Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MENGANALISIS CARA PENETAPAN NILAI PESERTA DIDIK DAN CARA


PELAPORAN HASIL NILAI ASESMEN DAN TINDAK LANJUTNYA

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Asesmen


Dan Evaluasi Pembelajaran Biologi
Dosen Pengampuh Prof. Dr. Bambang Subali, M.S.

Disusun Oleh :
1. Nurul Qomariyah (20325251001)
2. Nadia Fadhila (20325251007)
3. Reza Fahlevi (20325251008)

PROGAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN BIOLOGI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Alahmdulillahirobbil’alamin, segala puji syukur penulis hantarkan kepada Allah SWT
karena rahmat dan taufiknya akhirnya penyusun dapat menyelesaikan Makalah
Menganalisis Cara Penetapan Nilai Peserta Didik Dan Cara Pelaporan Hasil Nilai
Asesmen Dan Tindak Lanjutnya, dengan baik untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa
dalam menyelesaikan tugas pada waktunya, dan tak lupa juga shalawat serta salam tetap
tersanjungkan atas Nabi Muhammad SAW karena beliau merupakan suri tauladan
dalam kehidupan ini.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof.
Dr. Bambang Subali, M.S selaku dosen pengampuh yang memberikan bimbingan pada
mata kuliah Pengembangan Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran Biologi, sehingga
dapat di selesaikan dengan baik.
Sebagai sebuah karya keilmiaan, kami berharap semoga makalah ini menjadi
sesuatu yang bermanfaat bagi siapa saja yang membaca dan mempelajarinya dan
sebagai sebuah karya pula maka kami menyadari bahwa sudah pasti terdapat
kekurangan ataupun kejanggalan di berbagai makalah ini. Oleh sebab itu, demi
kesempurnaannya di masa mendatang, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Yogyakarta, 03 April 2021

Penyusun
Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................. i
Daftar isi....................................................................................................... ii
BAB I - PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................
C. Tujuan ................................................................................................

BAB II - PEMBAHASAN
1. Cara Pemberi Skor
2. Cara Penetapan Nilai Peserta Didik.................................................
3. Cara Pelaporan Hasil Asesmen........................................................
4. Tindak Lanjut...................................................................................

BAB III Penutup


A. Kesimpulan .....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis
dan menafsirkan data tentang proses hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
mengambil keputusan. Pada kurikulum 2013 peserta didik tidak lagi menjadi objek
dari pendidikan, tetapi menjadi subjek dalam mengembangan tema dan materi yang
ada. Penilaian dan kegiatan pembelajaran bermuara pada penguasaan kompetensi
yang diharapkan. Selama ini pelaksanaan penilaian di kelas kurang mampu
menggambarkan kemampuan siswa yang beragam karena cara dan alat yang
digunakan kurang sesuai dan kurang bervariasi. Karena keterbatasan kemampuan
dan waktu, penilaian cenderung dilakukan dengan menggunakan cara dan alat yang
lebih menyederhanakan tuntutan perolehan siswa.
Ketika Anda sebagai guru melakukan evaluasi terhadap anak didik, tentunya
ada informasi yang dihasilkan dan ditunggu-tunggu oleh banyak pihak yang
berkepentingan. Melaporkan hasil belajar merupakan salah satu bentuk tanggung
jawab Anda sebagai guru kepada para pemangku kepentingan atau stakeholders
untuk memberikan informasi tentang sejauhmana proses belajar berhasil mencapai
tujuan yang diidam-idamkan. Oleh karena itulah, begitu informasi mengenai seorang
siswa sudah terkumpul hingga akhirnya dianalisis dan diinterpretasi, maka implikasi
dari informasi tersebut harus dikomunikasikan. Maka dalam makalah ini akan
membahas tentang bagaimana cara pengolahan skor dan penetapan nilai peserta
didik, cara melaporkan hasil asesmen dan tindak lanjut peserta didik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara penetapan nilai peserta didik ?
2. Bagaimana cara pelaporan nilai peserta didik ?
3. Bagaimana tindak lanjut nilai peserta didik ?

