Anda di halaman 1dari 122

KULIAH

PENYAKIT-PENYAKIT
PADA SISTEM THT

FK UNUSA
Setelah Mengikuti Perkuliahan Mahasiswa
diharap mampu menjelaskan:
1. Pengertian
2. Patofisiologi
3. Manifestasi klinik
4. Diferential diagnosa
5. Pemeriksaan fisik dan Laboraorium
6. Penatalaksanaan
7. Komplikasi
8. Prognosis
ANATOMI & FISIOLOGI
TELINGA

Andi Roesbiantoro, dr. Sp.THT-KL


PENDAHULUAN
❖ Telinga adalah indra yang sangat penting
bagi manusia
❖ Terdiri dari 2 organ :
●Pendengaran (auditivus / auditus)
untuk komunikasi
●Keseimbangan (status / vestibuler)
untuk keseimbangan tubuh /
orientasi tubuh terhadap sekitar
GANGGUAN PENDENGARAN
GANGGUAN KOMUNIKASI

GANGGUAN DI PEKERJAAN, PENDIDIKAN,


HUBUNGAN SOSIAL & KELUARGA

DEPRESI

BAYI TULI

GANGGUAN PERKEMBANGAN BICARA

“BISU”
GANGGUAN VESTIBULER
(VERTIGO, NISTAGMUS, REAKSI SARAF OTONOM)

GANGGUAN KESEIMBANGAN TUBUH

TIDAK MAMPU MELAKSANAKAN KEGIATAN


Anatomi Telinga dibagi 3 bagian :

❖ Telinga luar (auris eksterna)


● Aurikulum
● Meatus akustikus eksternus
● Membran timpani
❖ Telinga tengah (auris media)
● Kavum timpani
● Tuba Eustachius
● Antrum & sel-sel mastoid
❖ Telinga dalam (auris interna = labirin)
● Koklea (organ auditivus)
● Labirin vestibuler (organ vestibuler /status)
Eksterna

Media Interna
AURIS EKSTERNA
1. Aurikulum = pina = daun telinga
❖ Bentuk pipih, berlekuk
❖ Kerangka tulang rawan (kartilago atau
kondrium), kecuali lobulus
❖ Diliputi kulit yang melekat pada
perikondrium

Pada proses mendengar:


Aurikulum berfungsi menangkap dan
mengumpulkan gelombang bunyi dan
menentukan arah sumber bunyi (pada
binatang aurikulum dapat digerakkan)
AURIS EKSTERNA

2. Meatus Akustikus Eksternus (MAE)


= liang telinga luar
❖ Tabung bengkok, penampang ± 0,5 cm,
panjang ± 2,5 – 3 cm
❖ 1/3 luar rangka tulang rawan (pars kartilago),
kulit berambut, kel serumen
❖ 2/3 dalam rangka tulang (pars oseus)

Pada proses mendengar:


❖ melanjutkan gelombang bunyi
❖ meresonansi (± 12-15 dB)
AURIS EKSTERNA

3. Membran timpani (gendang telinga)


❖ Selaput putih mutiara
❖ Bentuk oval – kerucut
❖ Terdiri dari
● Pars flaksida (2 lapis)
● Pars tensa (3 lapis)
Bagian dari membrana timpani
AURIS MEDIA
1. Kavum Timpani
❖ Terdiri dari 3 bagian: • Epitimpanum
• Mesotimpanum
• Hipotimpanum
❖ Isi kavum timpani
● Osikula : maleus, inkus, stapes
● Muskulus : tensor timpani, stapedius
● Lain-lain : ligamen, saraf (korda timpani)

Pada proses mendengar


❖ membran timpani & osikulae memperkuat gelombang
bunyi 25 – 30 kali (±27 kali)
❖ m tensor timpani & mstapedius mengurangi gelombang
bunyi yang terlalu keras
AURIS MEDIA

