Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEWIRAUSAHAAN

”Usaha Konvensional dan Multi Level Marketing”

Disusun Oleh :

1. Andi Khusnun Nabilah ( 20500116017)


2. Amelia Ardana Jaya ( 20500117039)
3. St.Nurhalisa ( 20500117021)

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Usaha

Konvensional dan Multilevel Marketing”. Penulisan makalah ini merupakan salah

satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Kewirausahaan.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan

baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang

penulis miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan

demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan

makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan

petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Samata, April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar

Daftar isi

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang

B. Rumusan masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Usaha Konvensional

B. Perbedaan Usaha Konvensional dengan Usaha Online

C. Kelebihan dan Kekurangan Usaha Konvensional

D. Jenis Usaha Konvensional

………………………………………………………

E. Pengertian Multi Level Marketing

F. Perbedaan MLM dengan Bisnis biasa…..

……………………………………………………..........

G. Jenis-jenis Multilevel Marketing……..

…………………………………………………………………..

H. Kelebihan dan Kekurangan Multi Level

Marketing………………………………………………

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan

B. Saran

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tantangan bisnis bagi usaha konvensional dan usaha online di Indonesia ini

makin meningkat.bukan hanya dari segi jenis usaha apa yang dipilih untuk

dapat bertahan pada bisnis yang akan ditekuni dan upaya untuk terlihat unik

disbanding dengan jenis usaha lain.Sehingga diperlukan beberapa cara

penyelesaian baik dari segi manajerial dan cara kerja dari suatu perusahaan

atau usaha agar mendapat hasil yang lebih baik dari sebelumnya.Salah satu hal

penting dalam menghadapi tantangan usaha saat ini adalah penggunaan

tekhnologi dalam dunia usaha yang merupakan salah satu usaha untuk

menyelesaikan tantangan yang dihadapi,namun meskipun tekhnologi saat ini

telah berkembang dengan amat pesat tidak mempengaruhi sebagian

wirausahawan untuk tetap memilih dan menjalankan usaha dengan cara

manual atau konvensional dimana usaha konvensional sendiri melibatkan

secara langsng antara penjual dan pembeli tanpa perantara.Meski usaha

konvensional sendiri untuk dimasa sekarang sangat butuh pembaharuan agar

tidak kalah saing dengan usaha-usaha yang berbasis online.


Menyikapi banyaknya tantangan dalam suatu usaha atau perusahaan maka

diperlukan beberapa penyelesaiaan dalam menghadapinya.Berdasarkan uraian

di atas maka dibutuhkan penjelasan terkait apa saja kelebihan dan kelemaham

dari bisnis konvensional dan multi level marketing

B.Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan usaha konvensional ?

2. Apa perbedaan bisnis konvensional dengan usaha online ?

3. Apa kelebihan dan kekurangan usaha konvensional ?

4. Apa saja jenis-jenis usaha konvensional ?

5. Apa yang dimaksud dengan multi level marketing ?

6. Apa saja jenis multi level marketing ?

7. Apa perbedaan multilevel marketing dengan bisnis biasa

8. Apa kelebihan dan kekurangan multi level marketing

C.Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan usaha konvensional

2. Untuk mengetahui apa perbedaan usaha konvensional dengan usaha online

3. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan usaha konvensional

4. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis usaha konvensional

5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan multi level marketing

6. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis multi level marketing

7. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan multi level marketing


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bisnis Konvesional


Menurut Bunjamin,  Bisnis Konvensional atau yang lebih sering dikenal
dengan bisnis offline adalah kegiatan atau transaksi jual-beli yang
dilakukan secara langsung, bertatap muka antara penjual dengan
pembeli.Kesepakatan antara dua belah pihak untuk memperoleh
keuntungan bersifat umum dalam pelaksanannya.

 Kebutuhan tidak terbatas, selama ada permintaan, maka bisnis


konvensional akan menyediakan permintaan tersebut tanpa memikirkan
dampak kedepannya.
 Persaingan berada disekitar lokasi usaha
 Rekan kerja umumnya terdiri dari para ahli dan orang – orang yang terlibat
langsung dengan proses usaha.