C. Tujuan
1. Mengatahui cara penetapan nilai peserta didik
2. Mengetahui cara pelaporan nilai peserta didik
3. Mengetahui tindak lanjut nilai peserta didik

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Cara Pemberi Skor


Sebelum skor diolah menjadi nilai, terlebih dulu harus ditentukan bagaimana
cara pemberian skornya. Apakah betul mengerjakan suatu butir soal akan mendapat
skor 1, sehingga betul 57 butir soal mendapat skor 57, atau tidak demikian? Cara
pemberian skor dapat dibedakan atas dasar bentuk butir soal yang digunakan, antara
lain sebagai berikut:
1. Cara Pemberian Skor Hasil Ujian Bentuk Uraian
Pemberian skor terhadap hasil pekerjaan suatu butir soal bentuk uraian
didasarkan pada beberapa aspek yang harus dimunculkan dalam jawaban,
kemudian bagaimana bobot tiap aspek. Adapun contohnya sebagai berikut :
Jelaskan cara-cara menggunakan termometer badan untuk mengukur suhu pasien!
Misalkan setelah dibuat kuncinya diperoleh kunci sebagai berikut :
Kunci : Langkah Penggunaan Termometer Badan Bobot
a. Termometer di keluarkan dari tempatnya dengan memengang 1
bagian ujung yang tidak terdapat air raksa
b. Posisi air raksa diturunkan pada skala terendah dengan cara 1
mengayunkan termometer dengan cepat dari atas ke bawah, dan
posisi tangan saat memegang tetp pada ujung yang tidak terdapat
air raksanya
c. Melakukan pengecekan apakah air raksa sudah berada pada ujung 1
penampungnya
d. Minta ijin kepada pasien untuk mengukur suhu tubuhnya 1
e. Memasang termometer pada bagian tubuh yang peka paling 1
sedikit 3 menit
f. Mengambil termometer dari tubuh pasien dengan tetap memegang 1
bagian ujung yang tidak ada air raksanya
g. Membaca tinggi air raksa dengan posisi mata sejarar dengan 2
permukaan cairan air raksa.
Setelah dicocokkan dengan kunci dapat dihitung berapa skor yang diperoleh
oleh peserta uji. Selanjutnya skor yang diperoleh baru dikonversi ke dalam nilai.
Jika butir-butir soal yang digunakan memiliki bobot yang berbeda-beda, para
peserta ujian dapat diberi informasi berapa bobot tiap butir soal. Dengan

2
mengetahui bobot masing-masing butir soal, peserta ujian dapat memilih butir
soal yang mana yang akan diselesaikan terlebih dulu. Misal, butir soal pertama
dicantumkan bobotnya sebesar 10, butir soal kedua 5, butir soal ketiga 6, dan
seterusnya.
2. Cara Pemberian Skor Hasil Ujian Bentuk Obyektif
Pemberian skor soal bentuk obyektif, ada dua cara, sebagai berikut:
a. Setiap jawaban yang benar dari suatu butir soal diberi skor satu, sehingga skor
total akan sama dengan jumlah seluruh jawaban yang benar.
b. Memperhatikan adanya peluang terjadinya tebakan. Dengan demikian, skor
yang diperoleh sama dengan jumlah jawaban yang benar yang dikoreksi
dengan besarnya tebakan.
Adapun Rumusnya sebagai berikut:

S
Skor = Keterangan: B (jumlah jawaban yang benar)
B-
(n-1) S (jumlah jawaban yang salah)
n (banyaknya alternatif jawaban)

Untuk bentuk soal menjodohkan, maka n = 2, yakni kemungkinan jawaban


itu salah satu benar. Oleh kerena itu skor yang diperoleh, sebagai berikut:

S
Skor = B- = B-S
(2-1)

Untuk butir soal pilihan ganda, asosiasi pilihan ganda ataupun hubungan
sebab akibat dengan 5 alternatif jawaban, rumusnya sebagai berikut

S
Skor = B-
(5-1)

3
Menurut Subali (2019), penggunaan rumus terkoneksi ini masih menjadi
perdebatan, karena tidak semua peserta ujian menjawab dengan asal menebak dan
peluang untuk mendapatkan skor yang tinggi akibat tebakan relatif kecil, apalagi
jika penyusun soal sudah memperhatikan penyebaran jawaban kunci.