2. Tuba Eustachius
❖Menghubungkan kavum timpani dengan
nasofaring (hidung)
Untuk: • drainase
• ventilasi (pertahankan
tekanan udara
dan oksigenasi)
3. Antrum & sel-sel Mastoid
❖ Berhubungan dengan kavum timpani
lewat aditus ad antrum
AURIS INTERNA
1. Organ auditus koklea
●Rumah siput 2½ lingkaran, panjang ±3.5 cm
●Tiga ruangan :
�skala Berisi cairan perilimf
vestibuli
�skala Berisi cairan endolimf
timpani dan organ Corti
�skala
2. Organ media(vestibuler)
status
Pada proses mendengar :
Organ Corti merupakan reseptor pendengaran,
rangsang bunyi (mekanis) menjadi listrik
(cochlear microphonic)
FISIOLOGI PENDENGARAN
BAGAN PROSES MENDENGAR
Aurikulum • gelombang bunyi
dikumpulkan dan
ditentukan arah bunyi

M.A.E • diteruskan,diresonansi

Konduksi M.Timpani
Maleus
• diperkuat 27 kali
Inkus

Stapes

Sensorineural
BAGAN PROSES MENDENGAR
Konduksi
Perilimf • M.Reisner dan
(skala vestibuli
M.Basilaris bergetar
skala timpani)

Koklear Endolimf • M.Tektoria bergetar


(skala media) � Gesekan dengan
sel rambut
Sensori
neural
Organ Corti • Cochlear microphonic

Retrokoklear
BAGAN PROSES MENDENGAR (lanjutan)
Koklear

N.Koklearis • Meneruskan
Sensori
neural Impuls listrik
N.Akustikus

Nuklei di Batang otak


Retrokoklear

Pusat Pendengran
Korteks Serebri • Mendengar
Lobus Temporalis dengan sadar
(Wernicke)
GANGGUAN PENDENGARAN
● Menurunnya fungsi pendengaran (TULI)
● Dibagi 3 jenis ketulian :
1. Tuli konduktif : gangguan hantaran suara, ok
kelainan atau penyakit pada telinga luar dan atau
telinga tengah,
2. Tuli saraf (persepsi, sensorineural) : kelainan
pada telinga dalam (koklea), n VII, atau di pusat
pendengaran.
3. Tuli campuran : kombinasi tuli konduktif dan tuli
saraf
PEMERIKSAAN PENDENGARAN

1. Tes Penala : dengan garpu tala 512, 1024 dan


2042 Hz (cukup 512 Hz), tes secara kualitatif,
macam : tes Rinne, tes Schwabach dan tes
Weber.
2. Tes berbisik : dengan suara bisik pemeriksa
jarak 6 meter di ruangan yang tenang, tes
secara semi kuantitatif (secara kasar)
3. Audiometer nada murni (Audiometri) : dengan
menggunakan audiometer, hasil tes audiogram
Tes Weber

Tes Rinne
Tes suara bisik
DERAJAT KETULIAN
● Ambang dengar : bunyi nada murni yang terlemah
pada frekuensi tertentu yang masih dapat didengar
oleh telinga seseorang
● Intensitas bunyi : dB
● Menurut ISO :
- Normal : 0 - 25 dB
- Tuli ringan : 26 - 40 dB
- Tuli sedang : 41 - 60 dB
- Tuli berat : 61 - 90 dB
- Sangat Berat : > 90 dB
KELAINAN/PENYAKIT KETULIAN
● Tuli Konduktif :
- Telinga luar : atresia liang telinga, serumen, otitis
eksterna, osteoma
- Telinga tengah : sumbatan tuba eustachius, otitis
media, otosklerosis, timpano sklerosis, hemotimpanum
dan dislokasi tulang pendengaran
● Tuli saraf, dibagi dua :
1. Koklea : labirintitis, intoksikasi obat, tuli mendadak,
trauma kepala, trauma akustik dan kebisingan
2. Retrokoklea : neuroma akustik, cedera otak,
perdarahan otak
TERAPI KETULIAN

● Tergantung penyebab ketulian


- Serumen : spooling/ekstraksi
- Atresia MAE : rekrontuksi
- Otitis eksterna/media : tgt penyebab AB,
anti jamur atau alergi
- Sumbatan tuba: dekongestan oral/topikal
- kebisingan : hindari bising
● Alat Bantu Dengar : terutama tuli saraf permanen
PROGNOSIS

