Anda di halaman 1dari 193

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Prostodontik Tesis Magister

2019

Pengaruh Surface Treatment Terhadap


Kekuatan Lekat Bahan Silikon Soft
Denture Lining pada Basis Gigi Tiruan
Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Febriani
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/24759
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENGARUH SURFACE TREATMENT TERHADAP KEKUATAN LEKAT
BAHAN SILIKON SOFT DENTURE LINING PADA BASIS GIGI TIRUAN
RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS

TESIS

Oleh:

FEBRIANI
157160015

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS PROSTODONSIA


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


PENGARUH SURFACE TREATMENT TERHADAP KEKUATAN LEKAT
BAHAN SILIKON SOFT DENTURE LINING PADA BASIS GIGI TIRUAN
RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Spesialis Prostodonsia
(Sp.Pros) dalam Bidang Ilmu Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara

Oleh:

FEBRIANI
157160015

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS PROSTODONSIA


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Telah diuji

Pada Tanggal : 23 September 2019

PANITIA PENGUJI TESIS

KETUA : Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K)

ANGGOTA : 1. Syafrinani, ,drg., Sp.Pros (K)


2. Prof. Dr. Harry Agusnar, drs.,M.Sc.,M.Phil
3. DR. Darwin Yunus, MS
4. Ariyani, drg., MDSc.,Sp.Pros (K)
5. Putri Welda Utami Ritonga, drg., MDSc.,Sp.Pros(K)

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISTILAH

SDL = Soft Denture Lining

RAPP = Resin Akrilik Polimerisasi Panas

UTM = Universal Testing Machine

SEM = Scanning Electron Microscope

MPa = Mega Pascal

ASTM = American Society for Testing and Material

ISO = International Organization for Standardization

LSD = Least Significance Differences

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Bahan silikon soft denture lining (SDL), yang terdiri dari autopolymerized
silikon soft denture lining dan heatpolymerized silikon soft denture lining, telah
banyak digunakan saat ini sebagai bahan lining basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas (RAPP) karena memiliki banyak kelebihan dari soft denture lining
lainnya terutama sifat soft yang permanen dan biokompatibel sehingga sangat
bermanfaat digunakan oleh pasien dengan defek palatal yang memiliki banyak
jaringan undercut. Disamping kelebihan yang dimiliki, bahan silikon soft denture
lining juga memiliki kekurangan yaitu kekuatan lekatnya yang lemah pada basis gigi
tiruan resin akrilik polimerisasi panas. Salah satu metode yang digunakan untuk
meningkatkan kekuatan lekatnya adalah dengan mengkasarkan permukaan basis resin
akrilik polimerisasi panas yang disebut dengan surface treatment. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tiga metode surface treatment
terhadap kekuatan lekat autopolymerized silikon soft denture lining dan
heatpolymerized silikon soft denture lining pada basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Keseluruhan
sampel berjumlah 40 sampel yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 20 sampel
untuk kelompok bahan autopolymerized silikon SDL (Mollosil)-basis RAPP dan 20
sampel untuk kelompok bahan heatpolymerized silikon SDL (Molloplast)-basis
RAPP. Setiap kelompok dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan, yaitu tanpa surface
treatment sebagai kontrol, dengan surface treatment sandblast, primer adhesif dan
gabungan sandblast-primer adhesif. Pengukuran kekuatan lekat dilakukan
menggunakan alat Universal Testing Machine (UTM) pada kecepatan 5 mm/menit
yang akan menghasilkan nilai dan jenis failure yang dikorelasikan dengan gambaran
morfologi permukaan basis RAPP tanpa dan dengan surface treatment menggunakan
alat Scanning Electron Microscope (SEM). Perbedaan kekuatan lekat
autopolymerized silikon soft denture lining dan heatpolymerized silikon soft denture
lining dianalisis menggunakan uji t. Pengaruh surface treatment terhadap kekuatan
lekat dianalisis menggunakan uji ANOVA satu arah, dan perbedaan pengaruh
dianalisis dengan uji LSD. Hasil uji t menunjukkan bahwa ada perbedaan kekuatan
lekat antara autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized silikon
SDL pada kelompok tanpa surface treatment dan dengan surface treatment sandblast,
primer adhesif dan gabungan sandblast-primer adhesif. Hasil uji ANOVA
menunjukkan ada pengaruh surface treatment sandblast, primer adhesif dan gabungan
sandblast-primer adhesif terhadap kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis

ii

Universitas Sumatera Utara


RAPP dan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP. Hasil uji LSD menunjukkan
ada perbedaan pengaruh diantara kelompok tanpa surface treatment dan dengan
surface treatment sandblast, primer adhesif dan gabungan sandblast-primer adhesif.
Keseluruhan surface treatment memberikan pengaruh terhadap peningkatan kekuatan
lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized silikon SDL-
basis RAPP. Surface treatment yang dianjurkan untuk digunakan adalah
menggunakan primer adhesif karena menghasilkan kekuatan lekat yang paling baik
pada autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dengan nilai 0.815±0.053 MPa
maupun pada kelompok heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP dengan nilai
2.115±0.330 MPa.

Kata Kunci : surface treatment, kekuatan lekat, silikon soft denture lining, basis gigi
tiruan resin akrilik polimerisasi panas.

iii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Silicone soft denture lining material (SDL) contained by autopolymerized


silicone soft denture lining and heatpolymerized silikon soft denture lining, nowdays
have been famous as a lining of heatcured acrylic resin denture base material because
they have better advantages than the other soft denture lining especially in soft
permanently and biocompatibility properties. It is very benefit utilized by patient with
several undercut in palatal defect. Besides its better advantages, silicone soft denture
lining also has deficiency namely bond failure between the liner and heatcured acrylic
resin denture base. One method has been conducted to increase bond strength
between them is by roughened the interfaces of heatcured denture base and the
silicone soft denture lining, which is commonly called surface treatment. The aim of
this study was to find out the effect of 3 methods of surface treatment on bond
strength of silicone soft denture lining to heatcured acrylic resin denture base. The
type of these research was laboratory experimental. 40 samples were divided into 2
main groups of silicone soft denture lining material, consisted of 20 samples for
autopolymerized silicone soft denture lining-heatcured acrylic resin denture base and
20 samples for heatpolymerized silicone soft denture lining material-heatcured
acrylic resin denture base. Each group was divided into 4, namely without surface
treatment as a control and with surface treatment of sandblast, primer adhesive and
sandblast-primer adhesive combination. The bond strength was measured by
universal testing machine at a cross head speed 5 mm/minute resulted score and
failure type which was correlated to morphology view of heatcured acrylic resin
denture base surface with and without surface treatment by using Scanning Electron
Microscope (SEM). The difference between autopolymerized silicone soft denture
lining and heatpolymerized silicone soft denture lining on bond strength to heatcured
acrylic resin denture base were analyzed by using t test. The effect of surface
treatment on bond strength were analyzed by one way ANOVA test and the
comparison effect on bond strength among groups were analyzed by LSD test. Result
of t test showed that there was difference bond strength between autopolymerized
silicone soft denture lining and heatpolymerized silicone soft denture lining material
to heatcured acrylic resin denture base in group without surface treatment and in
group with surface treatment sandblast, primer adhesive and sandblast-primer
adhesive combination. The result from one way ANOVA test showed that there was
an effect of surface treatment sandblast, primer adhesive and sandblast-primer
adhesive combination on bond strength of autopolymerized silicone soft denture

iv

Universitas Sumatera Utara


lining and heatpolymerized silicone soft denture lining to heatcured acrylic resin
denture base. Result of LSD test showed that there was difference effect of without
surface treatment and with surface treatment sandblast, primer adhesive and
sandblast-primer adhesive combination groups on bond strength of autopolymerized
silicone soft denture lining and heatpolymerized silicone soft denture lining to
heatcured acrylic resin denture base. All of the surface treatment which were done
gave the effect to increase the bond strength of autopolymerized silicone soft denture
lining-heatcured acrylic resin denture base and heatpolymerized silicone soft denture
lining-heatcured acrylic resin denture base. Surface treatment which is suggested for
used is primer adhesive either to autopolymerized silicone soft denture lining-
heatcured acrylic resin denture base with score 0.815±0.053 or to heatpolymerized
silicone soft denture lining-heatcured acrylic resin denture base with score
2.115±0.330 MPa.

Keywords : surface treatment, bond strength, silicone soft denture lining, PMMA
denture base

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat

dan ridho Nya jualah tesis ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Spesialis Prostodonsia pada Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada

orangtua tercinta, yaitu Muhammad Zahar, SE dan Jurnalis, Suami tercinta dr.

Muhammad Mukti, Sp.PD dan anak-anakku tersayang, Aliyah Muthmainnah, Aisyah

Khairani, Annisa Zhafirah dan Atikah Syifa Salsabila yang senantiasa memberikan

kasih sayang yang tidak terbalas, doa, pengertian, semangat dan dukungan baik moril

maupun materil kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan pendidikan

ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada saudara kandung penulis,

Ferdiansyah, ST., dr. Amelia Juwita, Adelina Pratiwi, A.Md. SST., M.Kes, dan Siti

Rahmadina yang telah memberikan dukungan dan perhatian kepada penulis selama

menyelesaikan pendidikan ini.

Dalam penulisan tesis ini, penulis telah banyak mendapat pengarahan serta

bimbingan dari berbagai pihak sehingga tesis ini dapat disusun dengan baik. Pada

kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

vi

Universitas Sumatera Utara


1. Syafrinani, drg., Sp.Pros (K) selaku dosen pembimbing utama dalam

penulisan tesis ini yang telah meluangkan banyak waktu untuk membimbing,

memberikan pengarahan, saran dan masukan kepada penulis. Teladan yang diberikan

berupa semangat, kesabaran, keikhlasan dan ketenangan dalam menghadapi setiap

masalah sangat berarti bagi penulis, terutama selama menyelesaikan tesis ini.

2. Prof. Dr. Harry Agusnar, drs., M.Sc., M.Phil selaku dosen pembimbing

anggota dalam penulisan tesis ini yang telah meluangkan banyak waktu untuk

membimbing, mengarahkan, memberikan dorongan, semangat dan masukan yang

sangat berarti kepada penulis selama penulisan tesis ini hingga selesai.

3. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K) selaku Ketua Program

Studi (KPS) PPDGS Prostodonsia dan sekaligus sebagai ketua tim penguji dalam

penulisan tesis ini yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis

selama penulisan tesis ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Teladan yang

diberikan berupa semangat, motivasi yang tinggi, selalu berpikir positif, dan

memperhatikan segala sesuatu secara detail sangat berarti dalam membentuk pola

berpikir penulis, khususnya selama proses penyelesaian tesis ini.

4. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D., Sp.Pros (K) selaku guru besar di

Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang

telah banyak memberikan pengarahan dan membentuk pola berpikir penulis sehingga

dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

vii

Universitas Sumatera Utara


5. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG (K) sebagai Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

6. DR. Darwin Yunus, MS selaku anggota tim penguji tesis yang telah

memberikan saran dan masukan yang sangat berarti kepada penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

7. Ariyani, drg., MDSc., Sp.Pros (K) selaku anggota tim penguji tesis yang

telah memberikan semangat, motivasi dan ilmu serta meluangkan banyak waktu

untuk membimbing, memberikan pengarahan, saran dan masukan yang sangat berarti

bagi penulis hingga tesis ini dapat selesai dengan baik dan tepat pada waktunya.

8. Putri Welda Utami Ritonga, drg., MDSc., Sp.Pros (K) selaku anggota tim

penguji tesis yang telah memberikan saran dan masukan yang sangat berarti kepada

penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

9. Ricca Chairunnisa, drg., Sp.Pros (K) selaku Sekretaris Departemen

Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah

banyak memberikan motivasi dan dukungan bagi penulis untuk dapat

menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya.

10. Dwi Tjahyaning Putranti, drg., M.Kes dan Siti Wahyuni, drg., MDSc

selaku Kepala dan Manager Unit Jasa Industri (UJI) Laboratorium Dental Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas bantuan yang diberikan kepada

penulis selama melakukan penelitian dan menyelesaikan tesis ini.

viii

Universitas Sumatera Utara


11. Seluruh staf pengajar di Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Sumatera Utara yaitu Prof. Selamat Tarigan, drg., MS., Ph.D, Eddy

Dahar, drg., M.Kes., Veronica Angelia, drg., MDSc., Sp.Pros, Ika Andryas, drg.,

MSc., dan Hubban Nasution, drg., MSc yang telah memberikan saran, masukan,

do’a dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

12. Seluruh staf pegawai di Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Sumatera Utara terutama Kak Naya, Nurul, Bu Yanti dan Dara yang

telah banyak membantu dalam proses penyelesaian tesis ini.

13. Seluruh pegawai Laboratorium UJI Dental serta pegawai Laboratorium

IMT Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, terutama kak Tun, Kak

Ida dan Bang Mulyadi yang telah banyak membantu dalam proses pembuatan sampel

penelitian penulis.

14. Seluruh staf pegawai dan asisten di Laboratorium Teknik Mesin

Universitas Sumatera Utara, terutama Fakhrur Rozi yang telah banyak membantu

dalam mengoperasionalkan alat Universal Testing Machine (UTM) dan membantu

hasil penelitian, Sarjana yang telah membantu dalam pembuatan model induk serta

Pak Rustam, Abdi dan Arbi yang telah membantu dalam pembuatan sampel.

15. Seluruh staf pegawai dan asisten di Laboratorium Fisika FMIPA

UNIMED terutama Bapak Arman dan Natalia yang telah membantu penulis dalam

mengoperasionalkan alat Scanning Electron Microscope (SEM) dan menyelesaikan

penelitian.

ix

Universitas Sumatera Utara


16. Darmayanti Siregar, drg., M.KM yang telah membantu penulis dalam

analisis statistik data hasil penelitian penulis.

17. Percetakan GEMI yang telah banyak membantu penulis dalam setiap

tahap pencetakan tesis sehingga dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

18. Sahabat-sahabat tersayang penulis : Leni Hadi, drg. dan Theresia N

Tarigan, drg,, yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan masukan,

semangat, doa dan motivasi sehingga mempercepat penyelesaian tesis ini.

19. Rekan-rekan sejawat Residen PPDGS Prostodonsia FKG USU satu

angkatan Marsal Tarigan, drg. dan Augeswina, drg., serta angkatan 4, 6, 7 dan 8

yang telah memberikan saran dan semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan

tesis ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga tesis ini dapat memberikan

sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas SumateraUtara, khususnya di Departemen Prostodonsia.

Medan, September 2019


Penulis,

(Febriani, drg)
NIM: 157160015

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : drg. Febriani


Pekerjaan : Dokter Gigi PNS di PKM Kampus Kota Palembang
Golongan : III d / Penata Tk I
NIP : 198002292007012004
Alamat : Jl. Pelita no.1213 rt.16 Sekip Ujung Palembang
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
No Kontak : 085267571391
Nama Ayah : Muhammad Zahar, SE
Nama Ibu : Jurnalis
Nama Suami : dr. Muhammad Mukti, Sp.PD

PENDIDIKAN UMUM

1986 - 1992 : SDN 79 Palembang


1992 - 1995 : SMPN 9 Palembang
1995 - 1998 : SMAN 3 Palembang
1998 - 2001 : S1 Pendidikan Akademik Dokter Gigi (SKG)
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
2001 - 2003 : S1 Pendidikan Profesi Dokter Gigi (Drg.)
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
2015 - sekarang : S2 Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Prostodonsia (Sp.)
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT PEKERJAAN

2003 – 2008 : PNS PKM Tanjung Agung


2008 – 2011 : PNS RSUD Pendopo
2011 – sekarang : PNS PKM Kampus Kota Palembang

xi

Universitas Sumatera Utara


KARYA ILMIAH YANG TELAH DIPRESENTASIKAN

NO JUDUL KEGIATAN TEMPAT/WAKTU

1. A modified base design 7th Malaysian Balai Ungku Aziz, Fakulty


obturator for Association for of Dentistry,
rehabilitation patient Prosthodontics (MAP) University Malaya
post hemimaxillectomy and Annual General 6 - 8 Oktober 2017
(Case report) Meeting 2017 Kuala Lumpur,
Malaysia

2. Management of Disc 7th Indonesian Academy JS Luwansa Hotel and


Displacement With of Craniomandibular Convention Centre,
Reduction Followed Disorders (IACMD) and 21-23 Oktober 2017
with Myofascial Pain 17th Asian Academy of Jakarta, Indonesia
and Arthralgia by Using Craniomandibular
Anterior Repositioning Disorders (AACMD)
Splint Scientific Meeting 2017
(Case Report)

3. Kekuatan Lekat Bahan Pertemuan Ilimiah Hotel Horison


Soft Denture Lining Ilmu Kedokteran Gigi 7 2-3 Februari 2018
Terhadap Basis Gigi (IPERIL IKG 7) Bandung, Indonesia
Tiruan Resin Akrilik :
Tinjauan Pustaka
( Bond strength of Soft
Denture Lining to
Acrylic Denture Base :
A Literature Review )

4. Telescopic and 2nd Medan Santika Premiere Dyandra


Precision Attachment International of Hotel and Convention,
Dentures as The Prosthodontic (Inpro) 30 Agustus – 1 September
2018
Alternative Treatment Scientific Meeting
Medan, Indonesia
for Better Functional
and Aesthetic In
Partially Edentulous
( Case Report)

xii

Universitas Sumatera Utara


KARYA ILMIAH YANG TELAH DIPUBLIKASIKAN

NO JUDUL PUBLIKASI

1. Management of Disc Displacement Prosiding 3rd Indonesian Prosthodontic


With Reduction Followed with Scientific Meeting. (Bridging Sciences
Myofascial Pain and Arthralgia by in Stomatognatic System, Current and
Using Anterior Repositioning Splint : Update in Esthetic and Implant
A case Report Dentistry)
ISBN: 978-979-19022-2-9
2. Kekuatan Lekat Bahan Soft Denture Prosiding Pertemuan Ilimiah Ilmu
Lining Terhadap Basis Gigi Tiruan Kedokteran Gigi 7 ( IPERIL IKG 7 )
Resin Akrilik : Tinjauan Pustaka “Integrated treatments for Achieving
(Bond strength of Soft Denture Lining Aesthetic and Functions”
to Acrylic Denture Base : ISBN : 602609593-4
A Literature Review)

3. Telescopic and Precision Attachment Prosiding 2nd Medan International


Dentures As The Alternative Treatment Prosthodontic Scientific Meeting
For Better Functional and Aesthetic In (Medan INPRO) 2018
Partially Edentulous :
“Advance Prosthodontic Treatment In
A Case Report
ASEAN Economic Community”
ISBN : 978-602-53-245-0-5

xiii

Universitas Sumatera Utara


PENGABDIAN YANG TELAH DILAKSANAKAN

NO JUDUL KEGIATAN TEMPAT/WAKTU

1. Program IPROSI bagi ▪ Penyuluhan Kesehatan Gigi Markas Besar Korps


masyarakat dalam dan Mulut Bela Negara
Meningkatkan Kualitas ▪ Konsultasi Kesehatan Gigi Medan, 30 Juli 2016
dan Mulut
Hidup Lansia Pada
▪ Pemeriksaan, Penambalan,
Posyandu Lansia Pencabutan dan
Keluarga Besar Pembersihan Karang Gigi
Wirawati Catur Panca
Cabang Medan dan
Korps Bela Negara

2. Program IPTEK bagi ▪ Penyuluhan Kesehatan Gigi Posyandu Lansia


masyarakat Pada dan Mulut Keluarga besar
Posyandu Lansia ▪ Konsultasi Kesehatan Gigi Wirawati Catur
dan Mulut
Keluarga besar Panca,
▪ Pemeriksaan, Pencabutan
Wirawati Catur Panca dan Pencetakan Sumatera Utara,
Sumatera Utara. 16 September 2017

3. Program IPTEK bagi ▪ Penyuluhan Kesehatan Gigi Posyandu Lansia


masyarakat Pada dan Mulut Bougenville Titi
Posyandu Lansia ▪ Konsultasi Kesehatan Gigi Kuning,
dan Mulut
Bougenville Titi Sumatera Utara
▪ Pemeriksaan, Pencabutan
Kuning. dan Pencetakan 23 September 2017

4. Program Bakti Sosial ▪ Pemeriksaan, Pencetakan RSGM FKG USU,


Pembuatan Mata dan Pembuatan Mata Tiruan Medan, Agustus 2019
Tiruan Pada RSGM
FKG USU

xiv

Universitas Sumatera Utara


SEMINAR ILMIAH YANG TELAH DIIKUTI

NO KEGIATAN TEMPAT / WAKTU

1 KPPIKG 2016 17th Scientific Meeting and Faculty of Dentistry,


Refresher Course In Dentistry Universitas Indonesia
Jakarta, 24 - 27 Februari 2016
2 IPROSI PDGI SUMUT Dental Specialist Care Center
“Upgrading Theory and Live Demo” (DSCC) Clinic,
Medan, 29 Juli 2016
3 Simposium Nasional IKARGI V dan Ruang Nazir Alwi, FKG USU
Workshop Radiologi Kedokteran Gigi Medan, 11 - 13 Agustus 2016

4 International Indonesian Prosthodontic Paragon Hotel,


Meeting (IIPROM) and Indonesian Academy Solo, 15-17 September 2016
of Craniomandibular Disorders Joint
Meeting (IACMD)

5 Integrated Continuing Dental Education Grand Mercure Hotel,


(ICDE) “ Esthetic and Functional Oral Jakarta, 24 - 26 Februari 2017
Rehabilitation” FKG UI

6 7th Malaysian Association for Prosthodontics Balai Ungku Aziz, Fakulty of


(MAP) Annual Scientific Conference and Dentistry, University Malaya,
Annual General Meeting (AGM) Kuala Lumpur,
6 - 8 Oktober 2017
7 7th Indonesian Academy of JS Luwansa Hotel and
Craniomandibular Disorders (IACMD) and Convention Centre,
17th Asian Academy of Craniomandibular Jakarta, 21 - 23 Oktober 2017
Disorders (AACMD) Scientific Meeting

8 Pertemuan Ilmiah Ilmu Kedokteran Gigi 7 Hotel Horison,


(IPERIL IKG 7) Bandung, 2 - 3 Februari 2018

9 2nd Medan International of Prosthodontics Santika Premiere Dyandra Hotel


and Scientific Meeting (Medan Inpro) and Convention, Medan
30 Agustus - 1 September 2018

xv

Universitas Sumatera Utara


KURSUS YANG TELAH DIIKUTI

NO JUDUL KEGIATAN TEMPAT/WAKTU

1 Magnetic Retained KPPIKG Jakarta, 25 Februari


Overdenture 2016

2 How To Design and IPROSI-PDGI SUMUT Dental Specialist Care


Make Treatment Plan of (Upgrading Theory and Live Center (DSCC) Clinic,
Removable Partial Demo) Medan, 29 Juli 2016
Denture

3 Practical Method to IPROSI-PDGI SUMUT Dental Specialist Care


Measure Vertical (Upgrading Theory and Live Center (DSCC) Clinic,
Dimension Demo) Medan, 29 Juli 2016

4 Mandibular Suction- International Indonesian Paragon Hotel, Solo,


Effective impression Prosthodontic Meeting 15-17 September 2016
methods (IIPROM) and Indonesian
Academy of
Craniomandibular Disorders
Joint Meeting (IACMD)

5 Practical Way to Detect Integrated Continuing Dental Grand Mercure Hotel,


and Examine TMD Education (ICDE) FKG UI Jakarta ,
24 Februari 2017

6 Treatment In Partial Integrated Continuing Dental Grand Mercure Hotel,


Edentulous Patient Education (ICDE) FKG UI Jakarta ,
25 Februari 2017

7 The all on 4 concept 7th Malaysian Association for Balai Ungku Aziz,
Prosthodontics (MAP) Fakulty of Dentistry,
Annual Scientific Conference University Malaya
Kuala Lumpur,
and Annual General Meeting
Malaysia
(AGM) 5 Oktober 2017

xvi

Universitas Sumatera Utara


NO JUDUL KEGIATAN TEMPAT / WAKTU

8 One Day Tooth Wear 7th Malaysian Association for Balai Ungku Aziz,
Course Prosthodontics (MAP) Fakulty of Dentistry,
Annual Scientific Conference University Malaya
Kuala Lumpur,
and Annual General Meeting
Malaysia
(AGM) 5 Oktober 2017

9 TMJ Disorder and 7th Indonesian Academy of JW Luwansa Hotel and


Treatment Craniomandibular Disorders Convention Center,
(IACMD) and 17th Asian Jakarta, 22 Oktober
2017
Academy of
Craniomandibular Disorders
(AACMD) Scientific Meeting

10 Functional Wax Up to Pertemuan Ilmiah Ilmu Hotel Horison,


Achieve Functional Kedokteran Gigi 7 Bandung, 3 Februari
Restoration (IPERIL IKG 7) 2018 2018

11 Aesthetic Diagnostic 2nd Medan International of Santika Premier


Wax Up for Smile Prosthodontics (Medan Inpro) Dyandra Hotel and
Design and Lab and Scientific Meeting Convention, Medan,
31 August -September
Communication
2018

12 Rehabilitation for Post 2nd Medan International of Santika Premier


TMJ Disorders Prosthodontics (Medan Inpro) Dyandra Hotel and
Treatments (Live Demo) and Scientific Meeting Convention, Medan,
1 September 2018

13 Simple Laboratory Kegiatan Ketrampilan Raz Hotel and


Procedure In Pembuatan Mata Tiruan Convention, Medan,
Fabricating Esthetic ( IPROSI-PDGI) 6-8 September 2019
Ocular Prosthesis

xvii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISTILAH ……………………………………………………… i

ABSTRAK ………………………………………………………………… ii

ABSTRACT ……………………………………………………………… iv

KATA PENGANTAR ……………………………………………………. vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP …………………………………………… xi

DAFTAR ISI ……………………………………………………………… xviii

DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xxiv

DAFTAR TABEL.......................................................................................... xxviii

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… xxx

BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang....................................................................... 1


1.2 Permasalahan......................................................................... 7
1.3 Rumusan Masalah.................................................................. 10
1.4 Tujuan Penelitian................................................................... 11
1.5 Manfaat Penelitian................................................................. 11
1.5.1 Manfaat Teoritis …………………………………….. 11
1.5.2 Manfaat Praktis ……………………………………... 12
1.5.2.1 Manfaat Klinis.................................................... 12
1.5.2.2 Manfaat Laboratoris........................................... 12

BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 13

2.1 Defek Maksila …................................................................... 13


2.1.1 Pengertian ........…………......................................... 13
2.1.2 Klasifikasi …………………..................................... 13

xviii

Universitas Sumatera Utara


2.1.3 Rehabilitasi ……………….……………………….. 15
2.1.4 Karakteristik ……………………………………….. 17
2.2 Obturator Definitif ………………………………………… 18
2.2.1 Syarat ……………………………………………… 18
2.2.2 Komponen ….……………………………………… 20
2.2.2.1 Basis Gigi Tiruan .......................................... 21
2.2.2.1.1 Pengertian ……………………….. 21
2.2.2.1.2 Syarat …………………………... 21
2.2.2.1.3 Bahan …………….…………….. 22
2.2.2.2 Obturator Bulb................................................ 24
2.2.2.2.1 Pengertian ………………………. 24
2.2.2.2.2 Syarat …………………………… 24
2.2.2.2.3 Manfaat ………………………… 25
2.2.2.2.4 Bahan …………………………… 26
2.3 Soft Denture Lining (SDL)……….…….................................. 28
2.3.1 Pengertian ………………………………………….. 28
2.3.2 Fungsi dan Indikasi ………………………………… 29
2.3.3 Syarat Ideal ………………………………………… 30
2.3.4 Klasifikasi …..……………………………………… 33
2.3.4.1 Short Term …………………………………. 33
2.3.4.1.1 Tissue Conditioner ……………… 34
2.3.4.2 Long Term …………………………………. 35
2.3.4.2.1 Autopolymerized Akrilik Soft
Denture Lining…………………..… 36
2.3.4.2.2 Heatpolymerized Akrilik Soft
Denture Lining ……….................... 38
2.3.4.2.3 Autopolymerized Silikon Soft
Denture Lining …………………... 39
2.3.4.2.4 Heatpolymerized Silikon Soft
Denture Lining …………………... 42
2.4 Desain Bahan Obturator Definitif …………………………. 44
2.4.1 Gabungan Resin Akrilik Polimerisasi Panas ……… 44
2.4.2 Gabungan Nilon Termoplastik ………...................... 46
2.4.3 Gabungan antara Resin Akrilik Polimerisasi Panas
dan Akrilik Soft Denture Lining …………………… 47
2.4.4 Gabungan antara Resin Akrilik Polimerisasi Panas
dan Silikon Soft Denture Lining …………………… 48
2.5 Kekuatan Lekat ……………………………………………. 50
2.5.1 Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Lekat …….. 50
2.5.2 Metode Pengukuran Kekuatan Lekat ……………... 55
2.5.3 Kegagalan Perlekatan ……………………………… 56
2.5.4 Upaya Meningkatkan Kekuatan Lekat ……………. 59

xix

Universitas Sumatera Utara


2.6 Surface Treatment …………………………………………. 61
2.6.1 Pengertian ………………………………………….. 61
2.6.2 Metode Surface Treatment ………………………… 61
2.6.2.1 Metode Mekanis ……………………………. 61
2.6.2.2 Metode Kemis ... …………………………... 63
2.6.2.3 Metode Mekanis-Kemis …………………… 66
2.7 Kerangka Teori....................................................................... 68
2.8 Kerangka Konsep.................................................................... 69
2.9 Hipotesis Penelitian ................................................................ 70

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN................................................... 72

3.1 Jenis dan Desain.................................................................... 72


3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................. 72
3.2.1 Lokasi Pembuatan Sampel........................................ 72
3.2.2 Lokasi Pengujian Sampel......................................... 72
3.2.3 Waktu Penelitian........................................................ 73
3.3 Sampel dan Besar Sampel Penelitian..................................... 73
3.3.1 Sampel Penelitian....................................................... 73
3.3.2 Besar Sampel Penelitian............................................ 75
3.4 Variabel Penelitian................................................................. 75
3.4.1 Klasifikasi Variabel Penelitian................................. 75
3.4.1.1 Variabel Bebas …………………………… 75
3.4.1.2 Variabel Terikat ………………………….. 76
3.4.1.3 Variabel Terkendali ………………………. 76
3.5 Definisi Operasional ............................................................. 78
3.6 Alat dan Bahan Penelitian...................................................... 83
3.6.1 Alat Penelitian............................................................ 83
3.6.1.1 Alat Pembuatan Sampel………… ………… 83
3.6.1.2 Alat Pengujian Sampel…………………….. 87
3.6.2 Bahan Penelitian........................................................ 88
3.7 Cara Penelitian....................................................................... 90
3.7.1 Pembuatan Sampel Penelitian .................................. 90
3.7.1.1 Pembuatan Lempeng Uji ………………….. 90
3.7.1.2 Pembuatan Mold ………………………….. 91
3.7.1.3 Proses Flasking dan Curing ........................... 93
3.7.1.4 Proses Penyelesaian....................................... 94
3.7.1.5 Penyatuan Basis Resin Akrilik Polimerisasi
Panas dan Autopolymerized Silikon Soft
Denture Lining…………………………. ..… 96
3.7.1.5.1 Tanpa Surface Treatment ………. 96
3.7.1.5.2 Surface Treatment Sandblast …… 96

xx

Universitas Sumatera Utara


3.7.1.5.3 Surface Treatment Primer Adhesif 96
3.7.1.5.4 Surface Treatment Sandblast dan
Primer Adhesif …………………… 97
3.7.1.6 Penyatuan Basis Resin Akrilik Polimerisasi
Panas dan Heatpolymerized Silikon Soft
Denture Lining………………………….……. 99
3.7.1.6.1 Tanpa Surface Treatment ……....... 99
3.7.1.6.2 Surface Treatment Sandblast……. 99
3.7.1.6.3 Surface Treatment Primer Adhesif.. 99
3.7.1.6.4 Surface Treatment Sandblast dan
Primer Adhesif …………………… 99
3.7.2 Pengujian Sampel Penelitian ..……………………. 101
3.7.3 Makro Struktur dan Mikro Struktur Permukaan
Basis Resin Akrilik Polimerisasi Panas tanpa dan
dengan Surface Treatment…………….………….. 104
3.8 Kerangka Operasional Penelitian.......................................... 106
3.9 Analisis Data.......................................................................... 108

BAB 4 HASIL PENELITIAN …………………………………………. 109

4.1 Perbedaan Kekuatan Lekat Autopolymerized Silikon Soft


Denture Lining-Basis Resin Akrilik Polimerisasi Panas dan
Heatpolymerized Silikon Soft Denture Lining-Basis Resin
Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa Surface Treatment dan
dengan Surface Treatment Sandblast, Primer Adhesif dan
Gabungan Sandblast-Primer Adhesif ..................................... 110
4.1.1 Perbedaan Kekuatan Lekat Autopolymerized Silikon
Soft Denture Lining-Basis Resin Akrilik
Polimerisasi Panas dan Heatpolymerized Silikon
Soft Denture Lining-Basis Resin Akrilik
Polimerisasi Panas Tanpa Surface Treatment…… 110
4.1.2 Perbedaan Kekuatan Lekat Autopolymerized Silikon
Soft Denture Lining dan Heatpolymerized Silikon
Soft Denture Lining pada Basis Resin Akrilik
Polimerisasi Panas dengan Surface Treatment
Sandblast .................................................................... 112
4.1.3 Perbedaan Kekuatan Lekat Autopolymerized Silikon
Soft Denture Lining dan Heatpolymerized Silikon
Soft Denture Lining Pada Basis Resin Akrilik
Polimerisasi Panas dengan Surface Treatment
Primer Adhesif ........................................................... 114

xxi

Universitas Sumatera Utara


4.1.4 Perbedaan Kekuatan Lekat Autopolymerized Silikon
Soft Denture Lining dan Heatpolymerized Silikon
Soft Denture Lining Pada Basis Resin Akrilik
Polimerisasi Panas dengan Surface Treatment
Sandblast - Primer Adhesif ....................................... 116
4.2 Pengaruh Surface Treatment Sandblast, Primer Adhesif dan
Sandblast-Primer Adhesif terhadap Kekuatan Lekat
Autopolymerized Silikon Soft Denture Lining- Basis Resin
Akrilik Polimerisasi Panas dan Heatpolymerized Silikon
Soft Denture Lining - Basis Resin Akrilik Polimerisasi
Panas ....................................................................................... 119
4.2.1 Pengaruh Surface Treatment Sandblast, Primer
Adhesif dan Sandblast - Primer Adhesif terhadap
Kekuatan Lekat Autopolymerized Silikon Soft
Denture Lining- Basis Resin Akrilik Polimerisasi
Panas .......................................................................... 119
4.2.2 Pengaruh Surface Treatment Sandblast, Primer
Adhesif dan Sandblast-Primer Adhesif terhadap
Kekuatan Lekat Heatpolymerized Silikon Soft
Denture Lining- Basis Resin Akrilik Polimerisasi
Panas…………………………... ............................... 120
4.3 Perbedaan Pengaruh Surface Treatment Sandblast, Primer
Adhesif, Sandblast - Adhesif terhadap Kekuatan Lekat
Autopolymerized dan Heatpolymerized Silikon Soft
Denture Lining - Basis Resin Akrilik Polimerisasi Panas ...... 125

