Pengujian Persentasi pulsa PWM pada ESC dilakukan dengan cara menaikan Throttle
Remote Control dari titik terendah ke titik penuh Throttle. Remote Control, dan Rentang
Pulsa PWM akan Terbaca Melalui Oscilloscope, untuk pengertian di atas dapat di lihat
pada tabel 4.1 dibawah ini:
Tabel 4.1 Data Pulsa PWM disaat minimum dan maximum pada Remote Control
No Remote Pulse In Periode
PWM %PWM
2 x 500 µS T: 8 x 2,5 mS
= 1000µS = 20 mS 1
1 Minimum ⁄20 𝑚𝑆 𝑥 100% =
5%
4 x 500 µS T: 8 x 2,5 mS
= 2000 µS = 20 mS 2
2 Maximum ⁄20 𝑚𝑆 𝑥 100% =
10%
Data Pulsa PWM Minimum pada tabel 4.1 diatas dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah
ini:
Dari data pengukuran Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa relasi atau hubungan antara sinyal
kontrol yang diberikan oleh pengendali Arduino melalui instruksi remote control untuk
nilai minimumnya adalah 1000µs denyut pulsa positif yang setara dengan 5% nilai PWM,
dapat kita lihat hasil oscilloscope nya pada gambar 4.1. sebaliknya pada saat instruksi
remote control untuk nilai maximum adalah 2000µs denyut pulsa positif yang setara
dengan 10% nilai PWM, dapat kita lihat hasil oscilloscope nya.
Selanjutnya hasil pengkuran dengan Oscilloscope pada gambar 4.3 dapat menjelaskan
lebar pulsa positif pada saat remote Minimum dan remote maximum dimana periodanya
tetap berada pada 20mS.
Pengujian Persentasi pulsa PWM pada ESC dilakukan dengan cara menaikan Throttle
Remote Control dari titik terendah ke titik penuh Throttle. Remote Control, dan Rentang
Pulsa PWM akan Terbaca Melalui Oscilloscope, untuk pengertian di atas dapat di lihat
pada Pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Data Pulsa PWM disaat minimum dan maximum pada Remote Control
Pulse In
No Remote Periode % PWM
PWM
1 Minimum2 x 500 µS T: 8 x 2,5 mS 1⁄20 𝑚𝑆 𝑥 100% = 5%
= 1000µS = 20 mS
2 Maximum4 x 500 µS T: 8 x 2,5 mS 2⁄20 𝑚𝑆 𝑥 100% = 10%
= 2000 µS = 20 mS
Data Pulsa PWM Minimum pada tabel 4.1 dapat dilihat pada gambar 4.1
Data Perioda Pulsa PWM pada Tabel 4.1 dapat dilihat pada gambar 4.3
Dari data pengukuran Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa relasi atau hubungan antara sinyal
control yang diberikan oleh pengendali Arduino melalui instruksi remote control untuk nilai
minimumnya adalah 1000µs denyut pulsa positif yang setara dengan 5% nilai PWM, dapat
kita lihat hasil oscilloscope nya pada gambar 4.1. sebaliknya pada saat instruksi remote
control untuk nilai maximum adalah 2000µs denyut pulsa positif yang setara dengan 10%
nilai PWM, dapat kita lihat hasil oscilloscope nya pada gambar 4.2.Selanjutnya hasil
pengkuran dengan Oscilloscope pada gambar 4.3 dapat menjelaskan lebar pulsa positif pada
saat remote Minimum dan remote maximum dimana periodanya
tetap berada pada 20mS.
Pengujian tegangan pada motor BLDC dengan persentasi PWM dalam
kondisi normal dapat di lihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 data PWM dengan kecepatan dan tegangan
M1 M2 M3 M4 M5 M6
Pulsa %
PWM PWM
Rpm Volt Rpm Volt Rpm Volt Rpm Volt Rpm Volt Rpm Volt
0,94
1100 5% 522 0,13 519 0,13 906 0,22 526 0,13 839 0,2 3756
6%
1200 1262 0,31 1241 0,31 2223 0,55 1257 0,31 1476 0,37 4432 1,1
6,5%
1300 2537 0,63 2455 0,6 3988 0,99 1953 0,49 2592 0,65 5021 1,25
7%
1400 2935 0,73 2814 0,7 4283 1,07 2432 0,61 2870 0,72 5982 1,5
7,5%
1500 3431 0,75 3337 0,83 4706 1,17 3164 0,79 3043 0,76 6422 1,6
Dari tabel 4.2 ini dapat kita lihat selisih dan persamaan seperti yang telah di jelaskan pada
persamaan [2.2], disaat pulsa PWM 1100µs kecepatan Motor M1 mencapai 522 Rpm
dimana tegangannya di sama dengan 0,13 Volt, maka dari hasil 0,13 Volt yang didapatkan
dikalikan dengan 4006 Kv pada Motor sama dengan 520,78 Rpm. Disini terdapat selisih
1,22 Rpm pada saat motor di berikan tegangan 0,13 volt. Percobaan ke dua untuk motor
M1 disaat pulsa PWM 1200µs kecepatan Motor M1 mencapai 1262 Rpm dimana
tegangannya sama dengan 0,31 Volt, maka dari hasil 0,31 Volt yang didapatkan dikalikan
dengan 4006 Kv pada Motor sama dengan 1241,86 Rpm. Disini terdapat selisih 20,14
Rpm pada saat Motor diberikan tegangan 0,31 Volt.