● Tergantung penyebab ketulian


- Baik : serumen, atresia MAE, otitis media
akut, otitis media kronik jinak
- Jelek : otitis media ganas, Trauma akustik,
neuroma akustik
ANATOMI & FISIOLOGI
KESEIMBANGAN
ORGAN STATUS : LABIRIN VESTIBULER
Terdiri dari
❖ Utrikulus Makula Utrikularis
❖ Sakulus Makula Sakularis
❖ 3 Kanalis Semisirkularis :
● Horisontal,
Krista Ampularis
● Vertikalis ant,
● Vertikalis Post.
Reseptor:
⮚ Makula Utrikulus/Sakulus gerak lurus/linier
⮚ Krista Ampularis gerak berputar/sentrifugal
Gangguan Vestibuler
❖ Vertigo
❖ Nistagmus
❖ Reaksi saraf otonom
●Mual
●Muntah
●Keringat dingin
TES VESTIBULER
❖ Refleks Vestibulo-spinal
● Romberg
● Posturografi, dsb.
❖ Refleks Vestibulo-okuler
● Tes Kalori
● Tes kursi putar Barany
● Elektronistagmografi (ENG), dsb.
GANGGUAAN
PENDENGARAN
SERUMEN
● OTITIS EKSTERNA
● Keradangan kulit MAE akut / kronik
● Gejala utama - rasa gatal di meatus eksternus
● Dikenal beberapa jenis: difus (otitis eksterna difus)
● sirkumskripta (furunkel)
● Penyebab: infeksi virus, kuman ataupun jamur, alergi
● Faktor yang mempermudah :
● ◘ kelembaban
● ◘ alergi
● ◘ diabet
● ◘ bentuk MAE yang tidak lurus
● ◘ kebiasaan korek telinga
● GEJALA : rasa gatal-gatal, sedikit nyeri
● sekret yang kental, purulen, tidak molor
● penurunan pendengaran (ringan)
● TERAPI:
● ○ upayakan agar MAE tetap kering dan bersih
● ○ mengusahakan PH di MAE kembali dalam keadaan asam (tampon
burowi)
● ○ menghilangkan faktor yang mempermudah keradangan
● ○ bila diperlukan memberikan obat simtomatik / kortiko- steroid
● FURUNKEL MEATUS EKSTERNUS
● ‫٭‬Radang akut folikel rambut MAE
● ‫ ٭‬Penyebab: kuman stafilokokus aureus / albus
● ‫ ٭‬Soliter atau multipel ( furunkulosis )
● ‫٭‬Infiltrat dijaringan subkutis 🡪 udem meluas ke lumen 🡪
lumen
● sempit
● ‫٭‬Nyeri hebat 🡪 jaringan subkutis melekat erat ke
perikondrium
● sulit untuk meregang
● ‫٭‬Perluasan yang lain berupa pembesaran kelenjar getah bening
● GEJALA: ≈ Nyeri telinga (otalgi) spontan
● ≈ Nyeri tekan tragus / daun telinga ditarik /mengunyah
● / buka mulut
● ≈ Pendengaran normal
● PENGOBATAN:
● ▫ tampon tetes telinga (Burowi, AB)
● ▫ antibiotik – bila perlu
● ▫ insisi
Granulasi MAE
● Jaringan granulasi adalah jaringan fibrosa
yang terbentuk sebagai bagian dari proses
penyembuhan luka, sampai matang menjadi
jaringan parut. Secara histologis
terbentuknya jaringan granulasi ditandai
dengan proliferasi pembuluh darah baru
(neovaskularisasi) dan fibrobla
● OTITIS MEDIA AKUTA
● 🡪 radang akut mukosa telinga tengah yang diikuti
● pembentukan pus di kavum timpani
● PATOFISIOLOGI :
● • Pada bayi dan anak sering merupakan
● lanjutan dari ISPA :
● Rinitis akuta

● Sinusitis Akuta

● Adenoiditis

● • Trauma fraktur basis kranii, ledakan atau luka


● tusukan
● • Hematogen
● KUMAN PENYEBAB: streptokokus
● hemofilus influenza
● pneumokokus
● pseudomonas

OTITIS MEDIA AKUTA dibagi 4 STADIUM :
● Stadium kataralis (oklusio tuba)
● Stadium supurasi
● Stadium perforata
● Stadium resolusi
● STADIUM KATARALIS (OKLUSIO TUBA)

