Anda di halaman 1dari 11

Penegakan dan Perlindungan Hukum Menurut Hukum Administrasi

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Hukum Tata Usaha Negara

Dosen Pengampu :
Elva Imeldatur Rohmah, S.H.I, M.H

M. Fikri Ahsan H (C01219024)


Mas Rafly Ramadhani (C01219026)
Muhammad Fauzan (C01219032)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
PRODI HUKUM KELUARGA
2021
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Pemerintah atau administrasi negara adalah salah satu subyek hukum. Sebagai subyek
hukum pemerintah dapat melakukan tindakan hukum, baik dalam kapasitasnya sebagai wakil
dari badan ataupun sebagai pejabat. Tindakan hukum pemerintah dapat menjadi peluang
munculnya perbuatan yang bertentangan dengan hukum, yang melanggar hak-hak warga
Negara. Ketika tindakan hukum itu melanggar hak-hak warga negara, hukum harus
memberikan perlindungan bagi warga negara tersebut. Perlindungan hukum yang
dimaksudkan ini lebih ditekankan pada perlindungan hukum terhadap sikap tindak atau
perbuatan hukum pemerintah.
Perlindungan dan penegakan hukum selalu diikuti dengan pertanggungjawaban hukum.
Dalam melakukan tindakan hukum, pemerintah harus bersandar pada asas legalitas. Asas ini
bertujuan agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh pejabat
administrasi negara. Tindakan hukum mengandung makna penggunaan kewenangan dan di
dalamnya tersirat adanya kewajiban pertanggungjawaban. Pertanggungjawab hukum adalah
sikap pemerintah yang mau menunjukan bahwa mereka tidak mau melepasakan diri
konsekuensi tindakan hukumnya
B. Rumusan Masalah

1. Fungsi Hukum Aministrasi Negara


2. Pengertian dan tujuan Perlindungan hukum administrasi
3. Pengertian Penengakan Hukum administrasi

C. Tujuan
Untuk lebih mudah memahami tentang Penegakan dan Perlindungan Hukum Menurut
Hukum Administrasi
BAB II
Pembahasan

A. Fungsi Hukum Aministrasi Negara


Hukum Adsministrasi Negara merupakan salah satu alat bagi implementasi tujuan negara
kesejahtraan welfare state,1 Maka pemahaman Hukum Administrasi Neagara menjadi satu
hal yang sangat vital untuk dikembangkan dalam kehidupan bernegara. Dalam konsep
welfare state, administrasi negara diwajibkan untuk berperan secara aktif di seluruh segi
kehidupan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan suatu pengetahuan terkait dari fungsi dari
Hukum Administrasi Negara sendiri, sebagai dasar dan alternative dalam mewujudkan
Negara yang sejahtera. Ada beberapa pakar Ilmu Hukum yang mengungkapkan pendapatnya
terkait dengan fungsi darai Hukum Administrasi Negara, yakni sebagai berikut:
Dalam pengertian umum, Budiono mengungkapkan pendapatnya bahwasannya fungsi
hukum adalah untuk tercapainya ketertiban umum dan keadilan. Ketertiban umum yang
dimaksud adalah suatu keadaan yang menyangkut penyelenggaraan kehidupan manusia
sebagai kehidupan bersama. Keadaan tertib yang umum menunjukkan suatu keteraturan yang
diterima secara umum sebagai suatu kepatutan, supaya kehidupan bersama tidak berubah
menjadi anarki.
Menurut Sjachran Basah, ada lima fungsi hukum dalam kaitannya dengan kehidupan
masyarakat,2 yaitu sebagai berikut :
1. Direktif, sebagai pengarah dalam membangun suatu negara untuk membentuk
masyarakat yang hendak dicapai sesuai dengan tujuan kehidupan bernegara
2. Integratif, sebagai pembina kesatuan bangsa.
3. Stabilitatif, sebagai pemelihara (termasuk di dalamnya hasil-hasil pembangunan) dan
penjaga keselarasan, keserasian, dan keseimbangan dalam kehidupan bernegara dan
bermasyarakat.
4. Perfektif, sebagai penyempurna terhadap tindakan-tindakan administrasi negara, maupun
sikap tindak warga negara dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
5. Korektif, baik terhadap warga negara maupun administrasi negara dalam mendapatkan
keadilan.

