PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA
JURUSAN FARMASI
PERCOBAAN VIII
“PENETAPAN PERMEASI OBAT IN VITRO
MENGGUNAKAN METODE SEL DIFUSI FRANS (DIFUSI OBAT)”
DISUSUN OLEH
NAMA : IKLIMA
STAMBUK : G 701 18 045
KELAS / KELOMPOK : C/V (LIMA)
HARI / TANGGAL : RABU, 28 MARET 2021
ASISTEN : IDRIS
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
A. Latar Belakang
Obat didefinisikan sebagai bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi
yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi untuk
manusia. Definisi untuk obat hewan menurut Peraturan Pemerintah, 2017
adalah sediaan yang dapat digunakan untuk mengobati hewan, membebaskan
gejala atau memodifikasi proses kimia dalam tubuh yang meliputi sediaan
biologi, farmakoseutika, premix, dan sediaan obat hewan alami. Pemberian
obat dapat diberikan dengan berbagai cara seperti berefek sistemik mulai dari
injeksi, per-oral (PO), sublingual, implantasi subkutan dan rektal, sedangkan
berefek local intranasal, intra okuler, intra urokuler, intavaginal, kulit dan intra
pulmonal (Rinidar, Isa, and Armansyah 2021).
Tablet adalah sediaan padat yang dibuat dengan cara kompresi atau
dipadatkan. Tablet terdiri dari zat aktif dan bahan tambahan lain atau hanya
terdiri dari zat aktif saja tanpa bahan tambahan. Tablet dapat digunakan untuk
terapi pengobatan baik yang bersifat local maupun sistemik. Tablet
konvensional atau tablet pada umumnya digunakan secara oral, menggunakan
bantuan air minum untuk menelannya. Sediaan tablet telah diformulasikan
menjadi berbagai jenis dan tipe sesuai kebutuhan terapi dan lokasi penggunaan
seperti tablet sublingual, tablet bukal, tablet effervescent, tablet kunyah dan
tablet salut (Edy., J,E, 2019).
C. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui permeasi in vitro dengan berbagai formulasi transdermal
2. Mengetahui permeasi in vitro gel diklofenak menggunakan sel difusi franz
3. Mengetahui pengaruh variable formulasi terhadap permeasi obat
4. Mengetahui dan memprediksi fluks (kecepatan difusi dalam satuan luas)
dan koefisien permeasi
D. Manfaat Percobaan
Manfaat dari percobaan ini yaitu kita dapat memahami dan mengetahui
permeasi in vitro dengan berbagai formulasi transdermal, permeasi in vitro gel
diklofenak menggunakan sel difusi franz, pengaruh variable formulasi
terhadap permeasi obat dan memprediksi fluks (kecepatan difusi dalam satuan
luas) dan koefisien permeasi.
E. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan ini yaitu melakukan pengamatan penetapan permeasi obat
in vitro menggunakan metode sel difusi franz (difusi obat), dimana sampel
salep Natrium Diklofenak dilakukan uji difusi dengan menggunakan alat
difusi. Kemudian, dilakukan pengukuran absorbansi pada panjang gelombang
270 nm.
F. Dasar Teori
Obat merupakan benda asing bagi tubuh. Walaupun terbuat dari bahan alami,
tetap saja obat akan dianggap sebagai benda asing yang akan memengaruhi
kerja organ tubuh tertentu. Banyak yang beranggapan bahwa dengan minum
obat kimiawi, efek penyembuhannya lebih cepat dan langsung bisa dirasakan.
Efek ini seperti mengurangi rasa sakit maupun menyembuhkan penyakit.
Padahal, banyak obat warung yang dijual bebas merupakan obat keras yang
berbahaya bila dosisnya berlebihan. Dosis yang biasa digunakan lama-
kelamaan menjadi tidak tepat lagi karena tubuh telah toleran terhadap dosis
tersebut. Akibatnya, pada pengobatan berikutnya, diperlukan dosis yang lebih
tinggi lagi. Kondisi ini akan merugikan tubuh jika berlangsung dalam waktu
lama (Suranto, 2011).
I. Klasifikasi Hewan
1. Ular (Python reticulatus) (Mattison.2017)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Serpentes
Famili : Pythonidae
Genus : Python
Spesies : Python reticulatus
J. Prosedur Kerja (Tim Dosen, 2020)
1. Pembuatan dapat fosfat pH7,4
- Pembuatan larutan A : Timbang 3,5 g disodium hydrogen fosfat dan
larutkan dalam 100 ml airsuling.
