PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penulisan book report buku filsafat ilmu sebuah pengantar populer karangan
Jujun S. Suriasumantri bertujuan untuk memenuhi tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Nilai dan Moral. Buku ini memiliki 10
BAB, diawali dengan kearah pemikiran filsafat, dasar-dasar pengetahuan, ontologi:
hakikat apa yang dikaji, epistemologi: cara mendapatkan pengetahuan yang benar,
sarana berpikir ilmiah, aksiologi: nilai kegunaan ilmu, ilmu dan kebudayaan, ilmu dan
bahasa, penelitian dan penulisan ilmiah, dan penutup.
Kaitan buku filsafat ilmu sebuah pengantar popular dengan pendidikan nilai
dan moral adalah filsafat merupakan induk dari pendidikan nilai dan moral. Ilmu
filsafat mengkaji mengenai epistimologi (filsafat pengetahuan), etika (filsafat moral),
etestika (filsafat seni), metafisika, politik (filsafat pemerintahan), filsafat agama,
filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat hukum, filsafat sejarah dan filsafat
matematika. Pendidikan nilai dan moral termasuk di filsafat agama dan juga etika.
Alasan itulah yang membuat penulis memilih buku filsafat ilmu sebuah pengantar
populer karangan Jujun S. Suriasumantri untuk menjadi buku yang penulis jadikan
buku utama untuk dikaji dan dibuat kedalam bentuk book report.
B. Rumusan Masalah
Apa yang di maksud dengan pemikiran filsafat
C. Tujuan
Untuk mengetahui apa itu pemikiran filsafat
BAB II
PEMBAHASAN
4. Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemology (filsafat pengetahuan) yang
secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Filsafat ilmu
merupakan telaah scara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan
mengenai hakikat ilmu seperti: Obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud
yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan
daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa dan mengindera yang
membuahkan pengetahuan? Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan landasan
ontologisme).
B. DASAR-DASAR PENGETAHUAN
1. Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan
yang berupa pengetahuan. Sebagai kegiatan berpikir, penalaran mempunyai irri-
ciri tertentu yaitu: pertama, adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat
disebut logika. Atau dapat juga dikatakan penalaran merupakan suatu proses
berpikir logis. Ciri yang kedua adalah proses berpikirnya bersifat analitik.
Perasaan adalah suatu penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran.
Intuisi adalah suatu kegiatan berpikir yang nonanalitik yang tidak mendasarkan
diri pada pola pikir tertentu.
2. Logika
Logika dapat di defenisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih.
Logika ada dua yaitu: logika induksi dan logika deduksi. Logika Induksi
merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari
kasus yang bersifat individual. Sedangkan logika deduksi merupakan cara berpikir
di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat
khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif menggunakan pola berpikir
silogisme. Disusun dari dua buah pertanyaan dan sebuah kesimpulan.
3. Sumber pengetahuan
Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar. Yang pertama adalah mendasarkan diri kepada rasio dan
yang kedua mendasarkan diri kepada pengalaman. Kaum rasionalis
mengembangkan paham apa yang kita kenal dengan rasionalisme sedangkan
mereka yang mendasarkan diri kepada pengalaman mengembangkan paham yang
disebut dengan empirisme.
Kaum rasionalis beranggapan bahwa pengetahuan didapatkan lewat penalaran
rasional yang abstrak sedangkan kaum empirisme pengetahuan manusia
didapatkan lewat bukti konkret. Selain rasionalisme dan empirisme masih terdapat
cara untuk mendapatkan pengetahuan yaitu intuisi dan wahyu. Intuisi merupakan
pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Suatu
masalah dalam pikiran namun menemui jalan buntu, tiba-tiba saja muncul di
benak kita yang lengkap dengan jawabannya dan kita merasa yakin bahwa itulah
jawabannya namun kita tidak bisa menjelaskan bagaimana caranya kita sampai
kesana. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Wahyu pengetahuan
yang disampaikan oleh Tuhan kepada para nabi dan rasul-rasulnya.
4. Kriteria Kebenaran
a. Paham Koherensi.
Sesuatu yang dianggap benar apabila pernyataan dan kesimpulan
konsisten dengan pernyataan dan kesimpulan yang terdahulu yang telah
dianggap benar. Teori ini disebut teori koherensi. Atau dapat disimpulkan
bahwa teori koherensi adalah suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan
itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya
yang dianggap benar.
2. Asumsi
Determinisme, probabilistik dan pilihan bebas merupakan permasalahan
filsafati yang rumit namun menarik. Tanpa mengenal ketiga aspek ini akan sulit
bagi kita untuk mengenal hakikat keilmuan dengan baik.
Paham determinisme dikembangkan oleh William Hamilton (1788-1856) dari
doktrin Thomas Hobbes (1588-1679) yang menyimpulkan bahwa pengetahuan
adalah bersifat empiris yang dicerminkan oleh zat dan gerak yang bersifat
universal. Aliran ini merupakan lawan dari fatalisme yang menyatakn bahwa
segala kejadian ditentukan oleh nasib yang ditetapkan lebih dahulu.
3. Peluang
Berdasarkan teori keilmuan tidak akan pernah mendapatkan hal yang pasti
mengenai suatu kejadian. Yang ada adalah kesimpulan yang probabilistik.