B. Cara Penetapan Nilai Peserta Didik


Ada dua cara mengubah atau mengolah skor menjadi nilai, yaitu sebagai
berikut:
1. Pertama, cara pengolahan nilai dengan menggunakan acuan patokan atau kriteria,
yang biasa dikenal dengan nama penilaian acuan patokan (Criterion Referenced
Evaluation). Karena dalam menentukan nilai akhir terhadap seorang peserta ujian,
dilakukan dengan cara membandingkan skor mentah dengan patokan atau kriteria
yang telah ditetapkan telebih dahulu, maka sifatnya absolut, sehingga sering
disebut Penilaian Absolut.
2. Kedua, cara pengolahan nilai dengan menggunakan acuan norma, dan biasa
disebut dengan penilaian acuan norma (Norm Referenced Evaluation). Pada acara
ini, penilaian akhir terhadap seorang peserta ujian, dibandingkan dengan prestasi
seluruh peserta ujian dengan kaidah distribusi normal. Dengan cara ini akan dapat
dilihat kedudukan siswa di dalam kelompoknya.
Sistem PAP dapat diterapkan secara luas, baik untuk memberikan penilaian
prasarat, penilaian penempatan, penilaian formatif maupun penilaian diagnostik.
Pertimbangan yang digunakan yaitu bahwa seseorang harus memiliki kemampuan
prasarat minimal agar ia dapat mengikuti proses pembelajaran selanjutnya, demikian
pula seseoranghanya dapat mengikuti proses belajar mengajar apabila ia berada pada
posisi yang benar-benar sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Seseorang harus
diremidiasi, jika ternyata tidak dapat menampilkan perubahan perilaku sebagaimana
yang ditargetkan dalam TIK. Sebaliknya sitem PAN akan lebih tepat jika digunakan
dalam penilaian subsumatif dan sumatf, dengan pertimbangan, bahwa tujuan
penilaian subsumatif dan sumatif adalah untuk melihat bagaimana posisi seseorang
setelah ia mengikuti suatu program. Namun demikian, dalam kurikulum yang
digunakan di Indonesia, seperti kurikulum tingkat satuan pelajaran, ditegaskan
bahwa sistem penilaian yang digunakan adalah berdasar sistem PAP atau sistem

4
mutlak (absolut). Yang perlu diperhatikan adalah sepanjang instrumen yang
digunakan memenuhi syarat agar data yang diperoleh dapat diolah dengan sistem
PAP, kiranya bukan menjadi masalah.

