Oleh:
Syahid Alhakim Marzali
NIM 712020054
Pembimbing:
dr. Ridhayani, Sp.A
LAPORAN KASUS
BERAT BAYI LAHIR RENDAH
Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik di SMF Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Palembang
BARI Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Penulisan
laporan kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat dalam mengikuti
kegiatan Kepaniteraan Klinik di SMF Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum
Palembang BARI pada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa kepaniteraan klinik sampai pada penyusunan laporan kasus ini,
sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan referatini. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1) dr. Ridhayani, Sp.A selaku pembimbing yang telah menyediakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan
kasus ini;
2) Rekan sejawat serta semua pihak yang telah banyak membantu penulis
dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan kasus ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH..........................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan.............................................................. 2
1.3 Manfaat................................................................................. 2
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................37
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
sebesar 10,2%, lebih rendah dari tahun 2010 yaitu 11,1%, terjadi penurunan
persentase BBLR sebesar 0,9%.1
WHO juga mengatakan bahwa sebesar 60–80% dari Angka
Kematian Bayi (AKB) yang terjadi disebabkan karena BBLR. BBLR
memiliki risiko lebih besar untuk mengalami morbiditas dan mortalitas
daripada bayi lahir yang memiliki berat badan normal. Di Indonesia sendiri,
menurut Survai Demogafi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 angka
kematian perinatal di Indonesia sebanyak 26 bayi per 1000 kehamilan.
Sebanyak 30,3% kematian neonatal disebabkan oleh bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) dan prematur.2,5
1.3 Manfaat
1.3.1 ManfaatTeoritis
a. Bagi institusi, diharapkan laporan kasus ini dapat menjadi sumber
ilmu pengetahuan dan sebagai tambahan referensi dalam bidang ilmu
kesehatan anak terutama mengenai berat bayi lahir rendah.
b. Bagi akademik, diharapkan laporan kasus ini dapat dijadikan
landasan untuk penulisan karya ilmiah selanjutnya.
1.3.2 ManfaatPraktis
Diharapkan agar dokter muda dapat mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh dari laporan kasus ini dalam kegiatan kepaniteraan klinik
senior (KKS) dan diterapkan di kemudian hari dalam praktik klinik.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identifikasi
Nama : By. Ny. E
Tanggal lahir : 05-08-2021
Jenis kelamin : Perempuan
Berat badan lahir : 1800 gram
Panjang badan lahir : 41 cm
Agama : Islam
Alamat : Lr. Terusan 1 RT.43 RW.09, Kec. 5 Ulu
Palembang
Kebangsaan : Indonesia
No. Med. Reg : 60. 90. 55
MRS : 05-08-2021
2.2 Anamnesis
(Alloanamnesis dengan ibu kandung penderita)
Keluhan Utama : Sesak
Keluhan Tambahan : Berat bayi lahir rendah
3
4
Riwayat Kehamilan
Paritas : G3P1A1
HPHT : 07-12-20
Periksa hamil : Tidak pernah
Kebiasaan ibu sebelum kehamilan
Minum alkohol : Disangkal
Merokok : Disangkal
Makan obat-obatan tertentu : Disangkal
Penyakit atau komplikasi kehamilan : -
Riwayat Persalinan
Masa Kehamilan : Preterm (34-35 minggu)
Presentasi : Kepala
Cara Persalinan : Sectio ceasarea atas indikasi HAP ec
solutio plasenta
KPSW : Tidak ada
Riwayat demam saat persalinan : Tidak ada
Riwayat ketuban kental, hijau, bau : Tidak ada
5
b. Pemeriksaan Spesifik
Kepala : Normocephali, caput succedaneum (-),
trauma lahir (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Napas cuping hidung (+)
Leher : Pembesaran KGB (-), benjolan (-)
Toraks : Simetris, retraksi (+) pada ke 2 paru
Paru : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor : Bunyi Jantung I dan II normal, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen : Distensi (-), bising usus (+)
Genitalia : Perempuan, vagina (+)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <3”
Refleks Primitif
6
Oral : (+)
Moro : (+)
Tonic Neck : (+)
Withdrawal : (+)
Plantar Grasp : (+)
Palmar Grasp : (+)
Rontgen thoraks:
- CTR < 50 % cor tak membesar
- Pulmo streaky pattern
- Diafragma kanan dan kiri licin
- Sinus costofrenikus kanan dan kiri lancip
- Tulang-tulang intak
- Soft tissue baik
Kesan HMD grade 1
2.5 Resume
Bayi perempuan lahir preterm sesuai masa kehamilan dari ibu G 3P1A1
dengan sectio ceasarea atas indikasi HAP ec solutio plasenta dan leukosit ibu
18.400 mg/dl. BB lahir 1800 gr, PB lahir 41 cm. Bayi lahir langsung
menangis, refleks hisap kuat (+), tangis merintih (+), retraksi minimal (+),
down score 5, apgar score 8/5/9.
