2019
Febriani
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/24759
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENGARUH SURFACE TREATMENT TERHADAP KEKUATAN LEKAT
BAHAN SILIKON SOFT DENTURE LINING PADA BASIS GIGI TIRUAN
RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS
TESIS
Oleh:
FEBRIANI
157160015
TESIS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Spesialis Prostodonsia
(Sp.Pros) dalam Bidang Ilmu Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara
Oleh:
FEBRIANI
157160015
Bahan silikon soft denture lining (SDL), yang terdiri dari autopolymerized
silikon soft denture lining dan heatpolymerized silikon soft denture lining, telah
banyak digunakan saat ini sebagai bahan lining basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas (RAPP) karena memiliki banyak kelebihan dari soft denture lining
lainnya terutama sifat soft yang permanen dan biokompatibel sehingga sangat
bermanfaat digunakan oleh pasien dengan defek palatal yang memiliki banyak
jaringan undercut. Disamping kelebihan yang dimiliki, bahan silikon soft denture
lining juga memiliki kekurangan yaitu kekuatan lekatnya yang lemah pada basis gigi
tiruan resin akrilik polimerisasi panas. Salah satu metode yang digunakan untuk
meningkatkan kekuatan lekatnya adalah dengan mengkasarkan permukaan basis resin
akrilik polimerisasi panas yang disebut dengan surface treatment. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tiga metode surface treatment
terhadap kekuatan lekat autopolymerized silikon soft denture lining dan
heatpolymerized silikon soft denture lining pada basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Keseluruhan
sampel berjumlah 40 sampel yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 20 sampel
untuk kelompok bahan autopolymerized silikon SDL (Mollosil)-basis RAPP dan 20
sampel untuk kelompok bahan heatpolymerized silikon SDL (Molloplast)-basis
RAPP. Setiap kelompok dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan, yaitu tanpa surface
treatment sebagai kontrol, dengan surface treatment sandblast, primer adhesif dan
gabungan sandblast-primer adhesif. Pengukuran kekuatan lekat dilakukan
menggunakan alat Universal Testing Machine (UTM) pada kecepatan 5 mm/menit
yang akan menghasilkan nilai dan jenis failure yang dikorelasikan dengan gambaran
morfologi permukaan basis RAPP tanpa dan dengan surface treatment menggunakan
alat Scanning Electron Microscope (SEM). Perbedaan kekuatan lekat
autopolymerized silikon soft denture lining dan heatpolymerized silikon soft denture
lining dianalisis menggunakan uji t. Pengaruh surface treatment terhadap kekuatan
lekat dianalisis menggunakan uji ANOVA satu arah, dan perbedaan pengaruh
dianalisis dengan uji LSD. Hasil uji t menunjukkan bahwa ada perbedaan kekuatan
lekat antara autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized silikon
SDL pada kelompok tanpa surface treatment dan dengan surface treatment sandblast,
primer adhesif dan gabungan sandblast-primer adhesif. Hasil uji ANOVA
menunjukkan ada pengaruh surface treatment sandblast, primer adhesif dan gabungan
sandblast-primer adhesif terhadap kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis
ii
Kata Kunci : surface treatment, kekuatan lekat, silikon soft denture lining, basis gigi
tiruan resin akrilik polimerisasi panas.
iii
iv
Keywords : surface treatment, bond strength, silicone soft denture lining, PMMA
denture base
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan ridho Nya jualah tesis ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk
orangtua tercinta, yaitu Muhammad Zahar, SE dan Jurnalis, Suami tercinta dr.
Khairani, Annisa Zhafirah dan Atikah Syifa Salsabila yang senantiasa memberikan
kasih sayang yang tidak terbalas, doa, pengertian, semangat dan dukungan baik moril
ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada saudara kandung penulis,
Ferdiansyah, ST., dr. Amelia Juwita, Adelina Pratiwi, A.Md. SST., M.Kes, dan Siti
Rahmadina yang telah memberikan dukungan dan perhatian kepada penulis selama
Dalam penulisan tesis ini, penulis telah banyak mendapat pengarahan serta
bimbingan dari berbagai pihak sehingga tesis ini dapat disusun dengan baik. Pada
kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima
vi
penulisan tesis ini yang telah meluangkan banyak waktu untuk membimbing,
memberikan pengarahan, saran dan masukan kepada penulis. Teladan yang diberikan
masalah sangat berarti bagi penulis, terutama selama menyelesaikan tesis ini.
2. Prof. Dr. Harry Agusnar, drs., M.Sc., M.Phil selaku dosen pembimbing
anggota dalam penulisan tesis ini yang telah meluangkan banyak waktu untuk
sangat berarti kepada penulis selama penulisan tesis ini hingga selesai.
3. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K) selaku Ketua Program
Studi (KPS) PPDGS Prostodonsia dan sekaligus sebagai ketua tim penguji dalam
penulisan tesis ini yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis
selama penulisan tesis ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Teladan yang
diberikan berupa semangat, motivasi yang tinggi, selalu berpikir positif, dan
memperhatikan segala sesuatu secara detail sangat berarti dalam membentuk pola
4. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D., Sp.Pros (K) selaku guru besar di
telah banyak memberikan pengarahan dan membentuk pola berpikir penulis sehingga
vii
6. DR. Darwin Yunus, MS selaku anggota tim penguji tesis yang telah
memberikan saran dan masukan yang sangat berarti kepada penulis dalam
7. Ariyani, drg., MDSc., Sp.Pros (K) selaku anggota tim penguji tesis yang
telah memberikan semangat, motivasi dan ilmu serta meluangkan banyak waktu
untuk membimbing, memberikan pengarahan, saran dan masukan yang sangat berarti
bagi penulis hingga tesis ini dapat selesai dengan baik dan tepat pada waktunya.
8. Putri Welda Utami Ritonga, drg., MDSc., Sp.Pros (K) selaku anggota tim
penguji tesis yang telah memberikan saran dan masukan yang sangat berarti kepada
10. Dwi Tjahyaning Putranti, drg., M.Kes dan Siti Wahyuni, drg., MDSc
selaku Kepala dan Manager Unit Jasa Industri (UJI) Laboratorium Dental Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas bantuan yang diberikan kepada
viii
Gigi Universitas Sumatera Utara yaitu Prof. Selamat Tarigan, drg., MS., Ph.D, Eddy
Dahar, drg., M.Kes., Veronica Angelia, drg., MDSc., Sp.Pros, Ika Andryas, drg.,
MSc., dan Hubban Nasution, drg., MSc yang telah memberikan saran, masukan,
Gigi Universitas Sumatera Utara terutama Kak Naya, Nurul, Bu Yanti dan Dara yang
IMT Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, terutama kak Tun, Kak
Ida dan Bang Mulyadi yang telah banyak membantu dalam proses pembuatan sampel
penelitian penulis.
Universitas Sumatera Utara, terutama Fakhrur Rozi yang telah banyak membantu
hasil penelitian, Sarjana yang telah membantu dalam pembuatan model induk serta
Pak Rustam, Abdi dan Arbi yang telah membantu dalam pembuatan sampel.
UNIMED terutama Bapak Arman dan Natalia yang telah membantu penulis dalam
penelitian.
ix
17. Percetakan GEMI yang telah banyak membantu penulis dalam setiap
tahap pencetakan tesis sehingga dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Tarigan, drg,, yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan masukan,
angkatan Marsal Tarigan, drg. dan Augeswina, drg., serta angkatan 4, 6, 7 dan 8
tesis ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
(Febriani, drg)
NIM: 157160015
DATA PRIBADI
PENDIDIKAN UMUM
RIWAYAT PEKERJAAN
xi
xii
NO JUDUL PUBLIKASI
xiii
xiv
xv
7 The all on 4 concept 7th Malaysian Association for Balai Ungku Aziz,
Prosthodontics (MAP) Fakulty of Dentistry,
Annual Scientific Conference University Malaya
Kuala Lumpur,
and Annual General Meeting
Malaysia
(AGM) 5 Oktober 2017
xvi
8 One Day Tooth Wear 7th Malaysian Association for Balai Ungku Aziz,
Course Prosthodontics (MAP) Fakulty of Dentistry,
Annual Scientific Conference University Malaya
Kuala Lumpur,
and Annual General Meeting
Malaysia
(AGM) 5 Oktober 2017
xvii
Halaman
ABSTRAK ………………………………………………………………… ii
ABSTRACT ……………………………………………………………… iv
BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................ 1
xviii
xix
xx
xxi
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
xxiii
xxiv
xxv
xxvi
xxvii
xxviii
xxix
Lampiran
Indonesia
xxx
FMIPA UNIMED
xxxi
BAB 1
PENDAHULUAN
Defek maksila merupakan celah yang terjadi di daerah maksila yang disebabkan
bawaan lahir ataupun didapat akibat trauma atau tindakan bedah. Rehabilitasi defek
maksila menggunakan obturator lebih menjadi pilihan karena aman, biaya yang murah
dan lebih cepat mengembalikan kemampuan bicara, fungsi dan estetis pasien (Oh WS
dan Roumanas ED, 2007 ; Menakshi A dan Shah D, 2012). Keberhasilan rehabilitasi
maksila dengan pembuatan obturator sangat besar dipengaruhi oleh karakteristik defek,
yaitu lokasi, ukuran dan adanya undercut (Keyf F, 2001; Bhandari AJ, 2017). Undercut
pada defek maksila merupakan jaringan yang sensitif namun mempunyai peran penting
dalam meningkatkan retensi dan stabilitas obturator (Keyf F, 2001; Iqbal Z, 2011 ;
jaringan defek telah mengalami penyembuhan terutama pada fase obturator definitif.
Ada dua komponen obturator definitif yaitu basis gigi tiruan dan obturator bulb.
Komponen yang berperan untuk menjangkau daerah undercut defek maksila adalah
obturator bulb. Ada dua syarat obturator bulb agar dapat berfungsi dengan baik yaitu
harus ringan dan perluasan harus maksimal menutupi rongga defek. Perlu suatu bahan
tertentu yang dapat dibuat hollow (berongga) agar ringan dan bersifat soft agar dapat
Bahan yang umumnya digunakan sebagai basis obturator bulb yaitu bahan Resin
Akrilik Polimerisasi Panas (RAPP), Nilon Termoplastik dan Soft Denture Lining (SDL)
dimana masing-masing bahan memiliki kelebihan dan kekurangan. Bahan RAPP dapat
membuat ringan oburator bulb dengan teknik pembuatan hollow bulb. Kekurangannya
adalah sifat bahan RAPP rigid dan kaku sehingga perluasan maksimal bahan ke rongga
defek undercut tidak dapat dilakukan karena akan menimbulkan rasa sakit saat
pemakaian, pemasangan dan pelepasan (Keyf F, 2001 ; Ikusika OF, 2016). Bahan Nilon
Termoplastik merupakan bahan yang memiliki sifat fisis dan estetis yang baik, derajat
fleksibilitas dan stabilitas yang sangat baik dan dapat dibuat dengan ketebalan yang
lebih tipis dibandingkan resin akrilik, sehingga sangat fleksibel, ringan dan tidak mudah
patah. Kekurangan bahan ini adalah sifat bahannya yang tidak cukup kuat menahan
beban pengunyahan, tidak mudah direparasi, mudah menyerap air, mudah berubah
warna dan sulit untuk dilakukan pemolesan sehingga memiliki permukaan yang lebih
kasar dibandingkan resin akrilik polimerisasi panas (Batra P, 2013 ; Refai H, 2017).
Bahan Soft Denture Lining (SDL) menurut pengertian ISO merupakan suatu bahan
pelapis lunak yang sifat softnya tetap bertahan setelah polimerisasi. Kelebihan bahan
SDL adalah kemampuannya memasuki seluruh daerah undercut terdalam pada defek
maksila tanpa mengakibatkan rasa sakit saat penggunaan, pemasangan dan pelepasan.
Bahan SDL yang resilien diaplikasikan ke permukaan rangka RAPP yang berhadapan
dengan daerah undercut defek sehingga menghasilkan cushioning effect atau efek
seperti bantalan diantara basis dan defek. Kekurangan bahan SDL adalah tidak dapat
dibuat hollow (rongga) sehingga dapat menambah berat obturator bulb. Kekurangan ini
dapat diatasi dengan menggunakan bahan RAPP sebagai rangka dari bahan SDL
(Hollow core). Dengan demikian maka dapat diperoleh obturator bulb yang ringan dan
dengan perluasan yang maksimal menutupi rongga defek (Oh WS dan Roumanas, 2007
; Salloum AM, 2013 ; Ikusika OF, 2016 ; Joseph AM, dkk., 2016 ; Oki M, dkk., 2016 ;
Bahan SDL terdiri dari dua jenis, yaitu Akrilik SDL dan Silikon SDL yang
masing-masing terbagi menjadi dua jenis yaitu autopolymerized SDL atau “chair-side”
SDL karena mampu mengeras pada suhu yang rendah di dalam mulut dan
heatpolimeryzed SDL yang pengerasan baru dapat terjadi pada suhu yang tinggi. Bahan
autopolymerized dan heatpolymerized silikon SDL merupakan bahan yang paling umum
digunakan sebagai bahan obturator bulb dari pada bahan autopolymerized dan
merupakan jenis SDL yang sifat softnya berasal dari bahan silikon itu sendiri sehingga
softnya dapat bertahan paling lama dan paling biokompatibel dari pada jenis
heatpolymerized akrilik SDL merupakan SDL berbahan dasar akrilik yang sifat softnya
berasal dari plasticizer yang mudah larut dalam saliva sehingga softnya tidak dapat
bertahan lama dan tidak biokompatibel bagi kesehatan rongga mulut (Munksgaard EC
dkk., 2005 ; Chladek dkk., 2014 ; Akin H, dkk., 2011). Dengan demikian,
basis RAPP dapat menghasilkan obturator definitif yang lebih retentif dan lebih stabil
dalam jangka waktu yang lebih lama (Joseph dkk., 2016). Penelitian Ikusika OH (2016)
menyebutkan adanya perbedaan kemampuan fungsi mastikasi pasien pada daerah defek
yang jauh lebih baik yaitu 60,40% pada obturator definitif yang menggabungkan RAPP
dan Silikon SDL daripada yang keseluruhannya hanya menggunakan bahan RAPP saja,
yakni 18,35%.
Kekurangan dari menggabungkan kedua bahan ini adalah kekuatan lekat bahan
autopolymerized atau heatpolymerized Silikon SDL yang lemah terhadap basis RAPP
Penyebab utamanya adalah perbedaan struktur molekul sehingga tidak ada ikatan kimia
antara keduanya. Hal ini ditandai dengan terjadinya adhesive failure pada kedua bahan
yang berbeda tersebut. Faktor Kekuatan lekat menjadi suatu hal yang penting karena
lepasnya ikatan antara bahan autopolymerized atau heatpolymerized Silikon SDL pada
perkembangan mikroba. Nilai standar kekuatan lekat SDL pada basis RAPP yang masih
dapat diterima secara klinis adalah 0,44 MPa (Usumez dkk., 2004 ; Akin H, dkk., 2011 ;
Atsu S dan Keskin Y, 2013 ; Chladek, dkk., 2014 ; Hashem MI, 2015 ; Maheswar dkk.,
2015 ; Nakhaei, dkk., 2016). Lemahnya kekuatan lekat Silikon SDL pada basis RAPP
tersebut dapat diatasi salah satunya yaitu dengan Surface treatment. Surface treatment
merupakan suatu perlakuan berupa mengkasarkan permukaan intaglio basis gigi tiruan
RAPP sebelum mengaplikasikan Silikon SDL sehingga diperoleh ikatan mekanis antara
keduanya. Hal ini dibuktikan dengan perubahan bentuk morfologi permukaan basis
RAPP menjadi lebih kasar, tak beraturan dan beberapa memiliki pori untuk menciptakan
mechanical interlocking antara Silikon SDL dan basis RAPP. Permukaan yang kasar
akan menghasilkan kekuatan lekat dua kali lipat daripada permukaan yang halus.
Ada dua metode surface treatment yang dapat dilakukan yaitu metode mekanis
dan metode kemis. Metode mekanis diantaranya yaitu dengan kertas pasir, bur akrilik,
oxygen plasma, silika, laser dan sandblast. Diantara metode mekanis tersebut, sandblast
merupakan metode yang sering dilakukan karena bahan dan alat yang mudah diperoleh,
prosedur pengerjaannya yang tidak rumit dan menghasilkan kekuatan lekat yang lebih
baik. Metode sandblast yaitu metode mengkasarkan permukaan intaglio basis RAPP
yang akan berkontak dengan Silikon SDL menggunakan partikel alumina dengan cara
menjadi kasar dan tidak beraturan sehingga terbentuk mechanical interlocking yang
akan mengunci bahan Silikon SDL pada basis RAPP (Usumez, dkk., 2004 ; Akin H,
dkk., 2011 ; Surapaneni H dkk., 2013 ; Cavalcanti, dkk., 2014 ; Maheswar P dkk., 2015
; Nakhaei, dkk., 2016 ; Atsu S dan Keskin Y, 2016). Metode kemis yaitu mengkasarkan
permukaan intaglio basis gigi tiruan RAPP dengan menggunakan bahan adesif. Bahan
adesif yang umumnya digunakan yaitu dari bahan primer adhesif, 36% phosphoric acid,
monomer MMA, ethyl acetate dan silane coupling agent. Diantara semua bahan adhesif
tersebut, hanya primer adhesif yang khusus diperuntukkan meningkatkan kekuatan lekat
bahan Autopolymerized Silikon SDL dan Heatpolymerized Silikon SDL. Primer adhesif
yang digunakan dalam penelitian ini Mollosil primer adhesif untuk bahan
Poliorganosiloxane dan ethyl acetate 60-100 % (Bayati OH, dkk., 2012). Komposisi
kimia Molloplast B Primer adhesif adalah gabungan dari derivate methoxy dan ethoxy
silane (Mutluay MM dan Ruyter IE, 2007). Mekanisme kerja Primer adhesif yaitu
organik, melarutkan permukaan basis dan partikel yang tidak terikat, membentuk pit dan
masuk dan melekat pada permukaan basis dengan terbentuknya mechanical interlocking
(Sarac, dkk., 2006 ; Mutluay MM dan Ruyter IE, 2007 ; Akin H, dkk., 2011 ; Bayati
OH, dkk., 2012 ; Atsu S dan Keskin Y, 2013 ; Bolayir G, dkk., 2013 ; Surapaneni, dkk.,
silikon SDL dengan basis RAPP yang akan membuat kekuatan lekat akan lebih lama
bertahan sampai dengan 5 tahun, lebih lama dari pada ikatan kimia yang dimiliki oleh
autopolymerized dan heatpolymerized akrilik SDL pada basis RAPP yang hanya
bertahan selama 3 tahun. Pemilihan surface treatment yang tepat akan sangat
hidup pasien dengan defek maksila pun menjadi meningkat (Mutluay MM dan Ruyter
IE dkk., 2007 ; Akin H, dkk., 2011 ; Atsu S dan Keskin Y, 2013 ; Nakhaei, dkk., 2016).
