Anda di halaman 1dari 6

TUTORIAL 1 MODUL 2

Skenario :

wanita
usia 40 tahun
keluhan utama sulit tidur sejak 4 minggu
sulit berkonsentrasi dalam pekerjaan rumah tangga
suaminya berselingkuh
merasa sedih dan pernah berusaha menabrakkan diri ke truk
hasil pemeriksaan mood hipotim halusinasi auditorik koheren

Data tambahan
- Anamnesis
Identitas :
nama :Ny. R
usia : 40 tahun
RPS
- Keluhan utama: pasien mengeluhkan sulit tidur sejak 4 minggu
- Keluhan tambahan : - sulit berkonsentrasi (keluhan terjadi sejak mengetahui
perselingkiuhan suaminya. Sedih dan pernah menabrakkan dirinya ke truk
- Onset penyakit ? mulai timbulnya kapan
- Perkembangan gejala oenyakit
- Riwayat pengobatan pasien?
- Faktor pencetus ? stress keluarga

RPD
- Apakah sebelumnya ada keluhan yang sama
- Apakah ada riwayat penyakit lain/medis?
- Apakah ada riwayat gangguan jiwa?
- Apakah ada riwayat penggunaan alcohol atau zat lain?

RPK
Riwayat pribadi pasien (prenatal-dewasa)
- Apakah dikeluarga pasien ada yang memiliki gejala yang sama ?
- Apakah pasien memiliki maslah keluarga ? suami pasien berselingkuh dan ny. R
berusaha menyelesaikan masalah dengan keluarga besar namun tidak berhasil

Rse

Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum –
- Kesadaran umum-
- TTV ( TD : RR: HR: SUHU J
- Head to toe
Mata :
Hidung :
Mulut/bibir
Wajah :
Thorax :
Abdomen :
Ekstremitas:

- Pemeriksaan spesifik dan status mental


Mood hipotim
Halusinasi auditorik
Koheren

- Pemeriksaan penunjang
Darah rutin
Urine
Eeg

A. TERMINOLOGI

1. mood hipotim
suasana perasaan yang secara pervasif diwarnai dengan kesedihan dan kemurungan.
Individu secara subyektif mengeluhkan tentang kesedihan dan kehilangan semangat.
Secara obyektif tampak dari sikap murung dan perilakunya yang lamban.

2. halusinasi auditorik

Berdasarkan Depkes (2000 dalam Dermawan & Rusdi, 2013) halusinasi adalah gerakan
penyerapan (persepsi) panca indera tanpa ada rangsangan dari luar yang dapat meliputi
semua sistem panca indera terjadi pada saat kesadaran individu penuh atau baik.

Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan
yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada
percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar
dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang
dapat membahayakan.

3. koheren
Koherensi adalah keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya,
sehingga kalimat memiliki kesatuan makna yang utuh

B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. apa yang menyebabkan pasien mengeluhkan sulit tidur ?
jawaban :
Gangguan tidur pada orang depresi dapat berasal dari fungsi abnormal region
yang berperan untuk memulai dan mempertahankan tahap non-REM. Selama
transisi antara sadar sampai tahap non-REM, aktivitas neuronal diturunkan
pada area yang menyebabkan arousal seperti locus coeruleus, raphe nuclei,
dan tuberomammilary nucleus. Selama tahap itu juga neuron thalamocortical
mengalami hiperpolarisasi. Area yang menyebabkan tidur terlokalisasi di
preoptic hypothalamus menunjukkan peningkatan aktivitas selama tahap itu.
Pada orang sehat, tahap non-REM ditandai dengan penurunan aktivitas
metabolik dan aliran darah ke mesencephalic brainstem, thalamus, dan basal
forebrain. Pada orang depresi gangguan tidur dikarenakan aktivitas abnormal
pada struktur itu.

