya. perubahan phasa juga
veklor normal
terjadi secara linier, sedangkan amplitudonya mengecil (gelombang ber-
posrsi titik pengamuan Ii
anlerra bidang
divergensi) sesuai dengan aturan kekekalan energi. Fenomena ini dibahas
it titik pengamalan 2 r dalam suatu disiplin yang dinamakan optik geometris (geometrical optics
o / GO).
tirik pengamalan 3 i
1 rejtehsi 7r,.Y
a -' --"

Antena cerminan

Gambar 13.9 Refleksi gelombang pada sebuah bidang datar


Gelombang refleksi di titik pengamatan bisa dihitung dengan
mengetahui medan listrik/magnet yang dipancarkan antena di titik refleksi
(sebelum terjadi refleksi) fii" (va). Dengan mengalikan medan listrik/
magnet ini derrgan faktor refleksi didapatkan medan sesudah terjadinya
refleksi E^(/o). Faktor refleksi pada sebuah bidang penghantar ideal
adalah I dan -1, tergantung apakah medan listriknya tegak lurus atau Gambar 13.10 Fenomeno difraksi sebagai kompensasi medan di tiga
parallel terhadap bidang tersebut. Secara umum, medan listrik memiliki wilayah iluminasi
kedua komponen ini, sehingga medan listrik refleksi dihitung dengan Go gagal bekerja jika terdapat diskontinuitas bidang refleksi.
menggunakan tensor refl eksi, Diskontinuitas bidang refleksi maksudnya, bidang refleksi memiliki ujung.
-
R=l
l-r ol I (t3.24)
Di problem ini akan terbentuk wilayah LoS yang di dalamnya terdapat
L0 - r.J gelombang lansung (Los), wilayah refleksi yang di dalamnya terdapat
gelombang refleksi dan adanya wilayah bayangan, yang ke dalam wilayah
Dan medan listrik refleksi (pada titik refleksi), didapat dengan ini tak ada gelombang langsung atau refleksi yang masuk (gambar 13.10).
E *(in) = R' E"'" (Vn) (13.2s) Sehingga akan terbentuk dua buah batasan. pada kedua batasan ini terjadi
diskontinuitas gelombang, yang tak boleh terjadi di fisika.

3AB Antena: Prinsip dan Aplikasi Apli kasi l(etode Numeri k pado Anteno 309
Keller [NA90] memperkenalkan metode difraksi geometri untuk
but juga metode hibrida, bertujuan untuk mengeksploitasi
menerangkan adanya gelombang difraksi jika mengenai pinggiran bidang. kelebihan setiap
metode dan mengeliminasi kelemahannya.
Gelombang difraksi ini akan masuk ke semua wilayah, tennasuk ke
wilayah bayangan. Di kedua batasan, gelombang ini akan mengompensasi Kombinasi MoM dan FEM rnenghasilkan metode yang mampu
diskontinuitas, sehingga medan listrik dan magnet menjadi kontinyu" menganalisa antena yang rnemiliki struktur yang tak hanya
terbuat dari
Teori difraksi yang paling sering dipakai dewasa adalah Unifurrn Theory metal, tapi juga mengandung dierektria yang tidak homogen.
contoh
o.f Diffraction (UTD). sederhana adalah antena mikrostrip di gambar 13.4. Metode
FEM sangat
efisien untuk memodelkan inhornogenitas, tetapi tidak mampu
Tempat terjadinya difraksi (titik difraksi) bisa juga ditentukan secara memodelkan
bidang batas yang terbuka (open boundary condition), sebariknya
geometris. Dan seperti halnya pada refleksi, pada difraksi juga diperkenal- MoM
memiliki kemampuan menghitung masalah terbuka dengan eksak.
kan tensor difraksi, yang untuk perhitungan detailnya bisa didapatkan di
lNAeOl. Kombinasi FEM dan MoM ini dilakukan dengan merakukan
dekomposisi wilayah penggunaan kedua metode tersebut (gambar
Kelebihan metode frekuensi tinggi ini adalah tuntutan memori kom- 13.r 1).
Pada interfuce keduanya, kontinyuitas komponen tangensial
puter (RAM) yang kecil dan tak tergantung frekuensi, juga prosesnya yang dari medan
listrik dan medan magnet harus dijaga. Sehingga akan didapatkan
mudah untuk diamati. dua buah
sistem persamaan linier yang saling terkait satu dengan lainnya.
Kekurangannya adalah hanya bekerja pada struktur yang sangat be-
sar dibandingkan dengan panjang gelombang, dan kesulitan dalam penen-
tuan titik+itik refleksi difraksi pada struktur dengan dielektrika.

