Anda di halaman 1dari 12

Perempuan-perempuan yang haram untuk dinikahi

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Hukum Perkawinan Islam

Dosen Pengampu :
Dr. Ita Musarrofa, S.H.I., M.Ag

Disusun oleh :

Alchansa Nada Sulaiman C01219007


Mas Rafly Ramadhani C01219026
M. Mujadid Zulfakar Aqiella C01219034

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
PRODI HUKUM KELUARGA
2021
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Perkawinan yang dalam istilah Agama adalah “NIKAH” ialah melakukan suatu aqad
atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara laki-laki dan wanita untuk menghalalkan
kelaminnya antara kedua belah pihak1.

Pernikahan dalam islam dipandang sebagai suatu ibadah dan hukumnya bisa berbeda-
beda tergantung kondisinya. Pernikahan itu bisa wajib, sunnah, mubah dan haram disebabkan
oleh beberapa aturan kaidah dan saat menikah ada syarat-syarat akad nikah yang harus
dipenuhi.
Pernikahan dalam islam dianjurkan sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al qur’an
surat An Nisa ayat 1 dan 3 yang bunyinya

َّ َ‫ق ِم ْنهَا َزوْ َجهَا َوب‬


‫ث ِم ْنهُ َما ِر َجااًل َكثِيرًا‬ َ َ‫اح َد ٍة َو َخل‬
ِ ‫س َو‬ ٍ ‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي خَ لَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف‬
ً‫إِ َّن هَّللا َ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِيب‬  ‫ َواتَّقُوا هَّللا َ الَّ ِذي تَ َسا َءلُونَ بِ ِه َواأْل َرْ َحا َم‬  ‫َونِ َسا ًء‬
”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan yang telah menciptakan kamu dari seorang
diri, dan padanya Allah menciptakan istrinya, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak.” (QS. an-Nisa’: 1)

Mahrom ini bisa karna hubungan Nasab,hubungan sesusuan, dan hubungan karena
perkawinan. Mahrom karena perkawinan yang dulunya keluarga wanita bisa untuk dinikahi
tetapi karena setelah akad nikah sehingga keluarga atau saudara wanita tidak bisa untuk dinikahi.
Selain itu juga bisa dikarenakan beda Agama yang bukan samawi.
A. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Mahram?
2. Siapa saja perempuan-perempuan yang tidk boleh dinikahi?
3. Dasar hukum bagi wanita yang haram untuk dinikah
B. Tujuan
1. Untuk memenuhi Tugas Hukum Perkawinan Islam
2. Untuk mengetahi perempuan-perempuan yang harm untuk dinikahi dan dasar
hukumnya
3. Untuk mengetahui dasar hukum bagi wanita yang haram untuk dinikah
BAB II
1
Ny.Soemiyati,S.H. Hukum perkawinan Islam dan UU perkawinan.(Liberty : Yogyakarta, 2007). Hal 08
Pembahasan
A. Pengertian Mahram
Mahram adalah istilah yang terdapat di dalam bab fiqih nikah. Berasal dari kata haram
yang artinya tidak boleh atau terlarang. Dari asal kata ini kemudian terbentuk istilah mahram,
yang pengertiannya wanita atau laki-laki yang haram untuk dinikahi. Atau bisa dikatakan
Mahrom adalah wanita yang terlarang mengwaininya2

Untuk itu seharusnya kita mengetahui siapa saja yang termasuk mahram dan hal-hal yang
terkait dengan mahram. Banyak sekali hukum pergaulan wanita muslimah yang berkaitan erat
dengan masalah mahram, seperti hukum safar, khalwat atau berdua-duaan, pernikahan, perwalian
dan lain-lainya. Namun masih banyak dari kalangan kaum muslim yang tidak memahaminya.
Mahrom ini terbagi menjadi dua, yaitu Mahrom Muabad dan Ghoiru Muabbad. menurut
istilah muabbad bermakna abadi, berkesinambungan, terus-terusan, un-limted atau mahrom yang
tidak boleh dinikahi selama-lamanya. Dan makna ghairu muabbad adalah lawannya, yaitu untuk
sementara waktu, temporal, limited dan terbatas waktunya atau orang yang tidak boleh dinikahi
sementara waktu.