BAB 5 PEMBAHASAN ............................................................................ 127

5.1 Perbedaan Kekuatan Lekat Autopolymerized Silikon Soft


Denture Lining dan Heatpolymerized Silikon Soft Denture
Lining Pada Basis Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa
Surface Treatment , dengan surface treatment sandblast,
primer adhesif, dan gabungan sandblast - primer adhesif…. ... 129
5.1.1 Perbedaan Kekuatan Lekat Autopolymerized Silikon
Soft Denture Lining dan Heatpolymerized Silikon Soft
Denture Lining Pada Basis Resin Akrilik Polimerisasi
Panas Tanpa Surface Treatment................................... 129
5.1.2 Perbedaan Kekuatan Lekat Autopolymerized Silikon
Soft Denture Lining dan Heatpolymerized Silikon Soft
Denture Lining Pada Basis Resin Akrilik Polimerisasi
Panas dengan Surface Treatment Sandblast ................ 130

xxii

Universitas Sumatera Utara


5.1.3 Perbedaan Kekuatan Lekat Autopolymerized Silikon
Soft Denture Lining dan Heatpolymerized Silikon Soft
Denture Lining Pada Basis Resin Akrilik Polimerisasi
Panas dengan Surface Treatment Primer Adhesif........ 132
5.1.4 Perbedaan Kekuatan Lekat Autopolymerized Silikon
Soft Denture Lining dan Heatpolymerized Silikon Soft
Denture Lining Pada Basis Resin Akrilik Polimerisasi
Panas dengan Surface Treatment Sandblast - Primer
Adhesif ........................................................................ 134
5.2 Pengaruh Surface Treatment Sandblast, Primer Adhesif dan
Sandblast-Primer Adhesif terhadap Kekuatan Lekat
Autopolymerized Silikon Soft Denture Lining - Basis Resin
Akrilik Polimerisasi Panas dan Heatpolymerized Silikon
Soft Denture Lining - Basis Resin Akrilik Polimerisasi
Panas ....................................................................................... 135
5.2.1 Pengaruh Surface Treatment Sandblast, Primer
Adhesif dan Sandblast - Primer Adhesif Terhadap
Kekuatan Lekat Autopolymerized Silikon Soft
Denture Lining - Basis Resin Akrilik Polimerisasi
Panas .......................................................................... 135
5.2.2 Pengaruh Surface Treatment Sandblast, Primer
Adhesif dan Sandblast - Primer Adhesif Terhadap
Kekuatan Lekat Heatpolymerized Silikon Soft
Denture Lining - Basis Resin Akrilik Polimerisasi
Panas……………… ................................................... 139
5.3. Perbedaan Pengaruh Surface Treatment Sandblast, Primer
Adhesif, Sandblast-Primer Adhesif terhadap Kekuatan Lekat
Autopolymerized Silikon SDL - basis Resin Akrilik
Polimerisasi Panas dan Heatpolymerized Silikon Soft
Denture Lining - basis Resin Akrilik Polimerisasi Panas ...... 143

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 146

6.1 Kesimpulan .............................................................................. 146


6.2 Saran ........................................................................................ 148

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 150

DAFTAR LAMPIRAN

xxiii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Klasifikasi defek maksila .................................................................. 14


2.2 Karakteristik undercut defek maksila …………………………….. 17
2.3 Komponen obturator definitif ………………………………………. 20
2.4 Autopolymerized silikon soft denture lining (mollosil) ..................... 40
2.5 Heatpolymerized silikon soft denture lining (molloplast b) ............... 42
2.6 Obturator definitif resin akrilik polimerisasi panas.……………….. 45
2.7 Obturator definitif nilon termoplastik ……………………………….. 47
2.8 Obturator definitif gabungan resin akrilik polimerisasi panas dan
silikon soft denture lining…………………………………………… 50
2.9 Alat universal testing machine .......................................................... 56
2.10 Ilustrasi 3 bentuk kegagalan perlekatan …………………………….. 58
2.11 Bentuk kegagalan perlekatan yang dilihat secara visual …………… 58
2.12 Bentuk adhesive failure dengan stereomikroskop …………….….. 59
2.13 Bentuk kegagalan perlekatan dilihat dengan SEM ........................... 59
2.14 Gambaran SEM hasil surface treatment dengan metode mekanis….... 62
2.15 Gambaran SEM hasil surface treatment dengan metode kemis .…..... 65
2.16 Gambaran SEM hasil surface treatment primer adhesif .................... 66
3.1 Bentuk sampel uji kekuatan lekat ...................................................... 74
3.2 Ukuran model induk I ........................................................................ 74
3.3 Ukuran model induk II ....................................................................... 74
3.4 Model induk I dan II .......................................................................... 83

xxiv

Universitas Sumatera Utara


3.5 Kuvet .................................................................................................. 83
3.6 Rubber bowl dan spatula .................................................................... 83
3.7 Gelas ukur, timbangan digital dan timer otomatis ............................. 84
3.8 Vibrator .............................................................................................. 84
3.9 Press hidrolik ..................................................................................... 84
3.10 Waterbath ........................................................................................... 85
3.11 Rotary grinder .................................................................................... 85
3.12 Portable dental engine dan straight handpiece ................................ 85
3.13 Alat sandblast ..................................................................................... 86
3.14 Kaliper digital dan penggaris besi ...................................................... 86
3.15 Scalpel dan blade ............................................................................... 86
3.16 Alat universal testing machine ........................................................... 87
3.17 Scanning Electron Microscope (SEM) .............................................. 87
3.18 Dental stone ....................................................................................... 88
3.19 Resin akrilik polimerisasi panas......................................................... 88
3.20 Autopolymerized silikon soft denture lining (Mollosil ) .................... 88
3.21 Heatpolymerized silikon soft denture lining (Molloplast B).............. 89
3.22 Pimer adhesif ( mollosil) .................................................................. 89
3.23 Primer adhesif (molloplast) .............................................................. 89
3.24 Butiran partikel alumina ..................................................................... 90
3.25 Air destilasi ........................................................................................ 90
3.26 Ukuran model induk I ........................................................................ 91
3.27 Ukuran model induk II ....................................................................... 91
3.28 Penanaman model induk I pada kuvet ............................................... 92
3.29 Mold dari model induk I .................................................................... 93

xxv

Universitas Sumatera Utara


3.30 Peletakkan model induk II di tengah mold sebagai spacer ................ 93
3.31 Ukuran Basis resin akrilik polimerisasi panas yang telah di poles .... 95
3.32 Peletakkan kembali basis resin akrilik polimerisasi panas ke dalam
mold.................................................................................................... 95
3.33 Aplikasi Sandblast .............................................................................. 96
3.34 Aplikasi Primer Adhesif ..................................................................... 97
3.35 Perbandingan base-catalyst autopolymerized silikon soft denture
lining ................................................................................................. 97
3.36 Penyatuan autopolymerized silikon soft denture lining pada basis
resin akrilik polimerisasi panas ......................................................... 98
3.37 Pemotongan bahan autopolymerized silikon soft denture lining yang
berlebih ............................................................................................... 98
3.38 Penyatuan heatpolymerized silikon soft denture lining pada basis
resin akrilik polimerisasi panas .......................................................... 100
3.39 Pemotongan bahan heatpolymerized silikon soft denture lining yang
berlebih ............................................................................................... 101
3.40 Perendaman sampel dalam air destilasi.............................................. 102
3.41 Posisi sampel pada alat universal testing machine ............................ 102
3.42 Sampel putus setelah di uji tarik dengan alat universal testing
machine ……………………………………………………………….. 103
3.43 Pelapisan emas permukaan basis RAPP tanpa dan dengan surface
treatment ............................................................................................ 105
3.44 Pemeriksaan SEM permukaan basis RAPP tanpa dan dengan surface
Treatment ……………………………………………………………. 105
4.1 Adhesive Failure ……………………………………………………. 111

xxvi

Universitas Sumatera Utara


4.2 Cohesive failure ……..…………………………………………….. 115
4.3 Mixed failure ……………………………………………………….. 117
4.4 Hasil failure pada masing-masing kelompok surface treatment …… 118
4.5 Gambaran SEM 3500 X pembesaran pada permukaan basis RAPP
Tanpa surface treatment …………………………………………… 122
4.6 Gambaran SEM 3500 X pembesaran pada permukaan basis RAPP
yang di surface treatment Sandblast ……………………………… . 122
4.7 Gambaran SEM 3500 X pembesaran pada permukaan basis RAPP
yang di surface treatment primer adhesif (mollosil)……………….. 123
4.8 Gambaran SEM 3500 X pembesaran pada permukaan basis RAPP
yang di surface treatment sandblast- primer adhesif (mollosil)….... 123
4.9 Gambaran SEM 3500 X pembesaran pada permukaan basis RAPP
yang di surface treatment primer adhesif (molloplast)…………….. 124
4.10 Gambaran SEM 3500 X pembesaran pada permukaan basis RAPP
yang di surface treatment sandblast-primer adhesif (molloplast)…… 124
5.1 Perbedaan bentuk dan ukuran pori hasil surface treatment primer
adhesif (mollosil) dan primer adhesif (molloplast) ……………… 145

xxvii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

3.1 Definisi operasional variabel bebas ……………………………….. .. 78

3.2 Definisi operasional variabel terikat ..................................................... 80

3.3 Definisi operasional variabel terkendali ............................................... 80

4.1 Nilai kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan


heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP tanpa surface treatment .... 111

4.2 Perbedaan kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP


dan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP tanpa surface
treatment ............................................................................................... 112

4.3 Nilai kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan


heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP dengan surface treatment
sandblast ............................................................................................... 113

4.4 Perbedaan kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP


dan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP dengan surface
treatment sandblast ............................................................................... 114

4.5 Nilai kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan


heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP dengan surface treatment
primer adhesif ....................................................................................... 115

4.6 Perbedaan kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP


dan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP dengan surface
treatment primer adhesif ....................................................................... 116

4.7 Nilai kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan


heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP dengan surface treatment
sandblast-primer adhesif ....................................................................... 117

4.8 Perbedaan kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP


dan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP dengan surface
treatment sandblast-primer adhesif ...................................................... 118

xxviii

Universitas Sumatera Utara


4.9 Pengaruh surface treatment sandblast, primer adhesif, dan sandblast-
primer adhesif terhadap kekuatan lekat autopolymerized silikon
SDL-basis RAPP .................................................................................. 120

4.10 Pengaruh surface treatment sandblast, primer adhesif, dan


sandblast-primer adhesif terhadap kekuatan lekat Heatpolymerized
Silikon SDL-basis RAPP ...................................................................... 121

4.11 Perbedaan pengaruh surface treatment terhadap kekuatan lekat


autopolymerized silikon SDL-basis RAPP .......................................... 125

4.12 Perbedaan pengaruh surface treatment terhadap kekuatan lekat


heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP .......................................... 126

xxix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Keterangan Izin Prapenelitian di Unit Jasa Industri (UJI) Dental

Laboratorium FKG USU

2. Surat Keterangan Izin Prapenelitian di Laboratorium IMT (Ilmu Material dan

Teknologi) FKG USU

3. Surat Keterangan Izin Prapenelitian di Laboratorium Teknik Mesin USU

4. Surat Keterangan Izin Penerbitan Ethical Clearance pada Komite Etik

Penelitian Bidang Kesehatan Universitas PRIMA

5. Ethical Clearance dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Universitas PRIMA

Indonesia

6. Surat Keterangan Izin Penelitian di Unit Jasa Industri (UJI) Dental

Laboratorium FKG USU

7. Surat Keterangan Izin Penelitian di Laboratorium IMT (Ilmu Material dan

Teknologi) FKG USU

8. Surat Keterangan Izin Penelitian di Laboratorium Teknik Mesin USU

9. Surat Keterangan Izin Penelitian di laboratorium MIPA Fisika UNIMED

10. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian di Lingkungan

Laboratorium Fakultas Teknik USU

xxx

Universitas Sumatera Utara


11. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian di Laboratorium Fisika

FMIPA UNIMED

12. Data Hasil Uji Tarik

13. Hasil uji statistik

xxxi

Universitas Sumatera Utara


1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Defek maksila merupakan celah yang terjadi di daerah maksila yang disebabkan

bawaan lahir ataupun didapat akibat trauma atau tindakan bedah. Rehabilitasi defek

maksila menggunakan obturator lebih menjadi pilihan karena aman, biaya yang murah

dan lebih cepat mengembalikan kemampuan bicara, fungsi dan estetis pasien (Oh WS

dan Roumanas ED, 2007 ; Menakshi A dan Shah D, 2012). Keberhasilan rehabilitasi

maksila dengan pembuatan obturator sangat besar dipengaruhi oleh karakteristik defek,

yaitu lokasi, ukuran dan adanya undercut (Keyf F, 2001; Bhandari AJ, 2017). Undercut

pada defek maksila merupakan jaringan yang sensitif namun mempunyai peran penting

dalam meningkatkan retensi dan stabilitas obturator (Keyf F, 2001; Iqbal Z, 2011 ;

Meenakshi A dan Shah D, 2012).

Memanfaatkan undercut sebagai penambah retensi obturator dilakukan jika

jaringan defek telah mengalami penyembuhan terutama pada fase obturator definitif.

Ada dua komponen obturator definitif yaitu basis gigi tiruan dan obturator bulb.

Komponen yang berperan untuk menjangkau daerah undercut defek maksila adalah

obturator bulb. Ada dua syarat obturator bulb agar dapat berfungsi dengan baik yaitu

harus ringan dan perluasan harus maksimal menutupi rongga defek. Perlu suatu bahan

Universitas Sumatera Utara


2

tertentu yang dapat dibuat hollow (berongga) agar ringan dan bersifat soft agar dapat

memenuhi syarat oburator bulb tersebut (Oh WS dan Roumanas, 2007).

Bahan yang umumnya digunakan sebagai basis obturator bulb yaitu bahan Resin

Akrilik Polimerisasi Panas (RAPP), Nilon Termoplastik dan Soft Denture Lining (SDL)

dimana masing-masing bahan memiliki kelebihan dan kekurangan. Bahan RAPP dapat

membuat ringan oburator bulb dengan teknik pembuatan hollow bulb. Kekurangannya

adalah sifat bahan RAPP rigid dan kaku sehingga perluasan maksimal bahan ke rongga

defek undercut tidak dapat dilakukan karena akan menimbulkan rasa sakit saat

pemakaian, pemasangan dan pelepasan (Keyf F, 2001 ; Ikusika OF, 2016). Bahan Nilon

Termoplastik merupakan bahan yang memiliki sifat fisis dan estetis yang baik, derajat

fleksibilitas dan stabilitas yang sangat baik dan dapat dibuat dengan ketebalan yang

lebih tipis dibandingkan resin akrilik, sehingga sangat fleksibel, ringan dan tidak mudah

patah. Kekurangan bahan ini adalah sifat bahannya yang tidak cukup kuat menahan

beban pengunyahan, tidak mudah direparasi, mudah menyerap air, mudah berubah

warna dan sulit untuk dilakukan pemolesan sehingga memiliki permukaan yang lebih

kasar dibandingkan resin akrilik polimerisasi panas (Batra P, 2013 ; Refai H, 2017).

Bahan Soft Denture Lining (SDL) menurut pengertian ISO merupakan suatu bahan

pelapis lunak yang sifat softnya tetap bertahan setelah polimerisasi. Kelebihan bahan

SDL adalah kemampuannya memasuki seluruh daerah undercut terdalam pada defek

maksila tanpa mengakibatkan rasa sakit saat penggunaan, pemasangan dan pelepasan.

Bahan SDL yang resilien diaplikasikan ke permukaan rangka RAPP yang berhadapan

Universitas Sumatera Utara


3

dengan daerah undercut defek sehingga menghasilkan cushioning effect atau efek

seperti bantalan diantara basis dan defek. Kekurangan bahan SDL adalah tidak dapat

dibuat hollow (rongga) sehingga dapat menambah berat obturator bulb. Kekurangan ini

dapat diatasi dengan menggunakan bahan RAPP sebagai rangka dari bahan SDL

(Hollow core). Dengan demikian maka dapat diperoleh obturator bulb yang ringan dan

dengan perluasan yang maksimal menutupi rongga defek (Oh WS dan Roumanas, 2007

; Salloum AM, 2013 ; Ikusika OF, 2016 ; Joseph AM, dkk., 2016 ; Oki M, dkk., 2016 ;

Bhandary AJ, 2017).

Bahan SDL terdiri dari dua jenis, yaitu Akrilik SDL dan Silikon SDL yang

masing-masing terbagi menjadi dua jenis yaitu autopolymerized SDL atau “chair-side”

SDL karena mampu mengeras pada suhu yang rendah di dalam mulut dan

heatpolimeryzed SDL yang pengerasan baru dapat terjadi pada suhu yang tinggi. Bahan

autopolymerized dan heatpolymerized silikon SDL merupakan bahan yang paling umum

digunakan sebagai bahan obturator bulb dari pada bahan autopolymerized dan

heatpolymerized akrilik SDL. Bahan autopolymerized dan heatpolymerized silikon SDL

merupakan jenis SDL yang sifat softnya berasal dari bahan silikon itu sendiri sehingga

softnya dapat bertahan paling lama dan paling biokompatibel dari pada jenis

autopolymerized dan heatpolymerized akrilik SDL. Bahan autopolymerized dan

heatpolymerized akrilik SDL merupakan SDL berbahan dasar akrilik yang sifat softnya

berasal dari plasticizer yang mudah larut dalam saliva sehingga softnya tidak dapat

bertahan lama dan tidak biokompatibel bagi kesehatan rongga mulut (Munksgaard EC

Universitas Sumatera Utara


4

dkk., 2005 ; Chladek dkk., 2014 ; Akin H, dkk., 2011). Dengan demikian,

penggabungan antara bahan autopolymerized atau heatpolymerized silikon SDL pada

basis RAPP dapat menghasilkan obturator definitif yang lebih retentif dan lebih stabil

dalam jangka waktu yang lebih lama (Joseph dkk., 2016). Penelitian Ikusika OH (2016)

menyebutkan adanya perbedaan kemampuan fungsi mastikasi pasien pada daerah defek

yang jauh lebih baik yaitu 60,40% pada obturator definitif yang menggabungkan RAPP

dan Silikon SDL daripada yang keseluruhannya hanya menggunakan bahan RAPP saja,

yakni 18,35%.

Kekurangan dari menggabungkan kedua bahan ini adalah kekuatan lekat bahan

autopolymerized atau heatpolymerized Silikon SDL yang lemah terhadap basis RAPP

Penyebab utamanya adalah perbedaan struktur molekul sehingga tidak ada ikatan kimia

antara keduanya. Hal ini ditandai dengan terjadinya adhesive failure pada kedua bahan

yang berbeda tersebut. Faktor Kekuatan lekat menjadi suatu hal yang penting karena

lepasnya ikatan antara bahan autopolymerized atau heatpolymerized Silikon SDL pada

basis RAPP mengakibatkan terjadinya microleakage, penumpukan plak dan

perkembangan mikroba. Nilai standar kekuatan lekat SDL pada basis RAPP yang masih

dapat diterima secara klinis adalah 0,44 MPa (Usumez dkk., 2004 ; Akin H, dkk., 2011 ;

Atsu S dan Keskin Y, 2013 ; Chladek, dkk., 2014 ; Hashem MI, 2015 ; Maheswar dkk.,

2015 ; Nakhaei, dkk., 2016). Lemahnya kekuatan lekat Silikon SDL pada basis RAPP

tersebut dapat diatasi salah satunya yaitu dengan Surface treatment. Surface treatment

merupakan suatu perlakuan berupa mengkasarkan permukaan intaglio basis gigi tiruan

Universitas Sumatera Utara


5

RAPP sebelum mengaplikasikan Silikon SDL sehingga diperoleh ikatan mekanis antara

keduanya. Hal ini dibuktikan dengan perubahan bentuk morfologi permukaan basis

RAPP menjadi lebih kasar, tak beraturan dan beberapa memiliki pori untuk menciptakan

mechanical interlocking antara Silikon SDL dan basis RAPP. Permukaan yang kasar

akan menghasilkan kekuatan lekat dua kali lipat daripada permukaan yang halus.

(Usumez dkk., 2004 ; Akin H, dkk., 2011 ; Nakhaei, dkk., 2016).

Ada dua metode surface treatment yang dapat dilakukan yaitu metode mekanis

dan metode kemis. Metode mekanis diantaranya yaitu dengan kertas pasir, bur akrilik,

oxygen plasma, silika, laser dan sandblast. Diantara metode mekanis tersebut, sandblast

merupakan metode yang sering dilakukan karena bahan dan alat yang mudah diperoleh,

prosedur pengerjaannya yang tidak rumit dan menghasilkan kekuatan lekat yang lebih

baik. Metode sandblast yaitu metode mengkasarkan permukaan intaglio basis RAPP

yang akan berkontak dengan Silikon SDL menggunakan partikel alumina dengan cara

menyemprotkan partikel alumina tersebut menggunakan alat sandblast bertekanan

tinggi, mengangkat semua lapisan yang terkontaminasi, membuat permukaan basis

menjadi kasar dan tidak beraturan sehingga terbentuk mechanical interlocking yang

akan mengunci bahan Silikon SDL pada basis RAPP (Usumez, dkk., 2004 ; Akin H,

dkk., 2011 ; Surapaneni H dkk., 2013 ; Cavalcanti, dkk., 2014 ; Maheswar P dkk., 2015

; Nakhaei, dkk., 2016 ; Atsu S dan Keskin Y, 2016). Metode kemis yaitu mengkasarkan

permukaan intaglio basis gigi tiruan RAPP dengan menggunakan bahan adesif. Bahan

adesif yang umumnya digunakan yaitu dari bahan primer adhesif, 36% phosphoric acid,

Universitas Sumatera Utara


6

monomer MMA, ethyl acetate dan silane coupling agent. Diantara semua bahan adhesif

tersebut, hanya primer adhesif yang khusus diperuntukkan meningkatkan kekuatan lekat

bahan Autopolymerized Silikon SDL dan Heatpolymerized Silikon SDL. Primer adhesif

yang digunakan dalam penelitian ini Mollosil primer adhesif untuk bahan

Autopolymerized Silikon SDL dan Molloplast B primer adhesif untuk bahan

Heatpolymerized Silikon SDL. Komposisi kimia Mollosil primer adhesif adalah

Poliorganosiloxane dan ethyl acetate 60-100 % (Bayati OH, dkk., 2012). Komposisi

kimia Molloplast B Primer adhesif adalah gabungan dari derivate methoxy dan ethoxy

silane (Mutluay MM dan Ruyter IE, 2007). Mekanisme kerja Primer adhesif yaitu

dengan membasahi seluruh permukaan basis RAPP (wetting), membersihkan dan

menurunkan tegangan permukaan sehingga permukaan menjadi homogen dan relatif

organik, melarutkan permukaan basis dan partikel yang tidak terikat, membentuk pit dan

crack sehingga terjadi mikroporositas yang memudahkan Silikon SDL berpenetrasi

masuk dan melekat pada permukaan basis dengan terbentuknya mechanical interlocking

(Sarac, dkk., 2006 ; Mutluay MM dan Ruyter IE, 2007 ; Akin H, dkk., 2011 ; Bayati

OH, dkk., 2012 ; Atsu S dan Keskin Y, 2013 ; Bolayir G, dkk., 2013 ; Surapaneni, dkk.,

2013 ; Cavalcanti, dkk., 2014 ; Goiato, dkk., 2015).

Surface treatment dengan metode mekanis dan kemis tersebut menghasilkan

struktur micromechanical interlocking antara autopolymerized dan heatpolymerized

silikon SDL dengan basis RAPP yang akan membuat kekuatan lekat akan lebih lama

bertahan sampai dengan 5 tahun, lebih lama dari pada ikatan kimia yang dimiliki oleh

Universitas Sumatera Utara


7

autopolymerized dan heatpolymerized akrilik SDL pada basis RAPP yang hanya

bertahan selama 3 tahun. Pemilihan surface treatment yang tepat akan sangat

menunjang ketahanan fungsi obturator definitif selama pemakaian sehingga kualitas

hidup pasien dengan defek maksila pun menjadi meningkat (Mutluay MM dan Ruyter

IE dkk., 2007 ; Akin H, dkk., 2011 ; Atsu S dan Keskin Y, 2013 ; Nakhaei, dkk., 2016).

1.2 Permasalahan

Autopolymerized silikon SDL dan heatpolymerized silikon SDL merupakan suatu

bahan pelapis lunak yang sifat softnya paling bertahan lama namun tidak dapat dibuat

hollow (rongga) agar dapat membuat ringan obturator bulb. Untuk itu diperlukan

penggabungan bahan autopolymerized dan heatpolymerized silikon SDL dengan bahan

RAPP yang dapat dibuat hollow (rongga). Penggabungan bahan autopolymerized silikon

SDL dan heatpolymerized silikon SDL dengan bahan RAPP memiliki kekuatan lekat

yang lemah dikarenakan perbedaan struktur molekul sehingga tidak terjadi ikatan kimia

antara keduanya. Lemahnya kekuatan lekat antara bahan autopolymerized silikon SDL

dan heatpolymerized silikon SDL pada basis RAPP akan mengakibatkan terjadinya

microleakage, penumpukan plak dan perkembangan mikroba pada interface kedua

bahan (Mese A, 2006 ; Sarac, dkk., 2006 ; Chladek, 2014 ; Mittal MM, dkk., 2016).

Salah satu upaya untuk meningkatkan kekuatan lekat antara autopolymerized

silikon SDL dan heatpolymerized silikon SDL pada basis RAPP yaitu dengan surface

treatment . Surface treatment merupakan suatu perlakuan yang bertujuan menghasilkan

Universitas Sumatera Utara


8

permukaan yang kasar sehingga membantu terjadinya perlekatan (adhesi) antara substrat

yang berbeda. Beberapa penelitian menyebutkan permukaan yang kasar akan

memberikan kekuatan lekat dua kali lipat dari pada permukaan yang halus. Permukaan

yang kasar dapat menyediakan luas daerah yang lebih besar untuk perlekatan dengan

terbentuknya mechanical interlocking (Sarac, dkk. 2006 ; Akin H, dkk, 2011 ;

Surapaneni, dkk., 2012 ; Nakhaei M, dkk. 2016). Surface treatment yang umumnya

digunakan adalah metode mekanis melalui partikel alumina sandbast dan metode kemis

dengan menggunakan primer adhesif. Beberapa penelitian menyebutkan kekuatan lekat

basis RAPP-autopolymerized silikon SDL dapat ditingkatkan dengan primer adhesif

(Atsu S dan Keskin Y, 2013 ; Bayati O dkk., 2012 ; Cavalcanti dkk., 2014) sementara

kekuatan lekat basis RAPP-heatpolymerized silikon SDL dapat meningkat dengan

menggunakan sandblast partikel alumina (Usumez dkk., 2004 ; Akin H dkk., 2011 ;

Nakhaei M dkk., 2016). Partikel alumina yang dijual di pasaran berukuran 30 μm – 250

μm, Penelitian Akin H, dkk (2011) menyebutkan bahwa sandblast partikel alumina

ukuran 50 μm melemahkan kekuatan lekat basis RAPP-heatpolymerized silikon SDL

sementara ukuran 120 μm dan 250 μm meningkatkan kekuatan lekat basis RAPP-

heatpolymerized silikon SDL. Penelitian Nakhaei M, dkk (2016) menyebutkan partikel

alumina 110 μm dapat meningkatkan kekuatan lekat basis RAPP-heatpolymerized

silikon SDL. Penelitian Usumez, dkk (2004) menyebutkan partikel alumina 250 μm

dapat meningkatkan kekuatan lekat basis RAPP-heatpolymerized silikon SDL. Namun

Universitas Sumatera Utara


9

penelitian Kulkarni RS, dkk (2011) menyebutkan sandblast partikel alumina 250 μm

melemahkan kekuatan lekat basis RAPP-heatpolymerized silikon SDL.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa primer adhesif dapat meningkatkan

kekuatan lekat basis RAPP-autopolymerized silikon SDL (Bayati OH, dkk., 2012 ; Atsu

S dan Keskin Y, 2013 ; Cavalvanti dkk., 2014). Primer adhesif juga dapat meningkatkan

kekuatan lekat basis RAPP-heatpolymerized silikon SDL (Korkmaz, dkk., 2013).

Penelitian Atsu S dan Keskin Y (2013) menyebutkan bahwa kekuatan lekat basis RAPP-

autopolymerized Silikon SDL tertinggi signifikan diperoleh dengan menggunakan

primer adhesif daripada sandblast partikel alumina 50 μm. Penelitian Korkmaz dkk

(2013) juga menyebutkan kekuatan lekat basis RAPP-heatpolymerized Silikon SDL

tertinggi signifikan diperoleh dengan menggunakan primer adhesif daripada sandblast

partikel alumina 50 μm. Penelitian Philip dkk (2012) menyebutkan bahwa dengan

menggabungkan sandblast partikel alumina dan monomer menghasilkan kekuatan lekat

SDL yang paling tinggi dari pada menggunakan sandblast atau primer adhesif saja.

Berdasarkan masih adanya pertentangan dari pengaruh sandblast 250 μm terhadap

peningkatan kekuatan lekat heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP dan belum ada

yang meneliti pengaruh sandblast 250 μm terhadap kekuatan lekat autopolymerized

silikon SDL-basis RAPP, belum ada yang membandingkan surface treatment yang lebih

efektif antara sandblast partikel alumina 250 μm dan primer adhesif dalam

meningkatkan kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL dan heatpolymerized silikon

SDL, serta belum adanya yang meneliti pengaruh penggabungan surface treatment

Universitas Sumatera Utara


10

sandblast alumina 250 μm dengan primer adhesif terhadap peningkatan kekuatan lekat

autopolymerized silikon SDL dan heatpolymerized silikon SDL maka dilakukan

penelitian ini.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas maka ditetapkan rumusan masalah sebagai

berikut :

1. Apakah ada perbedaan kekuatan lekat Autopolymerized Silikon SDL-basis

RAPP dan Heatpolymerized Silikon SDL-basis RAPP tanpa surface treatment

dan dengan surface treatment sandblast, primer adhesif dan gabungan

sandblast-primer adhesif ?

2. Apakah ada pengaruh surface treatment sandblast, primer adhesif dan gabungan

sandblast-primer adhesif terhadap kekuatan lekat Autopolymerized Silikon

SDL-basis RAPP dan Heatpolymerized Silikon SDL-basis RAPP ?

3. Apakah ada perbedaan pengaruh surface treatment sandblast, primer adhesif

dan gabungan sandblast-primer adhesif terhadap kekuatan lekat

Autopolymerized Silikon SDL-basis RAPP dan Heatpolymerized Silikon SDL-

basis RAPP ?

Universitas Sumatera Utara


11

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui perbedaan kekuatan lekat Autopolymerized Silikon SDL-basis RAPP

dan Heatpolymerized Silikon SDL-basis RAPP tanpa surface treatment dan

dengan surface treatment primer adhesif, sandblast dan gabungan sandblast-

primer Adhesif

2. Mengetahui pengaruh surface treatment sandblast, primer adhesif dan gabungan

sandblast-primer adhesif terhadap kekuatan lekat Autopolymerized Silikon SDL-

basis RAPP dan Heatpolymerized Silikon SDL-basis RAPP

3. Mengetahui perbedaan pengaruh surface treatment sandblast, primer adhesif dan

gabungan sandblast-primer adhesif terhadap kekuatan lekat Autopolymerized

Silikon SDL-basis RAPP dan Heatpolymerized Silikon SDL-basis RAPP

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu basic science mengenai

bahan Autopolymerized Silikon SDL dan Heatpolymerized Silikon SDL yang

dapat digunakan pada ilmu bidang prostodonsia khususnya pada Obturator

definitif.

b. Sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai surface treatment yang

tepat dalam upaya meningkatkan kekuatan lekat bahan Autopolymerized Silikon

SDL dan Heatpolymerized Silikon SDL pada basis RAPP.

Universitas Sumatera Utara


12

1.5.2 Manfaat Praktis

1.5.2.1 Manfaat Klinis

1. Sebagai dasar pertimbangan untuk penggunaan dan pengembangan lebih lanjut

bahan Autopolymerized Silikon SDL dan Heatpolymerized Silikon SDL oleh

dokter gigi sebagai bahan relining basis RAPP yang rigid dan kaku, seperti pada

kondisi linggir yang tajam dan datar serta mukosa yang tidak resilien pada

umumnya serta sebagai bahan penambah retensi dan kenyamanan penggunaan

Obturator definitif pada khususnya.

2. Sebagai dasar pemilihan metode surface treatment yang tepat dalam

meningkatkan kekuatan lekat Autopolymerized Silikon SDL dan

Heatpolymerized Silikon SDL pada basis RAPP sehingga manfaat penting

penggunaan Autopolymerized Silikon SDL dan Heatpolymerized Silikon SDL

pada basis RAPP dapat dirasakan dalam jangka waktu yang lebih lama.

1.5.2.2 Manfaat Laboratoris

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada teknisi laboratorium

dental mengenai fungsi bahan Silikon SDL sebagai bahan alternatif yang dapat

digunakan untuk pembuatan Obturator definitif.

2. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi pada teknisi

laboratorium dental mengenai metode surface treatment yang dapat dilakukan

dalam upaya meningkatkan kekuatan lekat Silikon SDL pada basis RAPP

Universitas Sumatera Utara


13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defek Maksila

2.1.1 Pengertian

Defek maksila merupakan suatu keadaan terbukanya dinding pembatas

antara rongga mulut dan saluran pernafasan bagian atas. Defek maksila terjadi

disebabkan oleh kelainan bawaan lahir (congenital) ataupun didapat (acquired) seperti

karena adanya trauma ataupun disebabkan bedah tumor maksila. Keadaan ini

mengakibatkan terganggunya fungsi bicara, mastikasi, penelanan dan kontrol saliva

serta deformitas wajah. Masalah ini akan memicu stress emosional dan depresi yang

berdampak pada menurunnya kualitas hidup pasien (Keyf F, 2001 ; Iqbal Z dkk., 2011 ;

Meenakshi dan Shah, 2012 ; Bhandari AJ, 2016 ; Ikusika OF, 2016 ; Oki M, 2016).

2.1.2 Klasifikasi

Defek maksila yang terjadi memiliki ukuran dan lokasi yang berbeda. Defek

maksila dapat terjadi di sebagian atau di seluruh maksila. Pada tahun 1978 Mohammed

Aramany mengklasifikasikan defek sebagian maksila menjadi 7 tipe berdasarkan

hubungan defek dengan gigi geligi yang masih ada (Keyf F, 2001 ; Meenakshi dan

Shah, 2012 ; Durrani Z, dkk., 2013 ; Bhandari AJ, 2017).

13

Universitas Sumatera Utara


14

Gambar 2.1. Klasifikasi defek maksila


Sumber Bhandari AJ. Maxillary obturator. J Dent Allied Sci 2017;6:78-83

a. Kelas I : Defek berada di midline maksila, gigi geligi yang tersisa berada di satu

sisi lengkung. Defek ini yang paling sering terjadi.

b. Kelas II : Defek di unilateral, gigi geligi yang tersisa berada di anterior dan yang

berseberangan

c. Kelas III : Defek maksila terjadi di pusat palatum keras dan melibatkan sedikit

palatum lunak. Tidak ada gigi geligi yang terlibat

d. Kelas IV : Defek melewati midline dan melibatkan kedua sisi maksila

e. Kelas V : Defek bilateral dan berjalan dari posterior ke arah gigi penyangga

f. Kelas VI : Defek terjadi paling sering dikarenakan trauma dan defek berjalan

dari anterior berlanjut ke kedua sisi bilateral dari gigi penyangga

g. Kelas VII : Sama halnya seperti klas II Kennedy, tetapi defek kecil berada

unilateral di posterior dari gigi penyangga.