● Infeksi saluran nafas atas


● ↓
● Fungsi tuba terganggu
● ↓
● Vakum telinga tengah
● ↓
● Peningkatan permeabilitas
● ↓
● Hydrop ex vacuo
● KLINIS :
Otalgi ringan
Telinga grebeg-grebeg ( terasa berair )
Pendengaran menurun
Gejala dari URI
● OTOSKOPI
MT retraksi, hiperemi, kadang tampak air fluid level
● TERAPI
Dekongestan oral
Pseudo ephedrin atau
Dekongestan lokal tetes hidung Glukophedrin
dewasa 1%
anak 1/2%
bayi 1/4%
ANTIBIOTIKA
Ampisilin dewasa 4 x 500 mg, anak 4 x 25
mg / kg / hari atau
Amoksisilin dewasa 3 x 500 mg, anak 3 x
10 mg / kg / hari atau
Eritromisin dewasa 4 x 500 mg, anak 4 x
10 mg / kg / hari selama 7 hari
SIMTOMATIS: panas : antipiretik
● STADIUM SUPURASI ( BOMBANS )
● Vakum 🡪 Transudasi
● ↓
Penetrasi kuman 🡪 Eksudasi
● ↓
Bombans
● KLINIS : otalgi hebat
● Febris tinggi – URI
● Konvulsi , diare
● OTOSKOPI : MT bombans
● TERAPI : keluarkan nanah --- parasentesa
● dekongestan oral / tetes hidung
● antibiotika
● STADIUM PERFORATA
● bombans 🡪 pecah (spontan/parasintesis)
● 🡪 perforasi
● Klinis: tekanan kavum timpani menurun
otalagi berkurang
panas berkurang
otore
gangguan pendengaran
uri
Otoskopi : MT perforasi
STADIUM RESOLUSI ( PENYEMBUHAN )
● PATOLOGI :
● proses sembuh – oedem, hiperemi, gangguan
● fungsi tuba berkurang
● KLINIS : keluhan menurun
● OTOSKOPI :
● posisi MT normal,warna putih, perforasi
● TERAPI : obat tidak perlu
● hindari hindari ! ! URI
● kemasukan air, korek-korek
OMA SEMBUH : 10 – 14 hari
● Perforasi kecil – dapat menutup / sikatrik.
● Fungsi pendengaran normal : 1 – 2 bulan
KOMPLIKASI OMA
Mastoiditis Akut
Meningitis
Ekstradural abses
Petrositis
Fasialis parese
Labirintitis
Abses otak
OTITIS MEDIA KRONIKA
1. PENDAHULUAN
BATASAN
OTITIS MEDIA KRONIKA :
RADANG KRONIS MUKOPERIOSTEUM
TELINGA TENGAH

PERFORASI MEMBRANA TIMPANI

RIWAYAT KELUAR CAIRAN > 2 BULAN


TINGGINYA INSIDENS OTITIS MEDIA KRONIKA
AKIBAT:
TIDAK DIOBATI --> DIANGGAP SAWAN
OBAT TIDAK TEPAT
OBAT TEPAT DOSIS TIDAK ADEKWAT
DAMPAK OTITIS MEDIA KRONIKA

SOSIAL : HAMBATAN KOMUNIKASI --> RASA


RENDAH DIRI
EKONOMI: HAMBATAN BEKERJA/SEKOLAH
MEDIS : SERING RELAPS DAN
KEMUNGKINAN KOMPLIKASI
2.1 PATO FISIOLOGI
FAKTOR PENYEBAB KRONIS :
RINOGEN (BALLENGER,1985; DOYLE, 1985)
NASOFARINGITIS
ADENOIDITIS
RINITIS AKUTA
SINUSITIS
RINITIS ALERGI
DALAM TELINGA
(SHAMBAUGH, 1980 ; BALLENGER, 1985)

PATOLOGI DALAM TELINGA :


JARINGAN GRANULASI
KOLESTEATOMA
FAKTOR EKSOGEN
(BROOK, 1979 ; BALLENGER, 1985)
MASUKNYA BAHAN INFEKTIUS MELALUI
PERFORASI