Perusahaan Ticra (http :/&vlvw.ticra.comO menjual software GRASP9


yang bisa menganalisa antena parabola. Software ini menggunakan metode
moment, GO dan UTD. Edisi mahasiswa juga bisa didownload di website di
atas. Software FEKO juga menawarkan opsi GO dan UTD, yang biasanya
dikombinasikan menjadi metode hibrida dengan metode moment.

Karena UTD sering kali dipakai untuk simulasi perambatan gelom- Gambar l3.ll Dekomposisi bagian daram dimoderkan oreh FEM dan
bang untuk analisa sistem seluler, banyak software yang dikembangkan wilayah luar dengan metode persomaan integral (MoM)
untuk analisa ini, misalnya Radio Propogation Simulators (www.actix.
Solusi dari sistem persamaan ini didapat dengan bantuan inverse
com/radioplan_rps/).
matrix, baik secara langsung ataupun iteratif. pustaka
tvo06] memberikan
prosedur perhit,ngan secara detail dengan contoh-contoh
13.6 METODE HIBRIDA aktual.
Jika problem yang dihadapi adalah antena yang memiliki
Seperti yang diperkenalkan pada bagian sebelumnya, setiap metode reflektor
yang besar, atau bidang metal yang akan menyuritkan
yang ada memiliki kekurangan-kekurangan yang tak bisa dihilangkan. kita daram mem-
bahasnya, yang dikarenakan proses diskretisasinya
Kombinasi metode-metode perhitungan ini satu dengan lainnya, yang dise- memberikan jumlah
elemen yang sangat banyak, sehingga membutuhkan
RAM yang sangat
310 Antena: Prinsip don Aplikasi
Aplikosi fuletode Numerik poda Anteno
311
besar bahkan terlalu besar dibandingkan RAM yang tersedia. Di karena-
kan struktur ini juga memiliki potongan antena yang kecil, teori diffraksi
(UTD) juga tidak bisa digunakan secara utuh. Oleh sebab itu metode hi-
brida kombinasi Metode persamaan integral (MoM) dan UTD menjadi al-
ternatif yang sangat bagus.

Daftar Pugitaka

[AL07] Ben Allen, et al (eds.), uhra-wideband Antennas ond propagation


for Communications, Radar and Imaging, Wiley, New Jersey ,2007.
Gambar 13.12 Kombinasi MoMdan UTD [8A89] constantine Balanis, Advanced Engineering Electromagnetics,
Wiley, New York, 1989.
Hal penting yang ada di kombinasi MoM dan UTD adalah, diperha-
[BA05] constantine Balanis, Antenna Theory, Anolysis and Design, 3d
tikannya struktur UTD yang menyebabkan terjadinya perubahan arus pada
ed., Wiley, New york,2005.
struktur MoM. Di gambar l3.l2hal ini ditunjukkan pada interaksi antar-
elemen di antena melalui misalnya refleksi pada bidang datar [BE07] Jennifer T. Bernhard, Reconfigurabre Antennas, Morgan &
[MA0l].
Claypool pubI.,2007.
Kombinasi antara MoM, FEM dan UTD juga diperkenalkan di re-
[8H09] Rashid A. Bhatti, J.-H. Choi, S.-O. park, euad_band MIMO
ferensi [MA0l].
Antenna Array for portabre wireress communicarions Terminars,
Software komersial yang menawarkan kemampuan kombinasi be- IEEE Antennas and Wireless propagation Letters, vol. g, 2009, pp.
berapa metode misalnya FEKO, SuperNEC (www.supemec.com), dan 129-132.
GEMACS (www.gemacs.com). ltsL07] Jean van Bladel, Erectromagnetic Fierds,2nd ed.,IEEE press, New
Dengan kemampuan terbatas, SuperNEC untuk akademisi disediakan Jersey, 2007.
secara cuma-cuma selama safu tahun. [cH09] Zhi Ning chen, K.-M .Luk, Antennasfor Base stations in wireless
Communications,McGraw Hill, New york, 2009.
-oo0oo-
[Do08] Daniel Dobkin, The RF in RFID, Newnes, Burlington, MA.,
2008.