Percobaan yang dilakukan oleh Germain et al menunjukkan hasil bahwa


orang depresi menunjukkan penurunan yang kecil metabolisme glukosa
regional di region 6 frontal, parietal dan temporal, dan dorsomedial thalamus.
Penemuan ini menunjukkan bahwa depresi dikarakteristikkan dengan
deaktivasi kortikal dan thalamus yang kecil. Tetapi pada metabolisme seluruh
bagian otak tidak menunjukkan peningkatan metabolisme dibandingkan orang
sehat. Namun dengan kegagalan untuk menunjukkan penurunan aktivitas di
daerah thalamus dan anterior forebrain serta aktivitas metabolik yang tetap di
dorsomedial thalamus dan area yang berkaitan baik dengan prefrontal dan
parietal cortices dapat menjadi penyebab tetapnya aktivitas metabolik frontal
dan parietal tahap non-REM pasien depresi. Deaktivasi frontal dan thalamus
umumnya menyebabkan insomnia.

2. apa yang menyebabkan pasien sulit berkonsentrasi ?


jawaban :
Penelitian mengungkapkan bahwa kecepatan memproses informasi
terganggu pada penderita depresi. Banyak area di otak yang terlibat dalam
penyusunan dan pemulihan ingatan. Penyimpangan yang terjadi pada
area-area ini, termasuk yang disebabkan depresi, dapat mempengaruhi
kemampuan memproses memori dan mempengaruhi kemampuan
berkonsentrasi.Berdasarkan banyak penelitian, area hipokampus pada
penderita menyempit. Ini sering dikaitkan dengan gangguan kognisi pada
depresi. Penyempitan ini dapat dicegah (atau dikembalikan) kalau depresi
ditangani dengan cepat. Menurut penelitian jika sering terjadi relapse,
penyempitan ini sukar disembuhkan sehingga pemulihan gangguan kognisi
juga menjadi sangat sulit.
Stress bisa menyebabkan cemas pada seseorang
Suatu kecemasan adalah suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan
mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan
menghadapi masalah ataupun rasa tidak aman
Jika seseorang mengalami cemas maka dapat menurunkan kemampuan
untuk memusatkan perhatian, penurunan daya ingat, dan menggangu
kemampuan disosiasi sehingga terjailah sulit konsentrasi
Menurut Aliansi Nasional Penyakit Mental, kurangnya konsentrasi adalah
gejala umum depresi. Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi juga membuat
kita lebih sulit untuk membuat keputusan kecil sekalipun. Sebuah studi di
PLoS ONE menunjukkan bahwa kurangnya fokus adalah salah satu alasan
depresi memiliki dampak sosial yang besar. Ketika kita tidak bisa fokus, akan
lebih sulit untuk menjaga hubungan dan berkinerja baik di tempat kerja.
Ketika kita mengalami depresi, banyak bagian otak menjadi rusak. Ini
termasuk amigdala dan hippocampus. Volume hippocampus menyusut, yang
memengaruhi rentang perhatian. Sirkuit saraf juga berfungsi secara berbeda.
Berbagai episode depresi yang tidak diobati biasanya meningkatkan
keparahan gejala. Perubahan-perubahan di otak ini membuatnya lebih sulit
untuk fokus ketika kita sedang depresi.

3. apa makna pemeriksaan mood hipotim,halusinasi auditorik,koheren ?


jawaban:
mood hipotim:
koheren= pikiran yang scr umum dapat dimengerti,logis,dan sesuai dengan
tata bahasa.
sama dengan termino diatas.

4. apa diagnosis penyakit dari pasien ?