FAKTOR ENDOGEN
(DRAPER, 1979 ; BALLENGER, 1985)
KONDISI YANG LEMAH, NUTRISI JELEK,
MENURUNKAN DAYA TAHAN TUBUH
2.2 MIKROBIOLOGI
SPEKTRUM KUMAN AEROB O.M.K

POSITIF GRAM ST. EPIDERMIDIS 10,4%


S. A HAEMOLYTICUS 5,3%

NEGATIF GRAM PS AERUGINOSA 42,1%

PROT. MIRABILIS 21,1%

PROT. VULGARIS 5,3%

ENTEROB. AEROGENES 5,3%

ESCHE. INTERMEDIUM 5,3%


PROTEUS MORGAGNI 2,6%
ALKALIGENES SP 2,6%
ANAEROB

POSITIF GRAM PEPTOSTREPTOC. 36,3%


PEPTOCOCCUS 27,3%
CLOSTRIDIUM SP 18,2%
NEGATIF GRAM BACT. FRAGILIS 9,1%
FUSOBACTERIUM SP 9,1%
2.3 KLINIS
GAMBARAN OTITIS MEDIA KRONIKA
1. BERLANGSUNG LEBIH 2 BULAN
2. PENDENGARAN MENURUN
3. PERFORASI LEBAR
4. MUKOSA KAVUM TIMPANI
HIPERTROPI
GRANULASI
KOLESTEATOMA
5. BENTUK KHUSUS PERFORASI ATIK,
MARGINAL
PEMBAGIAN KLINIS
BERDASAR PATOLOGI DIBEDAKAN
(SHAMBAUGH, 1980)

1. OTITIS MEDIA KRONIKA TIPE BENIGNA


(TIPE MUKOSA, TIPE TUBOTIMPANAL) :
PERFORASI BESAR PARS TENSA
PENEBALAN MUKOSA
REINFEKSI RINOGEN DAN EKSOGEN
GANGGUAN PENDENGARAN RINGAN
SAMPAI SEDANG
2. OTITIS MEDIA KRONIKA TIPE MALIGNA
(TIPE TULANG, TIPE ATIKO ANTRAL)
PERFORASI TOTAL, ATIK ATAU
MARGINAL
SEKRET SANGAT BERBAU
PATOLOGI KOLESTEATOMA DAN
GRANULASI
KOMPLIKASI SERING TERJADI
2.4 PENATALAKSANAAN
OTITIS MEDIA KRONIKA TIPE BENIGNA
A. KONSERVATIF : TIPE REVERSIBEL
PEMBERSIHAN TELINGA : SOL. H202 3%
ANTIBIOTIKA ;
SISTEMIK PER ORAL
LOKAL TETES TELINGA
ELIMINASI FOKAL INFEKSI (RINOGEN)
KERING TIMPANOPLASTI
- 2 BULAN TETAP BASAH
TIMPANOMASTOIDEKTOMI

B. OPERATIF
TIPE IREVERSIBEL (GRANULASI)
TIMPANOMASTOIDEKTOMI
O.M.K. TIPE BENIGNA
REVERSIBEL IREVERSIBEL
AKTIF
ANTIBIOTIK
1 – 2 BLN
TENANG TETAP AKTIF ----------- IREVERSIBEL

AUDIOG AUDIOG AUDIOG


MASTOID MASTOID

TIMPANOPLASTI TIMPANOMASTOID TIMPANOMASTOID


OTITIS MEDIA KRONIKA TIPE MALIGNA

A.TANPA KOMPLIKASI
AUDIOGRAM :
- TULI KONDUKSI MASTOID. RADIKAL MODIF
- TULI BERAT MASTOID. RADIKAL

B. DENGAN KOMPLIKASI
ABSES OTAK DIRAWAT BERSAMA BEDAH SARAF
B. DENGAN KOMPLIKASI
ABSES OTAK DIRAWAT BERSAMA
BEDAH SARAF
BAIK OP BERSAMA 1 TAHAP
JELEK OP DIPERTIM.

