Anda di halaman 1dari 14

NAMA : MARIA NOVRYANTI SIA

STAMBUK : G70118105

MATA KULIAH : KIMIA ANALISIS2

UV-Visible Spectroscopy (Spektroskopi UV Vis)


Dalam analisis bahan-bahan kimia yang memiliki warna akan sangat
mudah diketahui kadar atau konsentrasinya secara kuantitatif
melalui alat pengukur terstandar. Alat ukur ini dapat berupa
spektroskopi UV-Vis. Secara umum alat ini memanfaatkan sifat
absorbsi cahaya pada panjang gelombang tertentu oleh sampel atau
senyawa yang diukur kadar konsentrasinya. Data yang direkam dalam
suatu perekam atau rekorder akan menunjukkan besarnya sinar yang
diabsorbsi oleh senyawa atau dalam pemaparan lain, sinar yang
ditransmisikan (sinar yang tidak diabsorbsi) akan diolah sedimikian
rupa sehingga didapatkan data berupa peak-peak senyawa dengan
karakteristik tertentu.

Sepktrofotometer merupakan alat yang terdiri atas sepktrometer


dan fotometer. Spektrometer bersungsi menghasilkan sinar pada
panjang gelombang tertentu. Sedangkan fotometer berguna untuk
mengukur itensitas tertentu. Secara umum, komponen alat
sepktroskopi UV Vis terdiri atas 5 bagian penting meliputi: (1)
sumber tenaga radiasi yang stabil; (2) sistem yang terdiri atas lensa-
lensa, cermin, celah-celah dan lain-lain; (3) monokromator untuk
megubah radiasi menjadi komponen-komponen panjang gelombang
tunggal; (4) tempat cuplikan (cuvet); dan terakhir (5) detektor radiasi
yang dihubungkan dengan sistem meter atau pencatat.

Prinsip dasar spektroskopi UV Vis adalah terjadinya transisi


elektronik yang disebabkan penyerapan sinar UV-Vis yang mampu
mengeksitasi elektron ke orbital kosong atau ke tingkat energi orbital
yang lebih tinggi. Umumnya, transisi yang paling memungkinkan
adalah transisi pada tingkat tertinggi (HOMO atau Highest Occupied
Molecule Orbital) ke orbital molekul yang kosong pada tingkat
terendah (LUMO atau Lowest Unoccupied Molecule Orbital). Pada
sebagian besar molekul, orbital molekul terisi pada tingkat terendah
adalah orbital σ yang berhubungan dengan ikatan σ (binding),
sedangkan orbital π berada pada tingkat yang lebih tinggi. Orbital
yang tidak berikatan atau non bonding (n) yang mengandung
elektron-elektron yang belum berpasangan berada pada tingkat yang
lebih tinggi lagi, sedang orbital-orbital anti ikatan yang kosong yaitu
σ* dan π* menempati tingkat yang tertinggi. Pergesaran pada
rentang panjang gelombang Uv Vis terbagi ada 2 yang umumnya
biasa digunakan dalam menentukan energi celah pita suatu material
seperti semikonduktor (berkaitan dengan sepktroskopi UV Vis DRS
baca disini). Pertama, pergesaran merah (red shift) yang terjadi
menuju ke panjang gelombang yang lebih besar atau tingkat energi
yang lebih rendah. Kedua, pergeseran biru (blue shift) yang terjadi
menuju ke panjang gelombang yang lebih rendah atau tingkat energi
yang lebih tinggi.

Spektroskopi UV Vis dalam penggunaannya sangat berakitan erat


dengan hukum Lambert-Beer. Hukum tersebut menyatakan bahwa:

“Jumlah radiasi cahaya tampak (visible light), ultraviolet (UV light)


dan cahaya-cahaya lainnya yang diserap atau ditransmisikan oleh
suatu fungsi eksponen dari kosentrasi zat dan tebal larutan.

Jika suatu berkas sinar melewati suatu medium homogen sebagian


dari cahay datang (P0) diabsorpsi sebanyak (Pa), sebagian dapat
dipantulkan (Pr), sedangkan sisanya ditransmisikan (Pt) dengan efek
intesitas murni sebesar:
Dimana P0 intesintas radiasi yang masuk; Pa intesnitas cahaya yang
diabsorbsi; Pr intensitas bagian cahaya yang dipantulkan; dan
Pt intensitas cahaya yang ditransmisikan. Meskipun dalam
prakteknya, nilai Pr adalah sangat kecil sekali (4%); sehingga untuk
tujuan praktis formula dapat disingkat menjadi:

Lambert (1760) dan Beer (1852) dan juga Bouger menunjukkan


hubungan berikut:

b = jarak tempuh optik, c = konsentrasi

a = tetapan absorptivitas, T = transmitansi

A = absorbansi

A = abc
a = absorptivitas (yakni tetap)
Hukum di atas dapat ditinjau sebagai berikut:

Pertama, jika suatu berkas radiasi monokromatis yang sejajar jatuh


pada medium pengabsorpsi pada sudut tegak lurus setiap lapisan
yang sangat kecilnya akan menerunkan intensitas berkas.
Kedua, jika sutau berkas radiasi monokromatis mengenai suatu
medium yang transparan, laju pengurangan intensitas dengan
ketebalan medium sebanding dengan intensitas cahaya.
Ketiga Intensitas berkas sinar monokromatis berkurang secara
eksponensial bila konsentrasi zat pengabsorpsi bertambah.