1
Yaitu negara yang pemerintahannya bertanggung jawab penuh untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasar sosial dan
ekonomi dari setiap warga negara agar mencapai suatu standar hidup yang minimal
2
Iskatrinah: http://buletinlitbang.dephan.go.id
Secara spesifik, yang terkait dengan Hukum Administrasi Negara, menurut Philipus M.
Hadjon, ada tiga macam fungsi HAN, yakni fungsi normatif, fungsi instrumental, dan fungsi
jaminan.[3] Ketiga fungsi ini saling berkaitan satu sama lain. Fungsi normatif yang menyangkut
penormaan kekuasaan memerintah jelas berkaitan erat dengan fungsi instrumental yang
menetapkan instrumen yang digunakan oleh pemerintah untuk menggunakan kekuasaan
memerintah dan pada akhirnya norma pemerintahan dan instrumen pemerintahan yang
digunakan harus menjamin perlindungan hukum bagi rakyat.
a. Fungsi Normatif Hukum Administrasi Negara
Penentuan norma HAN dilakukan melalui beberapa tahap. Untuk dapat menemukan
normanya perlu melihat dan melacak melalui serangkaian peraturan perundang-undangan.
Artinya, peraturan hukum yang harus diterapkan tidak begitu saja kita temukan dalam undang-
undang, tetapi dalam kombinasi peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan Tata Usaha
Negara yang satu dengan yang lain saling berkaitan. Pada umumnya ketentuan undang-undang
yang berkaitan dengan HAN hanya memuat norma-norma pokok atau umum, sementara
periciannya diserahkan pada peraturan pelaksanaan.
setiap tindakan pemerintah dalam negara hukum harus didasarkan pada asas legalitas. Hal ini
berarti ketika pemerintah akan melakukan tindakan, terlebih dahulu mencari apakah legalitas
tindakan tersebut ditemukan dalam undang-undang. Jika tidak terdapat dalam UU, pemerintah
mencari dalam berbagai peraturan perundang-undangan terkait. Ketika pemerintah tidak
menemukan dasar legalitas dari tindakan yang akan diambil, sementara pemerintah harus segera
mengambil tindakan, maka pemerintah menggunakan kewenangan bebas yaitu dengan
menggunakan Freies Ermessen.3
b. Fungsi Instrumental Hukum Administrasi Negara
Pemerintah dalam melakukan berbagai kegiatannya menggunakan instrumen yuridis, seperti
peraturan, keputusan, peraturan kebijaksanaan, dan sebagainya. Sebagaimana telah disebutkan
bahwa dalam negara sekarang ini khususnya yang menganut type welfare state, pemberian
kewenangan yang luas bagi pemerintah merupakan konsekuensi logis, termasuk memberikan
kewenangan kepada pemerintah untuk menciptakan berbagai instrumen yuridis sebagai sarana
untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan.

B. Perlindungan Hukum
Subjek hukum selaku pemikul hak-hak dan kewajiban-kewajiban, dapat melakukan tindakan-
tindakan hukum berdasarkan kemampuan atau kewenangan yang dimilikinya. Dalam pergaulan
di tengah masyarakat, banyak terjadi hubungan hukum yang muncul sebagai akibat adanya
tindakan-tindakan hukum dari subjek hukum itu, yakni interaksi antarsubjek hukum yang
memiliki relevansi hukum atau mempunyai akibat-akibat hukum. agar hubungan hukum
antarsubjek hukum itu berjalan secara harmonis, seimbang, dan adil atau dalam arti lain setiap

3
kewenangan bebas yang sah untuk turut campur dalam kegiatan sosial guna melaksanakan tugas-tugas penyelenggaraan
kepentingan umum.
objek hukum mendapatkan apa yang menjadi haknya dan menjalankan kewajiban yang
dibebankan kepadanya, maka hukum tampil sebagai aturan main dalam mengatur hubungan
hukum tersebut.
Hukum diciptakan sebagai suatu sarana atau instrumen untuk mengatur hak-hak dan
kewajiban-kewajiban subjek hukum. Selain itu hukum berfungsi sebagai instrumen perlindungan
bagi subjek hukum. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, damai tetapi dapat
terjadi juga karena pelanggaran hukum4. Pelanggaran hukum terjadi ketika subjek hukum
tertentu tidak menjalankan kewajiban yang seharusnya dijalankan atau karena melanggar hak-
hak subjek hukum lain. Subjek hukum yang dilanggar hak-haknya harus mendapatkan
perlindungan hukum.
Perlindungan hukum bagi rakyat merupakan konsep universal, dalam arti dianut dan
diterapkan oleh setiap negara yang mengedepankan diri sebagai negara hukum, namun seperti
yang disebutkan Paulus E. Lotulung, masing-masing negara mempunyai cara dan mekanismenya
sendiri tentang bagaimana mewujudkan perlindungan hukum tersebut, dan juga sampai seberapa
jauh perlindungan hukum itu diberikan. Perlindungan hukum yang dimaksudkan ini lebih
ditekankan pada perlindungan hukum terhadap sikap tindak atau perbuatan hukum pemerintah
berdasarkan hukum positif di Indonesia.