2.7 PENATALAKSANAAN
Pada tanggal 05-08-2021
Non farmakologis
a. Rawat di inkubator
b. Pasang OGT
8
Farmakologis :
a. Injeksi vit K1 1mg (IM)
b. Zalf mata kloramfenikol
c. IVFD D 10% 100 cc + D40% 8 cc + Ca glukonas 10% 6 cc
d. Injeksi Gentamicin 2 x 4,5 mg (IV)
e. Injeksi Ampicillin 2x 45 mg (IV)
f. Injeksi Aminophilin loading dose 14 mg/ 24 jam, kemudian maintenance
dose 3 x 3,6 mg
2.8 PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Keadaan spesifik
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (+/+), refleks cahaya
(+/+)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal,
Wheezing (-) , Ronkhi (-)
Cor : BJ I dan II normal, murmur
(-) , gallop (-)
Abdomen : datar, lemas, BU (+)
Extremitas : akral hangat (+)
A/
Tersangka Infeksi
BBLR (1800 gr)
RDS e.c. HMD Grade I
BB : 1750 mg
KC : 175
Keadaan spesifik
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (+/+), refleks cahaya
(+/+)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal,
Wheezing (-) , Ronkhi (-)
Cor : BJ I dan II normal, murmur
(-) , gallop (-)
Abdomen : datar, lemas, BU (+)
Extremitas : akral hangat (+)
A/
Tersangka Infeksi
BBLR (1800 gr)
RDS e.c. HMD Grade I
Pulserate : 177x/m
Respiratory rate : 55 x/m
SpO2 : 97%
Temperature : 36,5oC
BB : 1750 mg
KC : 175
11
Keadaan spesifik
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (+/+), refleks cahaya
(+/+)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal,
Wheezing (-) , Ronkhi (-)
Cor : BJ I dan II normal, murmur
(-) , gallop (-)
Abdomen : datar, lemas, BU (+)
Extremitas : akral hangat (+)
A/
Tersangka Infeksi
BBLR (1800 gr)
RDS e.c. HMD Grade I
Pulserate : 163x/m
Respiratory rate : 55 x/m
SpO2 : 97%
Temperature : 36,5oC
BB : 1480 mg
KC : 291
Keadaan spesifik
12
Pulserate : 155x/m
Respiratory rate : 40 x/m
SpO2 : 99%
Temperature : 36,8oC
BB : 1505 mg
KC : 291
Keadaan spesifik
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-), pupil
13
3.2 Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari
seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi
di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik
menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan
angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat
lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan
mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta
memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan.
Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan
daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter
diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional
berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih
besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi
menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%.1,3
14
15
3. Faktor Plasenta12
Faktor plasenta yang dapat menyebabkan bayi BBLR yaitu,
- Hidroamnion
- Plasenta previa
- Solutio plasenta
- Sindrom tranfusi bayi kembar
- Ketuban pecah dini
3.7 Diagnosis
Anamnesis
a. Usia gestasi
b. Keadaan ibu selama hamil
c. Perawatan antenatal
d. BB sebelum hamil dan kenaikan BB selama hamil
e. Riwayat kelahiran BBLR sebelumnya
f. Riwayat penyakit ibu (perdarahan antepartum, DM)
g. Penggunaan alkohol dan narkoba
h. Tingkat pendidikan ibu
i. Status sosial ekonomi
18
Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan fisis lengkap bayi baru lahir (timbang berat bayi, ukur
panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada)
b. Tentukan Masa Gestasi
- Hari pertama haid terakhir
- Ballard Score
Pemeriksaan skor Balard untuk menilai usia gestasi dan diplot pada
kurva Lubchenco untuk menilai kesesuaian berat lahir dengan usia
gestasi.