Sebagaimana Alloh berfirman dalam Surat An Nisa : 22-24

( ‫َواَل تَ ْن ِكحُوا َما نَ َك َح آَبَا ُؤ ُك ْم ِمنَ النِّ َسا ِء إِاَّل َما قَ ْد َسلَفَ إِنَّهُ َكانَ فَا ِح َشةً َو َم ْقتًا َو َسا َء َسبِياًل‬
ُ ‫خ َوبَن‬
‫َات‬ ُ ‫ت َعلَ ْي ُك ْم أُ َّمهَاتُ ُك ْم َوبَنَاتُ ُك ْم َوأَخَ َواتُ ُك ْم َو َع َّماتُ ُك ْم َوخَ ااَل تُ ُك ْم َوبَن‬
ِ َ ‫َات اأْل‬ ْ ‫) ُح ِّر َم‬٢٢
ُ َ‫َّضا َع ِة َوأُ َّمه‬
‫ات نِ َسائِ ُك ْم َو َربَاائِبُ ُك ُم‬ َ ‫ض ْعنَ ُك ْم َوأَخَ َواتُ ُك ْم ِمنَ الر‬ َ ْ‫ت َوأُ َّمهَاتتُ ُك ُم الاَّل تِي أَر‬
ِ ‫اأْل ُ ْخ‬
‫ُور ُك ْم ِم ْن نِ َسائِ ُك ُم الاَّل تِي َدخ َْلتُ ْم بِ ِه َّن فَإ ِ ْن لَ ْم تَ ُكونُوا َدخ َْلتُ ْم بِ ِه َّن فَاَل ُجنَا َح‬
ِ ‫الاَّل تِي فِي ُحج‬
َ ‫َعلَ ْي ُك ْم َو َحاَل ئِ ُل أَ ْبنَائِ ُك ُم الَّ ِذينَ ِم ْن أَصْ اَل بِ ُك ْم َوأَ ْن تَجْ َمعُوا بَ ْينَ اأْل ُ ْختَ ْي ِن إِاَّل َما قَ ْد َسلَفَ إِ َّن هَّللا‬
َ ‫ت أَ ْي َمانُ ُك ْم ِكت‬
‫َاب هَّللا ِ َعلَ ْي ُك ْم‬ ْ ‫َات ِمنَ النِّ َسا ِء إِاَّل َما َملَ َك‬
ُ ‫صن‬ َ ْ‫) َو ْال ُمح‬٢٣( ‫َكانَ َغفُورًا َر ِحي ًما‬
‫صنِينَ َغ ْي َر ُم َسافِ ِحينَ فَ َما ا ْستَ ْمتَ ْعتُ ْم بِ ِه‬ ِ ْ‫َوأُ ِح َّل لَ ُك ْم َما َو َرا َء َذلِ ُك ْم أَ ْن أَ ْن تَ ْبتَ ُغوا بِأ َ ْم َوالِ ُك ْم ُمح‬
‫يض ِة إِ َّن‬َ ‫ض ْيتُ ْم بِ ِه ِم ْن بَ ْع ِد ْالفَ ِر‬
َ ‫يضةً َواَل ُجنَاح َح َعلَ ْي ُك ْم فِي َما تَ َرا‬ َ ‫ُنن فَآَتُوهُ َّن أُجُو َرهُ َّن فَ ِر‬ َّ ‫ِم ْنه‬
)٢٤( ‫هَّللا َ َكانَ َعلِي ًما َح ِكي ًما‬
Artinya:

2
Kamal mukhtar. Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan.bulan Bintang.1993 hal 44
22. Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu,
terkecuali pada masa yang telah lampau(Jahiliyah). Sesungguhnya perbuatan itu amat
keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).

23. Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan;


saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan;
saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu
yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-
ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua);
anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri,
tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka
tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak
kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang
bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.

24. Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak
yang kamu miliki. (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu.
Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian. (yaitu) mencari isteri-isteri dengan
hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati
(campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna),
sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu
telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

B. Perempuan-perempuan yang haram dinikahi


Perempuan adalah merupakan rukun dari perkawinan. Walaupun pada dasarnya tiap laki-
laki boleh menikahi wanita mana saja namun demikian juga diberikan batasan-batasannya
Pembatasan itu bersifat larangan. sifat larangan itu karena berlainan Agama, Hubungan
darah, hubungan susuan dan hubungan semenda. Larangan diatas itu berlaku untuk selama-
lamanya, tetapi ada juga yang hanya sementara waktu.
Perempuan yang haram untuk di nikahi terdapat dua macam pembagian :

1. Perempuan-perempuan yang haram dinikahi untuk selama-lamanya

Perempuan yang haram dinikahi selama-lamanya terbagi menjadi tiga macam:

a. Perempuan-perempuan yang haram dinikahi karena nasab (keturunan) Adalah :


1. Ibu, nenek (dari garis Ayah atau ibu) seterusnya keatas
2. Anak perempuan, cucu perempuan, seterusnya dalam garis lurus kebawah
3. Saudara perempuan kandung maupun saudara perempuan seayah maupun seibu
4. Bibi, yaitu saudara perempuan ayah maupun Ibu, sekandung seayah maupun seibu,
seterusnya keatas, yaitu saudara kakek maupun nenek
5. Kemenakan perempuan, yaitu anak perempuan dari saudara laki-laki maupun saudara
perempuan dan seterusnya kebawah3.

b. Perempuan-perempuan yang haram dinikahi karena semenda (ikatan pernikahan)


Adalah :
1. Mertua, adalah Ibu kandung si Istri demikian pula nenek si istri dari garis ibu maupun
Ayah dan seterusnya keatas. Haram meikah dengan mertua dan seterusnya keatas,
tidak di syaratkan telah terjadi persetubuhan antara suami-istri bersangkutan. Tetapi
begitu akan nikah telah selesai dilaksanakan, maka Mertua dan seterusnya keatas
menjadi Haram untuk di nikahi
2. Anak Tiri, dengan syarat telah terjadinya persetubuhan antara suami istri tersebut,
jika kemungkina sebelum terjadi persetubuhan suami dan istri itu bercerai maka boleh
untuk menikahi anak tirinya.
3. Menantu, yaitu istri-istri, cucu-cucunya demikian seterusnya kebawah tanpa syarat
apapun
4. Ibu tiri, yaitu janda Ayah tanpa syarat pernah terjadi perseubuhan suami istri. Dengan
terjadnya akad nikah antara Ayah dengan seorang perempuan menjadikannya haram
nikah antara anak dengan ibu tirinya.

c. Perempuan-perempuan yang haram dinikahi karena sepersusuan


3
Ny.Soemiyati,S.H. Hukum perkawinan Islam dan UU perkawinan.(Liberty : Yogyakarta, 2007). Hal 32
Sepersusuan ini kedudukannya sama seperti haram karena keturunan. Hal ini dijelaskan
dalam hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhori-muslim, Abu Daud, Nasai dan
Ibnu Majahdari Aisyah RA yang menyatakan : “ Diharamkan karena hubungan sepersusuan
adalah sama dengan haram karena hubungan darah/nasab”4.

Sesungguhnya seseorang yang menyusu dari perempuan maka sebagian fisiknya adalah
bagian dari perempuan tersebut, karena ia tumbuh dari susunya maka ia menjadi seperti Ibu
yang telah melahirkannya. Anak-anaknya menjadi saudara baginya, dan lain sebagainya.

