Anda di halaman 1dari 32

MIKROORGANISME DAN LINGKUNGAN : AIR

Disusun Oleh:
Ahmad Subari (20177016)
Eria Marina Sepriyani (20177006)

Dosen Pengampu:
Dr. Dwi Hilda Putri, M. Biomed
Dr. Linda Advinda, M.Kes

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
PADANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan hidayah-Nya
sehingga Makalah yang berjudul “Mikroorganisme dan Lingkungan Air” dapat
diselesaikan dengan baik dan lancar. Shalawat senantiasa kita sampaikan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari zaman
jahiliyyah ke zaman islamiyah.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Landasan Pendidikan
yang di dalamnya membahas tentang sifat-sifat, peran dari mikroorganisme air,
biomagnifikasi, bioremediasi, mikroorganisme patogen dalam air dan kualitas
mikrobiologis air.
Penulis sadar bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab
itu, kritik serta saran yang konstruktif sangat diharapkan dari pembaca. Penulis
berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jambi, 20 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
PENDAHULUAN........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang........................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................3
1.3 Tujuan.....................................................................................................................4
PEMBAHASAN...........................................................................................................5
2.1 Pengertian Mikrobiologi dan Lingkungan Air.......................................................5
2.2 Sifat-Sifat Mikroorganisme Air..............................................................................6
2.3 Peran Mikroorganisme Perairan.............................................................................8
2.4 Biomagnifikasi.....................................................................................................10
2.5 Bioremediasi.........................................................................................................12
2.6 Mikroorganisme Patogen dalam air......................................................................21
2.7 Kualitas Mikrobiologis Air...................................................................................24
PENUTUP..................................................................................................................28
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................29

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan adalah sesuatu yang ada di sekeliling kita dimana semua makhluk
hidup berada dari makhluk terkecil (mikroorganisme) sampai makhluk yang
sempurna (manusia). Lingkungan yang terdiri dari udara, air dan tanah dimana dari
ketiga komponen tersebut kita sangat membutuhkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Mikroorganisme merupakan semua organisme yang berukuran mikroskopis dan
tidak dapat dilihat dengan mata secara langsung. Mikroorganisme dapat ditemukan di
mana saja yang memungkinkan terjadinya kehidupan. Mereka ada di dalam tanah, di
lingkungan perairan, di udara, serta makanan, dan karena beberapa hal
mikroorganisme secara alami dapat masuk ke tubuh manusia.
Mikroorganisme dapat dibagi menjadi prokariotik dan eukariotik. Prokariotik
merupakan organisme yang tidak memiliki membran nukleus dan kelengkapan
organel selnya sederhana. Contoh dari organisme prokariotik yaitu bakteri, PPLO,
Cyanophyta. Sedangkan eukariotik adalah organisme yang memiliki inti sel yang
mengandung DNA. Contoh dari organisme eukariotik dalam kajian mikrobiologi
yaitu Protista mencakup Protista mirip jamur, alga, dan protozoa. Selain itu jamur
yang tergolong kedalam jamur mikroskopis.
Peranan mikroorganisme dalam pengelolaan pencemaran lingkungan dapat
terjadi dalam dua hal : a) Mikroorganisme yang telah direkayasa dapat digunakan
untuk menggantikan suatu proses produk sehingga hanya menghasilkan polutan
sedikit mungkin. b) Mikroorganisme yang telah direkayasa dapat digunakan sebagai
organisme pembersih.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1 Apa sifat-sifat mikroorganisme air ?
2 Bagaimana peran mikroorganisme di perairan ?
3 Apa yang dimaksud dengan biomagnafikasi ?

3
4 Apa yang dimaksud dengan bioremediasi ?
5 Apa saja mikroorganisme patogen dalam air ?
6 Bagaimana kualitas mikrobiologis air ?

1.3 Tujuan
Tujuan Penulisan dari makalah ini yaitu:
1 Untuk mengetahui sifat-sifat mikroorganisme air
2 Untuk mengetahui peran mikroorganisme di perairan
3 Untuk mengetahui biomagnifikasi
4 Untuk mengetahui bioremediasi
5 Untuk mengetahui mikroorganisme patogen dalam air
6 Untuk mengetahui kualitas mikrobiologis air

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mikrobiologi dan Lingkungan Air


Mikrobiologi lingkungan air adalah ilmu yang mengacu pada studi tentang
mikroorganisme yang hidup di air atau yang dapat diangkat dari satu habitat yang lain
dengan air.
Air merupakan materi esensial bagi kehidupan makhluk hidup karena makhluk
hidup memerlukan air untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Secara umum
fungsi air dalam tubuh setiap mikroorganisme adalah untuk melarutkan senyawa
organik, menstabilkan suhu tubuh dan melangsungkan berbagai reaksi kimia tingkat
seluler.
Ada dua jenis utama dari air yaitu:
1. Air Tanah
Air ini adalah air yang berasal dari sumur dalam dan mata air bawah tanah. Air
ini adalah air yang hampir bebas dari bakteri karena tindakan penyaringan dalam
tanah, pasir dan batu, namun mungkin menjadi terkontaminasi ketika mengalir
sepanjang saluran. Air tanah dalam pada umumnya tergolong bersih dilihat dari
segi mikrobiologis, karena sewaktu proses pengaliran air mengalami penyaringan
alamiah, dengan demikian kebanyakan mikroba sudah tidak lagi terdapat di dalamnya.
Sumber utama air tanah adalah presipitasi yang dapat menembus tanah secara langsung
ke air tanah atau mungkin memasuki sungai di permukaan tanah dan merembes ke bawah
melalui alur-alur ke air tanah. Sumber-sumber air tanah yang lain adalah air dari lapisan
jauh di bawah tanah yang terbawa keluar dalam batuan intrusif serta air yang terjebak
dalam batuan sediment. Keadaan geologis menentukan jalur perjalanan air dari
presipitasi hingga mencapai zona jenuh.
2. Air Permukaan
Air ini adalah air yang ditemukan di sungai, danau, dan sumur dangkal. Udara
melalui yang melewati hujan selalu mencemari air. Sumber lain adalah berbagai jenis
perusahaan dan pertanian, peternakan oleh sisi arus air. Kemungkinan sumber
kontaminasi mikroba dari tubuh air tanah dan limpasan pertanian, peternakan hewan,

5
air hujan, limbah industri, buangan dari instalasi pengolahan air limbah dan badai
kabur dari wilayah kota.

2.2 Sifat-Sifat Mikroorganisme Air


Perairan alami memiliki sifat yang dinamis dan aliran energi yang kontinyu hal
ini terjadi selama sistem di dalamnya tidak mendapatkan gangguan atau hambatan,
antara lain dalam bentuk pencemaran. Berikut lingkungan perairan meliputi:
1. Lingkungan air laut di mana mikroorganisme terdapat di seluruh bagian laut dari
permukaan air laut sampai dasar relung yang terdalam. Di lingkungan laut lepas
memiliki populasi mikroorganisme yang relatif lebih rendah, di lingkungan pantai
populasi mikroorganisme terdapat lebih banyak. Hal ini karena lingkungan pantai
kaya akan nutrien yang berasal dari daratan.
2. Lingkungan air tawar di mana pada umumnya lingkungan perairan tawar lebih
banyak mengandung nutrien jika dibandingkan dengan lingkungan perairan laut.
Lingkungan perairan tawar dibagi menjadi 2 kategori yaitu :
- Habitat lentik contoh danau, kolam.
- Habitat lotik contoh mata air, sungai.
3. Lingkungan perairan payau (peralihan air tawar ke air laut) atau merupakan
lingkungan perairan tawar merupakan daerah transisi antara perairan tawar dan
laut.
Jumlah dan jenis mikrooganisme yang terdapat di dalam air bervariasi
bergantung dari berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Sumber air. Jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air dipengaruhi oleh
sumber air tersebut, misalnya air atmosfer (air hujan/salju), air permukaan (danau,
sungai), air tanah (sumur, mata air), air tergenang (air laut), dsb.
2. Komponen nutrien dalam air. Air, terutama air buangan sering mengandung
komponen-komponen yang dibutuhkan oleh spesies mikroorganisme tertentu.
Semua air secara alamiah juga mengandung mineral-mineral yang cukup untuk
kehidupan mikroorganisme di dalam air.