MENINGITIS DIRAWAT BERSAMA


BAGIAN SARAF
BAIK OPERASI
TIDAK BAIK OPERASI DIPERTIMB.
GARIS BESAR PENANGANAN KOMPLIKASI
INTRAKRANIAL
(SOEPRIJADI DAN WISNUBROTO)

1. A.B. DOSIS TINGGI


2. SUPORTIF KOREKSI CAIRAN, BALANS
ELEKTROLIT
3. EVAKUASI PUS BILA TERJADI ABSES
OTAK
4. ELIMINASI SUMBER INFEKSI PRIMER
(MASTOIDEKTOMI RADIKAL)
O.M.K. TIPE MALIGNA
TANPA KOMPLIK. DENGAN KOMPLIK.
AUDIOG
MASTOID

RADIKAL MASTOID RAWAT BERSAMA


RADIKAL MODIF
ANTIBIOTIK
C.T SCAN
MENINGITIS ABSES OTAK C.T SCAN -

BAIK BURUK BEDAH SARAF BAIK BURUK

MASTOID PERTIM. OP. MASTOID PERTIM.


RADIKAL MASTOID RAD.
3. HASIL PEMBEDAHAN MELIPUTI :

TELINGA KERING
PERTUMBUHAN TANDUR GENDANG
TELINGA
KENAIKAN PENDENGARAN
KELAINAAN TELINGA LUAR
Inflamasi pada Aurikula
1. Hematoma aurikula (othematom)
�penumpukan pembekuan darah diantara perikondrium dan tulang
rawan aurikula ok trauma (bila berisi cairan kekuningan 🡪
Pseudokista)
�🡪 organisasi 🡪 tonjolan padat yg permanen
�Tx. Pungsi 🡪 gips/bebat tekan aurikula
�Tx gagal 🡪 kambuh, perikondritis 🡪 telinga lisut (cauliflower
ear)
2. Perikondritis
�Keradangan supuratif pada tulang rawan aurikula ok
trauma (op) dan komplikasi OE dan OMK
�🡪 infiltrat perikondrium 🡪 supurasi 🡪 nekrosis
tulang rawan 🡪 deformitas
�Gejala : daun telinga bengkak dan terasa nyeri,
demam
�Klinis : udem hiperemi aurikula, fluktuasi,
deformitas, pembesaran KGB, panas badan.
�Tx : AB oral/iv ( sering gagal), analgesi/antipiretik.
incisi 🡪 eksisi
Kelainan kongenital
1. Fistula preaurikular
- terjadi saat pembentukan aurikula masa embrio
- herediter dominan
- di depan tragus >>
gejala : ada muara fistel bentuk bulat/lonjong
depan tragus dan sering keluar sekret (sebasea),
nyeri dan bengkak daerah fistel (abses)
klinis : fistel +, abses (udem, hiperemi, fluktuasi)
tx. Oprerasi (abses berulang dan sekret bau berulang)
●MIRINGITIS BULOSA
- radang pada membran timpani yang ditandai
dengan pembentukan bula
- anak-anak >, ok infeksi
- gejala : otalgi, gangguan pendengaran
- tx AB oral topikal, bula dipecah (jarum halus
atau pisau miringoplasti)
Penyakit Telinga Tengah
1. Otitis Media Serosa
- otitis mdia efusi, otitis media sekretoria otitis media musinosa,
glue ear
- keradangan mukosa kavum timpani non bakterial ditandai adanya
cairan non (serous atau mukus)
- penyebab : gangguan fungsi tuba
- gejala : telinga terasa penuh, ada cairan, pendengaran menurun
- klinis : otoskopi MT (kekuningan, reflek cahaya menurun atau hilang)
air fluid level, air bubles
- audiogram : tuli konduktif
- timpanogram : tipe B atau C
- tx : - miringotomi/parasintesa dan pasang ventilating tube (gromet)
- penyebab
- komplikasi : OMK, mastoiditis kronis, timpanosklerosis
Gangguan Vestibuler
❖ Vertigo
❖ Nistagmus
❖ Reaksi saraf otonom
●Mual
●Muntah
●Keringat dingin
Vertigo
- ganguan keseimbangan tubuh terhadap ruang sekitar atau
berhalusinasi dari gerakan berputar
- ganguan pd sistem vestibuler, visual dan propioseptif
- --> gx ok berbagai penyakit
- perifer, sentral, sistemik, psikogen
- gejala : gejala telinga, mual muntah, trauma kepala, bising,
riwayat penyakit sistemik
- klinis : THT tes, fungsi pendengaran, nistagmus, tes
keseimbangan, tes fungsi saraf, tes sistemik, psikiatri
- penunjang : tes kalori, radiologi, Lab.
TES VESTIBULER
❖ Refleks Vestibulo-spinal
● Romberg
● Posturografi, dsb.