C. Cara Pelaporan Hasil Asesmen


Pelaporan (reporting) hasil asesmen merupakan proses asesmen terkait dengan
upaya proses menginformasikan kepada pihak lain yang berkepentingan mengenai
pembelajaran yang telah terjadi atau dilakukan. Pelaporan itu ias formatif, yakni
ketika pelaporan memberikan informasi mengenai pembelajaran yang dapat
dikembangkan melalui proses belajar mengajar yang akan dilakukan, atau ias juga
sumatif, ketika pelaporan memberikan informasi mengenai belajar siswa pada saat
tertentu. Oleh karena itulah pelaporan hasil belajar siswa ias dilakukan setiap akhir
semester, tiap tengah semester, bulanan, mingguan atau harian. Sementara itu
pelaporan ias dilakukan oleh guru bidang studi, guru wali kelas, dan kepala sekolah.
Proses pelaporan sendiri ias dilakukan secara lisan (oral) maupun tertulis
(written), dalam bentuk kata-kata maupun angka. Lalu kapan pelaporan hasil belajar
Bisa dilakukan? Pelaporan ias dilakukan pada berbagai kesempatan sesuai dengan
kesepakatan Anda dengan pihak-pihak yang akan menerima atau kreativitas Anda
sendiri untuk merancang kegiatan yang didalamnya ada kegiatan pelaporan hasil
belajar siswa. Oleh karena itulah kegiatan pelaporan itu ias saja dilakukan dalam
acara-acara biasa maupun pada saat kenaikan kelas, pameran, atau kegiatan lainnya.
1. Kriteria Pelaporan
Laporan hasil belajar disusun untuk memberikan informasi yang bermanfaat
mengenai kemampuan peserta didik kepada pihak-pihak tertentu yang
berkepentingan agar mereka turut meningkatkan kemampuan peserta didik.
a. Menggunakan format dan Bahasa yang komunikatif dan mundah dipahami
b. Berkaitan erat dengan hasil belajar yag ingin dicapai
c. Memuat hasil pengolahan data yang konsisten
d. Menitik beratkan pada hasil yang dicapai siswa
e. Berisi informasi tingkat pencapaian hasil belajar dalam kaitannya dengan
standar kemampuan yang ditetapkan;

5
f. Memberikan informasi kemampuan akademik (penguasaan standar
kemampuan mata pelajaran), ias u, emosional dan fisik yang dicapai siswa;
g. Konsisten dengan pelaksanaan penilaian;
h. Dapat memberikan informasi untuk melakukan ias ument hasil belajar;
i. Memberikan informasi yang dapat membantu orang tua untuk lebih
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan siswa;
j. Dapat memberikan informasi kemampuan siswa secara individu maupun
kelas dalam mencapai kompetensi dasar;
k. Menarik dan memuat aspek-aspek yang berguna bagi peningkatan
kemampuan siswa.
2. Metode Pelaporan Hasil Asesmen
a. Menggunakan Kartu Laporan (Report Card)
Untuk jangka waktu yang cukup lama, kartu atau lembar laporan telah
menjadi media utama untuk mensosialisasikan informasi hasil asesmen dan
evaluasi oleh pihak sekolah kepada murid dan orang tua. Sayangnya kartu
laporan yang telah lama dipakai banyak mendapat kritik, salah satunya
adalah sulitnya membuat laporan dan kecenderungan komunikasi antara
orang tua dan guru yang hanya satu arah, sehingga membuat banyak pihak
berpikir tentang cara lain mengkomunikasikan hasil asesmen dan evaluasi
terhadap peserta didik.
b. Konferensi Guru-Orang Tua
Sebagaimana report card konferensi orang tua-guru juga telah lama dijadikan
sarana untuk mengkomunikasikan hasil asesmen oleh pihak sekolah kepada
para orang tua peserta didik. Bahkan berdasarkan hasil sejumlah penelitian,
para orang tua melaporkan bahwa konferensi orang tua guru dapat
memberikan jauh lebih banyak informasi mengenai putra-putri mereka dan
kemajuan putra-putri mereka dibandingkan dengan report card.
c. Newsletter dan Web Site
Berbagai macam informasi mengenai tugas asesmen, ias ument asesmen,
dan hasil asesmen dapat disajikan di dalam newsletter dan web site.
Misalnya saja, beberapa tugas asesmen sebagai sampel dapat dimunculkan
secara teratur untuk memberikan gambaran konkrit apa yang menjadi