6
3. Komponen beracun. Komponen beracun yang terdapat di dalam air mempengaruhi
jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air tersebut.
4. Organisme air. Adanya organisme lain di dalam air dapat mempengaruhi jumlah
dan jenis mikroorganisme air sebagai contoh plankton merupakan organisme yang
makan bakteri, ganggang dan plankton lainnya, sehingga adanya plankton dapat
mengurangi jumlah organisme-organisme tersebut.
5. Faktor fisik. Jumlah dan jenis mikroorganisme juga dipengaruhi oeh faktor-faktor
fisik seperti: suhu, pH, tekanan osmotik, tekanan hidrostatik, aerasi, dan penetrasi
sinar matahari. Jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air buangan selain
dipengaruhi oleh faktor-faktor diatas juga dipengaruhi oleh jenis polutan air
tersebut. Misalnya air yang terpolusi oleh kotoran hewan dan manusia
mengandung bakteri-bakteri yang berasal dari kotoran seperti Esherchia coli,
Streptokoki fekal, Clostridium perfringens.
Pada lingkungan perairan terdapat mikroorganisme sama seperti lingkungan
yang lainnya. Kelompok mikroorganisme yang hidup di dalam air terdiri dari:
1. Bakteri
2. Alga biru-hijau
3. Fungi
4. Mikroalga
5. Virus
6. Protozoa
Air merupakan komponen esensial bagi kehidupan jasad hidup. Akan tetapi
dapat juga merupakan suatu substansi yang membawa malapetaka, karena air dapat
membawa mikroorganisme patogen dan zat-zat kimia yang bersifat racun.
Dalam air baik yang kita anggap jernih, sampai terhadap air yang keadaannya
sudah kotor atau tercemar, di dalamnya akan terkandung sejumlah kehidupan, yaitu
misalnya yang berasal dari sumur biasa, sumur pompa, sumber mata air dan
sebagainya, di dalamnya terdiri dari bakteri, yaitu:
1. Kelompok bakteri besi (misalnya Crenothrix dan Sphaerotilus) yang mampu
mengoksidasi senyawa ferro menjadi ferri. Akibat kehadirannya, air sering

7
berubah warna kalau disimpan lama yaitu warna kehitam-hitaman, kecoklat-
coklatan, dan sebagainya.
2. Kelompok bakteri belerang (antara lain Chromatium dan Thiobacillus) yang
mampu mereduksi senyawa sulfat menjadi H2S. Akibatnya kalau air disimpan
lama akan tercium bau busuk seperti bau telur busuk. Bau dan rasa dapat
dihasilkan oleh kehadiran organisme dalam air seperti alge serta oleh adanya gas
seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, juga oleh adanya bahan
organik tertentu.
3. Kelompok mikroalge (misalnya yang termasuk mikroalga hijau, biru dan kersik),
sehingga kalau air disimpan lama di dalamnya akan nampak jasad-jasad yang
berwarna hijau, biru atau pun kekuning-kuningan, tergantung kepada dominasi
jasad-jasad tersebut serta lingkungan yang mempengaruhinya.
Mikroorganisme di perairan berdasarkan sifat tropiknya meliputi :
1. Mikroba autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis
makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan
energi seperti matahari dan kimia. Contohnya: Thiobacillus, Nitrosomonas,
Nitrobacter.
2. Mikroba heterotrof adalah organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik
sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain.
Contohnya antara lain : Saprolegnia sp., Candida albicans.

2.3 Peran Mikroorganisme Perairan


Kualitas air bersih ditentukan oleh faktor-faktor kimia, fisika, maupun
bakteriologis. Faktor-faktor tersebut secara alami maupun karena campur tangan
manusia, misalnya karena pencemaran karena kegiatan pada lingkungan, akan
menentukan kualitas air bersih. Sebagaimana kenyataan bahwa air jernih belum tentu
bersih. Secara alami air bersih yang dihasilkan mata air atau sumur, ternyata sudah
mengandung mikroba, khususnya bakteri atau mikroalgae. Pada air kotor atau
tercemar (air sungai, kolam, danau, dan sumber lainnya), disamping mikroba seperti
pada air jernih, juga kelompok mikroba penyebab penyakit, penghasil toksin,

8
penyebab blooming, penyebab korosi, penyebab deteriorasi, penyebab pencemaran,
juga bakteri coli.
Secara umum, kehadiran mikroba di dalam air dapat menguntungkan tetapi
juga dapat merugikan. Beberapa keuntungan mikroba dalam air antara lain :
1. Banyak plankton, baik fitoplankton ataupun zooplankton merupakan makanan
utama ikan, sehingga kehadirannya merupakan tanda kesuburan perairan tersebut.
Jenis-jenis mikroalgae misalnya: Chlorella, Hydrodyction, Pinnularia,
Scenedesmus, Tabellaria.
2. Banyak jenis bakteri atau fungi di dalam badan air berlaku sebagai jasad
”dekomposer”, artinya jasad tersebut mempunyai kemampuan untuk mengurai atau
merombak senyawa yang berada dalam badan air. Sehingga kehadirannya dimanfaatkan
dalam pengolahan buangan di dalam air secara biologis.
3. Pada umumnya mikroalga mempunyai klorofil, sehingga dapat melakukan
fotosintesis dengan menghasilkan oksigen. Di dalam air, kegiatan fotosintesis akan
menambah jumlah oksigen, sehingga nilai kelarutan oksigen akan naik/ber-
tambah, ini yang diperlukan oleh kehidupan di dalam air.
4. Kehadiran senyawa hasil rombakan bakteri atau fungi dimanfaatkan oleh jasad
pemakai/konsumen. Tanpa adanya jasad pemakai kemungkinan besar akumulasi
hasil uraian tersebut dapat mengakibatkan keracunan terhadap jasad lain, khususnya
ikan.
5. Anabaena memiliki kemampuan untuk memfiksasi nitrogen dan dapat kita
tersebar luas di dalam air dan juga tanah yang lembab/basah. Spesies tertentu
bersimbiosis dengan tanaman tingkat tinggi, seperti Anabaena azollae dalam
spesies Azolla (paku air). Beberapa spesies telah berhasil digunakan dalam
menyediakan oksigen pada pertanaman padi sawah
Sedangkan kerugian adanya mikroba dalam air antara lain :
1. Yang paling dikhawatirkan, bila di dalam badan air terdapat mikroba penyebab
penyakit, seperti: Salmonella penyebab penyakit tifus/paratifus, Shigella penyebab
penyakit disentri basiler, Vibrio penyebab penyakit kolera, Entamoeba penyebab
disentri amuba.