1.2 Permasalahan
bahan pelapis lunak yang sifat softnya paling bertahan lama namun tidak dapat dibuat
hollow (rongga) agar dapat membuat ringan obturator bulb. Untuk itu diperlukan
RAPP yang dapat dibuat hollow (rongga). Penggabungan bahan autopolymerized silikon
SDL dan heatpolymerized silikon SDL dengan bahan RAPP memiliki kekuatan lekat
yang lemah dikarenakan perbedaan struktur molekul sehingga tidak terjadi ikatan kimia
antara keduanya. Lemahnya kekuatan lekat antara bahan autopolymerized silikon SDL
dan heatpolymerized silikon SDL pada basis RAPP akan mengakibatkan terjadinya
bahan (Mese A, 2006 ; Sarac, dkk., 2006 ; Chladek, 2014 ; Mittal MM, dkk., 2016).
silikon SDL dan heatpolymerized silikon SDL pada basis RAPP yaitu dengan surface
permukaan yang kasar sehingga membantu terjadinya perlekatan (adhesi) antara substrat
memberikan kekuatan lekat dua kali lipat dari pada permukaan yang halus. Permukaan
yang kasar dapat menyediakan luas daerah yang lebih besar untuk perlekatan dengan
Surapaneni, dkk., 2012 ; Nakhaei M, dkk. 2016). Surface treatment yang umumnya
digunakan adalah metode mekanis melalui partikel alumina sandbast dan metode kemis
(Atsu S dan Keskin Y, 2013 ; Bayati O dkk., 2012 ; Cavalcanti dkk., 2014) sementara
menggunakan sandblast partikel alumina (Usumez dkk., 2004 ; Akin H dkk., 2011 ;
Nakhaei M dkk., 2016). Partikel alumina yang dijual di pasaran berukuran 30 μm – 250
μm, Penelitian Akin H, dkk (2011) menyebutkan bahwa sandblast partikel alumina
sementara ukuran 120 μm dan 250 μm meningkatkan kekuatan lekat basis RAPP-
silikon SDL. Penelitian Usumez, dkk (2004) menyebutkan partikel alumina 250 μm
penelitian Kulkarni RS, dkk (2011) menyebutkan sandblast partikel alumina 250 μm
kekuatan lekat basis RAPP-autopolymerized silikon SDL (Bayati OH, dkk., 2012 ; Atsu
S dan Keskin Y, 2013 ; Cavalvanti dkk., 2014). Primer adhesif juga dapat meningkatkan
Penelitian Atsu S dan Keskin Y (2013) menyebutkan bahwa kekuatan lekat basis RAPP-
primer adhesif daripada sandblast partikel alumina 50 μm. Penelitian Korkmaz dkk
partikel alumina 50 μm. Penelitian Philip dkk (2012) menyebutkan bahwa dengan
SDL yang paling tinggi dari pada menggunakan sandblast atau primer adhesif saja.
peningkatan kekuatan lekat heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP dan belum ada
silikon SDL-basis RAPP, belum ada yang membandingkan surface treatment yang lebih
efektif antara sandblast partikel alumina 250 μm dan primer adhesif dalam
SDL, serta belum adanya yang meneliti pengaruh penggabungan surface treatment
sandblast alumina 250 μm dengan primer adhesif terhadap peningkatan kekuatan lekat
penelitian ini.
berikut :
sandblast-primer adhesif ?
2. Apakah ada pengaruh surface treatment sandblast, primer adhesif dan gabungan
basis RAPP ?
primer Adhesif
definitif.
b. Sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai surface treatment yang
dokter gigi sebagai bahan relining basis RAPP yang rigid dan kaku, seperti pada
kondisi linggir yang tajam dan datar serta mukosa yang tidak resilien pada
pada basis RAPP dapat dirasakan dalam jangka waktu yang lebih lama.
dental mengenai fungsi bahan Silikon SDL sebagai bahan alternatif yang dapat
dalam upaya meningkatkan kekuatan lekat Silikon SDL pada basis RAPP
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
antara rongga mulut dan saluran pernafasan bagian atas. Defek maksila terjadi
disebabkan oleh kelainan bawaan lahir (congenital) ataupun didapat (acquired) seperti
karena adanya trauma ataupun disebabkan bedah tumor maksila. Keadaan ini
serta deformitas wajah. Masalah ini akan memicu stress emosional dan depresi yang
berdampak pada menurunnya kualitas hidup pasien (Keyf F, 2001 ; Iqbal Z dkk., 2011 ;
Meenakshi dan Shah, 2012 ; Bhandari AJ, 2016 ; Ikusika OF, 2016 ; Oki M, 2016).
2.1.2 Klasifikasi
Defek maksila yang terjadi memiliki ukuran dan lokasi yang berbeda. Defek
maksila dapat terjadi di sebagian atau di seluruh maksila. Pada tahun 1978 Mohammed
hubungan defek dengan gigi geligi yang masih ada (Keyf F, 2001 ; Meenakshi dan
13
a. Kelas I : Defek berada di midline maksila, gigi geligi yang tersisa berada di satu
b. Kelas II : Defek di unilateral, gigi geligi yang tersisa berada di anterior dan yang
berseberangan
c. Kelas III : Defek maksila terjadi di pusat palatum keras dan melibatkan sedikit
e. Kelas V : Defek bilateral dan berjalan dari posterior ke arah gigi penyangga
f. Kelas VI : Defek terjadi paling sering dikarenakan trauma dan defek berjalan
g. Kelas VII : Sama halnya seperti klas II Kennedy, tetapi defek kecil berada
2.1.3 Rehabilitasi
Rehabilitasi defek maksila dapat berupa tindakan bedah plastik atau dengan
bedah plastik menjadi suatu kontraindikasi bagi pasien yang sudah lanjut usia, defek
yang sangat besar, kesehatan yang buruk, mempunyai kecenderungan terjadi tumor
yang rekuren, supply darah yang buruk karena terapi radiasi dan komplikasi penyakit
pengangkatan tumor rahang daripada tindakan bedah karena merupakan tindakan yang
aman, biayanya yang murah dan lebih cepat mengembalikan kemampuan bicara, fungsi
mastikasi dan penelanan serta estetis pasien sehingga pada akhirnya akan meningkatkan
kualitas hidup pasien paska hemimaksiletomi (Keyf F, 2001 ; Menakshi A dan Shah D
pemakaiannya (Keyf F, 2001 ; Iqbal Z, dkk., 2011 ; Meenakshi dan Shah, 2012 ;
1. Obturator Bedah
dilakukan, untuk segera dipasang sesaat setelah dilakukan pembedahan. Obturator bedah
dibuat untuk menggantikan tulang alveolar dan palatum tanpa ada perluasan ke arah
defek. Obturator bedah menutupi defek palatum yang terbuka sehingga memperoleh
sejumlah manfaat diantaranya yaitu sebagai penahan dressing paska bedah reseksi
maksila, melindungi luka agar tetap bersih, mencegah masuknya air atau makanan ke
mengurangi aliran eksudat ke dalam mulut, merekonstruksi kontur palatum serta dapat
memperbaiki kontur bibir dan pipi. Obturator bedah hanya digunakan selama 7-10 hari
2. Obturator Interim
bulan pembedahan dan digunakan selama 4-6 bulan. Obturator interim umumnya
memiliki anasir gigi tiruan pada anterior saja untuk memperbaiki estetik pasien tanpa
adanya susunan gigi posterior atau terdapat susunan gigi posterior yang disusun dengan
kontak oklusal ringan atau tanpa kontak oklusal dengan gigi antagonisnya.
3. Obturator Definitif
bicara, mastikasi dan penelanan, yang dapat digunakan jika telah terjadi penyembuhan
pada defek palatum, biasanya setelah 6 bulan pasca pembedahan atau setelah
mengikuti prinsip desain kerangka logam. Pada edentulus penuh, desain obturator dibuat
lebih agresif memasuki daerah defek guna memaksimalkan dukungan, retensi dan
stabilisasi (Keyf F, 2001; Iqbal, 2011 ; Meenakshi dan Shah, 2012 ; Bhandari AJ, 2017).
2.1.4 Karakteristik
sangat besar dipengaruhi oleh karakteristik defek, yaitu lokasi, ukuran dan adanya
undercut defek. Undercut defek merupakan jaringan yang sensitif dan memiliki derajat
yang bervariasi. Undercut merupakan suatu keadaan jaringan yang berceruk atau cekung
ke dalam disebabkan oleh kekosongan jaringan. Pada pasien edentulus sebagian, retensi
dapat diperoleh dari undercut gigi dan undercut dari defek sementara pada pasien
edentulus penuh, retensinya sangat bergantung pada undercut defek. Daerah defek
maksila yang memiliki undercut adalah pada residual hard palate yang mengarah ke
rongga nasal dan paranasal. Perluasan ke daerah undercut defek pada residual hard
palate dapat mencegah terjadinya pergerakan obturator ke arah vertikal dan lateral
(Keyf F, 2001; Iqbal Z dkk., 2011; Meenakshi A, 2012 ; Bhandari AJ, 2017).
2.2.1 Syarat
Basis obturator definitif harus memiliki dukungan, bersifat retentif dan stabil
terhadap banyaknya gaya negatif yang mempengaruhi seperti vertical dislodging force,
occlusal vertical force, torque atau rotational force, lateral force dan anterior-posterior
force, sehingga dapat digunakan dalam jangka panjang oleh pasien dengan defek
1. Retentif
arah pasang dan ketahanan terhadap gerakan rotasi dari defek karena adanya gaya
gravitasi dan fungsi di sekitar jaringan daerah defek Kualitas retentif obturator definitif
ditentukan oleh besar kecilnya ukuran defek, banyak sedikitnya jaringan undercut,
jumlah, lokasi dan keadaan gigi geligi yang tersisa, ukuran dan bentuk linggir, bahan
basis yang digunakan, kondisi kesehatan jaringan, adanya trismus, kooperatif pasien.
Retensi mekanis yang diperoleh dari undercut gigi dan undercut margin defek maksila
lebih baik daripada retensi fisis seperti adhesi, kohesi, surface tension dan viskositas
saliva. Perluasan obturator dibuat lebih tinggi pada dinding lateral defek untuk
mencegah terjadi gaya vertikal (Keyf F, 2001 ; Iqbal Z., dkk., 2011).
dengan defek yang besar masih cukup baik karena adanya direct dan indirect retainer
pada gigi penyangga dari bahan kerangka logam yang memberikan cukup retensi dan
penuh dengan defek yang luas menjadi buruk karena faktor retensinya sangat
bergantung hanya pada kondisi defek, yaitu pada tingkat kesembuhan jaringan di dalam
defek, ukuran dan lokasi defek serta banyak sedikitnya undercut pada defek. Perlu
bahan basis tertentu yang dapat memasuki daerah undercut defek untuk membantu
meningkatkan retensi obturator definitif (Menakshi dan Shah, 2012 ; Ikusika OF, 2016).
2. Stabil
perpindahan yang disebabkan kekuatan fungsi. Pergerakan terjadi dalam arah horizontal,
seperti gerakan anteroposterior, rotasi maupun kombinasi antara keduanya. Pada pasien
edentulus sebagian, stabilitas diperoleh melalui banyaknya sandaran oklusal dan bracing
kerangka logam serta perluasan basis yang semaksimal mungkin di mukobuccal fold dan
sayap bukal sampai hamular notch. Pada pasien edentulus penuh, stabilitas diperoleh
melalui kontak basis yang maksimal menyentuh midline reseksi, dinding anterior-lateral
defek, dinding pterygoid dan palatum lunak yang tersisa (Keyf F, 2001 ; Bhandari AJ,
2017).
3. Dukungan
maksila yang edentulus sebagian cukup baik karena mendapat dukungan dari jaringan
lunak dan jaringan keras tulang dan gigi geligi sementara pada pasien defek maksila
yang edentulus penuh prognosis keberhasilan kurang baik karena dukungan hanya
diperoleh dari tinggi dan bentuk linggir alveolar yang tersisa, kedalaman sulkus, bentuk
palatum keras yang tersisa dan jaringan yang ada di dalam daerah defek, seperti septum
nasal, lantai orbita, struktur tulang dari pterygoid. Linggir alveolar yang berbentuk
square dan ovoid akan memberikan dukungan yang lebih baik daripada linggir yang
kecil berbentuk taper. Demikian juga bentuk palatum yang datar akan lebih memberi
dukungan daripada bentuk palatum yang taper (Keyf F, 2001 ; Iqbal Z., dkk., 2011).
2.2.2 Komponen
Obturator definitif terdiri dari dua komponen, yaitu basis gigi tiruan dan
obturator bulb. Basis gigi tiruan dan obturator bulb dapat dibuat menyatu maupun
terpisah (Keyf F, 2001 ; Meenakshi, 2012 ; Mitra A, 2014 ; Ikusika OF, 2016 ; Joseph
Gambar 2.3 Komponen Obturator Definitif: (a) Basis gigi tiruan (b) Obturator bulb
Sumber Cheng, Somerville, dan Wee. Altered prosthodontic treatment approach for
bilateral complete maxillectomy: A clinical report. The Journal of Prosthetic
dentistry. Vol.92 no.2, 2018
2.2.2.1.1 Pengertian
Basis gigi tiruan adalah bagian dari suatu gigi tiruan yang bersandar pada
jaringan pendukung (McCabe JF. dan Walls AWG., 2007). Fungsi basis gigi tiruan
adalah menggantikan tulang alveolar yang sudah hilang, menyalurkan tekanan oklusal
melekatkan komponen gigi tiruan lainnya seperti anasir gigi tiruan, sandaran oklusal,
lengan retentif dan lengan resiprokal pada gigi tiruan dari bahan resin akrilik. Daya
tahan dan sifat suatu basis gigi tiruan sangat dipengaruhi oleh bahan basis gigi tiruan
2.2.2.1.2 Syarat
Bahan basis gigi tiruan memiliki syarat ideal untuk pembuatan basis gigi
tiruan. Persyaratan ideal untuk bahan basis gigi tiruan dapat dibagi berdasarkan sifat
fisis, mekanis, kemis, biologis dan sifat lain yaitu: (McCabe JF., dkk., 2007 ; Gunadi A.,
1. Persyaratan Biologis
3. Jika terjadi proses absorpsi, basis sebaiknya dapat bertahan dari perkembangan
7. Tidak mudah mengalami abrasi, sehingga bentuk gigi tiruan tetap baik dalam
2.2.2.1.3 Bahan
1. Basis Logam
Basis berbahan logam biasanya terbuat dari campuran 2 logam atau lebih
yang disebut dengan alloy, contohnya adalah basis dari kobalt kromium, kobalt
kromium nikel dan nikel kromium (Zarb, dkk., 2012). Basis dengan bahan logam
memiliki beberapa keuntungan apabila dibandingkan dengan bahan non logam yaitu
memiliki stabilitas dimensi yang lebih baik dan kekuatan yang diperoleh maksimal
dengan ketebalan yang minimal. Kerugian dari bahan logam adalah estetik yang kurang
baik serta sulit di perbaiki apabila patah. Bahan berbasis logam digunakan pada pasien
defek maksila edentulus sebagian dimana logamnya berfungsi sebagai mayor dan minor
konektor serta direct dan indirect retainer (Okay, dkk 2001 ; Iqbal Z, 2011)
Basis berbahan non logam umumnya terbuat dari bahan polimer dan paling
sering digunakan dalam kedokteran gigi karena memberikan hasil estetik yang lebih
baik serta harga yang lebih terjangkau apabila dibandingkan dengan basis logam. Basis
non logam yang umumnya digunakan sebagai basis gigi tiruan obturator definitif adalah
Resin akrilik polimerisasi panas (RAPP) dan Nilon Termoplastik. Resin akrilik
polimerisasi panas merupakan suatu bahan polimer termoset yang menjadi keras secara
permanen pada saat pembuatannya dan tidak akan melunak ketika dipanaskan kembali.