Universitas Sumatera Utara


15

2.1.3 Rehabilitasi

Rehabilitasi defek maksila dapat berupa tindakan bedah plastik atau dengan

menggunakan protesa obturator ataupun gabungannya. Rehabilitasi melalui tindakan

bedah plastik menjadi suatu kontraindikasi bagi pasien yang sudah lanjut usia, defek

yang sangat besar, kesehatan yang buruk, mempunyai kecenderungan terjadi tumor

yang rekuren, supply darah yang buruk karena terapi radiasi dan komplikasi penyakit

lainnya. Rehabilitasi prostetik yang digunakan yaitu dengan menggunakan alat

Obturator. Obturator menjadi pilihan lanjutan perawatan terbanyak setelah

pengangkatan tumor rahang daripada tindakan bedah karena merupakan tindakan yang

aman, biayanya yang murah dan lebih cepat mengembalikan kemampuan bicara, fungsi

mastikasi dan penelanan serta estetis pasien sehingga pada akhirnya akan meningkatkan

kualitas hidup pasien paska hemimaksiletomi (Keyf F, 2001 ; Menakshi A dan Shah D

2012 ; Ikusika OF, 2016).

Ada 3 jenis obturator yang digunakan berdasarkan waktu dan tujuan

pemakaiannya (Keyf F, 2001 ; Iqbal Z, dkk., 2011 ; Meenakshi dan Shah, 2012 ;

Bhandari AJ, 2017 ; Refai A. dkk., 2017), yaitu :

1. Obturator Bedah

Obturator bedah merupakan obturator yang dibuat sebelum tidakan bedah

dilakukan, untuk segera dipasang sesaat setelah dilakukan pembedahan. Obturator bedah

dibuat untuk menggantikan tulang alveolar dan palatum tanpa ada perluasan ke arah

defek. Obturator bedah menutupi defek palatum yang terbuka sehingga memperoleh

Universitas Sumatera Utara


16

sejumlah manfaat diantaranya yaitu sebagai penahan dressing paska bedah reseksi

maksila, melindungi luka agar tetap bersih, mencegah masuknya air atau makanan ke

saluran pernafasan, membantu memudahkan pasien menelan, mengunyah dan berbicara,

mengurangi aliran eksudat ke dalam mulut, merekonstruksi kontur palatum serta dapat

memperbaiki kontur bibir dan pipi. Obturator bedah hanya digunakan selama 7-10 hari

yang dilanjutkan dengan menggunakan obturator interim.

2. Obturator Interim

Obturator interim merupakan obturator yang digunakan maksimal setelah 1

bulan pembedahan dan digunakan selama 4-6 bulan. Obturator interim umumnya

memiliki anasir gigi tiruan pada anterior saja untuk memperbaiki estetik pasien tanpa

adanya susunan gigi posterior atau terdapat susunan gigi posterior yang disusun dengan

kontak oklusal ringan atau tanpa kontak oklusal dengan gigi antagonisnya.

3. Obturator Definitif

Obturator definitif bertujuan untuk mengembalikan estetika wajah, fungsi

bicara, mastikasi dan penelanan, yang dapat digunakan jika telah terjadi penyembuhan

pada defek palatum, biasanya setelah 6 bulan pasca pembedahan atau setelah

penggunaan obturator interim. Pada edentulus sebagian, desain obturator definitif

mengikuti prinsip desain kerangka logam. Pada edentulus penuh, desain obturator dibuat

lebih agresif memasuki daerah defek guna memaksimalkan dukungan, retensi dan

stabilisasi (Keyf F, 2001; Iqbal, 2011 ; Meenakshi dan Shah, 2012 ; Bhandari AJ, 2017).

Universitas Sumatera Utara


17

2.1.4 Karakteristik

Keberhasilan rehabilitasi maksila dengan pembuatan obturator definitif

sangat besar dipengaruhi oleh karakteristik defek, yaitu lokasi, ukuran dan adanya

undercut defek. Undercut defek merupakan jaringan yang sensitif dan memiliki derajat

yang bervariasi. Undercut merupakan suatu keadaan jaringan yang berceruk atau cekung

ke dalam disebabkan oleh kekosongan jaringan. Pada pasien edentulus sebagian, retensi

dapat diperoleh dari undercut gigi dan undercut dari defek sementara pada pasien

edentulus penuh, retensinya sangat bergantung pada undercut defek. Daerah defek

maksila yang memiliki undercut adalah pada residual hard palate yang mengarah ke

rongga nasal dan paranasal. Perluasan ke daerah undercut defek pada residual hard

palate dapat mencegah terjadinya pergerakan obturator ke arah vertikal dan lateral

(Keyf F, 2001; Iqbal Z dkk., 2011; Meenakshi A, 2012 ; Bhandari AJ, 2017).

Gambar 2.2 Karakteristik undercut defek maksila


Sumber Iqbal Z, Kazmi SMR and Yazdanie N. Maxillary Obturator
Prosthesis: Support and Retention Case Series. Pakistan
Journal of Medical and Health Sciences April 2011

Universitas Sumatera Utara


18

2.2 Obturator Definitif

2.2.1 Syarat

Basis obturator definitif harus memiliki dukungan, bersifat retentif dan stabil

terhadap banyaknya gaya negatif yang mempengaruhi seperti vertical dislodging force,

occlusal vertical force, torque atau rotational force, lateral force dan anterior-posterior

force, sehingga dapat digunakan dalam jangka panjang oleh pasien dengan defek

maksila (Keyf F, 2001 ; Iqbal Z, 2011 ; Jamayet, 2013)

1. Retentif

Retentif adalah kemampuan bertahan terhadap gerakan vertikal sepanjang

arah pasang dan ketahanan terhadap gerakan rotasi dari defek karena adanya gaya

gravitasi dan fungsi di sekitar jaringan daerah defek Kualitas retentif obturator definitif

ditentukan oleh besar kecilnya ukuran defek, banyak sedikitnya jaringan undercut,

jumlah, lokasi dan keadaan gigi geligi yang tersisa, ukuran dan bentuk linggir, bahan

basis yang digunakan, kondisi kesehatan jaringan, adanya trismus, kooperatif pasien.

Retensi mekanis yang diperoleh dari undercut gigi dan undercut margin defek maksila

lebih baik daripada retensi fisis seperti adhesi, kohesi, surface tension dan viskositas

saliva. Perluasan obturator dibuat lebih tinggi pada dinding lateral defek untuk

mencegah terjadi gaya vertikal (Keyf F, 2001 ; Iqbal Z., dkk., 2011).

Prognosis keberhasilan obturator definitif pada pasien edentulus sebagian

dengan defek yang besar masih cukup baik karena adanya direct dan indirect retainer

pada gigi penyangga dari bahan kerangka logam yang memberikan cukup retensi dan

Universitas Sumatera Utara


19

stabilisasi. Prognosis keberhasilan penggunaan obturator definitif pada pasien edentulus

penuh dengan defek yang luas menjadi buruk karena faktor retensinya sangat

bergantung hanya pada kondisi defek, yaitu pada tingkat kesembuhan jaringan di dalam

defek, ukuran dan lokasi defek serta banyak sedikitnya undercut pada defek. Perlu

bahan basis tertentu yang dapat memasuki daerah undercut defek untuk membantu

meningkatkan retensi obturator definitif (Menakshi dan Shah, 2012 ; Ikusika OF, 2016).

2. Stabil

Stabil adalah kemampuan bertahan obturator definitif terhadap gerakan

perpindahan yang disebabkan kekuatan fungsi. Pergerakan terjadi dalam arah horizontal,

seperti gerakan anteroposterior, rotasi maupun kombinasi antara keduanya. Pada pasien

edentulus sebagian, stabilitas diperoleh melalui banyaknya sandaran oklusal dan bracing

kerangka logam serta perluasan basis yang semaksimal mungkin di mukobuccal fold dan

sayap bukal sampai hamular notch. Pada pasien edentulus penuh, stabilitas diperoleh

melalui kontak basis yang maksimal menyentuh midline reseksi, dinding anterior-lateral

defek, dinding pterygoid dan palatum lunak yang tersisa (Keyf F, 2001 ; Bhandari AJ,

2017).

3. Dukungan

Prognosis keberhasilan penggunaan obturator definitif pada pasien defek

maksila yang edentulus sebagian cukup baik karena mendapat dukungan dari jaringan

lunak dan jaringan keras tulang dan gigi geligi sementara pada pasien defek maksila

yang edentulus penuh prognosis keberhasilan kurang baik karena dukungan hanya

Universitas Sumatera Utara


20

diperoleh dari tinggi dan bentuk linggir alveolar yang tersisa, kedalaman sulkus, bentuk

palatum keras yang tersisa dan jaringan yang ada di dalam daerah defek, seperti septum

nasal, lantai orbita, struktur tulang dari pterygoid. Linggir alveolar yang berbentuk

square dan ovoid akan memberikan dukungan yang lebih baik daripada linggir yang

kecil berbentuk taper. Demikian juga bentuk palatum yang datar akan lebih memberi

dukungan daripada bentuk palatum yang taper (Keyf F, 2001 ; Iqbal Z., dkk., 2011).

2.2.2 Komponen

Obturator definitif terdiri dari dua komponen, yaitu basis gigi tiruan dan

obturator bulb. Basis gigi tiruan dan obturator bulb dapat dibuat menyatu maupun

terpisah (Keyf F, 2001 ; Meenakshi, 2012 ; Mitra A, 2014 ; Ikusika OF, 2016 ; Joseph

AM, 2016 ; Refai H, 2017)

Gambar 2.3 Komponen Obturator Definitif: (a) Basis gigi tiruan (b) Obturator bulb
Sumber Cheng, Somerville, dan Wee. Altered prosthodontic treatment approach for
bilateral complete maxillectomy: A clinical report. The Journal of Prosthetic
dentistry. Vol.92 no.2, 2018

Universitas Sumatera Utara


21

2.2.2.1 Basis Gigi Tiruan

2.2.2.1.1 Pengertian

Basis gigi tiruan adalah bagian dari suatu gigi tiruan yang bersandar pada

jaringan pendukung (McCabe JF. dan Walls AWG., 2007). Fungsi basis gigi tiruan

adalah menggantikan tulang alveolar yang sudah hilang, menyalurkan tekanan oklusal

ke jaringan pendukung gigi, mempertahankan residual ridge, dan tempat untuk

melekatkan komponen gigi tiruan lainnya seperti anasir gigi tiruan, sandaran oklusal,

lengan retentif dan lengan resiprokal pada gigi tiruan dari bahan resin akrilik. Daya

tahan dan sifat suatu basis gigi tiruan sangat dipengaruhi oleh bahan basis gigi tiruan

tersebut (Powers JM., dkk., 2008).

2.2.2.1.2 Syarat

Bahan basis gigi tiruan memiliki syarat ideal untuk pembuatan basis gigi

tiruan. Persyaratan ideal untuk bahan basis gigi tiruan dapat dibagi berdasarkan sifat

fisis, mekanis, kemis, biologis dan sifat lain yaitu: (McCabe JF., dkk., 2007 ; Gunadi A.,

2012 ; Zarb, dkk., 2012)

1. Persyaratan Biologis

1. Tidak toksik dan tidak mengiritasi jaringan (biokompatibel)

2. Tidak larut dalam saliva dan tidak mengabsorbsi saliva

3. Jika terjadi proses absorpsi, basis sebaiknya dapat bertahan dari perkembangan

bakteri dan jamur

Universitas Sumatera Utara


22

2. Persyaratan Fisis dan Mekanis

1. Berat jenis rendah

2. Penghantar termal yang baik

3. Kekuatan impak yang cukup untuk tahan terhadap fraktur

4. Warna yang sesuai dengan jaringan sekitar (estetis)

5. Memiliki temperatur glass transition yang mampu untuk mencegah melunak

atau rusaknya selama pemakaian

6. Memiliki stabilitas dimensi yang baik

7. Tidak mudah mengalami abrasi, sehingga bentuk gigi tiruan tetap baik dalam

jangka waktu yang lama

8. Radiopaque, sehingga terlihat saat melakukan foto ronsen

9. Mudah dimanipulasi dan direparasi bila patah atau retak

10. Mudah dibersihkan baik secara mekanis maupus kemis

2.2.2.1.3 Bahan

Bahan yang umumnya digunakan untuk pembuatan basis gigi tiruan

obturator definitif adalah bahan logam dan non logam.

1. Basis Logam

Basis berbahan logam biasanya terbuat dari campuran 2 logam atau lebih

yang disebut dengan alloy, contohnya adalah basis dari kobalt kromium, kobalt

kromium nikel dan nikel kromium (Zarb, dkk., 2012). Basis dengan bahan logam

memiliki beberapa keuntungan apabila dibandingkan dengan bahan non logam yaitu

Universitas Sumatera Utara


23

memiliki stabilitas dimensi yang lebih baik dan kekuatan yang diperoleh maksimal

dengan ketebalan yang minimal. Kerugian dari bahan logam adalah estetik yang kurang

baik serta sulit di perbaiki apabila patah. Bahan berbasis logam digunakan pada pasien

defek maksila edentulus sebagian dimana logamnya berfungsi sebagai mayor dan minor

konektor serta direct dan indirect retainer (Okay, dkk 2001 ; Iqbal Z, 2011)

2. Basis Non Logam

Basis berbahan non logam umumnya terbuat dari bahan polimer dan paling

sering digunakan dalam kedokteran gigi karena memberikan hasil estetik yang lebih

baik serta harga yang lebih terjangkau apabila dibandingkan dengan basis logam. Basis

non logam yang umumnya digunakan sebagai basis gigi tiruan obturator definitif adalah

Resin akrilik polimerisasi panas (RAPP) dan Nilon Termoplastik. Resin akrilik

polimerisasi panas merupakan suatu bahan polimer termoset yang menjadi keras secara

permanen pada saat pembuatannya dan tidak akan melunak ketika dipanaskan kembali.

Proses polimerisasinya yaitu melalui perendaman dalam air yang dipanaskan

menggunakan waterbath maupun dengan microwave (Chladek G, dkk., 2014). Nilon

Termoplastik merupakan suatu bahan polimer termoplastik yang akan melunak ketika

dipanaskan dan mengeras kembali saat didinginkan secara reversibel. Diantara

keduanya yang paling sering digunakan sebagai basis gigi tiruan obturator definitif

yaitu RAPP karena memberikan keuntungan bagi operator seperti proses pembuatan

obturator definitif mudah dan hanya memerlukan peralatan sederhana, mudah dipoles

karena memiliki stabilitas warna yang baik. Selain itu juga memberikan keuntungan

Universitas Sumatera Utara


24

bagi pasien seperti fungsi mastikasi yang baik karena basis RAPP memiliki ketahanan

terhadap banyaknya pergerakan abnormal yang terjadi, memiliki estetik yang baik

karena warnanya yang menyerupai jaringan rongga mulut, harga yang lebih murah,

tidak larut dalam cairan rongga mulut dan tidak mengabsorpsi saliva (Sri ORS, dkk.,

2011 ; Batra, 2013 ; Refai H, dkk., 2017).

2.2.2.2 Obturator Bulb

2.2.2.2.1 Pengertian

Obturator bulb merupakan komponen obturator definitif yang menutupi

rongga daerah defek maksila. Tujuan obturator bulb yaitu untuk menambah retensi dan

stabilisasi basis obturator definitif (Keyf F, 2001; Iqbal Z, 2011 ; Meenakshi dan Shah,

2012 ; Ikusika OF, 2016 ; Joseph AM, 2016).

2.2.2.2.2 Syarat

Syarat obturator bulb ada dua, yaitu perluasan yang maksimal ke rongga

defek undercut dan ringan (Keyf F, 2001 ; Oh WS dan Roumanas ED, 2006 ; Iqbal Z,

dkk., 2011 ; Ikusika OF, 2016 ; Joseph AM, dkk., 2016 ; Singh K dan Gupta N, 2016) :

1. Perluasan maksimal ke rongga defek maksila

Pertimbangan untuk dilakukan perluasan maksimal ke rongga defek,

diantaranya adalah jaringan defek telah mengalami penyembuhan, besarnya kebutuhan

akan retensi, dukungan dan stabilisasi, besar kecilnya ukuran defek dan adanya

undercut di dalam defek. Pada defek maksila yang luas dengan dukungan yang lemah

maka perlu dilakukan perluasan obturator bulb ke arah vertikal yaitu ke daerah dasar

Universitas Sumatera Utara


25

defek dan perluasan obturator bulb ke arah horizontal yaitu ke bagian lateral dari lantai

orbita. Perluasan obturator bulb dibatasi pada pasien yang mengalami trismus dan

bukaan mulut terbatas yaitu dengan dinding medial defek yang lebih rendah daripada

dinding lateral defek (Oki M, dkk., 2006 ; Oh W dan Ruomanas ED, 2007),

2. Ringan

Berat basis dapat dikurangi dengan teknik hollow bulb. Penelitian Oh WS

dan Ruomanas ED (2006) menyebutkan bahwa berat basis dapat berkurang hingga

mencapai 33% dengan teknik hollow. Teknik hollow ada yang terbuka (open bulb) dan

ada yang tertutup (closed bulb). Sebaiknya dibuat hollow bulb tertutup guna

mendapatkan dukungan maksimal di area defek superior serta mencegah bertumpuknya

sekresi air ludah dan sisa makanan yang dapat menambah berat basis seperti halnya

pada hollow bulb yang terbuka sehingga memerlukan frekuensi pembersihan obturator

definitf yang lebih sering.

2.2.2.2.3 Manfaat

Manfaat penutupan defek secara maksimal (Keyf F, 2001 ; Oki M, dkk.,

2006 ; Meenakshi dan Shah, 2012 ; Ikusika OF, 2016 ; Joseph AM, dkk., 2016),

diantaranya adalah:

1. Mendapatkan retensi dan stabilitas obturator definitif yang maksimal

2. Dapat menghasilkan resonansi suara yang lebih baik

3. Membantu fungsi mastikasi dan penelanan secara maksimal

4. Mencegah jatuhnya organ mata dan memperbaiki penampilan wajah

Universitas Sumatera Utara


26

5. Memudahkan pemasangan dan pelepasan obturator definitif

6. Melindungi rongga defek yang terbuka

2.2.2.2.4 Bahan

Bahan-bahan yang umumnya digunakan untuk basis obturator bulb adalah

Resin Akrilik Polimerisasi Panas, Nilon Termoplastik dan Soft Denture Lining (SDL)

1 . Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Resin Akrilik Polimerisasi Panas (RAPP) selain berfungsi sebagai basis gigi

tiruan dapat juga berfungsi sebagai obturator bulb. Namun karena sifat bahan RAPP

yang rigid dan kaku, perluasan obturator bulb RAPP ke daerah defek menimbulkan rasa

sakit dan berakibat bertambah beratnya basis. Berat basis RAPP dapat dikurangi dengan

menggunakan hollow bulb. Desain hollow pada RAPP sebaiknya terbuka dikarenakan

sifat bahannya yang rigid dan kaku akan menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan

saat penggunaan, pemasangan dan pelepasan basis obturator definitif. Rasa sakit yang

ditimbulkan jika menyentuh jaringan defek dapat diatasi dengan cara merilief atau

memblocking out daerah undercut defek untuk mencegah kontak langsung dengan

jaringan defek yang sensitif. Akan tetapi cara ini dapat mengurangi dukungan terhadap

retensi dan stabilitas obturator definitif serta membatasi fungsi mastikasi di daerah defek

(Keyf F, 2001 ; Oh WS dan Roumanas, 2006 ; Ikusika OF, 2016).

2. Nilon Termoplastik

Nilon termoplastik selain berfungsi sebagai basis gigi tiruan juga dapat

berfungsi sebagai obturator bulb. Nilon termoplastik merupakan basis gigi tiruan

Universitas Sumatera Utara


27

fleksibel yang memiliki sifat fisis dan estetis yang baik, derajat fleksibilitas dan

stabilitas yang sangat baik dan dapat dibuat dengan ketebalan yang lebih tipis

dibandingkan resin akrilik, sehingga sangat fleksibel, ringan dan tidak mudah patah

Namun bahan ini memiliki kekurangan yaitu sifat bahannya yang tidak cukup kuat

menahan beban pengunyahan, mudah menyerap air, mudah berubah warna dan sulit

untuk dilakukan pemolesan sehingga memiliki permukaan yang lebih kasar

dibandingkan resin akrilik. Permukaan basis yang kasar memudahkan perlekatan stain

dan plak mikroba sehingga dapat menyebabkan mikrotrauma pada jaringan mulut (Sri

ORS, 2011; Batra P, 2013 ; Kim HJ, dkk., 2014 ; Refai H, dkk., 2017).

3. Soft Denture Lining (SDL)

Bahan SDL merupakan bahan yang paling sering digunakan sebagai basis

obturator bulb dikarenakan sifatnya yang soft dan resilien sehingga mampu

memanfaatkan daerah undercut sebagai penambah retensi dan stabilisasi obturator

definitif tanpa mengakibatkan timbulnya rasa sakit dan ketidaknyamanan saat

penggunaan, pemasangan dan pelepasan (Mahajan H dan Gupta K, 2012 ; Ikusika OF,

2016 ; Joseph AM, 2016 ; Refai H, dkk., 2017). Kekurangannya adalah SDL tidak dapat

dapat dibuat hollow sehingga dapat menambah berat obturator. Kekurangan ini dapat

diatasi dengan menjadikan RAPP sebagai rangka dari hollow bulb bahan SDL (Hollow

core). Bahan SDL yang resilien diaplikasikan ke permukaan rangka RAPP yang

berhadapan dengan daerah undercut defek sehingga menghasilkan cushioning effect

atau efek seperti bantalan diantara basis dan defek. Bantalan ini akan memberikan dan

Universitas Sumatera Utara


28

meningkatkan fungsi mastikasi pasien (Rodrigues S, 2013 ; Salloum AM, 2013 ;

Chladek G, 2014 ; Ikusika OF, 2016 ; Joseph AM, 2016 ; Oki M, dkk., 2016).

2.3 Soft Denture Lining (SDL)

2.3.1 Pengertian

Soft Denture Lining (SDL) menurut pengertian ISO merupakan suatu bahan

soft yang paling sering digunakan dalam prostodontik sebagai bahan pelapis lunak yang

sifat softnya tetap bertahan setelah polimerisasi (Chladek G, 2014 ; .Banarjee KL dkk.,

2015). Bahan soft ini dilapisi diatas permukaan basis gigi tiruan yang berhadapan pada

daerah defek dan pada daerah lainnya yang memiliki jaringan undercut (Keyf F, 2001 ;

Oh WS dan Roumanas, 2006 ; Ikusika OF, 2016 ; Joseph AM, 2016 ; Refai H, 2017).

Bahan Soft Denture Lining (SDL) tidak digunakan pada gigi tiruan lepasan

yang buruk atau tidak memenuhi syarat pembuatan basis akan tetapi digunakan pada

pasien yang menggunakan gigi tiruan dengan kelainan pada mukosa dan jaringan

pendukungnya. Bahan SDL diaplikasikan pada permukaan intaglio basis gigitiruan,

terutama yang berkontak langsung dengan linggir atau mukosa yang bermasalah,

sehingga terdapat bantalan diantara basis gigitiruan RAPP dan permukaan linggir atau

mukosa. Bantalan ini akan memberikan cushioning effect dan meningkatkan fungsi

mastikasi pasien (Salloum AM, 2013 ; Chladek G, 2014 ; Banerjee KL, dkk., 2015 ;

Ikusika OF, 2016 ; Joseph AM, dkk., 2016 ; Oki M, dkk., 2016).

Universitas Sumatera Utara


29

2.3.2 Fungsi dan Indikasi SDL

Fungsi dan indikasi Soft Denture Lining secara umum (Yanikoglu ND dkk.,

2004 ; Menakshi dan Shah, 2012 ; Chladek G, dkk., 2014 ; Akin H, dkk., 2014 ; Joseph

AM, dkk., 2016 ; Oki M, dkk., 2016 ; Singh K dan Gupta N, 2016), diantaranya yaitu :

1. Menggantikan ketebalan mukoperiosteum yang berkurang pada pasien dengan

resorpsi linggir yang parah akibat lamanya pemakaian gigi tiruan

2. Mengatasi keluhan rasa sakit dan ketidaknyamanan pasien menggunakan

gigitiruan yang basisnya terbuat dari resin akrilik yang keras dan kaku, terutama

pada pasien yang memiliki defek, linggir tajam dan tipis, linggir dengan undercut,

mukosa yang tipis dan tidak resilien

3. Memudahkan saat melepas meupun memasang prothesa yang berada pada daerah

undercut

4. Mendistribusikan beban atau tekanan secara merata ke seluruh jaringan pendukung

gigi tiruan

5. Memberi kenyamanan pada pasien pengguna gigi tiruan yang memiliki masalah

bruxism dan xerostomia

6. Menentukan diagnosa sementara penyebab keluhan rasa sakit yang

berkepanjangan dari pasien

7. Sebagai bahan cetak fungsional untuk memperbaiki basis gigi tiruan lama

sementara menunggu pembuatan gigi tiruan yang baru

Universitas Sumatera Utara


30

8. Mengurangi tekanan pada daerah mukosa pasca operasi pencabutan gigi dan

pembedahan implan

9. Menambah retensi dan stabilisasi obturator pada pasien dengan defek maksila

karena sifat bahannya yang soft mampu memasuki daerah undercut

Penelitian Ikusika OF (2016) membandingkan kemampuan mastikasi pasien

defek maksila yang sama saat menggunakan obturator definitif dengan hollow bulb yang

keseluruhan dari bahan RAPP dan saat menggunakan obturator definitif dengan hollow-

core yaitu rangka RAPP nya dilapisi bahan SDL. Hasilnya menunjukkan bahwa

kemampuan mastikasi pada daerah bergigi adalah sebesar 98,35%, pada daerah defek

yang menggunakan RAPP hollow bulb adalah 18,35% dan pada daerah defek yang

menggunakan RAPP hollow-core yang dilapisi bahan SDL adalah 60,40%.

2.3.3 Syarat Ideal

Syarat ideal yang sebaiknya dimiliki oleh Soft denture lining (Yanikoglu ND

dkk., 2004 ; Mese A, 2006 ; Cavalcanti, dkk., 2012 ; Chladek G, dkk., 2014),

diantaranya yaitu :

1. Kekuatan lekat yang tinggi

Kekuatan lekat yang tinggi yaitu perlekatan yang kuat antara dua jenis

bahan berbeda, yaitu antara SDL dengan basis RAPP. Kekuatan lekat yang tinggi dapat

mencegah terjadinya mikroleakage, penumpukan plak dan perkembangan mikroba.

Mikroleakage yang terjadi dapat menyebabkan kolonisasi candida albicans sehingga

Universitas Sumatera Utara


31

mengakibatkan fungsi SDL terganggu. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi

kekuatan lekat dan terdapat beberapa metode untuk mengatasinya

2. Sifat soft yang permanen

Sifat soft yang permanen yaitu sifat soft yang mampu bertahan dalam

jangka waktu yang lama, yang tidak mudah terpengaruh oleh faktor seperti perendaman

dalam air. Sifat soft yang permanen yaitu sifat soft yang dapat bertahan beberapa bulan

sampai beberapa tahun. Sifat soft permanen sangat dibutuhkan pasien defek maksila

yang memiliki jaringan defek yang sensitif dan memiliki undercut. Jika soft tidak dapat

bertahan lama maka memerlukan aplikasi soft yang berulang yang mengakibatkan

bertambah beratnya basis.

3. Resorpsi air yang rendah

Penyerapan air yang minimal saat SDL direndam dalam air atau bahan

pembersih gigi tiruan dipengaruhi oleh tipe filler yang digunakan dan kemampuan

melekatnya pada polimer. Penambahan bahan filler antimikroba seperti nano-silver dan

white-coloured ceramics serta penggunaan bahan denture cleanser antimikroba seperti

nystatin, miconazole, chlorhexidine dan fluconazole pada SDL dapat menghambat

pertumbuhan mikroba dan kolonisasi candida albicans tanpa menyebabkan resorpsi

yang berlebihan.

4. Stabilitas Dimensi

Stabilitas dimensi merupakan kemampuan SDL untuk mempertahankan

bentuknya baik sebelum maupun setelah proses, yaitu tidak larut dalam cairan apapun

Universitas Sumatera Utara


32

termasuk cairan dalam rongga mulut, tidak mudah erosi dan tahan terhadap korosi.

Stabilitas dimensi sangat dipengaruhi oleh faktor aging dan tingkat penyerapan air.

SDL yang mudah menyerap air akan menyebabkan basis gigi tiruan bertambah berat

sehingga stabilitas dimensi basis gigi tiruan terganggu.

5. Stabilitas Warna

Stabiltas warna pada SDL dipengaruhi lamanya waktu pemakaian SDL,

porositas bahan SDL, penggunaan bahan nondesinfektan seperti alkohol, kopi, teh,

pewarna makanan dan nikotin serta bahan desinfektan seperti perborate, chlorhexidine

digluconate 2% serta bahan filler antimikroba seperti nano-silver. Untuk meminimalisir

terjadinya perubahan warna pada SDL dapat dilakukan dengan perendaman dalam air

dengan menaikkan derajat temperature (Chladek G, dkk., 2014).

6. Mudah dalam pembuatan

Mudah dalam pembuatan tergantung pada konsistensi bahan yang digunakan

pada basis gigi tiruan. Pembuatan obturator pada pasien dengan defek maksila memiliki

tingkat kesulitan tinggi terutama jika memiliki defek besar sehingga perlu dibantu

dengan bahan yang mudah untuk diaplikasikan saat pembuatan. Bahan dalam bentuk

pasta umumnya lebih mudah diaplikasikan daripada dalam bentuk powder dan liquid

(Mese A, 2006 ; Mutluay, 2008 ; Gupta N, 2013 ; Chladek G, dkk., 2014).

7. Biokompatibel

Bahan SDL harus biokompatibel. SDL yang biokompatibel adalah yang dapat

diterima dan tidak beracun, tidak mengiritasi jaringan serta bebas dari kolonisasi

Universitas Sumatera Utara


33

Candida albicans dan mikroorganisme lainnya. Cell Culture Test dan XTT test dapat

digunakan untuk meneliti tingkat biokompatibel SDL. Komponen SDL yang memiliki

plasticizer dapat larut dalam saliva manusia 20 kali lebih besar daripada di dalam air

dan lepasnya plasticizer menyebabkan iritasi pada mukosa. Plasticizernya yang berisi

dibutyl phthalate merupakan aromatic ester yang tidak terikat dgn resin sehingga mudah

lepas. Phthalate yang lepas memberikan efek biologis yang buruk seperti terjadinya

denture stomatitis, kelainan hormonal, keracunan organ reproduksi, tumor

hepatocellular, kelainan genital, keracunan selama periode perkembangan janin (Hong

G, dkk., 2004 ; Munksgaard EC, dkk., 2004 ; Chladek G, dkk., 2014).

2.3.4 Klasifikasi

SDL telah digunakan dalam kedokteran gigi lebih dari satu abad yang lalu

oleh Twichell pada tahun 1869 dalam bentuk karet lunak yang masih alami. Pada tahun

1945, Tylman memperkenalkan SDL dalam bentuk plasticized polyvinyl resin yang

kemudian dilanjutkan dengan silicones elastomer yang diperkenalkan pada tahun 1958

(Mese A, 2006 ; Mahajan N dan Datta K, 2010 ; Salloum AM., 2013).

ISO mengklasifikasikan bahan Soft Denture Lining (SDL) menjadi 2, yaitu :

Short term (Jangka pendek) dan Long term (Jangka panjang) (Chladek G dkk., 2014) :

2.3.4.1 Short Term SDL

Short term SDL adalah SDL yang bersifat temporary atau sementara. Bahan

yang merupakan kategori Short Term SDL adalah Tissue conditioner.

Universitas Sumatera Utara


34

2.3.4.1.1 Tissue conditioner

a. Komposisi

Tissue conditioner tersedia dalam bentuk powder dan liquid. Powdernya yaitu

amorphous polymers polyethyl methacrylate (PEMA) tanpa initiator sehingga tidak

cross-linked. PEMA sulit dipenetrasi oleh plasticizer maka memerlukan alkohol untuk

memfasilitasi. Liquid terdiri dari ester-based plasticizer and 4-50 wt% ethyl alcohol

(EtOH). Plasticizernya yang berisi dibutyl phthalate merupakan aromatic ester yang

tidak terikat dengan resin sehingga mudah lepas. Hal ini dipengaruhi oleh besarnya

kandungan etanol, makin besar kandungan etanol maka makin cepat plasticizer

dilepas.Salah satu contoh bahan Tissue conditioner adalah Visco gel (Munksgaard EC,

dkk., 2004 ; Chladek G, dkk., 2014 ; Chauhan M, dkk., 2018). Indikasi penggunaan

Tissue conditioner dibatasi hanya untuk kasus yang sifatnya sementara atau jangka

pendek yang memerlukan aplikasi berulang setiap 2-3 hari sekali. Penggunaan Tissue

conditioner pada pasien dengan defek maksila harus diikuti dengan penggunaan

Antimikroba agent seperti klorheksidin, clotrimazole, fluconazole, and nystatin (Refai

H, dkk., 2017 (Chladek G, dkk., 2014 ; Banarjee KL, 2015 ; Rodrigues S, dkk., 2013).

b. Kelebihan (Chladek, dkk., 2014) :

1. Harga murah dan bahan mudah diperoleh

2. Perawatan lebih mudah dan cepat karena dapat diaplikasikan secara langsung

3. Tissue conditioner bersifat sementara sehingga dapat digunakan untuk menilai

manfaat penggunaan SDL bagi pasien

Universitas Sumatera Utara


35

c. Kekurangan (Munksgard EC, 2005 ; Chladek, dkk., 2014; Banarjee KL, 2015) :

1. Lebih cepat mengeras dibanding SDL lainnya karena sifat softnya berasal dari

plasticizer yang mudah lepas sehingga hanya dapat digunakan untuk beberapa hari

sampai dengan 1 minggu

2. Paling tidak biokompatibel karena memiliki kandungan Plasticizer yang paling

tinggi. Plasticizer yang lepas di rongga mulut sangat berbahaya bagi kesehatan

rongga mulut dan paling mudah menyebabkan terjadinya denture stomatitis

3. Mudah terjadinya kekasaran permukaan yang terjadi dalam waktu 3-4 hari

setelah pemakaian, sehingga memerlukan aplikasi berulang

4. Tingkat pertumbuhan mikroorganisma dan kolonisasi candida albicans lebih

besar dibandingkan SDL lainnya dikarenakan bentuk permukaannya yang lebih

kasar dan tidak beraturan pada saat mengeras.

5. Mudah terjadi perubahan warna setelah perendaman dengan denture cleanser.

2.3.4.2 Long Term SDL

Long term SDL adalah SDL yang bersifat definitif atau permanen, yaitu yang

dapat digunakan dalam waktu lebih dari 4 minggu sampai beberapa bulan, bahkan

sampai beberapa tahun. (Akin H, dkk., 2014 ; Rodrigues S, dkk., 2013 ; Banerjee

KL,dkk., 2015). Soft Denture Lining (SDL) yang dapat digunakan dalam jangka panjang

dikelompokkan menjadi dua yaitu Plasticized acrylic resin atau Akrilik SDL dan

Silikon elastomer atau Silikon SDL. Masing-masing Akrilik SDL dan Silikon SDL

terbagi lagi menjadi dua yaitu Autopolymerized (autocured atau roomtemperature

Universitas Sumatera Utara


36

vulcanized (RTV) dan Heatpolymerized (heatcured atau heat-temperature vulcanized

(HTV). Autopolymerized Akrilik SDL dan Autopolymerized Silikon SDL disebut juga

dengan Chairside SDL dikarenakan aplikasinya yang dapat dilakukan langsung ke

mulut pasien sedangkan Heatpolymerized Akrilik SDL dan Heatpolymerized Silikon

SDL harus melewati proses laboratorium. (Mahajan N dan Datta K, 2010 ; Chladek G,

dkk., 2014 ; Banerjee KL, dkk., 2015). Long term SDL merupakan jenis SDL yang

umumnya digunakan sebagai bahan lining obturator definitif yang memiliki jaringan

defek yang bermasalah dibawahnya seperti jaringan undercut yang parah (Keyf F, 2001

; Ikusika OF, 2012 ; Banarjee, 2015 ; Joseph AM,dkk., 2016).