9
2. Di dalam air juga ditemukan mikroba penghasil toksin seperti : Clostridium
yang hidup anaerobik, yang hidup aerobik misalnya : Pseudomonas,
Salmonella, Staphyloccus, serta beberapa jenis mikroalgae seperti Anabaena dan
Microcystis
3. Sering didapatkan warna air bila disimpan cepat berubah, padahal air tersebut
berasal dari air pompa, misal di daerah permukiman baru yang tadinya
persawahan. Ini disebabkan oleh adanya bakteri besi misal Crenothrix yang
mempunyai kemampuan untuk mengoksidasi senyawa ferro menjadi ferri.
4. Di pemukiman baru yang asalnya persawahan, kalau air pompa disimpan
menjadi berbau (bau busuk). Ini disebabkan oleh adanya bakteri belerang misal
Thiobacillus yang mempunyai kemampuan mereduksi senyawa sulfat menjadi H2S.
5. Badan dan warna air dapat berubah menjadi berwarna hijau, biru-hijau tau
warna-warna lain yang sesuai dengan warna yang dimiliki oleh mikroalgae.
Bahkan suatu proses yang sering terjadi pada danau atau kolam yang besar yang
seluruh permukaan airnya ditumbuhi oleh algae yang sangat banyak dinamakan
blooming. Biasanya jenis mikroalgae yang berperan didalamnya adalah Anabaena
flosaquae dan Microcystis aerugynosa. Dalam keadaan blooming sering terjadi
kasus-kasus :
- Ikan mati, terutama yang masih kecil yang disebabkan karena jenis-jenis
mikroalgae tersebut dapat menghasilkan toksin yang dapat meracuni ikan.
- Korosi atau pengkaratan terhadap logam (yang mengandung senyawa Fe atau S),
karena di dalam massa mikroalgae penyebab blooming didapatkan pula bakteri
Fe atau S penghasil asam yang korosif.

2.4 Biomagnifikasi
Biomagnifikasi adalah suatu Proses dimana pencemar bergerak dari satu tingkat
tropik ke tingkat lainnya dan menunjukkan kepekatan pencemar dalam makhluk
hidup sesuai dengan tingkat trofik makhluk hidup tertentu.(Connell & Miller, 2006).
Terdapat 2 macam proses biomagnifikasi yaitu,

10
1. Proses biomagnifikasi dimulai ketika konsentrasi kontaminan yang tersimpan
pada tubuh produsen lebih tinggi daripada lingkungan sekitar .
2. Produsen dimakan oleh konsumen, artinya konsumen di atasnya akan
mengkonsumsi sejumlah biomassa dari tingkat trofik di bawahnya.

Terdapat beberapa syarat terjadinya biomagnifikasi yaitu,


Polutan bersifat :
1. Tahan lama, Jika polutan berumur pendek, ini akan diuraikan sebelum itu bisa
menjadi berbahaya.
2. Polutan yang mobile, Jika tidakmobile, itu akan ditinggal di satu tempat dan
tidak mungkin akan diambil alih oleh organisme
3. Bahan biologi aktif, Jika polutan larut dalam air akan dikeluarkan oleh
organisme. Polutan yang larut lemak, bagaimanapun, munkin akan disimpan untuk
waktu yang lama. Ini tradisionaluntuk mengukur jumlah polutan di jaringan lemak
organisme seperti ikan.
4. Larut dalam lemak, Jika polutan secara tidak aktif biologis,mungkin
biomagnify. Hal itu mungkin tidak akan menyebabkan masalah.

11
Contoh Zat Kimia yang mungkin Biomagnified.
1. DDT : Insektisida digunakan untuk membunuh serangga.
2. Agen oranye:Herbisida  digunakan untuk membunuh pohon di Kamboja
selama perang Vietnam
3. PCB:Bahan kimia dalam transformator listrik, dll.
Dampak Biomagnifikasi yaitu,
1. Manusia menduduki posisi puncak tingkat trofik pada hampir semua rantai
makanan dalam ekosistem  sehingga manusia merupakan penanggung resiko
biomagnifikasi yang paling tinggi.
2. Mempengaruhi dan merusak keseimbangan antara organisme dan ekosistem
3. Akumulasi bahan pencemar dalam rantai makanan menyebabkan terjadinya
gangguan fisiologi tubuh dan mutasi genetik. Mutasi menyebabkan terjadinya
variasi genetik yang menimbulkan spesiasi.

2.5 Bioremediasi
Bioremediasi berasal dari kata bio dan remediasi atau “remediate” yang artinya
menyelesaikan masalah. Secara umum bioremediasi dimaksudkan sebagai
penggunaan mikroba untuk menyelesaikan masalah-masalah lingkungan atau untuk
menghilangkan senyawa yang tidak diinginkan dari tanah, lumpur, air tanah atau air
permukaan sehingga lingkungan tersebut kembali bersih dan alamiah.
Menurut Ciroreksoko (1996), bioremediasi diartikan sebagai proses
pendegradasian bahan organik berbahaya secara biologis menjadi senyawa lain
seperti karbondioksida (CO2), metan, dan air. Sedangkan menurut Craword (1996),
bioremediasi merujuk pada penggunaan secara produktif proses biodegradatif untuk
menghilangkan atau mendetoksi polutan (biasanya kontaminan tanah, air dan
sedimen) yang mencemari lingkungan dan mengancam kesehatan masyarakat. Jadi
bioremediasi adalah salah satu teknologi alternatif untuk mengatasi masalah
lingkungan dengan memanfaatkan bantuan mikroorganisme.
Pada bioremediasi menggunakan mikroorganisme yang telah dipilih
untuk ditumbuhkan pada polutan tertentu sebagai upaya untuk menurunkan kadar

12
polutan tersebut. Pada saat proses bioremediasi berlangsung, enzim-enzim yang
diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi struktur polutan beracun menjadi
tidak kompleks sehingga menjadi metabolit yang tidak beracun dan berbahaya.
Mikroba yang hidup di tanah dan di air tanah dapat “memakan” bahan kimia
berbahaya tertentu, terutama organik, misalnya berbagai jenis minyak bumi. Mikroba
mengubah bahan kimia ini menjadi air (H2O) dan gas yang tidak berbahaya misalnya
CO2. Menurut Sri Harjati Suhardi, seorang peneliti dan praktisi bioremediasi Pusat
Ilmu Hayati ITB, faktor utama agar mikroba dapat membersihkan bahan kimia
berbahaya dari lingkungan, yaitu adanya mikroba yang sesuai dan tersedia kondisi
lingkungan yang ideal tempat tumbuh mikroba seperti suhu, pH, nutrient dan jumlah
oksigen.
Sehubungan dengan bioremediasi, pemerintah Indonesia telah mempunyai
payung hukum yang mengatur standar baku kegiatan bioremediasi dalam
mengatasi permasalahan lingkungan akibat kegiatan pertambangan dan
perminyakan serta bentuk pencemaran lainnya (logam berat dan pestisida) melalui
Kementerian Lingkungan Hidup, Kep Men LH No.128 tahun 2003, tentang
tatacara dan persyaratan teknis dan pengelolaan limbah minyak bumi dan tanah
terkontaminasi oleh minyak bumi secara biologis (bioremediasi) yang juga
mencantumkan bahwa bioremediasi dilakukan dengan menggunakan mikroba lokal.
Pada dasarnya, pengolahan secara biologi dalam pengendalian pencemaran air,
termasuk upaya bioremediasi, dengan memanfaatkan bakteri bukan hal baru
namun telah memainkan peran sentral dalam pengolahan limbah konvensional
sejak tahun 1900-an (Mara, Duncan and Horan, 2003). Saat ini, bioremediasi telah
berkembang pada pengolahan air limbah yang mengandung senyawa-senyawa
kimia yang sulit untuk didegradasi dan biasanya dihubungkan dengan kegiatan
industri, antara lain logam-logam berat, petroleum hidrokarbon, dan senyawa-
senyawa organik terhalogenasi seperti pestisida dan herbisida (Tortora, 2010),
maupun nutrisi dalam air seperti nitrogen dan fosfat pada perairan tergenang (Great
Lakes Bio Systems. Inc. Co Orb-3.com/). Pengembangan IPTEK dalam bioremediasi
untuk detoksifikasi atau menurunkan polutan dalam pengendalian pencemaran air