- Pembuatan larutan B : Timbang 2,76 g natrium dihydrogen fosfat dan
larutkan dalam 100 ml airsuling
- Campur 40,5 ml larutan A dengan 9,5 ml larutan B dan cukupkan
volume hingga 100ml
2. Pembuatan larutan stock standar
a. Timbang secara akurat 100 mg natrium Dikofenak p.a dan pindahkan
kedalam labu ukur 100 ml dn cukupkan volumenya dengan air suling
(Stok I, 1 mg/ml). pindahkan 10 ml stok I ke labu ukur 100 ml yang lain
kemudian cukupkan volume (Stok II, 100g/ml).
b. Dari larutan stok II, pipet 0,4 ; 0,8; 1,2; 1,6;, 2 dan 2,4 ml ke dalam labu
ukur 10 ml dan cukupkan volume untuk mendapatkan konsentrasi
dalam kisaran 4-24µg/ml
c. Pengukuran absorbansi : ukur absorbansi dari masing masing
pengenceran pada panjang gelombang maksimum 270 nm
menggunakan spektrofotometer UV-Visible. Plot grafik absorbansi
natrium diklofenak versus konsentrasi. Tentukan slop dan intersep dari
grafik di MS Exel.
3. Pelepasan in vitro danpermeasi
a. Penentuan permeasi obat menggunakan sel difusi Franz dengan
menggunakan sel difusi franz dengan luas area difusi 4,7 cm2 dan
kapasitas 37ml
b. Letakan membrane selofan diantara kompratemen donor danreseptor
c. Isi kompratemen reseptor dengan sekitar 37 ml buffer fosfat (pH 7,4).
Pertahankan suhu sel pada 37oC dengan cara menyirkulasikan isi bak air
termostatis dengan pompa melalui lapisan sekeliling sel. Adukisi
kompartemen reseptor pada 600 rpm dengan magnetic stirrer yang
ditempatkan di dalam sel selama percobaan.
d. Pastikan membrane harus bersentuhan dengan mediareseptor
e. Letakkan 1 gram gel diklofenak dalam kompartemen donor dan tutup
sel donor dengan aluminium foil untuk menghindaripenguapan.
f. Ambil 2 ml sampel dari kompartemen reseptor pada interval waktu
yang telah ditentukan dan segera ganti dengan 2 ml larutan reseptor,
pada suhu yangsama.
g. Encerkan sampel yang diambil jika diperlukan dan analisis secara
spektrofotmetri pada panjang gelombang 270nm.
h. Gunakan kurva kalibrasi untuk menentukan jumlah natrium diklofenak
yangterdifusi.
i. Plot grafik jumlah obat yang tersebar per satuan luas terhadap waktu
dan tentukan kemringan garis darigrafik.
j. Hitung koefisin permeabilitas dengan menggunakan rumus berikut:
Kp = Jss/Cv
Dimana,
K = koefisien permebilitas(cm/jam)
Jss = fluks (mg/cm2/jam), slop dari garis linier plot jumlah
obat yang terdifusi per satuan luas versus waktu
A = luas membrane difusi(cm2)
C = konsentrasi awal obat dalam kompartemen
donor(mg).
K. Alat dan Bahan
1. Alat
- Sel difusi Franz - Magnetic stirrer
- Spektrofotometer UV-Vis - Water Bath
- Timbangan - Spidol
- Labu ukur - Lap kasar
- Pipet tetes - Stopwatch
- Tabung reaksi - Alat tulis
2. Bahan
- Aquadest
- Alkohol 70%
- Kalium dihidrogen fosfat
- Membran selofan
- Aluminium foil
- Masker
- Handscoon
- Koran
- Kapas/Tissue
3. Sampel
- Natrium diklofenak
4. Hewan Uji
- Membran kulit ular (Python reticulatus)
L. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Disiapkan alat difusi.
3. Diletakkan membrane diantara kompartemen donor dan reseptor.
4. Diisi 15 ml komponen reseptor dengan larutan buffer fosfat pH 7,4
dan water bath (aquadest suhu 37℃).
5. Diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer 600 rpm.
6. Diletakkan 1 gram salep Na-diklofenak pada kompartemen donor.
7. Diambil 3-4 ml sampel dari kompartemen reseptor pada menit ke 5,
10, 15.