1. Proses pengukuran duty cycle atau persentase sinyal
kendali PWM dan relevansinya terhadap terhadap kecepatan
putaran rotor. Dimana pada sistem ini sinyal kendali PWM
dapat diberikan antara 0,05 mS (5%) sampai dengan 0,1 mS
(10%). Sinyal kendali tersebut diinjeksikan ke ESC dan dapat
memberikan kecepatan rotor antara 522 sampai dengan 6422 rpm.
Adapun secara lengkap kemampuan hasil pengukurannya
diperlihatkan pada Tabel 1.
Gerakan Yaw adalah gerakan yang dihasilkan konfigurasi putaran motor 1 dan 4, motor 3
dan 6 serta motor 2 dan 5. Ketika motor 1 dan 4 putarannya lebih cepat dibandingkan
dengan motor 3 dan 6 serta motor 2 dan 5 stabil maka yang terjadi adalah Yaw Clock
wise (Cw) begitu pula sebaliknya ketika motor 3 dan 6 lebih cepat putarannya
dibandingkan putaran motor 1 dan 4 serta motor 2 dan 5 stabil maka yang terjadi adalah
Yaw Ccw, yang diperlihatkan Pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil pengukuran kemiringan sudut pada Gerakan Yaw terhadap berbagai
konfigurasi kecepatan putaran Motor
Konfigurasi kecepatan putaran Motor Relevansi
M1 M2 M3 M4 M5 M6 Resultan Sudut derajat(0)
Rpm Rpm Rpm Rpm Rpm Rpm Gerakan
712 709 706 704 714 716 seimbang 0
603 806 1234 608 834 1241 Yaw 25
607 942 2421 604 934 2521 CW 50
1256 875 602 1235 835 613 Yaw -25
2324 856 601 2314 862 623 CCW -50
Selanjutnya prose pengukuran open loop system dapat dilakukan dengan metode ini,
untuk setiap gerakan pitch, Roll dan Yaw, untuk mendapatkan data dan grafiknya,
sehingga dapat merumuskan model matematika sistem pesawat yang menjadi objek ukur.
Pengujian respon open-loop tersebut, contoh hasil grafiknya diperlihatkan pada Gambar.
1.
Dari tabel 4.2 ini dapat kita lihat selisih dan persamaan seperti yang telah di jelaskan
pada persamaan [2.2], disaat pulsa PWM 1100µs kecepatan Motor M1 mencapai 1790
Rpm dimana tegangannya sama dengan 1,7 Volt, maka dari hasil 1,7 Volt yang didapatkan
dikalikan dengan 1000 Kv pada Motor sama dengan 1700 Rpm. Disini terdapat selisih
sekitar puluhan Rpm pada saat motor di berikan tegangan 1,7 volt.
Percobaan ke dua untuk motor M1 disaat pulsa PWM 1200µs kecepatan Motor M1
mencapai 2828 Rpm dimana tegangannya sama dengan 2,5 Volt, maka dari hasil 2,5 Volt
yang didapatkan dikalikan dengan 1000 Kv pada Motor sama dengan 2500 Rpm. Disini
terdapat selisih sekitar 300 Rpm pada saat Motor diberikan Tegangan 2,5 Volt.
Percobaan ke tiga untuk motor M1 disaat pulsa PWM 1300µs kecepatan Motor M1
mencapai 3692 Rpm dimana tegangannya sama dengan 3,3 Volt, maka dari hasil 3,3 Volt
yang didapatkan dikalikan dengan 1000 Kv pada Motor sama dengan 3300 Rpm. Disini
terdapat selisih sekitar 300 Rpm pada saat Motor diberikan Tegangan 3,3 Volt.