13
telah menjadikan metode ini menjadi lebih menguntungkan dibandingkan dengan
metode yang menggunakan bahan kimia.
Dalam teknologi bioremediasi dikenal dua cara menstimulasi pertumbuhan
mikroba, yaitu dengan biostimulasi dan bioaugmentasi.
a. Biostimulasi adalah memperbanyak dan mempercepat pertumbuhan mikroba yang
sudah ada di dalam tanah tercemar dengan cara memberikan lingkungan
pertumbuhan yang diperlukan, yaitu penambahan nutrient (misalnya sumber
nitrogen dan phospor) dan oksigen.
b. Bioaugmentasi adalah suatu cara menstimulasi pertumbuhan mikroba dengan
menambahkan mikroba, jika jumlah mikroba yang ada sangat sedikit, sehingga
harus ditambahkan mikroba untuk mencapai jumlah mikroba rata-rata 10^3
cfu/gram* tanah agar bioproses dapat dimulai. Mikroba yang ditambahkan adalah
mikroba yang sebelumnya diisolasi dari lahan tercemar kemudian setelah melalui
proses penyesuaian di laboratorium diperbanyak dan kembalikan ke tempat
asalnya untuk memulai bioproses.
Kondisi lingkungan yang memadai akan membantu mikroba tumbuh,
berkembang dan “memakan” polutan tersebut (memanfaatkan karbon dari polutan
sebagai sumber energi untuk pertumbuhan). Sebaliknya jika kondisi yang dibutuhkan
tidak terpenuhi, mikroba akan tumbuh dengan lambat atau mati. Secara umum
kondisi yang diperlukan ini tidak dapat ditemukan di area yang tercemar. Dengan
demikian, perencanaan teknis (engineering design) yang benar memegang peranan
penting untuk mendapatkan proses bioremediasi yang efektif.
Pada aplikasi teknik bioremediasi dikenal dua teknik yang sangat umum
diterapkan yaitu biopile dan landfarming.
a. Pada teknik biopile, tanah tercemar ditimbun diatas lapisan kedap air dan suplai
udara yang diperlukan oleh mikroba dilakukan dengan memasang perpipaan untuk
aerasi (pemberian udara) dibawah tumpukan tanah tercemar. Pompa udara
dipasang diujung perpipaan sehingga semua bagian tanah yang mengandung
mikroba dan polutan berkontak dengan udara. Dengan teknik ini, ketinggian tanah
timbunan adalah 1 sampai 1,5 meter.

14
b. Teknik landfarming, dilakukan dengan menghamparkan tanah tercemar diatas
lapisan kedap air. Ketebalan hamparan tanah 30 – 50 cm memungkinkan kontak
mikroba dengan udara. Untuk menjamin bahwa semua bagian dari tanah yang
diolah terkontak dengan udara maka secara berkala hamparan tanah tersebut di
balikkan. Nama landfarming digunakan karena proses pembalikan tanah yang
dilakukan sama dengan pembalikan tanah pada saat persiapan lahan untuk
pertanian.
Bioremediasi sangat aman untuk digunakan karena menggunakan mikroba yang
secara alamiah sudah ada dilingkungan (tanah). Mikroba ini adalah mikroba yang
tidak berbahaya bagi lingkungan atau masyarakat. Bioremediasi juga dikatakan aman
karena tidak menggunakan/menambahkan bahan kimia dalam prosesnya. Nutrien
yang digunakan untuk membantu pertumbuhan mikroba adalah pupuk yang
digunakan dalam kegiatan pertanian dan perkebunan. Karena bioremediasi mengubah
bahan kimia berbahaya menjadi air (H2O) dan gas tidak berbahaya (CO2), maka
senyawa berbahaya dihilangkan seluruhnya. Teknologi bioremediasi banyak
digunakan pada pencemaran di tanah karena beberapa keuntungan menggunakan
proses alamiah / bioproses. Tanah atau air tanah yang tercemar dapat dipulihkan
ditempat tanpa harus mengganggu aktifitas setempat karena tidak dilakukan proses
pengangkatan polutan. Teknik ini disebut sebagai pengolahan in-situ. Teknik
bioremediasi yang diterapkan di Indonesia adalah teknik ex-situ yaitu proses
pengolahan dilakukan ditempat yang direncanakan dan tanah tercemar/polutan
diangkat ke tempat pengolahan. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
pengolahan tergantung pada faktor jenis dan jumlah senyawa polutan yang akan
diolah, ukuran dan kedalaman area yang tercemar, jenis tanah dan kondisi setempat
dan teknik yang digunakan. Jenis minyak mentah ringan (light crude sesuai nomor
API) yang diolah dengan teknik biopile bioaugmetnasi dan konsentrasi pengolahan
sesuai dengan yang ditetapkan oleh Kepmen LH 128/2003 yaitu max 15%
memerlukan waktu 4 – 6 bulan. Sedangkan minyak mentah berat (heavy crude) akan
memerlukan waktu dari 1 tahun atau lebih. Kondisi ini bervariasi dari satu area
tercemar dengan area lainnya, sehingga waktu yang diperlukan dalam rentang 4 bulan

15
sampai 1 tahun. Kondisi akhir (end point) untuk menyatakan bahwa proses
bioremediasi berhasil dan selesai adalah konsentrasi total hidrokarbon minyak bumi
(TPH) 1%. Kepmen LH 128/2003 untuk saat ini baru menggunakan parameter TPH
saja karena kegiatan yang menerapkan teknologi bioremediasi masih terbatas pada
industri migas. Biaya yang diperlukan untuk melakukan bioremediasi berada pada
rentang US $25 – 75 per ton tanah olahan, tergantung pada kondisi pencemaran.
Harga ini masih lebih murah dibandingkan dengan menggunakan teknik pengolahan
lainnya misalnya insinerasi yang bisa mencapai 4 sampai 10 kali lipatnya.
Bioremediasi sebagai teknologi yang dapat digunakan untuk membersihkan
berbagai jenis polutan bukan berarti tanpa keterbatasan. Bioremediasi tidak dapat
diaplikasikan untuk semua jenis polutan, misalnya untuk pencemaran dengan
konsentrasi polutan yang sangat tinggi sehingga toksik untuk mikroba atau untuk
pencemar jenis logam berat misal kadmium dan Pb. Dimasa yang akan datang,
penerapan teknologi bioremediasi di Indonesia akan berkembang tidak hanya terbatas
pada pemulihan lahan tercemar minyak bumi di industri migas, tetapi juga
pencemaran di industri otomotif, SPBU dan industri lainnya seperti pertanian.
Dengan demikian, polutan targetnya bukan hidrokarbon minyak bumi saja tetapi juga
senyawa inorganik lainnya seperti pestisida. Pendekatan molekular misalnya
identifikasi mikroba dengan 16sRNA atau 18sRNA untuk mengetahui keberlimpahan
mikroba dalam proses bioremediasi dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja
bioproses. Teknologi molekular ini sudah tersedia dan dibandingkan dengan teknik
identifikasi konvesional yang saat ini umum digunakan di Indonesia memberikan
waktu pemeriksaan lebih cepat. Namun demikian, penggunaan teknik molekular ini
masih mahal dan belum perlu sebagai prioritas.
Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi
polutan di lingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh
mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia
polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi. Mikroorganisme
yang dimaksud adalah khamir, fungi (mycoremediasi), yeast, alga dan bakteri yang
berfungsi sebagai agen bioremediator. Pada banyak kasus, biotransformasi berujung