2.3.4.2.1 Autopolymerized Akrilik Soft Denture Lining

a. Komposisi (Chladek G, dkk., 2014 ; Mahajan N dan Datta K, 2010) :

Komposisi bahan polimer Autopolymerized Akrilik SDL sama dengan tissue

conditioner. Powdernya dari Poly (ethyl methacrylate) dengan radikal initiator (seperti

organic peroxide). Komposisi liquid Autopolymerized Akrilik SDL terdiri dari

monomer akrilik yang high-moleculer-weight-monomer seperti ethyl methacrylate, n-

propyl methacrylate atau n-butyl methacrylate. Plasticizernya seperti aromatic ester

(contoh dibutyl phthalate) ; dan dimethacrylate cross-linking agent seperti ethylene

glycol dimethacrylate. Plasticizer Autopolymerized Akrilik SDL merupakan plasticizer

konvensional yang tidak terikat dengan resin, sehingga mudah lepas. Lepasnya

plasticizer akan mempengaruhi sifat mekanis dari Akrilik SDL. High-moleculer weight-

Universitas Sumatera Utara


37

monomer memberikan kesempatan bahan menjadi soft sehingga sedikit plasticizer yang

diperlukan. Contohnya adalah Vertex SC, Permasoft, Flexacryl dan Durabase.

b. Kelebihan (Rodrigues S, 2013 ; Gupta N, 2013 ; Goiato MC, 2015) :

1. Memiliki fungsi mastikasi yang baik

2. Perlekatannya kuat ke basis RAPP karena memiliki struktur molekul yang sama

3. Mudah dibersihkan oleh air dan denture cleanser karena sifatnya yang hidrofilik

c. Kekurangan (Meşe A, 2006 ; Chladek G, dkk., 2014 ; Yanikoglu ND, dkk., 2014) :

1. Sifat soft tidak bertahan lama karena berasal dari plasticizer yang mudah lepas

saat berada dalam saliva dan saat perendaman dalam air serta denture cleanser.

Sifat soft Autopolymerized Akrilik SDL menurun secara signifikan dalam waktu 6

bulan perendaman dalam air

2. Lebih mudah bertambah berat seiring waktu pemakaian sehingga mempengaruhi

kestabilan dimensi. Hal ini dikarenakan sifat bahannya yang hidrofilik sehingga

menyerap air saat direndam dalam air dan denture cleanser.

3. Kekuatan lekat baik pada basis RAPP namun tidak bertahan lama dikarenakan

faktor aging selama pemakaian dan sifat penyerapan airnya yang besar.

4. Warna yang kurang stabil dikarenakan sifatnya yang hidrofilik sehingga mampu

menyerap larutan yang berwarna baik dari makanan dan minuman maupun

pewarnaan dari denture cleanser.

Universitas Sumatera Utara


38

5. Kurang biokompatibel dikarenakan lepasnya plasticizer dalam saliva akan

membahayakan kesehatan jaringan di sekitar rongga mulut dengan derajat yang

berbeda tergantung pada konsentrasi plasticizer yang dilepas.

6. Kandungan plasticizer dalam Autopolymerized Akrilik SDL tidak terikat dengan

resin sehingga plasticizer mudah lepas. Kecepatan lepasnya plasticizer tergantung

pada konsentrasi etanol, makin besar kandungan etanol maka makin cepat

plasticizer dilepas.

7. Polimer banyak menyerap air saat direndam dalam air atau denture cleanser untuk

menggantikan plasticizer yang lepas. Nilai penyerapan air pada Autopolymerized

Akrilik SDL sebesar 1.18% dalam air destilasi

2.3.4.2.2 Heatpolymarized Akrilik SDL

a. Komposisi (Chladek G, dkk., 2014 ; Nakhaei M, dkk., 2016) :

Komposisi bahan Heatpolymerized Akrilik SDL terdiri dari powder Poly

(Methyl/Ethyl-Methacrylate) dengan radikal initiator (organic peroxide). Liquid terdiri

dari Plasticizers Dioctylmaleate (Polymerizeable plasticizer) dan dengan high-

moleculer-weight-monomer. Dioctylmaleate yaitu plasticizer yang tidak mudah lepas

dari resin jika dibandingkan dengan plasticizer konvensional. Komponen polymer

amorphous cross link pada suhu tinggi. Contohnya adalah Supersoft, Eversoft dan

Vertex RS

b. Kelebihan (Hong G, dkk., 2004 ; Meşe A., 2006 ; Oh WS dan Roumanans, 2007 ;

Chladek G, dkk., 2014 ; Banerjee KL, dkk., 2015 ; Goiato Mc, dkk., 2015) :

Universitas Sumatera Utara


39

1. Memiliki fungsi mastikasi yang baik

2. Memiliki kekuatan lekat paling baik pada basis gigi tiruan RAPP. Hal ini

disebabkan tingginya temperatur selama polimerisasi dan struktur kimia yang sama

antara Heatpolymerized Akrilik SDL dengan basis RAPP sehingga dapat

memfasilitasi difusi molekul methacrylate Akrilik SDL ke basis RAPP dengan

lebih baik.

3. Heatpolymerized Akrilik SDL memiliki warna dan dimensi yang lebih stabil

daripada Autopolymerized Akrilik SDL

4. Jenis Plasticizer yang dimiliki tidak mudah lepas sehingga sifat soft dapat

bertahan lebih lama dan lebih aman digunakan daripada Autopolymerized Akrilik

SDL

c. Kekurangan (Meşe A., 2006 ; Gupta N, 2013 ; Chladek G, dkk., 2014 ; Banerjee

KL, dkk., 2015) :

Bahan sulit dimanipulasi dan sulit diperkirakan tebal bahan SDL yang diperlukan

secara akurat disebabkan bahannya terdiri dari polimer dan monomer.

2.3.4.2.3 Autopolymarized Silikon SDL

a. Komposisi (Mahajan N dan Datta K, 2010 ; Atsu S dan Keskin Y, 2013 ; Akin H,

dkk., 2014 ; Chladek G, dkk., 2014)

Tersedia dalam bentuk dua pasta, yaitu base dan catalyst. Base terdiri dari vinyl-

terminated polydimethylsiloxanes dengan hydride-terminated polydimethylsiloxanes.

Catalyst merupakan campuran vinyl-terminated polydimethylsiloxanes dengan catalyst

Universitas Sumatera Utara


40

platinum. Polimer dimethylsiloxane sama dengan komposisi kimia dari bahan cetak

silikon, yaitu merupakan cairan kental yang dapat cross-linked pada suhu ruang (room

temperature) membentuk karet dengan sifat elastik yang baik.

Autopolymerized Silikon SDL disebut juga dengan “chair-side” Silikon SDL

karena mampu mengeras pada suhu yang rendah di dalam mulut. Waktu

polimerisasinya dapat segera terjadi beberapa jam setelah aplikasi dan lebih cepat

daripada Heatpolymerized Silikon SDL. Silikon SDL tidak bergantung pada plasticizer

untuk memproduksi sifat soft dan tetap bertahan sifat softnya sepanjang waktu.

Contohnya adalah Permaflex, Ufi Gel SC, Ufi Gel P, Mollosil Plus, Mollosil, Tokuyama

soft, Mucopren Soft, Dentusil, GC Reline Soft, GC Reline ultra Soft, Sofreliner Tough

Mucosoft.

Gambar 2.4 Autopolymerized silikon SDL (Mollosil), (B) Lustrol,


(C) Mollosil adhesive 03007
Sumber : Mahajan N and Datta K. Comparison of Bond Strength
of Auto Polymerizing, Heat Cure Soft Denture Liners with Denture
Base Resin - An In Vitro Study. Journal of Indian Prosthodontic
Society (March 2010) 10: 31-35.

Universitas Sumatera Utara


41

b. Kelebihan (Mese A., 2006 ; Yanikoglu ND, dkk., 2010 ; Rodrigues S, dkk., 2013 ;

Chladek G, dkk., 2014 ; Banerjee KL dkk., 2015 ; Joseph AM, dkk., 2016) :

1. Sifat soft pada Silikon SDL adalah sifat soft yang permanen yang mampu

bertahan lama. Hal ini dikarenakan sifat softnya tidak bergantung pada plasticizer

2. Silikon SDL memiliki penyerapan air yang rendah yaitu 0.30 % sehingga

menjadi lebih stabil dalam warna dan dimensinya

3. Memiliki sifat “shock absorption” yang baik sehingga tekanan yang diberikan

menjadi lebih ringan dan terdistribusi merata

4. Bersifat biokompatibel sehingga aman digunakan pada daerah undercut defek

maksila

c. Kekurangan (Meşe A, 2006 ; Mahajan N dan Datta K., 2010 ; Chladek G, dkk.,

2014 ; Oki M, dkk., 2016)

1. Stain lebih mudah melekat dan sulit untuk dilepaskan. Hal ini disebabkan

sifatnya yang hidrofobik sehingga sulit dibersihkan dengan air maupun denture

cleanser. Nilai penyerapan airnya rendah, yaitu 0.30% dalam air destilasi

2. Lemahnya kekuatan lekat SDL pada basis gigi tiruan RAPP disebabkan

perbedaan struktur molekul antara keduanya.

3. Ketebalan SDL yang akurat sulit diperoleh dan dapat menghasilkan

permukaan SDL yang poreus disebabkan metode pembuatannya yang langsung

dalam mulut pasien

Universitas Sumatera Utara


42

2.3.4.2.4 Heatpolymerized Silikon SDL

a. Komposisi (Mutluay MM, dkk., 2008 ; Bayati OH, dkk., 2012 ; Atsu S dan

Keskin Y, 2013 ; Akin H, dkk., 2014 ; Chladek G, dkk., 2014) :

Heatpolymerized Silikon SDL tersedia dalam bentuk pasta dengan satu buah

adhesif (propyl trimethoxysilan). Komposisi terdiri dari Polymer Polydimethylsiloxanes

dengan organic peroxide (benzoyl peroxide). Kedua bahan ini akan crosslink dengan

radikal bebas yang dihasilkan oleh dekomposisi bahan organic peroxide pada suhu

tinggi. Contohnya adalah Molloplast B, Permaflex, Flexor dan Luci-Soft.

Gambar 2.5 Heatpolymerized silikon SDL (Molloplast B)


(A) Primo adhesive 03004, (B) Molloplast-B (silicone based
heat cure soft liner)
Sumber : Mahajan N and Datta K. Comparison of Bond Strength
of Auto Polymerizing, Heat Cure Soft Denture Liners with
Denture Base Resin - An In Vitro Study. Journal of Indian
Prosthodontic Society (March 2010) 10: 31-35.

Universitas Sumatera Utara


43

b. Kelebihan (Akin H, dkk., 2010; Mahajan N dan Datta K, 2010 ; Oki M, dkk.,;

Ikusika OF, 2016 ; Joseph Am, dkk., 2016)

1. Memiliki sifat soft yang bertahan lebih lama daripada SDL lainnya, yaitu

selama 3-6 tahun pemakaian. Hal ini karenakan sifat softnya berasal dari bahan

Silikon itu sendiri yaitu polimer dimethyl siloxane dan melalui proses pemanasan

2. Bahannya berupa pasta sehingga paling mudah manipulasinya tanpa adanya

pencampuran antara polimer dan monomer ataupun antara base dan catalyst.

3. Memiliki kemampuan menyerap tekanan terbaik.

4. Dapat menghasilkan ketebalan SDL yang akurat dengan menggunakan spacer

yang terbuat dari putty, baseplate wax (Gupta N, 2013)

5. Lebih biokompatibel karena tidak mengandung plasticizer dalam

komposisinya. Heatpolymerized Silikon SDL paling biokompatibel dibandingkan

Autopolymerized Silikon SDL

6. Lebih baik ikatannya terhadap filler dan kecepatan cross-lingking yang paling

besar sehingga menghasilkan bahan yang lebih padat yang mampu mencegah

masuknya air ke celah micro bahan

c. Kekurangan (Nailk AV dan Jabade JL, 2005 ; Mese A, 2008 ; Rodrigues, 2013 ;

Chladek G, dkk., 2014 ; Salloum AM, 2014)

Heatpolymerized Silikon SDL hanya memiliki satu kekurangan, yaitu lemahnya

kekuatan lekat pada basis gigi tiruan yang umumnya terbuat dari bahan resin akrilik

polimerisasi panas. Kedua bahan tersebut memiliki perbedaan struktur molekul sehingga

Universitas Sumatera Utara


44

tidak dapat berikatan secara kimia. Akan tetapi kekuatan lekat Heatpolymerized Silikon

SDL pada basis RAPP masih lebih baik daripada Autopolymerized Silikon SDL karena

polimerisasinya melalui proses pemanasan.

2.4 Desain Bahan Obturator Definitif

Bahan obturator definitif yang digunakan dipilih dengan mempertimbangkan

kondisi defek maksila pada pasien edentulus penuh dan edentulus sebagian. Prognosis

keberhasilan penggunaan obturator definitif pada pasien edentulus sebagian dengan

defek yang luas masih cukup baik karena masih adanya retensi direct dan indirect dari

gigi geligi. Sementara prognosis keberhasilan penggunaan obturator definitif pada

pasien edentulus penuh dengan defek yang luas menjadi suatu hal yang sulit karena

faktor retensinya sangat bergantung hanya pada kondisi defek, yaitu pada besar kecilnya

ukuran defek, lokasi defek di palatum keras atau lunak, jaringan yang berada di dalam

defek, kesembuhan jaringan dibawah defek serta banyak sedikitnya undercut defek

(Keyf F, 2001 ; Iqbal Z, 2011 ; Ikusika OF, 2016 ; Joseph AM, dkk., 2016).

Modifikasi desain bahan obturator definitif (Basis gigi tiruan dan obturator

bulb), diantaranya adalah :

2.4.1 Gabungan Resin Akrilik Polimerisasi Panas (RAPP)

Kelebihan dan kekurangan Obturator definitif yang keseluruhannya

menggunakan bahan RAPP (Keyf F, 2001 ; Oh WS dan Roumanas, 2006 ; Ikusika OF,

2016), diantaranya adalah :

a. Kelebihan desain bahan basis, diantaranya adalah :

Universitas Sumatera Utara


45

(1) Proses pembuatan tidak sulit karena menggunakan satu jenis bahan yang sama

pada basis gigi tiruan dan obturator bulb yaitu RAPP

(2) Berat basis obturator bulb RAPP dapat dikurangi dengan membuat hollow

b. Kekurangan desain bahan basis, diantaranya adalah :

(1) Tidak dapat digunakan pada pasien edentulus penuh yang memiliki defek yang

luas dan undercut yang banyak. Hanya dapat dilakukan pada pasien yang

edentulus sebagian dengan defek maksila yang kecil, tidak memiliki banyak

undercut dan kondisi jaringan defek yang tidak sensitif

(2) Basis kurang retentif dan kurang stabil karena bahan RAPP tidak dapat

memanfaatkan daerah undercut sebagai penambah retensi

(3) Hollow bulb yang dibuat tidak dapat tertutup karena dapat menimbulkan rasa

sakit di daerah defek disebabkan tekanan berlebih dari bahan obturator bulb RAPP

yang rigid dan kaku. Hollow bulb terbuka lebih mudah terjadi penumpukan sekresi

air ludah dan pernafasan sehingga harus sering dibersihkan

Gambar 2.6 Obturator definitif RAPP


Sumber Oh WS and Roumanas ED. Double-processing
technique for a maxillary obturator. Journal of
Prosthodontics (2006)

Universitas Sumatera Utara


46

2.4.2 Gabungan Nilon Termoplastik

Kelebihan dan kekurangan obturator definitif yang keseluruhannya

menggunakan bahan Nilon Termoplastik (Keyf F, 2001 ; Sri ORS, dkk 2011 ; Batra P,

2013 ; Kim JH, dkk., 2014 ; Refai H, 2017) :

a. Kelebihan desain bahan basis :

(1) Bahan aman tidak toksik

(2) Sifat bahan lentur sehingga menjadi lebih retentif serta memudahkan

pemasangan dan pelepasan obturator

(3) Memberikan estetik pada gigi menggunakan desain retainer wrap around

(4) Dapat digunakan pada pasien yang alergi bahan RAPP

(5) Basis dapat dibuat lebih tipis

b. Kekurangan :

(1) Biaya instrumen dan perlengkapan mahal dan sulit diperoleh

(2) Fungsi mastikasi pada daerah defek rendah

(3) Tidak dapat digunakan pada defek yang besar

(4) Pembuatannya rumit

(5) Stabilitas warna rendah

(6) Permukaan basis kasar sehingga memudahkan plak bakteri melekat

(7) Retensi mekanis pada gigi sulit diperoleh

(8) Tidak dapat dibuat hollow

(9) Tidak dapat digabungkan dengan bahan RAPP dan bahan lainnya

Universitas Sumatera Utara


47

Gambar 2.7 Obturator definitive Nilon Termoplastik


Sumber Refai H, dkk. Evaluation of Two Different
Obturator's Linings on Retention in Maxillectomy
Patients European Journal of Academic Essays
4(2): 39-45, 2017.

2.4.3 Gabungan Resin Akrilik Polimerisasi Panas (RAPP) dan Akrilik Soft

Denture Lining (SDL)

Kelebihan dan kekurangan obturator definitif yang menggunakan bahan

RAPP sebagai basis gigi tiruan dan bahan Akrilik SDL sebagai obturator bulb.

a. Kelebihan desain bahan basis :

(1) Retentif dan stabil karena menggunakan bahan SDL yang soft sehingga dapat

memasuki daerah undercut yang paling dalam dan memanfaatkannya sebagai

penambah retensi dan stabilisasi obturator definitif

(2) Kekuatan lekat basis obturator bulb Akrilik SDL dan basis gigi tiruan RAPP

cukup kuat karena memiliki struktur molekul yang sama.

b. Kekurangan desain bahan basis :

(1) Sifat soft akrilik SDL tidak dapat bertahan lama

(2) Tidak biokompatibel karena mengandung plasticizer

Universitas Sumatera Utara


48

(3) Mudah menyerap air sehingga mudah bertambah berat basisnya

(4) Ketebalan bahan yang akurat sulit diperoleh.

2.4.4 Gabungan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dan Silikon Soft Denture

Lining (SDL)

Kelebihan dan kekurangan obturator definitif yang menggunakan bahan

RAPP sebagai basis gigi tiruan dan Silikon SDL sebagai obturator bulb (Keyf, 2001 ;

Iqbal Z, 2011 ; Meenakshi dan Shah, 2012 ; Ikusika OF, 2016 ; Joseph AM, 2016 ; Oki

M, dkk., 2016), diantaranya yaitu :

a. Kelebihan

(1) Meningkatkan fungsi mastikasi

Bahan RAPP yang rigid dikombinasikan dengan bahan Silikon SDL yang memiliki

“cushioning effect” atau efek seperti bantalan. Penelitian Ikusika (2016)

menyebutkan bahwa kemampuan mastikasi pasien pada daerah defek yang

menggabungkan kedua bahan ini adalah 60,40% sementara kemampuan mastikasi

pasien hanya 18,35% pada daerah defek yang keseluruhannya hanya menggunakan

bahan RAPP.

(2) Dapat dibuatkan pada pasien yang memiliki defek yang luas dan undercut

yang banyak tanpa mengiritasi jaringan defek karena sifat bahan yang

biokompatibel

Universitas Sumatera Utara


49

(3) Silikon SDL dapat memasuki daerah undercut defek yang paling dalam tanpa

menimbulkan rasa sakit sehingga obturator definitif menjadi lebih retentif dan

stabil.

(4) Tidak perlu sering melakukan aplikasi berulang karena Silikon yang digunakan

adalah jenis Silikon yang dapat digunakan untuk jangka panjang. Sifat soft yang

dimiliki Silikon bertahan paling lama (beberapa bulan sampai beberapa tahun)

(5) Berat basis dapat dikurangi dengan membuat hollow core.

Basis RAPP digunakan sebagai rangka hollow-nya kemudian permukaan rangka

yang menyentuh daerah defek undercut dilapisi bahan Silikon SDL. Dengan

demikian ketebalan Silikon SDL yang diperoleh dapat lebih akurat (Ikusika OF,

2016)

(5) Kemampuannya memasuki defek undercut untuk menambah retensi dan

stabilisasi tidak menyebabkan terjadinya kesulitan saat pemasangan maupun

pelepasan obturator definitif (Keyf F, 2001)

b. Kekurangan

Satu-satunya kekurangan desain bahan basis ini adalah kurangnya kekuatan lekat

antara bahan Silikon SDL dan basis RAPP. Hal ini disebabkan perbedaan struktur

molekul antara keduanya sehingga tidak dapat berikatan secara kimia.

Diantara bahan SDL yang ada, Silikon SDL merupakan bahan yang ideal untuk

digunakan sebagai obturator bulb dan protesa maksiofasial lainnya (Keyf F, 2001 ;

Ikusika OF, 2016 ; Joseph AM, 2016 ; Oki M, 2016).

Universitas Sumatera Utara


50

Gambar 2.8 Obturator Definitif Gabungan RAPP- Silikon SDL


Sumber Joseph AM, dkk. Silicone Obturator with
Reduced Bulb Extension: Enhancing Quality
of Life in Post-surgical Maxillectomy Defect.
Journal of International Oral Health 2016

2.5 Kekuatan Lekat

2.5.1 Faktor yang mempengaruhi kekuatan lekat

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kekuatan lekat antara bahan basis

gigi tiruan dan basis obturator bulb, dapat berasal dari sifat bahan SDL itu sendiri

maupun dari faktor lingkungan.

1. Faktor Aging

Faktor aging yaitu faktor penuaan yang diperoleh selama penggunaan seperti

perubahan temperatur saat makan dan minum serta penyerapan air selama perendaman

dalam air atau denture cleanser. Faktor aging SDL dapat menurunkan kekuatan lekat

SDL pada basis gigi tiruan RAPP. Pengaruh aging lebih kuat pada Akrilik SDL

daripada Silikon SDL karena Akrilik senantiasa melepaskan plasticizer saat berkontak

dengan saliva dan bersifat hidrofilik (menyerap air) saat perendaman. Akrilik SDL

mengalami penurunan kekuatan lekat lebih besar daripada Silikon SDL dalam 6 bulan

pertama perendaman (Munksgaard EC., 2005 ; Mese A, 2006 ; Hong G, dkk., 2006).

Universitas Sumatera Utara


51

Thermocycling lebih berpengaruh pada Akrilik SDL dari pada Silikon SDL.

4000 thermocycling dapat menurunkan Akrilik SDL akan tetapi tidak mempengaruhi

kekuatan lekat Silikon SDL. Thermocycling dapat menurunkan kekuatan lekat Silikon

SDL setelah 5000 thermocycling yang disimulasikan setelah 5 tahun pemakaian SDL.

Meskipun demikian, nilai kekuatan lekat Silikon SDL pada basis gigi tiruan RAPP

masih dapat diterima secara klinis (Kulak-Ozkan, 2003 ; Meşe A., 2006 ; Chladek G,

dkk., 2014 ; Goiato MC, 2015 ; Nakhaei M, dkk., 2016)

2. Kontaminasi Candida Albicans

Kolonisasi candida albicans sendiri merupakan 31% penyebab terjadinya

kegagalan perlekatan SDL pada basis gigitiruan RAPP. Jumlah kolonisasi candida

albicans dapat mencapai 44% dalam 1 tahun dan berpotensi menyebabkan lepasnya

perlekatan karena letak kolonisasinya yang tertinggi berada pada tepi batas pertemuan

silikon SDL dengan basis gigitiruan RAPP. Faktor yang mempengaruhi jumlah

kolonisasi candida albicans dan mikroorganisme lainnya adalah tingkat kebersihan

basis dan SDL, keadaan saliva, tingkat porositas bahan SDL dan banyaknya kandungan

plasticizer dalam SDL (Garcia, dkk., 2003 ; Sarac, dkk., 2006 ; Chladek G dkk., 2014).

Upaya mencegah kolonisasi candida albicans dapat dilakukan dengan metode

mekanis dan kemis. Metode penyikatan tidak dianjurkan karena dapat merusak SDL.

Metode perendaman lebih dianjurkan terutama untuk pasien tua dan yang mengalami

gangguan motorik. Akan tetapi perendaman SDL untuk menghambat invasi mikroba

dalam bahan pembersih alkaline peroxide, alkaline hypochlorites, acids dan larutan

Universitas Sumatera Utara


52

enzyme yang terdiri dari protease dan mutanase dapat mengakibatkan kegagalan

perlekatan antara SDL dan basis gigitiruan RAPP (Garcia, dkk., 2003 ; Mese A, 2006).

Beberapa metode modifikasi perendaman dengan denture cleanser dilakukan

agar denture cleanser tidak menurunkan kekuatan lekat Silikon SDL, diantaranya yaitu

dengan menggunakan Nano silver konsentrasi 20-200 ppm, White ceramic micro- dan

nano fillers dengan sifat antimikroba, photo-catalytic agents seperti Titanium dioxide,

nystatin yang hanya efektif untuk jangka pendek dan penggabungan Nystatin

(umumnya 500.000 unit) dengan 0.5% sodium hypochlorite (Huddar D, 2012).

3. Ketebalan Soft Denture Lining (SDL)

Tebalnya SDL yang diberikan sama dengan tebalnya mukosa yang hilang.

Ketebalan yang direkomendasikan adalah sebesar 2-3 mm agar SDL dapat berfungsi

sebagai cushioning effect dan memperoleh perlekatan yang adekuat. Jika lapisan terlalu

tipis maka fungsi SDL tidak akan diperoleh, pasien masih merasakan sakit yang

persisten, menurunkan sifat soft sedangkan jika SDL terlalu tebal maka tebal bahan

RAPP akan berkurang yang akan mengakibatkan terganggunya stabilitas dan fraktur

basis gigi tiruan (Sarac, dkk., 2006). Menurut Naik AV dan Jabade JL (2005), tebal SDL

yang berlebihan dapat menimbulkan void yang akan meningkatkan stress di interface

sehingga menurunkan kekuatan lekat. Ketebalan yang optimal tidak dapat diperoleh

dari tipe Autopolymerized SDL. Metode ini dapat dilakukan dengan teknik tidak

langsung menggunakan jenis Heatpolymerized SDL. Ketebalan SDL dapat lebih mudah

dikontrol dengan menggunakan spacer dari base plate wax, self-curing resin, putty

Universitas Sumatera Utara


53

silicones dan vaccum formed (Gupta N, 2013 ; Oki M, 2016 ; Singh K dan Gupta N,

2016). Teknik tidak langsung ini sangat baik dilakukan oleh Heatpolymerized Silikon

SDL dari pada Heatpolymerized Akrilik SDL karena sifatnya yang tidak cepat mengeras

dan sudah tersedia dalam satu pasta sehingga mudah untuk dimanipulasi saat

aplikasinya. Sedangkan Heatpolymerized Akrilik SDL masih memerlukan pencampuran

antara monomer dan polimer saat pengaplikasiannya dan sifat bahannya yang cepat

mengeras (Chladek , dkk., 2014 ; Oki M, dkk., 2016).

4. Penyerapan air

Faktor yang mempengaruhi tingkat penyerapan air adalah jumlah isi kandungan

plasticizer dan pelarut, tingkat hidrofobik dan porositas bahan serta lamanya berkontak

dengan saliva, air dan denture cleanser. Penyerapan air yang tinggi dapat menurunkan

kekuatan lekat SDL dikarenakan mengembangnya volume SDL yang kemudian

berakibat dengan meningkatnya konsentrasi tekanan pada batas antara permukaan SDL

dengan basis RAPP sehingga terlepasnya perlekatan antara SDL dan basis RAPP

(Garcia, dkk., 2003 ; Yanikoglu ND dkk., 2004 ; Mese A, 2006 ; Salloum AM, 2013 ;

Chladek G, dkk., 2014). Akrilik SDL bersifat hidrofilik dan melepas plasticizer terus

menerus selama berada dalam saliva sehingga akan banyak menyerap air saat direndam

dalam air dan denture cleanser. Penyerapan air yang tinggi pada akrilik SDL

dipengaruhi oleh jumlah plasticizer yang hilang. Semakin banyak jumlah plasticizer

yang lepas maka penyerapan air semakin besar. Dengan menurunkan jumlah kandungan

plasticizer dapat meningkatkan kekuatan lekat akrilik SDL (Hong G, dkk.,2004).

Universitas Sumatera Utara


54

Penyerapan air lebih mudah terjadi pada Autopolymerized SDL daripada

Heatpolymerized SDL. Menurut ADA nilai penyerapan air dalam 1 minggu tidak boleh

lebih dari 0,8 mg/cm2. Nilai penyerapan air pada Heatpolymerized Silikon SDL adalah

kurang dari 0,8 mg/cm2 (Yanikoglu ND dkk., 2004). Tidak ada perbedaan pengaruh

perendaman dalam air atau denture cleanser terhadap menurunnya kekuatan lekat akan

tetapi lamanya waktu perendaman dalam air atau denture cleanser yang mempengaruhi

tingkat kekuatan lekat semua jenis SDL. Untuk mencegah menurunnya kekuatan lekat

SDL pada basis gigitiruan RAPP akibat perendaman yaitu dengan membatasi

pemakaian denture cleanser, dengan menggunakan air yang mengalir saja atau dengan

perendaman denture cleanser jenis enzymatic (Garcia, dkk., 2003 ; Mese A, 2006).

5. Jenis Basis

Jenis basis yang digunakan mempengaruhi kekuatan lekat SDL (Mese A, 2006 ;

Banerjee KL, dkk, 2015). Autopolymerized Silikon SDL menunjukkan kekuatan lekat

lebih tinggi pada basis gigi tiruan RAPP, yaitu 1,07 MPa daripada basis gigi tiruan

UDMA yang hanya 0,80 MPa (Bayati OH, dkk., 2012). Kekuatan lekat

Heatpolymerized dan Autopolymerized SDL lebih kuat pada basis RAPP yang

dipolimerisasi dengan teknik konvensional pada water bath daripada menggunakan

microwave (Zarb-Bolender, 2004 yang dikutip oleh Banarjee dkk., 2015).

6. Struktur Molekul

Adanya perbedaan struktur molekul antara basis RAPP dan Silikon SDL

merupakan penyebab utama kurangnya kekuatan lekat Silikon SDL pada basis RAPP.

Universitas Sumatera Utara


55

Silikon SDL berbahan dasar hydroxy- or vinyl-terminated polydimethylsiloxane

sementara basis RAPP berbahan dasar Polimethyl methacrylate (Atsu S dan Kaskin Y,

2013 ; Chladek G, dkk., 2014 ; Goiato, dkk., 2015).

2.5.2 Metode Pengukuran Kekuatan Lekat

Terdapat 3 macam metode pengukuran kekuatan lekat SDL pada basis gigi

tiruan, yaitu tensile test, peel test maupun shear test. Tensile test lebih banyak

digunakan karena direkomendasikan oleh ASTM tahun 2008 dan standar ISO 37 tahun

2011. Pada tensile test tidak hanya terjadi tarikan tetapi juga terjadi gesekan di tepi

interface seperti shear test dan hasil yang diperoleh tidaklah sering terjadi cohesive

failure seperti halnya jika menggunakan Peel test sehingga dengan tensile test juga

dapat digunakan untuk menilai kualitas suatu bahan Silikon SDL (Kulak Ozkan, 2003 ;

Mutluay MM dan Ruyter IE, 2007 ; Kulkarni RS dkk., 2011 ; Bayati OH, 2012 ; Philip,

dkk 2012 ; Atsu S dan Keskin Y, 2013 ; Surapaneni H, 2013 ; Chladek G, dkk. 2014).

Alat yang digunakan untuk menguji kekuatan lekat melalui tensile test yaitu Universal

Testing Machine (UTM) (Gambar 2.9). Kekuatan lekat maksimum dari suatu bahan

autopolymerized dan heatpolymerized Silikon SDL pada basis RAPP yaitu dengan

membagi kekuatan tarikan maksimum yang dapat diterima suatu bahan (F) dengan luas

penampang kedua bahan yang berikatan (mm2). Nilainya dapat dihitung dengan dalam

satuan MegaPascal (MPa) atau N/mm2.

Universitas Sumatera Utara


56

Dimana : F = Maximum Load (N)

A = Cross sectional area / Luas Penampang (mm2)

SDL masih dapat diterima secara klinis jika nilai kekuatan lekatnya 10 pon per

inci atau 4,5 kg/cm2 = 0,44 MPa. Nilai tersebut menunjukkan ambang batas terjadinya

separasi tepi SDL terhadap basis gigi tiruan (Usumez A, 2004 ; Sarac, dkk., 2006 ;

Mahajan N dan Datta K, 2010 ; Salloum AM., 2013 ; Chladek G, dkk., 2014 ;

Yanikoglu ND, dkk., 2014).

Gambar 2.9 Alat Universal Testing Machine (Testometric Micro – 500,


tipe U4000,Maywood Instruments, Basingstoke Hants,
England).
Sumber : Surapaneni H., et al. Comparative Evaluation of Tensile Bond
Strength between Silicon Soft Liners and Processed Denture
Base Resin Conditioned by Three Modes of Surface
Treatment: An Invitro Study. J Indian Prosthodont Soc (July-
Sept 2013) 13(3):274–280

2.5.3. Kegagalan Perlekatan

Kegagalan perlekatan yaitu adanya separasi atau terpisahnya SDL dari basis

RAPP baik di interface maupun di dalam satu jenis bahan itu sendiri. Kegagalan

perlekatan mengakibatkan terjadinya microleakage yang akan merangsang pertumbuhan

Universitas Sumatera Utara


57

plak, kalkulus dan mikroorganisme (Sarac, dkk., 2006 ; Gupta S, 2010). Keadaan ini

memerlukan aplikasi SDL berulang pada basis gigi tiruan RAPP yang berakibat pada

bertambah beratnya basis atau fraktur basis gigi tiruan. Daerah yang sering terjadi

kegagalan perlekatan yaitu pada tepi peripheral seal basis gigitiruan (Meşe A., dkk.,

2006 ; Banerjee KL dkk., 2014 ; Chladek, dkk., 2015).

Terdapat 3 bentuk kegagalan perlekatan yang terjadi, yaitu Adhesive failure,

Cohesive failure maupun Mixed failure (Meşe A., 2006 ; Kulkarni RS, dkk., 2011 ;

Cavalcanti, dkk., 2014 ; Chladek, dkk., 2014 ; Mittal MM, dkk., 2016) :

1. Adhesive failure

Kegagalan perlekatan terjadi di interface basis RAPP-SDL. Adhesive failure

menunjukkan kekuatan lekat antara SDL-basis RAPP lebih rendah dari pada tensile

strength SDL. Tipe adhesive failure umumnya terjadi pada jenis Silikon SDL

dikarenakan perbedaan struktur molekul, tidak ada ikatan kimia antara keduanya

2. Cohesive failure

Kegagalan perlekatan terjadi di dalam bagian SDL itu sendiri dan tidak pada

interface basis RAPP-SDL. Cohesive failure menunjukkan kekuatan lekat antara SDL-

basis RAPP lebih tinggi dari pada tensile strength SDL .Tipe cohesive failure umumnya

ditunjukkan oleh Akrilik SDL dikarenakan adanya persamaan struktur molekul antara

keduanya namun setelah melewati faktor aging, Akrilik SDL akan lebih besar

mengalami adhesive failure daripada Silikon SDL

Universitas Sumatera Utara


58

3. Mixed failure

Kegagalan perlekatan terjadi di interface SDL dan di dalam bagian SDL itu

sendiri. Kegagalan perlekatan ini menunjukkan tingkat kekuatan lekat antara Silikon

SDL-basis RAPP sama besar dengan tensile strength SDL.