Percobaan ke empat untuk motor M1 disaat pulsa PWM 1400µs kecepatan Motor
M1 mencapai 4885 Rpm dimana tegangannya sama dengan 4,7 Volt, maka dari hasil 4,7
Volt yang didapatkan dikalikan dengan 1000 Kv pada Motor dengan 4700 Rpm. Disini
terdapat selisih sekitar 100 Rpm pada saat Motor diberikan Tegangan 4,7 Volt.
Percobaan ke lima untuk motor M1 disaat pulsa PWM 1500µs kecepatan Motor M1
mencapai 5064 Rpm dimana tegangannya sama dengan 5,3 Volt, maka dari hasil 5,3 Volt
yang didapatkan dikalikan dengan 1000 Kv pada Motor sama dengan 5300 Rpm. Disini
terdapat selisih sekitar 300 Rpm pada saat Motor diberikan Tegangan 5,3 Volt.
Dari hasil pengukuran tabel 4.3 maka Gerakan Pitch Up dan Pitch Down dapat dilihat
bahwa tabel 4.3 ini sesuai dengan tabel dinamika Gerakan pada tabel 2.1 sebagai landasan
teori untuk pengambilan data dinamika Gerakan pesawat tanpa awak. Pengambilan data
untuk Gerakan Pitch Up dan Pitch Down kita menetapkan untuk gaya angkat Pesawat
Tanpa Awak pada saat 1800 Rpm untuk keadaan seimbang, jika salah satu motor melebihi
1800 Rpm dinyatakan dalam gerakannya Cepat dan sebaliknya pada saat kecepatan kurang
dari 1800 Rpm dinyatakan Pelan, dari tabel 4.3 kita dapatkan grafik kecepatan pada
Gerakan Pitch Up dan Down seperti gambar 4.4 dibawah ini:
Gerakan Roll adalah gerakan yang dihasilkan karena perbedaan putaran pasangan
motor 1 dan 2 serta motor 3 dan 4. Ketika motor 1 dan 2 putarannya lebih cepat
dibandingkan dengan motor 3 dan 4 maka yang terjadi adalah Roll Up, begitu pula
sebaliknya ketika motor 3 dan 4 lebih cepat putarannya dibandingkan putara motor 1 dan 2
maka yang terjadi adalah gerakan Roll Down. Seperti pada tabel 4.4 dibawah ini:
Tabel 4.4 Gerakan Roll Up dan Roll Down
Dari hasil pengukuran tabel 4.4 maka Gerakan Roll Up dan Roll Down dapat dilihat
bahwa tabel 4.4 ini sesuai dengan tabel dinamika Gerakan pada tabel 2.1 sebagai landasan
teori untuk pengambilan data dinamika Gerakan pesawat tanpa awak. Pengambilan data
untuk Gerakan Roll Up dan Roll Down kita menetapkan untuk gaya angkat Pesawat
Tanpa Awak pada saat 1800 Rpm untuk keadaan seimbang, jika salah satu motor
melebihi 1800. Rpm dinyatakan dalam gerakannya Cepat dan sebaliknya pada saat
kecepatan kurang dari 1800 Rpm dinyatakan Pelan.
Dari tabel 4.4 kita dapatkan grafik kecepatan pada Gerakan Roll Up dan Roll Down
seperti gambar 4.5 dibawah ini:
Gerakan Yaw adalah gerakan yang dihasilkan karena perbedaan putaran pasangan
motor 1 & 3 serta motor 2 & 4. Ketika motor 1 & 3 putarannya lebih cepat dibandingkan
dengan motor 2 &4 maka yang terjadi adalah Yaw Cw begitu pula sebaliknya ketika motor
2 & 4 lebih cepat putarannya dibandingkan putaran motor 1 & 3 maka yang terjadi adalah
Yaw Ccw. Dapat dilihat seperti pada tabel 4.5 dibawah ini:
Tabel 4.5 Gerakan Yaw CCW dan Yaw CW
Dari hasil pengukuran tabel 4.5 maka Gerakan Yaw Ccw dan Yaw Cw dapat dilihat
bahwa tabel 4.5 ini sesuai dengan tabel dinamika Gerakan pada tabel 2.1 sebagai landasan
teori untuk pengambilan data dinamika Gerakan pesawat tanpa awak. Pengambilan data
untuk Gerakan Yaw Ccw dan Yaw Cw kita menetapkan untuk gaya angkat Pesawat Tanpa
Awak pada saat 1800 Rpm untuk keadaan seimbang, jika salah satu motor melebihi 1800
Rpm dinyatakan dalam gerakannya Cepat dan sebaliknya pada saat kecepatan kurang dari