16
pada biodegradasi dimana polutan beracun terdegradasi strukturnya menjadi tidak
kompleks dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun.
Mikroba yang hidup di tanah dan di air tanah dapat “memakan” bahan kimia
berbahaya tertentu, misalnya berbagai jenis minyak. Mikroba mengubah bahan kimia
ini menjadi air dan gas yang tidak berbahaya misalnya CO 2. Bakteri yang secara
spesifik menggunakan karbon dari hidrokarbon minyak bumi sebagai sumber
makanannya disebut sebagai bakteri petrofilik. Bakteri inilah yang memegang
peranan penting dalam bioremediasi lingkungan yang tercemar limbah minyak bumi.
Sejak tahun 1900an, orang-orang sudah menggunakan mikroorganisme untuk
mengolah air pada saluran air. Saat ini, bioremediasi telah berkembang pada
perawatan limbah buangan yang berbahaya (senyawa-senyawa kimia yang sulit untuk
didegradasi), yang biasanya dihubungkan dengan kegiatan industri. Yang termasuk
dalam polutan-polutan ini antara lain logam-logam berat (merkuri, stronsium,
kadmium), petroleum hidrokarbon, dan senyawa-senyawa organik terhalogenasi
seperti pestisida, herbisida, CFC, dan lain-lain. Banyak aplikasi-aplikasi baru
menggunakan mikroorganisme untuk mengurangi polutan yang sedang diujicobakan.
Bidang bioremediasi saat ini telah didukung oleh pengetahuan yang lebih baik
mengenai bagaimana polutan dapat didegradasi oleh mikroorganisme, identifikasi
jenis-jenis mikroba yang baru dan bermanfaat, dan kemampuan untuk meningkatkan
bioremediasi melalui teknologi genetik. Teknologi genetika molekuler sangat penting
untuk mengidentifikasi gen-gen yang mengkode enzim yang terkait pada
bioremediasi. Karakterisasi dari gen-gen yang bersangkutan dapat meningkatkan
pemahaman kita tentang bagaimana mikroba-mikroba memodifikasi polutan beracun
menjadi tidak berbahaya.
Salah satu komponen utama dalam bioremediasi adalah mikroorganisme. Strain
atau jenis mikroba rekombinan yang diciptakan di laboratorium dapat lebih efisien
dalam mengurangi polutan. Mikroorganisme rekombinan yang diciptakan dan
pertama kali dipatenkan adalah bakteri "pemakan minyak". Bakteri ini dapat
mengoksidasi senyawa hidrokarbon yang umumnya ditemukan pada minyak bumi.
Bakteri tersebut tumbuh lebih cepat jika dibandingkan bakteri-bakteri jenis lain yang

17
alami atau bukan yang diciptakan di laboratorium yang telah diujicobakan. Akan
tetapi, penemuan tersebut belum berhasil dikomersialkan karena strain rekombinan
ini hanya dapat mengurai komponen berbahaya dengan jumlah yang terbatas. Strain
inipun belum mampu untuk mendegradasi komponen-komponen molekular yang
lebih berat yang cenderung bertahan di lingkungan.

Gambar 1. Ilustrasi mikroorganisme pemakan minyak


Secara umum terdapat tiga cara transpor hidrokarbon ke dalam sel bakteri yaitu
sebagai berikut.
a. Interaksi sel dengan hidrokarbon yang terlarut dalam fase air. Pada kasus ini,
umumnya rata-rata kelarutan hidrokarbon oleh proses fisika sangat rendah
sehingga tidak dapat mendukung.
b. Kontak langsung (perlekatan) sel dengan permukaan tetesan hidrokarbon yang
lebih besar daripada sel mikroba. Pada kasus yang kedua ini, perlekatan dapat
terjadi karena sel bakteri bersifat hidrofobik. Sel mikroba melekat pada
permukaan tetesan hidrokarbon yang lebih besar daripada sel dan pengambilan
substrat dilakukan dengan difusi atau transpor aktif. Perlekatan ini terjadi karena
adanya biosurfaktan pada membran sel bakteri Pseudomonas.
c. Interaksi sel dengan tetesan hidrokarbon yang telah teremulsi atau tersolubilisasi
oleh bakteri. Pada kasus ini sel mikroba berinteraksi dengan partikel hidrokarbon
yang lebih kecil daripada sel. Hidrokarbon dapat teremulsi dan tersolubilisasi

18
dengan adanya biosurfaktan yang dilepaskan oleh bakteri Pseudomonas ke dalam
medium.
Berikut ini merupakan jenis-jenis bakteri pendegradasi hidrokarbon pada
minyak bumi yaitu:
1) Pseudomonas sp.
Pseudomonas berbentuk batang dengan diameter 0,5–1 x 1,5– 5,0 mikrometer.
Bakteri ini merupakan organisme gram negatif yang motilitasnya dibantu oleh satu
atau beberapa flagella yang terdapat pada bagian polar. Akan tetapi ada juga yang
hampir tidak mampu bergerak. Bersifat aerobik obligat yaitu oksigen berfungsi
sebagai terminal elektron aseptor pada proses metabolismenya. Kebanyakan sp.esies
ini tidak bisa hidup pada kondisi asam pada pH 4,5 dan tidak memerlukan bahan-
bahan organik. Bersifat oksidasi negatif atau positif, katalase positif dan
kemoorganotropik. Dapat menggunakan H2 dan CO sebagai sumber energi. Bakteri
pseudomonas yang umum digunakan sebagai pendegradasi hidrokarbon antara lain
Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas stutzeri, dan Pseudomonas diminuta.
Salah satu faktor yang sering membatasi kemampuan bakteri Pseudomonas
dalam mendegradasi senyawa hidrokarbon adalah sifat kelarutannya yang rendah,
sehingga sulit mencapai sel bakteri. Adapun mekanisme degradasi hidrokarbon di
dalam sel bakteri Pseudomonas yaitu:
* Mekanisme degradasi hidrokarbon alifatik
Pseudomonas menggunakan hidrokarbon tersebut untuk pertumbuhannya.
Penggunaan hidrokarbon alifatik jenuh merupakan proses aerobik (menggunakan
oksigen). Tanpa adanya O2, hidrokarbon ini tidak didegradasi. Langkah
pendegradasian hidrokarbon alifatik jenuh oleh Pseudomonas meliputi oksidasi
molekuler (O2) sebagai sumber reaktan dan penggabungan satu atom oksigen ke
dalam hidrokarbon teroksidasi.
* Mekanisme degradasi hidrokarbon aromatik
Banyak senyawa ini digunakan sebagai donor elektron secara aerobik oleh
bakteri Pseudomonas. Degradasi senyawa hidrokarbon aromatik disandikan dalam
plasmid atau kromosom oleh gen xy/E. Gen ini berperan dalam produksi enzim