Termoplastik merupakan suatu bahan polimer termoplastik yang akan melunak ketika
keduanya yang paling sering digunakan sebagai basis gigi tiruan obturator definitif
yaitu RAPP karena memberikan keuntungan bagi operator seperti proses pembuatan
obturator definitif mudah dan hanya memerlukan peralatan sederhana, mudah dipoles
karena memiliki stabilitas warna yang baik. Selain itu juga memberikan keuntungan
bagi pasien seperti fungsi mastikasi yang baik karena basis RAPP memiliki ketahanan
terhadap banyaknya pergerakan abnormal yang terjadi, memiliki estetik yang baik
karena warnanya yang menyerupai jaringan rongga mulut, harga yang lebih murah,
tidak larut dalam cairan rongga mulut dan tidak mengabsorpsi saliva (Sri ORS, dkk.,
2.2.2.2.1 Pengertian
rongga daerah defek maksila. Tujuan obturator bulb yaitu untuk menambah retensi dan
stabilisasi basis obturator definitif (Keyf F, 2001; Iqbal Z, 2011 ; Meenakshi dan Shah,
2.2.2.2.2 Syarat
Syarat obturator bulb ada dua, yaitu perluasan yang maksimal ke rongga
defek undercut dan ringan (Keyf F, 2001 ; Oh WS dan Roumanas ED, 2006 ; Iqbal Z,
dkk., 2011 ; Ikusika OF, 2016 ; Joseph AM, dkk., 2016 ; Singh K dan Gupta N, 2016) :
akan retensi, dukungan dan stabilisasi, besar kecilnya ukuran defek dan adanya
undercut di dalam defek. Pada defek maksila yang luas dengan dukungan yang lemah
maka perlu dilakukan perluasan obturator bulb ke arah vertikal yaitu ke daerah dasar
defek dan perluasan obturator bulb ke arah horizontal yaitu ke bagian lateral dari lantai
orbita. Perluasan obturator bulb dibatasi pada pasien yang mengalami trismus dan
bukaan mulut terbatas yaitu dengan dinding medial defek yang lebih rendah daripada
dinding lateral defek (Oki M, dkk., 2006 ; Oh W dan Ruomanas ED, 2007),
2. Ringan
dan Ruomanas ED (2006) menyebutkan bahwa berat basis dapat berkurang hingga
mencapai 33% dengan teknik hollow. Teknik hollow ada yang terbuka (open bulb) dan
ada yang tertutup (closed bulb). Sebaiknya dibuat hollow bulb tertutup guna
sekresi air ludah dan sisa makanan yang dapat menambah berat basis seperti halnya
pada hollow bulb yang terbuka sehingga memerlukan frekuensi pembersihan obturator
2.2.2.2.3 Manfaat
2006 ; Meenakshi dan Shah, 2012 ; Ikusika OF, 2016 ; Joseph AM, dkk., 2016),
diantaranya adalah:
2.2.2.2.4 Bahan
Resin Akrilik Polimerisasi Panas, Nilon Termoplastik dan Soft Denture Lining (SDL)
Resin Akrilik Polimerisasi Panas (RAPP) selain berfungsi sebagai basis gigi
tiruan dapat juga berfungsi sebagai obturator bulb. Namun karena sifat bahan RAPP
yang rigid dan kaku, perluasan obturator bulb RAPP ke daerah defek menimbulkan rasa
sakit dan berakibat bertambah beratnya basis. Berat basis RAPP dapat dikurangi dengan
menggunakan hollow bulb. Desain hollow pada RAPP sebaiknya terbuka dikarenakan
sifat bahannya yang rigid dan kaku akan menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan
saat penggunaan, pemasangan dan pelepasan basis obturator definitif. Rasa sakit yang
ditimbulkan jika menyentuh jaringan defek dapat diatasi dengan cara merilief atau
memblocking out daerah undercut defek untuk mencegah kontak langsung dengan
jaringan defek yang sensitif. Akan tetapi cara ini dapat mengurangi dukungan terhadap
retensi dan stabilitas obturator definitif serta membatasi fungsi mastikasi di daerah defek
2. Nilon Termoplastik
Nilon termoplastik selain berfungsi sebagai basis gigi tiruan juga dapat
berfungsi sebagai obturator bulb. Nilon termoplastik merupakan basis gigi tiruan
fleksibel yang memiliki sifat fisis dan estetis yang baik, derajat fleksibilitas dan
stabilitas yang sangat baik dan dapat dibuat dengan ketebalan yang lebih tipis
dibandingkan resin akrilik, sehingga sangat fleksibel, ringan dan tidak mudah patah
Namun bahan ini memiliki kekurangan yaitu sifat bahannya yang tidak cukup kuat
menahan beban pengunyahan, mudah menyerap air, mudah berubah warna dan sulit
dibandingkan resin akrilik. Permukaan basis yang kasar memudahkan perlekatan stain
dan plak mikroba sehingga dapat menyebabkan mikrotrauma pada jaringan mulut (Sri
ORS, 2011; Batra P, 2013 ; Kim HJ, dkk., 2014 ; Refai H, dkk., 2017).
Bahan SDL merupakan bahan yang paling sering digunakan sebagai basis
obturator bulb dikarenakan sifatnya yang soft dan resilien sehingga mampu
penggunaan, pemasangan dan pelepasan (Mahajan H dan Gupta K, 2012 ; Ikusika OF,
2016 ; Joseph AM, 2016 ; Refai H, dkk., 2017). Kekurangannya adalah SDL tidak dapat
dapat dibuat hollow sehingga dapat menambah berat obturator. Kekurangan ini dapat
diatasi dengan menjadikan RAPP sebagai rangka dari hollow bulb bahan SDL (Hollow
core). Bahan SDL yang resilien diaplikasikan ke permukaan rangka RAPP yang
atau efek seperti bantalan diantara basis dan defek. Bantalan ini akan memberikan dan
Chladek G, 2014 ; Ikusika OF, 2016 ; Joseph AM, 2016 ; Oki M, dkk., 2016).
2.3.1 Pengertian
Soft Denture Lining (SDL) menurut pengertian ISO merupakan suatu bahan
soft yang paling sering digunakan dalam prostodontik sebagai bahan pelapis lunak yang
sifat softnya tetap bertahan setelah polimerisasi (Chladek G, 2014 ; .Banarjee KL dkk.,
2015). Bahan soft ini dilapisi diatas permukaan basis gigi tiruan yang berhadapan pada
daerah defek dan pada daerah lainnya yang memiliki jaringan undercut (Keyf F, 2001 ;
Oh WS dan Roumanas, 2006 ; Ikusika OF, 2016 ; Joseph AM, 2016 ; Refai H, 2017).
Bahan Soft Denture Lining (SDL) tidak digunakan pada gigi tiruan lepasan
yang buruk atau tidak memenuhi syarat pembuatan basis akan tetapi digunakan pada
pasien yang menggunakan gigi tiruan dengan kelainan pada mukosa dan jaringan
terutama yang berkontak langsung dengan linggir atau mukosa yang bermasalah,
sehingga terdapat bantalan diantara basis gigitiruan RAPP dan permukaan linggir atau
mukosa. Bantalan ini akan memberikan cushioning effect dan meningkatkan fungsi
mastikasi pasien (Salloum AM, 2013 ; Chladek G, 2014 ; Banerjee KL, dkk., 2015 ;
Ikusika OF, 2016 ; Joseph AM, dkk., 2016 ; Oki M, dkk., 2016).
Fungsi dan indikasi Soft Denture Lining secara umum (Yanikoglu ND dkk.,
2004 ; Menakshi dan Shah, 2012 ; Chladek G, dkk., 2014 ; Akin H, dkk., 2014 ; Joseph
AM, dkk., 2016 ; Oki M, dkk., 2016 ; Singh K dan Gupta N, 2016), diantaranya yaitu :
gigitiruan yang basisnya terbuat dari resin akrilik yang keras dan kaku, terutama
pada pasien yang memiliki defek, linggir tajam dan tipis, linggir dengan undercut,
3. Memudahkan saat melepas meupun memasang prothesa yang berada pada daerah
undercut
gigi tiruan
5. Memberi kenyamanan pada pasien pengguna gigi tiruan yang memiliki masalah
7. Sebagai bahan cetak fungsional untuk memperbaiki basis gigi tiruan lama
8. Mengurangi tekanan pada daerah mukosa pasca operasi pencabutan gigi dan
pembedahan implan
9. Menambah retensi dan stabilisasi obturator pada pasien dengan defek maksila
defek maksila yang sama saat menggunakan obturator definitif dengan hollow bulb yang
keseluruhan dari bahan RAPP dan saat menggunakan obturator definitif dengan hollow-
core yaitu rangka RAPP nya dilapisi bahan SDL. Hasilnya menunjukkan bahwa
kemampuan mastikasi pada daerah bergigi adalah sebesar 98,35%, pada daerah defek
yang menggunakan RAPP hollow bulb adalah 18,35% dan pada daerah defek yang
Syarat ideal yang sebaiknya dimiliki oleh Soft denture lining (Yanikoglu ND
dkk., 2004 ; Mese A, 2006 ; Cavalcanti, dkk., 2012 ; Chladek G, dkk., 2014),
diantaranya yaitu :
Kekuatan lekat yang tinggi yaitu perlekatan yang kuat antara dua jenis
bahan berbeda, yaitu antara SDL dengan basis RAPP. Kekuatan lekat yang tinggi dapat
Sifat soft yang permanen yaitu sifat soft yang mampu bertahan dalam
jangka waktu yang lama, yang tidak mudah terpengaruh oleh faktor seperti perendaman
dalam air. Sifat soft yang permanen yaitu sifat soft yang dapat bertahan beberapa bulan
sampai beberapa tahun. Sifat soft permanen sangat dibutuhkan pasien defek maksila
yang memiliki jaringan defek yang sensitif dan memiliki undercut. Jika soft tidak dapat
bertahan lama maka memerlukan aplikasi soft yang berulang yang mengakibatkan
Penyerapan air yang minimal saat SDL direndam dalam air atau bahan
pembersih gigi tiruan dipengaruhi oleh tipe filler yang digunakan dan kemampuan
melekatnya pada polimer. Penambahan bahan filler antimikroba seperti nano-silver dan
yang berlebihan.
4. Stabilitas Dimensi
bentuknya baik sebelum maupun setelah proses, yaitu tidak larut dalam cairan apapun
termasuk cairan dalam rongga mulut, tidak mudah erosi dan tahan terhadap korosi.
Stabilitas dimensi sangat dipengaruhi oleh faktor aging dan tingkat penyerapan air.
SDL yang mudah menyerap air akan menyebabkan basis gigi tiruan bertambah berat
5. Stabilitas Warna
porositas bahan SDL, penggunaan bahan nondesinfektan seperti alkohol, kopi, teh,
pewarna makanan dan nikotin serta bahan desinfektan seperti perborate, chlorhexidine
terjadinya perubahan warna pada SDL dapat dilakukan dengan perendaman dalam air
pada basis gigi tiruan. Pembuatan obturator pada pasien dengan defek maksila memiliki
tingkat kesulitan tinggi terutama jika memiliki defek besar sehingga perlu dibantu
dengan bahan yang mudah untuk diaplikasikan saat pembuatan. Bahan dalam bentuk
pasta umumnya lebih mudah diaplikasikan daripada dalam bentuk powder dan liquid
7. Biokompatibel
Bahan SDL harus biokompatibel. SDL yang biokompatibel adalah yang dapat
diterima dan tidak beracun, tidak mengiritasi jaringan serta bebas dari kolonisasi
Candida albicans dan mikroorganisme lainnya. Cell Culture Test dan XTT test dapat
digunakan untuk meneliti tingkat biokompatibel SDL. Komponen SDL yang memiliki
plasticizer dapat larut dalam saliva manusia 20 kali lebih besar daripada di dalam air
dan lepasnya plasticizer menyebabkan iritasi pada mukosa. Plasticizernya yang berisi
dibutyl phthalate merupakan aromatic ester yang tidak terikat dgn resin sehingga mudah
lepas. Phthalate yang lepas memberikan efek biologis yang buruk seperti terjadinya
2.3.4 Klasifikasi
SDL telah digunakan dalam kedokteran gigi lebih dari satu abad yang lalu
oleh Twichell pada tahun 1869 dalam bentuk karet lunak yang masih alami. Pada tahun
1945, Tylman memperkenalkan SDL dalam bentuk plasticized polyvinyl resin yang
kemudian dilanjutkan dengan silicones elastomer yang diperkenalkan pada tahun 1958
Short term (Jangka pendek) dan Long term (Jangka panjang) (Chladek G dkk., 2014) :
Short term SDL adalah SDL yang bersifat temporary atau sementara. Bahan
a. Komposisi
Tissue conditioner tersedia dalam bentuk powder dan liquid. Powdernya yaitu
cross-linked. PEMA sulit dipenetrasi oleh plasticizer maka memerlukan alkohol untuk
memfasilitasi. Liquid terdiri dari ester-based plasticizer and 4-50 wt% ethyl alcohol
(EtOH). Plasticizernya yang berisi dibutyl phthalate merupakan aromatic ester yang
tidak terikat dengan resin sehingga mudah lepas. Hal ini dipengaruhi oleh besarnya
kandungan etanol, makin besar kandungan etanol maka makin cepat plasticizer
dilepas.Salah satu contoh bahan Tissue conditioner adalah Visco gel (Munksgaard EC,
dkk., 2004 ; Chladek G, dkk., 2014 ; Chauhan M, dkk., 2018). Indikasi penggunaan
Tissue conditioner dibatasi hanya untuk kasus yang sifatnya sementara atau jangka
pendek yang memerlukan aplikasi berulang setiap 2-3 hari sekali. Penggunaan Tissue
conditioner pada pasien dengan defek maksila harus diikuti dengan penggunaan
H, dkk., 2017 (Chladek G, dkk., 2014 ; Banarjee KL, 2015 ; Rodrigues S, dkk., 2013).
2. Perawatan lebih mudah dan cepat karena dapat diaplikasikan secara langsung
c. Kekurangan (Munksgard EC, 2005 ; Chladek, dkk., 2014; Banarjee KL, 2015) :
1. Lebih cepat mengeras dibanding SDL lainnya karena sifat softnya berasal dari
plasticizer yang mudah lepas sehingga hanya dapat digunakan untuk beberapa hari
tinggi. Plasticizer yang lepas di rongga mulut sangat berbahaya bagi kesehatan
3. Mudah terjadinya kekasaran permukaan yang terjadi dalam waktu 3-4 hari
Long term SDL adalah SDL yang bersifat definitif atau permanen, yaitu yang
dapat digunakan dalam waktu lebih dari 4 minggu sampai beberapa bulan, bahkan
sampai beberapa tahun. (Akin H, dkk., 2014 ; Rodrigues S, dkk., 2013 ; Banerjee
KL,dkk., 2015). Soft Denture Lining (SDL) yang dapat digunakan dalam jangka panjang
dikelompokkan menjadi dua yaitu Plasticized acrylic resin atau Akrilik SDL dan
Silikon elastomer atau Silikon SDL. Masing-masing Akrilik SDL dan Silikon SDL
(HTV). Autopolymerized Akrilik SDL dan Autopolymerized Silikon SDL disebut juga
SDL harus melewati proses laboratorium. (Mahajan N dan Datta K, 2010 ; Chladek G,
dkk., 2014 ; Banerjee KL, dkk., 2015). Long term SDL merupakan jenis SDL yang
umumnya digunakan sebagai bahan lining obturator definitif yang memiliki jaringan
defek yang bermasalah dibawahnya seperti jaringan undercut yang parah (Keyf F, 2001
conditioner. Powdernya dari Poly (ethyl methacrylate) dengan radikal initiator (seperti
konvensional yang tidak terikat dengan resin, sehingga mudah lepas. Lepasnya
plasticizer akan mempengaruhi sifat mekanis dari Akrilik SDL. High-moleculer weight-
monomer memberikan kesempatan bahan menjadi soft sehingga sedikit plasticizer yang
2. Perlekatannya kuat ke basis RAPP karena memiliki struktur molekul yang sama
3. Mudah dibersihkan oleh air dan denture cleanser karena sifatnya yang hidrofilik
c. Kekurangan (Meşe A, 2006 ; Chladek G, dkk., 2014 ; Yanikoglu ND, dkk., 2014) :
1. Sifat soft tidak bertahan lama karena berasal dari plasticizer yang mudah lepas
saat berada dalam saliva dan saat perendaman dalam air serta denture cleanser.
Sifat soft Autopolymerized Akrilik SDL menurun secara signifikan dalam waktu 6
kestabilan dimensi. Hal ini dikarenakan sifat bahannya yang hidrofilik sehingga
3. Kekuatan lekat baik pada basis RAPP namun tidak bertahan lama dikarenakan
faktor aging selama pemakaian dan sifat penyerapan airnya yang besar.
4. Warna yang kurang stabil dikarenakan sifatnya yang hidrofilik sehingga mampu
menyerap larutan yang berwarna baik dari makanan dan minuman maupun
pada konsentrasi etanol, makin besar kandungan etanol maka makin cepat
plasticizer dilepas.
7. Polimer banyak menyerap air saat direndam dalam air atau denture cleanser untuk
amorphous cross link pada suhu tinggi. Contohnya adalah Supersoft, Eversoft dan
Vertex RS
b. Kelebihan (Hong G, dkk., 2004 ; Meşe A., 2006 ; Oh WS dan Roumanans, 2007 ;
Chladek G, dkk., 2014 ; Banerjee KL, dkk., 2015 ; Goiato Mc, dkk., 2015) :
2. Memiliki kekuatan lekat paling baik pada basis gigi tiruan RAPP. Hal ini
disebabkan tingginya temperatur selama polimerisasi dan struktur kimia yang sama
lebih baik.
3. Heatpolymerized Akrilik SDL memiliki warna dan dimensi yang lebih stabil
4. Jenis Plasticizer yang dimiliki tidak mudah lepas sehingga sifat soft dapat
bertahan lebih lama dan lebih aman digunakan daripada Autopolymerized Akrilik
SDL
c. Kekurangan (Meşe A., 2006 ; Gupta N, 2013 ; Chladek G, dkk., 2014 ; Banerjee
Bahan sulit dimanipulasi dan sulit diperkirakan tebal bahan SDL yang diperlukan
a. Komposisi (Mahajan N dan Datta K, 2010 ; Atsu S dan Keskin Y, 2013 ; Akin H,
Tersedia dalam bentuk dua pasta, yaitu base dan catalyst. Base terdiri dari vinyl-
platinum. Polimer dimethylsiloxane sama dengan komposisi kimia dari bahan cetak
silikon, yaitu merupakan cairan kental yang dapat cross-linked pada suhu ruang (room
karena mampu mengeras pada suhu yang rendah di dalam mulut. Waktu
polimerisasinya dapat segera terjadi beberapa jam setelah aplikasi dan lebih cepat
daripada Heatpolymerized Silikon SDL. Silikon SDL tidak bergantung pada plasticizer
untuk memproduksi sifat soft dan tetap bertahan sifat softnya sepanjang waktu.