312 Anteno: Prinsip don Aplikosi


[GA0 I ] Ramesh Garg, et al., Microstrip Antenna Design Handbook, Artech
[OCTxx] Octave, http://www.gnu.org/softrv arel octav el
House, Boston,2001. [PA06] Chinthana J. Panagamuwa, A.
Chauraya, J.C.Vardaxoglou,
Frequency and beam reconfigurable antenna using photoconductiong
tGIO8l Walton C. Gibson, The Method of Moments in Electromagnetics,
switches, IEEE Trans. On Antennas and Propagation, vol. 54, no. 2,
CRC, Boca Raton, Fl. 2008.
February 2006.
lHA92l Roger F. Harrington, Field Computation by Moment Methods,
IEEE Press, Piscataway, NJ, 1992. [PO82] Branko D. Popovic et al, Analysis and Synthesis of Wire Antennas,
Wiley, Chichester, 1982
[JI02] Jianming Jin, The Finite Element Method in Electromagnetics,2nd
ed., Wiley, NY,2002. [ST98] Warren L. Stutzman, G. A. Thiele, Antenna Theory and Design,
2nd ed., Wiley, New York, 1998.
[KO00] Branjo M. Kolundzija, J.S. Ognjanovic, T.K. Sarkar, WIPL-D:
Electromagnetic Modeling of Composite Metallic and Dielectric [TA05] Allen Taflove, Susan C. Hagness, Computational Electrodynamics :
The Finite-Dffirence Time-Domain Method, 3rd ed. Norwood, MA:
Structures, Software and User's Manual, Artech House, Boston,
Artech House,2005.
2000.
[TU09] Engin Tuncer, B. Friedlander, Classical and Modern Directional-
tKROll John D. Kraus, R.J. Marhefka, Antennas for all Applications,3'd
of-Arrival Estimation, Academic Press, Burlington, MA., 2009.
ed., McGraw Hill, New York, 2001.
[VO06] John L. Volakis, K. Sertel, B.C. Usner, Frequency Domain Hybrid
IKRE98] Erwin Kreyszig, Advanced Engineering Mathematic,s, 8'h ed.,
Finile Element Methods for Electromagnetics, Morgan & Claypool
McGraw Hill, New York, 1998.
Publ.,2006.
[MATxx] Matlab, www.mathworl<s. com.
[WAgl] Wadell, 8.C., Transmission Lines Design Handbook, Artech
[MA01] Mudrik Alaydrus, Hybridmethode zur Loesung komplexer House, 1991.
elektromagnetischer Feldprobleme: Kombination der Finite-
Elemente-Methode, eines Integrationsgleichungsverfahrens und [WI07] Werner Wiesbeck, Antennen und Antennensysteme, Vor-
lesungsskriptum Universitaet Karlsruhe, 2007 .
der Vereinheitlichten Geometrischen Beugungstheorie, Dissertation
University Wuppertal, 2001 (dalam bahasa Jerman) bisa diakses di [WIT09] Tilmann Wittig, V. Sokol, MIMO Antenno Simulation, UGM
/ 2009, Darmstadt.
http://elpub.bib.uni-wuppertal.de/edocs/dokumente/fb I 3/diss200 I

alaydrus/dl30l07.pdf http : //www. cst. com/Content/Documents/Events /UG M2 009 / 3 - I -4 - MI MO-


df
A nt enn a - S imu I at io n. p
[MA09] Mudrik Alaydrus, Saluran Transmisi Telekomunikasl, Graha
Ilmu, Jogjakarta, 2009. lZH04)5. Zhang, G.H. Hufl J.Feng, J.T. Bernhard, A pattern reconfigur-
able microstrip parasitic aruay, IEEE Trans- On Antennos and Prop-
lMAF0gl Mudrik Alaydrus, Planor antenna design controlled by simulated
agation, vol. 52, no. 10, October 2004.
annealing,Frequenz, vol. 63, no. 7-8,2009, pp. 139-143
-oo0oo-
tNAgOl D.A. McNamara, Q.W.I. Pistorius, J.A.G. Malherbe, Introduction
to the untform Geometrical Theory of Dffiaction, Artech House,
Mass., 1990.

Aplikosi Doftor Pustoko 315


314 Antena: Prinsip dan
Elosarium

Array Fqctor Faktor yang terbentuk karena penggabungan beberapa


buah antenna.
Bandwidth Lihat lebar pita.
Beamwidth Lihat lebar paflcaran.
Broadca.gt Pemancaran ke segala arah.
Diagram radiasi Polapancaran antena yang menggambarkan, bagaimana
energi yang dipancarkan antena terdistribusi di ruang.
Dipol Jenis antena yang menggunakan kawat.
Direktif Antena direktif memiliki kemampuan mengarahkan
energinya ke arah tertenfu.
EIRP Equivalent Isotrop Radiated Power, daya pancar yang
di-ekuivalensikan dengan antena isotrop.
Faktor refleksi Besaran yang menggambarkan besaran sinyal yang
direfleksikan kembali oleh antena ke pemancar. Jika
diberikan dalam dB, maka nilai mutlaknya adalah
return loss.
FDTD Finite Dffirence Time Domalr, metode numerik
menggunakan prinsip diferensi hingga, diskretisasi
segiempat.
FEM Finite Element Method, metode numerikyang mendis- Monopol Jenis altena yang menggurakan kawat, seperti dipole,
loetisasikan ruang pengamatannla dengatr tetrahe- tapi hanya satu tangkai, sebagai gatti tangkai ke dua,
dral. digmakan ground.
Fractal Jeds a.Dtena yang memiliki sifj,t sev-sirnilarily drn Multiband Ar ens yang memiliki karakter yang baik pada bebe-
memiliki karakter multiband. rapa wilayah frekuensi kerjanya.
Gair Gaindarisebuahutenalebihbersrtibesarpemfokusan Nirkabel Tanpa kabel (wr'reless).
energy yang bisa dilakuko a ena tersebut ke suatu Omnidireksional Antetra yatrg memancarkan energitrya sama rata pada
arah t6tenhr. suatu bidang teltenfu.