Hal di atas adalah persamaan mendasar untuk spektroskopi absorpsi,


dinekala sebagai Hukum Beer’s Lambert atau Hukum Beer Bougar
karena :

A= abc;
A ~ c bila ab konstan
A ~ b bila bc konstan
A ~ bc bila a konstan

Hukum ini secara matematika adalah sah jika C dinyatakan dalam


mol/L dan b dinyatakan dalam cm, a absorptivitas molar yakni
persamaan ini menyatakan absorbansi bila b=1 dan c=1. Hal ini
berarti bahwa absorptivitas molar adalah absorbansi larutan yang
diukur dengan ketebalan c=1 cm dan dengan konsentrasi 1 mol/L.
Absorptivitas molar juga dikenal sebagai koefisien ekstingsi
molekuler (ɛ).
1. Absorptivitas molar kompleks besi (II) -1, 10 fenantrolin adalah
12000 M-1 cm-1 . Minimum absorbansi yang dapat dideteksi
adalah 0,001 jika dukur pada suatu kuvet ketebalan 1 cm.
berapakah konsentrasi minimum kompleks besi (II) -1, 10
fenantrolin yang dapat dideteksi?

Jawab

A =ɛbc

0,001 = 12000 M cm x 1 cm x c
-1 -1

C = (0,001) : (12000 M cm x 1 cm)


-1 -1

C = 1,2 x 10 M
-7

2. 20 tablet ditimbang satu persatu untuk mengetahui


keseragaman berat tablet. Sebanyak 20 tablet furosemide
ditimbang sekaligs dan mempunyai berat 1,656,6 g. Serbuk
dengan berat 519,5 mg digojok dengan 300 ml NaOH 0,1 N
untuk mengekstraksi furosemide yang bersifat asam, lalu
diencerkan sampai 500 ml dengan NaOH 0,1 M. sejumlah
ekstrak disaaring dan diambil 5,0 ml filtrate, lalu diencerkan
dengan NaOH 0,1 M sampai 250 ml. Absorbansi dibaca pada
panjang gelombang 271 nm tehadap blanko NaOH 0,1 N dan
mempunyai absorbansi sebesar 0,596. (nilai E%1cm
furosemide dalam basaa pada panjang gelombang 271
nm=580, kandungan furosemide yang dinyatakan terkandung
tiap tabletnya adalah 40 mg). hitung kandungan furosemide
tiap tabletnya!
Jawab
Sebanyak 519,5 mg serbuk yang mengandung furosemide
dilarutkan sampai 500,0 ml., Berarti:
519,5 mg / 500 ml = 103,9 mg / 100 ml
Berat rata-rata tablet = 1,656 g / 20 = 0,0828 g = 82,8 mg
Factor pengenceran = 250 / 5 = 50 kali
Konsentrasi furosemide dalam ekstrak yang diencerkan
= (absorbansi sampel ; E% 1cm ) x 1 %
= (0,596 / 580 ) x 1%
= 0,001028% x factor pengenceran
= 0,001028 % x 50
= 0,0514 %
= 51,4 mg / 100 ml
Kadar furosemide tiap tablet
= (51,4 mg/100 ml) x (500 ml / 519,5 mg) x berat rata2 tablet
= 0,514 mg/ml x 0.9625 mg/ ml x 82,8 mg/ tablet
= 40,96 mg/tablet

3. Sebanyak 5,0 ml sediaan injeksi siklizin diambil dan diencerkan


sampai 100 ml dengan asam sulfat 0,1 M. sebanyak 20 ml
larutan ini ditambah 2 g NaCl dan digojok 2 kali masing-masing
dengan 50 ml eter. Ekstrak eter dikumpulkan lalu dicuci dengan
10 ml larutan NaCl jenuh. Lapisan eter diekstraksi 2 kali, masing
–masing dengan 25 ml asam sulfat 0,05 M. dan selanjutnya
lapisan eter diekstraksi 2 kali lagi, masing-masing dengan 10 ml
aquadest. Ekstrak asam dan air dikumpulkan dan diencerkan
dengan air sampai 100 ml . diambil 5 ml larutan, diencerkan
sampai 200 ml dengan asam sulfat 0,05 M, dan diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 225 nm. Hitung persen
kadar siklizin sulfat (%b/v) dalam sediaan injeksi tersebut
dengan menggunakan data E%1cm siklizin laktat pada 225 nm =
331. Absorbansi larutan sampel = 0,413 dan pengukuran
dilakukan dalam kuvet 1 cm.
Jawab

Pengenceran pertama adalah dari 5 ml ke 100 ml, Jadi factor


pengencerannya

= 100 / 5

= 20 kali

Factor pengenceran tahap kedua adalah dari 20 ml menjadi


100 ml, jadi factor pengencerannya

= 100 / 20

= 5 kali

Factor pengenceran tahap ketiga adalah dari 5 ml ke 200 ml,


jadi factor pengencerannya

= 200 / 5

= 40 kali
Jadi total pengenceran

= pengenceran pertama x pengenceran kedua x pengenceran


ketiga

= 20 x 5 x 40

= 4000 kali

Konsentrasi larutan yang telah diencerkan

= (absorbansi sampel ; E% 1cm ) x 1 %

= (0,413 / 331 ) x 1%

= 0,001248 g / 100 ml.