Contohnya adalah Permaflex, Ufi Gel SC, Ufi Gel P, Mollosil Plus, Mollosil, Tokuyama
soft, Mucopren Soft, Dentusil, GC Reline Soft, GC Reline ultra Soft, Sofreliner Tough
Mucosoft.
b. Kelebihan (Mese A., 2006 ; Yanikoglu ND, dkk., 2010 ; Rodrigues S, dkk., 2013 ;
Chladek G, dkk., 2014 ; Banerjee KL dkk., 2015 ; Joseph AM, dkk., 2016) :
1. Sifat soft pada Silikon SDL adalah sifat soft yang permanen yang mampu
bertahan lama. Hal ini dikarenakan sifat softnya tidak bergantung pada plasticizer
2. Silikon SDL memiliki penyerapan air yang rendah yaitu 0.30 % sehingga
3. Memiliki sifat “shock absorption” yang baik sehingga tekanan yang diberikan
maksila
c. Kekurangan (Meşe A, 2006 ; Mahajan N dan Datta K., 2010 ; Chladek G, dkk.,
1. Stain lebih mudah melekat dan sulit untuk dilepaskan. Hal ini disebabkan
sifatnya yang hidrofobik sehingga sulit dibersihkan dengan air maupun denture
cleanser. Nilai penyerapan airnya rendah, yaitu 0.30% dalam air destilasi
2. Lemahnya kekuatan lekat SDL pada basis gigi tiruan RAPP disebabkan
a. Komposisi (Mutluay MM, dkk., 2008 ; Bayati OH, dkk., 2012 ; Atsu S dan
Heatpolymerized Silikon SDL tersedia dalam bentuk pasta dengan satu buah
dengan organic peroxide (benzoyl peroxide). Kedua bahan ini akan crosslink dengan
radikal bebas yang dihasilkan oleh dekomposisi bahan organic peroxide pada suhu
b. Kelebihan (Akin H, dkk., 2010; Mahajan N dan Datta K, 2010 ; Oki M, dkk.,;
1. Memiliki sifat soft yang bertahan lebih lama daripada SDL lainnya, yaitu
selama 3-6 tahun pemakaian. Hal ini karenakan sifat softnya berasal dari bahan
Silikon itu sendiri yaitu polimer dimethyl siloxane dan melalui proses pemanasan
pencampuran antara polimer dan monomer ataupun antara base dan catalyst.
6. Lebih baik ikatannya terhadap filler dan kecepatan cross-lingking yang paling
besar sehingga menghasilkan bahan yang lebih padat yang mampu mencegah
c. Kekurangan (Nailk AV dan Jabade JL, 2005 ; Mese A, 2008 ; Rodrigues, 2013 ;
kekuatan lekat pada basis gigi tiruan yang umumnya terbuat dari bahan resin akrilik
polimerisasi panas. Kedua bahan tersebut memiliki perbedaan struktur molekul sehingga
tidak dapat berikatan secara kimia. Akan tetapi kekuatan lekat Heatpolymerized Silikon
SDL pada basis RAPP masih lebih baik daripada Autopolymerized Silikon SDL karena
kondisi defek maksila pada pasien edentulus penuh dan edentulus sebagian. Prognosis
defek yang luas masih cukup baik karena masih adanya retensi direct dan indirect dari
pasien edentulus penuh dengan defek yang luas menjadi suatu hal yang sulit karena
faktor retensinya sangat bergantung hanya pada kondisi defek, yaitu pada besar kecilnya
ukuran defek, lokasi defek di palatum keras atau lunak, jaringan yang berada di dalam
defek, kesembuhan jaringan dibawah defek serta banyak sedikitnya undercut defek
(Keyf F, 2001 ; Iqbal Z, 2011 ; Ikusika OF, 2016 ; Joseph AM, dkk., 2016).
Modifikasi desain bahan obturator definitif (Basis gigi tiruan dan obturator
menggunakan bahan RAPP (Keyf F, 2001 ; Oh WS dan Roumanas, 2006 ; Ikusika OF,
(1) Proses pembuatan tidak sulit karena menggunakan satu jenis bahan yang sama
(2) Berat basis obturator bulb RAPP dapat dikurangi dengan membuat hollow
(1) Tidak dapat digunakan pada pasien edentulus penuh yang memiliki defek yang
luas dan undercut yang banyak. Hanya dapat dilakukan pada pasien yang
edentulus sebagian dengan defek maksila yang kecil, tidak memiliki banyak
(2) Basis kurang retentif dan kurang stabil karena bahan RAPP tidak dapat
(3) Hollow bulb yang dibuat tidak dapat tertutup karena dapat menimbulkan rasa
sakit di daerah defek disebabkan tekanan berlebih dari bahan obturator bulb RAPP
yang rigid dan kaku. Hollow bulb terbuka lebih mudah terjadi penumpukan sekresi
menggunakan bahan Nilon Termoplastik (Keyf F, 2001 ; Sri ORS, dkk 2011 ; Batra P,
(2) Sifat bahan lentur sehingga menjadi lebih retentif serta memudahkan
(3) Memberikan estetik pada gigi menggunakan desain retainer wrap around
b. Kekurangan :
(9) Tidak dapat digabungkan dengan bahan RAPP dan bahan lainnya
2.4.3 Gabungan Resin Akrilik Polimerisasi Panas (RAPP) dan Akrilik Soft
RAPP sebagai basis gigi tiruan dan bahan Akrilik SDL sebagai obturator bulb.
(1) Retentif dan stabil karena menggunakan bahan SDL yang soft sehingga dapat
(2) Kekuatan lekat basis obturator bulb Akrilik SDL dan basis gigi tiruan RAPP
2.4.4 Gabungan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dan Silikon Soft Denture
Lining (SDL)
RAPP sebagai basis gigi tiruan dan Silikon SDL sebagai obturator bulb (Keyf, 2001 ;
Iqbal Z, 2011 ; Meenakshi dan Shah, 2012 ; Ikusika OF, 2016 ; Joseph AM, 2016 ; Oki
a. Kelebihan
Bahan RAPP yang rigid dikombinasikan dengan bahan Silikon SDL yang memiliki
pasien hanya 18,35% pada daerah defek yang keseluruhannya hanya menggunakan
bahan RAPP.
(2) Dapat dibuatkan pada pasien yang memiliki defek yang luas dan undercut
yang banyak tanpa mengiritasi jaringan defek karena sifat bahan yang
biokompatibel
(3) Silikon SDL dapat memasuki daerah undercut defek yang paling dalam tanpa
menimbulkan rasa sakit sehingga obturator definitif menjadi lebih retentif dan
stabil.
(4) Tidak perlu sering melakukan aplikasi berulang karena Silikon yang digunakan
adalah jenis Silikon yang dapat digunakan untuk jangka panjang. Sifat soft yang
dimiliki Silikon bertahan paling lama (beberapa bulan sampai beberapa tahun)
yang menyentuh daerah defek undercut dilapisi bahan Silikon SDL. Dengan
demikian ketebalan Silikon SDL yang diperoleh dapat lebih akurat (Ikusika OF,
2016)
b. Kekurangan
Satu-satunya kekurangan desain bahan basis ini adalah kurangnya kekuatan lekat
antara bahan Silikon SDL dan basis RAPP. Hal ini disebabkan perbedaan struktur
Diantara bahan SDL yang ada, Silikon SDL merupakan bahan yang ideal untuk
digunakan sebagai obturator bulb dan protesa maksiofasial lainnya (Keyf F, 2001 ;
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kekuatan lekat antara bahan basis
gigi tiruan dan basis obturator bulb, dapat berasal dari sifat bahan SDL itu sendiri
1. Faktor Aging
Faktor aging yaitu faktor penuaan yang diperoleh selama penggunaan seperti
perubahan temperatur saat makan dan minum serta penyerapan air selama perendaman
dalam air atau denture cleanser. Faktor aging SDL dapat menurunkan kekuatan lekat
SDL pada basis gigi tiruan RAPP. Pengaruh aging lebih kuat pada Akrilik SDL
daripada Silikon SDL karena Akrilik senantiasa melepaskan plasticizer saat berkontak
dengan saliva dan bersifat hidrofilik (menyerap air) saat perendaman. Akrilik SDL
mengalami penurunan kekuatan lekat lebih besar daripada Silikon SDL dalam 6 bulan
pertama perendaman (Munksgaard EC., 2005 ; Mese A, 2006 ; Hong G, dkk., 2006).
Thermocycling lebih berpengaruh pada Akrilik SDL dari pada Silikon SDL.
4000 thermocycling dapat menurunkan Akrilik SDL akan tetapi tidak mempengaruhi
kekuatan lekat Silikon SDL. Thermocycling dapat menurunkan kekuatan lekat Silikon
SDL setelah 5000 thermocycling yang disimulasikan setelah 5 tahun pemakaian SDL.
Meskipun demikian, nilai kekuatan lekat Silikon SDL pada basis gigi tiruan RAPP
masih dapat diterima secara klinis (Kulak-Ozkan, 2003 ; Meşe A., 2006 ; Chladek G,
kegagalan perlekatan SDL pada basis gigitiruan RAPP. Jumlah kolonisasi candida
albicans dapat mencapai 44% dalam 1 tahun dan berpotensi menyebabkan lepasnya
perlekatan karena letak kolonisasinya yang tertinggi berada pada tepi batas pertemuan
silikon SDL dengan basis gigitiruan RAPP. Faktor yang mempengaruhi jumlah
basis dan SDL, keadaan saliva, tingkat porositas bahan SDL dan banyaknya kandungan
plasticizer dalam SDL (Garcia, dkk., 2003 ; Sarac, dkk., 2006 ; Chladek G dkk., 2014).
mekanis dan kemis. Metode penyikatan tidak dianjurkan karena dapat merusak SDL.
Metode perendaman lebih dianjurkan terutama untuk pasien tua dan yang mengalami
gangguan motorik. Akan tetapi perendaman SDL untuk menghambat invasi mikroba
dalam bahan pembersih alkaline peroxide, alkaline hypochlorites, acids dan larutan
enzyme yang terdiri dari protease dan mutanase dapat mengakibatkan kegagalan
perlekatan antara SDL dan basis gigitiruan RAPP (Garcia, dkk., 2003 ; Mese A, 2006).
agar denture cleanser tidak menurunkan kekuatan lekat Silikon SDL, diantaranya yaitu
dengan menggunakan Nano silver konsentrasi 20-200 ppm, White ceramic micro- dan
nano fillers dengan sifat antimikroba, photo-catalytic agents seperti Titanium dioxide,
nystatin yang hanya efektif untuk jangka pendek dan penggabungan Nystatin
Tebalnya SDL yang diberikan sama dengan tebalnya mukosa yang hilang.
Ketebalan yang direkomendasikan adalah sebesar 2-3 mm agar SDL dapat berfungsi
sebagai cushioning effect dan memperoleh perlekatan yang adekuat. Jika lapisan terlalu
tipis maka fungsi SDL tidak akan diperoleh, pasien masih merasakan sakit yang
persisten, menurunkan sifat soft sedangkan jika SDL terlalu tebal maka tebal bahan
RAPP akan berkurang yang akan mengakibatkan terganggunya stabilitas dan fraktur
basis gigi tiruan (Sarac, dkk., 2006). Menurut Naik AV dan Jabade JL (2005), tebal SDL
yang berlebihan dapat menimbulkan void yang akan meningkatkan stress di interface
sehingga menurunkan kekuatan lekat. Ketebalan yang optimal tidak dapat diperoleh
dari tipe Autopolymerized SDL. Metode ini dapat dilakukan dengan teknik tidak
langsung menggunakan jenis Heatpolymerized SDL. Ketebalan SDL dapat lebih mudah
dikontrol dengan menggunakan spacer dari base plate wax, self-curing resin, putty
silicones dan vaccum formed (Gupta N, 2013 ; Oki M, 2016 ; Singh K dan Gupta N,
2016). Teknik tidak langsung ini sangat baik dilakukan oleh Heatpolymerized Silikon
SDL dari pada Heatpolymerized Akrilik SDL karena sifatnya yang tidak cepat mengeras
dan sudah tersedia dalam satu pasta sehingga mudah untuk dimanipulasi saat
antara monomer dan polimer saat pengaplikasiannya dan sifat bahannya yang cepat
4. Penyerapan air
Faktor yang mempengaruhi tingkat penyerapan air adalah jumlah isi kandungan
plasticizer dan pelarut, tingkat hidrofobik dan porositas bahan serta lamanya berkontak
dengan saliva, air dan denture cleanser. Penyerapan air yang tinggi dapat menurunkan
berakibat dengan meningkatnya konsentrasi tekanan pada batas antara permukaan SDL
dengan basis RAPP sehingga terlepasnya perlekatan antara SDL dan basis RAPP
(Garcia, dkk., 2003 ; Yanikoglu ND dkk., 2004 ; Mese A, 2006 ; Salloum AM, 2013 ;
Chladek G, dkk., 2014). Akrilik SDL bersifat hidrofilik dan melepas plasticizer terus
menerus selama berada dalam saliva sehingga akan banyak menyerap air saat direndam
dalam air dan denture cleanser. Penyerapan air yang tinggi pada akrilik SDL
dipengaruhi oleh jumlah plasticizer yang hilang. Semakin banyak jumlah plasticizer
yang lepas maka penyerapan air semakin besar. Dengan menurunkan jumlah kandungan
Heatpolymerized SDL. Menurut ADA nilai penyerapan air dalam 1 minggu tidak boleh
lebih dari 0,8 mg/cm2. Nilai penyerapan air pada Heatpolymerized Silikon SDL adalah
kurang dari 0,8 mg/cm2 (Yanikoglu ND dkk., 2004). Tidak ada perbedaan pengaruh
perendaman dalam air atau denture cleanser terhadap menurunnya kekuatan lekat akan
tetapi lamanya waktu perendaman dalam air atau denture cleanser yang mempengaruhi
tingkat kekuatan lekat semua jenis SDL. Untuk mencegah menurunnya kekuatan lekat
SDL pada basis gigitiruan RAPP akibat perendaman yaitu dengan membatasi
pemakaian denture cleanser, dengan menggunakan air yang mengalir saja atau dengan
perendaman denture cleanser jenis enzymatic (Garcia, dkk., 2003 ; Mese A, 2006).
5. Jenis Basis
Jenis basis yang digunakan mempengaruhi kekuatan lekat SDL (Mese A, 2006 ;
Banerjee KL, dkk, 2015). Autopolymerized Silikon SDL menunjukkan kekuatan lekat
lebih tinggi pada basis gigi tiruan RAPP, yaitu 1,07 MPa daripada basis gigi tiruan
UDMA yang hanya 0,80 MPa (Bayati OH, dkk., 2012). Kekuatan lekat
Heatpolymerized dan Autopolymerized SDL lebih kuat pada basis RAPP yang
6. Struktur Molekul
Adanya perbedaan struktur molekul antara basis RAPP dan Silikon SDL
merupakan penyebab utama kurangnya kekuatan lekat Silikon SDL pada basis RAPP.
sementara basis RAPP berbahan dasar Polimethyl methacrylate (Atsu S dan Kaskin Y,
Terdapat 3 macam metode pengukuran kekuatan lekat SDL pada basis gigi
tiruan, yaitu tensile test, peel test maupun shear test. Tensile test lebih banyak
digunakan karena direkomendasikan oleh ASTM tahun 2008 dan standar ISO 37 tahun
2011. Pada tensile test tidak hanya terjadi tarikan tetapi juga terjadi gesekan di tepi
interface seperti shear test dan hasil yang diperoleh tidaklah sering terjadi cohesive
failure seperti halnya jika menggunakan Peel test sehingga dengan tensile test juga
dapat digunakan untuk menilai kualitas suatu bahan Silikon SDL (Kulak Ozkan, 2003 ;
Mutluay MM dan Ruyter IE, 2007 ; Kulkarni RS dkk., 2011 ; Bayati OH, 2012 ; Philip,
dkk 2012 ; Atsu S dan Keskin Y, 2013 ; Surapaneni H, 2013 ; Chladek G, dkk. 2014).
