SKRIPSI
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa, karna atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan sktipsi ini dengan judul “URGENSI
skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ilmu Hukum. Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan berbagai
belah pihak, maka penulisan skripsi ini tidak akan selesai dengan sebagaimana
mestinya, oleh karna itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
3. Ibu Marnia Rani, S.H.,M.H., Selaku Kepala Program Studi Ilmu Hukum
Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu politik yang telah memberikan pengarahan
i
6. Seluruh dosen-dosen dan para staf Program Studi Ilmu Hukum yang
7. Kedua orang tua saya yang selalu membantu, mendorong, dan memberikan
ii
URGENSI GELAR PERKARA TERHADAP KASUS
NO.182/Pid.Sus/2019/PN Tpg YANG DIPUTUS BERSALAH DI
PENGADILAN NEGERI
Oleh :
Yayan Eddi Saputra
NIM. 140574201009
Abstrak
Pasal 9 Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2019 Tentang Penyidikan Tindak Pidana dijelaskan bahwa hasil penyelidikan yang
telah dilaporkan oleh tim penyelidik, wajib dilaksanakan gelar perkara untuk
menentukan suatu peristiwa tindak pidana tersebut. Pasal 66 ayat (2) Perkapolri
12/2009 tentang Pengawasan dan Pengendalian Penanganan Perkara Pidana di
Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia, untuk menentukan
memperoleh bukti permulaan ditentukan melalui gelar perkara. Meskipun tidak
secara jelas diatur dalam KUHAP, namun terkait gelar perkara dapat diketahui
melalui Pasal 7 ayat (1) huruf j KUHAP, dimana salah satu wewenang penyidik
adalah mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. Gelar
perkara adalah bagian dari proses dan sistem peradilan pidana terpadu (integrated
criminal justice system). Secara formal, gelar perkara dilakukan oleh penyidik
dengan menghadirkan pihak pelapor dan terlapor. Gelar perkara merupakan salah
satu rangkaian kegiatan dari penyelidikan. Gelar perkara juga diatur lebih jelas
dalam Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan
Tindak Pidana, yang dalam pasal 15 menentukan bahwa gelar perkara merupakan
salah satu rangkaian kegiatan dari penyidikan. Kasus dengan nomor putusan
NO.182/Pid.Sus/2019/PN Tpg merupakan sebuah kasus yang diputus bersalah di
Pengadilan Negeri, namun diputus bebas di Pengadilan Tinggi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya gelar perkara di Pengadilan Negeri. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa telah dilakukan gelar perkara pada tahap
penyelidikan di Pengadilan Negeri, namun pada penyelenggaraan gelar perkara
tersebut terdapat kekurangan-kekurangan yang menyertai penyelenggaraan gelar
perkara tersebut.
iii
THE URGENCE OF THE DEGREE OF CASE ON CASE NO.
182/Pid.Sus/2019/PN Tpg WHO WAS GUARANTEED GUARANTEED IN
STATE COURT
By:
Yayan Eddi Saputra
NIM. 140574201009
Abstract
Article 9 of the Regulation of the State Police of the Republic of Indonesia
Number 6 of 2019 concerning Criminal Investigations explains that the results of
the investigation that have been reported by the investigative team must be carried
out with a case title to determine an event of the crime. Article 66 paragraph (2)
Perkapolri 12/2009 concerning Supervision and Control of Criminal Case
Handling within the State Police of the Republic of Indonesia, to determine
obtaining preliminary evidence is determined through a case title. Although it is
not clearly regulated in the Criminal Procedure Code, but regarding the title of the
case it can be known through Article 7 paragraph (1) letter j of the Criminal
Procedure Code, where one of the investigators' powers is to take other actions
according to the law that is responsible. The case title is part of the integrated
criminal justice system and process. Formally, the case is carried out by
investigators by presenting the reporting party and the reported party. The case
title is one of the series of activities of the investigation. The title of the case is also
regulated more clearly in the Regulation of the National Police Chief Number 14
of 2012 concerning Management of Criminal Investigations, which in article 15
stipulates that the title of the case is one of the series of activities of the
investigation. The case with decision number NO.182/Pid.Sus/2019/PN Tpg is a
case that was found guilty in the District Court, but was acquitted in the High Court.
