Anda di halaman 1dari 11

GREEN BUILDING SEBAGAI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN

DI DAERAH TROPIS

I. LATAR BELAKANG
Pemanasan global atau yang sering disebut dengan Global Warming telah menjadi
isu global,hal ini karena tidak hanya dialami oleh masyarakat Indonesia, tetapi hampir
seluruh penghuni bumi. Indonesia telah merasakan pemanasan global sejak awal tahun
2000. Dampak yang dirasakan antaranya adalah perubahan cuaca yang tidak dapat
diprediksi yang mengakibatkan kemarau panjang dan kebakaran hutan. Bahkan menurut
prediksi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa pada tahun 2030-2050
dampak pemanasan global akan memakan banyak nyawa mulai dari kelaparan hingga
penyakit.
Salah satu penyebab pemanasan global adalah pertumbuhan pesat populasi manusia.
Dilihat dari data yang disampaikan oleh Green Building Council Indonesia, terjadi
peningkatan drastis jumlah penduduk pada tahun 2000.

Gambar 1. Pertumbuhan Penduduk Dunia

Pada tahun 1900 jumlah penduduk lebih dari 1 juta hanya berada di kota London.
Kemudian meningkat pada tahun 1960 menjadi 100 kota, dan pada tahun 2005 telah
meningkat menjadi 300 kota. Sebarannya lebih dari 50% jumlah penduduk berada di kota
daripada di daerah pedesaan, dan diprediksi akan menjadi 70% pada tahun 2050. Hal ini
disebabkan karena kegiatan urbanisasi, sehingga kota yang dulunya masih banyak lahan
kosong hijau berubah menjadi penuh dengan bangunan. Serta jika perkotaan yang padat
penduduk tidak dikelola dengan baik, maka keadaan lingkungannya bisa menjadi kumuh.

Green Building Sebagai Bangunan Ramah LIngkungan di iklim tropis disusun oleh: Arif Susilo
Peningkatan penggunaan energi listrik juga telah meroket hampir di seluruh dunia,
terutama di perkotaannya. Bahkan keadaan di malam hari pada kota-kota besar sangat
terang benderang memanfaatkan energi listrik untuk sumber menyalakan lampu. Hal ini
bisa dilihat dari hasil foto yang diambil oleh NASA.

Gambar 2. Foto Kondisi Bumi Pada Malam Hari

Penggunaan energi listrik sebagai penerangan pada malam hari terbesar ditunjukan oleh
warna putih, diantaranya terjadi di Amerika Utara, sebagian Amerika Selatan, Eropa,
Asia Selatan, Asia Timur. Sedangkan untuk wilayah Indonesia, penggunaan energi listrik
terbesar berada di pulau Jawa.
Sumber energy listrik saat ini banyak berasal dari batu bara. Dilihat dari data
International Energy Agency (IEA), ada peningkatan 500% penggunaan batu bara untuk
sumber listrik dari tahun 2011 hingga 2035 nanti. Pada tahun 2011, 42% dari seluruh
listrik dari batu bara. sedangkan pada tahun 2035 diprediksi menjadi 63%. Sehingga
dampak buruk terhadap lingkungan masih akan terjadi.
Dilihat dari kondisi suhu rata-rata global, menunjukan bahwa dari tahun 1860
hingga 2020 rata-rata suhu global terus meningkat hingga 1,2℃.

Gambar 3. Suhu Rerata Global Tahun 1850 – 2020

Green Building Sebagai Bangunan Ramah LIngkungan di iklim tropis disusun oleh: Arif Susilo
Sedangkan jika dilihat di Indonesia dari data BMKG, tahun 2021 ini suhu rata-rata lebih
tinggi dari suhu rata-rata tahun 1981 hingga 2010. selisihnya 0,1-0,7. Suhu rata-rata
tertinggi terjadi di pusat kota mencapai 32,8 ℃ dan terendah di pedesaan.