Berdasarkan pada Hadis Nabi Tersebut, maka yang termasuk Mahram (Haram untuk
dinikahi) karena sepersusuan itu ialah :

a. Ibu Susuan yaitu Ibu yang menyusui anak itu


b. Nenek Susuan yaitu Ibu dari susuan dan Ibu dari Ayah susuan dan seterusnya keatas
c. Kemenakan perempuan susuan, yaitu cucu-cucu dai ibu susuan
d. Bibi susuan yaitu saudara perempuan dari Ibu susuan maupun saudara perempuan
dari Ayah susuan, dan sterusnya keatas
e. Saudara perempuan sesusuan, baik sekandung, seayah maupun seibu. Saudara
perempuan sesusuan sekandung ialah saudara perempuan dari Ibu sesusuan dan Ayah
sesusuan. Sedangkan saudara sesusuan seayah ialah anak-anak perempuan ayah
susuan dengan wanita lain. Saudara perempuan sesusuan seibu ialah anak perempuan
ibu susuan dengan laki-laki lain.

Dilihat dari segi waktunya terjadinya penyusuan, para ahli-ahli Agama sepakat,
bahwa saat itu haruslah selagi umur sibayi masih menjadikan air susu ibunya atau wanita
lain menjadi sumber makanan pokok untuk pertumbuhan jasmaninya. Selain itu
seluruhnya harus dilakukan ketika sibayi belum disapih. Apabila ha itu dilakukan setelah
masa disapih atau sebagian dilakukan sebelum masa itu sedang sebagian yang lain
sesudahnya, maka perempuan itu dianggap bukan ibu susuannya 5. Tetapi dengan
banyaknya bilangan berbeda-beda pendapat

4
Ny.Soemiyati,S.H. Hukum perkawinan Islam dan UU perkawinan.(Liberty : Yogyakarta, 2007). Hal 33

5
M.Saleh al Usmani, A.Aziz Ibn Muhammad Daud. Pernikahan Islami: Dasar Hukum Hidup Berumah
Tangga. Risalah Gusti,1991. Hal 08
Mengenai berapa bilangan susuan yang mengharamkan, ada beberapa pendapat yang
dikemukakan, antara lain6:

1. Para Ulama Madzhab Hanafi dan Maliki tidak memperhatikan bilangan, sedikit atau
banyak, asalkan benar-benar menyusui kenyang menyebabkan Haram untuk dinikahi
2. Imam Syafi’i membatasi paling sedikit lima susuan kenyang.

d. Perempuan yang telah terkena sumpah Li’an (ketika sudah suami istri)

Apabila seorang suami menuduh sang istri berbuat zina tanpa ada saksi yang cukup,
maka sebagai gantinya suami mengucapkan persaksian kapada Alloh bahwa ia di pihak yang
benar dalam tuduhannya itu sampai empat kali, dan kelimanya ia bersedia menerima laknat
Alloh apabila ternyata ia berdusta dalam tuduhannya. Sedangkan istri yang dituduh akan bebas
dari hukuman zina apabila ia menyatakan persaksian terhadap Alloh bahwa suaminya berdusta
sampai empat kali, dan yang kelimanya bersedia menerima laknat Alloh apabila suaminya benar.

Ketentuan mengenai ketentua sumpah li’an ini di cantumkan dakam Al-Qur’an Surah An
Nur : 6-9.