1) Penilaian Maturitas Neuromuskular
a. Postur13,15
Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi saat
istirahat dan adanya tahanan saat otot diregangkan. Pada bayi
prematur tonus pasif ekstensor tidak mendapat perlawanan,
sedangkan pada bayi yang mendekati matur menunjukkan
perlawanan tonus fleksi pasif yang progresif.
Untuk mengamati postur, bayi ditempatkan terlentang dan
pemeriksa menunggu sampai bayi menjadi tenang pada posisi
19
b. Square Window
Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap
peregangan ekstensor memberikan hasil sudut fleksi pada
pergelangan tangan. Pemeriksa meluruskan jari-jari bayi dan
menekan punggung tangan dekat dengan jari-jari dengan lembut.
Hasil sudut antara telapak tangan dan lengan bawah bayi dari
preterm hingga posterm diperkirakan berturut-turut > 90°, 90°, 60°,
45°, 30°, dan 0 °.13,15
20
c. Arm Recoil
Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot biseps
dengan mengukur sudut mundur singkat setelah sendi siku difleksi
dan ekstensikan. Arm recoil dilakukan dengan cara evaluasi saat bayi
terlentang. Pegang kedua tangan bayi, fleksikan lengan bagian bawah
sejauh mungkin dalam 5 detik, lalu rentangkan kedua lengan dan
lepaskan.Amati reaksi bayi saat lengan dilepaskan. 13,15
d. Popliteal Angle
Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif sendi lutut
dengan menguji resistensi ekstremitas bawah terhadap ekstensi.
Dengan bayi berbaring telentang, dan tanpa popok, paha ditempatkan
lembut di perut bayi dengan lutut tertekuk penuh. Setelah bayi rileks
dalam posisi ini, pemeriksa memegang kaki satu sisi dengan lembut
dengan satu tangan sementara mendukung sisi paha dengan tangan
yang lain. Jangan memberikan tekanan pada paha belakang, karena
hal ini dapat mengganggu interpretasi. Kaki diekstensikan sampai
terdapat resistensi pasti terhadap ekstensi. Ukur sudut yang terbentuk
antara paha dan betis di daerah popliteal. Perlu diingat bahwa
pemeriksa harus menunggu sampai bayi berhenti menendang secara
aktif sebelum melakukan ekstensi kaki. 13,15
a. Kulit
Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur
intrinsiknya bersamaan dengan hilangnya secara bertahap dari lapisan
pelindung, yaitu vernix caseosa. Oleh karena itu kulit menebal,
mengering dan menjadi keriput dan / atau mengelupas dan dapat
timbul ruam selama pematangan janin. Fenomena ini bisa terjadi
dengan kecepatan berbeda-beda pada masing-masing janin tergantung
pada pada kondisi ibu dan lingkungan intrauterin. Sebelum
perkembangan lapisan epidermis dengan stratum corneumnya, kulit
agak transparan dan lengket ke jari pemeriksa. Pada usia
perkembangan selanjutnya kulit menjadi lebih halus, menebal dan
menghasilkan pelumas, yaitu vernix, yang menghilang menjelang
akhir kehamilan. pada keadaan matur dan pos matur, janin dapat
mengeluarkan mekonium dalam cairan ketuban. Hal ini dapat
mempercepat proses pengeringan kulit, menyebabkan mengelupas,
pecah-pecah, dehidrasi, sepeti sebuah perkamen.13,15,16
b. Lanugo
Lanugo adalah rambut halus yang menutupi tubuh fetus. Pada
extreme prematurity kulit janin sedikit sekali terdapat lanugo. Lanugo
mulai tumbuh pada usia gestasi 24 hingga 25 minggu dan biasanya
sangat banyak, terutama di bahu dan punggung atas ketika memasuki
minggu ke 28. Lanugo mulai menipis dimulai dari punggung bagian
bawah. Daerah yang tidak ditutupi lanugo meluas sejalan dengan
maturitasnya dan biasanya yang paling luas terdapat di daerah
lumbosakral. Pada punggung bayi matur biasanya sudah tidak ditutupi
lanugo. Pada melakukan skoring pemeriksa hendaknya menilai pada
daerah yang mewakili jumlah relatif lanugo bayi yakni pada daerah
atas dan bawah dari punggung bayi.14,15
25
Gambar 8. Lanugo13,15
c. Permukaan Plantar
Bayi very premature dan extremely immature tidak mempunyai
garis pada telapak kaki. Untuk membantu menilai maturitas fisik bayi
tersebut berdasarkan permukaan plantar maka dipakai ukuran panjang
dari ujung jari hingga tumit. Untuk jarak kurang dari 40 mm diberikan
skor -2, untuk jarak antara 40 hingga 50 mm diberikan skor -1. 13,15
d. Payudara
Pemeriksa menilai ukuran areola dan menilai ada atau tidaknya
bintik-bintik akibat pertumbuhan papila Montgomery. Kemudian
dilakukan palpasi jaringan mammae di bawah areola dengan ibu jari
dan telunjuk untuk mengukur diameternya dalam milimeter. 13,15
Pada bayi prematur daun telinga biasanya akan tetap terlipat ketika
dilepaskan.