6
harapan guru terhadap peserta didik terkait dengan belajar mereka. Yang tak
kalah pentingnya adalah upaya mengkomunikasikan tanggal-tanggal
dilaksanakannya asesmen atau ujian yang dilaksanakan secara formal yang
tentunya akan sangat bermanfaat baik untuk peserta didik maupun untuk
orang tua. Disamping itu kita juga memperoleh informasi yang dapat
membantu para orang tua (dan pihak-pihak lain) menginterpretasi hasil
asesmen yang dilaksanakan secara formal termasuk melakukan tanya jawab
dimana ada kolom bagi para orang tua untuk mengirimkan pertanyaan.
3. Langkah-langkah Pelaporan Asesmen
a. Melaporkan Hasil Asesmen Kepada Siswa
Ketika melaporkan hasil asesmen kepada siswa, Anda ias menggunakan
proses dengan dua langkah: Langkah pertama adalah melakukan briefing
yang diberikan kepada seluruh kelompok siswa yang menerima hasil laporan
asesmen secara individu. Langkah kedua adalah dengan melakukan
pertemuan dengan siswa secara individu.
b. Melaporkan Hasis Asesmen kepada Orang Tua
Para orang tua tentunya ingin tahu perkembangan belajar putra-putri
mereka dari waktu ke waktu dan bagaimana anak-anak mereka melakukan
berbagai kegiatan di sekolah, sehingga informasi mengenai asesmen yang
dihimpun oleh sekolah sangat menarik bagi mereka. Para orang tua juga
ingin mengetahui apa yang dilakukan sekolah dimana anak mereka belajar
dan membandingkannya dengan sekolah lain.
c. Melaporkan Hasil Asesmen kepada Dewan Sekolah
Ketika informasi asesmen sedang dikumpulkan, sebelum hasil asesmen
ada ditangan. Hal ini dimaksudkan agar para anggota dewan sekolah lebih
mencurahkan perhatiannya pada pesan yang ada dalam asesmen daripada
angka-angka yang telah diperoleh.

D. Tindak Lanjut Hasil Penilaian


Puckett & black (1994) dengan mengacu pandangan Gardner menyatakan
bahwa penilaian seharusnya memiliki kesejajaran (alignment) atau sejajar (line)
dengan tujuan dan materi kurikulum. Oleh karena itu, dalam upaya untuk

7
meningkatkan performasi peserta didik harus ada kesejajaran (alignment) antara
standar (kompetensi), isi/konten (materi kurikulum), penilaian dan strategi
pembelajaran benar-benar dapat saling melengkapi (complementary fit).
Menurut Drake, penilaian bukan hanya sebagai bagian dari suatu kegiatan
belajar (assesment as learning), tetapi penilaian juga untuk meningkatkan
pembelajaran (assesment for learning). Selain itu penilaian berfungsi untuk
memajukan peserta didik dalam belajar (assesment as learning). Oleh karena itu,
pembelajaran yang sepenuhnya mengacu kepada pengujian justru tidak akan
memberi nilai positif bagi kemajuan peserta didik.
Seorang guru wajib melakukan tindak lanjut setelah selesai melakukan
penilaian, karena gurulah yang menyusun dan melaksanakan program
pembelajaran. Ada dua macam tindak lanjut. Yakni menggunakan prinsip
assesment for learning dan assesment of learning.
1. Assesment for learning
Dalam konteks assesment for learning guru wajib menggunakan hasil
penilaian untuk meninjau ulang program pembelajarannya. Dalam konteks
formatif berarti hasil penilaian digunakan untuk meninjau ulang apakah
strategi, media, metode, sumber belajardan teknik asesmen yang digunakan
sudah mendukung pencapaian KD yang ditargetkan.
Dalam konteks penempatan (placement), tindak lanjut yang dilakukan
guru adalah menempatkan peserta didik sesuai dengan hasil pengukuran
kemampuan yang diperoleh. Dalam hal ini, guru akan dapat mndudukan
mana peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi dan mana peserta didi
yang memiliki kemampuan rendah.
Dalam konteks penguasaan prerekuisit, guru harus menindaklanjuti
dengan memberikan layanan pembelajaran bagi peserta didik yang tidak
menguasai prerekuisit yang ditetapkan, agar peserta didik tidak mengalami
kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.
Dalam konteks sumatif, guru harus menindaklanjuti dengan memberikan
remidi jika peserta didik gagal menguasai KD yang bersangkutan. Dalam hal
ini diperlukan kajian yang mendalam sebelum guru memberikan layanan
remidi.

