Anda di halaman 1dari 2

NAMA : LELIYENSEN OKTAVIANINGSIH

KELAS:BKI 1A

NIM :126306201028

SEJARAH DAN PEMIKIRAN MU’TAZILAH

Latar Belakang Kemunculan Mu’tazilah Perkataan Mu’tazilah berasal dari kata i’tazala, yang artinya
menyisihkan diri. Kaum Mu’tazilah berarti orang-orang yang menyisihkan diri. Berbeda-beda
pendapat orang tentang sebab musabab timbulnya firqoh Mu’tazilah itu. Nama Mu’tazilah semula
muncul dari kalangan orang di luar Mu’tazilah, namun dalam perkembangan berikutnya, secara diam-
diam pengikut Mu’tazilah menyetujui dan menggunakan nama tersebut sebagai nama sebuah aliran
teologi mereka. Namun, pengertian memisahkan diri bagi mereka tidak sama dengan pengertian yang
diberikan oleh non-Mu’tazili. Bagi mereka Mu’tazilah berarti memisahkan atau menjauhkan diri dari
yang salah sebagai suatu tindakan terbaik.

Para ulama berbeda pendapat tentang waktu munculnya golongan ini. Sebagian berpendapat,
golongan ini mulai timbul sebagai satu kelompok dikalangan pengikut Ali. Mereka mengasingkan diri
dari masalah-masalah politik dan beralih kemasalah ‘Aqidah ketika Hasan turun dari jabatan khalifah
untuk digantikan oleh Mu’awiyah ibn Abi sufyan. Mengenai hal ini Abu al-Hasan al-Thara’ifi dalam
bukunya Ahl al-Ahwa’ wa al-Bida’ menyatakan, “Mereka menamakan diri dengan Mu’tazilah ketika
Hasan ibn ‘Ali membai’at Mu’awiyah dan menyerahkan jabatan khalifah kepadanya. Mereka
mengasingkan diri dari Hasan, Mu’awiyah dan semua orang lain. Mereka menetap dirumah-rumah
dan masjid-masjid. Mereka berkata, ‘Kami bergelut dengan ilmu dan ibadah.

Pokok-Pokok Ajaran Mu’tazilah

Sebelum memaparkan pemikiran teologi kaum Mu’tazilah secara rinci, perlu lebih dahulu
memaparkan pokok-pokok ajaran Mu’tazilah. Karena, pokok- pokok ajaran Mu’tazilah ini sebenarnya
adalah bagian dari hasil pemikiran teologi kaum Mu’tazilah itu sendiri. Pokok-pokok ajaran
Mu’tazilah ini disebut “Al-Ushul al-Khamsah”, yaitu lima dasar atau lima pokok ajaran. Bagi kaum
Mu’tazilah, seseorang tidak berhak mengaku dirinya sebagai orang Mu’tazilah, kecuali kalau ia telah
memperpegangi lima pokok ajaran Mu’tazilah itu sebagai berikut: a. Masalah Ketauhidan (Al-
Tauhid), b. Masalah Keadilan Tuhan (Al-‘Adl), c. Perbuatan Manusia, d. Berbuat Baik dan Terbaik, e.
Mengutus Rasul.

Masalah Wa’ad (janji Positif) dan Wa’id (janji negatif)

Janji dan Ancaman Kata “al-Wa’ad wa al-Wa’id”, berarti janji dan ancaman. Menurut kaum
Mu’tazilah, Allah telah menjanjikan pahala bagi orang yang patuh pada-Nya, dan menjanjikan
(memberi ancaman) siksa bagi orang yang durhaka pada-Nya. Ia akan pasti menepati janji-Nya dan
pasti akan melaksanakan ancaman-Nya. Ia tidak akan mengingkari janji-Nya serta tidak berdusta
dengan ancaman-Nya. Ajaran tentang al-Wa’ad wa al-Wa’id (janji dan ancaman) ini adalah
kelanjutan dari ajaran tentang keadilan Tuhan. Menurut kaum Mu’tazilah, Tuhan tidak adil kalau
sekiranya ia tidak memberi pahala kepada orang yang berbuat baik dan tidak menghukum orang yang
berbuat jahat.