Usaha konvensional adalah suatu jenis usaha dibidang jasa atau produksi
barang yang dilakukan dengan media promosi konvensional. Media promosi
konvensional dapat berupa spanduk, majalah, iklan koran, brosur, sales dari pintu
ke pintu, televisi dan radio. Sedangkan usaha online adalah suatu usaha yang
media promosinya sudah berbasis internet. Media promosi online contohnya
Facebook, Twitter, Instagram atau sosial media lainnya.

Seiring dengan berkembangnya zaman, beberapa jenis usaha


konvensional beralih atau menambah cara promosinya secara online. Terdapat
beberapa perbedaan dan persamaan antara usaha konvensional dan online. Di
bawah ini adalah 5 perbandingan usaha konvensional dan usaha online yang perlu
diketahui sebelum memutuskan akan memilih usaha yang mana.

B. Perbedaan dan Persamaan Antara Bisnis Konvensional dan Bisnis Online;

Jangkauan Pasar
Jangkauan pasar usaha konvensional lebih sempit dari usaha online. Hal
ini disebabkan karena masih banyak orang yang tidak berlangganan koran atau
majalah. Spanduk dan brosur pun biasa dibaca sekilas saja dan hanya beberapa
yang pada akhirnya tertarik dengan produk tersebut.

Berbeda halnya dengan jangkauan pasar online. Saat ini hampir semua orang
memiliki akun sosial media dan cukup mengerti tata cara membeli secara online.
Jadi, konsumen dari pasar usaha online akan lebih luas dan bisa dari berbagai
kalangan.

Sistem Pembukuan

Untuk sistem pembukuan atau jurnal, usaha online dan konvensional tidak
memiliki perbedaan yang signifikan. Pasalnya, kegiatan pembelian, penjualan dan
pembayaran hampir sama. Jika ada perbedaan, itu hanyalah pada rincian alur
masuk atau keluarnya saja.

Desain Inovasi

Desain inovasi usaha konvensional


dan online sama – sama bisa dikembangkan secara optimal. Contohnya untuk
inovasi di bidang produksi, distribusi, atau promosi. Intinya, jenis usaha apapun
selalu membutuhkan inovasi yang dinamis agar bisa terus berjalan dan tidak
tergerus perkembangan zaman.

Keterlibatan Rekan Usaha

Rekan pada usaha konvensional umumnya terdiri dari para ahli dan orang
– orang yang terlibat langsung dengan proses usaha. Hal ini berbeda dengan usaha
online. Ada beberapa perbedaan pada usaha online dimana konsumen pun bisa
memberi testimoni dan kemudian di screenshot sebagai bukti bahwa online shop
tersebut jujur.

Persaingan Bisnis

Seperti halnya semua jenis usaha, persaingan selalu ada dan perlu dihadapi
secara bijaksana. Persaingan bisnis konvensional biasanya berada di sekitar lokasi
usaha. Sedangkan pada bisnis online, persaingan bisa terjadi dalam jangkauan
antar kota, pulau, bahkan negara. Namun, yang harus tetap diperhatikan adalah
jangan sampai kecerdasan orang lain dalam berinovasi menjadikan seseorang
benci dan tidak menyelesaikan masalah dengan kepala dingin.

C.Kelebihan dan Kekurangan Bisnis Konvensional

Kelebihan bisnis konvensional diantaranya ”

1. Pembeli langsung dapat melihat produk yang akan dibeli sehingga pembeli
tidak merasa ragu akan produk yang akan dibeli, pembeli juga dapat
memilih produknya sendiri.
2. Umumnya bisnis konvensional memiliki tempat atau kios sendiri sehingga
pembeli dapat mengunjungi kios dan dapat secara langsung bertemu
dnengan penjual.
3. Memiliki banyak stok sehingga apabila sewaktu-waktu pembeli ingin
membeli produk, mereka tidak perlu  waktu yang lama untuk mendapatkan
produk tersebut
4. Terjamin, karena selain dapat melihat barang secara langsung, pembeli
juga dapat mengetahui penjual secara langsung (face to face), sehingga
tindakan penipuan minim terjadi.

Sedangkan kekurangan dari bisnis konvensional adalah :

1. Lingkup pemasarannya terbatas, jika ingin memperluas lingkup


pemasaran, maka harus membuka cabang di berbagai daerah.
2. Membutuhkan modal yang cukup besar karena biasanya bisnis
konvensional memerlukan tempat untuk memasarkan produknya.
3. Memerlukan banyak stok, ini juga berpengaruh terhadap modal yang
dikeluarkan sehingga modal menjadi bertambah.
4. Apabila pembeli ingin membeli barang, maka harus pergi ke toko tempat
dijualnya barang tersebut.

D. Jenis-Jenis Bisnis Konvensional

1. Bisnis rumah makan

Bisnis yang satu ini sepertinya tidak bisa dilakukan secara online. Bisnis
rumah makan merupakan salah satu bisnis konvensional yang masih laris apalagi
didukung dengan menu yang enak dan variatif juga pelayanan yang ramah secara
lengkap cara menghitung pajak progresif sehingga semua bisa merasakan manfaat
membayar pajak.

2. Bisnis kelontongan
Jenis bisnis ini merupakan bisnis yang banyak dilirik masyarakat dari
mulai membuka usaha kelontongan di rumaha hingga toko besar. Karena
kebutuhan sehari-hari adalah kebutuhan setiap orang, sebagaimana juga dalam
salah satu dasar dasar perpajakan

3. Bisnis menjahit baju

Meskipun banyak bisnis fashion online yang semakin marak. Namun bisnis
menjahit pakaian tetap menjadi pilihan bagi sebagian orang. Dengan alasan baju
akan lebih pas dan nyaman digunakan. Penjahit dan pelanggan tidak mungkin
melakukan transaksi secara online. Karena penjahit membutuhkan ukuran badan
customer-nya.

4. Bisnis bimbingan belajar

Bisnis bimbingan belajar mungkin bisa dipromosikan secara online. Namun,


tidak mungkin antara murid dan guru belajar online untuk anak-anak yang masih
berada di sekolah dasar ataupun menengah

5. Bisnis jasa salon atau cukur rambut

Bisnis yang satu ini tidak mungkin bisa dilakukan secara online. Sehingga
bisnis jasa ini akan tetap marak di tengah maraknya bisnis online. Bisnis ini
tentuny hanya dapat dijalankan secara konvensional sebab notabene bisnis ini
merupakan bisnis jasa yang akan dinikmati langsung oleh konsumennya sehingga
sangat sulit untuk menyediakannya secara online.

6. Bisnis Tour and Travel

Coba kita ambil salah satu contoh dari perusahaan Tour and Travel.
Sekarang banyak sekali perusahaan tour and travel online, seperti pegipegi,
traveloka dan tiket.com. belum lagi semua orang bisa membuka usaha tour and
travel dengan modal yang sangat sedikit dan system penjualannya bisa
menggunakan Smartphone dan bisa menggunakan rumah sebagai tempat usaha.

Apakah Tour and Travel yang offline atau secara konvensional akan mati,
tentunya tidak. Mereka masih banyak yang tetap setia menjadi pelanggan
berpengaruh pada cara menghitung pajak mobil. Terutama pelanggan-pelanggan
dari perusahaan. Perusahaan akan lebih senang dengan perusahaan yang offline
karena berdasarkan kebutuhan mereka sendiri, antara lain:

 Pembelian produk tidak perlu langsung bayar, melainkan dengan


menggunakan jangka waktu. misalnya TOP (term of Payment) selama 30
hari atau 45 hari. Dimana pembayaran bisa dilakukan seteah 30 hari dari
pembelian produk.
 Pihak penjual selalu memberikan perhatian atau tetap selalu menjaga
komunikasi dengan pelanggan. Sehingga pelanggan akan merasa
diperhatikan oleh pihak penjual.

E. Pengertian Multi Level Marketing

Multi Level Marketing (MLM) adalah salah satu sistem pemasaran


dengan memanfaatkan pelanggan sebagai jaringan distribusi. Istilah lain Multi
Level Marketing adalah Network Marketing, Multi Generation Marketing dan Uni
Level Marketing. Berdasarkan akar katanya, Multi artinya banyak, level artinya
berjenjang dan Marketing artinya pemasaran, sehingga Multi Level Marketing
adalah pemasaran yang banyak dan berjenjang. MLM merupakan konsep
pemasaran dengan cara memberikan kesempatan kepada konsumen atau
pelanggan untuk terlibat sebagai penjual serta mendapat keuntungan pada garis
kemitraannya. Anggota yang tergabung dalam MLM disebut distributor atau mitra
niaga. Mitra niaga selanjutnya ikut mengajak orang lain untuk menjadi anggota
sehingga jaringan pelanggan atau pasar semakin besar atau luas. Keberhasilan
mitra niaga mengajak dan menambah anggota akan meningkatkan omzet
perusahaan sehingga memberikan keuntungan. Berdasarkan hal tersebut,
perusahaan memberikan keuntungannya kepada mitra niaga dalam bentuk insentif
berupa bonus.

Berikut ini beberapa pengertian Multi Level Marketing dari beberapa sumber
buku:

1. Menurut Clothier (1994), Multi Level Marketing adalah suatu cara atau
metode menjual barang secara langsung kepada pelanggan melalui
jaringan yang dikembangkan oleh para distributor lepas yang
memperkenalkan para distributor berikutnya pendapatan dihasilkan terdiri
dari laba eceran dan laba grosir ditambah dengan pembayaran-pembayaran
berdasarkan penjualan total kelompok yang dibentuk oleh sebuah
distributor.
2. Menurut Muslich (2015), Multi Level Marketing adalah sebuah sistem
pemasaran modern melalui jaringan distribusi yang dibangun secara
permanen dengan memposisikan pelanggan perusahaan sekaligus sebagai
tenaga pemasaran. Dengan kata lain, dapat dikemukakan bahwa Multi
Level Marketing adalah pemasaran berjenjang melalui jaringan distribusi
yang dibangun dengan menjanjikan konsumen (pelanggan) sekaligus
sebagai tenaga pemasaran.
3. Menurut Harefa (2000), Multi Level Marketing adalah menjual atau
memasarkan langsung suatu produk baik berupa barang atau jasa
konsumen, sehingga biaya distribusi dari barang yang dijual atau
dipasarkan tersebut sangat minim bahkan sampai ke titik nol yang artinya
bahwa dalam bisnis MLM ini tidak diperlukan biaya distribusi. MLM juga
menghilangkan biaya promosi dari barang yang hendak dijual karena
distribusi dan promosi ditangani langsung oleh distributor dengan system
berjenjang.

F. Perbedaan Multi Level Marketing dengan Bisnis Biasa 

Menurut Clothier (1994), terdapat beberapa perbedaan antara bisnis Multi


Level Marketing dengan bisnis konvensional, yaitu sebagai berikut:

1. Armada penjualan. Di dalam MLM, tenaga penjualnya adalah para


distributornya, mereka mempekerjakan dirinya sendiri, menjadi bos bagi
dirinya sendiri. Sedangkan pada bisnis konvensional, arus barang harus
melewati produsen-distributor/grosir-pedagang eceran-konsumen. 
2. Pembagian keuntungan. Pada MLM para distributor memperoleh
imbalan dari perbandingan langsung usaha yang dilakukannya. Sedangkan
pada bisnis konvensional orang-orang yang menerima keuntungan adalah
para pemilik dan para direktur berbagai perusahaan distribusi. Amat jarang
para pegawai penjualan toko eceran ikut menikmati keuntungan,
betapapun unggul dan kerasnya mereka bekerja.
3. Menjual produk. Semua penjualan MLM dilakukan melalui penjualan
langsung atau direct selling. Sedangkan bisnis konvensional, menjual
barang-barang konsumen melalui toko-toko, katalog dan melalui pos.

G. Jenis-Jenis Multi Level Marketing

Menurut Setiawan (2017), terdapat beberapa jenis Multi Level Marketing,


yaitu sebagai berikut:

a.Sistem Binary Plan

Sistem Binary Plan ini mengutamakan pengembangan jaringan hanya dua leg
saja dan mengutamakan keseimbangan jaringan. Semakin seimbang jaringan
dan omset bisnis dalam perusahaan MLM seperti ini, semakin besar bonus
yang terima. Namun jika tidak seimbang, maka bonus-bonus tersebut mengalir
deras ke dalam perusahaan. Biasanya sistem Binary Plan ini diusung
perusahaan-perusahaan MLM yang dibuat oleh orang Indonesia. Biasanya
perkembangan jaringan perusahaan yang menggunakan sistem Binary Plan
relatif cepat sekali. Mitra-mitranya cepat mendapat bonus besar. Agar terlihat
semakin mudah mendapatkan uang, mitra-mitra dari perusahaan seperti ini
menerapkan aturan mendapatkan uang sebagai bonus dari perekrutan mitra
yang mereka ajak (bonus sponsoring). Ini artinya mereka seperti halnya
memperjualbelikan orang-orang (trafficking) dalam cara halus. Sistem ini
biasanya memberikan bonus besar di awal karir saja sebagai iming-iming
bahwa menjalankan bisnis MLM bersistem binary ini sangat mudah.
Kenyataannya sistem binary ini menciptakan kesimpulan bahwa yang
diuntungkan adalah mitra yang join di awal.
b.Sistem Matrix

Sistem matrix ini pengembangan jaringannya menggunakan konsep hanya tiga


frontline saja dan begitu pula selanjutnya ke bawah. Jenis sistem ini muncul
untuk mengakali sistem binary yang dianggap money game.

c.Sistem Break Away

Sistem ini pengembangan jaringannya mengutamakan kelebaran. Semakin


banyak frontline, semakin besar pula bonus yang diterima. Namun
kelemahannya adalah seorang agen harus mengurus semuanya sendiri. Sistem
ini juga memungkinkan downline untuk melebihi upline-nya. Bonus yang
didapat mitranya biasanya kecil di awal, namun besar di peringkat atas.
Dikarenakan bonus member di awal karirnya kecil, maka biasanya perusahaan
seperti ini mengandalkan iming-iming bonus perekrutan.

Sistem Multi Level Marketing

Menurut Setiawan (2017), sistem atau cara kerja Multi Level Marketing adalah
sebagai berikut:

1. Pertama-tama Anda akan disponsori oleh seorang distributor


perusahaan MLM. Sponsor Anda adalah distributor yang lebih dahulu
bergabung dengan perusahaan MLM. Tugas Anda antara lain menjual
produk-produk perusahaan MLM dan mencari mitra bisnis baru sebanyak
mungkin untuk bergabung menjadi distributor, hingga membentuk suatu
jaringan yang luas. 
2. Membayar uang pangkal/pendaftaran. Untuk dapat didaftar sebagai
anggota atau distributor, setiap orang diwajibkan membayar sejumlah
uang yang sudah ditentukan besarnya. Uang pendaftaran ini biasanya akan
diserahkan ke stockiest terdekat bersamaan dengan formulir pendaftaran
yang telah diisi oleh prospek atau calon distributor. Setelah membayar
uang pangkal seorang distributor baru akan mendapatkan berbagai fasilitas
misalnya buku pedoman, kartu anggota, literatur perusahaan, majalah,
selebaran berkala, informasi produk, formulir-formulir pesanan, nasihat
bisnis, dan contoh-contoh produk.
3.  Menandatangani perjanjian atau kontrak. Seorang
anggota/distributor yang sudah membayar sejumlah uang pangkal tadi,
kemudian akan menandatangani suatu kontrak yang bersifat mengikat
distributor dan perusahaan. Seorang distributor harus mematuhi berbagai
peraturan yang sudah ditetapkan, sedangkan perusahaan berkewajiban
untuk menyediakan produk, memberikan berbagai bonus atau komisi,
memberikan layanan sebagaimana dijanjikan dalam marketing plan
perusahaan, dan pedoman agar para distributor dapat menjalankan
bisnisnya dengan benar. Setiap anggota berhak untuk mendapatkan
produk-produk dari perusahaan dengan harga distributor atau harga grosir. 
4.  Melaksanakan aktivitas penjualan produk. Para distributor
kemudian melakukan kegiatan menjual produk-produk perusahaan kepada
konsumen. Sebagian besar penjualan langsung/direct selling ini
merupakan personal selling/face to face, diawali dengan suatu
rekomendasi atau pendekatan langsung. Para distributor biasanya
memberikan penjelasan tentang produk-produk perusahaan dan
meyakinkan akan manfaat, keunggulan, atau kualitas agar orang bersedia
untuk membelinya.
5. Mengembangkan jaringan. Selain bertugas menjual produk secara
langsung kepada konsumen, setiap distributor juga harus mengembangkan
jaringan penjualan seluas-luasnya. Untuk dapat membangun jaringan,
setiap distributor harus mencari prospek. Ada beberapa strategi untuk
mendapatkan prospek, yaitu kembangkan jaringan seluas-luasnya, jelajahi
seluruh pasar, temui orang-orang tempat prospek bergantung, dan
tampakkan diri sebagai agen. Apabila distributor berhasil dalam
mengembangkan jaringan, maka perusahaan akan memberikan berbagai
imbalan dalam bentuk bonus, potongan harga, dan insentif-insentif
lainnya. Strategi MLM bertumpu pada pengembangan jaringan, sehingga
semakin banyak seorang distributor berhasil merekrut anggota baru maka
penghasilan atau bonusnya semakin besar.

H. Keunggulan dan Kelemahan Multi Level Marketing 

Menurut Yusuf (2000), terdapat keunggulan dan kelemahan dalam pemasaran


menggunakan sistem Multi Level Marketing, yaitu sebagai berikut.

a.Keunggulan Multi Level Marketing

1. MLM dapat mendatangkan pasif income yang cukup menjanjikan sebagai


tambahan gaji tetap yang diterima setiap bulan. 
2. MLM melatih setiap distributornya untuk mengasah skill berkomunikasi
dengan downlinenya sehingga terbentuk jiwa personal selling yang kuat. 
3. Memperluas relasi.

b. Kelemahan Multi Level Marketing

1. Distributor MLM bukanlah pengusaha (entrepreneur), namun hanya


pengikut pada sebuah sistem hirarki yang rumit dimana mereka hanya
punya sedikit kendali. Jadi mereka dikendalikan oleh sistem yang berlaku,
tidak bisa bebas.
2. MLM bedampak negatif terhadap sektor riil. Jika manusia sudah tergila-
gila dengan MLM, maka kegiatan sektor riil bakal terganggu. Karena di
dalam MLM, uang berputar hanya pada lingkungan perusahaan tersebut
dan sudah pasti mengurangi produktivitas masyarakat dalam bekerja
(dalam makna sesungguhnya).
3. MLM membuat orang lain tidak mau berusaha memutar modal dalam
kegiatan bisnis sektor riil. Padahal sektor riil butuh modal yang cukup
besar. 
4. Uang nasabah yang berputar pada bisnis MLM tidak dijamin
keamanannya oleh pemerintah. Pada kemungkinan terburuk (likuidasi),
uang milik nasabah MLM tidak dapat dikembalikan alias hangus.
BAB III

PENUTUTP

A. Kesimpulan

Usaha konvensional adalah suatu jenis usaha dibidang jasa atau produksi barang yang

dilakukan dengan media promosi konvensional. Media promosi konvensional dapat

berupa spanduk, majalah, iklan koran, brosur, sales dari pintu ke pintu, televisi dan

radio. Sedangkan usaha online adalah suatu usaha yang media promosinya sudah

berbasis internet. Media promosi online contohnya Facebook, Twitter, Instagram atau

sosial media lainnya.

Multi Level Marketing adalah pemasaran yang banyak dan berjenjang

B. Saran

Pada penyusunan makalah ini masih banyak ditemukan hambatan baik dari

segi isi, maupun literatur, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik

yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

 Clothier, P.J. 1994. Meraup Uang dengan MLM: Pedoman Praktis Menuju
Network Selling yang Sukses. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
 Harefa, Andreas. 2000. Multi Level Marketing. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
 Muslich, Ahmad Wardi. 2015. Fiqh Muamalat. Jakarta: Amzah. 
 Setiawan, Andi. 2017. Multi Level Marketing (MLM) Dalam Perspektif Hukum
Ekonomi Syariah. Lampung: IAIN Metro.
 Yusuf, Tarmizi. 2000. Strategi MLM Secara Cerdas dan Halal. Jakarta: Alex
Media Komputindo

Anda mungkin juga menyukai