Pemeriksaan mata pada intinya menilai kematangan berdasarkan
perkembangan palpebra. Pemeriksa berusaha membuka dan
memisahkan palpebra superior dan inferior dengan menggunakan jari
telunjuk dan ibu jari. Pada bayi extremely premature palpebara akan
menempel erat satu sama lain. Dengan bertambahnya maturitas
palpebra kemudian bisa dipisahkan walaupun hanya satu sisi dan
meningggalkan sisi lainnya tetap pada posisinya.13,15
f. Genital Pria
Testis dikatakan telah turun secara penuh apabila terdapat di
dalam zona berugae. Pada nenonatus extremely premature skrotum
datar, lembut, dan kadang belum bisa dibedakan jenis kelaminnya.
Berbeda halnya pada neonatus matur hingga posmatur, skrotum
biasanya seperti pendulum dan dapat menyentuh kasur ketika
berbaring.13,15
28
g. Genital wanita
Untuk memeriksa genitalia neonatus perempuan maka neonatus
harus diposisikan telentang dengan pinggul abduksi kurang lebih 45 o
dari garis horizontal. Abduksi yang berlebihan dapat menyebabkan
labia minora dan klitoris tampak lebih menonjol sedangkan aduksi
menyebabkankeduanya tertutupi oleh labia majora.13,15
Pada neonatus extremely premature labia datar dan klitoris sangat
menonjol dan menyerupai penis. Sejalan dengan berkembangnya
maturitas fisik, klitoris menjadi tidak begitu menonjol dan labia
minora menjadi lebih menonjol. Mendekati usia kehamilan matur
labia minora dan klitoris menyusut dan cenderung tertutupi oleh labia
majora yang membesar. 13,15
29
3) Interpretasi Hasil
Masing-masing hasil penilaian baik maturitas neuromuskular
maupun fisik disesuaikan dengan skor di dalam tabel 1 dan 2 dan
dijumlahkan hasilnya. Interpretasi hasil dapat dilihat pada tabel skor
(Tabel 3).
d. Diff. Count
e. Serta pemeriksaan lain atas indikasi (foto thoraks, ECG, USG)
3.8 Penatalaksanaan
Indikasi Rawat Inap7
a. Semua bayi berat lahir <1.500 gram
b. Usia gestasi ≤35 minggu
c. Bayi dengan komplikasi
Perawatan rutin7
a. Dalam inkubator, jaga jangan sampai hipotermi, suhu bayi 36,5-37,5oC
b. Bayi dengan RDS
c. Tentukan usia gestasi
d. Bayi BB>1.500 gram, tanpa asfiksia dan tak ada tanda-tanda distres
pernapasan dirawat gabung
e. Bila bayi<1.500 gram, pindah rawat bagian IKA dan beri ASI/LLM
f. Bayi-bayi KMK diberi minum lebih dini (2 jam setelah lahir)
g. Periksa gula darah dengan dekstrostik bila ada tanda-tanda hipoglikemia
Hari ke 13 : 190 cc
Hari ke 14 : 200 cc
3.9 Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif
adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:18
32
3.10 Komplikasi
komplikasi dari BBLR terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi langsung dan
komplikasi jangka panjang. Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada
bayi berat lahir rendah antara lain hipotermia, hipoglikemia, gangguan cairan
dan elektrolit, hiperbilirubinemia, sindroma gawat nafas, paten duktus
arteriosus, infeksi, perdarahan intraventrikuler, apnea of prematurity dan
anemia. Serta masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi
dengan berat lahir rendah (BBLR) antara lain gangguan perkembangan,
gangguan pertumbuhan, gangguan penglihatan (retinopati), gangguan
pendengaran, penyakit paru kronis, kenaikan angka kesakitan dan sering
masuk rumah sakit, kenaikan frekuensi kelainan bawaan. 2,17
3.11 Prognosis
Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal.