❖ Refleks Vestibulo-okuler
● Tes Kalori
● Tes kursi putar Barany
● Elektronistagmografi (ENG), dsb.
Penyakit penyebab :
- Meniere vertigo, pendengaran menurun fluktuatif, tinnitus
- labirintis bakterial : vertigo, tinnitus dan pendengaran menurun
permanen
- neuronitis vestibuler : vertigo berat mendadak, sering cemas,
pendengaran dbn
- BPPV ( benign paroxysmal positional vertigo) : vertigo timbul ok
perubahan posisi kepala
- vertigo sentral : + gx SSP ( visual, sensoris, motoris)
tx : tergantung penyebab
- serangan rekuren : dimenhidrinat, prometazine, betahistine,
flunarizine
- rehabilitasi : latihan vestibuler
Labirintitis
● Proses radang telinga bagian dalam
● Akut atau kronik, toksik atau supuratif
● Toksik Akut 🡪 ok infeksi dari struktur sekitar
(produk toksik) 🡪 ganguan pendengaran dan
vestibuler
● Supuratif akut 🡪 infeksi bakteri yang meluas ke
telinga dalam
● Kronik ok banyak sebab 🡪 hidrops endolim 🡪
sklerosis labirin
Trauma akustik
- 🡪 tuli saraf ok bunyi atau suara tgt intensitas,
frekuensi dan lamanya paparan
- Bising > 80-85 dB 🡪 kerusakan organ corti
- Paparan bising 🡪 ambang pendengaran berubah
sementara (bila berulang) 🡪 permanen
- Gx : pendengaran menurun (diawal tuli nada tinggi),
tinnitus, Ax (lingkungan bising)
- Klinis : otoskopi normal, rinne +, weber lateralisasi
ke arah sehat, schwabach memendek, tuli saraf
- Tx : hindari bising (ear plug), ABD
Presbiakusis
- Tuli saraf frekuensi tinggi pada usia lanjut, simetris
bilateral
- Proses degenerasi ok faktor herediter, pola makan,
metabolisme, infeksi, bising (multifaktor)
- > 60 thn, laki2 > cepat
- Proses degenerasi pada koklea dan N VIII
- gx. : pendengaran menurun perlahan progesif
simetris dan bilateral, tinitus
- klinis. : MT suram, tes penala tuli saraf, audiometri
tuli saraf nada tinggi, simetris bilateral
- Tx : ABD
Bagian dari membrana timpani
Tes Garpu Tala
● 1. Rinne’s Test
● test untuk menilai penurunan pendengaran
dengan membandingkan hantaran udara (Air
Conduction/AC) dengan hantaran tulang (Bone
Conduction/BC) pada telinga yg diperiksa
● Normalnya AC > BC
● Cara Melakukan :
● Garputala 512 Hz di bunyikan, kemudian di
taruh di prosesus mastoid pasien.
● Setelah pasien sudah tidak mendengar bunyi
garputala, segera pindahkan ke samping
telinga pasien dan minta pasien mendengar.
● Tanyakan apakah mendengar bunyi atau
suara tetap hilang.
● Lakukan pada telinga yang sehat dan sakit.
● Intepretasi:
● Jika AC > BC disebut Rinne Positif.
Artinya fungsi telinga tengah dan telinga
luar dalam batas normal. Tidak ada
gangguan konduksi.
● Jika BC > AC disebut rinne negatif. Artinya
terdapat gangguan fungsi pendengaran
telinga tengah dan telinga luar.
● Rinne’s tes tidak menilai fungsi dari
cochlea tetapi menilai telinga luar dan
tengah.
●2. Weber’s Test
●Tes untuk membandingkan hantaran tulang telinga
kiri dan kanan.
Normalnya bunyi kedua telinga sama.
●Cara Melakukan :
●Getarkan garputala 512 Hz di vertex atau glabella
pasien
●Mintalah pasien mendengar dan menilai disebelah
mana ia lebih mendengar bunyi garputala telinga
kanan, kiri atau sama.
● Intepretasi:
● Pada tuli konduktif, suara akan lateralisasi
ke telinga yang sakit (tuli)
● Pada tuli Sensorineural suara akan
lateralisasi/terdengar baik di telinga yang
sehat.
● Jika tidak ada lateralisasi, maka normal.
● 3. Schwabach test