19
katekol 2,3-dioksigenase. Metabolisme senyawa ini oleh bakteri diawali dengan
pembentukan Protocatechuate atau catechol atau senyawa yang secara struktur
berhubungan dengan senyawa ini. Kedua senyawa ini selanjutnya didegradasi oleh
enzim katekol 2,3-dioksigenase menjadi senyawa yang dapat masuk ke dalam siklus
Krebs (siklus asam sitrat), yaitu suksinat, asetil KoA, dan piruvat.
2) Arthrobacter sp.
Pada kultur yang masih muda Arthrobacter berbentuk batang yang tidak teratur
0,8–1,2 x 1–8 mikrometer. Pada proses pertumbuhan batang segmentasinya
berbentuk cocus kecil dengan diameter 0,6–1 mikrometer. Gram positif, tidak
berspora, tidak suka asam, aerobik, kemoorganotropik. Memproduksi sedikit atau
tidak sama sekali asam dan gas yang berasal dari glukosa atau karbohidrat lainnya.
Katalase positif, temperatur optimum 25–30oC.
3) Acinetobacter sp.
Memiliki bentuk seperti batang dengan diameter 0,9–,6 mikrometer dan
panjang 1,5-2,5 mikrometer. Berbentuk bulat panjang pada fase stasioner
pertumbuhannya. Bakteri ini tidak dapat membentuk spora. Tipe selnya adalah gram
negatif, tetapi sulit untuk diwarnai. Bakteri ini bersifat aerobik, sangat memerlukan
oksigen sebagai terminal elektron pada metabolisme. Semua tipe bakteri ini tumbuh
pada suhu 20-300C, dan tumbuh optimum pada suhu 33-350C. Bersifat oksidasi
negatif dan katalase positif. Bakteri ini memiliki kemampuan untuk menggunakan
rantai hidrokarbon sebagai sumber nutrisi, sehingga mampu meremidiasi tanah yang
tercemar oleh minyak. Bakteri ini bisa menggunakan amonium dan garam nitrit
sebagai sumber nitrogen, akan tetapi tidak memiliki pengaruh yang signifikan. D-
glukosa adalah satu-satunya golongan heksosa yang bisa digunakan oleh bakteri ini,
sedangkan pentosa D-ribosa, D-silosa, dan L-arabinosa juga bisa digunakan sebagai
sumber karbon oleh beberapa strain.
4) Bacillus sp.
Umumnya bakteri ini merupakan mikroorganisme sel tunggal, berbentuk batang
pendek (biasanya rantai panjang). Mempunyai ukuran lebar 1,0-1,2 m dan panjang 3-
5 m. Merupakan bakteri gram positif dan bersifat aerob. Adapun suhu pertumbuhan

20
maksimumnya yaitu 30-50oC dan minimumnya 5-20oC dengan pH pertumbuhan 4,3-
9,3. Bakteri ini mempunyai kemampuan dalam mendegradasi minyak bumi, dimana
bakteri ini menggunakan minyak bumi sebagai satu-satunya sumber karbon untuk
menghasilkan energi dan pertumbuhannya. Pada konsentrasi yang rendah, bakteri ini
dapat merombak hidrokarbon minyak bumi dengan cepat. Jenis Bacillus sp. yang
umumnya digunakan seperti Bacillus subtilis, Bacillus cereus, Bacillus laterospor.

Organisme yang umum untuk bioremediasi antara lain:


Minyak : Pseudomonas, Proteus, Bacillus,
Penicillum,Cunninghamell
Aromatic Rings : Pseudomonas, Achromobacter, Bacillus, Arthrobacter,
Penicillum, Aspergillus, Fusarium, Phanerocheate
Cadmium : Staphlococcus, Bacillus, Pseudomonas, Citrobacter,
Klebsiella, Rhodococcus
Sulfur : Thiobacillus
Chromium : lcaligenes, Pseudomonas, Copper, Escherichia,
Pseudomonas
Adapun anggota aktif dari konsorsium mikroba dalam bioremediasi antara lain:
a. Alcaligenes denitrificans
b. Arthorbacterglobiforms
c. Arthrobactersp
d. Bacillus megaterium
e. Berijerinckia sp
f. Flavobacterium
g. Methanobacterium
h. Mycobacterium sp
i. Mycobacterium vaccae
j. Nitrosomonas eurupaca
k. Nocardia corallia

21
l. Nocardia erythropolis
m. Nocardia sp
n. Pseudomonas aeruginosa
o. Pseudomonas cepacia
p. Pseudomonas fluorescence
q. Pseudomonas glatheri
r. Pseudomonas mendocina
s. Pseudomonas methanic
t. Pseudomonas paucimobilis
u. Pseudomonas putida
v. Pseudomonas sp.
w. Pseudomonas testosterone
x. Pseudomonas vesicularis

22
2.6 Mikroorganisme Patogen dalam air
1. Bakteri Merugikan Dalam Mikrobiologi Lingkungan Air
Bakteri yang hidup di perairan umumnya uniseluler, tidak memiliki
klorofil, berkembang biak dengan pembelahan sel secara transversal atau
biner, sebagian besar (± 80%) berbentuk batang, gram negatif, bergerak secara
aktif. Secara umum hidupnya saprofitik pada sisa buangan hewan atau
tanaman yang sudah mati, ada juga yang bersifat parasitik pada hewan,
manusia dan tanaman yang dapat menyebabkan penyakit. Contoh bakteri yang
banyak dijumpai di laut: Pseudomonas, Vibrio, Flavobacterium,
Achromobacter dan Bacterium.
1. Vibrio (Vibrio cholerae). Vibrio adalah salah satu jenis bakteri yang tergolong
dalam kelompok marine bacteria. Bakteri ini umumnya memiliki habitat alami
di laut. Sejumlah spesies Vibrio yang dikenal sebagai patogen seperti V.
alginolyticus, V. anguillarum, V. carchariae, V. cholerae, V. harveyii, V. ordalii
dan V. Vulnificus. Gejala yang ditimbulkan dari bakteri ini adalah diare yang
sangat parah, muntah-muntah, kehilangan cairan sangat banyak sehingga
menyebabkan kejang dan lemas.
2. Shigella sp. Shigella adalah genus dari Gram-negatif, non-motil, bakteri
endospor berbentuk-tongkat yang berhubungan dekat dengan Escherichia coli
dan Salmonella. Shigella merupakan penyebab dari penyakit shigellosis pada
manusia, selain itu, Shigella juga menyebabkan penyakit pada primata lainnya,
tetapi tidak pada mamalia lainnya.
3. Eschericia coli (strain patogen) menyebabkan diare. Gejala yang ditimbulkan
dari bakteri ini adalah buang air besar berkali-kali dalam sehari, kotoran encer
(mengandung banyak air), terkadang diikuti rasa mulas atau sakit perut.
4. Salmonella typhi menyebabkan tifus. Gejala yang ditimbulkan dari bakteri ini
adalah sakit kepala, demam, diare, muntah-muntah, peradangan dan pendarahan
usus.
5. Shigella dysentriae menyebabkan disentri. Gejala yang ditimbulkan infeksi usus
besar, diare, kotoran mengandung lendir dan darah, sakit perut.

23
6. Cyanobacteria adalah mikroorganisme yang sangat umum ditemukan dalam air.
Warna air kebiruan-hijau di kolam atau selokan yang dikaitkan dengan
organisme ini. Nostoc dan Anabaena adalah cyanobacteria umum yang
ditemukan dalam air kolam. Anabaena diketahui berperan dalam menfiksasi
nitrogen, dan Anabaena membentuk hubungan simbiosis dengan tanaman
tertentu seperti paku-pakuan. Terdapat satu dari 4 genera dari cyanobacteria
yang menghasilkan neurotoxin, yang membahayakan margasatwa lokal seperti
halnya hewan ternak dan hewan peliharaan. Spesies tertentu dari Anabaena
telah digunakan dalam pertanaman padi sawah, sebagai penyedia pupuk alami
yang efektif.
2. Alga Hijau Merugikan Dalam Mikrobiologi Lingkungan Air
Alga tidak memiliki akar, batang dan daun yang mempunyai fungsi
seperti tumbuhan darat, wujud alga terdiri dari batang yang disebut thallus.
Umumnya alga hidup secara bebas di air atau bersimbiosis dengan jasad lain.
Mempunyai bentuk uniseluler, filamen yang mengelilingi tubuhnya banyak
diselimuti dengan lendir. Kehadiran alga hijau dalam air dapat meyebabkan
perubahan warna air, air menjadi licin karena dapat menghasilkan lendir,
dapat menimbulkan bau dan rasa pada air.
1. Spesies Hydrodictyon africanum, Hydrodictyon indicum, Hydrodictyon
patenaeforme, Hydrodictyon reticulatum.
2. Chlorella adalah genus ganggang hijau bersel tunggal yang hidup di air tawar,
laut, dan tempat basah. Spesies Chlorella seperti Chlorella vulgaris, Chlorella
pyrenoidosa, Chlorella pyrenoidosa. Peranan Chlorella bagi kehidupan
manusia antara lain, digunakan dalam penyelidikan metabolisme di
laboratorium sebagai SCP (Single Cell Protein) atau Protein Sel Tunggal. Juga
dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik dan bahan makanan, bahan obat-obatan
yang dimasukkan dalam kapsul dan dijual sebagai suplemen makanan dikenal
dengan “Sun Chlorella”.
3. Jamur Merugikan Dalam Mikrobiologi Lingkungan Air