8. Diisi kembali larutan buffer fosfat pada saat selesai pengambilan.
9. Dihitung absorbansi dengan spektrofotometri 270 nm.
10. Dilakukan analisis data.
M. Skema Kerja
- Disiapkan
Alat difusi
- Diletakkan
- Diletakkan
Absorbansi dengan
Spektrofotometri 270 nm
- Dilakukan
Analisis Data
N. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
a. Tabel Larutan Baku
Konsentrasi (PPM) Absorbansi
5 0,181
10 0,299
15 0,395
20 0,523
25 0,754
Slope 0,0201
Intercept 0,0914
b. Perhitungan
√
Kurva:
0,8
0,2
0 10 20 30
Persamaan
- Untuk 5’
Y1 = 0,137
X1 =
- Untuk 10’
Y2 = 0,495
X1 =
- Untuk 15’
Sampel rusak
2. Permeasi In Vitro Melalui Membran Selofan
Jumlah
Jumlah
komulatif obat
Konsentrasi Kumulatif yang terdifusi
Waktu Absorbansi
(ppm) obat yang
pada satuan
terdifusi
luas
5’ 0,137 11 1,237 0,02
10’ 0,495 29 3,262 0,05
15’ - - - -
Faktor pengenceran =
Fp = = 7,5 kali
cm
2
1,237
Untuk 10’
Jumlah komulatif obat yang terdifusi pada satuan luas
Untuk 5’
Untuk 10’
0,05
O. Pembahasan
Transfer massa atau perpindahan massa juga dapat disebut sebagai
perpindahan suatu komponen dari satu lokasi ke lokasi lain dikarenakan
adanya ketidakseimbangan konsentrasi. Pada peristiwa difusi ada
driving force yaitu adanya perbedaan (gradien) konsentrasi (Utami &
Azhar, 2017).
Cara kerja, disiapkan alat dan bahan, termasuk alat difusi. Kemudian,
diletakkan membrane diantara kompartemen donor dan reseptor. Diisi
15 ml komponen reseptor dengan larutan buffer fosfat pH 7,4 dan water
bath (aquadest suhu 37℃). Lalu, diaduk dengan menggunakan magnetic
stirrer 600 rpm. Diletakkan 1 gram salep Na-diklofenak pada
kompartemen donor. Diambil 3-4 ml sampel dari kompartemen reseptor
pada menit ke 5, 10, 15. Diisi kembali larutan buffer fosfat pada saat
selesai pengambilan. Selanjutnya, dihitung absorbansi dengan
spektrofotometri 270 nm dan dilakukan analisis data.
Alasan penggunaan kulit ular adalah sebagai hewan uji yang akan
diamati. Alasan penggunaan salep Na-diklofenak yaitu sampel uji yang
akan diamati. Alasan penggunaan spektrofotometer UV-Vis yaitu
sebagai alat untuk mengetahui nilai absorbansi sampel.
P. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
1. Transfer massa atau perpindahan massa juga dapat disebut sebagai
perpindahan suatu komponen dari satu lokasi ke lokasi lain
dikarenakan adanya ketidakseimbangan konsentrasi.
2. Ada beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan difusi yaitu
ukuran partikel, ketebalan membrane, luas suatu area, jarak, suhu,
konsentrasi obat, koefisien difusi, viskositas, dan koefisien partisi
3. Hasil pengamatan absorbansi kurva baku pada sampel Na
Diklofenak yang diperoleh berturut-turut dengan konsentrasi 5; 10;
15; 20; dan 25 ppm yaitu 0,181; 0,299; 0,395; 0,523; dan 0,574.
Serta nilai slope 0,0202 dan intercept 0,0914.
Q. Saran
Diharapkan di percobaan selanjutnya, praktikan dapat lebih
memperhatikan lagi dalam melakukan perlakuan dan pengamatan agar
terhindar dari kesalahan data, serta dapat lebih tenang.
DAFTAR PUSTAKA
Purnama, H., & Mita, S. R. (2016). Studi In-Vitro Ketoprofen Melalui Rute
Transdermal. Farmaka, 14(1), 70-81.
RATNASARI, D., ANWAR, E., & CHANY, F. (2017). Uji Penetrasi In-
Vitro Sediaan Gel yang Mengandung Transfersom “Rutin” Serta Uji
Aktivitas Anti Artritis Reumatoid. JURNAL ILMU KEFARMASIAN
INDONESIA, 14(2), 174-180.
Sugita, P., Bintang, M., Achmadi, S. S., Pradono, D. I., Irawadi, T. T., &
Darusman, L. K. (2018). Segi Kimiawi dan Biokimiawi dari Sistem
Pengantaran Obat. PT Penerbit IPB Press.