Gambar 2. 10 Ilustrasi 3 bentuk kegagalan perlekatan (adhesive,


cohesive dan mixed failure) setelah dilakukan tensile test
Sumber : Chladek G, Żmudzki J, Kasperski J. Review Long-Term
Soft Denture Lining Materials 2014

Kegagalan perlekatan dapat dilihat secara visual maupun dengan menggunakan

alat Stereomicroscope atau Scanning Electron Microscope (SEM).

(a) (b)

Gambar 2.11 Hasil kegagalan perlekatan yang terjadi yang dilihat


secara visual (a) Adhesive failure (b) Cohesive failure
Sumber : Surapaneni H., dkk. Comparative Evaluation of Tensile
Bond Strength between Silicon Soft Liners and
Processed Denture Base Resin Conditioned by Three
Modes of Surface Treatment: An Invitro Study.
J Indian Prosthodont Soc (July-Sept 2013) 13(3):274–280

Universitas Sumatera Utara


59

Gambar 2.12 Hasil gambaran adhesive failure dengan stereomikroskop


Sumber : Chauhan M, dkk. An In vitro evaluation of tensile bond
strength of commercially available temporary soft liners
to different types of denture base resins. J Nat Sc Biol
Med 2018 ; 9:263-7

Gambar 2.13 Gambaran SEM (a) Adhesive failure, (b) Cohesive failure, (c ) Mixed failure
Sumber : Goiato MC, dkk. Tensile Bond Strength of a Soft Liner to an Acrylic Resin after Primer
Application and Thermocycling. Materials Research. 2015; 18(6): 1183-1187

2.5.4 Upaya Meningkatkan Kekuatan Lekat

Beberapa peneliti menyebutkan beberapa upaya untuk meningkatkan

kekuatan lekat Silikon SDL diantaranya yaitu :

1. Mengaplikasikan bahan Silikon SDL langsung pada basis gigi tiruan RAPP

yang belum dipolimerisasi atau masih dalam kondisi dough stage. Hal ini disebabkan

karena kondisi basis yang masih dalam proses crosslink sehingga memudahkan

Heatpolymerized Silikon SDL untuk berpenetrasi. Metode ini hanya dapat dilakukan

pada tipe Heatpolymerized baik Akrilik SDL maupun Silikon SDL (Mahajan N dan

Datta K, 2010 ; Naik AV dan Jabade JL, 2005). Namun menurut Khanna, dkk (2015)

Universitas Sumatera Utara


60

metode tersebut signifikan menunjukkan kekuatan lekat yang tinggi jika digunakan oleh

Akrilik SDL daripada Silikon SDL.

2. Melakukan perendaman silikon SDL pada larutan kimia. Penelitian Akin H,

dkk (2014) menyebutkan meningkatnya kekuatan lekat Heatpolymerized Silikon SDL

dengan merendamnya pada larutan isobutyl methacrylate (iBMA) selama 3 menit dari

pada di dalam larutan 2-hydroxyethyl methacrylate (HEMA). Kekuatan lekat yang lebih

baik pada penelitian ini ditunjukkan dengan terjadinya adhesive failure dan terjadinya

elongasi yang panjang. Elongasi yang panjang sebelum terjadinya failure menunjukkan

bahwa terjadinya perubahan sifat dari Heatpolymerized Silikon SDL saat direndam

sehingga ketahanannya terhadap terjadinya rupture atau tear strength nya lebih baik

daripada kekuatan lekat.

3. Melakukan surface treatment terlebih dahulu pada permukaan intaglio basis

gigi tiruan RAPP yang telah dipolimerisasi. Metode ini telah banyak dilakukan peneliti

dikarenakan aman, mudah dan dapat diaplikasikan pada bahan silikon SDL baik tipe

Autopolymerized maupun Heatpolymerized (Sarac, dkk., 2003 ; Usumez, dkk., 2004 ;

Akin H, dkk., 2011 ; Bayati OH, dkk., 2012 ; Atsu S dan Keskin Y, 2013 ; Kulkarni RS,

dkk., 2013 ; Cavalcanti, dkk., 2014 ; Goiato MC, dkk., 2015 ; Nakhaei, dkk., 2016).

Universitas Sumatera Utara


61

2.6 Surface Treatment

2.6.1 Pengertian

Surface treatment adalah perlakuan tehadap permukaan suatu benda

sehingga menghasilkan perubahan bentuk morfologi dan perubahan sifat fisis bahan

tersebut. Dalam hal ini, surface treatment yang dilakukan bertujuan untuk menghasilkan

permukaan basis RAPP yang kasar sehingga membantu terjadinya perlekatan (adhesi)

antara satu substrat dengan substrat yang berbeda. Menurut teori, permukaan yang kasar

dapat memberikan kekuatan lekat dua kali lipat dari pada permukaan yang halus

(Usumez, dkk., 2004 ; Akin H, dkk., 2011 ; Goiato MC, dkk, 2015 ; Nakhaei, dkk.,

2016).

2.6. 2 Metode Surface Treatment

Terdapat 3 metode surface treatment yang dapat dilakukan untuk membantu

peningkatan kekuatan lekat, yaitu :

2.6.2.1 Metode Mekanis


Metode mekanis yaitu metode mengkasarkan permukaan interface basis gigi

tiruan dengan menggunakan alat mekanis sebelum mengaplikasikan SDL. Metode

mekanis dapat dilakukan dengan menggunakan kertas pasir, bur akrilik, oxygen plasma,

silika, laser dan sandblast (Akin H, 2011 ; Philip dkk., 2012 ; Atsu S dan Keskin Y,

2013 ; Maheswar P dkk., 2015 ; Nakhaei M, dkk., 2016). Diantara metode mekanis

tersebut, sandblast merupakan metode yang sering dilakukan karena bahan dan alat yang

mudah diperoleh, prosedur pengerjaannya yang tidak rumit dan secara teori memberikan

Universitas Sumatera Utara


62

kekuatan lekat yang lebih baik melalui mechanical interlocking. Sandblast merupakan

aplikasi yang rutin dilakukan industri umum dalam upaya meningkatkan kekuatan lekat

bahan dengan cara mengkasarkan. Banyak variasi aplikasinya, seperti pada prosedur

perbaikan bahan ceramic dan composite, melekatkan composite yang indirect,

melekatkan fiber post dari kaca, melekatkan SDL pada RAPP, untuk pretreatment

permukaan metal pada restorasi metal-ceramic, atau sebagai bagian dari proses

tribochemical silica-coating. Mekanisme kerja Sandblast yaitu menyemprotkan partikel

alumina dengan tekanan tinggi pada permukaan basis RAPP yang akan berkontak

dengan SDL, mengangkat semua lapisan yang terkontaminasi, membuat permukaan

basis menjadi kasar dan tak beraturan sehingga terbentuk mechanical interlocking yang

akan mengikat bahan SDL pada basis RAPP (Akin H, dkk., 2011 ; Philip dkk., 2012).

Penelitian Usumez, dkk (2004) menyebutkan mechanical interlocking terbentuk lebih

jelas pada permukaan basis RAPP yang di sandblast dari pada kelompok kontrol dan

laser (Gambar 2.14).

(a) (b) (c)


Gambar 2.14 Gambaran SEM hasil surface treatment dengan metode mekanis
(a) Kontrol (b) Sandblast (c) Laser
Sumber : Usumez A, Inan O, Aykent F. Bond strength of a silicone
lining material to alumina-abraded and lased denture resin.
J Biomed Mater Res Part B: Appl Biomater 2004;71:196–200.

Universitas Sumatera Utara


63

Mechanical interlocking merupakan sesuatu yang dipercaya mampu memberikan

kekuatan lekat antara kedua bahan berbeda. Partikel alumina yang dijual di pasaran

berukuran 30 μm - 250 μm. Beberapa penelitian menyebutkan kekuatan lekat basis

RAPP-heatpolymerized silikon SDL meningkat dengan menggunakan sandblast partikel

alumina yang lebih besar dari pada 50 μm. Penelitian Akin H, dkk.(2011) menyebutkan

sandblast partikel alumina ukuran 250 μm meningkatkan kekuatan lekat basis RAPP-

heatpolymerized silikon SDL sementara sandblast partikel alumina ukuran 50 μm

melemahkan basis RAPP-heatpolymerized silikon SDL. Penelitian Korkmaz dkk (2013)

menyebutkan sandblast partikel alumina ukuran 50 μm melemahkan kekuatan lekat.

Penelitian Nakhaei M, dkk (2016) menyebutkan partikel alumina 110 μm meningkatkan

kekuatan lekat basis RAPP-heatpolymerized silikon SDL. Penelitian Usumez, dkk

(2004) menyebutkan partikel alumina 250 μm meningkatkan kekuatan lekat basis

RAPP-heatpolymerized silikon SDL. Namun hasil penelitian Kulkarni RS, dkk (2011)

menyebutkan sandblast partikel alumina 250 μm melemahkan kekuatan lekat basis

RAPP-heatpolymerized silikon SDL. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan

penelitian kembali pengaruh sandblast partikel alumina 250 μm terhadap kekuatan lekat

heatpolymerized Silikon SDL pada basis RAPP.

2.6.2.2 Metode Kemis

Metode kemis yang dilakukan yaitu mengkasarkan permukaan interface

basis RAPP menggunakan bahan adesif. Bahan adesif yang umumnya digunakan yaitu

Primer adhesif, 36% phosphoric acid, monomer methyl methacrylate (MMA), ethyl

Universitas Sumatera Utara


64

acetate, methylene chloride, acetone, monomer iso-butyl methacrylate atau tert-butyl

methacrylate dan Silane coupling agent (Mutluay MM dan Ruyter IE, 2007 ; Bayati

OH, dkk., 2012 ; Philip, dkk., 2012 ; Surapaneni dkk., 2012 ; Atsu S dan Keskin Y,

2013 ; Bolayir G dkk., 2013 ; Cavalcanti dkk., 2014 ; Goiato dkk., 2015).

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa Primer adhesif meningkatkan

kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL (Bayati OH, 2012 ; Surapaneni dkk., 2012

; Atsu S dan Keskin Y, 2013) dan meningkatkan kekuatan lekat heatpolymerized silikon

SDL (Korkmaz, dkk., 2013). Komposisi Primer adhesif untuk bahan autopolymerized

silikon SDL berbeda dengan komposisi Primer adhesif untuk bahan heatpolymerized

silikon SDL. Komposisi Primer adhesif untuk bahan heatpolymerized silikon SDL

seperti Molloplast B adalah γ-methacryloxypropyltrimethoxysilane yang dapat

digunakan untuk membuat ikatan antara dua material khusus yang umumya disebut

sebagai silane coupling agent. Proses reaksi kimia silane coupling agent meliputi dua

tahap, yaitu hidrolisis dan kondensasi. Silane telah banyak digunakan di kedokteran

gigi, seperti pada pasak fiber reinforced composite (FRC), restorasi keramik, material

tambalan gigi. (Mutluay MM dan Ruyter IE, 2007). Sementara komposisi Primer

adhesif untuk bahan autopolymerized silikon SDL terdiri dari Poliorganosiloxane

(99,5%) dan agent (0,5%). Agent merupakan suatu polimer zat terlarut yang larut dalam

pelarut organik Poliorganosiloxane.

Mekanisme kerja Primer adhesif yaitu dengan membasahi seluruh permukaan

basis RAPP (wetting) dan menurunkan tegangan permukaan basis RAPP sehingga

Universitas Sumatera Utara


65

membuat permukaannya menjadi lebih homogen dan organik, melarutkan permukaan

basis dan partikel yang tidak terikat sehingga memudahkan polimer primer adhesif

untuk berdifusi, berpenetrasi dan mengisi lapisan permukaan dengan polimer zat

terlarut, membentuk pit dan crack sehingga terjadi mikroporositas yang memudahkan

perlekatan Silikon SDL ke permukaan basis (Mutluay MM dan Ruyter IE, 2007 ; Bayati

OH, dkk., 2012 ; Atsu S dan Keskin Y, 2013 ; Surapaneni, dkk., 2013 ; Cavalcanti dkk.,

2014 ; Goiato, dkk., 2015).

Penelitian Goiato, dkk (2015) yang menggunakan Sofreliner Primer adhesif

dengan bonding agent dari Methylene chloride yang serupa dengan bahan RAPP

menunjukkan adanya perubahan morfologis permukaan basis RAPP menjadi lebih kasar

dan terbentuknya mikroretensi yang lebih dalam dan jelas (Gambar 2.15).

Gambar 2.15 Gambaran SEM hasil surface treatment metode kemis


(a) PMMA acrylic resin tanpa primer bond dan
(b) PMMA acrylic resin setelah aplikasi primer bond
Sumber : Goiato MC, dos Santos DM, de Medeiros RA, Filho AJV,
Sinhoreti MAC, da Silva EVF, dkk. Tensile Bond Strength
of a Soft Liner to an Acrylic Resin after Primer
Application and Thermocycling. Materials Research 2015

Primer adhesif yang mengandung ethyl acetate dapat meningkatkan kekuatan

lekat basis RAPP-autopolymerized silikon SDL. Berat molekul polimer ethyl acetate

Universitas Sumatera Utara


66

yang terkandung dalam pelarut Primer Adhesif memberikan gambaran morfologi

permukaan basis RAPP yang berbeda-beda. Primer GC yang mengandung polimer ethyl

acetate > 90% menunjukkan sedikit pori yang tidak jelas pada permukaan basis RAPP.

Primer Silagum menunjukkan permukaan yang halus dengan pori yang jelas dengan

diameter yang sama. Pada primer Mollosil yang mengandung ethyl acetate 60 - 100%

menunjukkan hampir keseluruhan bagian permukaannya larut dengan berbagai variasi

ukuran pori (Bayati OH, dkk., 2012 ; Atsu S dan Keskin Y, 2013 ; Cavalvanti dkk.,

2014) (Gambar 2.16).

Gambar 2.16 Gambaran SEM hasil surface treatment berbagai jenis Primer adhesif
(a) Primer GC (b) Silagum Primer (c) Mollosil Primer
Sumber : Bayati OH, dkk.. Tensile bond strengths of silicone soft liners to
two chemically different denture base resins. International Journal of
Adhesion & Adhesives 34 (2012) 32–37

2.6.2.3 Metode Mekanis-Kemis

Metode Mekanis-Kemis merupakan metode surface treatment yang

menggabungkan sandblast partikel alumina 250 μm dan bahan primer adhesif.

Penelitian Atsu S dan KeskinY (2013) dan Bayati OH (2012) menyebutkan bahwa

kekuatan lekat tertinggi Autopolymerized Silikon SDL-basis RAPP signifikan diperoleh

dengan menggunakan primer adhesif daripada sandblast partikel alumina 50 μm.

Universitas Sumatera Utara


67

Penelitian Korkmaz, dkk. (2013) menyebutkan bahwa kekuatan lekat tertinggi

Heatpolymerized Silikon SDL-basis RAPP signifikan diperoleh dengan menggunakan

primer adhesif daripada sandblast partikel alumina 50 μm. Belum adanya yang

membandingkan kekuatan lekat antara primer adhesif dan sandblast partikel alumina

250 μm pada basis RAPP sehingga memerlukan penelitian kembali surface treatment

yang terbaik untuk meningkatkan kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL dan

heatpolymerized silikon SDL pada basis RAPP.

Penelitian Philip dkk (2012) yang menggabungkan metode mekanis-kemis

menyebutkan bahwa dengan menggabungkan sandblast partikel alumina dan monomer

menghasilkan kekuatan lekat yang paling besar. Berdasarkan hal tersebut dan belum ada

yang menggabungkan sandblast partikel alumina 250 μm dan primer adhesif maka

dilakukan penelitian yang menggabungkan sandblast partikel alumina 250 μm dan

primer adhesif untuk meningkatkan kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL dan

heatpolymerized silikon SDL pada basis RAPP.

Universitas Sumatera Utara


2.7 Kerangka Teori 68

Defek Maksila Obturator Definitif

pengertian Syarat Komponen

Klasifikasi
Retentif Stabil Support Basis Gigi Tiruan Obturator Bulb
Rehabilitasi
Retensi
Karakeristik fisis Pengertian Syarat Bahan Pengertian Syarat Manfaat Bahan

Undercut Retensi Perluasan


mekanis Logam Nylon T. RAPP RAPP SDL Nylon T.
maksimal ke
rongga defek
Sifat Undercut
Manfaat Estetis dan kek undercut Mudah Pengertian
Gigi Manfaat
mekanis >>, Ringan dibuat
Sensitif Penambah Lebih retentif dan
Undercut pembuatan Hollow Bulb Syarat
retensi stabil → Fungsi
Defek mudah, harga
mastikasi lebih baik
murah Klasifikasi
(Ikusika OF, 2016) RAPP +
Autopolymerized
Microleakage Akibat Masalah Desain bahan RAPP + dan Heatpolymerized Akrilik
Silikon
Auto-Heatpolymerized Silikon SDL SDL SDL
Kekuatan lekat (Obturator bulb)
Faktor yang Silikon SDL pada Silikon SDL (Basis Gigi
mempengaruhi tiruan + Obturator bulb) (-) Plasticizer → Sifat Autopolymerized
basis RAPP <<
soft paling bertahan Silikon SDL
Perbedaan lama-biokompatibel
Faktor Aging Dough stage RAPP
struktur Heatpolymerized
molekul Mekanis Sandblast Silikon SDL
Kontaminasi Perendaman SDL
Candida albicans
Penyerapan air Kemis Primer Adhesif
Surface Treatment Uji Kekuatan Lekat
Ketebalan SDL basis RAPP Basis RAPP + Auto dan
Tipe basis Mekanis Sandblast Heatpolymerized
-Khemis +Primer Adhesif
Silikon SDL dengan
Tensile Test
Universitas Sumatera Utara
2.8 Kerangka Konsep
69
SURFACE TREATMENT

BASIS RAPP

METODE MEKANIS METODE KEMIS METODE MEKANIS-KEMIS

SANDBLAST PARTIKEL ALUMINA 250 μm PRIMER ADHESIF SANDBLAST PARTIKEL ALUMINA 250 μm + PRIMER ADHESIF

Menyemprotkan partikel alumina 250 μm


MOLLOSIL ADHESIF PRIMO ADHESIF Menyemprotkan partikel alumina 250 μm
menggunakan alat sandblast yang dilakukan
selama 10 detik dalam jarak 10 mm antara menggunakan alat sandblast yang dilakukan selama
Aplikasikan 1-2 kali Aplikasikan 1-2 kali 10 detik dalam jarak 10 mm antara ujung alat
ujung alat sandblast dengan permukaan
usapan menggunakan usapan menggunakan sandblast dengan permukaan sampel basis RAPP yang
sampel basis RAPP yang akan berkontak
Brush Applicator dan Brush Applicator dan akan berkontak dengan Autopolymerized Silikon SDL
dengan Auto dan Heatpolymerized Silikon
biarkan kering selama 1 biarkan kering selama dan Heatpolymerized Silikon SDL
SDL
menit 60 – 90 menit
membuat permukaan basis menjadi kasar
membuat permukaan basis menjadi kasar dan tak
dan tak beraturan → membentuk
permukaannya menjadi permukaannya menjadi beraturan → membentuk mechanical interlocking
mechanical interlocking
basah, bersih, homogen basah, bersih,
dan relatif organik → homogen dan relatif Siram dengan air mengalir dan semprotkan
Siram dengan air mengalir dan semprotkan melarutkan permukaan organik → melarutkan dengan 3 way air syringe
dengan 3 way air syringe basis dan partikel yang permukaan basis dan
tidak terikat → partikel yang tidak Aplikasikan mollosil Aplikasikan Primo adhesif
Autopolymerized Heatpolymerized membentuk pit dan crack terikat → membentuk adhesif 1-2 kali usapan 1-kaliusapan menggunakan
Silikon berpenetrasi Silikon berpenetrasi sehingga terjadi menggunakan Brush Brush Applicator dan
pit dan crack sehingga
dan mengisi dan mengisi mikroporositas Applicator dan biarkan biarkan kering selama 60 –
terjadi mikroporositas
mechanical mechanical kering 1 menit 90 menit
interlocking interlocking
Autopolymerized Heatpolymerized membuat permukaan basis menjadi basah,
Kekuatan lekat > Packing 00C - 1000C Silikon berpenetrasi ke Silikon berpenetrasi ke homogen dan organik→terbentuk pit dan crack
selama 1 jam → +/- mikroporositas mikroporositas
1000C selama 1 jam
Autopolymerized Heatpolymerized
Kekuatan lekat > Packing 00C - 1000C Silikon berpenetrasi Silikon berpenetrasi
Kekuatan lekat >
selama 1 jam → + 1000C
selama 1 jam Universitas Sumatera Utara
Kekuatan lekat > Kekuatan lekat > Kekuatan lekat >
70

2.9 Hipotesis Penelitian

Ho :

1. Tidak ada perbedaan kekuatan lekat Autopolymerized Silikon SDL-basis

RAPP dan Heatpolymerized Silikon SDL-basis RAPP tanpa surface

treatment dan dengan surface treatment sandblast, primer adhesif dan

gabungan sandblast-primer adhesif

2. Tidak ada pengaruh surface treatment sandblast, primer adhesif dan gabungan

sandblast-primer adhesif terhadap kekuatan lekat Autopolymerized Silikon

SDL-basis RAPP dan Heatpolymerized Silikon SDL-basis RAPP

3. Tidak ada perbedaan pengaruh surface treatment sandblast, primer adhesif

dan gabungan sandblast-primer adhesif terhadap kekuatan lekat

Autopolymerized Silikon SDL-basis RAPP dan Heatpolymerized Silikon

SDL-basis RAPP

Ha :

1. Ada perbedaan kekuatan lekat Autopolymerized Silikon SDL-basis RAPP dan

Heatpolymerized Silikon SDL-basis RAPP tanpa surface treatment dan

dengan surface treatment sandblast, primer adhesif dan gabungan sandblast-

primer adhesif

2. Ada pengaruh surface treatment sandblast, primer adhesif dan gabungan

sandblast-primer adhesif terhadap kekuatan lekat Autopolymerized Silikon

SDL- basis RAPP dan Heatpolymerized Silikon SDL-basis RAPP

Universitas Sumatera Utara


71

3. Ada perbedaan pengaruh surface treatment sandblast, primer adhesif dan

gabungan sandblast-primer adhesif terhadap kekuatan lekat Autopolymerized

Silikon SDL-basis RAPP dan Heatpolymerized Silikon SDL-basis RAPP

Universitas Sumatera Utara


72

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian adalah Eksperimental Laboratoris dengan desain penelitian

posttest-only control group design. Desain ini termasuk dalam true experiments yang

bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara

mengenakan perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan grup kontrol yang tidak

diberi perlakuan (Suryabrata S, 2011).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Pembuatan Sampel

1. Unit UJI Laboratorium Dental FKG USU

2. Laboratorium IMT FKG USU

3. Laboratorium Teknik Mesin USU

3.2.2 Lokasi Pengujian Sampel

1. Laboratorium Teknik Mesin USU

2. Laboratorium Fisika FMIPA UNIMED

72

Universitas Sumatera Utara


73

3.2.3 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan April - Mei 2019

3.3 Sampel dan Besar Sampel Penelitian

3.3.1 Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini menggunakan bahan Resin Akrilik Polimerisasi

Panas (QC-20) dan dua bahan SDL yaitu Autopolymerized Silikon SDL (Mollosil) dan

Heatpolymerized Silikon SDL (Molloplast B). Kedua bahan SDL tersebut merupakan

SDL yang digunakan untuk jangka panjang beberapa bulan sampai dengan beberapa

tahun (Long term). SDL tersebut diaplikasikan pada basis RAPP yang di surface

treatment dan yang tidak di surface treatment sebagai kontrol. Surface treatment yang

dilakukan yaitu dengan menggunakan tiga metode : metode mekanis yaitu

menggunakan partikel alumina dengan alat Sandblast, metode kemis yaitu

menggunakan Primer adhesif dan metode mekanis-kemis yang menggabungkan

Sandblast dan Primer adhesif. Tensile test dilakukan untuk menguji kekuatan lekat

antara bahan SDL dan bahan RAPP dengan menggunakan 2 basis RAPP yang berbentuk

rectangular ukuran 40 x 10 x 10 mm dengan ujung yang mengecil berukuran 15 x 10 x

8 mm yang bertujuan untuk memudahkan sampel ditanam dalam kuvet dan dipegang

pada alat Universal Testing Machine (UTM).

Universitas Sumatera Utara


74

Gambar 3.1 Bentuk sampel uji kekuatan lekat bahan SDL


Sumber : Kulkarni RS. The effect of denture base surface
pretreatments on bond strengths of two long term
resilient liners. J Adv Prosthodont 2011;3:16-9

Untuk mendapatkan sampel dengan ukuran tersebut maka dibutuhkan 2 model

induk dari logam kuningan, yaitu :

- Model induk I : Berukuran 83 x 10 x 10 mm dengan ujungnya berukuran 15

x 10 x 8 mm untuk mendapatkan mold

83
15

8 10

Gambar 3.2 Ukuran Model Induk I

- Model induk II : Berukuran 3 x 10 x 10 mm sebagai spacer untuk

mendapatkan ruang bahan Silikon SDL pada saat pengisian RAPP

Gambar 3.3 Ukuran Model Induk II

Universitas Sumatera Utara


75

3.3.2 Besar Sampel Penelitian

Penentuan besar sampel minimal adalah berdasarkan rumus berikut : (Hanafiah

KA., 2003)

( t - 1 ) ( r - 1 ) > 15

Keterangan :

t = jumlah perlakuan

r = jumlah ulangan

Pada penelitian ini terdapat dua kelompok sampel dengan 4 perlakuan, maka t =

8 dan jumlah sampel ( r ) tiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut :

( 8 - 1 ) ( r – 1 ) > 15

7 ( r – 1 ) > 15

7 r > 22

r >3

Dari hasil di atas, jumlah sampel minimal untuk tiap kelompok adalah sebanyak

5 sampel, maka jumlah seluruh sampel untuk 8 kelompok adalah 40 sampel.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Klasifikasi Variabel Penelitian

3.4.1.1 Variabel Bebas

1. Basis RAPP dengan Autopolymerized Silikon SDL

- Tanpa surface treatment (Kelompok A)

Universitas Sumatera Utara


76

- Sandblast (Kelompok B)

- Primer Adhesif (Kelompok C)

- Sandblast dan Primer Adhesif (Kelompok D)

2. Basis RAPP dengan Heatpolymerized Silikon SDL

- Tanpa surface treatment (Kelompok E)

- Sandblast (Kelompok F)

- Primer Adhesif (Kelompok G)

- Sandblast dan Primer Adhesif (Kelompok H)

3.4.1.2 Variabel Terikat

1. Kekuatan Lekat Basis RAPP dengan Autopolymerized Silikon SDL

2. Kekuatan Lekat Basis RAPP dengan Heatpolymerized Silikon SDL

3.4.1.3 Variabel Terkendali

1. Jenis Dental Stone (Moldano, Herausz Kulzer, USA)

2. Jenis basis RAPP (QC-20, Dentsply, England)

3. Jenis SDL (Mollosil dan Molloplast B, Detax GmbH, Ettlingen, Germany)

4. Jenis Primer Adhesif (Mollosil primer dan Primo adhesif, Detax GmbH,

Ettlingen, Germany)

5. Ukuran partikel Alumina Sandblast 250 μm

6. Perbandingan adonan Dental stone dan Aquadest

Universitas Sumatera Utara


77

7. Perbandingan adonan Polimer dan Monomer sampel basis RAPP

8. Suhu dan waktu pemanasan RAPP

9. Metode finishing interface basis RAPP

10. Metode finishing dan polishing basis RAPP

11. Perlakuan sebelum surface treatment

12. Metode aplikasi larutan Mollosil Primer Adhesif

13. Metode aplikasi larutan Molloplast Primer Adhesif

14. Metode Sandblast

15. Perbandingan adonan dan lamanya waktu pengadukan base catalyst

Autopolymerized Silikon SDL

16. Berat pasta Heatpolymerized Silikon SDL

17. Waktu pengepresan setelah penyatuan basis RAPP dan bahan Silikon SDL

18. Suhu dan waktu kuring bahan Heatpolymerized Silikon SDL

19. Suhu, cara dan lamanya waktu perendaman sampel RAPP-Silikon SDL

20. Kecepatan cross head speed UTM yang digunakan

Universitas Sumatera Utara


78

3.5 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi operasional variabel bebas

Variabel Bebas Definisi Operasional Skala Alat


Ukur Ukur

Basis RAPP – Basis RAPP (QC-20) yang terdiri dari bubuk dan - -
Autopolymerized cairan dicampur sesuai petunjuk pabrik untuk
Silikon SDL kemudian di kuring dalam waterbath. Setelah
polimerisasi, basis RAPP kemudian disatukan
dengan bahan Autopolymerized Silikon SDL

- Tanpa Surface - Sebelum disatukan dengan bahan Autopolymerized


Treatment (A) Silikon SDL, permukaan interface kedua basis
RAPP tidak diberi perlakuan - -

- Sebelum disatukan dengan bahan Autopolymerized


- Sandblast (B)
Silikon SDL, permukaan interface kedua basis -
RAPP disemprotkan dengan partikel alumina 250
μm menggunakan alat sandblast

- Primer Adhesif (C) - Sebelum disatukan dengan bahan Autopolymerized - -


Silikon SDL, permukaan interface kedua basis
RAPP dioleskan larutan Mollosil Primer Adhesif

- Sebelum disatukan dengan bahan Autopolymerized


- Sandblast + Primer - -
Adhesif (D) Silikon SDL, permukaan interface kedua basis
RAPP di disemprotkan dengan partikel alumina 250
μm menggunakan alat sandblast kemudian
dioleskan larutan Mollosil Primer Adhesif

Universitas Sumatera Utara


79

Variabel Bebas Definisi Operasional Skala Alat


Ukur Ukur

Basis RAPP - Basis RAPP (QC-20) yang terdiri dari bubuk dan - -
Heatpolymerized cairan dicampur sesuai petunjuk pabrik untuk
Silikon SDL kemudian di kuring dalam waterbath. Setelah
polimerisasi, basis RAPP kemudian disatukan
dengan bahan Heatpolymerized Silikon SDL

- Tanpa Surface - Sebelum disatukan dengan bahan Heatpolymerized


Treatment (E) Silikon SDL, permukaan interface kedua basis - -
RAPP tidak diberi perlakuan

- Sebelum disatukan dengan bahan Heatpolymerized -


- Sandblast (F)
Silikon SDL, permukaan interface kedua basis
RAPP disemprotkan dengan partikel alumina 250
μm menggunakan alat sandblast
- -
- Primer Adhesif (G) - Sebelum disatukan dengan bahan Heatpolymerized
Silikon SDL, permukaan interface kedua basis
RAPP dioleskan larutan Molloplast B Primo Adhesif

- Sebelum disatukan dengan bahan Heatpolymerized - -


- Sandblast + Primer
Adhesif (H) Silikon SDL, permukaan interface kedua basis
RAPP disemprotkan dengan partikel alumina 250
μm menggunakan alat sandblast kemudian dioleskan
Molloplast B Primo Adhesif

Universitas Sumatera Utara


80

Tabel 3.2 Definisi operasional variabel terikat

Variabel Terikat Definisi Operasional Skala Ukur Alat Ukur

Kekuatan Lekat Ukuran kemampuan berikatan secara maksimal MPa Universal


Basis RAPP antara dua jenis bahan berbeda, yaitu antara Testing
dengan basis RAPP dan bahan Autopolymerized Silikon Machine
Autopolymerized SDL (UTM)
Silikon SDL

Kekuatan Lekat Ukuran kemampuan berikatan secara maksimal MPa Universal


Basis RAPP antara dua jenis bahan berbeda, yaitu antara Testing
dengan basis RAPP dan bahan Heatpolymerized Silikon Machine
Heatpolymerized SDL (UTM)
Silikon SDL

Tabel 3.3 Definisi operasional variabel terkendali

Variabel Definisi Operasional Skala Alat ukur


Terkendali ukur
Jenis Dental Stone Dental stone yang digunakan adalah Moldano - -
(Herauz Kulzer, USA)

Jenis RAPP RAPP yang digunakan adalah QC-20 (Dentsply, - -


England)

Jenis SDL Jenis SDL yang digunakan ada 2, yaitu : Mollosil - -


(Autopolymerized Silikon SDL) dalam bentuk base
catalyst dan Molloplast B (Heatpolymerized Silikon
SDL) dalam bentuk pasta

Jenis Primer Jenis Primer Adhesif yang digunakan ada 2 yaitu - -


Adhesif Mollosil Adhesif dan Primo Adhesif

Ukuran partikel Ukuran partikel Alumina Sandblast yang digunakan - -


Alumina yaitu 250 μm
Sandblast
Perbandingan Perbandingan antara dental stone tipe III dan Gram dan Timbangan
adonan Dental aquadest yaitu 400 gr dental stone : 120 ml aquadest mili liter Digital dan
Stone Tipe III dan untuk 1 kuvet Alat ukur
Aquadest volume air

Universitas Sumatera Utara


81

Variabel Definisi Operasional Skala Alat ukur


Terkendali ukur
Perbandingan Perbandingan polimer : monomer RAPP adalah 23,4 Gram dan Timbangan
adonan Polimer g : 10 mL untuk 2 mold dalam 1 kuvet mili liter Digital dan
dan Monomer Alat ukur
RAPP volume air

Suhu dan Waktu Suhu dan waktu yang digunakan untuk proses kuring Celcius Waterbath
kuring RAPP RAPP yaitu 700C selama 90 menit (fase 1) dan dan menit (RostFret,
dilanjutkan dengan 1000C selama 30 menit (fase II) Germany)
dan Jam
Metode finishing Metode penyelesaian akhir pada interface basis - -
interface basis RAPP yaitu dengan menggunakan kertas pasir
RAPP silicone carbide ukuran 240 grit diatas Rotary
Grinder dengan air mengalir

Metode finishing Metode penyelesaian akhir pada seluruh permukaan - -


sampel basis basis RAPP kecuali interface yaitu dengan
RAPP menggunakan kertas pasir silicone carbide ukuran
240, 400, 600 grit diatas Rotary Grinder dengan air
mengalir
Perlakuan Perlakuan sebelum Surface Treatment adalah detik Timer
sebelum Surface pembersihan basis RAPP dengan cara disiram
Treatment dibawah air mengalir lalu dikeringkan dengan
tekanan udara 10 detik sebelum dilakukan surface
treatment

Metode aplikasi Metode mengoleskan larutan Primer adhesif pada menit Jam
Primer Adhesif permukaan interface kedua basis RAPP sebanyak 1-
(Mollosil primer 2 kali usapan menggunakan brush applicator dan
adhesif) didiamkan selama 1 menit untuk kemudian disatukan
dengan bahan Autopolymerized Silikon SDL

Metode aplikasi Metode mengoleskan larutan Primer adhesif pada menit Jam
Primer Adhesif permukaan interface kedua basis RAPP sebanyak 1-
(Molloplast B 2 kali usapan menggunakan brush applicator dan
Primer adhesif) didiamkan selama 60-90 menit untuk kemudian
disatukan dengan bahan Heatpolymerized Silikon
SDL
Metode Sandblast Metode menyemprotkan partikel Aluminium Oksida detik Stop watch
250 μm pada permukaan interface kedua basis RAPP
selama 10 detik dengan jarak 10 mm. Kemudian
disiram dengan air mengalir dan keringkan dengan 3
way syringe selama 10 detik untuk kemudian
disatukan dengan bahan Autopolymerized dan
Heatpolymerized Silikon SDL

Universitas Sumatera Utara


82

Variabel Definisi Operasional Skala Alat ukur


Terkendali ukur
Perbandingan Perbandingan campuran base catalyst bahan detik Timer
adonan dan Autopolymerized Silikon SDL (Mollosil), yaitu 1:1 Otomatis
lamanya waktu atau dengan ukuran panjang yang sama dan diaduk
pengadukan base selama 30 detik.
catalyst
Autopolymerized
Silikon SDL
Berat pasta Berat pasta Heatpolymerized Silikon SDL yang gram Timbangan
Heatpolymerized diperlukan adalah 10 g Digital
Silikon SDL

Waktu Waktu pengepresan setelah penyatuan basis RAPP menit Timer


pengepresan dan bahan Silikon SDL adalah 10-15 menit Otomatis
setelah penyatuan
basis RAPP dan
bahan Silikon
SDL
Suhu dan waktu Suhu dan waktu kuring bahan Heatpolymerized Celcius Waterbath
kuring bahan Silikon SDL adalah 100°C selama 2 jam dalam dan Jam
Heatpolymerized waterbath.
Silikon SDL

Cara, suhu dan Perendaman sampel RAPP-Silikon SDL dilakukan waktu Jam
waktu sampai seluruh permukaan sampel terendam
perendaman pada suhu 370C selama 24 jam
sampel RAPP-
Silikon SDL

Kecepatan cross Kecepatan alat UTM menarik sampel basis RAPP mm/menit UTM
head speed UTM yang telah disatukan dengan Autopolymerized dan
yang digunakan Heatpolymerized Silikon SDL ke arah atas sampai
kedua bahan tersebut terputus, yaitu 5 mm/menit.