£ُ‫ ع‬£‫ ُع‬£َ‫ ب‬£‫ر‬£ْ £َ‫ أ‬£‫ ْم‬£‫ ِه‬£‫ ِد‬£‫ َح‬£َ‫ أ‬£ُ‫ ة‬£‫ َد‬£‫ ا‬£َ‫ ه‬£‫ َش‬£َ‫ ف‬£‫ ْم‬£ُ‫ ه‬£‫ ُس‬£ُ‫ ف‬£‫ ْن‬£َ‫ اَّل أ‬£ِ‫ إ‬£‫ ُء‬£‫ ا‬£‫ َد‬£َ‫ ه‬£‫ ُش‬£‫ ْم‬£ُ‫ ه‬£َ‫ ل‬£‫ن‬£ْ £‫ ُك‬£َ‫ ي‬£‫ ْم‬£َ‫ ل‬£‫ َو‬£‫ ْم‬£ُ‫ ه‬£‫ َج‬£‫ ا‬£‫و‬£َ £‫ز‬£ْ £َ‫ أ‬£‫ن‬£َ £‫ و‬£‫ ُم‬£‫ر‬£ْ £َ‫ ي‬£‫ن‬£َ £‫ ي‬£‫ ِذ‬£َّ‫ل‬£‫ ا‬£‫َو‬
£‫ن‬£َ £‫ ِم‬£‫ن‬£َ £‫ ا‬£‫ َك‬£‫ن‬£ْ £ِ‫ إ‬£‫ ِه‬£‫ ْي‬£َ‫ ل‬£‫ َع‬£ِ ‫ هَّللا‬£‫ت‬ £َ £َ‫ ن‬£‫ ْع‬£َ‫ ل‬£‫ َّن‬£َ‫ أ‬£ُ‫ ة‬£‫ َس‬£‫ ِم‬£‫ ا‬£‫خ‬£َ £‫ ْل‬£‫ ا‬£‫) َو‬٦( £‫ن‬£َ £‫ ي‬£ِ‫ ق‬£‫ ِد‬£‫ ا‬£‫ص‬ َّ £‫ل‬£‫ ا‬£‫ن‬£َ £‫ ِم‬£َ‫ ل‬£ُ‫ه‬£َّ‫ ن‬£ِ‫ إ‬£ۙ £ِ ‫هَّلل‬£‫ ا‬£ِ‫ ب‬£‫ت‬ٍ £‫ ا‬£‫ َد‬£‫ ا‬£َ‫ ه‬£‫َش‬
£‫ َن‬£‫ ي‬£ِ‫ ب‬£‫ ِذ‬£‫ ا‬£‫ َك‬£‫ ْل‬£‫ ا‬£‫ن‬£َ £‫ ِم‬£َ‫ ل‬£ُ‫ه‬£َّ‫ ن‬£ِ‫ إ‬£ۙ £ِ ‫هَّلل‬£‫ ا‬£ِ‫ ب‬£‫ت‬
ٍ £‫ ا‬£‫ َد‬£‫ ا‬£َ‫ ه‬£‫ َش‬£‫ َع‬£َ‫ ب‬£‫ر‬£ْ £َ‫ أ‬£‫ َد‬£َ‫ ه‬£‫ ْش‬£َ‫ ت‬£‫ن‬£ْ £َ‫ أ‬£‫ب‬ £َ £‫ ا‬£‫ َذ‬£‫ َع‬£‫ ْل‬£‫ ا‬£‫ ا‬£َ‫ ه‬£‫ ْن‬£‫ َع‬£ُ‫ أ‬£‫ َر‬£‫ ْد‬£َ‫ ي‬£‫) َو‬٧( £‫ن‬£َ £‫ ي‬£ِ‫ ب‬£‫ ِذ‬£‫ ا‬£‫ َك‬£‫ ْل‬£‫ا‬
)٩( £‫ن‬£َ £‫ ي‬£ِ‫ ق‬£‫ ِد‬£‫ ا‬£‫ص‬ َّ £‫ل‬£‫ ا‬£‫ن‬£َ £‫ ِم‬£‫ن‬£َ £‫ ا‬£‫ َك‬£‫ن‬£ْ £ِ‫ إ‬£‫ ا‬£َ‫ ه‬£‫ ْي‬£َ‫ ل‬£‫ َع‬£ِ ‫ هَّللا‬£‫ب‬ £َ £‫ض‬ َ £‫ َغ‬£‫ َّن‬£َ‫ أ‬£َ‫ ة‬£‫ َس‬£‫ ِم‬£‫ ا‬£‫ َخ‬£‫ ْل‬£‫ ا‬£‫و‬£َ )٨(
Artinya:

6. Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai
saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah
dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar.

7. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang
berdusta.

6
Ny.Soemiyati,S.H. Hukum perkawinan Islam dan UU perkawinan.(Liberty : Yogyakarta, 2007).Hal 34
8. Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah
sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta.

9. dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orang-
orang yang benar.

2. Perempuan-perempuan yang haram dinikahi untuk sementara waktu

Mereka adalah perempuan yang sebab keharamannya suatu perkara yang dapat
dihilangkan. Oleh karena itu, keharamannya masih ada selagi perkaranya masih ada Seperti
perempuan musyrik atau menjadi istri orang lain. Perkara-perkara ini dapat hilang, jika telah
hilang maka hilang pula keharamannya.

a. Mengumpulkan dua orang perempuan yang masih saudara, baik saudara kandung
maupun saudara seayah atau saudar siIbu maupun saudara sepersusuan. Kecuali secara
bergantian7. Misalnya, kawin dengan kakaknya kemudian dicerai, dan diganti dengan
mengambil adiknya, atau salah satu meninggal, kemudian menggambil yang satunya lagi
sebagai istri. Ketentuan mengenai larangan ini terdapat dalam :
1) Firman Alloh :

ِ ‫َات اأْل ُ ْخ‬


‫ت‬ ُ ‫خ َوبَن‬ ُ ‫ت َعلَ ْي ُك ْم أُ َّمهَاتُ ُك ْم َوبَنَاتُ ُك ْم َوأَخ ََواتُ ُك ْم َو َع َّماتُ ُك ْم َوخَ ااَل تُ ُك ْم َوبَن‬
ِ َ ‫َات اأْل‬ ْ ‫ُح ِّر َم‬
َ ْ‫َوأُ َّمهَاتُ ُك ُم الاَّل تِي أَر‬
‫ض ْعنَ ُك ْم‬
“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan;
saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan;
saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-
saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang
perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu (QS. An Nisa :23)

2) Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhori-Muslim, dari Abu Hurairah bahwa
“Dilarang mengumpulkan (sebagai istri)antara seorang wanita dengan saudara
ayahnya yang perempuan, dan dengan saorang wanitadengan saudara ibunya yang
perempuan”

7
Ny.Soemiyati,S.H. Hukum perkawinan Islam dan UU perkawinan.(Liberty : Yogyakarta, 2007). Hal 35
Adapun sebabnya mengapa dilarang mengumpulkan dua orang perempuan yang masih saudara
adalah supaya hubungan darah tidak putus.