Jadi konsentrasi dalam sampel

= 0,001248 g / 100 ml x factor pengenceran

= 0,001248 g/ 100 ml x 4000

= 4,992 g /100 ml

= 4,992 %

4. Suatu senyawa memiliki massa molar 616,0 g / mol dan


absorptivitas 789,0 M-1· cm - 1 pada 620 nm. Sebuah sampel
yang mengandung 1,4516 g senyawa ini dilarutkan dalam 150,0
mL air, kemudian 25,00 mL pereaksi ditambahkan (untuk
membuat warna) ke 10,00 mL alikuot larutan ini. Solusi yang
dihasilkan dengan reagen dan analit diencerkan ke volume total
50,00 mL. Apakah yang absorbansi larutan akhir dalam sel
1.000 cm pada 620 nm?
Jawab

1,4516 g x (1 mol / 616,0 g) = 2,356 x 10 mol -3

[gabungan] = 2.356 x 10 mol / 0,150 L = 0,01571 M untuk


-3

solusi awal.

10,00 mL larutan diencerkan dengan volume total 50,00 mL jadi

M1V1 = M2V2 (0,01571 M) (10,00 mL) = M2 (50,00 mL)

[senyawa dalam larutan encer] = 3,142 x 10 M -3

A = εbc = (789.0 m · cm ) (1.000 cm) (3,142 x 10 M) = 2,479


-1 -1 -3

5. Jika absorbtivitas molar suatu kompleks bewarna pada 240 nm


adalah 3,2 x10 , hitung absorbansi suatu larutan dengan
3

konsentrasi 5,0 x 10 M bila lebar selnya 5 cm dan ukur pada


-5

240 nm!

Jawab

diketahui:

a = 3,2 x10 cm M
3 -1 -1

c = 5 x 10 M
-5

b= 5 cm

Tanya: A…?

A = abc

= 3,2 x10 cm M x 5 cm x 5 x 10 M
3 -1 -1 -5

= 80 x 10 -2
6. Hitung absorbtivitas suatu senyawa yang mempunyai berat
molekul 144 jika 1 x 10 g/ml larutan senyawa tersebut
-5

mempunyai absorbansi 0,400 pada ssel 1 cm.

Jawab

Diketahui:

BM = 144

Gram = 1 x 10 -5

V = 1 ml

b = 1 cm

Tanya : a…?

C = (g/mr) x (1000/v)

= 10 / 144 x 1000 / 1
-5

= 7 x 10 -5

A = abc

A = A / (bxc)

= 0,4 / (1 cm x 7 x 10 M ) -5

= 0,057 x 10 cm M -5 -1 -1

7. Ubahlah harga transmitan persen berikut menjadi harga


adsorban.

a. 90 b. 80

c. 50 d. 10
Jawab

a. T = 10%

A = - log T

= - log 90/100

= - (log 90-log100)

= - (1,95 – 2 )

= - (-0,05)

= 0,05

b. T = 80%

A = - log T

= - log 80/100

= - (log 80-log100)

= - (1,903 – 2 )

= - (-0,097)

= 0,097

c. T = 50%

A = -log T

= - log 50/100

= - (log 50-log100)

= - (1,699 – 2 )

= - (-0,301)
= 0,301

d. T = 10%

A = -log T

= -log 10/100

= - (log 10-log100)

= - (1– 2 )

= - (-1)

=1

8. Transmitan persen sebuah larutan dalam 2,0 cm sel adalah 50.


Hitung trasmitan persen larutan dalam sel-sel yang mempunyai
ukuran panjang sebagai berikut.

a. 4,0 cm b. 1,0 cm c. 0,2 cm

Jawab

B = 2,0 cm

T = 50%

A = -log T

= -log 50/100

= - (log 50-log100)

= - (1,699– 2 )

= - (-0,301)

= 0,301
A = abc

0,301 = a x 2 cm x c

Ac = 0,301 / 2

Ac = 0,1505

a. b =4 cm

log 1/T =A

= abc

= ac.b

= 0,1505 x 4cm

= 0,602

T% = 10-A

= 10-0,602

= 0,250

%T = 0,250 X 100%

= 25%

b. b =1 cm

log 1/T =A

= abc

= ac.b

= 0,1505 x 1cm

= 0,1505
T% = 10-A

= 10-0,1505

= 0,707

%T = 0,707 X 100%

= 70,7%

c. b =0,2 cm

log 1/T =A

= abc

= ac.b

= 0,1505 x 0,2 cm

= 0,301

T% = 10-A

= 10-0,301

= 0,500

%T = 0,500 X 100%

= 50%

Anda mungkin juga menyukai