Ukuran Ukuran SEM yang digunakan untuk melihat - SEM


pembesaran SEM perbedaan bentuk morfologi permukaan basis RAPP
yang digunakan sebelum dan setelah surface treatment yaitu dengan
pembesaran 3500 x

Ketentuan Adhesive failure adalah lepasnya perlekatan secara - Visual


Adhesive failure, keseluruhan terjadi di interface silikon SDL dan
Cohesive failure basis RAPP. Cohesive failure adalah lepasnya
dan Mixed failure perlekatan terjadi pada bahan Silikon SDL saja.
Mixed failure adalah lepasnya perlekatan terjadi di
interface kedua bahan dan pada bahan silikon SDL.

Universitas Sumatera Utara


83

3.6 Alat dan Bahan Penelitian

3.6.1 Alat Penelitian

3.6.1.1 Alat Pembuatan Sampel


a. Model induk I dan Model induk II (Gambar 3.4)

II

Gambar 3.4 Model Induk I dan II

b. Kuvet untuk menanam model induk (Gambar 3.5)

Gambar 3.5 Kuvet

c. Rubber Bowl dan Spatula (Gambar 3.6)

Gambar 3.6 Rubber bowl dan spatula

Universitas Sumatera Utara


84

d. Gelas ukur, Timbangan digital dan Timer Otomatis (Gambar 3.7)

Gambar 3.7 Gelas ukur, Timbangan digital dan Timer Otomatis

e. Vibrator (Manfredi, Itali) (Gambar 3.8)

Gambar 3.8 Vibrator (ElliManfredi, Itali)

f. Kertas pasir silicone carbide ukuran 240, 400 dan 600 grit
g. Press hidrolik (Gambar 3.9)

Gambar 3.9 Press hidrolik


(OL 57 Manfredi, Italia)

Universitas Sumatera Utara


85

h. Waterbath (Gambar 3.10)

Gambar 3.10 Waterbath (Rost Fret, Germany)

i. Rotary grinder (Buehler Ltd, USA 60204) (Gambar 3.11)

Gambar 3.11 Rotary grinder (Buehler Ltd, USA 60204)

j. Portable Dental Engine dan Straight handpiece (Strong 204, Korea)


(Gambar 3.12)

Gambar 3.12 Portable Dental Engine dan Straight


handpiece ( Strong 204, Korea )

Universitas Sumatera Utara


86

k. Bur fraser dan Mandril


l. Alat Sandblast (Blasty, ElliManfredi, Italy) (Gambar 3.13)

Gambar 3.13 Alat Sandblast


(Blasty, ElliManfredi, Italy)

m. Kaliper digital dan Penggaris besi (Gambar 3.14)

Gambar 3.14 Kaliper digital dan Penggaris besi

n. Scalpel dan blade (Gambar 3.15)

Gambar 3.15 Scalpel dan blade

o. Lekron, Semen spatel dan Rubber Pot akrilik

Universitas Sumatera Utara


87

3.6.1.2 Alat Pengujian Sampel

1. Universal Testing Machine (Tensilon, Japan) (Gambar 3.16)

Gambar 3.16 Alat UTM (Tensilometer,


AND, RTF – 1350, Japan)

2. Scanning Electron Microscope (SEM) (Gambar 3.17)

Gambar 3.17 Alat SEM


(Sem Carl Zeiss EVO MA10, Japan)

Universitas Sumatera Utara


88

3.6.2 Bahan Penelitian

1. Dental Stone (Moldano, Herausz Kulzer, USA) (Gambar 3.18)

Gambar 3.18 Dental Stone

2. Resin akrilik polimerisasi panas (QC-20, Dentsply, England) (Gambar 3.19)

Gambar 3.19 Resin akrilik polimerisasi panas


(QC-20, Dentsply Intl, England)

3. Kertas pasir Silicone Carbide 240, 400 dan 600 grit

4. Autopolymerized Silikon SDL (Mollosil, Detax GmbH, Ettlingen, Germany)

(Gambar 3.20)

Gambar 3.20 Autopolymerized Silikon SDL (Mollosil,


Detax GmbH, Ettlingen, Germany)

Universitas Sumatera Utara


89

4. Heatpolymerized Silikon SDL (Molloplast B, Detax GmbH, Ettlingen,

Germany) (Gambar 3.21)

Gambar 3.21 Autopolymerized Silikon SDL


(Molloplast B Detax GmbH, Ettlingen, Germany)

5. Primer Adhesif Mollosil (Mollosil primer, Detax GmbH, Ettlingen, Germany)

(Gambar 3.22)

Gambar 3.22 Primer Adhesif (Mollosil)

5. Primer Adhesif Molloplast B (Primo adhesive, Detax GmbH, Ettlingen,

Germany) (Gambar 3.23)

Gambar 3.23 Primo Adhesive (Molloplast B)

Universitas Sumatera Utara


90

6. Butiran partikel alumina sandblast 250 μm (Gambar 3.24)

Gambar 3.24 Butiran partikel alumina


Sandblast 250 μm

7. Plastik bening, Vaseline

8. Aquadest, air destilasi (Gambar 3.25)

Gambar 3.25 Air destilasi

3.7 Cara Penelitian

3.7.1 Pembuatan Sampel Penelitian

3.7.1.1 Pembuatan Lempeng Uji

Model induk untuk pembuatan sampel terdiri dari 2 model induk yang

berbentuk rectangular terbuat dari logam kuningan. Model induk I berukuran 83 x 10 x

10 mm dengan ujung yang mengecil berukuran 15 x 10 x 8 mm (Gambar 3.26). Ukuran

Universitas Sumatera Utara


91

sampel dibuat berdasarkan petunjuk pembuatan sampel bahan RAPP yang memudahkan

sampel untuk ditanam dalam kuvet dan memudahkan untuk dipegang oleh alat UTM

serta berdasarkan penelitian sebelumnya (Kulkarni, dkk., 2011 ; Supraneni H, dkk.,

2013 ; Mahajan N dan Datta K, 2010 ; Kawano dkk., 1992). Model induk II berukuran 3

x 10 x 10 mm akan diletakkan ke bagian tengah mold yang telah diperoleh setelah

penanaman model induk I (Gambar 3.27).

83

8
10

15

Gambar 3.26 Ukuran Model induk I

Gambar 3.27 Ukuran model induk II

3.7.1.2 Pembuatan Mold

1. Dental stone dicampur dengan perbandingan 200 g : 60 mL aquadest untuk

pengisian kuvet bawah menggunakan alat timbangan digital dan gelas ukur

volume air

Universitas Sumatera Utara


92

2. Adonan dental stone diaduk selama 15 detik

3. Adonan gips dimasukkan kedalam kuvet bawah dan digetarkan diatas

vibrator

4. Model induk ditanam pada kuvet bawah hingga setengah tinggi permukaan

adonan dental stone. Setelah mengeras, dental stone dirapikan dan

didiamkan selama 30 menit. Dalam satu kuvet berisi 2 buah model induk

(Gambar 3.28)

Gambar 3.28 Penanaman model induk I pada kuvet

6. Setelah kering, permukaan dental stone diolesi dengan vaseline. Kuvet atas

disatukan dengan kuvet bawah kemudian diisi adonan dental stone dengan

perbandingan yang sama untuk pengisian kuvet bawah yaitu 200 g : 60 mL

aquadest dan dipress selama 45 menit

7. Setelah dental stone mengeras, kuvet dibuka dan model induk dikeluarkan

dari kuvet kemudian diperoleh mold (Gambar 3.29)

Universitas Sumatera Utara


93

Gambar 3.29 Mold yang terbentuk dari model induk I

3.7.1.3 Proses Flasking dan Curing

1. Oleskan cold mould seal terlebih dahulu pada permukaan mold dan dental

stone pada kuvet bawah dan atas. Bagian tengah mold ditandai untuk

panduan penempatan spacer. Kemudian masukkan model induk II sebagai

spacer ditengah-tengah mold (Gambar 3.30)

Gambar 3.30 Peletakkan model induk II ditengah


mold sebagai spacer

2. Buat sampel resin akrilik polimerisasi panas dengan mengaduk campuran

polimer dan monomer dalam pot akrilik menggunakan bantuan semen

Universitas Sumatera Utara


94

spatel selama 1 menit dengan perbandingan polimer dan monomer sebesar

46 g : 20 mL untuk 2 mold yang berada dalam 1 kuvet tersebut.

3. Setelah adonan mencapai dough stage, adonan Resin akrilik polimerisasi

panas dimasukkan ke dalam mold kemudian di press dengan menyisipkan

plastik bening sebagai separasi pada kuvet atas dan bawah. Setelah kuvet

atas dipasang, kemudian ditekan dengan press hidrolik. Selanjutnya kuvet

atas dibuka, plastik bening dikeluarkan dan akrilik yang berlebihan

dibersihkan dengan lekron lalu kuvet atas ditutup kembali untuk dilakukan

pengepresan kedua dengan press hidrolik.

4. Proses kuring dilakukan dengan memasukkan kuvet ke dalam waterbath

pada suhu 700 C selama 90 menit (fase I), kemudian dilanjutkan dengan

suhu 1000C dan dibiarkan selama 30-60 menit (fase II). Setelah proses

kuring selesai, kuver biarkan mendingin dalam suhu ruang.

3.7.1.4 Proses Penyelesaian

1. Posisi basis RAPP ditandai sebelum dikeluarkan dari kuvet agar

memudahkan saat peletakkannya kembali dalam kuvet setelah difinishing

dan polishing.

2. Akrilik yang berlebihan dari ukuran basis RAPP dibuang dan dirapikan

dengan bur fraser. Seluruh permukaan basis yang masih kasar dihaluskan

dengan kertas pasir ukuran 240, 400 dan 600 grit silicone carbide paper

Universitas Sumatera Utara


95

yang dipasangkan pada rotary grinder dengan air mengalir, kecuali

permukaan interface nya yang cukup dengan kertas pasir ukuran 240 grit.

3. Bersihkan basis RAPP dengan air mengalir dan keringkan dengan tekanan

udara.

4. Amati kembali ukuran basis RAPP yang telah dipoles yaitu 40 x 10 x 10

mm (Gambar 3.31).

Gambar 3.31. Basis RAPP yang telah dipoles


berukuran 40 x 10 x 10 mm

5. Masukkan kembali kedua basis RAPP ke dalam mold asalnya dan terlihat

ruang 3 mm di bagian tengah sebagai tempat bahan Silikon SDL (Gambar

3.32). Fiksasi dengan menggunakan adonan putty di tepi basis RAPP jika

diperlukan

Gambar 3..32 Peletakkan kembali basis RAPP


yang telah dipoles ke dalam mold

Universitas Sumatera Utara


96

3.7.1.5 Penyatuan Basis RAPP dengan Autopolymerized Silikon SDL

Basis RAPP dibersihkan dengan air mengalir kemudian dikeringkan dengan

3 way syringe 10 detik

3.7.1.5.1 Tanpa Surface Treatment

3.7.1.5.2 Surface Treatment Sandblast

1. Semprotkan partikel alumina 250 μm pada permukaan interface basis

RAPP dengan menggunakan Sandblast bertekanan 0,62 MPa dalam

jarak 10 mm selama 10 detik (Gambar 3.33)

2. Bersihkan permukaan basis RAPP dengan air mengalir kemudian

keringkan dengan 3 way syringe selama 10 detik

Gambar 3.33 Aplikasi Sandblast

3.7.1.5.3 Surface Treatment Primer Adhesif

1. Aplikasikan Primer Adhesif 1-2 kali olesan pada permukaan interface

basis RAPP dan biarkan selama 1 menit (Gambar 3.34)

Universitas Sumatera Utara


97

Gambar 3.34 Aplikasi Mollosil Primer Adhesif

3.7.1.5.4 Surface Treatment Sandblast dan Primer Adhesif

1. Semprotkan partikel alumina 250 μm pada permukaan interface basis

RAPP dengan menggunakan Sandblast bertekanan 0,62 MPa dalam

jarak 10 mm selama 10 detik (Gambar 3.33)

2. Aplikasikan Primer adhesif 1-2 kali olesan pada permukaan interface

basis RAPP dan biarkan selama 1 menit (Gambar 3.34)

Penyatuan Basis RAPP dengan Autopolymerized Silikon SDL selanjutnya

dilakukan tahapan sebagai berikut :

1. Aduk campuran base catalyst Autopolymerized Silikon SDL mengikuti petunjuk

pabrik, yaitu 1:1 (2 cm base : 2 cm catalyst) selama 30 detik (Gambar 3.35)

Gambar 3.35 Perbandingan base catalyst1 1:1

Universitas Sumatera Utara


98

2. Aplikasikan adonan tersebut ke interface 2 basis RAPP 40x10x10 mm

kemudian masukkan kedua basis RAPP ke dalam mold. Letakkan selapis

cellophane sheet diatasnya sebelum dipress (Gambar 3.36)

Gambar 3.36 Penyatuan Autopolymerized Silikon SDL


dengan 2 basis RAPP 40x10x10 mm

3. Kuvet ditutup dan dipress selama 10-15 menit dengan press hidrolik.

4. Setelah polimerisasi, buka cellophane sheet dan keluarkan sampel dari dalam

kuvet. Buang bahan yang berlebih dari ukuran interface dengan menggunakan

scalpel (Gambar 3.37)

Gambar 3.37 Pemotongan bahan Autopolymerized


Silikon SDL yang berlebih

Universitas Sumatera Utara


99

3.7.1.6 Penyatuan Basis RAPP dengan Heatpolymerized Silikon SDL

Basis RAPP dibersihkan dengan air mengalir kemudian dikeringkan dengan

3 way syringe 10 detik

3.7.1.6.1 Tanpa Surface Treatment

3.7.1.6.2 Surface Treatment Sandblast

1. Semprotkan partikel alumina 250 μm pada permukaan interface basis

RAPP dengan menggunakan Sandblast bertekanan 0,62 MPa yang

dilakukan dalam jarak 10 mm selama 10 detik

2. Bersihkan permukaan basis RAPP dengan air mengalir kemudian

keringkan dengan 3 way syringe selama 10 detik

3.7.1.6.3 Surface Treatment Primer Adhesif

1. Aplikasikan Primer Adhesif 1-2 kali olesan pada permukaan interface

basis RAPP dan biarkan selama 60 – 90 menit

3.7.1.6.4 Surface Treatment Sandblast dan Primer Adhesif

1. Semprotkan partikel alumina 250 μm pada permukaan interface basis

RAPP dengan menggunakan Sandblast bertekanan 0,62 MPa yang

dilakukan dalam jarak 10 mm selama 10 detik

Universitas Sumatera Utara


100

3. Bersihkan permukaan basis RAPP dengan air mengalir kemudian

keringkan dengan 3 way syringe selama 10 detik

4. Aplikasikan Primer Adhesif 1-2 kali olesan pada permukaan interface

basis RAPP dan biarkan selama 60 – 90 menit (Gambar 3.34)

Penyatuan Basis RAPP dengan Heatpolymerized Silikon SDL selanjutnya

dilakukan tahapan sebagai berikut :

1. Ambil 10 gram pasta Heatpolymerized Silikon SDL kemudian aplikasikan ke

interface 2 basis RAPP 40x10x10 mm kemudian masukkan kembali kedua

basis RAPP ke dalam mold (Gambar 3.38)

Gambar 3.38 Penyatuan basis RAPP dan Heatpolymerized


Silikon SDL

2. Letakkan selapis cellophane sheet diatasnya kemudian kuvet ditutup dan dipress

selama 10-15 menit dengan tekanan 100 kvp

Universitas Sumatera Utara


101

3. Buka kuvet, lepaskan cellophane sheet dan keluarkan sampel dari dalam kuvet.

Buang bahan Heatpolymerized Silikon SDL yang berlebih dari ukuran interface

dengan menggunakan scalpel (Gambar 3.39)

Gambar 3.39 Pemotongan bahan Heatpolymerized Silikon SDL yang berlebih

4. Masukkan kembali sampel ke dalam mold kemudian kuvet ditutup dan di press

5. Masukkan kuvet ke dalam waterbath yang dipanaskan secara perlahan sampai

suhu 100°C dan pertahankan suhu 100°C selama 2 jam. Setelah 2 jam, kuvet

didinginkan secara perlahan

3.7.2 Pengujian Sampel Penelitian

1. Sampel direndam dalam air destilasi selama 24 jam dengan seluruh bagian

permukaan sampel terendam selama 24 jam dalam incubator dengan suhu

konstan (Gambar 3.40)

Universitas Sumatera Utara


102

Gambar 3.40 Perendaman sampel dalam air destilasi selama 24 jam

2. Angkat dan keringkan dengan 3 way syringe selama 10 detik

3. Uji kekuatan lekatnya dengan Tensile test menggunakan alat Universal

Testing Machine (UTM)

A) Persiapan alat mesin uji tarik serta peletakkan dan fiksasi sampel

(Gambar 3.41)

Gambar 3.41 Posisi sampel pada alat UTM

B) Nyalakan mesin uji tarik yang dihubungkan dengan komputer.

C) Uji tarik dilakukan dengan cross head speed 5 mm/menit sampai

terjadinya crack.

Universitas Sumatera Utara


103

D) Nilai yang muncul saat terjadinya crack pertama kali dicatat sebagai

nilai kekuatan lekat maksimal yang dimiliki suatu bahan Silikon SDL

pada basis RAPP yang di surface treatment maupun yang tidak dengan

satuan nilanya dihitung dalam MPa. Nilai standar kekuatan lekat adalah

0.44 MPa.

E) Perhitungan kekuatan lekat dilakukan dengan rumus :

Bond strength = Maximum load (kgf) / Cross-sectional area (mm)

Cross-sectional area pada sampel adalah sebesar 10 x 10 mm

F) Benda putus, pengeluaran benda (Gambar 3.42)

Gambar 3.42 Sampel putus setelah


di uji tarik dengan UTM

G) Terputusnya atau lepasnya perlekatan Silikon SDL dari permukaan

basis RAPP dapat berupa adhesive failure, cohesive failure maupun

mixed failure yang dapat diamati secara visual. Adhesive failure yaitu

kegagalan perlekatan terjadi di interface Silikon SDL-basis RAPP.

Universitas Sumatera Utara


104

Cohesive failure yaitu kegagalan perlekatan terjadi di dalam bagian

Silikon SDLitu sendiri dan tidak pada interface basis RAPP-SDL.

Mixed failure yaitu kegagalan perlekatan terjadi pada interface basis

RAPP-SDL dan di dalam bagian Silikon SDLitu sendiri.

3.7.3 Makrostruktur dan Mikrostruktur Permukaan Basis RAPP Tanpa Surface

Treatment dan Dengan Surface Treatment Sandblast, Primer Adhesif dan

Gabungan Sandblast-Primer Adhesif

Setelah di surface treatment, satu sampel tambahan yang mewakili setiap

kelompok di coating dengan gold palladium alloy menggunakan teknik sputter-coating

(Quarum Q 150R ES) dan di analisa oleh alat SEM (Carl Zeiss EVO MA10, Germany)

dengan pembesaran 3500 X. Pemeriksaan SEM dilakukan pada permukaan intaglio

basis RAPP dengan luas penampang berukuran 10x10 mm dan ketebalan 4 mm.

Pemeriksaan SEM dalam penelitian ini dimaksudkan untuk melihat perbedaan bentuk

morfologi permukaan basis RAPP tanpa surface treatment dan dengan surface treatment

sandblast, mollosil primer adhesif, molloplast primer adhesif, gabungan sandblast-

mollosil primer adhesif, dan gabungan sandblast-molloplast primer adhesif (Gambar

3.43 dan Gambar 3.44).

Universitas Sumatera Utara


105

a b

Gambar3.43 Pelapisan emas permukaan basis RAPP tanpa dan dengan surface treatment
(a) 6 buah sampel basis RAPP yang akan di coating
(b) Spin Coating (Sputter Coaters, Quarum Q 150R ES, Germany)

Gambar 3.44 Pemeriksaan SEM permukaan basis RAPP tanpa dan dengan
surface treatment menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM)
(Carl Zeiss EVO MA10, Germany)

Gambaran morfologi basis RAPP tanpa surface treatment dan dengan surface

treatment yang diperoleh dari SEM kemudian dianalisis dan dikorelasikan dengan nilai

kekuatan lekat yang telah diperoleh dari hasil tensile test.

Universitas Sumatera Utara


106

3.8 Kerangka Operasional Penelitian

Model induk I dari logam untuk uji kekuatan lekat

Penanaman dalam kuvet

Mold

Peletakkan model induk II ditengah-tengah mold sebagai spacer

Polimer dicampur dalam monomer dan diaduk hingga mencapai fase dough stage

Pengisian akrilik dalam mould dibagi menjadi 2 bagian (pada kuvet atas dan kuvet bawah)

Pemberian separator dengan plastik bening

Kuvet ditekan dengan pres hidraulik untuk pertama kali sebesar 1000psi

Pembuangan akrilik yang berlebih dengan lekron

Kuvet ditekan dengan pres hidraulik kedua kali sebesar 2200psi

Kuring dengan pemanasan air menggunakan waterbath (suhu 700C selama 90 menit
dilanjutkan pemanasan pada suhu 1000C selama 30 menit)

Kuvet dibiarkan hingga mencapai suhu ruang

Sampel RAPP

Penyelesaian akhir pada permukaan interface dengan menggunakan kertas pasir ukuran 240 grit silicone
carbide waterproof dengan rotary grinder dan air mengalir

Penyelesaian akhir pada semua permukaan kecali interface dengan menggunakan bur fraser, kertas pasir
ukuran 240 , 400 dan 600 grit silicone carbide waterproof dengan rotary grinder dan air yang mengalir

Keringkan dengan tekanan udara

Jumlah Sampel Penelitian (40 sampel)

Universitas Sumatera Utara


107

Jumlah Sampel Penelitian (40 sampel)

Basis RAPP yang berkontak dengan Basis RAPP yang berkontak dengan
Autopolymerized Silikon SDL (20 sampel) Heatpolymerized Silikon SDL (20 sampel)

Kontrol Primer Sand Sandblast + Kontrol Primer Sand Sandblast +


(5) Adhesif blast Primer (5) Adhesif blast Primer
(5) (5) Adhesif (5) (5) Adhesif
(5) (5)
(5) (5)
1-2 kali usapan & 1-2 kali usapan &
diamkan selama diamkan selama
1 menit 60-90 menit

menyemprotkan partikel alumina 250 menyemprotkan partikel alumina 250


μm menggunakan alat sandblast yang μm menggunakan alat sandblast yang
dilakukan dalam jarak 10 mm selama dilakukan dalam jarak 10 mm selama 10
10 detik → bersihkan dengan air detik → bersihkan dengan air mengalir
mengalir dan keringkan dengan tekanan dan keringkan dengan tekanan udara
udara

1. Menyemprotkan partikel alumina 250 μm 1. Menyemprotkan partikel alumina 250 μm


menggunakan alat sandblast yang dilakukan menggunakan alat sandblast yang dilakukan
dalam jarak 10 mm selama 10 detik → dalam jarak 10 mm selama 10 detik →
bersihkan dengan air mengalir dan keringkan bersihkan dengan air mengalir dan keringkan
dengan tekanan udara dengan tekanan udara
2. Oleskan 1-2 kali usapan Primer Adhesif & 2. Oleskan 1-2 kali usapan Primer Adhesif &
diamkan selama 1 menit diamkan selama 60-90 menit

Masukkan kembali sampel basis RAPP ke dalam mold & Isi bagian tengah (space 3 mm) dengan bahan Silikon SDL

1. Autopolymerized Silikon SDL → base:catalyst 1. Heatpolymerized SDL : 10 gr pasta dimasukkan ke dalam mold
= 1:1 diaduk 30 detik 2. Press kuvet selama 15 menit
2. Masukkan adonan ke dalam space 3. Kuring dengan pemanasan air menggunakan waterbath (suhu
3.Press selama 15 menit sampai terjadi 1000C selama 2 jam)
polimerisasi (20 sampel) 3. Biarkan dingin dalam temperature ruang (20 sampel)

Perendaman sampel dalam air destilasi selama 24 jam dengan suhu 370C

Pengujian kekuatan lekat (Tensile Test)

Pengumpulan data Analisis data Hasil

Universitas Sumatera Utara


108

3.9 Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk penelitian ini adalah :

1. Uji T-Test untuk mengetahui perbedaan kekuatan lekat Autopolymerized

Silikon SDL-basis RAPP dan Heatpolymerized Silikon SDL-basis RAPP tanpa surface

treatment dan dengan surface treatment sandblast, primer adhesif dan gabungan

sandblast-primer adhesif

2. Uji ANOVA satu arah untuk mengetahui pengaruh surface treatment

sandblast, primer adhesif dan gabungan sandblast-primer adhesif terhadap kekuatan

lekat Autopolymerized Silikon SDL-basis RAPP dan Heatpolymerized Silikon SDL-

basis RAPP

3. Uji LSD (Least Significance Difference) untuk mengetahui pasangan

perlakuan mana yang bermakna antar kelompok yang diberi perlakuan

Universitas Sumatera Utara


109

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Pembuatan sampel penelitian berjumlah 40 sampel dilakukan di Unit Usaha Jasa

dan Industri Laboratorium Dental Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

dan di Laboratorium Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Sumatera Utara. Sampel berjumlah 40 buah yang dibagi dua untuk dua kelompok bahan

silikon SDL yaitu 20 sampel untuk kelompok bahan Autopolymerized silikon SDL

(Mollosil)-basis RAPP dan 20 sampel untuk kelompok bahan Heatpolymerized silikon

SDL (Molloplast) - basis RAPP. Pada Autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan

Heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP yang masing-masing berjumlah 20 sampel

dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok tanpa surface treatment sebagai kontrol,

kelompok dengan surface treatment sandblast, kelompok dengan surface treatment

primer adhesif dan kelompok dengan surface treatment gabungan antara sandblast dan

primer adhesif. Jumlah sampel untuk masing-masing kelompok terdiri dari 5 sampel.

Pengujian sampel dilakukan dengan menggunakan uji tensile dengan alat

Universal Testing Machine (UTM Tensilometer, AND, RTF – 1350, Japan) di

Laboratorium Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara. Tiga bentuk failure yang

terjadi setelah tensile test adalah adhesive failure, cohesive failure dan mixed failure

yang dapat diamati secara visual. Nilai standar kekuatan lekat bahan Soft Denture Lining

pada basis RAPP yang masih dapat diterima secara klinis adalah 0.44 MPa. Desain

penelitian yang digunakan adalah posttest-only control group design yang bertujuan

untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara memberi perlakuan

dan membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan.
109
Universitas Sumatera Utara
110

Perbedaan gambaran morfologi permukaan basis RAPP tanpa surface treatment dan

dengan surface treatment sandblast, primer adhesif dan sandblast-primer adhesif

diamati dengan menggunakan alat SEM di Laboratorium Fisika FMIPA UNIMED.

4.1 Perbedaan Kekuatan Lekat Autopolymerized Silikon Soft Denture Lining dan

Heatpolymerized Silikon Soft Denture Lining pada Basis Resin Akrilik Polimerisasi

Panas Tanpa Surface Treatment dan dengan Surface Treatment Sandblast, Primer

Adhesif dan Gabungan Sandblast - Primer Adhesif

4.1.1 Perbedaan Kekuatan Lekat Autopolymerized Silikon Soft Denture Lining dan

Heatpolymerized Silikon Soft Denture Lining pada Basis Resin Akrilik Polimerisasi

Panas Tanpa Surface Treatment

Nilai kekuatan lekat kelompok autopolymerized silikon SDL-basis RAPP tanpa

surface treatment, yang terkecil adalah 0,125 MPa dan yang terbesar adalah 0,184 MPa

dengan nilai rerata (Mean) dan standar deviasi (SD) adalah 0.150± 0,028 MPa. Nilai

kekuatan lekat kelompok heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP tanpa surface

treatment, yang terkecil adalah 1,000 MPa dan yang terbesar adalah 1,188 MPa. dengan

nilai rerata (Mean) dan standar deviasi (SD) adalah 1.098±0.078 MPa. Tipe failure yang

terjadi pada seluruh sampel kelompok autopolymerized dan heatpolymerized silikon

SDL-basis RAPP tanpa surface treatment adalah adhesive failure (Tabel 4.1).

Universitas Sumatera Utara


111

Tabel 4.1 Nilai kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized silikon
SDL-basis RAPP tanpa surface treatment
Kekuatan Lekat (MPa)
Kelompok Sampel Tanpa Surface Treatment Tipe Failure
(X±SD)
Autopolymerized 1 0.176±0,028 Adhesive failure
Silikon SDL 2 Adhesive failure
0.125±0,028*
3 0.184±0,028** Adhesive failure
4 0.134±0,028 Adhesive failure

5 0.132±0,028 Adhesive failure

Mean ± SD 0.150±0,028

Kekuatan Lekat (MPa)


Kelompok Sampel Tipe Failure
Tanpa Surface Treatment
(X±SD)
Heatpolymerized 1 1.143±0.078 Adhesive failure
Silikon SDL 2 1.000 ±0.078 * Adhesive failure

3 1.121±0.078 Adhesive failure

4 1.036±0.078 Adhesive failure

5 1.188 ±0.078 ** Adhesive failure

Mean ± SD 1.098±0.078

Keterangan : * nilai terkecil


** nilai terbesar

Gambar 4.1 adhesive failure

Perbedaan kekuatan lekat antara kelompok autopolymerized silikon SDL-basis

RAPP dan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP tanpa surface treatment dapat

diketahui melalui uji t. Sebelum uji t dilakukan, terlebih dahulu diketahui apakah data

sampel terdistribusi normal atau tidak dengan uji Saphiro-Wilk (n<50). Hasil uji

Saphiro-Wilk menyatakan bahwa data terdistribusi normal pada kelompok

Autopolymerized Silikon SDL-basis RAPP tanpa surface treatment, dengan nilai p =

Universitas Sumatera Utara


112

0,112 (p> 0,05) ; dan data terdistribusi normal pada kelompok Heatpolymerized Silikon

SDL-basis RAPP tanpa surface treatment, dengan nilai p = 0,689 (p> 0,05). Dari hasil

uji Saphiro-Wilk yang menyatakan bahwa data terdistribusi normal memiliki makna

bahwa data dapat dilanjutkan dengan uji t. Hasil uji t menunjukkan ada perbedaan

kekuatan lekat yang signifikan antara kelompok autopolymerized silikon SDL-basis

RAPP dan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP tanpa surface treatment, dengan

nilai p = 0.0001 (p<0.05) (Tabel 4.2).

Tabel 4.2 Perbedaan kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized
silikon SDL-basis RAPP tanpa surface treatment

Kelompok n Kekuatan Lekat (MPa)


p
Tanpa Surface Treatment (X±SD)

Autopolymerized Silikon SDL 5 0.150±0,028 0.0001*

Heatpolymerized Silikon SDL 5 1.098±0.078

Keterangan : * signifikan ( p < 0,05)

4.1.2 Perbedaan Kekuatan Lekat Autopolymerized Silikon Soft Denture Lining

dan Heatpolymerized Silikon Soft Denture Lining pada Basis Resin Akrilik

Polimerisasi Panas dengan Surface Treatment Sandblast

Nilai kekuatan lekat kelompok autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dengan

surface treatment sandblast, yang terkecil adalah 0,339 MPa dan yang terbesar adalah

0,469 MPa dengan nilai rerata (Mean) dan standar deviasi (SD) adalah 0.396±0.063

MPa. Nilai kekuatan lekat kelompok heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP dengan

surface treatment sandblast, yang terkecil adalah 1,306 MPa dan yang terbesar adalah

1,527 MPa dengan nilai rerata (Mean) dan standar deviasi (SD) adalah 1.370±0.092

MPa. Tipe failure yang terjadi pada kelompok autopolymerized silikon SDL-basis

RAPP dengan surface treatment sandblast adalah keseluruhannya mengalami adhesive

Universitas Sumatera Utara


113

failure, sementara tipe failure yang terjadi pada kelompok heatpolymerized silikon SDL-

basis RAPP dengan surface treatment sandblast adalah 3 sampel mengalami adhesive

failure dan 2 sampel mengalami mixed failure (Tabel 4.3 dan Gambar 4.2).

Tabel 4.3 Nilai kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized silikon
SDL-basis RAPP dengan surface treatment sandblast
Kekuatan Lekat (MPa)
Kelompok Sampel Dengan Surface Treatment Sandblast Tipe Failure
(X±SD)
Autopolymerized 1 0.340±0.063 Adhesive Failure
Silikon SDL 2 0.469 ±0.063 ** Adhesive Failure
3 0.374±0.063 Adhesive Failure
4 0.339±0.063 * Adhesive Failure
5 0.456±0.063 Adhesive Failure

Mean ± SD 0.396 ±0.063


Heatpolymerized 1 1.306 * Adhesive Failure
Silikon SDL 2 1.380 Mixed Failure
3 1.527 ** Mixed Failure
4 1.319 Adhesive Failure
5 1.318 Adhesive Failure

Mean ± SD 1.370±0.092
Keterangan : * nilai terkecil
** nilai terbesar

Perbedaan kekuatan lekat antara kelompok autopolymerized silikon SDL-basis

RAPP dan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP dengan surface treatment

sandblast dapat diketahui melalui uji t. Sebelum uji t dilakukan, terlebih dahulu

diketahui apakah data sampel terdistribusi normal atau tidak dengan uji Saphiro-Wilk

(n<50). Hasil uji Saphiro-Wilk menyatakan bahwa data terdistribusi normal pada

kelompok autopolymerized Silikon SDL-basis RAPP dengan surface treatment

sandblast, dengan nilai p = 0,147 (p> 0,05) ; dan data terdistribusi normal pada

kelompok heatpolymerized Silikon SDL-basis RAPP dengan surface treatment

sandblast, dengan nilai p = 0,051 (p> 0,05). Dari hasil uji Saphiro-Wilk menunjukkan

Universitas Sumatera Utara


114

data terdistribusi normal, berdasarkan hal tersebut maka data dapat dilanjutkan dengan

uji t. Hasil uji t menunjukkan ada perbedaan kekuatan lekat yang signifikan antara

kelompok autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized silikon SDL-

basis RAPP dengan surface treatment sandblast, dengan nilai p = 0.0001 (p<0.05)

(Tabel 4.4)

Tabel 4.4 Perbedaan kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized
silikon SDL-basis RAPP dengan surface treatment sandblast
Kekuatan Lekat (MPa)
Kelompok n Dengan Surface Treatment Sandblast p
(X±SD)
Autopolymerized Silikon SDL 5
0.396 ±0.063 0.0001*

Heatpolymerized Silikon SDL 5 1.370±0.092


Keterangan : * signifikan ( p < 0,05)

4.1.3 Perbedaan Kekuatan Lekat Autopolymerized Silikon Soft Denture Lining

dan Heatpolymerized Silikon Soft Denture Lining pada Basis Resin Akrilik

Polimerisasi Panas dengan Surface Treatment Primer Adhesif

Nilai kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP pada kelompok

primer adhesif, yang terkecil adalah 0,755 MPa dan yang terbesar adalah 0,877 MPa

dengan nilai rerata (Mean) dan standar deviasi (SD) adalah 0.815±0.053 MPa. Nilai

kekuatan lekat heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP pada kelompok primer adhesif,

yang terkecil adalah 1,746 MPa dan yang terbesar adalah 2,459 MPa dengan nilai rerata

(Mean) dan standar deviasi (SD) adalah 2.115±0.330 MPa. Tipe failure yang terjadi

pada kelompok autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dengan surface treatment

primer adhesif adalah keseluruhannya mengalami adhesive failure, sementara tipe

failure yang terjadi pada kelompok heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP dengan

Universitas Sumatera Utara


115

surface treatment primer adhesif adalah keseluruhannya mengalami cohesive failure

(Tabel 4.5 dan Gambar 4.3).