a. Perlindungan Hukum dalam Bidang Perdata


Kedudukan pemerintah yang serba khusus terutama karena sifat-sifat istimewa yang
melekat padanya yang tidak dimiliki oleh manusia biasa, berkenaan dengan apakah negara
dapat digugat atau tidak di depan hakim. Pemerintah dalam tugasnya mempunyai kedudukan
yang istimewa dibandingkan dengan rakyat biasa. Oleh karena itu timbul pertanyaan apakah
persoalan menggugat pemerintah di muka hakim dapat disamakan dengan rakyat biasa.
Secara teoritik, Kranenburg memaparkan secara kronologis adanya tujuh konsep
mengenai permasalahan apakah negara dapat digugat dimuka hakim perdata, yakni:5
1. Konsep negara sebagai lembaga kekuasaan dikaitkan dengan konsep hukum sebagai
keputusan kehendak yang diwujudkan oleh kekuasaan, menyatakan bahwa tidak ada
tanggung gugat negara.
2. Konsep yang membedakan negara sebagai penguasa dan Negara sebagai fiscus. Sebagai
penguasa, negara tidak dapat digugat dan sebaliknya sebagai fiscus Negara dapat digugat.
3. Konsep yang mengetengahkan kriteria sifat hak, yakni apakah suatu hak dilindungi oleh
hukum publik ataukah hukum perdata.
4. Konsep yang mengetengahkan kriteria kepentingan hukum yang dilanggar
5. Konsep yang mendasarkan pada perbuatan melawan hukum sebagai dasar untuk
menggugat Negara.
6. Konsep yang memisahkan fungsi dan pelaksanaan fungsi

4
Sudikno Mertokusumo, dalam buku Hukum Administrasi Negara,karya Ridwan HR, hlm. 266
5
dikutip dari Philipus Hadjon
7. Konsep yang mengetengahkan suatu asumsi dasar bahwa negara dan alat-alatnya
berkewajiban dalam tindak-tanduknya, apapun aspeknya (hukum publik atau hukum
perdata) memperhatikan tingkah laku menusiawi yang normal.

b. Pelindungan Hukum dalam Bidang Publik


Keputusan sebagai instrumen hukum pemerintah dalam melakukan tindakan hukum
sepihak, dapat menjadi penyebab terjadinya pelanggaran hukum terhadap warga negara,
apalagi dalam negara hukum modern, oleh karena itu diperlukan perlindungan hukum bagi
warga negara terhadap tindakan hukum pemerintah.
Ada dua macam perlindungan hukum bagi rakyat, yaitu perlindungan hukum preventif
dan represif. Perlindungan hukum preventif memberikan rakyat kesempatan untuk
mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemeritah mendapat
bentuk yang defintif. Artinya perlindungan hukum preventif ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya sengketa, sedangkan represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.
Ada beberapa hal yang menjadi alasan warga negara harus mendapat perlindungan
hukum dari tindakan pemerintah, yaitu:
1. Karena dalam berbagai hal warga negara dan badan hukum perdata tergantung pada
keputusan-keputusan pemerintah, seperti kebutuhan terhadap izin yang diperlukan untuk
usaha perdagangan, perusahaan atau pertambangan. Karena itu warga negara dan badan
hukum perdata perlu mendapat perlindungan hukum
2. Berbagai perselisihan warga negara dengan pemerintah berkenan dengan keputusan,
sebagai instrumen pemerintah yang bersifat sepihak dalam menentukan intervensi
terhadap kehidupan warga negara.