Gambar 4. Suhu Rerata Bulanan Indonesia

Dampak selanjutnya adalah terhadap air hujan. Pada keadaan lapisan tanah yang
alami atau di mana tanah masih banyak ditumbuhi pepohonan, maka akan terjadi
genangan hanya 10%. Namun jika kondisi tanah telah banyak bangunan atau hilangnya
pepohonan, maka genangan akan mencapai 55%. Sehingga akan berpotensi menjadi
banjir. Menurut paparan dari Green Building Council Indonesia, kondisi air secara global
adalah 3% air di dunia segar, dari 1 liter air di dunia hanya setengah sendok makan yang
bersih dapat digunakan, dan Sejak 1900 konsumsi air telah meningkat sebesar 1.000%.
kondisi ini diperparah dengan berkurangnya lahan hutan di Kalimantan. Menurut data
World Wide Fund for Nature (WWF), kondisi hutan kita di Kalimantan semakin menurun
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2020 hanya 32,6% hutan masih tersisa.
Jumlah penduduk juga akan mempengaruhi sektor transportasi. Bayangkan jika
setiap orang menggunakan 1 mobil, maka kepadatan yang terjadi di jalan sangat luar
biasa. Sehingga penggunaan energi fosil sebagai bahan bakarnya akan semakin
meningkat pula dan hal ini akan sebanding dengan peningkatan polusi udaranya juga.
Kerusakan-kerusakan yang terjadi di atas hampir merata di permukaan bumi, hal ini
memicu terjadinya segala macam bencana. Salah satu sektor yang dapat berperan dalam
upaya mengurangi terjadinya potensi bencana tersebut adalah dalam bidang teknik
bangunan (building). Tanpa disadari, pembangunan sebuah gedung memerlukan energi

Green Building Sebagai Bangunan Ramah LIngkungan di iklim tropis disusun oleh: Arif Susilo
yang besar seperti listrik dan bahan bakar minyak. Sehingga dapat menghasilkan karbon
dioksida yang berkontribusi pada percepatan pemanasan global.
Konsep green building atau bangunan ramah lingkungan didorong untuk menjadi
trend dunia pengembangan properti saat ini. Green building diharapkan mampu
berkontribusi langsung dalam menahan laju pemanasan global. Tidak hanya itu,
penghematan air dan energi serta penggunaan energi terbarukan menjadi poin utama yang
terus dibahas untuk dikembangkan dalam konsep green building, sehingga permasalahan
kerusakan lingkungan dapat ditekan dan berkurang.
Selain itu, bangunan yang dibangun dengan konsep green building ternyata
memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Hal ini semakin membuktikan kesadaran masyarakat
terhadap lingkungan. Oleh karena itu, praktisi dituntut untuk aktif mengedukasi
masyarakat tentang pentingnya bangunan berkonsep green building. Dan terus berinovasi
dalam menghemat penggunaan listrik, energi dan air dalam sebuah hunian Berdasarkan
latar belakang di atas, maka makalah ini akan menjelaskan tentang konsep green building
di daerah tropis.

Green Building Sebagai Bangunan Ramah LIngkungan di iklim tropis disusun oleh: Arif Susilo
II. PEMBAHASAN
A. Arsitektur Tropis
Secara sederhana, Arsitektur Tropis bisa didefinisikan sebagai sebuah konsep
arsitektur atau produk arsitektur baik gedung, rumah, dan sejenisnya yang mampu
beradaptasi dengan kondisi iklim tropis. Iklim tropis sendiri memiliki karakter
tersendiri seperti sinar matahari yang panas sepanjang tahun, kelembaban udara yang
cukup tinggi, curah hujan yang tinggi, pergerakan angin, serta kondisi udara yang
berbeda. Kondisi iklim inilah yang perlu diperhatikan agar Arsitektur Tropis mampu
menghadirkan fungsi dan kenyamanan terbaik untuk penghuni rumah atau bangunan
tersebut.
Menurut konsultan PT. Eticon Rekayasa Teknik, terdapat beberapa ciri yang ada
pada penerapan arsitektur tropis, mulai dari bentuk bangunan yang didirikan hingga
tata ruangnya. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut :
1. Terdapat Tritisan
Tritisan merupakan sebuah atap tambahan yang dibuat secara terpisah
dengan atap utama yang sudah ada. Bisa dikatakan pula tritisan ini merupakan
perpanjangan dari atap utama yang sudah ada dan terletak pada bagian atas sebuah
bangunan. Tritisan tersebut memiliki fungsi bermacam-macam sesuai denga
kebutuhan, salah satunya digunakan sebagai peneduh dari berbagai cuaca baik
curah hujan maupun sinar panas matahari.