Alat yang digunakan untuk menguji kekuatan lekat melalui tensile test yaitu Universal
Testing Machine (UTM) (Gambar 2.9). Kekuatan lekat maksimum dari suatu bahan
autopolymerized dan heatpolymerized Silikon SDL pada basis RAPP yaitu dengan
membagi kekuatan tarikan maksimum yang dapat diterima suatu bahan (F) dengan luas
penampang kedua bahan yang berikatan (mm2). Nilainya dapat dihitung dengan dalam
SDL masih dapat diterima secara klinis jika nilai kekuatan lekatnya 10 pon per
inci atau 4,5 kg/cm2 = 0,44 MPa. Nilai tersebut menunjukkan ambang batas terjadinya
separasi tepi SDL terhadap basis gigi tiruan (Usumez A, 2004 ; Sarac, dkk., 2006 ;
Mahajan N dan Datta K, 2010 ; Salloum AM., 2013 ; Chladek G, dkk., 2014 ;
Kegagalan perlekatan yaitu adanya separasi atau terpisahnya SDL dari basis
RAPP baik di interface maupun di dalam satu jenis bahan itu sendiri. Kegagalan
plak, kalkulus dan mikroorganisme (Sarac, dkk., 2006 ; Gupta S, 2010). Keadaan ini
memerlukan aplikasi SDL berulang pada basis gigi tiruan RAPP yang berakibat pada
bertambah beratnya basis atau fraktur basis gigi tiruan. Daerah yang sering terjadi
kegagalan perlekatan yaitu pada tepi peripheral seal basis gigitiruan (Meşe A., dkk.,
Cohesive failure maupun Mixed failure (Meşe A., 2006 ; Kulkarni RS, dkk., 2011 ;
Cavalcanti, dkk., 2014 ; Chladek, dkk., 2014 ; Mittal MM, dkk., 2016) :
1. Adhesive failure
menunjukkan kekuatan lekat antara SDL-basis RAPP lebih rendah dari pada tensile
strength SDL. Tipe adhesive failure umumnya terjadi pada jenis Silikon SDL
dikarenakan perbedaan struktur molekul, tidak ada ikatan kimia antara keduanya
2. Cohesive failure
Kegagalan perlekatan terjadi di dalam bagian SDL itu sendiri dan tidak pada
interface basis RAPP-SDL. Cohesive failure menunjukkan kekuatan lekat antara SDL-
basis RAPP lebih tinggi dari pada tensile strength SDL .Tipe cohesive failure umumnya
ditunjukkan oleh Akrilik SDL dikarenakan adanya persamaan struktur molekul antara
keduanya namun setelah melewati faktor aging, Akrilik SDL akan lebih besar
3. Mixed failure
Kegagalan perlekatan terjadi di interface SDL dan di dalam bagian SDL itu
sendiri. Kegagalan perlekatan ini menunjukkan tingkat kekuatan lekat antara Silikon
(a) (b)
Gambar 2.13 Gambaran SEM (a) Adhesive failure, (b) Cohesive failure, (c ) Mixed failure
Sumber : Goiato MC, dkk. Tensile Bond Strength of a Soft Liner to an Acrylic Resin after Primer
Application and Thermocycling. Materials Research. 2015; 18(6): 1183-1187
1. Mengaplikasikan bahan Silikon SDL langsung pada basis gigi tiruan RAPP
yang belum dipolimerisasi atau masih dalam kondisi dough stage. Hal ini disebabkan
karena kondisi basis yang masih dalam proses crosslink sehingga memudahkan
Heatpolymerized Silikon SDL untuk berpenetrasi. Metode ini hanya dapat dilakukan
pada tipe Heatpolymerized baik Akrilik SDL maupun Silikon SDL (Mahajan N dan
Datta K, 2010 ; Naik AV dan Jabade JL, 2005). Namun menurut Khanna, dkk (2015)
metode tersebut signifikan menunjukkan kekuatan lekat yang tinggi jika digunakan oleh
dengan merendamnya pada larutan isobutyl methacrylate (iBMA) selama 3 menit dari
pada di dalam larutan 2-hydroxyethyl methacrylate (HEMA). Kekuatan lekat yang lebih
baik pada penelitian ini ditunjukkan dengan terjadinya adhesive failure dan terjadinya
elongasi yang panjang. Elongasi yang panjang sebelum terjadinya failure menunjukkan
bahwa terjadinya perubahan sifat dari Heatpolymerized Silikon SDL saat direndam
sehingga ketahanannya terhadap terjadinya rupture atau tear strength nya lebih baik
gigi tiruan RAPP yang telah dipolimerisasi. Metode ini telah banyak dilakukan peneliti
dikarenakan aman, mudah dan dapat diaplikasikan pada bahan silikon SDL baik tipe
Akin H, dkk., 2011 ; Bayati OH, dkk., 2012 ; Atsu S dan Keskin Y, 2013 ; Kulkarni RS,
dkk., 2013 ; Cavalcanti, dkk., 2014 ; Goiato MC, dkk., 2015 ; Nakhaei, dkk., 2016).
2.6.1 Pengertian
sehingga menghasilkan perubahan bentuk morfologi dan perubahan sifat fisis bahan
tersebut. Dalam hal ini, surface treatment yang dilakukan bertujuan untuk menghasilkan
permukaan basis RAPP yang kasar sehingga membantu terjadinya perlekatan (adhesi)
antara satu substrat dengan substrat yang berbeda. Menurut teori, permukaan yang kasar
dapat memberikan kekuatan lekat dua kali lipat dari pada permukaan yang halus
(Usumez, dkk., 2004 ; Akin H, dkk., 2011 ; Goiato MC, dkk, 2015 ; Nakhaei, dkk.,
2016).
mekanis dapat dilakukan dengan menggunakan kertas pasir, bur akrilik, oxygen plasma,
silika, laser dan sandblast (Akin H, 2011 ; Philip dkk., 2012 ; Atsu S dan Keskin Y,
2013 ; Maheswar P dkk., 2015 ; Nakhaei M, dkk., 2016). Diantara metode mekanis
tersebut, sandblast merupakan metode yang sering dilakukan karena bahan dan alat yang
mudah diperoleh, prosedur pengerjaannya yang tidak rumit dan secara teori memberikan
kekuatan lekat yang lebih baik melalui mechanical interlocking. Sandblast merupakan
aplikasi yang rutin dilakukan industri umum dalam upaya meningkatkan kekuatan lekat
bahan dengan cara mengkasarkan. Banyak variasi aplikasinya, seperti pada prosedur
melekatkan fiber post dari kaca, melekatkan SDL pada RAPP, untuk pretreatment
permukaan metal pada restorasi metal-ceramic, atau sebagai bagian dari proses
alumina dengan tekanan tinggi pada permukaan basis RAPP yang akan berkontak
basis menjadi kasar dan tak beraturan sehingga terbentuk mechanical interlocking yang
akan mengikat bahan SDL pada basis RAPP (Akin H, dkk., 2011 ; Philip dkk., 2012).
jelas pada permukaan basis RAPP yang di sandblast dari pada kelompok kontrol dan
kekuatan lekat antara kedua bahan berbeda. Partikel alumina yang dijual di pasaran
alumina yang lebih besar dari pada 50 μm. Penelitian Akin H, dkk.(2011) menyebutkan
sandblast partikel alumina ukuran 250 μm meningkatkan kekuatan lekat basis RAPP-
RAPP-heatpolymerized silikon SDL. Namun hasil penelitian Kulkarni RS, dkk (2011)
penelitian kembali pengaruh sandblast partikel alumina 250 μm terhadap kekuatan lekat
basis RAPP menggunakan bahan adesif. Bahan adesif yang umumnya digunakan yaitu
Primer adhesif, 36% phosphoric acid, monomer methyl methacrylate (MMA), ethyl
methacrylate dan Silane coupling agent (Mutluay MM dan Ruyter IE, 2007 ; Bayati
OH, dkk., 2012 ; Philip, dkk., 2012 ; Surapaneni dkk., 2012 ; Atsu S dan Keskin Y,
2013 ; Bolayir G dkk., 2013 ; Cavalcanti dkk., 2014 ; Goiato dkk., 2015).
kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL (Bayati OH, 2012 ; Surapaneni dkk., 2012
; Atsu S dan Keskin Y, 2013) dan meningkatkan kekuatan lekat heatpolymerized silikon
SDL (Korkmaz, dkk., 2013). Komposisi Primer adhesif untuk bahan autopolymerized
silikon SDL berbeda dengan komposisi Primer adhesif untuk bahan heatpolymerized
silikon SDL. Komposisi Primer adhesif untuk bahan heatpolymerized silikon SDL
digunakan untuk membuat ikatan antara dua material khusus yang umumya disebut
sebagai silane coupling agent. Proses reaksi kimia silane coupling agent meliputi dua
tahap, yaitu hidrolisis dan kondensasi. Silane telah banyak digunakan di kedokteran
gigi, seperti pada pasak fiber reinforced composite (FRC), restorasi keramik, material
tambalan gigi. (Mutluay MM dan Ruyter IE, 2007). Sementara komposisi Primer
(99,5%) dan agent (0,5%). Agent merupakan suatu polimer zat terlarut yang larut dalam
basis RAPP (wetting) dan menurunkan tegangan permukaan basis RAPP sehingga
basis dan partikel yang tidak terikat sehingga memudahkan polimer primer adhesif
untuk berdifusi, berpenetrasi dan mengisi lapisan permukaan dengan polimer zat
terlarut, membentuk pit dan crack sehingga terjadi mikroporositas yang memudahkan
perlekatan Silikon SDL ke permukaan basis (Mutluay MM dan Ruyter IE, 2007 ; Bayati
OH, dkk., 2012 ; Atsu S dan Keskin Y, 2013 ; Surapaneni, dkk., 2013 ; Cavalcanti dkk.,
dengan bonding agent dari Methylene chloride yang serupa dengan bahan RAPP
menunjukkan adanya perubahan morfologis permukaan basis RAPP menjadi lebih kasar
dan terbentuknya mikroretensi yang lebih dalam dan jelas (Gambar 2.15).
lekat basis RAPP-autopolymerized silikon SDL. Berat molekul polimer ethyl acetate
permukaan basis RAPP yang berbeda-beda. Primer GC yang mengandung polimer ethyl
acetate > 90% menunjukkan sedikit pori yang tidak jelas pada permukaan basis RAPP.
Primer Silagum menunjukkan permukaan yang halus dengan pori yang jelas dengan
diameter yang sama. Pada primer Mollosil yang mengandung ethyl acetate 60 - 100%
ukuran pori (Bayati OH, dkk., 2012 ; Atsu S dan Keskin Y, 2013 ; Cavalvanti dkk.,
Gambar 2.16 Gambaran SEM hasil surface treatment berbagai jenis Primer adhesif
(a) Primer GC (b) Silagum Primer (c) Mollosil Primer
Sumber : Bayati OH, dkk.. Tensile bond strengths of silicone soft liners to
two chemically different denture base resins. International Journal of
Adhesion & Adhesives 34 (2012) 32–37
Penelitian Atsu S dan KeskinY (2013) dan Bayati OH (2012) menyebutkan bahwa
primer adhesif daripada sandblast partikel alumina 50 μm. Belum adanya yang
membandingkan kekuatan lekat antara primer adhesif dan sandblast partikel alumina
250 μm pada basis RAPP sehingga memerlukan penelitian kembali surface treatment
yang terbaik untuk meningkatkan kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL dan
menghasilkan kekuatan lekat yang paling besar. Berdasarkan hal tersebut dan belum ada
yang menggabungkan sandblast partikel alumina 250 μm dan primer adhesif maka
primer adhesif untuk meningkatkan kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL dan
Klasifikasi
Retentif Stabil Support Basis Gigi Tiruan Obturator Bulb
Rehabilitasi
Retensi
Karakeristik fisis Pengertian Syarat Bahan Pengertian Syarat Manfaat Bahan
BASIS RAPP
SANDBLAST PARTIKEL ALUMINA 250 μm PRIMER ADHESIF SANDBLAST PARTIKEL ALUMINA 250 μm + PRIMER ADHESIF
Ho :
2. Tidak ada pengaruh surface treatment sandblast, primer adhesif dan gabungan
SDL-basis RAPP
Ha :
primer adhesif
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
posttest-only control group design. Desain ini termasuk dalam true experiments yang
mengenakan perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan grup kontrol yang tidak
72
Panas (QC-20) dan dua bahan SDL yaitu Autopolymerized Silikon SDL (Mollosil) dan
Heatpolymerized Silikon SDL (Molloplast B). Kedua bahan SDL tersebut merupakan
SDL yang digunakan untuk jangka panjang beberapa bulan sampai dengan beberapa
tahun (Long term). SDL tersebut diaplikasikan pada basis RAPP yang di surface
treatment dan yang tidak di surface treatment sebagai kontrol. Surface treatment yang
Sandblast dan Primer adhesif. Tensile test dilakukan untuk menguji kekuatan lekat
antara bahan SDL dan bahan RAPP dengan menggunakan 2 basis RAPP yang berbentuk
8 mm yang bertujuan untuk memudahkan sampel ditanam dalam kuvet dan dipegang
83
15
8 10
KA., 2003)
( t - 1 ) ( r - 1 ) > 15
Keterangan :
t = jumlah perlakuan
r = jumlah ulangan
Pada penelitian ini terdapat dua kelompok sampel dengan 4 perlakuan, maka t =
( 8 - 1 ) ( r – 1 ) > 15
7 ( r – 1 ) > 15
7 r > 22
r >3
Dari hasil di atas, jumlah sampel minimal untuk tiap kelompok adalah sebanyak
- Sandblast (Kelompok B)
- Sandblast (Kelompok F)
4. Jenis Primer Adhesif (Mollosil primer dan Primo adhesif, Detax GmbH,
Ettlingen, Germany)
17. Waktu pengepresan setelah penyatuan basis RAPP dan bahan Silikon SDL
19. Suhu, cara dan lamanya waktu perendaman sampel RAPP-Silikon SDL
Basis RAPP – Basis RAPP (QC-20) yang terdiri dari bubuk dan - -
Autopolymerized cairan dicampur sesuai petunjuk pabrik untuk
Silikon SDL kemudian di kuring dalam waterbath. Setelah
polimerisasi, basis RAPP kemudian disatukan
dengan bahan Autopolymerized Silikon SDL
Basis RAPP - Basis RAPP (QC-20) yang terdiri dari bubuk dan - -
Heatpolymerized cairan dicampur sesuai petunjuk pabrik untuk
Silikon SDL kemudian di kuring dalam waterbath. Setelah
polimerisasi, basis RAPP kemudian disatukan
dengan bahan Heatpolymerized Silikon SDL
Suhu dan Waktu Suhu dan waktu yang digunakan untuk proses kuring Celcius Waterbath
kuring RAPP RAPP yaitu 700C selama 90 menit (fase 1) dan dan menit (RostFret,
dilanjutkan dengan 1000C selama 30 menit (fase II) Germany)
dan Jam
Metode finishing Metode penyelesaian akhir pada interface basis - -
interface basis RAPP yaitu dengan menggunakan kertas pasir
RAPP silicone carbide ukuran 240 grit diatas Rotary
Grinder dengan air mengalir
Metode aplikasi Metode mengoleskan larutan Primer adhesif pada menit Jam
Primer Adhesif permukaan interface kedua basis RAPP sebanyak 1-
(Mollosil primer 2 kali usapan menggunakan brush applicator dan
adhesif) didiamkan selama 1 menit untuk kemudian disatukan
dengan bahan Autopolymerized Silikon SDL
Metode aplikasi Metode mengoleskan larutan Primer adhesif pada menit Jam
Primer Adhesif permukaan interface kedua basis RAPP sebanyak 1-
(Molloplast B 2 kali usapan menggunakan brush applicator dan
Primer adhesif) didiamkan selama 60-90 menit untuk kemudian
disatukan dengan bahan Heatpolymerized Silikon
SDL
Metode Sandblast Metode menyemprotkan partikel Aluminium Oksida detik Stop watch
250 μm pada permukaan interface kedua basis RAPP
selama 10 detik dengan jarak 10 mm. Kemudian
disiram dengan air mengalir dan keringkan dengan 3
way syringe selama 10 detik untuk kemudian
disatukan dengan bahan Autopolymerized dan
Heatpolymerized Silikon SDL
Cara, suhu dan Perendaman sampel RAPP-Silikon SDL dilakukan waktu Jam
waktu sampai seluruh permukaan sampel terendam
perendaman pada suhu 370C selama 24 jam
sampel RAPP-
Silikon SDL
Kecepatan cross Kecepatan alat UTM menarik sampel basis RAPP mm/menit UTM
head speed UTM yang telah disatukan dengan Autopolymerized dan
yang digunakan Heatpolymerized Silikon SDL ke arah atas sampai
kedua bahan tersebut terputus, yaitu 5 mm/menit.
II
f. Kertas pasir silicone carbide ukuran 240, 400 dan 600 grit
g. Press hidrolik (Gambar 3.9)
(Gambar 3.20)
(Gambar 3.22)
Model induk untuk pembuatan sampel terdiri dari 2 model induk yang
sampel dibuat berdasarkan petunjuk pembuatan sampel bahan RAPP yang memudahkan
sampel untuk ditanam dalam kuvet dan memudahkan untuk dipegang oleh alat UTM
2013 ; Mahajan N dan Datta K, 2010 ; Kawano dkk., 1992). Model induk II berukuran 3
83
8
10
15
pengisian kuvet bawah menggunakan alat timbangan digital dan gelas ukur
volume air
vibrator
4. Model induk ditanam pada kuvet bawah hingga setengah tinggi permukaan
didiamkan selama 30 menit. Dalam satu kuvet berisi 2 buah model induk
(Gambar 3.28)
6. Setelah kering, permukaan dental stone diolesi dengan vaseline. Kuvet atas
disatukan dengan kuvet bawah kemudian diisi adonan dental stone dengan
7. Setelah dental stone mengeras, kuvet dibuka dan model induk dikeluarkan
1. Oleskan cold mould seal terlebih dahulu pada permukaan mold dan dental
stone pada kuvet bawah dan atas. Bagian tengah mold ditandai untuk
plastik bening sebagai separasi pada kuvet atas dan bawah. Setelah kuvet
dibersihkan dengan lekron lalu kuvet atas ditutup kembali untuk dilakukan
pada suhu 700 C selama 90 menit (fase I), kemudian dilanjutkan dengan
suhu 1000C dan dibiarkan selama 30-60 menit (fase II). Setelah proses
dan polishing.
2. Akrilik yang berlebihan dari ukuran basis RAPP dibuang dan dirapikan
dengan bur fraser. Seluruh permukaan basis yang masih kasar dihaluskan
dengan kertas pasir ukuran 240, 400 dan 600 grit silicone carbide paper
permukaan interface nya yang cukup dengan kertas pasir ukuran 240 grit.
3. Bersihkan basis RAPP dengan air mengalir dan keringkan dengan tekanan
udara.
mm (Gambar 3.31).
5. Masukkan kembali kedua basis RAPP ke dalam mold asalnya dan terlihat
3.32). Fiksasi dengan menggunakan adonan putty di tepi basis RAPP jika
diperlukan
3. Kuvet ditutup dan dipress selama 10-15 menit dengan press hidrolik.
4. Setelah polimerisasi, buka cellophane sheet dan keluarkan sampel dari dalam
kuvet. Buang bahan yang berlebih dari ukuran interface dengan menggunakan
2. Letakkan selapis cellophane sheet diatasnya kemudian kuvet ditutup dan dipress
3. Buka kuvet, lepaskan cellophane sheet dan keluarkan sampel dari dalam kuvet.
Buang bahan Heatpolymerized Silikon SDL yang berlebih dari ukuran interface
4. Masukkan kembali sampel ke dalam mold kemudian kuvet ditutup dan di press
suhu 100°C dan pertahankan suhu 100°C selama 2 jam. Setelah 2 jam, kuvet
1. Sampel direndam dalam air destilasi selama 24 jam dengan seluruh bagian
A) Persiapan alat mesin uji tarik serta peletakkan dan fiksasi sampel
(Gambar 3.41)
terjadinya crack.