1800 Rpm dinyatakan Pelan.
Dari tabel 4.5 kita dapatkan grafik kecepatan pada Gerakan Yaw Ccw dan Yaw Cw. Dapat
dilihat seperti gambar 4.6 dibawah ini:
Pada pengujian yang telah kita lakukan, terdapat 3 kali pengujian yang kita lakukan
yaitu; pengujian persentasi PWM, pengujian kecepatan masing-masing motor dalam
kemiringan sudut Pesawat tanpa awak disaat posisi Pitch, Roll dan yaw.
Pengujian pertama seperti pada sub bagian 4.1.1 pengujian persentasi PWM, pengujian
nilai output untuk ESC ini bertujuan apakah ESC mau menerima nilai yang telah di
tentukan atau di olah oleh list program Arduino yang akan digunakan sebagai perintah
kepada masing-masing motor. Yang dimana nilai tersebut akan di ubah menjadi suatu
pulsa (PWM) 1000µS - 2000µS untuk ESC. Maka dari itu kita dapatkan hasil persentasi
PWM dari ESC sebagai perhitungan berikut; disaat remote control dalam posisi minimum,
dimana pulsa PWM 1000µS sama dengan 5% denyut pulsa positif. Dapat kita tentukan
dengan perhitungan seperti pada tabel 4.1 yang dimana 2 kotak lebar pulsa dikalikan
dengan 500µS sama dengan 1000µS dengan rentang perioda tetap pada 20mS. Dan setelah
itu 1000µS di jadikan mS sama dengan 1mS yang dibagi dengan nilai perioda tetap 20mS
sama dengan 5% denyut pulsa positif. Dan pada saat remote control dalam posisi
maximum, dimana pulsa PWM 2000µS sama dengan 10% denyut pulsa positif, pada tabel
yang dimana 4 kotak lebar pulsa dikalikan dengan 500µS sama dengan 2000µS dengan
rentang perioda tetap pada 20mS. Setelah itu 2000µS dijadikan mS sama dengan 2mS yang
dibagi dengan nilai perioda tetap 20mS sama dengan 10% denyut pulsa Positif.
Pengujian kedua pada sub bagian 4.1.2 yaitu tentang pengujian kecepatan motor
BLDC berserta tegangan pada motor. Pengujian ke dua ini berurutan dengan pengujian
pertama yang dimana pengujian kedua kita menguji kecepatan masing-masing motor
Pesawat Tanpa Awak dengan persentasi PWM dan Pulsa PWM sebagai Batas untuk
kecepatan Masing-masing Motor. Seperti pada tabel 4.2 dimana kita menguji ke 4 buah
Motor pesawat Tanpa Awak dengan Rentang pulsa PWM dari 1100 sampai dengan 1500
Pulsa PWM. Di dalam perhitungannya dimana motor BLDC yang dipakai adalah
bersefisikasi 1000 Kv yang di mana artinya 1000 Kv untuk 1000 Rpm, yang dimana 1 Volt
diterapkan sama dengan 1000 Rpm. Sebagai landasan teori untuk hal tersebut dapat kita
lihat pada Persamaan [2.2] yang dimana Kecepatan (s) sama dengan Vb dikali Kv pada
Motor.
Pada pengujian ini kita dapat melihat persamaan dan selisih yang terjadi melalui
rumus perhitungan tersebut. Seperti pada tabel 4.2 di saat Motor M1 di berikan input 1100
pulsa PWM yang dimana persentasi dari PWM nya 5% kecepatan pada motor mencapai
1790 Rpm dengan tegangan masuk ke Motor 1,7 Volt. Menurut persamaan [2.2] disaat 1,7
Volt yang dihasilkan dikalikan dengan Kv pada Motor yaitu 1000 Kv sama dengan 1700
Rpm, disini terdapat selisih hasil kecepatan pada Motor sekitar puluhan Rpm.
Pengujian ketiga pada sub bagian 4.1.3 yaitu pengujian kecepatan Motor BLDC dan
kemiringan Sudut. Didalam pengujian ini kita akan mengujia kecepatan masing- masing
motor disaat motor kita kendalikan dalam 3 gerakan pesawat Tanpa awak, yaitu dalam
posisi gerakan Pitch, Roll, dan Yaw dengan batas kemiringan sudut yang telah kita
tentukan yaitu dari sudut 0, 25, 50, -25, -50 derajat menggunakan penglihatan mata.