Helix Jenis antena ysng biasanya mengunakan kawat yang Polarisasi Arah orie asi medatr listrilc
berputar sepertipegas. Point to Poiht Kommikasi dari suatu posisi ke satu posisi lain meng-
Hom Jenis antena yang menggun*at waveguide, yurg di- gurakan antem dengan gain tinggi (sangat fokus).
potong pada penampatrgnya. Recorfgurable Jeds antena yarg bisa dikonfigurasi kamkier keda-
Isotrop Antena yang memancarkan energinya sama mta ke [ya.
semua amh. Reflektor Jenis antena yang menggunakan pemantul berbentuk
Irbar pita Interval frekuensi kelja antena yang memiliki karaker p.rabola untuk lebih memfokuskEr eneryinya.
sesuai dengan spesifikasi,sng diminta. Loss
Retum Lihat faktor refleksi.
LEbar parcaran Wilayah efektif pemaocaran energi dari sebuah atr- RFID Radio Freque cy ldeitification, sistem ntukabel yang
teda. digmakan untuk heqidentiflkasi berda.
Medan dekat Wilayah di sekitar antena, dishibusi rnedan listrik dan tIfD UniIorfirTheory ofDiflraction, metode ftekuensitinggi
magrct sangot kompleks. yang menggunakrm gelombary refleksi dan difiaksi
Medaajauh Witayah yang agakjauh dari anteoa, medan listrik dan u uk menggambarkal efek timbal balik gelombang
mapet saling tegak luus. Biasanya dalam kotrdisi di dan he,da
wilayah ini antem dipergunaka[ WA Vector NetworkA alwr, alatukuruntukmetre ukan
Mikostrip Jeris antena yang menggumkan Pinted Cirait Board faktor refleksi dari antenna.
(pCB). Voveguide Salah satu jenis salu'an tralsmisi yang diguakafl
MIMO dengat
Muttiple ltput Multiple Orrprr, sistem aDte[a pada frekuensi tinggi, biasanya berbentuk segiempat,
beberapabuah antena baik dipemarcar atau di peneri- li4karan atau elips.
m4 yang bertujuan melaikkan data-rare pengiriman Yagi-Uda Jenis antena Yagi-Uda adalah antena anay dipole,
inforrrasi. yang terdiri daxi dipole yaf,g di-drive, dipole reflek-
MOM Method of Mo ent, metode rumerik yang menggu- tor dan dipole direkto!. Yagi dan Uda adatah penemu
nakan fungsi Cree!, sehiogga bisa memeluhi karakler antena ini.
radiasi secara eksak. -oo0oo-

318 Antena: PrinsiP dan APlikasi Glosarium 319


Tentang Penulis

udrik Alaydrus lahir tahun 1971 di Jakarta. Tahun 1997 ia


mendapatkan gelar Dipl.-Ing di bidang Teknik Elektro dari
Universitas Hannover, Jerman. Dari tahun 1997 sampai2002
ia menjadi staf pengajar dan peneliti di kelompok riset Elektromagnetika
Universitas Wuppertal, Jerman. Sejak awal 90-an penulis mendalami
bidang aplikasi elektromagnetika di teknologi telekomunikasi khususnya
pada teknologi frekuensi tinggi dan dikenal sebagai expert dalam bidang
Computational Electromagnetics. Hasil penelitiannya dirangkumkan
dalam disertasi doktoralnya di Universitas Wuppertal tahun 2001. Hingga
kini hasil penelitiannya bisa ditemukan di jurnal-jurnal nasional dan
internasional, seperti IEEE, dan disitasi oleh Google Scholar. Sejak tahun
2003 penulis menjadi dosen tetap di Universitas Mercu Buana, Jakarta,
mengajar dan meneliti di program sarjana dan pasca sarjana. Mudrik
Alaydrus adalah dosen profesional bersertifikat dan anggota IEEE dan
VDE. Penulis bisa dikontak melalui email: mudrikalaydrus@yahoo.com.

-oo0oo-

Anda mungkin juga menyukai