D) Nilai yang muncul saat terjadinya crack pertama kali dicatat sebagai
nilai kekuatan lekat maksimal yang dimiliki suatu bahan Silikon SDL
pada basis RAPP yang di surface treatment maupun yang tidak dengan
satuan nilanya dihitung dalam MPa. Nilai standar kekuatan lekat adalah
0.44 MPa.
mixed failure yang dapat diamati secara visual. Adhesive failure yaitu
(Quarum Q 150R ES) dan di analisa oleh alat SEM (Carl Zeiss EVO MA10, Germany)
basis RAPP dengan luas penampang berukuran 10x10 mm dan ketebalan 4 mm.
Pemeriksaan SEM dalam penelitian ini dimaksudkan untuk melihat perbedaan bentuk
morfologi permukaan basis RAPP tanpa surface treatment dan dengan surface treatment
a b
Gambar3.43 Pelapisan emas permukaan basis RAPP tanpa dan dengan surface treatment
(a) 6 buah sampel basis RAPP yang akan di coating
(b) Spin Coating (Sputter Coaters, Quarum Q 150R ES, Germany)
Gambar 3.44 Pemeriksaan SEM permukaan basis RAPP tanpa dan dengan
surface treatment menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM)
(Carl Zeiss EVO MA10, Germany)
Gambaran morfologi basis RAPP tanpa surface treatment dan dengan surface
treatment yang diperoleh dari SEM kemudian dianalisis dan dikorelasikan dengan nilai
Mold
Polimer dicampur dalam monomer dan diaduk hingga mencapai fase dough stage
Pengisian akrilik dalam mould dibagi menjadi 2 bagian (pada kuvet atas dan kuvet bawah)
Kuvet ditekan dengan pres hidraulik untuk pertama kali sebesar 1000psi
Kuring dengan pemanasan air menggunakan waterbath (suhu 700C selama 90 menit
dilanjutkan pemanasan pada suhu 1000C selama 30 menit)
Sampel RAPP
Penyelesaian akhir pada permukaan interface dengan menggunakan kertas pasir ukuran 240 grit silicone
carbide waterproof dengan rotary grinder dan air mengalir
Penyelesaian akhir pada semua permukaan kecali interface dengan menggunakan bur fraser, kertas pasir
ukuran 240 , 400 dan 600 grit silicone carbide waterproof dengan rotary grinder dan air yang mengalir
Basis RAPP yang berkontak dengan Basis RAPP yang berkontak dengan
Autopolymerized Silikon SDL (20 sampel) Heatpolymerized Silikon SDL (20 sampel)
Masukkan kembali sampel basis RAPP ke dalam mold & Isi bagian tengah (space 3 mm) dengan bahan Silikon SDL
1. Autopolymerized Silikon SDL → base:catalyst 1. Heatpolymerized SDL : 10 gr pasta dimasukkan ke dalam mold
= 1:1 diaduk 30 detik 2. Press kuvet selama 15 menit
2. Masukkan adonan ke dalam space 3. Kuring dengan pemanasan air menggunakan waterbath (suhu
3.Press selama 15 menit sampai terjadi 1000C selama 2 jam)
polimerisasi (20 sampel) 3. Biarkan dingin dalam temperature ruang (20 sampel)
Perendaman sampel dalam air destilasi selama 24 jam dengan suhu 370C
Silikon SDL-basis RAPP dan Heatpolymerized Silikon SDL-basis RAPP tanpa surface
treatment dan dengan surface treatment sandblast, primer adhesif dan gabungan
sandblast-primer adhesif
basis RAPP
BAB 4
HASIL PENELITIAN
dan Industri Laboratorium Dental Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
dan di Laboratorium Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara. Sampel berjumlah 40 buah yang dibagi dua untuk dua kelompok bahan
silikon SDL yaitu 20 sampel untuk kelompok bahan Autopolymerized silikon SDL
SDL (Molloplast) - basis RAPP. Pada Autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan
dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok tanpa surface treatment sebagai kontrol,
primer adhesif dan kelompok dengan surface treatment gabungan antara sandblast dan
primer adhesif. Jumlah sampel untuk masing-masing kelompok terdiri dari 5 sampel.
Laboratorium Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara. Tiga bentuk failure yang
terjadi setelah tensile test adalah adhesive failure, cohesive failure dan mixed failure
yang dapat diamati secara visual. Nilai standar kekuatan lekat bahan Soft Denture Lining
pada basis RAPP yang masih dapat diterima secara klinis adalah 0.44 MPa. Desain
penelitian yang digunakan adalah posttest-only control group design yang bertujuan
untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara memberi perlakuan
dan membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan.
109
Universitas Sumatera Utara
110
Perbedaan gambaran morfologi permukaan basis RAPP tanpa surface treatment dan
4.1 Perbedaan Kekuatan Lekat Autopolymerized Silikon Soft Denture Lining dan
Heatpolymerized Silikon Soft Denture Lining pada Basis Resin Akrilik Polimerisasi
Panas Tanpa Surface Treatment dan dengan Surface Treatment Sandblast, Primer
4.1.1 Perbedaan Kekuatan Lekat Autopolymerized Silikon Soft Denture Lining dan
Heatpolymerized Silikon Soft Denture Lining pada Basis Resin Akrilik Polimerisasi
surface treatment, yang terkecil adalah 0,125 MPa dan yang terbesar adalah 0,184 MPa
dengan nilai rerata (Mean) dan standar deviasi (SD) adalah 0.150± 0,028 MPa. Nilai
treatment, yang terkecil adalah 1,000 MPa dan yang terbesar adalah 1,188 MPa. dengan
nilai rerata (Mean) dan standar deviasi (SD) adalah 1.098±0.078 MPa. Tipe failure yang
SDL-basis RAPP tanpa surface treatment adalah adhesive failure (Tabel 4.1).
Tabel 4.1 Nilai kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized silikon
SDL-basis RAPP tanpa surface treatment
Kekuatan Lekat (MPa)
Kelompok Sampel Tanpa Surface Treatment Tipe Failure
(X±SD)
Autopolymerized 1 0.176±0,028 Adhesive failure
Silikon SDL 2 Adhesive failure
0.125±0,028*
3 0.184±0,028** Adhesive failure
4 0.134±0,028 Adhesive failure
Mean ± SD 0.150±0,028
Mean ± SD 1.098±0.078
RAPP dan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP tanpa surface treatment dapat
diketahui melalui uji t. Sebelum uji t dilakukan, terlebih dahulu diketahui apakah data
sampel terdistribusi normal atau tidak dengan uji Saphiro-Wilk (n<50). Hasil uji
0,112 (p> 0,05) ; dan data terdistribusi normal pada kelompok Heatpolymerized Silikon
SDL-basis RAPP tanpa surface treatment, dengan nilai p = 0,689 (p> 0,05). Dari hasil
uji Saphiro-Wilk yang menyatakan bahwa data terdistribusi normal memiliki makna
bahwa data dapat dilanjutkan dengan uji t. Hasil uji t menunjukkan ada perbedaan
RAPP dan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP tanpa surface treatment, dengan
Tabel 4.2 Perbedaan kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized
silikon SDL-basis RAPP tanpa surface treatment
dan Heatpolymerized Silikon Soft Denture Lining pada Basis Resin Akrilik
surface treatment sandblast, yang terkecil adalah 0,339 MPa dan yang terbesar adalah
0,469 MPa dengan nilai rerata (Mean) dan standar deviasi (SD) adalah 0.396±0.063
MPa. Nilai kekuatan lekat kelompok heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP dengan
surface treatment sandblast, yang terkecil adalah 1,306 MPa dan yang terbesar adalah
1,527 MPa dengan nilai rerata (Mean) dan standar deviasi (SD) adalah 1.370±0.092
MPa. Tipe failure yang terjadi pada kelompok autopolymerized silikon SDL-basis
failure, sementara tipe failure yang terjadi pada kelompok heatpolymerized silikon SDL-
basis RAPP dengan surface treatment sandblast adalah 3 sampel mengalami adhesive
failure dan 2 sampel mengalami mixed failure (Tabel 4.3 dan Gambar 4.2).
Tabel 4.3 Nilai kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized silikon
SDL-basis RAPP dengan surface treatment sandblast
Kekuatan Lekat (MPa)
Kelompok Sampel Dengan Surface Treatment Sandblast Tipe Failure
(X±SD)
Autopolymerized 1 0.340±0.063 Adhesive Failure
Silikon SDL 2 0.469 ±0.063 ** Adhesive Failure
3 0.374±0.063 Adhesive Failure
4 0.339±0.063 * Adhesive Failure
5 0.456±0.063 Adhesive Failure
Mean ± SD 1.370±0.092
Keterangan : * nilai terkecil
** nilai terbesar
sandblast dapat diketahui melalui uji t. Sebelum uji t dilakukan, terlebih dahulu
diketahui apakah data sampel terdistribusi normal atau tidak dengan uji Saphiro-Wilk
(n<50). Hasil uji Saphiro-Wilk menyatakan bahwa data terdistribusi normal pada
sandblast, dengan nilai p = 0,147 (p> 0,05) ; dan data terdistribusi normal pada
sandblast, dengan nilai p = 0,051 (p> 0,05). Dari hasil uji Saphiro-Wilk menunjukkan
data terdistribusi normal, berdasarkan hal tersebut maka data dapat dilanjutkan dengan
uji t. Hasil uji t menunjukkan ada perbedaan kekuatan lekat yang signifikan antara
basis RAPP dengan surface treatment sandblast, dengan nilai p = 0.0001 (p<0.05)
(Tabel 4.4)
Tabel 4.4 Perbedaan kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized
silikon SDL-basis RAPP dengan surface treatment sandblast
Kekuatan Lekat (MPa)
Kelompok n Dengan Surface Treatment Sandblast p
(X±SD)
Autopolymerized Silikon SDL 5
0.396 ±0.063 0.0001*
dan Heatpolymerized Silikon Soft Denture Lining pada Basis Resin Akrilik
primer adhesif, yang terkecil adalah 0,755 MPa dan yang terbesar adalah 0,877 MPa
dengan nilai rerata (Mean) dan standar deviasi (SD) adalah 0.815±0.053 MPa. Nilai
kekuatan lekat heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP pada kelompok primer adhesif,
yang terkecil adalah 1,746 MPa dan yang terbesar adalah 2,459 MPa dengan nilai rerata
(Mean) dan standar deviasi (SD) adalah 2.115±0.330 MPa. Tipe failure yang terjadi
failure yang terjadi pada kelompok heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP dengan
Tabel 4.5 Nilai kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized silikon
SDL-basis RAPP dengan surface treatment primer adhesif
Kekuatan Lekat (MPa)
Kelompok Sampel Tipe Failure
Dengan Surface Treatment
Primer Adhesif (X±SD)
Autopolymerized 1 0.877±0.053** Adhesive Failure
Silikon SDL 2 0.856±0.053 Adhesive Failure
3 0.820±0.053 Adhesive Failure
4 0.769±0.053 Adhesive Failure
5 0.755 ±0.053 * Adhesive Failure
Mean ± SD 0.815±0.053
Heatpolymerized 1 2.459±0.330** Cohesive Failure
Silikon SDL 2 2.170±0.330 Cohesive Failure
3 1.746 ±0.330 * Cohesive Failure
4 1.803±0.330 Cohesive Failure
5 2.398±0.330 Cohesive Failure
Mean ± SD 2.115±0.330
Keterangan : * nilai terkecil
** nilai terbesar
RAPP dan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP dengan surface treatment primer
adhesif dapat diketahui melalui uji t. Sebelum uji t dilakukan, terlebih dahulu diketahui
apakah data sampel terdistribusi normal atau tidak dengan uji Saphiro-Wilk (n<50).
dengan nilai p = 0,563 (p> 0,05) ; dan data terdistribusi normal pada kelompok
heatpolymerized silikon SDL dengan surface treatment primer adhesif, dengan nilai p =
0,294 (p> 0,05). Dari hasil uji Saphiro-Wilk yang menyatakan bahwa data terdistribusi
normal memiliki makna bahwa data dapat dilanjutkan dengan uji t. Hasil uji t
dengan surface treatment primer adhesif, dengan nilai p = 0.0001 (p<0.05) (Tabel 4.6)
Tabel 4.6 Perbedaan kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized
silikon SDL-basis RAPP dengan surface treatment primer adhesif
Kekuatan Lekat (MPa)
Kelompok n Dengan Surface Treatment p
Primer adhesif (X±SD)
Autopolymerized Silikon SDL 5 0.815±0.053
0.0001*
Heatpolymerized Silikon SDL 5
2.115±0.330
Keterangan : * signifikan ( p < 0,05)
dan Heatpolymerized Silikon Soft Denture Lining pada Basis Resin Akrilik
sandblast-primer adhesif, yang terkecil adalah 0,477 MPa dan yang terbesar adalah
0,738 MPa dengan nilai rerata (Mean) dan standar deviasi (SD) adalah 0.591 ± 0.112
MPa. Nilai kekuatan lekat heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP pada kelompok
sandblast-primer adhesif, yang terkecil adalah 1,640 MPa dan yang terbesar adalah
1,853 MPa dengan nilai rerata (Mean) dan standar deviasi (SD) adalah 1.754±0.079
MPa. Tipe failure yang terjadi pada kelompok autopolymerized silikon SDL-basis
mengalami adhesive failure, sementara tipe failure yang terjadi pada kelompok
adhesif adalah 2 sampel mengalami cohesive failure dan 3 sampel mangalami mixed
Tabel 4.7 Nilai kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized silikon
SDL-basis RAPP dengan surface treatment sandblast-primer adhesif
Kekuatan Lekat (MPa)
Kelompok Sampel Dengan Surface Treatment Tipe Failure
Sandblast-Primer Adhesif
Autopolymerized 1 0.738 ±0.112 ** Adhesive Failure
Silikon SDL 2 0.477±0.112 * Adhesive Failure
3 0.641±0.112 Adhesive Failure
4 0.617±0.112 Adhesive Failure
5 0.481±0.112 Adhesive Failure
Mean ±
SD 0.591±0.112
Heatpolymerized 1 1.640 ±0.112 * Mixed Failure
Silikon SDL 2 1.853±0.112** Cohesive Failure
3 1.739±0.112 Mixed Failure
4 1.744±0.112 Mixed Failure
5 1.795±0.112 Cohesive Failure
Mean ±
SD 1.754±0.079
Keterangan : * nilai terkecil
** nilai terbesar
sandblast-primer adhesif dapat diketahui melalui uji t. Sebelum uji t dilakukan, terlebih
dahulu diketahui apakah data sampel terdistribusi normal atau tidak dengan uji Saphiro-
Wilk (n<50). Hasil uji Saphiro-Wilk menyatakan bahwa data terdistribusi normal pada
sandblast-primer adhesif, dengan nilai p = 0,420 (p > 0,05) ; dan data terdistribusi
treatment sandblast-primer adhesif, dengan nilai p = 0,873 (p > 0,05). Dari hasil uji
Saphiro-Wilk menunjukkan data dapat dilanjutkan dengan uji t. Hasil uji t menunjukkan
ada perbedaan kekuatan lekat yang signifikan antara kelompok autopolymerized silikon
Tabel 4.8 Perbedaan kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized
silikon SDL-basis RAPP dengan surface treatment sandblast-primer adhesif
Kekuatan Lekat (MPa)
Kelompok n Dengan Surface Treatment P
Sandblast-Primer adhesif
Autopolymerized Silikon SDL 5
0.591±0.112 0.0001*
Heatpolymerized Silikon SDL 5
1.754±0.079
Keterangan : * signifikan ( p < 0,05)
Gambar 4.4 Bentuk failure pada masing-masing kelompok surface treatment bahan autopolymerized
silikon SDL-basis RAPP dan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP yang terjadi
setelah uji tensile
Basis Resin Akrilik Polimerisasi Panas dan Heatpolymerized silikon Soft Denture
RAPP, maka data sampel dianalisis dengan uji One Way Anova. Sebelum uji One Way
Anova dilakukan, terlebih dahulu diketahui apakah data sampel terdistribusi normal atau
tidak dengan uji Saphiro-Wilk (n<50). Dari uji Saphiro-Wilk, diperoleh nilai
signifikansi (p) pada semua kelompok autopolymerized silikon SDL-basis RAPP yang
diuji berada diantara 0,112 sampai 0,420 yang memiliki makna bahwa data terdistribusi
normal (p>0,05). Dari hasil uji Saphiro-Wilk yang menyatakan bahwa data terdistribusi
normal (p>0,05), memiliki makna bahwa data dapat dilanjutkan dengan uji One Way
Anova. Hasil uji One Way Anova diperoleh ada pengaruh surface treatment sandblast,
primer adhesif, dan sandblast-primer adhesif yang signifikan terhadap kekuatan lekat
Tabel 4.9 Pengaruh surface treatment sandblast, primer adhesif, dan sandblast-primer adhesif terhadap
kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP
Jumlah Kekuatan Lekat
Sampel (MPa)
Kelompok p
n X ±SD
A
(Tanpa Surface Treatment) 5 0.150±0,028
B
(Surface Treatment Sandblast) 5 0.396 ±0.063
C 0,0001*
(Surface Treatment Primer Adhesif) 5 0.815±0.053
D
(Surface Treatment Sandblast-Primer Adhesif) 5 0.591±0.112
heatpolymerized Silikon SDL-basis RAPP, maka data sampel dianalisis dengan uji
One Way Anova. Sebelum uji One Way Anova dilakukan, terlebih dahulu diketahui
apakah data sampel terdistribusi normal atau tidak dengan uji Saphiro-Wilk (n<50). Dari
uji Saphiro-Wilk, diperoleh nilai signifikansi (p) pada semua tipe surface treatment pada
kelompok sampel heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP yang diuji berada diantara
0,043 sampai 0,873 yang memiliki makna bahwa data terdistribusi normal (p>0,05).
Dari hasil uji Saphiro-Wilk yang menyatakan bahwa data terdistribusi normal (p>0,05),
memiliki makna bahwa data dapat dilanjutkan dengan uji One Way ANOVA.