Pengujian pertama yaitu pada Gerakan Pitch (maju dan mundur), dimana Gerakan
Pitch dibagi menjadi 2 gerakan yaitu Pitch Up untuk maju dan Pitch down untuk mundur.
Gerakan Pitch adalah Gerakan yang dihasilkan karena peredaan pasang motor 1 dan 4 serta
motor 2 dan 3. Ketika motor 1 dan 4 putarannya lebih cepat dibandingkan dengan motor 2
dan 3 maka yang terjadi adalah gerakan Pitch Up begitu juga sebaliknya ketika motor 2
dan 3 lebih cepat putarannya dari 1 dan 4 maka yang terjadi adalah Gerakan Pitch Down
dan pengujian ke dua yaitu pada Gerakan Roll (kanan dan kiri), dimana Gerakan Roll
dibagi menjadi 2 gerakan yaitu Roll Up untuk kanan dan Roll Down untuk kiri. Gerakan
Roll adalah gerakan yang dihasilkan karena perbedaan putaran pasangan motor 1 dan 2
serta motor 3 dan 4. Ketika motor 1 dan 2 putarannya lebih cepat dibandingkan dengan
motor 3 dan 4 maka yang terjadi adalah Roll Up, begitu pula sebaliknya ketika motor 3 dan
4 lebih cepat putarannya dibandingkan putaran motor 1 dan 2 maka yang terjadi adalah
Roll Down.
Pengujian ke tiga yaitu pada Gerakan Yaw (kanan dan kiri), dimana Gerakan Yaw
dibagi menjadi 2 gerakan yaitu Yaw Cw untuk kanan dan Yaw Ccw untuk kiri. Gerakan
Yaw adalah gerakan yang dihasilkan karena perbedaan putaran pasangan motor 1 dan 3
serta motor 2 dan 4. Ketika motor 1 dan 3 putarannya lebih cepat dibandingkan dengan
motor 2 dan 4 maka yang terjadi adalah Yaw Cw begitu pula sebaliknya ketika motor 2
dan 4 lebih cepat putarannya dibandingkan putaran motor 1 dan 3 maka yang terjadi adalah
Yaw Ccw.
4.2.1 Pengujian Sistem Open Loop Dengan Metode Ziegler-Nichols pada gerakan roll,
pitch dan yaw
Pada gambar 4.7 di peroleh lah Grafik hasil respon open loop sebelum di kontrol,
untuk kurva S sistem.
tp
Mp
tr
Error steady state
td
ts
1,26
dengan =0,126 detik, sehingga pada gambar 4.8 yang terbaca 55 setara pada garis
10
absis setara dengan 55 x 0,126 = 0,693 detik dan untuk angka 155 skala pada absis skala
dengan 155 x 0,126 = 1,953, dari penjelasan berikut ini, satu gambar grafik kelanjutan
berlaku hal yang sama.
Berdasarkan pada gambar 4.8 di dapatlah hasil grafik respon sistem, sebagai berikut:
1. Delay time / waktu tunda (td) = 1 x 0,126 = 0,126 s
2. Rise time / waktu naik (tr) = 4 x 0,126 = 0,504 s
3. Peak time / waktu puncak (tp) = 7 x 0,126 = 0,882 s
4. Overshoot maksimum (Mp) = 14 %
5. Settling time / waktu tunak (ts) = 18 x 0,126 = 2,268 s
6. Error steady state = 50.
Karna penulis menggunakan plotting dengan ardunio, di mana pada saat plotting data
serial dari Arduino respon tidak di mulai dari t = 0, oleh karena itu awal respon di hitung
pada awal muncul data grafik.