Prognosis akan lebih buruk bila BB makin rendah, angka kematian sering
disebabkan karena komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia,
33
ANALISA KASUS
Bayi perempuan lahir preterm sesuai masa kehamilan dari ibu G3P1A1
dengan sectio ceasarea atas indikasi HAP ec solutio plasenta dan leukosit ibu
18.400 mg/dl. BB lahir 1800 gr, PB lahir 41 cm. Bayi lahir langsung menangis,
refleks hisap kuat (+), tangis merintih (+), retraksi minimal (+), down score 5,
apgar score 8/5/9.
Menurut data yang didapatkan selama alloanamnesis, ibu pasien
menyampaikan bahwa usia kehamilan ibu pasien adalah kurang bulan yaitu
sekitar 34-35 minggu. Berdasarkan data yang disampaikan tersebut, usia
kehamilan bayi ini termasuk kurang bulan karena <37 minggu masa
kehamilannya. Hubungan antara berat badan pasien dan masa kehamilan ini dapat
dilihat melalui Kurva Lubchenco.
Grafik Lubchenco8
Dari data diatas, hubungan usia kehamilan yaitu 34-35 minggu dan berat
badan lahir 1800 gram menandakan neonatus kurang bulan, sesuai masa
kehamilan. Sesuai dengan teori bahwa BBLR merupakan bayi yang lahir dengan
34
35
berat ≤ 2500 gr. WHO mengelompokkan BBLR menjadi 3 macam, yaitu BBLR
(1500–2499 gram), BBLSR (1000- 1499 gram), BBLASR (< 1000 gram).
Keluhan utama yang dimiliki oleh bayi adalah sesak napas sesaat setelah
lahir. Bayi lahir sectio caesarea dari ibu G3P1A1 atas indikasi HAP ec solutio
plasenta. Apgar skor 8/5/9. Hal ini menunjukkan bahwa pada pasien mengalami
respiratory distress syndrome. Menurut teori, Respiratory Distress Syndrome
merupakan kumpulan dari 2 atau lebih gejala gangguan ventilasi paru yang
ditandai dengan frekuensi napas > 60 kali/menit, merintih pada waktu ekspirasi,
retraksi interkostal, subkostal, suprasternal, epigastrium pernapasan cuping hidung
dan sianosis.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan HR 146x/menit, RR 62x/menit,
dan suhu 36,50C. Pada keadaan spesifik ditemukan adanya napas cuping hidung
dan retraksi pada kedua paru. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien
yaitu pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan rontgen. Pada pemeriksaan
laboratorium tanggal 05 Agustus 2021, didapatkan hemoglobin meningkat,
hematokrit meningkat, dan leukositosis. Berdasarkan pemeriksaan rontgen tanggal
05 Agustus 2021, didapatkan kesan HMD grade 1. Kemungkinan RDS yang
dialami pasien disebabkan oleh defisiensi surfaktan dan sering terjadi pada bayi
kurang bulan. Pasien juga merupakan tersangka infeksi dikarenakan leukosit ibu
18. 400 mg/dl yang merupakan kriteria dari tersangka infeksi. Menurut teori, bayi
tersangka infeksi bila bayi baru lahir mempunyai faktor risiko yaitu, suhu ibu
>38oC, leukosit ibu > 15.000/mm3, air ketuban keruh dan berbau busuk, ketuban
pecah > 12 jam serta partus kasep.