24
Jamur hidup tersebar luas, berbentuk uniseluler, umumnya berbentuk
filamen atau serat yang disebut miselia atau hifa. Contohnya Saprolegnia sp.,
Branchiomyces sanguinis, Icthyophonus hoferi. Berikut contohnya:
1. Branchiomyces atau "Gill Rot (busuk insang)" disebabkan oleh jamur
Branchiomyces sanguinis dan Branchiomyces demigrans. Spesies jamur ini
biasanya dijumpai pada ikan yang mengalami stres lingkungan, seperti pH
rendah (5.8 -6.5), kandungan oksigen rendah atau pertumbuhan algae yang
berlebih dalam akuarium, Branchiomyces sp. tumbuh pada temperatur 14 -
35°C, pertumbuhan optimal biasanya terjadi pada selang suhu 25 - 31°C.
Penyebab utama infeksi biasanya adalah spora jamur yang terbawa air dan
kotoran pada dasar akuarium. Tanda-tanda Penyakit Branchiomyces sanguinis
dan B. demigrans pada umumnya menyerang insang ikan.
2. Icthyophonus disebabkan oleh jamur Icthyophonus hoferi . Jamur ini tumbuh
baik pada air tawar maupun air asin (laut). Meskipun demikian, biasanya
serangan jamur ini hanya akan terjadi pada air dingin 2 - 20° C. Penyebaran
Icthyophonus berlangsung melalui kista yang terbawa kotoran ikan atau akibat
kanibalisme terhadap ikan yang terjangkit.
4. Virus Merugikan Dalam Mikriobiologi Lingkungan Air
Bentuk virus bermacam-macam antara lain bentuk batang pendek, batang
panjang, bulat, bentuk polihedral. Ukurannya lebih kecil daripada bakteri. Hanya
memiliki satu jenis asam nukleat seperti virus polifag. Berikut contoh merugikan:
1. Virus hepatitis A menyebabkan penyakit hepatitis. Gejala yaitu demam, sakit
kepala, sakit perut, kehilangan selera makan, pembekakan hati sehingga tubuh
menjadi kuning. Virus ini dikeluarkan oleh orang yang membuang tinja, dan
jika kotoran mencemari pasokan air, maka virus ini dibawa dalam air sampai
dikonsumsi oleh manusia.
2. Virus polio menyebabkan penyakit Poliomyelitis. Gejala yaitu tenggorokan
sakit, demam, diare, sakit pada tungkai dan punggung, kelumpuhan dan
kemunduran fungsi otot.
5. Protozoa Merugikan Dalam Mikrobiologi Lingkungan Air

25
Protozoa merupakan protista unisel, mikroskopis, berukuran yang
bervariasi antara 10 – 500 mikron, hidup sebagai satu individu ada pula yang
berkoloni. Protozoa terbagi menjadi 3 yaitu amoeba/pseudoodia, siliata dan
flagelata. Contoh : Cryptocaryon irritans, Stylonycia sp., Entamoeba
histolitika.
1. Trichodiniasis, dengan agen kausatif : Trichodina, Trichodinella, Tripartiella.
Parasit ini menyerang kulit dan insang ikan budidaya seperti bandeng, kakap,
kerapu pada perairan tawar.
2. Entamoeba histolytica menebabkan penyakit disentri amoeba. Gejalanya sama
seperti disentri oleh bakteri.
3. Balantidium coli menyebabkan penyakit balantidiasis. Gejala yang ditimbulkan
adalah peradangan usus, diare berdarah.

2.7 Kualitas Mikrobiologis Air


Pada pemeriksaan mikrobiologis yang rutin terhadap air untuk
menentukan aman atau tidaknya untuk diminum, tidaklah cukup bila hanya
berdasarkan uji-uji yg digunakan hanya terhadap mikroorganisme patogenik,
karena: Kemungkinan besar patogen masuk ke dalam air secara sporadis,
tetapi karena tidak dapat bertahan hidup lama, maka mungkin saja tidak
terdapat di dalam contoh air yang dikirim ke laboratorium. Bila terdapat
dalam jumlahnya amat sedikit, maka besar kemungkinan patogen - patogen
tersebut tidak terdeteksi oleh prosedur laboratorium yang digunakan. Hasil
pemeriksaan laboratorium baru dapat diketahui setelah 24 jam atau lebih.   
Apabila ternyata ditemukan adanya patogen, sementara itu tentunya banyak
orang telah mengkonsumsi air tersebut dan telah tereksposi terhadap infeksi
sebelum dapat dilakukan usaha untuk mengatasi situasi tersebut.
a. Mikroorganisme indikator
Istilah “mikroorganisme indikator” digunakan dalam analisis air mengacu pada
sejenis mikroorganisme yang kehadirannya di dalam air merupakan bukti bahwa air

26
tersebut tercemar oleh tinja manusia atau hewan yang berdarah panas. Artinya
terdapat peluang bagi berbagai macam mikroorganisme patogen, yang secara berkala
terdapat di dalam saluran pencernaan untuk masuk ke dalam air tersebut.
Beberapa ciri penting suatu mikroorganisme indikator ialah:
1. Terdapat dalam air tercemar dan tidak ada dalam air yang tidak tercemar.
2. Terdapat dalam air bila ada pathogen
3. Jumlah mikroorganisme indikator berkorelasi dengan kadar polusi
4. Memiliki kemampuan bertahan hidup yang lebih besar daripada pathogen
5. Memiliki sifat seragam dan mantap
6. Tidak berbahaya bagi manusia dan hewan
7. Terdapat dalam jumlah yang lebih banyak daripada pathogen
8. Mudah dideteksi dengan teknik - teknik laboratorium yang sederhana
b. Escherichia coli dan bakteri koliform lain.
Escherichia coli adalah penghuni normal saluran pencernaan manusia dan
hewan berdarah panas. Biasanya tidak patogenik. Anggota lain kelompok koliform
ialah Klebsiella pneumoniae dan Enterobacter aerogenes, yang terdapat dalam saluran
pencernaan manusia dan hewan, juga di dalam tanah, air, padi – padian dan produk –
produk dari. koliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk
batang gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobik fakultatif yang
memfermentasi laktose dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada
suhu 35°C.  Kelompok koliform mempunyai beberapa ciri yang juga dimiliki oleh
anggota – anggota genus Salmonella dan Shigella, yaitu dua genera yang mempunyai
spesies – spesies enterik patogenik. Namun, ada perbedaan biokimia utama yang
nyata yaitu bahwa koliform dapat memfermentasi laktose dengan menghasilkan asam
dan gas, sedangkan Salmonella dan Shigella tidak memfermentasi laktose. Fermentasi
laktose merupakan reaksi kunci di dalam prosedur laboratorium untuk menentukan
potabilitas air.
c. Pemeriksaan bakteriologis untuk menentukan potabilitas air
Metode – metode pemeriksaan bakteriologis terhadap air disajikan di
dalam buku Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater,