L = 63,79
T = 112,7
Dari hasil grafik dalam menentukan nilai (kp, ki, kd) yang dapat dilihat pada gambar
4.9 mendapat kan nilai L = 63,79 s yang didapatkan dari hasil perpotongan yang kedua
pada titik singgung 10% dari 0 hingga mencapai titik puncak. Sedangkan nilai T = 112,7 di
dihitung dari waktu titik singgung kedua terdapat pada titik L hingga respon grafik stabil,
dengan persamaan rumus pada tabel 2.6 sebagai berikut :
T 112,7
K p=1,2 =1,2 =2,12
L 63,79
Ti = 2 × L = 2 x 63,79= 127,58
Maka, didapatkan lah nilai konstanta kp = 2,12 , ki = 0,01 dan kd = 0,06. Setelah
mendapatkan nilai konstanta (Kp, Ki ,Kd) pada gambar 4.9 dan dilakukan percobaan yang
dapat dilihat grafik hasil respon open loop sudah di kontrol pada gambar 4.10 dibawah ini:
tp
Mp
td
ts
L = 63
T = 123
Gambar 4.11 Grafik Pencarian Konstanta PID
Dari hasil grafik dalam menentukan nilai (kp, ki, kd) yang dapat dilihat pada gambar
4.11 mendapat kan nilai L = 63 s yang didapatkan dari hasil perpotongan yang kedua pada
titik singgung 10% dari 0 hingga mencapai titik puncak. Sedangkan nilai T = 123 di
dihitung dari waktu titik singgung kedua terdapat pada titik L hingga respon grafik stabil,
dengan persamaan rumus pada tabel 2.6 sebagai berikut :
T 123
K p=1,2 =1,2 =147,6
L 63
Ti = 2 × L 11= 2 x 63 = 126
Td = 0,5 × L = 0,5 x 63= 31,5
Ki = Kp / Ti = 147,6/ 126 = 1,17
Kd = Kp / Td = 147,6/ 31,5 = 4,68
Maka, didapatkan lah nilai konstanta kp = 147,6 , ki = 1,17 dan kd = 4,68. Setelah
mendapatkan nilai konstanta (Kp, Ki ,Kd) pada gambar 4.11 dan dilakukan percobaan
yang dapat dilihat grafik hasil respon open loop sudah di kontrol pada gambar 4.12
dibawah ini:
tp
Mp
td ts
Setelah dilakukan beberapa kali percoban didapatkan hasil konstanta nilai Kp, Ki,
dan Kd dengan Metode Ziegler-Nichols dan open loop dengan gerakan roll (kiri - kanan)
dapat disimpulkan seperti pada tabel 4.6 dibawah ini:
Tabel 4.6 Respon sistem sebelum di kontrol dan sudah di kontrol, pada gerakan roll (kiri-
kanan).
Delay Rise Peak Overshoot Settling Error
time time time maksimu time stead
Keterangan y
(td) (tr) (tp) m (ts)
state
(Mp)
Respon
sistem
sebelum di 0,126 s 0,504 s 0,882 s 14% 2,269 s 5o
kontrol
Respon
sistem
dengan PID 0,126 s 0,378 s 0,63 s 12% 2,898 s 3o
Kp = 2,12
Ki = 0,01
Kd = 0,06
Respon
sistem
dengan PID 0,126 s 0,252 s 0,504 s 11% 6,426 s 1o
Kp = 147,6
Ki = 1,17
Kd = 4,68
tp
Mp
ts
Karna penulis menggunakan plotting dengan ardunio, di mana pada saat plotting data
serial dari Arduino respon tidak di mulai dari t = 0, oleh karena itu awal respon di hitung
pada awal muncul data grafik.
L = 63
T = 123
Dari hasil grafik dalam menentukan nilai (kp, ki, kd) yang dapat dilihat pada gambar
4.15 mendapat kan nilai L = 63 s yang didapatkan dari hasil perpotongan yang kedua pada
titik singgung 10% dari 0 hingga mencapai titik puncak. Sedangkan nilai T = 123 di
dihitung dari waktu titik singgung kedua terdapat pada titik L hingga respon grafik stabil,
dengan persamaan rumus pada tabel 2.6 sebagai berikut:
T 123
K p=1,2 =1,2 =2,34
L 63
Ti = 2 × L = 2 x 63 = 126
Td = 0,5 × L = 0,5 x 63 = 31,5
Ki = Kp / Ti = 2,34 / 126 = 0,01
Kd = Kp / Td = 2,34 / 31,5 = 0,07
Maka, didapatkan lah nilai konstanta kp =2,34 , ki = 0,01 dan kd = 0,07. Setelah
mendapatkan nilai konstanta (Kp, Ki ,Kd) pada gambar 4.15 dan dilakukan percobaan
yang dapat dilihat grafik hasil respon open loop sudah di kontrol pada gambar 4.16
dibawah ini:
tp
Mp
Karna penulis menggunakan plotting dengan ardunio, di mana pada saat plotting data
serial dari Arduino respon tidak di mulai dari t = 0, oleh karena itu awal respon di hitung
pada awal muncul data grafik.