This study aims to determine whether there is a case title in the District Court. The
results of the study indicate that a case title has been carried out at the investigation
stage in the District Court, but in the implementation of the case title there are
deficiencies that accompany the implementation of the case title.
iv
DAFTAR ISI
v
3.5. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 41
3.6. Teknik Analisa Data ............................................................................... 41
3.7. Jadwal Penelitian .................................................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 43
4.1 Deskripsi Objek dan Lokasi Penelitian .................................................. 43
4.2 Hasil Penelitian....................................................................................... 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 66
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 66
5.2. Saran ....................................................................................................... 66
DAFTAR REFERENSI ........................................................................................ 68
LAMPIRAN .......................................................................................................... 72
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR BAGAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1945 paham Negara hukum tercantum dalam ketentuan Pasal 1 Ayat (3) berkaitan
erat dengan paham Negara kesejahteraan (welfare state) atau paham Negara hukum
materiil sesuai dengan bunyi alenia keempat Pembukaan dan Ketentuan Pasal 34
UUD 1945. Pelaksanaan paham Negara hukum materiil akan mendukung dan
penerapan ketentuan hukum pidana materiil yang mempunyai tujuan penting yaitu
mencari dan memperoleh kebenaran materiil. Seperti halnya tujuan pokok hukum
keseimbangan
1
Ridlwan Zulkarnain, “Negara Hukum Indonesia Kebalikan Nachtwachterstaat”. Fiat Justitia
Jurnal Ilmu Hukum Vol. 5, 2012
1
2
penyidikan untuk mencari jawaban atas pertanyaan, apakah benar telah terjadi
bukti yang diperlukan yang terukur dan terkait dengan kepentingan hukum atau
peraturan hukum pidana, yang itu tentang hakikat peristiwa pidana. Apabila
pengumpulan alat bukti-alat bukti dalam peristiwa pidana itu telah memenuhi
kepada hukum formil atau hukum acara, hukum acara yang diatur dalam KUHAP
terdapat dalam Pasal 75; Pasal 102; Pasal 103; Pasal 104; Pasal 105; Pasal 106;
Pasal 107; Pasal 108 ayat 4, 5, 6; Pasal 109; dan Pasal 110 ayat 1, selain di dalam
KUHP, hukum acara juga diatur di luar KUHAP, yaitu Peraturan Kepala
Nomor 6 Tahun 2019 Tentang Penyidikan Tindak Pidana, termasuk juga hakikat
dari kepentingan hukum itu sendiri, karena hukum dalam perkara ini sangat
2
Amrullah, “Urgensi Saksi Mahkota dalam Persidangan Pidana di Indonesia”,Jurnal Ilmiah
Peuradeun (Media Kajian Ilmiah Sosial Politik, Hukum, Agama dan Budaya , Vol. II, 2014
3
Hartono, Penyidikan dan Penegakan Hukum Pidana Melalui Pendekatan Hukum Progresif,
Sinar Grafika, Jakarta, 2012 hal.1
3
menentukan arah identifikasi peristiwa tentang ada dan tidak adanya peristiwa
tahap, yaitu menentukan ada atau tidaknya peristiwa pidana dan menentukan siapa
orang yang bisa ditetapkan menjadi tersangka dalam suatu perkara pidana agar tidak
dijelaskan bahwa hasil penyelidikan yang telah dilaporkan oleh tim penyelidik,
wajib dilaksanakan gelar perkara untuk menentukan suatu peristiwa tindak pidana
tersebut.