27
yang disusun dan diterbitkan sebagai usaha bersama antara American Public
Health Association, American Water Works Association, dan Federation of
Sewage and Industrial Wastes Associations. Merupakan standar dan harus
diikuti jika hasilnya ingin dianggap resmi. Hal – hal yang harus diperhatikan
bila mengirimkan contoh air untuk analisis bakteriologis :
1. Contoh air harus ditempatkan di dalam botol yang steril.
2. Contoh tersebut harus dapat mewakili sumbernya.
3. Contoh air tidak boleh terkontaminasi selama dan setelah pengambilan.
4. Contoh tersebut harus diuji segera setelah pengambilan.
5. Apabila ada penundaan pemeriksaan maka contoh tersebut harus disimpan
pada suhu antara 0 sampai 10°C.
d. Pengujiaan untuk mendeteksi bakteri koliform
Penggunaan media selektif dan diferensial sangat membantu
mempercepat usaha pemeriksaan air guna mendeteksi organisme koliform.
Pemeriksaan tersebut terdiri dari 3 langkah berurutan :
1. Uji dugaaan (presumptive test)
2. Uji yang diperkuat (confirmed test)
3. Uji lengkap (complete test)
e. Mikroorganisme selain bakteri koliform
Sejumlah bakteri dianggap sebagai bakteri pengganggu dalam air karen
menimbulkan masalah bau, warna, dan rasa, di samping juga membentuk
endapan persenyawaan tak dapat larut di dalam pipa – pipa sehingga
mengurangi atau menyumbat aliran air. Algae juga dapat menimbulkan bau,
mengubah warna, dan ciri- ciri lain yang tidak dikehendaki. Aksi merusak
pada beberapa mikroorganisme adalah sebagai berikut:
-Bakteri pembentuk lender, Menghasilkan keadaan berlendir.
-Bakteri besi, Mengubah persenyawaan besi yang dapat larut menjadi bentuk yang
tak dapat larut. Pengendapan persenyawaan besi yang tak dapat larut akan
menghambat aliran air dalam pipa.

28
-Bakteri sulphur, Membentuk asam sulfat dan hidrogen sulfide, yang dapat membuat
air menjadi asam dan berbau tidak enak.
-Algae, Menyebabkan kekeruhan, perubahan warna, serta bau dan rasa tak enak.

Air dapat mendukung pertumbuhan berbagai jenis mikroorganisme.


Sebagai contoh, kegiatan kimia ragi strain tertentu menghasilkan bir dan roti.
Selain itu, pertumbuhan beberapa bakteri dalam air yang terkontaminasi dapat
membantu mencerna racun dari air. Namun, keberadaan penyakit lainnya
yang disebabkan mikroba dalam air adalah tidak sehat dan bahkan
mengancam kehidupan. Kontaminasi yang mencemari air digolongkan ke
dalam tiga kategori, yaitu kimiawi, fisik, dan hayati. Kontaminan–kontaminan
tertentu dalam setiap kategori ini dapat mempunyai pengaruh nyata terhadap
kualitas air.
Analisis yang digunakan dalam pemeriksaan mikrobiologi antara lain:
1. Total Count.
2. Penentuan Nilai IPB (Indeks Pencemar Biologis).
3. Perhitungan Nilai Total Coliform. Uji kualitas Coliform terdiri dari tiga tahap,
yaitu: (1) Uji pendugaan, (2) Uji penegasan, (3) Uji lengkap.
Pencemaran air oleh mikroorganisme atau zat – zat kimia berarti air
tersebut mengalami polusi dan tidak dapat diminum. Oleh karena itu perlu
dilakukan pemurnian terhadap air yang telah tercemar pada umumnya
dilakukan oleh pabrik pemurnian air dengan tujuan dapat menghasilkan air
dengan kualitas yang aman untuk dikonsumsi manusia. Cara– cara utama
yang digunakan (proses) dalam pemurnian air yaitu filter, klorin, yodium,
cahaya ultraviolet, dan ozonisasi.

29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mikrobiologi lingkungan air adalah ilmu yang mengacu pada studi
tentang mikroorganisme yang hidup di air atau yang dapat diangkat dari satu
habitat yang lain dengan air. Ada 2 macam jenis utama air yaitu air tanah dan
air permukaan.
Mikroorganisme di perairan berdasarkan sifat tropiknya meliputi :
Mikroba autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis
makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan
bantuan energi seperti matahari dan kimia. Mikroba heterotrof adalah
organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya dan
bahan tersebut disediakan oleh organisme lain.
Biomagnifikasi adalah suatu Proses dimana pencemar bergerak dari satu
tingkat tropik ke tingkat lainnya dan menunjukkan kepekatan pencemar dalam
makhluk hidup sesuai dengan tingkat trofik makhluk hidup tertentu.
Bioremediasi berasal dari kata bio dan remediasi atau “remediate” yang
artinya menyelesaikan masalah. Jadi bioremediasi adalah salah satu teknologi
alternatif untuk mengatasi masalah lingkungan dengan memanfaatkan bantuan
mikroorganisme.
Kelompok mikroorganisme yang hidup di dalam air terdiri dari bakteri,
alga biru-hijau, fungi, mikrolaga, virus dan protozoa. Beberapa macam
mikroorganisme air yang menguntungkan seperti Chlorella, Hydrodyction,
Pinnularia, Scenedesmus, Tabellaria (sebagai makanan ikan). Beberapa
macam mikroorganisme merugikan seperti Vibrio penyebab penyakit kolera,
Entamoeba penyebab disentri amuba. Di dalam air juga ditemukan mikroba
penghasil toksin seperti Clostridium yang hidup anaerobik, yang hidup
aerobik misalnya Pseudomonas, Salmonella, Staphyloccus,

30
DAFTAR PUSTAKA

Atlas, Kanada. 2004 Principles of microbiology. St. Louis: Mosby. ISBN 0-8016-
7790-4.
Departemen Kesehatan RI. 2002. SK Menteri Kesehatan No. 907/Menkes/VIII/,
Tentang Standarisasi Baku Mutu Air dan Badan Dalam Air. Departemen
Kesehatan. Jakarta.
Dwidjoseputro. 1976. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.
Fardiaz, Srikandi. 1993. Analisis Mikrobioloogi Pangan. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/12/29/mikroorganisme-sebagai-indikator-
baik-buruknya-kualitas-lingkungan-alam/ (diakses Rabu, 15 September 2021 )
J. Pelczar, Michael dan E.C.S. Chan, 2008. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jilid 2.
Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press) (diakses Rabu, 15 September
2021 )
Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi (Common Teksbook). Biologi FPMIPA UPI,
IMSTEP (diakses Rabu, 15 September 2021 )
Purnomo, Hari. 1995. Aktivitas Air dan Perannya dalam Pengawetan Pangan.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Saksono, Lukman. 1986. Pengantar Sanitasi Makanan. Alumni. Bandung.
Santoso, Budi. 1994. Petunjuk Praktis Budidaya Lele Dumbo& Lokal. Kanisius.
Yogyakarta.
Singleton, P. 1992. Introduction to Bacteria for Student of Biology Biotecnology and
Medicine. Academyc Press. Inc. New York.
Suriawiria. 1993. Budi Daya Ikan dan Pengelolaannya. Penebar Swadaya. Jakarta.

31

Anda mungkin juga menyukai