L = 12
T = 137
Dari hasil grafik dalam menentukan nilai (kp, ki, kd) yang dapat dilihat pada gambar
4.17 mendapat kan nilai L = 12 s yang didapatkan dari hasil perpotongan yang kedua pada
titik singgung 10% dari 0 hingga mencapai titik puncak. Sedangkan nilai T = 137 di
dihitung dari waktu titik singgung kedua terdapat pada titik L hingga respon grafik stabil,
dengan persamaan rumus pada tabel 2.6 sebagai berikut :
T 137
K p=1,2 =1,2 =13,7
L 12
Ti = 2 × L = 2 x 12 =24
Td = 0,5 × L = 0,5 x 12 = 6
Ki = Kp / Ti = 13,7 / 24 = 0,57
Kd = Kp / Td = 13,7 / 6 = 2,28
Maka, didapatkan lah nilai konstanta kp =13,7 , ki = 0,57 dan kd = 2,28 Setelah
mendapatkan nilai konstanta (Kp, Ki ,Kd) pada gambar 4.17 dan dilakukan percobaan
yang dapat dilihat grafik hasil respon open loop sudah di kontrol pada gambar 4.18
dibawah ini:
tp
Mp
td
ts
Karna penulis menggunakan plotting dengan ardunio, di mana pada saat plotting data
serial dari Arduino respon tidak di mulai dari t = 0, oleh karena itu awal respon di hitung
pada awal muncul data grafik.
Setelah dilakukan beberapa kali percoban didapatkan hasil konstanta nilai Kp, Ki,
dan Kd dengan Metode Ziegler - Nichols dan open loop dengan gerakan pitch (maju-
mundur) dapat disimpulkan seperti pada tabel 4.7 dibawah in:
Tabel 4.7 Respon sistem sebelum di kontrol dan sudah di kontrol, pada gerakan pitch
(maju-mundur)
Delay Rise Peak Overshoot Settling Error
time time time maksimum time stead
Keterangan y
(td) (tr) (tp) (Mp) (ts)
state
Respon
sistem
0,126 s 0,504 s 0,756 s 15% 3,15 s 5o
sebelum di
kontrol
Respon
sistem
dengan PID 0,126 s 0,378 s 0,63 s 12% 4,284 s 3o
Kp = 2,34
Ki = 0,01
Kd = 0,07
Respon
sistem
dengan PID 0,126 s 0,252 s 0,504 s 11% 4,788 s 1o
Kp = 13,7
Ki = 0,57
Kd = 2,28
Pada gambar 4.19 di peroleh lah Grafik hasil respon open loop sebelum di kontrol,
untuk kurva S system.
tp
Mp
tr
td
ts
Karna penulis menggunakan plotting dengan ardunio, di mana pada saat plotting data
serial dari Arduino respon tidak di mulai dari t = 0, oleh karena itu awal respon di hitung
pada awal muncul data grafik.
L = 54,62
T = 92,8
Dari hasil grafik dalam menentukan nilai (kp, ki, kd) yang dapat dilihat pada gambar
4.20 mendapat kan nilai L = 54,62 s yang didapatkan dari hasil perpotongan yang kedua
pada titik singgung 10% dari 0 hingga mencapai titik puncak. Sedangkan nilai T = 92,8 di
dihitung dari waktu titik singgung kedua terdapat pada titik L hingga respon grafik stabil,
dengan persamaan rumus pada tabel 2.6 sebagai berikut :
T 92,8
K p=1,2 =1,2 =2,03
L 54,62
Ti = 2 × L = 2 x 54,62 = 109,24
Td = 0,5 × L = 0,5 x 54,62 = 27,31
Ki = Kp / Ti = 2,03 / 109,24= 0,01
Kd = Kp / Td = 2,03 / 27,31= 0,07
Maka, didapatkan lah nilai konstanta kp =2,03 , ki = 0,01 dan kd = 0,07. Setelah
mendapatkan nilai konstanta (Kp, Ki ,Kd) pada gambar 4.20 dan dilakukan percobaan
yang dapat dilihat grafik hasil respon open loop sudah di kontrol pada gambar 4.21
dibawah ini:
tp
Mp
tr
ts
Karna penulis menggunakan plotting dengan ardunio, di mana pada saat plotting data
serial dari Arduino respon tidak di mulai dari t = 0, oleh karena itu awal respon di hitung
pada awal muncul data grafik.