c. Penengakan Hukum
Penegakan hukum secara konkret adalah berlakunya hukum positif dalam praktik
sebagaimana seharusnya patut ditaati. Menurut Satjipto Raharjo, penegakan hukum adalah
usaha untuk mewujudkan ide-ide atau konsep-konsep (keadilan, kebenaran dan kemanfaatan)
yang abstrak menjadi kenyataan.6
karena hakikat penegakan hukum itu adalah mewujudkan nilai-nilai atau kaidah-kaidah
yang memuat keadilan dan kebenaran, maka penegakan hukum bukan hanya menjadi tugas
dari pada penegak hukum yang sudah dikenal secara konvensional. Akan tetapi menjadi
tugas setiap orang. Dalam kaitannya dengan hukum publik, J.B. ten Merge mengatakan
bahwa pihak pemerintahlah yang paling bertanggung jawab melakukan penegakan hukum.
Dalam rangka penegakan hukum, J.B. ten Merge menyebutkan beberapa aspek yang
harus diperhatikan atau dipertimbangkan, yaitu:
1. Suatu peraturan harus sedikit mungkin membiarkan ruang bagi perbedaan interpretasi
2. Ketentuan pengencualian harus dibatasi secara maksimal
6
Satjipto Raharjo, Masalah Penegakan Hukum suatu Tinjauan Sosioogis, (Bandung: Sinar Baru) hlm. 15
3. Peraturan harus sebanyak mungkin diarahkan pada kenyataan yang secara objektif dapat
ditentukan
4. Peraturan harus dapat dilaksanakan oleh mereka yang terkena aturan itu dan mereka yang
dibebani dengan tugas penegakan hukum

d. Penegakan Hukum Dalam Hukum Administrasi Negara

Setiap Negara memiliki tujuan bagaimana memberikan kesejahteraan dan kemakmuran


bagi warga negaranya. Agar tujuan tersebut dapat dicapai maka dalam menggerakkan roda
pemerintahan diperlukan organ atau perangkat yang berkesesuaian fungsi dan wewenang
masing-masing. Pemberian kewenangan terhadap organ Negara tadi merupakan salah satu
dari ruang lingkup HTN. Sedangkan pembatasan kewenangan organ tersebut termasuk dalam
ruang lingkup HAN7

Sumber hukum dari Hukum Administrasi Negara pada umumnya, dapat dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu:

1. Sumber hukum material, yaitu sumber hukum yang turut menentukan isi kaidah hukum.
Sumber hukum material ini berasal dari peristiwa-peristiwa dalam pergaulan masyarakat
dan peristiwa-peristiwa itu dapat mempengaruhi bahkan menentukan sikap manusia.

2. Sumber hukum formal, yaitu sumber hukum yang sudah diberi bentuk tertentu. Agar
berlaku umum, suatu kaidah harus diberi bentuk sehingga pemerintah dapat
mempertahankannya.

Murid Oppenheim yaitu Van Vollenhoven membagi Hukum Administrasi Negara menjadi 4
bagian yaitu:
1. Hukum Peraturan Perundangan (regelaarsrecht/the law of the legislative process)
2. Hukum Tata Pemerintahan (bestuurssrecht/ the law of government)
3. Hukum Kepolisian (politierecht/ the law of the administration of security)
4. Hukum Acara Peradilan (justitierecht/ the law of the administration of justice), yang
terdiri dari:
a. Peradilan Ketatanegaraan
b. Peradilan Perdata
c. Peradilan Pidana
d. Peradilan Administrasi

7
Mas’udi. 2001. Negara kesejahteraan dan hukum administrasi negara. Dalam SF.Marbun dkk (eds), Dimensi-Dimensi
Pemikiran Hukum Administrasi Negara (hlm. 59). Yogyakarta: UII Press
Perwujudan peradilan administrasi negara dalam pengaturannya terdapat di dalam pasal 10 ayat
(1) sub d UU Nomor 4 Tahun 1970 . Menurut P.Nicolai dan kawan-kawan sarana penegakan
hukum administrasi berisi:
1. Pengawasasan bahwa organ pemerintahan dapat melaksanakan ketaatan pada atau
berdasarkan undang-undang yang bditetapkan secara tertulis dan pengawasan terhadap
keputusan yang meletakkan kewajiban kepada individu
2. Penerapan kewenangan sanksi pemerintahan8
Dalam menjalankan tugas, seorang pejabat Administrasi Negara dibatasi oleh Asas-asas
sebagai berikut:
1. Asas Yuridiksitas (Rechtmatingheid)
Setiap tindakan pejabat Administrasi Negara tidak boleh melanggar hukum (harus sesuai
dengan rasa keadilan dan kepatutan). Dan asas ini termasuk dalam hukum tidak tertulis.
2. Asas Legalitas (Wetmatingheid)
Setiap tindakan pejabat Administrasi Negara harus ada dasar hukumnya (ada peraturan dasar
yang melandasinya). Apalagi Indonesia adalah Negara Hukum, maka azas legalitas adalah hal
yang paling utama dalam setiap tindakan pemerintah.
3. Asas Diskresi dari Freis Ermessen
Kebebasan dari seorang pejabat Administrasi Negara untuk mengambil keputusan
berdasarkan pendapatnya sendiri tetapi tidak bertentangan dengan legalitas (Peraturan
Perundang-Undangan).