Tabel 4.5 Nilai kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized silikon
SDL-basis RAPP dengan surface treatment primer adhesif
Kekuatan Lekat (MPa)
Kelompok Sampel Tipe Failure
Dengan Surface Treatment
Primer Adhesif (X±SD)
Autopolymerized 1 0.877±0.053** Adhesive Failure
Silikon SDL 2 0.856±0.053 Adhesive Failure
3 0.820±0.053 Adhesive Failure
4 0.769±0.053 Adhesive Failure
5 0.755 ±0.053 * Adhesive Failure

Mean ± SD 0.815±0.053
Heatpolymerized 1 2.459±0.330** Cohesive Failure
Silikon SDL 2 2.170±0.330 Cohesive Failure
3 1.746 ±0.330 * Cohesive Failure
4 1.803±0.330 Cohesive Failure
5 2.398±0.330 Cohesive Failure

Mean ± SD 2.115±0.330
Keterangan : * nilai terkecil
** nilai terbesar

Gambar 4.2 Cohesive failure

Perbedaan kekuatan lekat antara kelompok autopolymerized silikon SDL-basis

RAPP dan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP dengan surface treatment primer

adhesif dapat diketahui melalui uji t. Sebelum uji t dilakukan, terlebih dahulu diketahui

apakah data sampel terdistribusi normal atau tidak dengan uji Saphiro-Wilk (n<50).

Hasil uji Saphiro-Wilk menunjukkan data terdistribusi normal pada kelompok

autopolymerized Silikon SDL-basis RAPP dengan surface treatment primer adhesif,

dengan nilai p = 0,563 (p> 0,05) ; dan data terdistribusi normal pada kelompok

heatpolymerized silikon SDL dengan surface treatment primer adhesif, dengan nilai p =

Universitas Sumatera Utara


116

0,294 (p> 0,05). Dari hasil uji Saphiro-Wilk yang menyatakan bahwa data terdistribusi

normal memiliki makna bahwa data dapat dilanjutkan dengan uji t. Hasil uji t

menunjukkan ada perbedaan kekuatan lekat yang signifikan antara kelompok

autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP

dengan surface treatment primer adhesif, dengan nilai p = 0.0001 (p<0.05) (Tabel 4.6)

Tabel 4.6 Perbedaan kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized
silikon SDL-basis RAPP dengan surface treatment primer adhesif
Kekuatan Lekat (MPa)
Kelompok n Dengan Surface Treatment p
Primer adhesif (X±SD)
Autopolymerized Silikon SDL 5 0.815±0.053
0.0001*
Heatpolymerized Silikon SDL 5
2.115±0.330
Keterangan : * signifikan ( p < 0,05)

4.1.4 Perbedaan Kekuatan Lekat Autopolymerized Silikon Soft Denture Lining

dan Heatpolymerized Silikon Soft Denture Lining pada Basis Resin Akrilik

Polimerisasi Panas dengan Surface Treatment Sandblast-Primer Adhesif

Nilai kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP pada kelompok

sandblast-primer adhesif, yang terkecil adalah 0,477 MPa dan yang terbesar adalah

0,738 MPa dengan nilai rerata (Mean) dan standar deviasi (SD) adalah 0.591 ± 0.112

MPa. Nilai kekuatan lekat heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP pada kelompok

sandblast-primer adhesif, yang terkecil adalah 1,640 MPa dan yang terbesar adalah

1,853 MPa dengan nilai rerata (Mean) dan standar deviasi (SD) adalah 1.754±0.079

MPa. Tipe failure yang terjadi pada kelompok autopolymerized silikon SDL-basis

RAPP dengan surface treatment sandblast-primer adhesif adalah keseluruhannya

mengalami adhesive failure, sementara tipe failure yang terjadi pada kelompok

Universitas Sumatera Utara


117

heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP dengan surface treatment sandblast-primer

adhesif adalah 2 sampel mengalami cohesive failure dan 3 sampel mangalami mixed

failure (Tabel 4.7).

Tabel 4.7 Nilai kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized silikon
SDL-basis RAPP dengan surface treatment sandblast-primer adhesif
Kekuatan Lekat (MPa)
Kelompok Sampel Dengan Surface Treatment Tipe Failure
Sandblast-Primer Adhesif
Autopolymerized 1 0.738 ±0.112 ** Adhesive Failure
Silikon SDL 2 0.477±0.112 * Adhesive Failure
3 0.641±0.112 Adhesive Failure
4 0.617±0.112 Adhesive Failure
5 0.481±0.112 Adhesive Failure
Mean ±
SD 0.591±0.112
Heatpolymerized 1 1.640 ±0.112 * Mixed Failure
Silikon SDL 2 1.853±0.112** Cohesive Failure
3 1.739±0.112 Mixed Failure
4 1.744±0.112 Mixed Failure
5 1.795±0.112 Cohesive Failure
Mean ±
SD 1.754±0.079
Keterangan : * nilai terkecil
** nilai terbesar

Gambar 4.3 Mixed failure

Perbedaan kekuatan lekat antara kelompok autopolymerized silikon SDL-basis

RAPP dan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP dengan surface treatment

sandblast-primer adhesif dapat diketahui melalui uji t. Sebelum uji t dilakukan, terlebih

dahulu diketahui apakah data sampel terdistribusi normal atau tidak dengan uji Saphiro-

Wilk (n<50). Hasil uji Saphiro-Wilk menyatakan bahwa data terdistribusi normal pada

kelompok autopolymerized Silikon SDL-basis RAPP dengan surface treatment

sandblast-primer adhesif, dengan nilai p = 0,420 (p > 0,05) ; dan data terdistribusi

Universitas Sumatera Utara


118

normal pada kelompok heatpolymerized Silikon SDL-basis RAPP dengan surface

treatment sandblast-primer adhesif, dengan nilai p = 0,873 (p > 0,05). Dari hasil uji

Saphiro-Wilk menunjukkan data dapat dilanjutkan dengan uji t. Hasil uji t menunjukkan

ada perbedaan kekuatan lekat yang signifikan antara kelompok autopolymerized silikon

SDL-basis RAPP dan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP dengan surface

treatment sandblast-primer adhesif, dengan nilai p = 0.0001 (p<0.05) (Tabel 4.8).

Tabel 4.8 Perbedaan kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized
silikon SDL-basis RAPP dengan surface treatment sandblast-primer adhesif
Kekuatan Lekat (MPa)
Kelompok n Dengan Surface Treatment P
Sandblast-Primer adhesif
Autopolymerized Silikon SDL 5
0.591±0.112 0.0001*
Heatpolymerized Silikon SDL 5
1.754±0.079
Keterangan : * signifikan ( p < 0,05)

Mollosil (+) SB Mollosil (+) SB+PA Molloplast (+) SB Molloplast (+)SB+PA

Mollosil (-) ST Mollosil (+) PA Molloplast (-) ST Molloplast (+) PA


(+)PA

Gambar 4.4 Bentuk failure pada masing-masing kelompok surface treatment bahan autopolymerized
silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP yang terjadi
setelah uji tensile

Universitas Sumatera Utara


119

4.2 Pengaruh Surface Treatment Sandblast, Primer Adhesif, Sandblast-Primer

Adhesif terhadap Kekuatan Lekat Autopolymerized silikon Soft Denture Lining-

Basis Resin Akrilik Polimerisasi Panas dan Heatpolymerized silikon Soft Denture

Lining-Basis Resin Akrilik Polimerisasi Panas

4.2.1 Pengaruh Surface Treatment Sandblast, Primer Adhesif, Sandblast-Primer

Adhesif terhadap Kekuatan Lekat Autopolymerized silikon Soft Denture Lining-

Basis Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Untuk mengetahui pengaruh surface treatment sandblast, primer adhesif dan

sandblast-primer adhesif terhadap kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis

RAPP, maka data sampel dianalisis dengan uji One Way Anova. Sebelum uji One Way

Anova dilakukan, terlebih dahulu diketahui apakah data sampel terdistribusi normal atau

tidak dengan uji Saphiro-Wilk (n<50). Dari uji Saphiro-Wilk, diperoleh nilai

signifikansi (p) pada semua kelompok autopolymerized silikon SDL-basis RAPP yang

diuji berada diantara 0,112 sampai 0,420 yang memiliki makna bahwa data terdistribusi

normal (p>0,05). Dari hasil uji Saphiro-Wilk yang menyatakan bahwa data terdistribusi

normal (p>0,05), memiliki makna bahwa data dapat dilanjutkan dengan uji One Way

Anova. Hasil uji One Way Anova diperoleh ada pengaruh surface treatment sandblast,

primer adhesif, dan sandblast-primer adhesif yang signifikan terhadap kekuatan lekat

autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dengan p = 0,0001 (p<0,05) (Tabel 4.9).

Universitas Sumatera Utara


120

Tabel 4.9 Pengaruh surface treatment sandblast, primer adhesif, dan sandblast-primer adhesif terhadap
kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP
Jumlah Kekuatan Lekat
Sampel (MPa)
Kelompok p
n X ±SD

A
(Tanpa Surface Treatment) 5 0.150±0,028

B
(Surface Treatment Sandblast) 5 0.396 ±0.063
C 0,0001*
(Surface Treatment Primer Adhesif) 5 0.815±0.053

D
(Surface Treatment Sandblast-Primer Adhesif) 5 0.591±0.112

Keterangan : * signifikan (p < 0,05)

4.2.2 Pengaruh Surface Treatment Sandblast, Primer Adhesif, Sandblast-Primer

Adhesif terhadap Kekuatan Lekat Heatpolymerized Silikon Soft Denture Lining-

Basis Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Untuk mengetahui pengaruh surface treatment terhadap kekuatan lekat

heatpolymerized Silikon SDL-basis RAPP, maka data sampel dianalisis dengan uji

One Way Anova. Sebelum uji One Way Anova dilakukan, terlebih dahulu diketahui

apakah data sampel terdistribusi normal atau tidak dengan uji Saphiro-Wilk (n<50). Dari

uji Saphiro-Wilk, diperoleh nilai signifikansi (p) pada semua tipe surface treatment pada

kelompok sampel heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP yang diuji berada diantara

0,043 sampai 0,873 yang memiliki makna bahwa data terdistribusi normal (p>0,05).

Dari hasil uji Saphiro-Wilk yang menyatakan bahwa data terdistribusi normal (p>0,05),

memiliki makna bahwa data dapat dilanjutkan dengan uji One Way ANOVA.

Berdasarkan hasil uji One Way ANOVA diperoleh adanya pengaruh surface treatment

sandblast, primer adhesif, dan sandblast-primer adhesif yang signifikan terhadap

Universitas Sumatera Utara


121

kekuatan lekat heatpolymerized Silikon SDL-basis RAPP dengan p = 0,0001 (p<0,05)

(Tabel 4.10)

Tabel 4.10 Pengaruh surface treatment sandblast, primer adhesif, dan sandblast-primer adhesif terhadap
kekuatan lekat Heatpolymerized Silikon SDL-basis RAPP
Jumlah Kekuatan Lekat
Sampel (MPa)
Kelompok p
n X ±SD

A
(Tanpa Surface Treatment) 5 1.098±0.078

B
(Surface Treatment Sandblast) 5 1.370±0.092
0,0001*
C
(Surface Treatment Primer Adhesif) 5 2.115±0.330

D
(Surface Treatment Sandblast-Primer Adhesif) 5 1.754±0.079

Keterangan : * signifikan (p < 0,05)

Pengaruh surface treatment terhadap kekuatan lekat autopolymerized Silikon

SDL-basis RAPP dan heatpolymerized Silikon SDL-basis RAPP tersebut dapat diamati

melalui adanya perbedaan bentuk morfologi permukaan basis RAPP tanpa surface

treatment dan dengan surface treatment sandblast, primer adhesif, dan sandblast-primer

adhesif. Gambaran SEM pada permukaan basis RAPP tanpa surface treatment

menunjukkan bentuk permukaan yang beraturan dengan adanya guratan-guratan

horizontal yang teratur dan parallel (Gambar 4.5).

Universitas Sumatera Utara


122

Gambar 4.5 Gambaran SEM 3500x pembesaran pada


permukaan basis RAPP tanpa surface treatment

Gambaran SEM pada permukaan basis RAPP dengan surface treatment

Sandblast menunjukkan permukaan basis RAPP yang kasar, tajam dan tidak beraturan

dengan celah yang berbentuk sudut yang sempit dan dangkal (Gambar 4.6)

Gambar 4.6 Gambaran SEM 3500x pembesaran pada


permukaan basis RAPP yang di sandblast

Gambaran SEM pada permukaan basis RAPP dengan surface treatment primer

adhesif (mollosil) menghasilkan permukaan kasar seperti batu apung dengan banyak

celah berbentuk bulat (pori) dan tersebar merata, ukuran pori bervariasi akan tetapi pori

tersebut tidak dalam dan tidak saling berhubungan (Gambar 4.7)

Universitas Sumatera Utara


123

Gambar 4.7 Gambaran SEM 3500x pembesaran pada


permukaan basis RAPP yang di primer adhesif
(mollosil)

Gambaran SEM pada permukaan basis RAPP dengan surface treatment

sandblast-primer adhesif (mollosil) menghasilkan permukaan kasar, tajam dan tak

beraturan dengan celah besar dan bersudut (Gambar 4.8)

Gambar 4.8 Gambaran SEM 3500x pembesaran pada


permukaan basis RAPP yang di sandblast-primer
adhesif (mollosil)

Gambaran SEM pada permukaan basis RAPP dengan surface treatment primer

adhesif (molloplast) menghasilkan permukaan yang kasar dengan trabekula yang besar,

Universitas Sumatera Utara


124

banyak celah berbentuk bulat (pori) yang jelas, berukuran besar, tersebar merata dan

saling berhubungan (Gambar 4.9)

Gambar 4.9 Gambaran SEM 3500x pembesaran pada


permukaan basis RAPP yang di primer adhesif
(molloplast)

Gambaran SEM pada permukaan basis RAPP dengan surface treatment

sandblast-primer adhesif (molloplast B) menghasilkan permukaan basis RAPP yang

kasar dengan trabekula kecil, beberapa celah berbentuk sudut dan berbentuk bulat (pori)

yang saling berhubungan dengan ukuran yang bervariasi (Gambar 4.10)

Gambar 4.10 Gambaran SEM 3500x pembesaran pada


permukaan basis RAPP yang di sandblast-
primer adhesif (molloplast)

Universitas Sumatera Utara


125

4.3 Perbedaan Pengaruh Surface Treatment Sandblast, Primer Adhesif,

Sandblast-Primer Adhesif terhadap Kekuatan Lekat Autopolymerized Silikon Soft

Denture Lining-Basis Resin Akrilik Polimerisasi Panas dan Heatpolymerized

Silikon Soft Denture Lining-Basis Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Untuk mengetahui pasangan perlakuan mana yang bermakna antar kelompok

yang diberi perlakuan digunakan uji statistik LSD (Least Significance Difference). Pada

bahan autopolymerized silikon SDL, berdasarkan hasil uji LSD terlihat perbedaan yang

signifikan antara setiap kelompok yaitu tanpa surface treatment dengan surface

treatment sandblast (B), primer adhesif (C) dan gabungan sandblast-primer adhesif (D).

Perbedaan yang signifikan juga ditemukan antara kelompok surface treatment sandblast

(B) dengan surface treatment primer adhesif (C) dan gabungan sandblast-primer adhesif

(D), antara kelompok surface treatment primer adhesif (C) dengan gabungan sandblast-

primer adhesif (D), dengan nilai p = 0,0001 (p<0,05) (Tabel 4.11).

Tabel 4.11 Perbedaan pengaruh surface treatment terhadap kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-
basis RAPP
Uji LSD
Kelompok A B C D
A - 0,0001 * 0,0001 * 0,0001 *
B 0,0001 * - 0,0001 * 0,0001 *
C 0,0001 * 0,0001 * - 0,0001 *
D 0,0001 * 0,0001 * 0,0001 * -
Keterangan : * signifikan (p < 0,05)

Pada bahan heatpolymerized silikon SDL, berdasarkan hasil uji LSD terlihat juga

perbedaan yang signifikan antara kelompok tanpa surface treatment (A) dengan surface

treatment sandblast (B) dengan nilai p = 0,029 (p< 0,05), tanpa surface treatment (A)

dengan surface treatment primer adhesif (C) dan dengan surface treatment gabungan

Universitas Sumatera Utara


126

sandblast-primer adhesif (D) dengan nilai p = 0,0001 (p< 0,05), sandblast (B) dan

primer adhesif (C) dengan nilai p = 0,0001 (p<0,05), sandblast (B) dan gabungan

sandblast-primer adhesif (D) dengan nilai p = 0,004 (p<0,05), primer adhesif (C) dan

gabungan sandblast-primer adhesif (D) dengan nilai p = 0,006 (p< 0,05) (Tabel 4.12)

Tabel 4.12 Perbedaan pengaruh surface treatment terhadap kekuatan lekat heatpolymerized silikon SDL-
basis RAPP
Uji LSD

Kelompok A B C D
A - 0,029 * 0,0001 * 0,0001 *
B 0,029 * - 0,0001 * 0,004 *
C 0,0001 * 0,0001 * - 0,0001 *
D 0,0001 * 0,004 * 0,006 * -
Keterangan : * signifikan (p < 0,05)

Universitas Sumatera Utara


127127

BAB 5

PEMBAHASAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratoris, yaitu kegiatan

penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan suatu gejala atau pengaruh yang timbul

akibat adanya perlakuan tertentu. Penelitian ini menyelidiki kemungkinan adanya

pengaruh antara beberapa kelompok eksperimen dengan cara memberikan perlakuan

kepada satu atau lebih kelompok eksperimen, kemudian hasil dari kelompok yang diberi

perlakuan tersebut dibandingkan dengan kelompok kontrol. Desain penelitian yang

digunakan adalah posttest-only control group design. Desain ini termasuk dalam true

experiments yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat

dengan cara mengenakan perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan kelompok

kontrol yang tidak diberi perlakuan (Suryabrata S, 2011).

Pengukuran nilai kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan

heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP dilakukan dengan uji tensile menggunakan

alat Universal Testing Machine (Tensilometer, AND, RTF – 1350, Japan) yang

dilakukan dengan kecepatan cross speed 5 mm/menit dengan posisi sampel vertikal dan

berada di tengah-tengah bagian atas dan bawah komponen alat uji tarik, di fiksasi dan

kemudian ditarik sampai terjadi crack/failure. Kinerja alat UTM tersebut terhubung dan

terekam langsung dengan komputer sebagai mesin pencatat nilai failure secara otomatis.

Nilai failure yang tercatat merupakan nilai kekuatan lekat maksimum yang dimiliki

suatu bahan SDL, dimana besar nilai standar kekuatan lekat bahan SDL yang masih

dapat diterima secara klinis yaitu 0.44 MPa. (Kulkarni, dkk., 2011 ; Bayati OH, dkk.,

2012 ; Akin H, dkk., 2014).


127
Universitas Sumatera Utara
128

Dalam penelitian ini, kelompok tanpa suface treatment dijadikan sebagai

kelompok kontrol karena dari berbagai penelitian menyatakan bahwa autopolymerized

silikon SDL dan heatpolymerized silikon SDL memiliki kekuatan lekat yang lemah pada

basis RAPP dikarenakan perbedaan struktur molekul antara keduanya, dimana silikon

soft denture lining memiliki komposisi kimia berupa polimer dimethylsiloxane

sementara komposisi kimia RAPP berupa polimer methacrylate, sehingga keduanya

tidak dapat berikatan secara kimia. Lepasnya perlekatan autopolymerized silikon SDL

dan heatpolymerized silikon SDL pada basis RAPP dapat mengakibatkan terjadinya

microleakage yang akan merangsang pertumbuhan plak, kalkulus dan mikroorganisme

(Meşe A, 2006 ; Mahajan N dan Datta K., 2010 ; Akin H, dkk., 2011 ; Atsu S dan

Keskin Y, 2013 ; Chladek G, dkk., 2014 ; Hashem MI, 2015). Upaya meningkatkan

kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized silikon

SDL-basis RAPP merupakan hal yang sangat penting dilakukan karena kedua bahan

tersebut sangat besar manfaatnya terutama dalam menambah retensi dan memberikan

cushioning effect obturator definitif yang digunakan pasien defek maksila yang memiliki

banyak undercut (Keyf F, 2001 ; Ikusika OF, 2016 ; Josep AM, 2016 ; Oki M, 2016).

Salah satu upaya meningkatkan kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-

basis RAPP dan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP adalah dengan surface

treatment pada permukaan basis RAPP yang mana dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan sandblast, primer adhesif dan gabungan sandblast-primer adhesif.

Surface treatment tersebut akan menghasilkan permukaan basis RAPP yang kasar dan

beberapa penelitian menyebutkan permukaan yang kasar dapat meningkatkan kekuatan

lekat dua kali lipat dari pada permukaan yang halus. Perubahan bentuk morfologi

permukaan basis RAPP setelah surface treatment diamati dengan menggunakan SEM

Universitas Sumatera Utara


129

(Scanning Electron Microscope) (Akin H, dkk., 2011 ; Bayati OH, dkk., 2012 ; Akin H,

dkk, 2014 ; Cavalcanti, dkk., 2014 ; Goiato MC, dkk., 2015).

5.1 Perbedaan Kekuatan Lekat Autopolymerized Silikon Soft Denture Lining

dan Heatpolymerized Silikon Soft Denture Lining pada Basis Resin Akrilik

Polimerisasi Panas Tanpa Surface Treatment dan dengan Surface Treatment

Sandblast, Primer Adhesif dan gabungan Sandblast-Primer Adhesif

5.1.1 Perbedaan Kekuatan Lekat Autopolymerized Silikon Soft Denture Lining dan

Heatpolymerized Silikon Soft Denture Lining pada Basis Resin Akrilik Polimerisasi

Panas Tanpa Surface Treatment

Tabel 4.1 pada kelompok autopolymerized silikon SDL-basis RAPP yang tidak

di surface treatment menunjukkan rentang nilai 0.125 MPa - 0.184 MPa dengan nilai

rerata 0.150 MPa. Nilai tersebut berada di bawah nilai standar kekuatan lekat bahan

SDL sehingga penggunaan bahan autopolymerized silikon SDL pada basis RAPP yang

tidak di surface treatment tidak dapat diterima secara klinis. Tabel 4.1 pada kelompok

heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP yang tidak di surface treatment menunjukkan

rentang nilai 1.000 MPa - 1.188 MPa dengan nilai rerata 1.098 MPa. Nilai tersebut

berada di atas nilai standar kekuatan lekat bahan SDL sehingga penggunaan bahan

heatpolymerized silikon SDL pada basis RAPP yang tidak di surface treatment masih

dapat diterima secara klinis. Tipe failure yang terjadi adalah adhesive failure pada kedua

kelompok autopolymerized dan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP yang tidak di

surface treatment. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan lekat yang lemah pada basis

RAPP yang tidak di surface treatment dari pada kekuatan tensile bahan SDL itu sendiri.

Tabel 4.2 menunjukkan hasil analisis dengan uji T yang menyatakan ada

perbedaan kekuatan lekat yang signifikan antara autopolymerized silikon SDL-basis

Universitas Sumatera Utara


130

RAPP yang tidak di surface treatment dan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP

yang tidak di surface treatment. Hal ini dikarenakan perbedaan komposisi bahan dan

sifat bahan antara autopolymerized silikon SDL dan heatpolymerized silikon SDL.

Komposisi bahan autopolymerized silikon SDL adalah polimer dimethylsiloxane.yang

terdiri dari base dan catalyst. Komposisi kimianya sama dengan bahan cetak silikon,

yaitu merupakan cairan kental yang dapat cross-linked pada suhu ruang (room

temperature) membentuk karet dengan sifat elastik yang baik sehingga kekuatan tensile

bahan SDL tersebut lebih kuat daripada kekuatan lekatnya pada basis RAPP. Sementara

komposisi bahan heatpolymerized silikon SDL adalah polymer polydimethylsiloxanes

dengan organic peroxide (benzoyl peroxide) dalam bentuk pasta. Kedua bahan ini akan

crosslink dengan radikal bebas yang dihasilkan oleh dekomposisi bahan organic

peroxide pada suhu tinggi sehingga dapat meningkatkan kekuatan lekatnya pada basis

RAPP. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Mahajan N dan Datta K (2010)

yang menyebutkan bahwa kekuatan lekat heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP

lebih baik dari pada autopolymerized silikon SDL.

5.1.2 Perbedaan Kekuatan Lekat Autopolymerized Silikon Soft Denture Lining

dan Heatpolymerized Silikon Soft Denture Lining pada Basis Resin Akrilik

Polimerisasi Panas dengan Surface Treatment Sandblast

Penelitian ini menggunakan metode surface treatment sanblast karena hasil

penelitian menyebutkan bahwa metode sandblast membuat permukaan basis RAPP

menjadi kasar. Permukaan basis RAPP yang kasar dapat membantu meningkatkan

kekuatan lekat dua kali lipat dari pada permukaan yang halus. Jenis sandblast yang

digunakan pada penelitian ini adalah partikel alumina 250 μm. Diharapkan dengan

Universitas Sumatera Utara


131

menggunakan ukuran partikel alumina yang besar akan menghasilkan celah yang besar

dan dalam sehingga dapat menambah micromechanical interlocking-nya (Usumez, dkk.,

2004 ; Akin H, dkk., 2011 ; Nakhaei, dkk., 2016).

Tabel 4.3 pada kelompok autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dengan

surface treatment sandblast menunjukkan rentang nilai 0.339 MPa - 0.469 MPa dengan

nilai rerata 0.396 MPa. Nilai tersebut masih berada di bawah nilai standar kekuatan lekat

bahan SDL sehingga penggunaan autopolymerized silikon SDL pada basis RAPP yang

telah di sandblast belum dapat diterima secara klinis. Tipe failure yang terjadi adalah

adhesive failure pada semua sampel kelompok autopolymerized silikon SDL-basis

RAPP dengan surface treatment sandblast. Hal ini berarti bahan autopolymerized silikon

SDL memiliki kekuatan lekat yang lemah pada basis RAPP yang telah di sandblast dari

pada kekuatan tensile bahan SDL itu sendiri. Tabel 4.3 pada kelompok heatpolymerized

silikon SDL-basis RAPP dengan surface treatment sandblast menunjukkan rentang nilai

yang dihasilkan adalah 1.306 MPa - 1.527 MPa dengan nilai rerata 1.370 MPa. Nilai

tersebut berada di atas nilai standar kekuatan lekat bahan SDL sehingga penggunaan

bahan heatpolymerized silikon SDL pada basis RAPP yang telah di sandblast dapat

diterima secara klinis. Tipe failure yang terjadi adalah mixed failure pada dua sampel

dari lima sampel kelompok heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP yang telah di

surface treatment sandblast. Hal ini berarti bahan heatpolymerized silikon SDL

memiliki kekuatan lekat pada basis RAPP yang sama besar dengan kekuatan tensile dari

bahan SDL itu sendiri.

Tabel 4.4 menunjukkan hasil analisis dengan uji T yang menyatakan ada

perbedaan kekuatan lekat yang signifikan setelah di surface treatment sandblast antara

autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized silikon SDL-basis

Universitas Sumatera Utara


132

RAPP. Kelompok heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP memiliki kekuatan lekat

yang lebih baik setelah di sandblast dari pada autopolymerized silikon SDL-basis RAPP

yang telah di sandblast. Metode sandblast akan meninggalkan sisa-sisa partikel alumina

pada permukaan basis RAPP yang dapat menghalangi kemampuan bahan

autopolymerized silikon SDL untuk berpenetrasi memasuki celah mikro yang terbentuk.

Akan tetapi sisa-sisa partikel alumina yang mengendap tersebut dapat larut karena

adanya proses crosslink bahan heatpolymerized silikon SDL pada suhu yang tinggi.

Oleh karena itu metode surface treatment sandblast lebih sering digunakan beberapa

peneliti dalam meningkatkan kekuatan lekat heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP

(Usumez, dkk., 2004 ; Akin H, dkk., 2011 ; Nakhaei M, dkk., 2016).

5.1.3 Perbedaan Kekuatan Lekat Autopolymerized Silikon Soft Denture Lining

dan Heatpolymerized Silikon Soft Denture Lining pada Basis Resin Akrilik

Polimerisasi Panas dengan Surface Treatment Primer Adhesif

Primer adhesif yang digunakan dalam penelitian ini adalah mollosil primer

adhesif dan molloplast primer adhesif. Mollosil primer adhesif yang memiliki

kandungan pelarut organik ethyl acetate (99,5%) dan agent (0,5%) merupakan bahan

primer adhesif buatan pabrik yang dikhususkan untuk bahan autopolymerized silikon

SDL (Goiato, dkk., 2015). Molloplast primer adhesif memiliki kandungan derivative

ethoxy dan methoxysilane merupakan bahan primer adhesif buatan pabrik yang

dikhususkan untuk bahan heatpolymerized silikon SDL (Akin H, dkk., 2012)

Tabel 4.5 pada kelompok autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dengan

surface treatment primer adhesif menunjukkan rentang nilai 0.755 MPa - 0.877 MPa

dengan nilai rerata 0.815 MPa. Nilai tersebut berada di atas nilai standar kekuatan lekat

Universitas Sumatera Utara


133

bahan SDL sehingga penggunaan autopolymerized silikon SDL pada basis RAPP yang

telah di primer adhesif dapat diterima secara klinis. Tipe failure yang terjadi adalah

adhesive failure pada semua sampel kelompok autopolymerized silikon SDL-basis

RAPP. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL pada

basis RAPP yang di primer adhesif lebih rendah dari pada kekuatan tensile bahan SDL

itu sendiri. Tabel 4.5 pada kelompok heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP dengan

surface treatment primer adhesif menunjukkan rentang nilai 1.746 MPa – 2.459 MPa

dengan nilai rerata 2.115 MPa. Nilai tersebut berada di atas nilai standar kekuatan lekat

bahan SDL sehingga penggunaan bahan heatpolymerized silikon SDL pada basis RAPP

yang telah di primer adhesif dapat diterima secara klinis. Tipe failure yang terjadi

adalah Cohesive failure pada semua sampel kelompok heatpolymerized silikon SDL-

basis RAPP. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan lekat heatpolymerized silikon SDL

pada basis RAPP lebih besar dari pada kekuatan tensile bahan SDL itu sendiri.

Tabel 4.6 menunjukkan hasil analisis dengan uji T yang menyatakan ada

perbedaan kekuatan lekat yang signifikan setelah di surface treatment primer adhesif

antara kelompok autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized silikon

SDL-basis RAPP. Kelompok heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP memiliki

kekuatan lekat yang lebih baik setelah di oleskan bahan primer adhesif dari pada

autopolymerized silikon SDL-basis RAPP setelah di oleskan bahan primer adhesif. Hal

ini dikarenakan molloplast primer adhesif mengandung larutan organik ethoxy dan

methoxysilane yang memiliki kemampuan wettability yang lebih besar pada basis RAPP

dari pada mollosil primer adhesif mengandung larutan organik ethyl acetate yang mudah

menguap sehingga membuat kemampuan wettability-nya menjadi rendah.

Universitas Sumatera Utara


134

5.1.4 Perbedaan Kekuatan Lekat Autopolymerized Silikon Soft Denture Lining

dan Heatpolymerized Silikon Soft Denture Lining pada Basis Resin Akrilik

Polimerisasi Panas dengan Surface Treatment Sandblast-Primer Adhesif

Tabel 4.7 pada kelompok autopolymerized silikon SDL-basis RAPP setelah

surface treatment sandblast-primer adhesif menunjukkan rentang nilai 0.477 MPa –

0.738 MPa dengan nilai rerata adalah 0.591 MPa. Nilai tersebut berada di atas nilai

standar kekuatan lekat bahan SDL sehingga penggunaan bahan autopolymerized silikon

SDL pada basis RAPP yang telah di sandblast-primer adhesif dapat diterima secara

klinis. Tipe failure yang terjadi adalah adhesive failure pada semua sampel kelompok

autopolymerized silikon SDL-basis RAPP setelah di sandblast-primer adhesif. Hal ini

menunjukkan bahwa kekuatan lekat bahan autopolymerized silikon SDL pada basis

RAPP yang telah di sandblast-primer adhesif lebih rendah dari pada kekuatan tensile

bahan SDL itu sendiri. Tabel 4.7 pada kelompok heatpolymerized silikon SDL-basis

RAPP setelah surface treatment sandblast-primer adhesif menunjukkan rentang nilai

1,640 MPa - 1,853 MPa dengan nilai rerata 1.754 MPa. Nilai tersebut berada di atas

nilai standar kekuatan lekat bahan SDL sehingga penggunaan bahan heatpolymerized

silikon SDL pada basis RAPP yang telah di sandblast-primer adhesif dapat diterima

secara klinis. Tipe failure yang terjadi adalah cohesive failure pada 3 sampel dan mixed

failure pada 2 sampel bahan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP yang telah di

sandblast-primer adhesif. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan lekat bahan

heatpolymerized silikon SDL pada basis RAPP yang telah di sandblast-primer adhesif.

sama besar dengan kekuatan tensile bahan SDL itu sendiri.

Tabel 4.8 menunjukkan hasil analisis dengan uji T yang menyatakan ada

perbedaan kekuatan lekat yang signifikan setelah di surface treatment sandblast-primer

Universitas Sumatera Utara


135

adhesif antara kelompok autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized

silikon SDL-basis RAPP. Kelompok heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP

memiliki kekuatan lekat yang lebih baik setelah di surface treatment sandblast-primer

adhesif dari pada autopolymerized silikon SDL-basis RAPP setelah di surface treatment

sandblast-primer adhesif. Hal ini dikarenakan sisa partikel alumina yang terjebak di

celah micro dapat larut dan terangkat karena sifat wettability molloplast primer adhesif

yang besar serta sifat bahan heatpolymerized silikon SDL yang mengalami polimerisasi

dalam waktu yang lama dan cross link pada suhu yang tinggi. Namun pada

autopolymerized silikon SDL tidak dapat melarutkan sisa partikel alumina karena sifat

wettability mollosil primer adhesif yang rendah dan mudah menguap serta sifat bahan

autopolymerized silikon SDL yang mengalami waktu polimerisasi yang singkat dan

cross link pada suhu yang rendah.