2. Menggunakan Atap Berbentuk Miring


Untuk tempat tinggal atau hunian yang memggunakan konsep arsitektur
tropis ini, biasanya menggunakan bentuk atap yang miring. Kemiringan dari atap
rumah ini mencapai 30 derajat bahkan lebih. Fungsi penggunaan atap yang miring
ini untuk mengantisipasi kerusakan yang terjadi pada bangunan akibat perubahan
cuaca yang signifikan dan berlangsung dalam jangka waktu panjang.
Jenis material yang digunakan dalam pembuatan atap juga bermacam-
macam, diantaranya atap baja ringan, atap kayu, dan yang lainnya. Dikarenakan
fungsi atap yang penting dalam sebuah bangunan, maka anda perlu memilih atap
yang memiliki kualitas terbaik. Tujuannya agar Anda dan anggota keluarga yang
lain merasa aman dan nyaman berada di dalam rumah tersebut.

Green Building Sebagai Bangunan Ramah LIngkungan di iklim tropis disusun oleh: Arif Susilo
3. Memiliki Banyak Ventilasi Udara
Adanya ventilasi di rumah dapat mempengaruhi langsung kualitas udara di
dalam ruangan. Rumah yang memiliki ventilasi yang cukup akan menghasilkan
sirkulasi udara yang baik, sehingga terjadi proses pertukaran udara antara dalam
ruangan dan luar ruangan. Saat udara yang ada di dalam rumah baik, tentu saja
kesehatan penghuni rumah juga akan terjaga.
Bahkan World Health Organization (WHO) juga menyatakan kualitas udara
yang buruk di dalam rumah, diduga dapat menjadi salah satu penyebab
menyebarnya penyakit menular antar penghuni rumah pada negara berkembang.
Orang yang paling berisiko terkena dampak tersebut adalah ibu rumah tangga dan
anak-anak, karena sebagian besar aktivitas mereka sering dihabiskan di dalam
rumah.
Oleh sebab itu, konsep arsitektur tropis ini menggunakan banyak ventilasi di
rumah agar menghasilkan sirkulasi udara yang baik bagi penghuni rumah. Selain
agar terjadi pertukaran udara, ventilasi yang banyak juga dapat menghasilkan
pencahayaan yang baik dari sinar matahari. Sehingga kondisi ruangan tidak
lembab dan tetap terjaga kelembabannya.

4. Terdapat Banyak Tumbuhan


Pada konsep tropis ini juga terdapat banyak tumbuhan yang berada di sekitar
rumah. Ada berbagai tanaman hijau yang sengaja dibuat untuk menciptakan
suasana rumah tropis yang sejuk. Sehingga dibuatlah taman dengan
berbagai tumbuhan tropis di dalamnya, taman-taman tersebut ada yang dibuat di
pekarangan rumah dan juga di dalam rumah.
Selain itu, konsep ini juga menggunakan jendela besar dengan tujuan agar
cahaya alami dari sinar matahari dapat masuk dengan sempurna. Tidak hanya
menggunakan jendela besar saja, namun arsitektur tropis juga menerapkan konsep
hunian terbuka. Supaya rumah menjadi sejuk walaupun cuaca sedang panas.

5. Menggunakan Material Alami


Gaya arsitektur tropis juga menggunakan berbagai material alami yang
biasa didapatkan dari lingkungan sekitar. Unsur-unsur tradisional akan
melekat pada konsep rumah ini, misalnya penggunaan material seperti

Green Building Sebagai Bangunan Ramah LIngkungan di iklim tropis disusun oleh: Arif Susilo
kayu, bambu, hingga batu alam. Konsep tropis ini akan semakin terlihat
apabila memadu padankan material alami dengan berbagai tumbuhan
tropis lainnya.