b. Perempuan yang terpelihara, yaitu perempuan yang masih bersuami, tetapi jika ia dicerai
oleh suaminya atau ditinggal mati suaminya sebelum masa ‘iddah-nya selesai maka
perempuan ini tidak boleh dinikahi, jika telah selesai maka boleh untuk dinikahi8.
c. Wanita yang ditalak tiga kali oleh suaminya, maka haram untuk dikawini lagi oleh bekas
suaminya, kecuali jika perempuan itu menikah dengan laki-laki lain, kemudian bercerai
dan habis masa ‘iddah-nya, maka ini boleh dikawini lagi oleh bekas suami yang dulu9.
d. Pernikahan yang kelima, selama masih berada dalam ikatan pernikahan yang keempat,
maka tidak halal bagi seorang lai-laki menikah kelima kalinya hingga ia berpisah dengan
salah satunya dan telah habis masa iddahnya, tidaklah terkumpul antara lima atau lebih
dalam pernikahan, karena islam tidak memperblehkan mengumpulkan yang lebih dari
empat, mengumpulkan dalam masa ‘iddah seperti mengumpulkan dalam masa nikah,
karena ia masih dalam masa ‘iddah sehingga pernikahan masih terjalin secara hukum.
Karena itu jika dinkahi perempuan yang kelima sebagian darikeempat istri atau masing-
masing mereka masih dalam keadaan iddah maka ia tetap dalam keadaan menikah secara
hukum yang kelima ini tidak boleh, baik ketika ia dalam massa iddah akibat talak Raj’i
atau Ba’in Qubra. Berbeda dengan Asy-Syafi’i yang memperblehkan menikah yang
kelima jika perempuannya dalam ‘iddahnya dengan talak ba’in qubra,karena pernikahan
dianggap hilangdan selesai dengan talak ba’in qubra meskipun ia masih dalam keadaan
‘iddah.
e. Menikahi budak perempuan sedangkan terdapat perempuan merdeka. Oleh karenanya
yang menikahi perempuan merdeka maka tidak boleh baginya untuk menikahi budak
perempuan hingga istrinya yang merdeka dicerai dan habis masa’iddahnya.
f. Perempuan yang beda Agama kecuali Agama Samawi. Para ulama Fiqh sepakat bahwa
seorang muslim tidak boleh menikah dengan perempuan yang beda Agama yang tidak
samawi. Yang dimaksud Ulama Fiqh dengan Agama samawi adalah Agama yang

8
M.Saleh al Usmani, A.Aziz Ibn Muhammad Daud. Pernikahan Islami: Dasar Hukum Hidup Berumah
Tangga. Risalah Gusti,1991. Hal 11
9
Ali Yusuf As Subki. Fiqih keluarga:pedoman berkeluarga dalam islam. Amazah.Jakarta.2010. hal 128
memilki kitab yang diturunkan pada saat kemunculan Agama tersebut, ia memiliki nabi
yang diutus yang disebutkan dalam Al-Qur’an yang mulia yaitu Nasrani dan Yahudi10.
g. Perempuan Murtad. Tidak halal bagi seorang muslim dan tidak tetap pernikahannya atas
orang kafir dan tidak pula bagi seorang murtad karena ia telah keluar pada akidah dan
petunjuk yang benar.
Alloh berfirman dalam QS. Al Mumtahanah:10

‫ص ِم ْال َك َوافِ ِر‬


َ ‫َواَل تُ ْم ِس ُكوا بِ ِع‬

“Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan
kafir

h. Perempuan yang memiliki budak laki-laki, maka ia haram baginya dikarenakan tidak
terpenuhinya hak-hak antara mereka.

i. Perempuan yang sedang berihram baik yang melakukan akad nikah untuk diri sendiri
maupun diwakilkan11. Menurut pendapat ulama jumhur berdasarkan sabda Nabi : “ Orang yang
berihram tidak menikah dan tidak dinikahkan dan tidak boleh pula meminang”

j. Kawin dengan pezina, ini berlaku bagi laki-laki yang baik dengan wanita pelacur, ataupun
antara wanita-wanita yang baik dengan laki-laki pezina maka haram hukumnya, kecuali setelah
masing-masing menyatakan bertaubat.