Penatalaksanaan pasien meliputi tatalaksana non-farmakologi dan
farmakologi. Non-farmakologi meliputi monitoring tanda-tanda gawat nafas (HR,
RR, Temp, SpO2) , ASI/PASI dan pasien dimasukan dalam inkubator, jaga suhu
bayi 36,5-37,5oC hal ini dilakukan untuk mencegah hipotermi pada pasien karena
lapisan adiposa yang masih minimal sehingga rentan mengalami hipotermi.
Pada tatalaksana farmakologi meliputi kebutuhan cairan yang dihitung
perhari berdasarkan usia pasien, IVFD D5% ¼ NS + D 40% 40 cc+ ca glukonas ,
aminofusin pediatri, Inj. Aminophilin 3 x 3,6 mg, Inj. Ampisilin 2 x 45 mg (IV), Inj.
Gentamisin 2 x 4,5 mg (IV).
36
5.1 Kesimpulan
1. Kasus ini merupakan bayi perempuan lahir sectio caesarea dari ibu G3P1A1
atas indikasi HAP ec solutio plasenta dan leukosit ibu 18.400 mg/dl. BB
lahir 1800 gr, PB lahir 41 cm. Bayi lahir langsung menangis, refleks hisap
kuat (+), tangis merintih (+), retraksi minimal (+), down score 5, apgar
score 8/5/9.
2. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjuang,
pasien didiagnosis mengalami BBLR + tersangka infeksi + RDS ec HMD
3. Penatalaksanaan pasien meliputi penatalaksanaan non-farmakologi yaitu
monitoring tanda-tanda gawat nafas (HR, RR, T, SpO 2) , ASI/PASI dan
memasukkan pasien ke inkubator.
4. Tatalaksana farmakologi meliputi kebutuhan cairan yang dihitung perhari
berdasarkan usia pasien, IVFD D5% ¼ NS + D 40% 40 cc+ ca glukonas,
aminofusin pediatri, Inj. Aminophilin 3 x 3,6 mg, Inj. Ampisilin 2 x 45
mg (IV), Inj. Gentamisin 2 x 4,5 mg (IV).
5. Prognosis pasien adalah dubia ad bonam.
36
DAFTAR PUSTAKA
2. Septira, S dan Dian Isti A. 2016. Nutrisi bagi Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) untuk Mengoptimalkan Tumbuh Kembang. Majority. Vol 5. No 3.
151-155
3. Rajashree, K. 2015. Study on the Factors Associated with Low Birth Weight
among Newborns Delivered in a Tertiary-Care Hospital, Shimoga, Karnataka.
International Journal of Medical Science and Public Health, [e-journal] 4 (9):
pp. 1287–1290.
5. Hartiningrum, Indri & Nurul Fitriyah. 2018. Bayi berat lahir rendah (BBLR)
di provinsi jawa timur tahun 2012-2016. Jurnal biometrika dan
kependudukan. Vol 7. No 2. 97-104
37
10. Kumalasari, Intan, RM. Suryadi, M Zulkarnain. 2018. Faktor risiko dan
angka kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di RSUP DR.Mohammad
Hoesin Palembang Tahun 2014. Jurnal ilmu kesehatan masyarakat. 9 (1). 41-
52
11. Marcdante, dkk. 2014. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi
Keenam. Jakarta: Elsevier-Local
12. Proverawati, Atikah dan Cahyo Ismawati. 2010. Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR). Yogyakarta: Nuha Medika
13. Kosim, Sholeh. 2012. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama.Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Jakarta
14. Sastroasmoro S.2017. Pemeriksaan Klinis Pada Bayi dan Anak. Edisi ke
3.Jakarta: CV Sagung Seto
16. Marcdante, dkk. 2014. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi
Keenam. Jakarta: Elsevier-Local
17. Mahayana, Sagung AS, Eva Chundrayetti dan Yulistini. 2015. Faktor
Risiko yang Berpengaruh terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di
RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 4(3). 664-673
19. Behrman, RE, Kliegman RM. The Fetus and the Neonatal Infant, In :
Nelson Textbook of pediatrics; 17 th ed. California: Saunders. 2004
38