8
Tindakan penilaian untuk menemukenali kemajuan belajar peserta didik
sekaligus harus diartikan sebagai tindakan untuk menemukenali peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar. Upaya menemukenali peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar merupakan langkah penting dalam menerapkan
assesment for learning.
2. Assesment of learning
Dalam konteks assesment of learning maka evaluasi dilakukan terhadap
keberhasilan peserta didik setelah selesai mengikuti suatu program
pembelajaran yang diselenggarakan. Dalam hal ini harus diartikan bahwa
guru adalah penyusun program, pelaksana program dan dengan demikian
harus melakukan evaluasi program. Dalam hal ini, evaluasi program dapat
dilihat dari tingkah efektif dan efisiennya strategi/metode, sumber belajar
dan teknik penilaian yang dirancang.
Karena peserta program sudah selesai dalam mengikuti suatu program,
maka tinjauan dalam konteks assesment of learning difokuskan kepada
peninjauan program pembelajaran yang telah disusun secara keseluruhan,
baik dalam bentuk silabus maupun RPP. Dengan demikian, ada
kemungkinan dari penilaian menunjukan hasil yang mengembirakan.
Namun, harus diingat, karena standar yang ditetapkan dimungkinkan untuk
ditingkatkan, maka guru dapat membenahi silabus dengan meningkatkan
kualitas SK dan atau KD dan atau indikator.
Dari uraian di atas diperlukan adanya pemetaan yang jelas antar kedudukan
penilaian untuk tujuan formatif dalam upaya memperbaiki pembelajaran di
kelas, penilaian untuk tujuan sumatif guna menggambarkan keberhasilan
peserta didik belajar Biologi dalam skala kelas, baik melalui ulangan akhir
semester, ulangan kenaikan kelas dan ujian sekolah, serta penilaian untuk
tujuan sumatif guna mengambarkan keberhasilan peserta didik belajar
biologi dalam skala besar melalui UN. Penyelenggaran UN dilaksanakan
dengan merujuk pendapat Ebel & Frisbie (1986) bahwa tes tertulis tidak
dapat untuk mengukur performasi, pengetahuan, termasuk basis pengetahuan
bagi peserta didik untuk menampilkan performasinya. Jadi, bukan sekedar
pengujian yang didominasi dengan pengetahuan fakta yang selama ini

9
banyak ditampilkan. Sementara pengujian skala mikro dalam bentuk
assesmen kelas, ulangan semester, ulangan kenaikan kelas dan ujian sekolah
digunakan untuk menilai penguasaan performasi kreativitas peserta didik
dalam melaksanakan proses ilmiah menerapkan keterampilan proses sains
untuk menemukan konsep biologi. Dalam hal ini, termasuk di dalamnya
pengujian melalui ujian praktik dalam penyelenggaraan ujian sekolah.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

10
Cara pemberian skor dapat dibedakan atas dasar bentuk butir soal yang
digunakan, dibagi menjadi 2 yaitu, cara pemberian skor hasil ujian bentuk uraian dan
cara pemberian skor hasil ujian bentuk obyektif. Proses pelaporan sendiri ias
dilakukan secara lisan (oral) maupun tertulis (written), dalam bentuk kata-kata
maupun angka. Adapun metode yang digunakan dalam pelapran ini yaitu, dengan
menggunakan kartu laporan (Report Card), konferensi guru-orang tua, Newsletter
dan Web Site.
Seorang guru wajib melakukan tindak lanjut setelah selesai melakukan
penilaian, karena gurulah yang menyusun dan melaksanakan program pembelajaran.
Ada dua macam tindak lanjut, yakni menggunakan prinsip assesment for learning
dan assesment of learning.

DAFTAR PUSTAKA

Palupi, Dyah Tri. 2018. Indonesian Journal of Curricullum and Educational


Technology Studies. 6 (2). p. 98-105

11
Subali, Bambang. 2019. Prinsip Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran Edisi Ketiga.
Yogyakarta. UNY Press. Hal, 174-181.

12

Anda mungkin juga menyukai