Berdasarkan hasil uji One Way ANOVA diperoleh adanya pengaruh surface treatment
(Tabel 4.10)
Tabel 4.10 Pengaruh surface treatment sandblast, primer adhesif, dan sandblast-primer adhesif terhadap
kekuatan lekat Heatpolymerized Silikon SDL-basis RAPP
Jumlah Kekuatan Lekat
Sampel (MPa)
Kelompok p
n X ±SD
A
(Tanpa Surface Treatment) 5 1.098±0.078
B
(Surface Treatment Sandblast) 5 1.370±0.092
0,0001*
C
(Surface Treatment Primer Adhesif) 5 2.115±0.330
D
(Surface Treatment Sandblast-Primer Adhesif) 5 1.754±0.079
SDL-basis RAPP dan heatpolymerized Silikon SDL-basis RAPP tersebut dapat diamati
melalui adanya perbedaan bentuk morfologi permukaan basis RAPP tanpa surface
treatment dan dengan surface treatment sandblast, primer adhesif, dan sandblast-primer
adhesif. Gambaran SEM pada permukaan basis RAPP tanpa surface treatment
Sandblast menunjukkan permukaan basis RAPP yang kasar, tajam dan tidak beraturan
dengan celah yang berbentuk sudut yang sempit dan dangkal (Gambar 4.6)
Gambaran SEM pada permukaan basis RAPP dengan surface treatment primer
adhesif (mollosil) menghasilkan permukaan kasar seperti batu apung dengan banyak
celah berbentuk bulat (pori) dan tersebar merata, ukuran pori bervariasi akan tetapi pori
Gambaran SEM pada permukaan basis RAPP dengan surface treatment primer
adhesif (molloplast) menghasilkan permukaan yang kasar dengan trabekula yang besar,
banyak celah berbentuk bulat (pori) yang jelas, berukuran besar, tersebar merata dan
kasar dengan trabekula kecil, beberapa celah berbentuk sudut dan berbentuk bulat (pori)
yang diberi perlakuan digunakan uji statistik LSD (Least Significance Difference). Pada
bahan autopolymerized silikon SDL, berdasarkan hasil uji LSD terlihat perbedaan yang
signifikan antara setiap kelompok yaitu tanpa surface treatment dengan surface
treatment sandblast (B), primer adhesif (C) dan gabungan sandblast-primer adhesif (D).
Perbedaan yang signifikan juga ditemukan antara kelompok surface treatment sandblast
(B) dengan surface treatment primer adhesif (C) dan gabungan sandblast-primer adhesif
(D), antara kelompok surface treatment primer adhesif (C) dengan gabungan sandblast-
Tabel 4.11 Perbedaan pengaruh surface treatment terhadap kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-
basis RAPP
Uji LSD
Kelompok A B C D
A - 0,0001 * 0,0001 * 0,0001 *
B 0,0001 * - 0,0001 * 0,0001 *
C 0,0001 * 0,0001 * - 0,0001 *
D 0,0001 * 0,0001 * 0,0001 * -
Keterangan : * signifikan (p < 0,05)
Pada bahan heatpolymerized silikon SDL, berdasarkan hasil uji LSD terlihat juga
perbedaan yang signifikan antara kelompok tanpa surface treatment (A) dengan surface
treatment sandblast (B) dengan nilai p = 0,029 (p< 0,05), tanpa surface treatment (A)
dengan surface treatment primer adhesif (C) dan dengan surface treatment gabungan
sandblast-primer adhesif (D) dengan nilai p = 0,0001 (p< 0,05), sandblast (B) dan
primer adhesif (C) dengan nilai p = 0,0001 (p<0,05), sandblast (B) dan gabungan
sandblast-primer adhesif (D) dengan nilai p = 0,004 (p<0,05), primer adhesif (C) dan
gabungan sandblast-primer adhesif (D) dengan nilai p = 0,006 (p< 0,05) (Tabel 4.12)
Tabel 4.12 Perbedaan pengaruh surface treatment terhadap kekuatan lekat heatpolymerized silikon SDL-
basis RAPP
Uji LSD
Kelompok A B C D
A - 0,029 * 0,0001 * 0,0001 *
B 0,029 * - 0,0001 * 0,004 *
C 0,0001 * 0,0001 * - 0,0001 *
D 0,0001 * 0,004 * 0,006 * -
Keterangan : * signifikan (p < 0,05)
BAB 5
PEMBAHASAN
penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan suatu gejala atau pengaruh yang timbul
kepada satu atau lebih kelompok eksperimen, kemudian hasil dari kelompok yang diberi
digunakan adalah posttest-only control group design. Desain ini termasuk dalam true
alat Universal Testing Machine (Tensilometer, AND, RTF – 1350, Japan) yang
dilakukan dengan kecepatan cross speed 5 mm/menit dengan posisi sampel vertikal dan
berada di tengah-tengah bagian atas dan bawah komponen alat uji tarik, di fiksasi dan
kemudian ditarik sampai terjadi crack/failure. Kinerja alat UTM tersebut terhubung dan
terekam langsung dengan komputer sebagai mesin pencatat nilai failure secara otomatis.
Nilai failure yang tercatat merupakan nilai kekuatan lekat maksimum yang dimiliki
suatu bahan SDL, dimana besar nilai standar kekuatan lekat bahan SDL yang masih
dapat diterima secara klinis yaitu 0.44 MPa. (Kulkarni, dkk., 2011 ; Bayati OH, dkk.,
silikon SDL dan heatpolymerized silikon SDL memiliki kekuatan lekat yang lemah pada
basis RAPP dikarenakan perbedaan struktur molekul antara keduanya, dimana silikon
tidak dapat berikatan secara kimia. Lepasnya perlekatan autopolymerized silikon SDL
dan heatpolymerized silikon SDL pada basis RAPP dapat mengakibatkan terjadinya
(Meşe A, 2006 ; Mahajan N dan Datta K., 2010 ; Akin H, dkk., 2011 ; Atsu S dan
Keskin Y, 2013 ; Chladek G, dkk., 2014 ; Hashem MI, 2015). Upaya meningkatkan
SDL-basis RAPP merupakan hal yang sangat penting dilakukan karena kedua bahan
tersebut sangat besar manfaatnya terutama dalam menambah retensi dan memberikan
cushioning effect obturator definitif yang digunakan pasien defek maksila yang memiliki
banyak undercut (Keyf F, 2001 ; Ikusika OF, 2016 ; Josep AM, 2016 ; Oki M, 2016).
basis RAPP dan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP adalah dengan surface
treatment pada permukaan basis RAPP yang mana dalam penelitian ini dilakukan
Surface treatment tersebut akan menghasilkan permukaan basis RAPP yang kasar dan
lekat dua kali lipat dari pada permukaan yang halus. Perubahan bentuk morfologi
permukaan basis RAPP setelah surface treatment diamati dengan menggunakan SEM
(Scanning Electron Microscope) (Akin H, dkk., 2011 ; Bayati OH, dkk., 2012 ; Akin H,
dan Heatpolymerized Silikon Soft Denture Lining pada Basis Resin Akrilik
5.1.1 Perbedaan Kekuatan Lekat Autopolymerized Silikon Soft Denture Lining dan
Heatpolymerized Silikon Soft Denture Lining pada Basis Resin Akrilik Polimerisasi
Tabel 4.1 pada kelompok autopolymerized silikon SDL-basis RAPP yang tidak
di surface treatment menunjukkan rentang nilai 0.125 MPa - 0.184 MPa dengan nilai
rerata 0.150 MPa. Nilai tersebut berada di bawah nilai standar kekuatan lekat bahan
SDL sehingga penggunaan bahan autopolymerized silikon SDL pada basis RAPP yang
tidak di surface treatment tidak dapat diterima secara klinis. Tabel 4.1 pada kelompok
rentang nilai 1.000 MPa - 1.188 MPa dengan nilai rerata 1.098 MPa. Nilai tersebut
berada di atas nilai standar kekuatan lekat bahan SDL sehingga penggunaan bahan
heatpolymerized silikon SDL pada basis RAPP yang tidak di surface treatment masih
dapat diterima secara klinis. Tipe failure yang terjadi adalah adhesive failure pada kedua
surface treatment. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan lekat yang lemah pada basis
RAPP yang tidak di surface treatment dari pada kekuatan tensile bahan SDL itu sendiri.
Tabel 4.2 menunjukkan hasil analisis dengan uji T yang menyatakan ada
RAPP yang tidak di surface treatment dan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP
yang tidak di surface treatment. Hal ini dikarenakan perbedaan komposisi bahan dan
sifat bahan antara autopolymerized silikon SDL dan heatpolymerized silikon SDL.
terdiri dari base dan catalyst. Komposisi kimianya sama dengan bahan cetak silikon,
yaitu merupakan cairan kental yang dapat cross-linked pada suhu ruang (room
temperature) membentuk karet dengan sifat elastik yang baik sehingga kekuatan tensile
bahan SDL tersebut lebih kuat daripada kekuatan lekatnya pada basis RAPP. Sementara
dengan organic peroxide (benzoyl peroxide) dalam bentuk pasta. Kedua bahan ini akan
crosslink dengan radikal bebas yang dihasilkan oleh dekomposisi bahan organic
peroxide pada suhu tinggi sehingga dapat meningkatkan kekuatan lekatnya pada basis
RAPP. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Mahajan N dan Datta K (2010)
dan Heatpolymerized Silikon Soft Denture Lining pada Basis Resin Akrilik
menjadi kasar. Permukaan basis RAPP yang kasar dapat membantu meningkatkan
kekuatan lekat dua kali lipat dari pada permukaan yang halus. Jenis sandblast yang
digunakan pada penelitian ini adalah partikel alumina 250 μm. Diharapkan dengan
menggunakan ukuran partikel alumina yang besar akan menghasilkan celah yang besar
surface treatment sandblast menunjukkan rentang nilai 0.339 MPa - 0.469 MPa dengan
nilai rerata 0.396 MPa. Nilai tersebut masih berada di bawah nilai standar kekuatan lekat
bahan SDL sehingga penggunaan autopolymerized silikon SDL pada basis RAPP yang
telah di sandblast belum dapat diterima secara klinis. Tipe failure yang terjadi adalah
RAPP dengan surface treatment sandblast. Hal ini berarti bahan autopolymerized silikon
SDL memiliki kekuatan lekat yang lemah pada basis RAPP yang telah di sandblast dari
pada kekuatan tensile bahan SDL itu sendiri. Tabel 4.3 pada kelompok heatpolymerized
silikon SDL-basis RAPP dengan surface treatment sandblast menunjukkan rentang nilai
yang dihasilkan adalah 1.306 MPa - 1.527 MPa dengan nilai rerata 1.370 MPa. Nilai
tersebut berada di atas nilai standar kekuatan lekat bahan SDL sehingga penggunaan
bahan heatpolymerized silikon SDL pada basis RAPP yang telah di sandblast dapat
diterima secara klinis. Tipe failure yang terjadi adalah mixed failure pada dua sampel
dari lima sampel kelompok heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP yang telah di
surface treatment sandblast. Hal ini berarti bahan heatpolymerized silikon SDL
memiliki kekuatan lekat pada basis RAPP yang sama besar dengan kekuatan tensile dari
Tabel 4.4 menunjukkan hasil analisis dengan uji T yang menyatakan ada
perbedaan kekuatan lekat yang signifikan setelah di surface treatment sandblast antara
yang lebih baik setelah di sandblast dari pada autopolymerized silikon SDL-basis RAPP
yang telah di sandblast. Metode sandblast akan meninggalkan sisa-sisa partikel alumina
autopolymerized silikon SDL untuk berpenetrasi memasuki celah mikro yang terbentuk.
Akan tetapi sisa-sisa partikel alumina yang mengendap tersebut dapat larut karena
adanya proses crosslink bahan heatpolymerized silikon SDL pada suhu yang tinggi.
Oleh karena itu metode surface treatment sandblast lebih sering digunakan beberapa
dan Heatpolymerized Silikon Soft Denture Lining pada Basis Resin Akrilik
Primer adhesif yang digunakan dalam penelitian ini adalah mollosil primer
adhesif dan molloplast primer adhesif. Mollosil primer adhesif yang memiliki
kandungan pelarut organik ethyl acetate (99,5%) dan agent (0,5%) merupakan bahan
primer adhesif buatan pabrik yang dikhususkan untuk bahan autopolymerized silikon
SDL (Goiato, dkk., 2015). Molloplast primer adhesif memiliki kandungan derivative
ethoxy dan methoxysilane merupakan bahan primer adhesif buatan pabrik yang
surface treatment primer adhesif menunjukkan rentang nilai 0.755 MPa - 0.877 MPa
dengan nilai rerata 0.815 MPa. Nilai tersebut berada di atas nilai standar kekuatan lekat
bahan SDL sehingga penggunaan autopolymerized silikon SDL pada basis RAPP yang
telah di primer adhesif dapat diterima secara klinis. Tipe failure yang terjadi adalah
RAPP. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL pada
basis RAPP yang di primer adhesif lebih rendah dari pada kekuatan tensile bahan SDL
itu sendiri. Tabel 4.5 pada kelompok heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP dengan
surface treatment primer adhesif menunjukkan rentang nilai 1.746 MPa – 2.459 MPa
dengan nilai rerata 2.115 MPa. Nilai tersebut berada di atas nilai standar kekuatan lekat
bahan SDL sehingga penggunaan bahan heatpolymerized silikon SDL pada basis RAPP
yang telah di primer adhesif dapat diterima secara klinis. Tipe failure yang terjadi
adalah Cohesive failure pada semua sampel kelompok heatpolymerized silikon SDL-
basis RAPP. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan lekat heatpolymerized silikon SDL
pada basis RAPP lebih besar dari pada kekuatan tensile bahan SDL itu sendiri.
Tabel 4.6 menunjukkan hasil analisis dengan uji T yang menyatakan ada
perbedaan kekuatan lekat yang signifikan setelah di surface treatment primer adhesif
kekuatan lekat yang lebih baik setelah di oleskan bahan primer adhesif dari pada
autopolymerized silikon SDL-basis RAPP setelah di oleskan bahan primer adhesif. Hal
ini dikarenakan molloplast primer adhesif mengandung larutan organik ethoxy dan
methoxysilane yang memiliki kemampuan wettability yang lebih besar pada basis RAPP
dari pada mollosil primer adhesif mengandung larutan organik ethyl acetate yang mudah
dan Heatpolymerized Silikon Soft Denture Lining pada Basis Resin Akrilik
0.738 MPa dengan nilai rerata adalah 0.591 MPa. Nilai tersebut berada di atas nilai
standar kekuatan lekat bahan SDL sehingga penggunaan bahan autopolymerized silikon
SDL pada basis RAPP yang telah di sandblast-primer adhesif dapat diterima secara
klinis. Tipe failure yang terjadi adalah adhesive failure pada semua sampel kelompok
menunjukkan bahwa kekuatan lekat bahan autopolymerized silikon SDL pada basis
RAPP yang telah di sandblast-primer adhesif lebih rendah dari pada kekuatan tensile
bahan SDL itu sendiri. Tabel 4.7 pada kelompok heatpolymerized silikon SDL-basis
1,640 MPa - 1,853 MPa dengan nilai rerata 1.754 MPa. Nilai tersebut berada di atas
nilai standar kekuatan lekat bahan SDL sehingga penggunaan bahan heatpolymerized
silikon SDL pada basis RAPP yang telah di sandblast-primer adhesif dapat diterima
secara klinis. Tipe failure yang terjadi adalah cohesive failure pada 3 sampel dan mixed
failure pada 2 sampel bahan heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP yang telah di
heatpolymerized silikon SDL pada basis RAPP yang telah di sandblast-primer adhesif.
Tabel 4.8 menunjukkan hasil analisis dengan uji T yang menyatakan ada
memiliki kekuatan lekat yang lebih baik setelah di surface treatment sandblast-primer
adhesif dari pada autopolymerized silikon SDL-basis RAPP setelah di surface treatment
sandblast-primer adhesif. Hal ini dikarenakan sisa partikel alumina yang terjebak di
celah micro dapat larut dan terangkat karena sifat wettability molloplast primer adhesif
yang besar serta sifat bahan heatpolymerized silikon SDL yang mengalami polimerisasi
dalam waktu yang lama dan cross link pada suhu yang tinggi. Namun pada
autopolymerized silikon SDL tidak dapat melarutkan sisa partikel alumina karena sifat
wettability mollosil primer adhesif yang rendah dan mudah menguap serta sifat bahan
autopolymerized silikon SDL yang mengalami waktu polimerisasi yang singkat dan
Basis Resin Akrilik Polimerisasi Panas dan Heatpolymerized silikon Soft Denture
Autopolymerized silikon SDL tersedia dalam bentuk base dan catalyst vinyl-
dengan komposisi kimia dari bahan cetak silikon, yaitu merupakan cairan kental yang
dapat cross-linked pada suhu ruang (room temperature) membentuk karet dengan sifat
elastik yang baik, viskositas yang tinggi dan kekuatan tensile bahan SDL yang besar.
Namun kekuatan tensile bahan autopolymerized silikon SDL yang besar tidak
berimbang dengan kekuatan lekatnya yang lemah pada basis RAPP dikarenakan
perbedaan struktur molekul antara keduanya. Salah satu upaya meningkatkan kekuatan
lekat bahan autopolymerized silikon SDL pada basis RAPP yaitu dengan melakukan
Tabel 4.9 menunjukkan hasil analisis dengan uji One Way Anova yang menyatakan ada
Nilai rerata kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL-basis RAPP sebelum di surface
treatment berada dibawah nilai standar kekuatan lekat bahan SDL, namun kekuatan
Kekuatan lekat yang paling besar adalah bahan autopolymerized silikon SDL-basis
RAPP yang di surface treatment dengan primer adhesif dan ini menunjukkan adanya
pengaruh surface treatment terhadap kekuatan lekat Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian Bayati OH, dkk (2012) ; Atsu S dan Keskin Y (2013) dan Cavalcanti,
dkk (2014).
autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dapat diamati melalui gambaran SEM dimana
terlihat adanya perbedaan morfologi permukaan basis RAPP yang tidak di surface
treatment dan yang di surface treatment sandblast, mollosil primer adhesif dan
gabungan sandblast-mollosil primer adhesif. Gambar 4.5 pada permukaan basis RAPP
yang tidak dilakukan surface treatment menunjukkan bentuk permukaan yang beraturan
dengan adanya guratan-guratan horizontal yang teratur dan parallel pada permukaan
Gambar 4.6 menunjukkan pada permukaan basis RAPP yang diberikan surface
treatment sandblast menghasilkan permukaan yang kasar, tajam dan tidak beraturan
dengan celah yang berbentuk sudut yang sempit dan dangkal. Gambaran ini
menunjukkan adanya retensi mekanis berupa kekasaran permukaan basis RAPP yang
retensi mekanis tersebut lemah karena celah yang terbentuk tersebut dangkal dan
beberapa celah tertutupi sisa partikel alumina berukuran besar yaitu 250 μm sehingga
lekatnya. Hal ini terlihat dari bentuk failure berupa adhesive failure.