2. Pengetahuan
Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui
tentang suatu obyek tertentu. Termasuk didalamnya adalah ilmu. Setiap jenis
pengetahuan memiliki ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana
gaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi). Ilmu mempelajari alam
sebagaimana adanya dan terbatas pada lingkup pengalaman kita. Usaha untuk
mengetahui gejala ualam sudah dimulai sejak dulu kala melalui mitos. Tahap
selanjutnya yaitu dengan mengembangkan pengetahuan yang mempunyai
kegunaan praktis dan berakar pada pengalaman berdasarkan akal sehat yang
didukung oleh metode mencoba-coba. Perkembangan ini menyebabkan
tumbuhnya pengetahan yang disebut seni terapan. Akal sehat dan coba-coba
mempunyai peranan penting dalam usaha manusia untuk menemukan penjelasan
mengenai berbagai gejala alam. Perkembangan selanjutnya adalah tumbuhnya
rasionalisme yang secara kritis mempertanyakan dasar-dasar pikiran yang bersifat
mitos. Lalu berkembang lagi kearah empirisme yang menyatakan bahwa
pengetahuan yang benar itu didasarkan kepada kenyataan pengalaman.
3. Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang
disebut ilmu. Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari
peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Alur berpikir yang
tercakup dalam metode ilmiah adalah sebagai berikut yaitu: pertama, perumusan
masalah, Kedua, Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis yang
merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat
antara faktor yang saling mengait dan membentuk konstelasi permasalahan,
ketiga. Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara. Keempat,
pengujian hipotesis. Kelima. Penarikan kesimpulan.
2. Matematika
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat
artifisial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya.
Tanpa itu matematika hanya kumpulan rumus-rumus yang mati. Matematika
mempunyai kelebihan dari bahasa verbal karena matematika mengembangkan
bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara
kuantitatif. Dengan bahasa verbal hanya bisa mengemukakan peryataan yang
bersifat kualitatif. Sifat kuantitatif dari matematika meningkatkan daya prediktif
dan kontrol dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang
memungkinkan pemecahan masalah secara lebih tepat dan cermat. Matematika
berfungsi sebagai alat berpikir. Matematika secara garis besarnya merupakan
pengetahuan yang disusun secara konsisten berdasarkan logika deduktif.
Ada beberapa aliran dalam Filsafat Matematika antara lain: Aliran Logistik
(Immanuel Kant) Aliran Intusionis (Jan Brouwer) dan Aliran Formalis (David
Hilbert).
3. Statistika
Yang menjadi dasar teori statistika adalah peluang. Konsep statistika sering
dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi. Statistika
mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang
ditarik. Yang pada pokoknya didasarkan pada asas yang sederhana, yakni semakin
besar contoh yang diambil maka makin tinggi pula tingkat ketelitian kesimpulan
tersebut. Statistika juga memberikan kemampuan kepada kita untuk mengetahui
apakah suatu hubungan kausalitas antara dua faktor atua lebih bersifat kebetulan
atau benar-benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris. Sebagai
bagian dari perangkat metode ilmiah maka statistika membantu kita untuk
melakukan generalisasi dan menyimpulkan karakteristik suatu kejadian secara
lebih pasti dan bukan secara kebetulan.
4. Revolusi Genética.
Revolusi genética merupakan babakan baru dalam sejarah keilmuan manusia
sebab sebelum ini ilmu tidak pernah menyentuh manusia sebagai obyek
penelaahan itu sendiri. Memperlakukan manusia sebagai kelinci pencobaan adalah
sikap yang tidak bermoral dan bertentangan dengan hakikat ilmu.
G. ILMU DAN KEBUDAYAAN
1. Manusia dan Kebudayaan
Kebudayaan didefenisikan pertama kali oleh EB. Taylor pada tahun 1871
dimana dalam bukunya primitive culture, kebudayaan diartikan sebagai
keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat
serta kemampuan dan kebiasaan lainya yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Nilai menjadi dasar dari kebudayaan. Disamping nilai ini kebudayaan
diwujudkan dalam bentuk tata hidup yang merupakan kegiatan manusia yang
mencerminkan nilai budaya yang di kandungnya. Pada dasarnya tata hidup
merupakan pencerminan yang konkret dari nilai budaya yang bersifat abstrak:
kegiatan manusia ini dapat ditangkap oleh pancaindera sedangkan nilai budaya
hanya tertangguk oleh budi manusia. Disamping itu nilai budaya dan tata hidup
manusia ditopang oleh sarana kebudayaan.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan menalar memang tidak terlepas dari kegiatan dan kehidupan manusia sehari-
hari. Seperti apa yang telah dijelaskan oleh Jujun S. Suriasumantri dalam buku
Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer bahwa memang manusia adalah satu-satunya
makhluk yang mengembangkan pengetahuan untuk menunjang kehidupannya dan
selalu menggunakan penalarannya.
Dalam buku ini juga dipaparkan bahwa dalam penalaran yang dilakukan oleh manusia
itu terbagi atas beberapa paham yang dianutnya. Ada paham rasionalisme, empirisme,
koherensi, dan korespondensi. Penalaran yang bersifat rasionalisme didasarkan atas
berpikir logika atau logis. Penalaran yang bersifat empirisme adalah penalaran yang
didasarkan atas pengalaman atau kenyataan yang ditangkap oleh pancaindera
manusia. Penalaran koherensi adalah penalaran yang bersifat berhubungan yang
hampir sama dengan paham korespondensi.
Kemudian, ketepatan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal yakni kebenaran
premis mayor, kebenaran premis minor dan keabsahan pengambilan kesimpulan.
Sekiranya salah satu dari ketiga unsur tersebut persyaratannya tidak dipenuhi maka
kesimpulan yang ditariknya akan salah.
DAFTRAR PUSTAKA
Jujun S. Suriasumantri. 1995. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar
Harapan Jakarta