Masalah Manzilah Bainal Manzilataini (status antara kafir dan mukmin) Kata “al- Manzilah Bain al-
Manzilataini”, dilihat dari segi bahasa berarti “tempat diantara dua tempat” atau “posisi di antara dua
posisi”. Adapun yang dimaksud dengan istilah”al-Manzilah Bain al-Manzilataini” (posisi di antara
dua posisi) disini ialah status orang Islam yang berdosa besar. Orang Islam yang berdosa besar,
menurut ajaran Mu’tazilah, statusnya adalah bukan mukmin dan bukan pula kafir. Bukan mukmin dan
bukan kafir, sama artinya berada di antara mukmin dan kafir.

Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar Yang dimaksud al-Amr bi al-Ma’ruf wa al-Nahy ‘an alMunkar disini
ialah perintah berbuat baik dan mencegah berbuat jahat. Melakukan al-Amr bi al-Ma’ruf wa al-Nahy
‘an al-Munkar sebenarnya diperintahkan kepada kaum muslimin. Perintah ini terdapat di dalam Al-
Qur’an. Karena itu, ajaran ini tidak hanya milik kaum Mu’tazilah, melainkan milik semua kaum
muslimin.

Adapun para tokoh aliran Mu’tazilah dan pemikiranpemikirannya adalah sebagai berikut: para tokoh
aliran Mu’tazilah dan pemikiranpemikirannya yaitu: a) Wasil bin ‘Atha Pemikiran-pemikiran beliau
bahwa seorang muslim yang berbuat dosa besar dihukumi tidak mukmin dan tidak pula kafir, tapi
fasik. Keberadaan orang tersebut diantara mukmin dan kafir. b) Abu Huzail Al-Allaf Abu Huzail
merupakan generasi kedua Mu’tazilah yang kemudian mengintroduksi dan menyusun dasardasar
paham Mu’tazilah yang disebut Usulul Khambah. c) Al-Jubai Ia mempunyai pola pikir yang tidak
jauh berbeda dengan tokoh-tokoh Mu’tazilah lainnya, yakni mereka mengutamakan akal dalam
memahami dan memecahkan persoalan teologi.

Mu’tazilah dalam sejarah cukup banyak memunculkan pemikiran atau pendapat yang berkenaan
dengan persoalan teologi dalam Islam. Beberapa pemikiran teologi yang mereka munculkan dan
dianggap penting akan dikemukakan dalam uraian sebagai berikut: a. Nafy al-Shifat Dari segi
Bahasa” Nafy al-Shifat” berarti peniadaan sifatsifat. Sifat-sifat di sini dimaksudkan adalah sifat-sifat
Allah, Khalq al-Qur’an Dari segi bahasa “Khalq al-Qur’an”, berarti penciptaan AlQur’an. Adapun
yang dimaksud dengan istilah khalq al-Qur’an disini ialah bahwa Al-Qur’an adalah makhluk, yang
diciptakan. Barangkali kalau istilah yang dalam bahasa Arab ini diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia bisa disebut dengan kemakhlukan Al-Qur’an, c. Nafy al-Ru’yah Dari segi bahasa nafy al-
Ru’yah ini berarti peniadaan melihat, d. Af-‘al al-‘Ibad Dari segi bahasa, af’al al-‘Ibad, berarti
perbuatan-perbuatan hamba, e. Taklif Ma La Yuthaq Taklif ma la yuthaq, artinya membebankan apa
yang tidak mampu dikerjakan, atau memberi beban di luar kemampuan, f. Kekuasaan dan Kehendak
Mutlak Tuhan Semua umat Islam sependapat bahwa Tuhan memiliki kekuasaan dan kehendak
mutlak, h. Kemampuan Akal dan Fungsi Wahyu Kaum Mu’tazilah memberi kedudukan yang tinggi
terhadap kemampuan akal, i. Hakikat Iman Iman menurut kaum Mu’tazilah, tidak cukup kalau hanya
kepercayaan di dalam hati atau pengakuan dengan lisan, j. Hukum Alam Kaum Mu’tazilah
berpendapat, bahwa efek yang dihasilkan oleh benda atau sesuatu adalah ditimbulkan oleh benda atau
sesuatu itu sendiri, bukan ditimbulkan oleh Tuhan, k. Hadits Ahad Hadits ahad ialah hadits yang
diriwayatkan secara perorangan, yakni oleh seseorang dari seseorang.

Anda mungkin juga menyukai