Sedangkan menurut DR. Ir. RM. Sugiyatmo, kondisi iklim tropis yang
berpengaruh dalam perancangan bangunan yaitu:
1. Kenyamanan Thermal
Dalam arsitektur tropis, adaptasi bangunan dilakukan untuk mendapatkan
kenyamanan thermal terutama adalah mengurangi asupan panas yang masuk
dalam bangunan, menciptakan aliran udara yang baik melalui ruang dalam dan
membawa panas keluar bangunan dan mengurangi radiasi panas akibat sinar
matahari, baik radiasi langsung matahari maupun dari dalam yang membuat suhu
panas.
Cara lain untuk memperkecil panas yang masuk yaitu sebagai berikut:
a. Memperkecil luas permukaan yang menghadap ke timur dan barat
b. Melindungi dinding dengan alat peneduh. Peroleh panas dapat juga dikurangi
dengan memperkecil penyerapan panas dari permukaan, terutama untuk
permukaan atap.
Warna terang memiliki tingkat penyerapan radiasi matahari yang kecil
sementara warna gelap menyerap radiasi panas lebih cepat. Penyerapan radiasi
panas yang besar dapat menyebabkan suhu ruangan naik. Jadi, dalam bangunan
tropis lebih disarankan menggunakan warna-warna terang baik di luar maupun di
dalam ruangan.

2. Aliran Udara Melalui Bangunan


Aliran udara dapat mengurangi panas yang mengendap dalam bangunan.
Salah satu cara yang paling baik mendapatkan aliran udara adalah dengan
menggunakan ventilasi silang. Kegunaan dari ventilasi adalah sebagai berikut:
a. Untuk memenuhi syarat bangunan sehat dan layak huni, yaitu:
1) penyediaan oksigen untuk pernapasan,
2) membawa panas, asap dan uap air keluar ruangan secepat mungkin,
3) mengurangi konsentrasi gas-gas beracun, bakteri dan menghilangkan bau
yang tidak sedap.

Green Building Sebagai Bangunan Ramah LIngkungan di iklim tropis disusun oleh: Arif Susilo
b. Untuk mencapai kenyamanan thermal dalam ruangan:
1) mengeluarkan panas,
2) membantu mendinginkan ruang dalam bangunan.

Aliran udara terjadi karena adanya gaya thermal yaitu terdapat perbedaan
temperature antara udara di dalam dan diluar ruangan dan perbedaan tinggi antara
lubang ventilasi. Kedua gaya ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk
mendapatkan jumlah aliran udara yang dikehendaki.
Jumlah aliran udara dapat memenuhi kebutuhan kesehatan pada umumnya
lebih kecil daripada yang diperlukan untuk memenuhi kenyamanan thermal.
Untuk yang pertama sebaiknya digunakan lubang ventilasi tetap yang selalu
terbuka. Untuk memenuhi yang kedua, sebaiknya digunakan lubang ventilasi yang
bukaannya dapat diatur.

3. Radiasi Panas
Radiasi panas bisa terjadi karena paparan sinar matahari yang langsung
masuk ke dalam bangunan, pantulan pada bidang lain dan permukaan yang lebih
panas yang menyerap radiasi. Untuk bisa mencegah radiasi panas dapat digunakan
elemen bangunan sebagai peneduh misalnya dengan menggunakan overstekl atap,
sun shading, dan gorden.
Pancaran panas matahari pada suatu permukaan akan memberikan
ketidaknyamanan thermal bagi penghuni ruangan, apalagi jika temperatur udara
ruangan sampai melebih 40C. Hal ini sering kali terjadi pada ruang di bawah dari
langit-langit atau bagian bawah atap.
Penerangan alami pada siang hari yaitu cahaya matahari langsung dan
cahaya matahari difusi (tak langsung). Namun sejatinya melimpahnya cahaya
matahari pada iklim tropis dapat dimanfaatkan semaksimal untuk penerangan
siang hari di dalam bangunan. Namun, sinar matahari langsung tidak baik masuk
ke dalam bangunan karena bisa menimbulkan pemanasan dan penyilauan yang
cepat, kecuali untuk sinar matahari pada pagi hari sebelum jam 9. Jenis cahaya
siang yang perlu dimanfaatkan untuk penerangan adalah cahaya langit atau cahaya
tak langsung.

Green Building Sebagai Bangunan Ramah LIngkungan di iklim tropis disusun oleh: Arif Susilo
Pada kasus bangunan yang berlantai banyak, semakin tinggi lantai bangunan
makin kuat potensi cahaya langit yang bisa didapatkan. Cahaya langit yang
sampai pada bidang kerja (bangunan) dapat dibagi dalam 3 (tiga) komponen :
a. Komponen langit
b. Komponen refleksi luar
c. Komponen refleksi dalam

Dari ketiga komponen di atas, komponen langit memberikan bagian terbesar


pada tingkat penerangan yang dihasilkan oleh suatu lubang cahaya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi besarnya tingkat penerangan pada bidang kerja tersebut
adalah :

a. Luas dan posisi lubang cahaya.


b. Lebar teritis
c. Penghalang yang ada dimuka lubang cahaya
d. Faktor refleksi cahaya dari permukaan dalam dari ruangan.
e. Permukaan di luar bangunan di sekitar lubang cahaya.

Dalam contoh bangunan yang berlantai banyak, semakin tinggi maka


semakin berkurang pula kemungkinan adanya penghalang di muka lubang cahaya.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, baik terhadap model bangunan dalam
langit buatan (rekayasa), maupun pada rumah sederhana secara real.
Komposisi faktor pencahayaan siang hari rata-rata 20% dapat diperoleh
melalui lubang cahaya (jendela) yang memiliki luas 15% dari luas lantai, dengan
catatan posisi lubang cahaya di dinding di ketinggian normal, memiliki lebar
sekitar 1 meter, memiliki faktor refleksi cahaya rata-rata dari permukaan ruang
dalam sekitar 50% – 60%, tidak ada penghalang di depan lubang/jendela dan kaca
penutup yang digunakan adalah jenis kaca bening transparan.

Manfaat yang akan anda dapatkan apabila menggunakan konsep ini bukan
hanya dari keindahannya saja. Fokus utama terciptanya konsep rumah ini ialah untuk
beradaptasi dengan iklim tropis. Supaya penghuni akan lebih merasa aman dan
nyaman menghadapi berbagai pergantian cuaca yang terjadi, dari curah hujan yang
tinggi hingga cuaca panas saat kemarau tiba.

Green Building Sebagai Bangunan Ramah LIngkungan di iklim tropis disusun oleh: Arif Susilo
B. Green Building
1. Definisi

2. Desain
3. Benefit
C. Penerapan Green Building di daerah tropis

III. KESIMPULAN
Green building merupakan salah satu inovasi di bidang teknik bangunan. Konsep ini
dapat diterapkan juga di daerah tropis seperti Indonesia. Sehingga secara makro dapat
membantu dalam upaya mengurangi laju fenomena pemanasan global. Sedangkan secara
mikro, manfaat yang dapat dirasakan adalah:
1. Manfaat Finansial:
Investasi yang efektif & mengurangi biaya operasi, meningkatkan laba, kinerja
keuangan & nilai bangunan
2. Manfaat Negara :
Mengurangi penggunaan sumber daya alam nasional, melestarikan sumber untuk
memperpanjang ketersediaan, menghindari krisis energi.
3. Manfaat Global :
Mengurangi emisi CO2, mengurangi pemanasan global, memerangi dampak
perubahan iklim.

Green Building Sebagai Bangunan Ramah LIngkungan di iklim tropis disusun oleh: Arif Susilo
Daftar Pustaka

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)


Green Building Council Indonesia
NASA
International Energy Agency (IEA)
https://eticon.co.id/arsitektur-rumah-tropis/
http://ejurnal.ppsdmmigas.esdm.go.id/sp/index.php/swarapatra/article/view/110/94
https://majalahcsr.id/tujuh-gedung-yang-adopsi-green-building-di-jakarta/
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/eb/article/view/7443/6323

Green Building Sebagai Bangunan Ramah LIngkungan di iklim tropis disusun oleh: Arif Susilo

Anda mungkin juga menyukai