C. Macam-macam sanksi dalam hukum administrasi negara9

Secara umum dikenal beberapa macam sanksi dalam hukum administrasi yaitu:
a. Paksaanpemerintahan
Paksaan pemerintah merupakan tindakan nyata yang dilakukan oleh organpemerintah
atas nama pemerintah untuk memeindahkan, mengosongkan,menghalang
halangi,memperbaikipadakeadaansemulaapayangtelahdilakukanatau sedang dilakukan yang
bertentangan dengan kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan.

8
Ada beberapa sanksi pidana dalam HAN: 1) Paksaan pemerintah, 2) Penarikan kembali keputusan yang menguntungkan, 3)
Pengenaan uang paksa oleh pemerintah, 4) Pengenaan denda administratif, 5)Paksaan pemerintah.
9
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2011) hlm. 303-318
b. Penarikan Kembali KTUN yang menguntungkan
Ketetapan yang menguntungan artinya,ketetapa itu memberikan hak-hak kemungkinan untuk
memperoleh sesuatu melalui ketetapan, lawan dari ketetapan yang menguntungkan adalah
ketetapan yang memper beban yaitu ketetapan yang meletakkan kewajiban yang sebelum mya
tidak ada terhadap permohonan untuk memperoleh keringanan
c. Pengenaan Uang paksa oleh pemerintah
Uang paksa sebagai hukuman atau denda yang jumlahnya berdasarkan syarat dalam
perjanjian yang harus dibayar karena tidak menunaikan,tidak sempurna melaksanakan atau tidak
sesuai waktu yang ditentukan. Dalam hukum admistrasi, pengenaan uang paksa ini dapat
dikenakan kepada sesorang warga Negara yang tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan oleh
pemerintah.
d. Pengenaan denda administratif
Denda administrative dapat dilihat, contohnya pada dendafiscal yang ditarik oleh inspektur
pajak dengan cara meninggikan pembayaran dari ketentuan semula sebagai akibat dari kesalahan
BAB III
PENUTUP

Terkait dengan fungsi dari Hukum Administrasi Negara, ada beberapa pendapat dari
pakar Ilmu Hukum. Dalam pengertian umum, Budiono mengungkapkan pendapatnya
bahwasannya fungsi hukum adalah untuk tercapainya ketertiban umum dan keadilan. Ketertiban
umum yang dimaksud adalah suatu keadaan yang menyangkut penyelenggaraan kehidupan
manusia sebagai kehidupan bersama. Keadaan tertib yang umum menunjukkan suatu keteraturan
yang diterima secara umum sebagai suatu kepatutan, supaya kehidupan bersama tidak berubah
menjadi anarki.
Menurut Sjachran Basah, ada lima fungsi hukum dalam kaitannya dengan kehidupan
masyarakat, yaitu sebagai berikut :
1. Direktif, sebagai pengarah dalam membangun suatu negara untuk membentuk
masyarakat yang hendak dicapai sesuai dengan tujuan kehidupan bernegara.
2. Integratif, sebagai pembina kesatuan bangsa.
3. Stabilitatif, sebagai pemelihara (termasuk di dalamnya hasil-hasil pembangunan) dan
penjaga keselarasan, keserasian, dan keseimbangan dalam kehidupan bernegara dan
bermasyarakat.
4. Perfektif, sebagai penyempurna terhadap tindakan-tindakan administrasi negara, maupun
sikap tindak warga negara dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
5. Korektif, baik terhadap warga negara maupun administrasi negara dalam mendapatkan
keadilan.
DAFTAR PUSTAKA

Dulkadir, (2010), “Hukum Administrasi Negara” (Online),


Mas’udi, (2001), Negara kesejahteraan dan hukum administrasi negara. Dalam SF.Marbun dkk
(eds), Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta: UII Press
http://gudangilmuhukum.blogspot.com

H.R, Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Jakarta : P.T. Raja Grafindo Persada, 2006.
Kumorotumo, Wahyudi, Etika Adminisrtrasi Negara, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002.
Iskatrinah, (2007), “Pelaksanaan Fungsi Hukum Administrasi Negara”

Anda mungkin juga menyukai