L=55,6
T= 105,4
Dari hasil grafik dalam menentukan nilai (kp, ki, kd) yang dapat dilihat pada gambar
4.22 mendapat kan nilai L = 55,6 s yang didapatkan dari hasil perpotongan yang kedua
pada titik singgung 10% dari 0 hingga mencapai titik puncak. Sedangkan nilai T = 105,4
di dihitung dari waktu titik singgung kedua terdapat pada titik L hingga respon grafik
stabil, dengan persamaan rumus pada tabel 2.6 sebagai berikut :
T 105,4
K p=1,2 =1,2 =2,27
L 55,6
Ti = 2 × L = 2 x 55,6 = 111,2
Td = 0,5 × L = 0,5 x 55,6 = 27,8
Ki = Kp / Ti = 2,27 / 111,2= 0,02
Kd = Kp / Td = 2,27 / 27,8 = 0,08
Maka, didapatkan lah nilai konstanta kp =2,27 , ki = 0,02 dan kd = 0,08 Setelah
mendapatkan nilai konstanta (Kp, Ki ,Kd) pada gambar 4.22 dan dilakukan percobaan
yang dapat dilihat grafik hasil respon open loop sudah di kontrol pada gambar 4.23
dibawah ini:
tp
Mp
tr
ts
Karna penulis menggunakan plotting dengan ardunio, di mana pada saat plotting data
serial dari Arduino respon tidak di mulai dari t = 0, oleh karena itu awal respon di hitung
pada awal muncul data grafik.
Setelah dilakukan beberapa kali percoban didapatkan hasil konstanta nilai Kp, Ki,
dan Kd dengan Metode Ziegler-Nichols dan open loop dengan gerakan yaw (berputar
kekiri - kekanan) dapat disimpulkan seperti pada tabel 4.8 dibawah in:
Tabel 4.8 Respon sistem sebelum di kontrol dan sudah di kontrol pada gerakan yaw
(berputar kekiri - kekanan)
Delay Rise Peak Overshoot Settling Error
time time time maksimu time stead
Keterangan y
(td) (tr) (tp) m (ts)
state
(Mp)
Respon
sistem
0,252 s 0,504 s 0,882 s 13% 2,898 s 3o
sebelum di
kontrol
Respon
sistem
0,126 s 0,378 s 0,756 s 12% 0,504 s 2o
dengan PID:
Kp = 2,03
Ki = 0,01
Kd = 0,07
Respon
sistem
0,126 s 0,252 s 0,63 s 10% 4,914 s 1o
dengan PID:
Kp = 2,27
Ki = 0,02
Kd = 0,08
4.5 Pembahasan
Dari data pengujian yang telah didapatkan, pada pengujian gerakan roll, pitch dan yaw
dengan metode ziegler-nichols pada konstanta PID dengan melakukan pengambilan data
open loop maka di dapatakan lah hasil sebagai beriku:
1. Gerakan Roll
Dari tabel 4.6 dapat di lihat error steady state terkecil pada saat parameter pid kp =
147,6 , ki = 126 dan kd = 31,6 sebesar 1 o , sedangkan error terbesar pada saat nilai kp =
2,12 ki = 0,01 dan kd =0,06 sebesar 3 o . Hasil ini Sesuai pada tabel 2.4 pengaruh kp dan ki,
terhadap transfer fungsi seperti rise time , overshoot, settling time dan steady – state error
akan berubah besar atau kecil terhadap nilai kp, ki dan kd tersebut.
2. Gerakan Pitch
Dari tabel 4.7 dapat di lihat error steady state terkecil pada saat parameter pid kp =
13,7 , ki = 0,57 dan kd = 2,28 sebesar 1 o , sedangkan error terbesar pada saat nilai kp =
2,34 , ki = 0,01 dan kd = 0,7 sebesar 3 o . Hasil ini Sesuai pada tabel 2.4 pengaruh kp dan
ki, terhadap transfer fungsi seperti rise time , overshoot, settling time dan steady – state
error akan berubah besar atau kecil terhadap nilai kp, ki dan kd tersebut.
3. Gerakan Yaw
Dari tabel 4.6 dapat di lihat error steady state terkecil pada saat parameter pid kp = 1,27
, ki = 0,02 dan kd = 0,08 sebesar 1 o , sedangkan error terbesar pada saat nilai kp = 2,03 ki
= 0,01 dan kd = 0,07 sebesar 2o . Hasil ini Sesuai pada tabel 2.4 pengaruh kp dan ki,
terhadap transfer fungsi seperti rise time , overshoot, settling time dan steady – state error
akan berubah besar atau kecil terhadap nilai kp, ki dan kd tersebut.