Hasil gelar perkara akan berdampak pada putusan hakim yang akan
sebagai tindak pidana dan dilanjutkan ke tahap penyidikan. Pada Pasal 25 Peraturan
perkara , kecuali tertangkap tangan. Gelar perkara itu sendiri yaitu merupakan
upaya berupa kegiatan penggelaran proses perkara yang dilakukan oleh penyidik
dalam rangka menangani tindak pidana tertentu sebelum diajukan kepada Penuntut
Umum5. Fungsi gelar perkara dalam penyelidikan tindak pidana merupakan salah
objektif dan jelas akan status hukum dan aspek hukum suatu permasalahan bagi
4
Ibid., hal. 3
5
Gelar Perkara pada Tindak Pidana Ringan (http://www.gresnews.com, diakses pada 26
Oktober 2020)
4
penyidik pada suatu kasus yang menurut penilaian penyidik tidak jelas6. Jika tidak
dilakukannya gelar perkara dalam suatu kasus yang tidak jelas, maka putusan
terkait kasus tersebut dapat dikatakan belum memenuhi syarat untuk dijadikan
Salah satu kasus yang terjadi di Kota Tanjungpinang yang mana tidak
dilakukannya gelar perkara yaitu kasus money politik yang dilakukan oleh
Apriyandy, S.IP. Money politik yang dilakukan oleh terdakwa dengan modus
membagikan uang kepada saksi terdakwa, padahal uang tersebut digunakan untuk
dibagikan kepada warga di Perumahan Bukit Raya Blok Malino, Kelurahan Pinang
Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 523 ayat (1) Jo Pasal
280 ayat (1) huruf J Undang-Undang Nomor : 7 tahun 2017 Tentang Pemilihan
b. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara
selama 5 (lima) bulan dengan ketentuan pidana tersebut tidak usah dijalankan
denda tersebut tidak dibayar maka diganti dengan pidana kurungan selama 1
(satu) bulan;
c. Menetapkan barang bukti berupa: Uang tunai Rp.600.000,00 (enam ratus ribu
rupiah); 1 (satu) Unit handphone merk OPPO Tipe CPH1729; 1 (satu) Unit
handphone merk Lenovo Hitam; 1 ( satu) Unit hanphone merk Samsung warna
hitam; Screenshot Chat Whatsapp antara sdri. ENI dan sdri. DEWI terkait
SH.MH,Dkk;
berikut:
dakwaan (vrijspraak) ;
6
semula;
d. Menetapkan barang bukti berupa Uang tunai Rp.600.000,00 (enam ratus ribu
rupiah); 1 (satu) Unit handphone merk OPPO Tipe CPH1729; 1 (satu) Unit
handphone merk Lenovo Hitam; 1 ( satu) Unit hanphone merk Samsung warna
hitam; Screenshot Chat Whatsapp antara sdri. ENI dan sdri. DEWI terkait
perkara lain;
Kasus tersebut diatas memiliki putusan yang berbeda antara Pengadilan Negeri
Pekanbaru mengabulkan uji banding dari terdakwa. Uji banding terdakwa dpat
dikabukan dengan alsan tidak adanya alat bukti yang secara sah mengarah kepada
tindak pidana yang dilakuakn oleh terdakwa, disinilah terlihat bahwa tidak adanya
gelar pekara yang dilakukan. Kasus ini menjadi sebuah kasus yang menarik untuk
tidak berslah dengan alsan kuat bahwa tidak adanya bukti yang menunjukkan
mengapa hal tersebut dapat terjadi. Putusan pengadilan tidak terlepas dari tahap
dilakukan oleh Kepolisisan adalah gelar perkara. Dalam gelar perkara diperlukan
asas - asas yakni salah satunya adalah asas sederhana, cepat dan biaya ringan.
Asas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan telah diatur dalam Undang-
Nomor 14 Tahun 1970 yang dalam Pasal 4 ayat (2) menyatakan, bahwa peradilan
membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan
untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan. 6
6
Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
8
penelitian lebih lanjut dalam rangka penulisan hukum (skripsi) dengan judul :
182/Pid.Sus/2019/PN Tpg ?
182/Pid.Sus/2019/PN Tpg?
182/Pid.Sus/2019/PN Tpg ?
perkuliahan di Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian hukum yang meneliti pada objek gelar perkara sudah beberapa kali
dilakukan sebagai bahan kajian. Penelitian dengan objek gelar perkara cukup
1. Penelitian yang dilakukan oleh Agustina Wahyu Mahalani (2016) dengan judul
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pentingnya proses gelar perkara
perkara yang dilakukan oleh penyidik dalam mengungkap perkara pidana serta
gelar perkara. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis empiris dengan
jenis penelitian deskriptif. Sumber data terdiri dari data primer yaitu hasil
wawancara dan data sekunder yaitu data hukum primer, sekunder dan tersier.
10
11
Proses gelar perkara oleh penyidik dimulai dari laporan masuk, rancangan gelar
perkara, pelaksanaan gelar perkara dan tahap akhir gelar perkara yang
penegak hukum hingga menemukan bukti baru yang akan menghambat jalannya
perkara pidana. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian ini
adalah fokus pada penelitian dimana pada penelitian yang akan dilakukan berfokus
Usfunan (2018) dengan judul “Tinjauan Yuridis Terhadap Gelar Perkara Dalam
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui apa yang dijadikan dasar
gelar perkara dalam proses penyidikan sebagai upaya mengungkap tindak pidana
ini adalah dasar hukum pelaksanaan gelar perkara dalam proses peradilan pidana
di Indonesia dapat kita lihat dalam beberapa aturan, diantaranya Pasal 7 ayat (1)
huruf j KUHAP, Pasal 66 ayat (2) Perkapolri 12/2009 tentang Pengawasan dan
sebagai upaya mengungkap tindak pidana di Indonesia terdiri dari 3 (tiga) tahap,
yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap kelanjutan hasil gelar
perkara. Pada penelitian ini berfokus pada tinjaun yuridis dari gelar perkara,
sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti berfokus pada
implikasi dari tinjauan yuridis tersebut dalam gelar perkara tindak pidana.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Andi Afrianty (2013) yang berjudul “Implikasi
Asas Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan dalam Hubungannya dengan Gugatan
selain itu juga bertujuan untuk mengetahui keterkaitan antara pelaksanaan asas
sederhana, cepat dan biaya ringan oleh hakim dengan kultur hukum
putusan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
sedangkan pada penelitian yang akan dilakuakan implikasi asas tersebut pada
Difinisi hukum acara pidana tidak hanya satu dijumpai di kalangan para sarjana
, namun pada intinya mengandung makna dan tujuan yang sama . Seperti oleh Prof.
hukuman pidana, jadi jika ternyata ada hak badan pemerintah yang bersangkutan
untuk menuntut seorang guna mendapat hukuman pidana, timbul soal cara
bagaimana hak menuntut itu dapat dilaksanakan, cara bagaimana akan didapat suatu
putusan Pengadilan, cara bagaimana dan oleh siapa suatu putusan Pengadilan yang
menjatuhkan suatu hukuman pidana, harus dijalankan. Hal ini semua harus diatur
mencari kebenaran dan keadilan bila terjadi perkosaan atas suatu ketentuan hukum
dalam hukum materiil, berarti memberikan kepada hukum acara ini , suatu
Pidana dapat dibedakan menjadihukum pidana material dan hukum pidana formal.
Hukum pidana formal menurut R. Soesilo dikatakan bahwa hukum pidana formal
7
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Pidana di Indonesia, Sumur Bandung, Jakarta, 1967. hal. 15
8
S. M. Amin, Hukum Acara Pengadilan Negeri, Sinar Grafika, jakarta 2008, hal. 15
14
tentang :
b. Setelah ternyata bahwa ada suatu tindak pidana yang dilakukan, siapa dan cara
disangka bersalah terhadap tindak pidana itu, cara menangkap, menahan, dan
e. Oleh siapa dan dengan cara bagaimana putusan penjatuhan pidana itu sendiri
dilakukan dan atau dengan singkat dapat dikatakan yang mengatur tentang cara
sehingga memperoleh keputusan hakim dan cara bagaimana isi keputusan itu
harus dilaksanakan9.
Hukum pidana formal itu dinamakan hukum acara pidana, menurut Moeljatno,
berdasarkan atas definisi-definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa Hukum Acara
Pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu Negara, yang
9 R Soesilo, Hukum Acara Pidana, Prosedur Penyelesaian Perkara Pidana Menurut KUHAP Bagi
memberi dasar-dasar dan aturan-aturan yang menentukan dengan cara dan prosedur
macam apa, ancaman pidana yang ada pada sesuatu perbuatan pidana dapat
dilaksanakan apabila ada sangkaan bahwa orang telah melakukan delik tersebut.
Ilmu hukum acara pidana mempelajari serangkaian peraturan yang diciptakan oeh
dilaksanakan.
dengan bukti itu membuat terang tentang perbuatan pidana yang terjadi, guna
memberitahukan hal itu kepada Penuntut Umum (Pasal 109 ayat (1) KUHAP).