Gambar 4.7 menunjukkan pada permukaan basis RAPP yang diberikan surface
treatment mollosil primer adhesif menghasilkan permukaan yang kasar seperti batu
apung dengan banyak celah berbentuk bulat (pori) yang jelas, bervariasi ukuran dan
tersebar merata, akan tetapi pori tersebut tidak saling berhubungan. Gambaran ini
meningkatkan kekuatan lekat autopolymerized silikon SDL pada basis RAPP. Surface
treatment primer adhesif memberikan pengaruh yang paling besar dan signifikan
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Bayati OH, dkk (2012),
Surapaneni, dkk. (2012), Atsu S dan Keskin Y (2013) dan Cavalcanti dkk. (2014) yang
autopolymerized silikon SDL-basis RAPP. Hal ini dikarenakan mollosil primer adhesif
memiliki kandungan pelarut organik ethyl acetate 99,5%. Ethyl acetate adalah senyawa
organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3 yang tidak berwarna, beraroma buah, mudah
menguap dengan titik didih 770C dan tidak stabil dalam air yang mengandung asam atau
basa. Ethyl acetate merupakan pelarut organik yang aman yang tidak terdaftar di IARC
seluruh permukaan basis RAPP dan membuat permukaan tersebut menjadi hidrofilik,
sehingga contact angle dan surface tension menjadi menurun. Hal ini memudahkan
ethyl acetate untuk berdifusi memasuki lapisan basis RAPP dan melarutkannya
sehingga membentuk pori. Adanya pori menghasilkan permukaan kasar pada basis
RAPP yang kasar, tajam dan tak beraturan dengan celah bersudut yang besar dan dalam
namun tidak saling berhubungan. Gambaran ini menunjukkan adanya pengaruh surface
autopolymerized silikon SDL-basis RAPP, namun kekuatan lekat yang dihasilkan lebih
rendah dibandingkan dengan kekuatan lekat setelah surface treatment dengan primer
adhesif. Hal ini kemungkinan disebabkan celah permukaan yang terjadi dangkal dan
berbentuk sudut serta adanya sisa partikel alumina yang tertinggal pada permukaan basis
RAPP yang tidak mampu dibersihkan oleh larutan mollosil primer adhesif yang sifatnya
melarutkan dan mengkasarkan permukaan basis RAPP hingga berbentuk pori tidak
dapat maksimal dilakukan karena adanya sisa partikel alumina yang mengendap
tersebut.
akan crosslink dengan radikal bebas yang dihasilkan oleh dekomposisi bahan organic
peroxide pada suhu tinggi. Tabel 4.10 menunjukkan hasil analisis dengan uji One Way
Anova yang menyatakan bahwa ada pengaruh surface treatment sandblast, primer
heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP secara signifikan dengan nilai p = 0,0001 (p <
heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP dapat diamati melalui gambaran SEM. Hasil
gambaran SEM menunjukkan adanya perbedaan morfologi permukaan basis RAPP yang
tidak di surface treatment dan yang di surface treatment sandblast, molloplast primer
Gambar 4.5 pada permukaan basis RAPP yang tidak dilakukan surface treatment
horizontal yang teratur dan parallel pada permukaan basis RAPP. Gambaran ini
menunjukkan kurangnya retensi mekanis berupa kekasaran permukaan basis RAPP yang
menghasilkan permukaan yang kasar, tajam dan tidak beraturan dengan celah
permukaan yang dangkal berbentuk sudut yang beberapa celahnya tertutupi sisa partikel
alumina berukuran besar yaitu 250 μm. Namun hal ini tidak menjadi hambatan bagi
permukaan basis RAPP dapat dengan mudah larut. Hasil penelitian ini menunjukkan
Hasil ini sejalan dengan penelitian Usumez, dkk. (2004) dan Akin H, dkk (2011) namun
bertentangan dengan penelitian Kulkarni RS, dkk (2011) yang menyebutkan sandblast
silikon SDL.
trabekula dengan banyak celah berbentuk bulat (pori) yang jelas, berukuran besar,
tersebar merata dan saling berhubungan. Gambaran ini menunjukkan adanya pengaruh
memberikan pengaruh yang paling besar dan signifikan terhadap peningkatan kekuatan
lekat heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP dari pada surface treatment lainnya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Korkmaz, dkk (2013) yang menyebutkan
coupling agent. Silane coupling agent adalah zat kimia tambahan dengan silicone-based
yang terdiri dari dua tipe reaktif (anorganik dan organik). Struktur umumnya adalah
metacryloxy, epoxy dan lainnya. Kandungan Silane coupling agent bekerja pada
interface antara bagian anorganik dan bahan organik untuk mengikat atau
menggabungkan dua material yang tidak sama tersebut. Bahan ini membasahi seluruh
permukaan basis RAPP dan membuat permukaan basis menjadi hidrofilik. Permukaan
basis yang hidrofilik akan membuat contact angle dan surface tension menjadi menurun
sehingga dapat menyerap larutan silane. Larutan silane yang diserap kemudian
membuat permukaan basis RAPP menjadi larut dan terbentuk pori yang memudahkan
Salah satu faktor yang mempengaruhi ikatan adalah perpindahan air ke permukaan
hidrofilik. Air yang masuk interface kedua zat dapat merusak ikatan antara polimer dan
SDL tetapi sebuah coupling agent mampu merubah permukaan hidrofilik menjadi
hidrofobik sehingga dapat mencegah penyerapan air yang masuk ke dalam ikatan antara
basis RAPP dan SDL sehingga primer adhesif paling efektif dalam meningkatkan
yang kasar tetapi juga menghasilkan celah yang berbentuk sudut dan berbentuk pori
kecil yang saling berhubungan. Gambaran ini menunjukkan adanya pengaruh surface
heatpolymerized silikon SDL-basis RAPP, akan tetapi nilai kekuatan lekat yang
diperolehnya tidaklah lebih baik dari pada jika hanya menggunakan surface treatment
primer adhesif (molloplast) saja. Hal ini kemungkinan dikarenakan adanya sisa partikel
alumina yang menutupi celah permukaan sehingga mengurangi jumlah dan ukuran pori
permukaan basis RAPP yang dibentuk oleh larutan primer adhesif (molloplast). Sisa
partikel alumina tidak dapat larut dengan sempurna meskipun melalui proses pemanasan
agent yang mengubah permukaan basis RAPP yang sebelumnya hidrofilik menjadi
basis Resin Akrilik Polimerisasi Panas dan Heatpolymerized Silikon Soft Denture
Tabel 4.11 menunjukkan ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara tanpa
surface treatment, dengan surface treatment sandblast, surface treatment primer adhesif
treatment primer adhesif yang merupakan metode kemis yang paling efektif
dengan sandblast dan gabungan sandblast-mollosil primer adhesif. Hal ini sejalan
dengan penelitian Bayati O dkk. (2012), Surapaneni, dkk. (2012), Atsu S dan Keskin Y
Tabel 4.12 menunjukkan ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara tanpa
sandblast primer adhesif dan dengan surface treatment sandblast gabungan sandblast-
dengan nilai p = 0,0001 (p<0,05). Nilai kekuatan lekat yang paling tinggi disertai
adhesif yang digunakan oleh heatpolymerized silikon SDL berasal dari bahan polimer
menghasilkan pori dengan ukuran besar dan saling berhubungan yang tidak dihasilkan
Gambar 5.1 pada permukaan basis RAPP yang telah di surface treatment dengan
primer adhesif (mollosil) menghasilkan permukaan yang kasar dan pori yang banyak
dengan variasi ukuran 1.208 μm x 50.900 sampai dengan 4.143 μm x 303.50. Pori yang
terbentuk pada primer adhesif (mollosil) adalah tidak bersambung satu sama lain.
Permukaan basis RAPP yang telah di surface treatment dengan primer adhesif
permukaan yang kasar dan pori berukuran lebih besar dan banyak berkisar 3.680 μm x
80.80 sampai dengan 4.748 μm x 346.20. Pori yang terbentuk pada primer adhesif
mempengaruhi interaksi fisik dan reaksi kimia dari solid, gas dan cairan. Semakin
banyak jumlah pori, semakin besar ukuran pori dan semakin banyak pori yang
bersambung maka akan semakin mudah suatu bahan autopolymerized silikon SDL dan
Gambar 5.1 Perbedaan bentuk dan ukuran pori hasil surface treatment primer adhesif (mollosil) dan
primer adhesif (molloplast B)
lining pada basis obturator definitif RAPP sangat bergantung pada perubahan
temperatur saat makan dan minum serta penyerapan air selama perendaman dalam air
atau denture cleanser. Hal ini dapat dievaluasi melalui penggunaan alat thermocycling.
membersihkan sisa partikel alumina yang mengendap pada basis resin akrilik
polimerisasi panas setelah di sandblast sehingga dapat menghambat bahan silikon soft
BAB 6
6.1 Kesimpulan
treatment dan dengan surface treatment sandblast, primer adhesif dan gabungan
sandblast-primer adhesif
= 0.0001 (p<0.05)
146
2. Ada pengaruh yang signifikan dari surface treatment sandblast, primer adhesif dan
2.1 Ada pengaruh yang signifikan dari surface treatment sandblast, primer adhesif
2.2 Ada pengaruh yang signifikan dari surface treatment sandblast, primer adhesif
3. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan dari surface treatment sandblast, primer
RAPP.
lekat bahan heatpolymerized silikon SDL pada basis RAPP dan yang paling efektif
adhesif direkomendasikan untuk pasien dengan defek maksila dengan defek yang besar
dan undercut yang banyak dan dalam, pada pasien usia lanjut yang mengalami resorpsi
tulang yang parah dan dengan keadaan linggir atau mukosa yang bermasalah, seperti
linggir tajam dan flabby. Posisi dan tebalnya bahan heatpolymerized silikon SDL yang
efektif dalam menambah retensi gigi tiruan dan mengurangi keluhan rasa sakit serta
perlekatan autopolymerized silikon SDL-basis RAPP dan yang paling efektif adalah
autopolymerized silikon SDL selama proses tumbuh kembang rahangnya. Selain itu
pada pasien dengan defek masila yang kecil dan undercut yang sedikit sehingga bahan
autopolymerized silikon SDL dapat dengan mudah diaplikasikan secara langsung, serta
pada pasien yang telah menggunakan obturator definitif namun harus dilakukan
6.2 Saran
ultrasonic cleaner agar bisa mengkontrol sisa partikel alumina sandblast yang
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui ketahanan jangka waktu
SDL-basis RAPP yang telah di surface treatment, terhadap adanya perubahan suhu
dan penyerapan air. Dalam hal ini dapat dilakukan Thermocycling untuk
DAFTAR PUSTAKA
Akin H, dkk. Effect of sandblasting with different size of aluminum oxide particles
on tensile bond strength of resilient liner to denture base. Cumhuriyet Dent J
2011;14(1):5-11.
Atsu S dan Keskin Y. Effect of silica coating and silane surface treatment on the bond
strength of soft denture liner to denture base material. J Appl Oral Sci.
2013;21(4):300-6
Bayati OH, dkk. Tensile bond strengths of silicone soft liners to two chemically
different denture base resins. Jnternational Journal of Adhesion & Adhesives 34
(2012) 32–37
150
Cheng, Somerville dan Wee. Altered prosthodontic treatment approach for bilateral
complete maxillectomy: A clinical report. The Journal of Prosthetic dentistry. Vol.92
no.2, 2018
Chladek G, dkk. Review Long-Term Soft Denture Lining Materials 2014, 7, 5816-
5842
Garcia, dkk. Effect of a denture cleanser on weight, surface roughnes, and tensile
bond strengthof two resilient denture liners. J Prosthet dent 2003 ; 89 : 489-94)
Goiato MC, dkk. Tensile Bond Strength of a Soft Liner to an Acrylic Resin after
Primer Application and Thermocycling. Materials Research. 2015; 18(6): 1183-1187
Gundogdu M, dkk. Effect of surface treatments on the bond strength of soft denture
lining materials to an acrylic resin denture base. J Prosthet Dent 2014;112:964-971
Gupta N, dkk. Modified technique of soft liner application. BMJ Case Rep 2013.
Gupta S.Effect of Surface Treatment on the Flexural Strength of Denture Base Resin
and Tensile Strength of Autopolymerizing Silicone Based Denture Liner Bonded to
Denture Base Resin:An In Vitro Study. J Indian Prosthodont Soc (Oct-Dec 2010)
10(4):208–212
Hashem MI. Advance in soft denture liner:An update. J Contemp Dent Pract 2015;
16(4):314-318
Huddar DA, dkk. Effect of Denture Cleanser on Weight, Surface Roughness and
Tensile Bond Strength of Two Resilient Denture Liners.The Journal of Contemporary
Dental Practice, September-October 2012;13(5):607-611
Iqbal Z, dkk. Maxillary Obturator Prosthesis: Support and Retention Case Series.
Pakistan Journal of Medical and Health Sciences April 2011
Joseph AM, dkk. Silicone Obturator with Reduced Bulb Extension: Enhancing
Quality of Life in Post-surgical Maxillectomy Defect. Journal of International Oral
Health 2016; 8(8):874-878
Kawano F, dkk. Comparisan of bond strength of six soft denture liners to denture
base resin. The Journal of Prosthetic Dentistry. Vol.68 August 1992
Kim JH, dkk. Evaluation of adhesion of reline resins to the thermoplastic denture
base resin for non-metal clasp denture. Dental Materials Journal 2014; 33(1): 32–38
Korkmaz FM, dkk. Peel strength of denture liner to PMMA and polyamide: laser dk
versus air-abrasion. J Adv Prosthodont 20 ndian Prosthodontic Society (March 2010)
10: 31-3513;5:287-95Kulak-Ozkan, dkk. Effect of thermocycling on tensile bond
strength of six silicone-based, resilient denture liners. The Journal of Prosthetic
Dentistry, 2003
Kulkarni RS, dkk. The effect of denture base surface pretreatments on bond strengths
of two long term resilient liners. J Adv Prosthodont 2011;3:16-9
Meenakshi A dan Shah D: The obturator prostheses for maxillectomy. SRM Journal
of Research in Dental Sciences | Vol. 3 | Issue 3 | July-September 2012
Mittal MM, dkk. Comparative evaluation of the tensile bond strength of two silicone
based denture liners with denture base resins. medical journal armed forces india 72
(2016 )258–264
Mutluay, M.M dan Ruyter, I.E. Evaluation of bond strength of soft relining materials
to denture base polymers. Dent. Mater. 2007, 23, 1373–1381
Naik AV dan Jabade JL. Comparison of tensile bond strength of resilient soft liners to
denture base resins. The Journal of Indian Prosthodontic Society | June 2005 | Vol 5 |
Issue 2
Oki M, dkk. A modified indirect method for fabricating silicone soft-lined complete
dentures. J Prosthet Dent 2016
Salloum AM. Shear Bond Strengthof Three Silicone lining materials bonded to heat-
cured denture resin. King Saud University Journalof Dental Sciences (2013) 4, 17-20
Salloum AM. Effect of Aging on Bond Strength of Two Soft Lining Materials to a
Denture Base Polymer J Indian Prosthodont Soc (December 2014) 14(Suppl.
1):S155–S160
Shimizu, dkk. Effect of Surface Preparation Using Ethyl Acetate on the Shear Bond
Strength of Repair Resin to Denture Base Resin Journal of Prosthodontics 17 (2008)
451–455 (2008) by The American College of Prosthodontists
Singh K dan Gupta N. Fabrication and relining of dentures with permanent silicone
soft liner: A novel way to increase retention in grossly resorbed ridge and minimize
trauma of knife edge and severe undercuts ridges. Dent Med Res 2016;4:24-8
Sri ORS, dkk. Protesa Maxillofacial Thermoplastics Nylon. Maj Ked Gi, Juni 2011;
18 (1) : 108-112
Yanikoglu ND, dkk. Comparative Study of Water Sorption and Solubility of Soft
Lining Materials in the Different Solutions. Dental Materials Journal 23(2): 233-239,
2004
Dengan judul :
Title
"Pengaruh Surface Treatment Terhadap Kekuatan Lekat Bahan Silikon Soft Denture Lining Pada
Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas"
"Effect of Surface Treatments on Bond Strength of Silicon Soft Denture Lining to heat cure polymethyl
methacrylate denture base"
Dinyatakan layak etik sesuai 7 (tujuh) Standar WHO 2011, yaitu 1) Nilai Sosial, 2) Nilai Ilmiah, 3) Pemerataan
Beban dan Manfaat, 4) Risiko, 5) Bujukan/Eksploitasi, 6) Kerahasiaan dan Privacy, dan 7) Persetujuan Setelah
Penjelasan, yang merujuk pada Pedoman CIOMS 2016. Hal ini seperti yang ditunjukkan oleh terpenuhinya indikator
setiap standar.
Declared to be ethically appropriate in accordance to 7 (seven) WHO 2011 Standards, 1) Social Values, 2) Scientific
Values, 3) Equitable Assessment and Benefits, 4) Risks, 5) Persuasion/Exploitation, 6) Confidentiality and Privacy,
and 7) Informed Concent, referring to the 2016 CIOMS Guidelines. This is as indicated by the fulfillment of the
indicators of each standard.
Pernyataan Laik Etik ini berlaku selama kurun waktu tanggal 27 Mei 2019 sampai dengan tanggal 27 Mei 2020.
This declaration of ethics applies during the period May 27, 2019 until May 27, 2020.