5.2 Pengaruh Surface Treatment Sandblast, Primer Adhesif, Sandblast-Primer

Adhesif terhadap Kekuatan Lekat Autopolymerized silikon Soft Denture Lining-

Basis Resin Akrilik Polimerisasi Panas dan Heatpolymerized silikon Soft Denture

Lining-Basis Resin Akrilik Polimerisasi Panas

5.2.1 Pengaruh Surface Treatment Sandblast, Primer Adhesif, Sandblast-Primer

Adhesif terhadap Kekuatan Lekat Autopolymerized silikon Soft Denture Lining-

Basis Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Autopolymerized silikon SDL tersedia dalam bentuk base dan catalyst vinyl-

terminated polydimethylsiloxanes dengan platinum. Polimer dimethylsiloxane sama

dengan komposisi kimia dari bahan cetak silikon, yaitu merupakan cairan kental yang

dapat cross-linked pada suhu ruang (room temperature) membentuk karet dengan sifat

Universitas Sumatera Utara


136

elastik yang baik, viskositas yang tinggi dan kekuatan tensile bahan SDL yang besar.

Namun kekuatan tensile bahan autopolymerized silikon SDL yang besar tidak

berimbang dengan kekuatan lekatnya yang lemah pada basis RAPP dikarenakan

perbedaan struktur molekul antara keduanya. Salah satu upaya meningkatkan kekuatan

lekat bahan autopolymerized silikon SDL pada basis RAPP yaitu dengan melakukan

surface treatment sandblast, primer adhesif dan gabungan sandblast-primer adhesif.

Tabel 4.9 menunjukkan hasil analisis dengan uji One Way Anova yang menyatakan ada

pengaruh surface treatment sandblast, primer adhesif dan gabungan sandblast-primer

adhesif terhadap kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP (p<0.05).

Nilai rerata kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP sebelum di surface

treatment berada dibawah nilai standar kekuatan lekat bahan SDL, namun kekuatan

lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP menjadi meningkat setelah dilakukan

surface treatment sandblast, primer adhesif dan gabungan sandblast-primer adhesif .

Kekuatan lekat yang paling besar adalah bahan autopolymerized silikon SDL-basis

RAPP yang di surface treatment dengan primer adhesif dan ini menunjukkan adanya

pengaruh surface treatment terhadap kekuatan lekat Hasil penelitian ini sejalan dengan

hasil penelitian Bayati OH, dkk (2012) ; Atsu S dan Keskin Y (2013) dan Cavalcanti,

dkk (2014).

Pengaruh surface treatment dalam meningkatkan kekuatan lekat

autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dapat diamati melalui gambaran SEM dimana

terlihat adanya perbedaan morfologi permukaan basis RAPP yang tidak di surface

treatment dan yang di surface treatment sandblast, mollosil primer adhesif dan

gabungan sandblast-mollosil primer adhesif. Gambar 4.5 pada permukaan basis RAPP

Universitas Sumatera Utara


137

yang tidak dilakukan surface treatment menunjukkan bentuk permukaan yang beraturan

dengan adanya guratan-guratan horizontal yang teratur dan parallel pada permukaan

basis RAPP.Gambaran ini menunjukkan kurangnya retensi mekanis berupa kekasaran

permukaan basis RAPP yang dapat membantu meningkatkan kekuatan lekat

autopolymerized silikon SDL.

Gambar 4.6 menunjukkan pada permukaan basis RAPP yang diberikan surface

treatment sandblast menghasilkan permukaan yang kasar, tajam dan tidak beraturan

dengan celah yang berbentuk sudut yang sempit dan dangkal. Gambaran ini

menunjukkan adanya retensi mekanis berupa kekasaran permukaan basis RAPP yang

dapat membantu perlekatan bahan autopolymerized silikon SDL-basis RAPP. Namun

retensi mekanis tersebut lemah karena celah yang terbentuk tersebut dangkal dan

beberapa celah tertutupi sisa partikel alumina berukuran besar yaitu 250 μm sehingga

kemungkinan menjadi hambatan bagi autopolymerized silikon SDL untuk berpenetrasi

dan membentuk mechanical interlocking. Kekuatan tensile intermolekul bahan

autopolymerized silikon SDL masih lebih besar dibandingkan dengan kekuatan

lekatnya. Hal ini terlihat dari bentuk failure berupa adhesive failure.

Gambar 4.7 menunjukkan pada permukaan basis RAPP yang diberikan surface

treatment mollosil primer adhesif menghasilkan permukaan yang kasar seperti batu

apung dengan banyak celah berbentuk bulat (pori) yang jelas, bervariasi ukuran dan

tersebar merata, akan tetapi pori tersebut tidak saling berhubungan. Gambaran ini

menunjukkan adanya pengaruh surface treatment mollosil primer adhesif dalam

meningkatkan kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL pada basis RAPP. Surface

Universitas Sumatera Utara


138

treatment primer adhesif memberikan pengaruh yang paling besar dan signifikan

terhadap peningkatan kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Bayati OH, dkk (2012),

Surapaneni, dkk. (2012), Atsu S dan Keskin Y (2013) dan Cavalcanti dkk. (2014) yang

menyebutkan bahwa primer adhesif sangat baik meningkatkan kekuatan lekat

autopolymerized silikon SDL-basis RAPP. Hal ini dikarenakan mollosil primer adhesif

memiliki kandungan pelarut organik ethyl acetate 99,5%. Ethyl acetate adalah senyawa

organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3 yang tidak berwarna, beraroma buah, mudah

menguap dengan titik didih 770C dan tidak stabil dalam air yang mengandung asam atau

basa. Ethyl acetate merupakan pelarut organik yang aman yang tidak terdaftar di IARC

(International Agency of Research of Cancer). Pelarut organik menyebar membasahi

seluruh permukaan basis RAPP dan membuat permukaan tersebut menjadi hidrofilik,

sehingga contact angle dan surface tension menjadi menurun. Hal ini memudahkan

ethyl acetate untuk berdifusi memasuki lapisan basis RAPP dan melarutkannya

sehingga membentuk pori. Adanya pori menghasilkan permukaan kasar pada basis

RAPP sehingga memudahkan autopolymerized silikon SDL untuk berpenetrasi dan

membentuk mechanical interlocking pada basis RAPP (Shimizu H, dkk., 2008 ;

Calvacanti, dkk., 2012 ; Goiato, dkk., 2015).

Gambar 4.8 menunjukkan permukaan basis RAPP yang dilakukan surface

treatment dengan sandblast-primer adhesif (mollosil) menghasilkan permukaan basis

RAPP yang kasar, tajam dan tak beraturan dengan celah bersudut yang besar dan dalam

namun tidak saling berhubungan. Gambaran ini menunjukkan adanya pengaruh surface

treatment sandblast-mollosil primer adhesif dalam meningkatkan kekuatan lekat

Universitas Sumatera Utara


139

autopolymerized silikon SDL-basis RAPP, namun kekuatan lekat yang dihasilkan lebih

rendah dibandingkan dengan kekuatan lekat setelah surface treatment dengan primer

adhesif. Hal ini kemungkinan disebabkan celah permukaan yang terjadi dangkal dan

berbentuk sudut serta adanya sisa partikel alumina yang tertinggal pada permukaan basis

RAPP yang tidak mampu dibersihkan oleh larutan mollosil primer adhesif yang sifatnya

mudah menguap. Kemampuan larutan mollosil primer adhesif dalam membasahi,

melarutkan dan mengkasarkan permukaan basis RAPP hingga berbentuk pori tidak

dapat maksimal dilakukan karena adanya sisa partikel alumina yang mengendap

tersebut.

5.2.2 Pengaruh Surface Treatment Sandblast, Primer Adhesif, Sandblast-Primer

Adhesif terhadap Kekuatan Lekat Heatpolymerized Silikon Soft Denture Lining-

basis Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Komposisi Heatpolymerized silikon SDL terdiri dari polymer

Polydimethylsiloxanes dengan organic peroxide (benzoyl peroxide). Kedua bahan ini

akan crosslink dengan radikal bebas yang dihasilkan oleh dekomposisi bahan organic

peroxide pada suhu tinggi. Tabel 4.10 menunjukkan hasil analisis dengan uji One Way

Anova yang menyatakan bahwa ada pengaruh surface treatment sandblast, primer

adhesif dan gabungan sandblast-primer adhesif terhadap peningkatan kekuatan lekat

heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP secara signifikan dengan nilai p = 0,0001 (p <

0,05). Surface treatment sandblast, primer adhesif dan gabungan sandblast-primer

adhesif berpengaruh meningkatkan kekuatan lekat heatpolymerized silikon SDL-basis

RAPP. Pengaruh surface treatment dalam meningkatkan kekuatan lekat

heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP dapat diamati melalui gambaran SEM. Hasil

Universitas Sumatera Utara


140

gambaran SEM menunjukkan adanya perbedaan morfologi permukaan basis RAPP yang

tidak di surface treatment dan yang di surface treatment sandblast, molloplast primer

adhesif dan gabungan sandblast-molloplast primer adhesif.

Gambar 4.5 pada permukaan basis RAPP yang tidak dilakukan surface treatment

menunjukkan bentuk permukaan yang beraturan dengan adanya guratan-guratan

horizontal yang teratur dan parallel pada permukaan basis RAPP. Gambaran ini

menunjukkan kurangnya retensi mekanis berupa kekasaran permukaan basis RAPP yang

dapat membantu meningkatkan kekuatan lekat heatpolymerized silikon SDL-basis

RAPP. Gambar 4.6 menunjukkan permukaan basis RAPP yang di sandblast

menghasilkan permukaan yang kasar, tajam dan tidak beraturan dengan celah

permukaan yang dangkal berbentuk sudut yang beberapa celahnya tertutupi sisa partikel

alumina berukuran besar yaitu 250 μm. Namun hal ini tidak menjadi hambatan bagi

heatpolymerized silikon SDL untuk berpenetrasi dan membentuk mechanical

interlocking dikarenakan adanya proses curing dengan suhu tinggi menggunakan

waterbath sehingga menyebabkan sisa partikel alumina yang mengendap di celah

permukaan basis RAPP dapat dengan mudah larut. Hasil penelitian ini menunjukkan

adanya pengaruh surface treatment sandblast partikel alumina 250 μm terhadap

peningkatan kekuatan lekat heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP secara signifikan.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Usumez, dkk. (2004) dan Akin H, dkk (2011) namun

bertentangan dengan penelitian Kulkarni RS, dkk (2011) yang menyebutkan sandblast

partikel alumina 250 μm melemahkan kekuatan lekat basis RAPP-heatpolymerized

silikon SDL.

Universitas Sumatera Utara


141

Gambar 4.9 menunjukkan permukaan basis RAPP yang di surface treatment

menggunakan molloplast primer adhesif menghasilkan permukaan yang kasar seperti

trabekula dengan banyak celah berbentuk bulat (pori) yang jelas, berukuran besar,

tersebar merata dan saling berhubungan. Gambaran ini menunjukkan adanya pengaruh

surface treatment molloplast primer adhesif dalam meningkatkan kekuatan lekat

heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP. Surface treatment primer adhesif

memberikan pengaruh yang paling besar dan signifikan terhadap peningkatan kekuatan

lekat heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP dari pada surface treatment lainnya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Korkmaz, dkk (2013) yang menyebutkan

molloplast primer adhesif sangat baik meningkatkan kekuatan lekat heatpolymerized

silikon SDL-basis RAPP.

Molloplast primer adhesif merupakan gabungan dari derivative ethoxy dan

methoxy silane (methacryloxypropyltrimethoxysilane) atau dengan sebutan silane

coupling agent. Silane coupling agent adalah zat kimia tambahan dengan silicone-based

yang terdiri dari dua tipe reaktif (anorganik dan organik). Struktur umumnya adalah

(RO)3SiCH2CH2CH2-X, dimana RO adalah kelompok terhidrolisis seperti methoxy,

ethoxy atau acethoxy dan X adalah kelompok organofungsional seperti amino,

metacryloxy, epoxy dan lainnya. Kandungan Silane coupling agent bekerja pada

interface antara bagian anorganik dan bahan organik untuk mengikat atau

menggabungkan dua material yang tidak sama tersebut. Bahan ini membasahi seluruh

permukaan basis RAPP dan membuat permukaan basis menjadi hidrofilik. Permukaan

basis yang hidrofilik akan membuat contact angle dan surface tension menjadi menurun

sehingga dapat menyerap larutan silane. Larutan silane yang diserap kemudian

Universitas Sumatera Utara


142

membuat permukaan basis RAPP menjadi larut dan terbentuk pori yang memudahkan

heatpolymerized silikon SDL berpenetrasi dan membentuk mechanical interlocking.

Salah satu faktor yang mempengaruhi ikatan adalah perpindahan air ke permukaan

hidrofilik. Air yang masuk interface kedua zat dapat merusak ikatan antara polimer dan

SDL tetapi sebuah coupling agent mampu merubah permukaan hidrofilik menjadi

hidrofobik sehingga dapat mencegah penyerapan air yang masuk ke dalam ikatan antara

basis RAPP dan SDL sehingga primer adhesif paling efektif dalam meningkatkan

kekuatan lekat heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP.

Gambar 4.10 menunjukkan permukaan basis RAPP yang dilakukan surface

treatment sandblast-primer adhesif (molloplast) tidak hanya menghasilkan permukaan

yang kasar tetapi juga menghasilkan celah yang berbentuk sudut dan berbentuk pori

kecil yang saling berhubungan. Gambaran ini menunjukkan adanya pengaruh surface

treatment sandblast-primer adhesif (molloplast) dalam meningkatkan kekuatan lekat

heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP, akan tetapi nilai kekuatan lekat yang

diperolehnya tidaklah lebih baik dari pada jika hanya menggunakan surface treatment

primer adhesif (molloplast) saja. Hal ini kemungkinan dikarenakan adanya sisa partikel

alumina yang menutupi celah permukaan sehingga mengurangi jumlah dan ukuran pori

permukaan basis RAPP yang dibentuk oleh larutan primer adhesif (molloplast). Sisa

partikel alumina tidak dapat larut dengan sempurna meskipun melalui proses pemanasan

setelah di surface treatment primer adhesif (molloplast) dikarenakan adanya coupling

agent yang mengubah permukaan basis RAPP yang sebelumnya hidrofilik menjadi

hidrofobik sehingga mencegah penyerapan air. Hal ini menghalangi keefektifan

Universitas Sumatera Utara


143

heatpolymerized silikon SDL untuk berpenetrasi dan membentuk mechanical

interlocking pada permukaan basis RAPP.

5.3 Perbedaan Pengaruh Surface Treatment Sandblast, Primer Adhesif,

Sandblast-Primer Adhesif terhadap Kekuatan Lekat Autopolymerized Silikon SDL-

basis Resin Akrilik Polimerisasi Panas dan Heatpolymerized Silikon Soft Denture

Lining-basis Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Tabel 4.11 menunjukkan ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara tanpa

surface treatment, dengan surface treatment sandblast, surface treatment primer adhesif

dan surface treatment gabungan sandblast-primer adhesif terhadap kekuatan lekat

autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dengan nilai p = 0,0001 (p<0,05). Surface

treatment primer adhesif yang merupakan metode kemis yang paling efektif

meningkatkan kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dibandingkan

dengan sandblast dan gabungan sandblast-mollosil primer adhesif. Hal ini sejalan

dengan penelitian Bayati O dkk. (2012), Surapaneni, dkk. (2012), Atsu S dan Keskin Y

(2013), dan Cavalcanti dkk. (2014).

Tabel 4.12 menunjukkan ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara tanpa

surface treatment, dengan surface treatment sandblast, dengan surface treatment

sandblast primer adhesif dan dengan surface treatment sandblast gabungan sandblast-

primer adhesif terhadap kekuatan lekat heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP

dengan nilai p = 0,0001 (p<0,05). Nilai kekuatan lekat yang paling tinggi disertai

terjadinya cohesive failure menunjukkan pengaruh surface treatment primer adhesif

paling efektif untuk meningkatkan kekuatan lekat heatpolymerized silikon SDL

dibandingkan sandblast dan gabungan sandblast- primer adhesif (molloplast). Primer

Universitas Sumatera Utara


144

adhesif yang digunakan oleh heatpolymerized silikon SDL berasal dari bahan polimer

organik trimethylmethoxisilane yang selain menghasilkan permukaan yang kasar juga

menghasilkan pori dengan ukuran besar dan saling berhubungan yang tidak dihasilkan

melalui surface treatment lainnya.

Gambar 5.1 pada permukaan basis RAPP yang telah di surface treatment dengan

primer adhesif (mollosil) menghasilkan permukaan yang kasar dan pori yang banyak

dengan variasi ukuran 1.208 μm x 50.900 sampai dengan 4.143 μm x 303.50. Pori yang

terbentuk pada primer adhesif (mollosil) adalah tidak bersambung satu sama lain.

Permukaan basis RAPP yang telah di surface treatment dengan primer adhesif

(molloplast) yang dimiliki bahan heatpolymerized silikon SDL menghasilkan

permukaan yang kasar dan pori berukuran lebih besar dan banyak berkisar 3.680 μm x

80.80 sampai dengan 4.748 μm x 346.20. Pori yang terbentuk pada primer adhesif

(molloplast) adalah saling bersambung. Pori merupakan suatu faktor yang

mempengaruhi interaksi fisik dan reaksi kimia dari solid, gas dan cairan. Semakin

banyak jumlah pori, semakin besar ukuran pori dan semakin banyak pori yang

bersambung maka akan semakin mudah suatu bahan autopolymerized silikon SDL dan

heatpolymerized silikon SDL untuk berpenetrasi dan membentuk mechanical

interlocking dengan basis RAPP.

Universitas Sumatera Utara


145

Gambar 5.1 Perbedaan bentuk dan ukuran pori hasil surface treatment primer adhesif (mollosil) dan
primer adhesif (molloplast B)

Ketahanan lamanya penggunaan bahan heatpolymerized silikon SDL sebagai

lining pada basis obturator definitif RAPP sangat bergantung pada perubahan

temperatur saat makan dan minum serta penyerapan air selama perendaman dalam air

atau denture cleanser. Hal ini dapat dievaluasi melalui penggunaan alat thermocycling.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa thermocycling sebanyak 5000 kali yang

mensimulasikan selama 5 tahun pemakaian menunjukkan penurunan kekuatan lekat

autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized silikon SDL-basis

RAPP (Kulak-Ozkan, dkk., 2003 ; Nakhaei M, dkk., 2016).

Kelemahan yang dijumpai pada penelitian ini adalah kesulitan dalam

membersihkan sisa partikel alumina yang mengendap pada basis resin akrilik

polimerisasi panas setelah di sandblast sehingga dapat menghambat bahan silikon soft

denture lining untuk berpenetrasi dan membentuk mechanical interlocking.

Universitas Sumatera Utara


146

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan :

1. Ada perbedaan kekuatan lekat yang signifikan antara autopolymerized silikon

SDL-basis RAPP dan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP tanpa surface

treatment dan dengan surface treatment sandblast, primer adhesif dan gabungan

sandblast-primer adhesif

1.1 Ada perbedaan kekuatan lekat yang signifikan antara autopolymerized

silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP

tanpa surface treatment dengan nilai p = 0.0001 (p<0.05)

1.2 Ada perbedaan kekuatan lekat yang signifikan antara autopolymerized

silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP

dengan surface treatment sandblast dengan nilai p = 0.0001 (p<0.05)

1.3 Ada perbedaan kekuatan lekat yang signifikan antara autopolymerized

silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP

dengan surface treatment primer adhesif dengan nilai p = 0.0001 (p<0.05)

1..4 Ada perbedaan kekuatan lekat yang signifikan antara autopolymerized

silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP

dengan surface treatment gabungan sandblast-primer adhesif dengan nilai p

= 0.0001 (p<0.05)

146

Universitas Sumatera Utara


147

2. Ada pengaruh yang signifikan dari surface treatment sandblast, primer adhesif dan

gabungan sandblast-primer adhesif terhadap kekuatan lekat autopolymerized silikon

SDL-basis RAPP dan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP.

2.1 Ada pengaruh yang signifikan dari surface treatment sandblast, primer adhesif

dan gabungan sandblast-primer adhesif terhadap kekuatan lekat

autopolymerized silikon SDL-basis RAPP.

2.2 Ada pengaruh yang signifikan dari surface treatment sandblast, primer adhesif

dan gabungan sandblast-primer adhesif terhadap kekuatan lekat

heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP.

3. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan dari surface treatment sandblast, primer

adhesif dan gabungan sandblast-primer adhesif terhadap kekuatan lekat

autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized silikon SDL-basis

RAPP.

Seluruh surface treatment memberikan pengaruh terhadap peningkatan kekuatan

lekat bahan heatpolymerized silikon SDL pada basis RAPP dan yang paling efektif

adalah surface treatment menggunakan primer adhesif (molloplast). Implikasi klinis

bahan heatpolymerized silikon SDL (Molloplast B) dengan surface treatment primer

adhesif direkomendasikan untuk pasien dengan defek maksila dengan defek yang besar

dan undercut yang banyak dan dalam, pada pasien usia lanjut yang mengalami resorpsi

tulang yang parah dan dengan keadaan linggir atau mukosa yang bermasalah, seperti

linggir tajam dan flabby. Posisi dan tebalnya bahan heatpolymerized silikon SDL yang

diperlukan dapat ditentukan secara akurat menggunakan metode indirect sehingga

Universitas Sumatera Utara


148

efektif dalam menambah retensi gigi tiruan dan mengurangi keluhan rasa sakit serta

memberikan cushioning effect bagi pasien.

Seluruh surface treatment memberikan pengaruh terhadap peningkatan kekuatan

perlekatan autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan yang paling efektif adalah

surface treatment menggunakan primer adhesif (mollosil). Implikasi klinis bahan

heatpolymerized silikon SDL (Molloplast B) dengan surface treatment primer adhesif

(molloplast) direkomendasikan untuk pasien bayi dengan celah langit-langit yang

menggunakan feeding plate yang membutuhkan penambahan dan pengurangan bahan

autopolymerized silikon SDL selama proses tumbuh kembang rahangnya. Selain itu

pada pasien dengan defek masila yang kecil dan undercut yang sedikit sehingga bahan

autopolymerized silikon SDL dapat dengan mudah diaplikasikan secara langsung, serta

pada pasien yang telah menggunakan obturator definitif namun harus dilakukan

pembedahan untuk pengangkatan tumor kembali di daerah yang berbeda sehingga

memerlukan penyesuaian dengan penambahan bahan autopolymerized silikon SDL pada

daerah tersebut untuk menutup daerah defek dan menambah retensi.

6.2 Saran

1. Disarankan menggunakan metode pembersihan yang lebih efektif dengan alat

ultrasonic cleaner agar bisa mengkontrol sisa partikel alumina sandblast yang

tersisa pada basis RAPP yang dapat menghambat perlekatan autopolymerized

silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui ketahanan jangka waktu

pemakaian autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized silikon

Universitas Sumatera Utara


149

SDL-basis RAPP yang telah di surface treatment, terhadap adanya perubahan suhu

dan penyerapan air. Dalam hal ini dapat dilakukan Thermocycling untuk

pengamatan secara klinis dengan metode invitro laboratoris (simulasi invivo).

Universitas Sumatera Utara


150

DAFTAR PUSTAKA

Akin H, dkk. Effect of different surface treatments on tensile bond strength of


silicone- based soft denture liner. Lasers Med Sci (2011) 26:783–788.

Akin H, dkk. Effect of sandblasting with different size of aluminum oxide particles
on tensile bond strength of resilient liner to denture base. Cumhuriyet Dent J
2011;14(1):5-11.

Akin H, dkk. Investigation of bonding properties of denture bases to silicone-based


soft denture liner immersed in isobutyl methacrylate and 2-hydroxyethyl
methacrylate. J Adv Prosthodont 2014;6:121-5

Atsu S dan Keskin Y. Effect of silica coating and silane surface treatment on the bond
strength of soft denture liner to denture base material. J Appl Oral Sci.
2013;21(4):300-6

Banerjee KL dan Shetty P. Clinical Performance of Various Resilient Liners. Int J


Oral Health Med Res. May - June 2015. Vol 2. Issue 1

Batra P. An Obturator With A Soft Touch: A Case Report. International Journal Of


Scientific & Technology Research Volume 2, Issue 1, January 2013.

Bayati OH, dkk. Tensile bond strengths of silicone soft liners to two chemically
different denture base resins. Jnternational Journal of Adhesion & Adhesives 34
(2012) 32–37

Bhandari AJ. Maxillary obturator. J Dent Allied Sci 2017;6:78-83

Bolayir G, dkk. Effects of the Different Methacrylate Monomers on Bond Strength.


Asian Journal of Chemistry; Vol. 25, No. 14 (2013), 8079-8081

Cavalcanti dkk. The effect of poly(methyl methacrylate) surface treatments on the


adhesion of silicone-based resilient denture liners. The Journal of Prosthetic
Dentistry, Dec 2014

Chauhan M, dkk. An In vitro evaluation of tensile bond strength of commercially


available temporary soft liners to different types of denture base resins. J Nat Sc Biol
Med 2018;9:263-7

150

Universitas Sumatera Utara


151

Cheng, Somerville dan Wee. Altered prosthodontic treatment approach for bilateral
complete maxillectomy: A clinical report. The Journal of Prosthetic dentistry. Vol.92
no.2, 2018

Chladek G, dkk. Review Long-Term Soft Denture Lining Materials 2014, 7, 5816-
5842

Durrani Z, dkk. A study of Classification Systems for Maxillectomy Defects. JPPA


2013: 01(02) : 117-124

Garcia, dkk. Effect of a denture cleanser on weight, surface roughnes, and tensile
bond strengthof two resilient denture liners. J Prosthet dent 2003 ; 89 : 489-94)

Goiato MC, dkk. Tensile Bond Strength of a Soft Liner to an Acrylic Resin after
Primer Application and Thermocycling. Materials Research. 2015; 18(6): 1183-1187

Gundogdu M, dkk. Effect of surface treatments on the bond strength of soft denture
lining materials to an acrylic resin denture base. J Prosthet Dent 2014;112:964-971

Gupta N, dkk. Modified technique of soft liner application. BMJ Case Rep 2013.

Gupta S.Effect of Surface Treatment on the Flexural Strength of Denture Base Resin
and Tensile Strength of Autopolymerizing Silicone Based Denture Liner Bonded to
Denture Base Resin:An In Vitro Study. J Indian Prosthodont Soc (Oct-Dec 2010)
10(4):208–212

Hashem MI. Advance in soft denture liner:An update. J Contemp Dent Pract 2015;
16(4):314-318

Hong G, Murata H, Hamada T. Relationship between Plasticizer Content and Tensile


Bond Strength of Soft Denture Liners to a Denture Base Resin. DentMatJour 2004,
23(2): 94-99

Huddar DA, dkk. Effect of Denture Cleanser on Weight, Surface Roughness and
Tensile Bond Strength of Two Resilient Denture Liners.The Journal of Contemporary
Dental Practice, September-October 2012;13(5):607-611

Ikusika, dkk. Effect of resilient lining of obturator bulbs on patients with


maxillectomies. Resilient lining of PMMA resin obturator bulbs significantly
improved masticatory ability in rehabilitated areas of the mouth. J Prosthet Dent 2016

Universitas Sumatera Utara


152

Iqbal Z, dkk. Maxillary Obturator Prosthesis: Support and Retention Case Series.
Pakistan Journal of Medical and Health Sciences April 2011

Joseph AM, dkk. Silicone Obturator with Reduced Bulb Extension: Enhancing
Quality of Life in Post-surgical Maxillectomy Defect. Journal of International Oral
Health 2016; 8(8):874-878

Kawano F, dkk. Comparisan of bond strength of six soft denture liners to denture
base resin. The Journal of Prosthetic Dentistry. Vol.68 August 1992

Keyf F. Review Obturator prostheses for hemimaxillectomy patients. Journal of Oral


Rehabilitation 2001

Khanna A, dkk. A Comparative Evaluation of Shear Bond Strength Between Two


Commercially Available Heat Cured Resilient Liners and Denture Base Resin with
Different Surface Treatments. Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2015
May, Vol-9(5): ZC30-ZC34

Kim JH, dkk. Evaluation of adhesion of reline resins to the thermoplastic denture
base resin for non-metal clasp denture. Dental Materials Journal 2014; 33(1): 32–38

Korkmaz FM, dkk. Peel strength of denture liner to PMMA and polyamide: laser dk
versus air-abrasion. J Adv Prosthodont 20 ndian Prosthodontic Society (March 2010)
10: 31-3513;5:287-95Kulak-Ozkan, dkk. Effect of thermocycling on tensile bond
strength of six silicone-based, resilient denture liners. The Journal of Prosthetic
Dentistry, 2003

Kulkarni RS, dkk. The effect of denture base surface pretreatments on bond strengths
of two long term resilient liners. J Adv Prosthodont 2011;3:16-9

Mahajan N dan Datta K. Comparison of Bond Strength of Auto Polymerizing, Heat


Cure Soft Denture Liners with Denture Base Resin - An In Vitro Study. Journal of
Indian Prosthodontic Society (March 2010) 10:31-35

Meenakshi A dan Shah D: The obturator prostheses for maxillectomy. SRM Journal
of Research in Dental Sciences | Vol. 3 | Issue 3 | July-September 2012

Meşe A. Bond Strength of Soft Denture Liners Following Immersion of Denture


Cleanser, Biotechnology & Biotechnological Equipment, 2006, 20 ; 3 : 184-191

Universitas Sumatera Utara


153

Mittal MM, dkk. Comparative evaluation of the tensile bond strength of two silicone
based denture liners with denture base resins. medical journal armed forces india 72
(2016 )258–264

Munksgaard EC. Plasticizers in denture soft-lining materials: leaching and


biodegradation. Eur J Oral Sci 2005; 113: 166-169

Mutluay, M.M dan Ruyter, I.E. Evaluation of bond strength of soft relining materials
to denture base polymers. Dent. Mater. 2007, 23, 1373–1381

Mutluay MM, dkk. A Prospective Study on the Clinical Performance of Polysiloxane


Soft Liners: One-year Results. Dental Materials Journal 2008; 27(3): 440-447

Naik AV dan Jabade JL. Comparison of tensile bond strength of resilient soft liners to
denture base resins. The Journal of Indian Prosthodontic Society | June 2005 | Vol 5 |
Issue 2

Nakhaei M, dkk. Effect of different surface treatment and thermocycling on bond


strength of a silicon based denture liner to a denture base resin. The Journal of
contemporary Dental Practice. Feb 2016;17(2) 154-159

Oh WS dan Roumanas ED. Double-processing technique for a maxillary obturator.


Journal of Prosthodontics (2007) 1–4

Oki M, dkk. A modified indirect method for fabricating silicone soft-lined complete
dentures. J Prosthet Dent 2016

Patel H, dkk. The Effect of Primer on Bond Strength of Silicone Prosthetic


Elastomer to Polymethylmethacrylate: An in vitro Study. Journal of Clinical and
Diagnostic Research. 2015 Mar, Vol-9(3): ZC38-ZC42

Philip JM, dkk. Comparative evaluation of tensile bond strength of a polyvinyl


acetate-based resilient liner following various denture base surface pre-treatment
methods and immersion in artificial salivary medium: an in vitro study.
Contemporary Clinical Dentistry. 2012; 3(3):298-301

Refai H, dkk. Evaluation of Two Different Obturator's Linings on Retention in


MaxillectomyPatients European Journal of Academic Essays 4(2): 39-45, 2017

Rodrigues S, dkk. Resilient Liners: A Review. J Indian Prosthodont Soc (July-Sept


2013) 13(3):155–164

Universitas Sumatera Utara


154

Sarac, dkk. The evaluation of microleakage and bond strength of a silicone-based


resilient liner following denture base surface pretreatment. J Prosthet Dent
2006;95:143-151

Salloum AM. Shear Bond Strengthof Three Silicone lining materials bonded to heat-
cured denture resin. King Saud University Journalof Dental Sciences (2013) 4, 17-20

Salloum AM. Effect of Aging on Bond Strength of Two Soft Lining Materials to a
Denture Base Polymer J Indian Prosthodont Soc (December 2014) 14(Suppl.
1):S155–S160

Shimizu, dkk. Effect of Surface Preparation Using Ethyl Acetate on the Shear Bond
Strength of Repair Resin to Denture Base Resin Journal of Prosthodontics 17 (2008)
451–455 (2008) by The American College of Prosthodontists

Singh K dan Gupta N. Fabrication and relining of dentures with permanent silicone
soft liner: A novel way to increase retention in grossly resorbed ridge and minimize
trauma of knife edge and severe undercuts ridges. Dent Med Res 2016;4:24-8

Sri ORS, dkk. Protesa Maxillofacial Thermoplastics Nylon. Maj Ked Gi, Juni 2011;
18 (1) : 108-112

Surapaneni H, dkk. Comparative evaluation of tensile bond strength between Silicon


Soft Liners and Processed Denture Base Resin Conditioned by Three Modes of
Surface Treatment: An Invitro Study. J Indian Prosthodont Soc (July-Sept 2013)
13(3):274–280

Usumez A, dkk. Bond strength of a silicone lining material to alumina-abraded and


lased denture resin. J Biomed Mater Res Part B: Appl Biomater 2004;71:196–200

Yanikoglu ND, dkk. Comparative Study of Water Sorption and Solubility of Soft
Lining Materials in the Different Solutions. Dental Materials Journal 23(2): 233-239,
2004

Universitas Sumatera Utara


KETERANGAN LAYAK ETIK
Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) KEPK UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
Nomor Registrasi Pada KEPPKN : 1271012STerdaftar/Terakreditasi
Jl. Belanga No.1 Simp. Ayahanda Medan, sekretariatkepk@unprimdn.ac.id,081269906112
Surat Pernyataan Layak Etik Penelitian Kesehatan
Nomor : 004/KEPK/UNPRI/V/2019

Protokol penelitian yang diusulkan oleh :


The research protocol proposed by

Peneliti utama : drg. Febriani


Principal In Investigator

Nama Institusi : Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran


Gigi Universitas Sumatera Utara
Name of the institution

Dengan judul :
Title
"Pengaruh Surface Treatment Terhadap Kekuatan Lekat Bahan Silikon Soft Denture Lining Pada
Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas"

"Effect of Surface Treatments on Bond Strength of Silicon Soft Denture Lining to heat cure polymethyl
methacrylate denture base"

Dinyatakan layak etik sesuai 7 (tujuh) Standar WHO 2011, yaitu 1) Nilai Sosial, 2) Nilai Ilmiah, 3) Pemerataan
Beban dan Manfaat, 4) Risiko, 5) Bujukan/Eksploitasi, 6) Kerahasiaan dan Privacy, dan 7) Persetujuan Setelah
Penjelasan, yang merujuk pada Pedoman CIOMS 2016. Hal ini seperti yang ditunjukkan oleh terpenuhinya indikator
setiap standar.

Declared to be ethically appropriate in accordance to 7 (seven) WHO 2011 Standards, 1) Social Values, 2) Scientific
Values, 3) Equitable Assessment and Benefits, 4) Risks, 5) Persuasion/Exploitation, 6) Confidentiality and Privacy,
and 7) Informed Concent, referring to the 2016 CIOMS Guidelines. This is as indicated by the fulfillment of the
indicators of each standard.

Pernyataan Laik Etik ini berlaku selama kurun waktu tanggal 27 Mei 2019 sampai dengan tanggal 27 Mei 2020.

This declaration of ethics applies during the period May 27, 2019 until May 27, 2020.

May 27, 2019


Professor and Chairperson,

dr. Yolanda Eliza Putri Lubis M.K.M

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai