BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Yogyakarta terkenal sebagai kota pariwisata yang sejak dulu menghadirkan banyak
tempat wisata andalan. Mulai dari wsata alam, wisata religi maupun wisata kuliner tersaji di
Yogakarta. Sala satu wisata andalan yang ada di Yogyakarta adalah daerah pedestria di Jalan
Malioboro.
Jalan Malioboro merupakan jalan satu arah yang menghubungkan area Stasiun Tugu
menuju perempatan titik nol yang juga menghubungkannya ke alun-alun utara Yogyakarta.
Di sekitar jalan dari ujung jalan di sebelah utara sampai mendekati area Istana Negara dan
Benteng Vredeburg.
Terdapat Kantor Gubernur atau biasa disebut Kepatihan tempat Sri Sultan
Hamengkubuwono X bersama jajarannya melaksanakan tugasnya. Tidak hanya gedung
negara saja, Malioboro juga menyedika pusat perbelanjaan yang modern dan mewah, hotel-
hotel terstadarisasi, pasar tradisional. dan banyak pedagang baik pedagang kaki lima maupun
pedagang asongan yang menjajakan dagangannya berlalu lalang di jalan Malioboro.
Oleh karena itu, pemerintah selalu berusaha menata jalan Malioboro agar selalu terjaga
kebersihan dan kerapiannya. Tak tanggung-tanggung, pemerintah kota telah
menggelontorkan sejumlah uang utuk merevitalisasi Jalan Malioboro sebagai Area Pedestrian
di mana trotoar tempat pejalan kaki melangkah di desain baru ke tema modern dan menjadi
gaya baru untuk kalangan muda mengekpresikan kesenangan mereka lewat jepretan foto.
Tak puas dengan kemajuan malioboro yang kembali “naik daun”. Pemerintah kota
ternyata masih memliki satu proyek lanjutan lagi yaitu menjadikan Jalan Malioboro dan
sekitarnya sebagai Pedestrian Area “Terbesar” dan “Terluas” di Yogyakarta. Pedestrian ini
akan berada di sepanjang Jalan Malioboro. Dari ujung utara sampai ujung selatan. Dari Jalan
Pasar Kembang yang berdekatan dengan Stasiun Tugu. Dan dari Jalan Abu bakar Ali yang
terletak di utara Hotel Inna Garuda.
Pembangunan itu membuat 4 ruas jalan akan ditutup secara permanen, yaitu Jalan Pasar
Kembang bagian timur Jalan Abu bakar Ali bagian barat, Jalan Ahmad Yani, dan tentunya
Jalan Malioboro sendiri. Jalan-jalan itu akan dijadikan “trotoar permanen” dengan menutup
aspal menjadi beton trotoar. Menghubungkan trotoar sisi kiri dan trotoar sisi kanan, satu padu
menjadi trotoar raksasa dengan lebar mencapai 4 kali lipat dari sekarang.
Perempatan Titik Nol akan berganti nama menjadi “pertigaan”, karena Jalan Ahmad
Yani, sebagai cabang bagian utara akan di tutup secara permanen. Begitupun di bagian
utaranya juga akan tertutup dan membuat kendaraan-kendaraan tak akan bisa lagi melewati
Jalan Malioboro meskipun sekedar memandang dari kaca mobil. Trans Jogja pun tidak dapat
kembali melintas di Jalan Malioboro dan Ahmad Yani.
Sudah tentu “trotoar raksasa” Malioboro ini aka menarik perhatian lagi para pelancong
dengan sebutan “Kawasan Pedestrian Terbesar” di Yogyakarta, atau bahkan se-Indonesia,
membuat para wisatawan akan penasaran dengan bentuk rupanya. Semakin banyak fasilitas
umum, hiasan jalan, dan penerangan yang memadai. Selain itu, Para Pedestrian akan semakin
nyaman dan aman untuk melangkah kakinya di Jalan Malioboro ini.
Namun tentu, proyek megaraksasa ini akan kembali menghadirkan suatu masalah baru
yang perlu diselesikan yaitu kemacetan. Akibat ditutupnya Jalan Malioboro membuat jalur
kendaraan akan dialihkan ke jalan-jalan sekitarnya. Yang akan menambah jumlah rasio
kendaraan yang tentunya berdampak pada kemacetan yang mungkin bisa lebih parah lagi
apabila tidak segera dituntaskan.
Untuk itu peneliti mengembangan solusi yang ditawarkan pemeritah dalam menangani
kemacetan dengan berbagai kajian. Untuk menjaga agar proyek ini tetap dalam
direalisasikan, tanpa menimbulkan masalah baru, untuk Kota Yogyakarta yang semakin baik.
Bahkan memanfaatkan Kawasan Pedestrian Malioboro ini sebagai ladang mencari nafkah dan
mencari lapangan pekerjaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dampak pengembangan Kawasan Pedestrian Malioboro dalam
menarik minat wisatawan?
2. Bagaimana dampak pengembangan Kawasan Pedestrian Malioboro terhadap
kemacetan?
3. Bagaimana pembentukan Kawasan Pedestrian Malioboro yang ramah
pedestrian dan pengguna kendaraan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dampak pengembangan Kawasan Pedestrian Malioboro
dalam menarik minat wisatawan.
2. Untuk mengetahui dampak pengembangan Kawasan Pedestrian Malioboro
terhadap kemacetan.
3. Untuk pembentukan Kawasan Pedestrian Malioboro yang ramah pedestrian dan
pengguna kendaraan.
D. Manfaat Penelitian
Untuk Masyarakat:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
B. Kerangka Berpikir
Menimbulkan
Kemacetan
Masyarakat
apabila tidak
mencari jalan
segera
lain sebagai
Penghilangan diperbaiki
pengganti jalan
salah satu ruas
Malioboro,
jalan penting di
termasuk jalan-
Alih fungsi Kota Yogyakarta
jalan di sekitar
Jalan raya jalan Malioboro
menjadi
trotoar
Adanya pejalan kaki
Proyek
Kawasan
Pedestrian
Malioboro
C. Jalan Malioboro
Malioboro merupakan kawasan perbelanjaan yang legendaris yang menjadi salah
satu kebanggaan kota Yogyakarta. Penamaan Malioboro berasal dari nama
seorang anggota kolonial Inggris yang dahulu pernah menduduki Jogja pada tahun
1811 – 1816 M yang bernama Marlborough.
Kolonial Hindia Belanda membangun Malioboro di pusat kota Yogyakarta pada
abad ke-19 sebagai pusat aktivitas pemerintahan dan perekonomian. Secara
simbolis juga bermaksud untuk menandingi kekuasaan Keraton atas kemegahan
Istananya yang mendominasi kawasan tersebut.
Proyek tahap 2 pun ditargetkan selesai akhir tahun 2018 ini. Saat ini, di sisi
Jalan Malioboro bagian barat, telah mulai di benahi. Dengan desain yang sama
dengan sisi timur yang telah jadi. Sisi barat pun akan lebih cantik lagi dan
tentunya lebih bersih.
Proyek ketiga inilah yang akan mengeluarkan anggaran lebih banyak. Dimana
seluruh jalan Malioboro, seluruh jalan Ahmad Yani, sebagian jalan Pasar
Kembang, dan sebagian jalan Abu Bakar Ali, akan di tutup permanen, dan
digantikan dengan area pejalan kaki dengan segala fasilitas dan juga
kebersihannya.
Dengan segala kesiapannya, masyarakat harus sangat ikut andil mendukung dan
memanfaatkan proyek sedang berlangsung ini. Salah satunya adalah menjaga kebersihan dan
kerapian area Malioboro. Tidak mencorat-coret Hiasan yang di pasang. Tidak merusak, tidak
mencuri, mencungkil, dan tidak mengambil benda-benda yang telah dipasang pihak tata kota.
Dan yang paling penting, selalu membuang sampah di tempat sampah yang telah di sediakan.
Untuk para pedagang, pemerintah telah menjanjikan memberikan lahan berdagang yang
terdiri dari tiga bagian:
Untuk para pedagang kaki lima yang membutuhkan ruang untuk mendirikan tenda,
telah disediakan tempatnya sendiri.Bahakan akan disediakan sebuah tempat khusus
semacam bar dua lantai agar lebih meminimalisir tempat, namun dapat menampung
pelanggan yang banyak. Dengan konsekuensi menjaga kebersihan tempatnya dan
menetapkan harga dagangnya dengan wajar.
Untuk para pedagang baju, aksesoris, atau yang semacam itu, telah disediakan stand
permanen yang berada di sisi barat. Stand tersebut akan di desain secara modern
namun tetap menghadirkan gaya budaya Jogja. Dengan bentuk memanjang dari ujung
utara malioboro sampai mendekati Istana Negara. Dan tentunya, nyaman serta sejuk
dan terhindar dari sinar matahari terik.
Untuk para pedagang yang berada di depan pasar Beringharjo sampai Monumen SO 1
Maret, telah disediakan stand semi-permanen yang ditata secara bentuk square-block
yang memiliki ukuran sama dan terhindar dari sinar matahari.
Sementara untuk para armada transportasi umum, telah dibuat skema seperti berikut:
Delman akan memperoleh ruang istimewa yaitu di sepanjang Jalan Senopati sampai
KH Ahmad Dahlan. Area itu sangat potensial dengan banyaknya wisatawan yang
turun dari bis pariwisata.
Becak juga akan memperoleh ruang khusus yaitu di sepanjang Jalan Senopati sampai
KH Ahmad Dahlan, namun berada di sisi jalan yang berbeda.
Untuk Taksi dan sejenisnya, di persilahkan untuk mencari tempat selain tempat yang
disebutkan di atas.
Halte Transjogja akan dipindah ke sepanjang sis jalan yang merupakan bagian
bundaran raksasa Malioboro.
Untuk Bentor tidak diperbolehkan untuk beroperasi dan rencananya akan ilegal di
seluruh Kota Yogyakarta menyusul peraturan baru.
Tentunya sebuah proyek pasti akan ada kelebihan dan kekurangannya. Dan semua itu
tergantung dari kita sendiri, mau mendapatkan kelebihan atau kekurangannya. Yang
pasti adalah tetap mengikuti prosedur dan skema atau mekanisme yang telah di atur
secara rapi oleh pemerintah.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Adalah jenis penelitian dengan menggunakan cara kualitatif, karena menggunakan
penampakan secara nyata tanpa memerlukan perhitungan.
B. Metode Penelitian
Menggunakan Metode Dokumentasi
C. Cara Kerja
Melihat informasi dari internet maupun surat kabar terbaru untuk mencari inforasi
terkini dari masalah yang ingin diteliti.
D. Daftar Pustaka
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/tataloka/article/view/294
http://eprints.ums.ac.id/23956/
http://eprints.uny.ac.id/21650/
http://eprints.uny.ac.id/18038/
https://journal.ugm.ac.id/jmh/article/view/16244
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/01/22/p2yjuj291-penataan-
malioboro-sisi-barat-segera-disosialisasikan
http://id.beritasatu.com/home/penataan-pedestrian-malioboro/171124
http://www.jogjaprov.go.id/berita/detail/pencanangan-kawasan-pedestrian-malioboro-
tahap-ii-underground-toilet
http://beritadaerah.co.id/2016/12/26/wisatawan-mancanegara-menikmati-pedestrian-
malioboro-yogyakarta/
http://jogja.mblusuk.com/887-Malioboro-Jadi-Bersih-dan-Lenggang-pas-Selasa-
Wage.html