jawaban:
Pasien menderita skizoafektif tipe depresi
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis Aksis I skizoafektif tipe depresif (F25.1)
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan status mental. Berikut ini
adalah uraiannya: Pasien tidak memiliki riwayat trauma kepala, riwayat kejang,
riwayat tindakan operatif, dan riwayat kondisi medik lain yang dapat secara
langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi fungsi otak. Oleh karena itu,
gangguan mental organik (F00-09) dapat disingkirkan. Pasien tidak mempunyai
riwayat penggunaan zat psikoaktif. Sehingga diagnosis gangguan mental dan
perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F10-19) dapat disingkirkan. Pada
pasien didapatkan hendaya dalam menilai realita, oleh sebab itu gangguan jiwa
pada pasien dimasukkan ke dalam golongan besar psikotik. Selain itu, pasien juga
ditemukan hendaya pada moodnya. Hendaya moodnya ini hampir bersamaan
dengan gejala psikotiknya pada setiap episodenya. Dari hasil anamnesis dan
pemeriksaan status mental, ditemukan beberapa gejala psikopatologi yaitu
Adanya riwayat halusinasi auditorik yang bersifat commanding (menyuruh pasien
marah). Riwayat gejala depresi yakni sulit tidur, malas, mengurung diri, bingung.
Perilaku terdisorganisasi marah-marah. Gejala Negatif afek terbatas, kesulitan
dalam pemikiran abstrak. Gejala tersebut pertama kali muncul 4 minggu yang lalu.
Berdasarkan gejala-gejala yang ditemukan
saat ini, diagnosis pada pasien adalah skizoafektif tipe depresif (F25.1). Skizofrenia
paranoid dan gangguan afektif depresi berulang dengan gejala psikotik merupakan
diagnosis banding pada kasus ini. Skizofrenia paranoid dapat disingkirkan dengan
adanya gejala afek yang menonjol pada pasien. Sedangkan, gangguan afektif
depresi berulang dengan gejala psikotik dapat disingkirkan karena gejala depresi
dan psikotik pada pasien ini sama-sama menonjol, muncul bersamaan, dan hilang
secara bersamaan setelah pengobatan. Dan ini dapat dilihat dari riwayat timbulnya
gejala dan pengobatan yang pernah dialami pasien. Sedangkan pada gangguan
afektif depresi berulang dengan gejala psikotik, gejala afek depresif lebih menonjol
dibandingkan gejala psikotiknya.

5. apa yang menyebabkan pasien mengalami halusinasi?


jawaban:
Halusinasi adalah gejala yang khas dari skizofrenia yang merupakan
pengalaman sensori yang menyimpang atau salah yang dipersepsikan
sebagai sesuatu yang nyata. Kondisi ini menyebabkan individu tidak bisa
kontak dengan lingkungan dan hidup dalam dunianya sendiri. Bahkan kalau
halusinasinya masih kuat penderita bisa berbahaya bagi dirinya sendiri dan
orang lain. Hingga saat ini, mekanisme proses terjadinya halusinasi yang
dialami penderita skizofrenia belum jelas. Penelitian ini bertujuan menggali
pengalaman penderita skizofrenia tentang proses terjadinya halusinasi.
Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.
Delapan orang informan yang memenuhi kriteria diwawancara secara
mendalam dan seluruh pembicaraannya direkam dengan tape recorder. Hasil
wawancara dianalisa dengan pendekatan Collaizi, dan diperoleh lima tema
besar yakni;
proses terjadinya halusinasi dimulai dengan adanya serangkaian
masalah yang dipikirkan atau dirasakan penderita, situasi atau kondisi
tertentu dapat mencetuskan halusinasi, proses terjadinya halusinasi
terjadi secara bertahap, waktu prose terjadinya halusinasi, dan
pencegahan halusinasi dengan pendekatan spiritual serta penggunaan
koping yang konstruktif. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan
bahwa dalam merawat penderita skizofrenia yang mengalami halusinasi,
perawat harus memahami bagaimana terjadinya halusinasi secara
komprehensif. (jurnal unpad oleh suryani)
adapun tahapan halusinasi adalah sbb
Tahapan Halusinasi :
· Tahap Pertama : Mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah,
kesepian, melamun
· Tahap Kedua : Kecemasan meningkat, berada pada tingkat “listening” ,
gambaran suara berupa bisikan yang tidak jelas, takut apabila orang lain
mendengar, membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan
memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain.
· Tahap Ketiga : Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol
klien, Klien menjadi terbiasa dan tak berdaya pada halusinasinya,
Halusinasi memberi kesenangan dan rasa aman sementara.
· Tahap Keempat : terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari
halusinasinya, Halusinasi menjadi mengancam, memerintah dan
memarahi klien, Klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena
terlalu sibuk dengan halusinasinya, Proses ini menjadi kronik jika tidak
dilakukan intervensi.

Anda mungkin juga menyukai