C. Dasar hukum bagi wanita yang haram untuk dinikah

‫ت َواُ َّم ٰهتُ ُك ُم ٰالّتِ ْٓي‬ ِ ‫ت ااْل ُ ْخ‬ ُ ‫خ َوبَ ٰن‬ِ َ ‫ت ااْل‬ ُ ‫ت َعلَ ْي ُك ْم اُ َّم ٰهتُ ُك ْم َوبَ ٰنتُ ُك ْم َواَخ َٰوتُ ُك ْم َو َع ٰ ّمتُ ُك ْم َو ٰخ ٰلتُ ُك ْم َوبَ ٰن‬ْ ‫حُرِّ َم‬
‫ ُك ُم ٰالّتِ ْي‬£ِ‫بُ ُك ُم ٰالّتِ ْي فِ ْي ُحجُوْ ِر ُك ْم ِّم ْن نِّ َس ۤا ِٕٕى‬£ِ‫ ُك ْم َو َربَ ۤا ِٕٕى‬£ِ‫ت نِ َس ۤا ِٕٕى‬ ُ ‫ضا َع ِة َواُ َّم ٰه‬
َ ‫خَوتُ ُك ْم ِّمنَ ال َّر‬ ٰ َ‫ض ْعنَ ُك ْم َوا‬ َ ْ‫اَر‬
‫ ُك ُم الَّ ِذ ْينَ ِم ْن اَصْ اَل بِ ُك ۙ ْم َواَ ْن‬£ِ‫ ُل اَ ْبن َۤا ِٕٕى‬£ِ‫َاح َعلَ ْي ُك ْم ۖ َو َحاَل ۤ ِٕٕى‬ ْ ‫َخَلتُ ْم بِ ِه ۖ َّن فَا ِ ْن لَّ ْم تَ ُكوْ نُوْ ا د‬
َ ‫َخَلتُ ْم بِ ِه َّن فَاَل ُجن‬ ْ ‫د‬
‫هّٰللا‬
‫َّح ْي ًما‬ ِ ‫تَجْ َمعُوْ ا بَ ْينَ ااْل ُ ْختَي ِْن اِاَّل َما قَ ْد َسلَفَ ۗ اِ َّن َ َكانَ َغفُوْ رًا ر‬

10
Ali Yusuf As Subki. Fiqih keluarga:pedoman berkeluarga dalam islam. Amazah.Jakarta.2010. hal 131
11
M.Saleh al Usmani, A.Aziz Ibn Muhammad Daud. Pernikahan Islami: Dasar Hukum Hidup Berumah
Tangga. Risalah Gusti,1991. Hal 11
Artinya : “diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan;
saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-
saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki;
anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui
kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang
dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur
dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan
diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam
perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau;
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa : 23)

‫َواَل تَ ْن ِكحُوْ ا َما نَ َك َح ٰابَ ۤا ُؤ ُك ْم ِّمنَ النِّ َس ۤا ِء اِاَّل َما قَ ْد َسلَفَ ۗ اِنَّهٗ َكانَ فَا ِح َشةً َّو َم ْقتً ۗا َو َس ۤا َء َسبِ ْياًل‬

Artinya : " Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu,
terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci
Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh)." (an-Nisaa':22)."

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi. Haram menikahi disini ada dua yaitu yang
bersifat selamanya dan yang bersifat sementara. Haram selamanya mempunyai sebab-sebab
antara lain Nasab/keturunan, susuan,pernikahan, dan karena sumpah Li’an.

Bersifat sementara karena ada suatu hal yang menjadi pengahalang seorang yang pada waktu
itu haram untuk menikahi wanita tertentu, tetapi apabila penghalang itu telah hilang maka halal
untuk menikahi wanita tersebut.
Dampak Hukum dengan mahram yaitu haram untuk menikahi,tetapi Halal untuk bersalaman
maupun berdua-duaan, sedangkan selain mahramnya Halal untuk menikahi teatpi Haram untuk
bersalaman dan berdua-duaan.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Yusuf As Subki. Fiqih keluarga:pedoman berkeluarga dalam islam. Amazah.Jakarta.2010

Kamal mukhtar. Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan.bulan Bintang.1993

M.Saleh al Usmani, A.Aziz Ibn Muhammad Daud. Pernikahan Islami: Dasar Hukum Hidup
Berumah Tangga. Risalah Gusti,1991

Ny.Soemiyati,S.H. Hukum perkawinan Islam dan UU perkawinan.(Liberty : Yogyakarta, 2007).

Anda mungkin juga menyukai