● Tes Schwabach ini membandingkan


hantaran tulang pemeriksa (pendengaran
normal) dengan orang yang diperiksa.
● Cara Melakukan :
● Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah
digetarkan pada procecus mastoid pasien sampai
tidak mendengar suara garputala lagi, kemudian
segera memindahkan garputala itu ke procecus
mastoid penguji yang pendengarannya normal.
● Intepretasi:
● Bila pasien mendengarnya sama dengan
penguji, maka normal
● Bila disaat pasien masih mendengar tetapi
penguji tidak mendengar (Schwabach
memanjang) maka tuli konduktif.
● Bila disaat pasien tidak mendengar tetapi
sebenarnya masih terdengar oleh penguji
(Schwabach memendek), maka tuli
sensorineural.

Tes Suara Bisik
● Ada 3 syarat utama bila kita melakukan tes
bisik, yaitu :

● Syarat tempat.
● Syarat penderita.
● Syarat pemeriksa.
● Ada 3 syarat tempat kita melakukan tes
bisik, yaitu :

● Ruangannya sunyi.
● Tidak terjadi echo / gema. Caranya dinding
tidak rata, terbuat dari soft board, atau
tertutup kain korden.
● Jarak minimal 6 meter.
● Ada 4 syarat bagi penderita :

● Kedua mata penderita kita tutup agar ia tidak melihat


gerakan bibir pemeriksa.
● Telinga pasien yang diperiksa, kita hadapkan ke arah
pemeriksa.
● Telinga pasien yang tidak diperiksa, kita tutup
(masking). Caranya tragus telinga tersebut kita tekan ke
arah meatus akustikus eksterna atau kita menyumbatnya
dengan kapas yang telah kita basahi dengan gliserin.
● Penderita mengulangi dengan keras dan jelas setiap kata
yang kita ucapkan.
● Ada 2 syarat bagi pemeriksa saat
melakukan tes bisik, yaitu :

● Pemeriksa membisikkan kata menggunakan


cadangan udara paru-paru setelah fase
ekspirasi.
● Pemeriksa membisikkan 1 atau 2 suku kata
yang telah dikenal penderita. Biasanya kita
menyebutkan nama benda-benda yang ada
disekitar kita.
● Teknik pemeriksaan pada tes bisik, yaitu :

● Penderita dan pemeriksa sama-sama berdiri. Hanya pemeriksa yang boleh


berpindah tempat. Pertama-tama pemeriksa membisikkan kata pada jarak 1 meter
dari penderita. Pemeriksa lalu mundur pada jarak 2 meter dari penderita bilamana
penderita mampu mendengar semua kata yang kita bisikkan. Demikian seterusnya
sampai penderita hanya mendengar 80% dari semua kata yang kita bisikkan
kepadanya. Jumlah kata yang kita bisikkan biasanya 5 atau 10. Jadi tajam
pendengaran penderita kita ukur dari jarak antara pemeriksa dengan penderita
dimana penderita masih mampu mendengar 80% dari semua kata yang kita
ucapkan (4 dari 5 kata).
● Kita dapat lebih memastikan tajam pendengaran penderita dengan cara mengulangi
pemeriksaan. Misalnya tajam pendengaran penderita 4 meter. Kita maju pada jarak
3 meter dari pasien lalu membisikkan 5 kata dan penderita mampu mendengar
semuanya. Kita kemudian mundur pada jarak 4 meter dari penderita lalu
membisikkan 5 kata dan penderita masih mampu mendengar 4 kata (80%).

Anda mungkin juga menyukai