BAP saksi, Resume BAP Tersangka, Berita acara penangkapan, Berita acara
penyidikan berupa laporan polisi dan surat perintah penyidikan, waktu dimulainya
penyidikan, jenis perkara, pasal yang dipersangkakan dan uraian singkat tindak
pidana, identitas tersangka jika sudah diketahui, dana identitas pejabat yang
mengeluarkan SPDP. Adapun tujuan dari SPDP adalah bagian dari pengawasan
antara lembaga dalam sistem peradilan pidana dalam hal ini adalah bentuk
koordinasi dan pengawasan antara penyidik kepada penuntut umum yang nantinya
2. Upaya Paksa
Upaya paksa adalah segala bentuk tindakan yang dapat dipaksakan oleh aparat
penegak hukum terhadap kebebasan bergerak seseorang atua untuk memiliki dan
upaya paksa yang dapat dilakukan oleh penyidik dalam proses penyidikan, sebagai
berikut :
a. Pemanggilan
berakibat hukum dan menimbulkan implikasi yang dapat dilihat dari status
tenggang waktu yang wajar antara diterimanya panggilan dan hari seorang
datang kepada penyidik dan jika ia tidak datang, penyidik memanggil sekali
b. Penangkapan
peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang
permulaan yang cukup adalah berupa laporan polisi ditambah dengan satu
alat bukti yang sah, yang digunakan untuk menduga bahwa seseorang telah
penangkapan
c. Penahanan
ditempat tertentu oleh penyidik, atau penuntut umum atau hakim dengan
penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-
seseorang yang diduga melakukan tindak pidana, oleh karena itu penahanan
adalah selama 400 hari, dan apabila jangka waktu pada tiap-tiap tahapan
d. Penggeledahan
rumah tempat tinggal dan tempat tertutup lainnya untuk melakukan tindakan
pemeriksaan dan atau penyitaan dan atau penangkapan dalam hal dan
pemeriksaan badan dan atau pakaian tersangka untuk mencari benda yang
diduga keras ada pada badannya atau dibawa serta untuk disita.
20
e. Penyitaan
f. Pemeriksaan Surat
dan menyita surat yang dikirim melalui kantor pos dan telekomunikasi,
yang sedang diperiksa, dengan izin khusus yang diberikan untuk itu dari
meminta kepada kepala kantor pos dan telekomunikasi, kepala jawatan atau
21
kepadanya surat yang dimaksud, dan untuk itu harus diberikan surat tanda
ketentuan yang diatur dalam ayat tersebut. Lebih lanjut dalam Pasal 48
KUHAP mengatur bahwa jika dalam surat yang telah dibuka dan diperiksa
dilampirkan pada berkas perkara, apabila tidak maka surat tersebut ditutup
tanggal, tanda tangan penyidik serta cap yang berbunyi bahwa surat tersebut
telah dibuka oleh penyidik, di mana penyidik wajib merahasiakan isi surat
tersebut.
3. Pemeriksaan
kepada ahli jika dibutuhkan berkaitan dengan dugaan terjadinya tindak pidana.
pemeriksaan, kecuali kepada tersangka yang sudah ditahan tidak perlu dilakukan
pemanggilan.
bukti antara lain dengan melakukan pemeriksaan terhadap saksi, ahli, dan
acara kemudian disusun dan dihimpun menjadi berkas perkara hasil penyidikan
Penyerahan berkas perkara dari penyidik ke penuntut umum diatur dalam Pasal
dua tahap, yaitu tahap pertama penyidik hanya menyerahkan berkas perkara, dan
tahap kedua dalam hal penyidikan sudah dianggap selesai, penyidik menyerahkan
berkas perkara beserta tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti kepada
penuntut umum.
patut diduga sebagai pelaku tindak pidana. Selanjutnya dalam Pasal 66 ayat (2)
tidak secara jelas diatur dalam KUHAP, namun terkaitgelar perkara ini dapat kita
ketahui melalui Pasal 7 ayat (1) huruf j KUHAP, dimana salah satu wewenang
jawab. Gelar perkara adalah bagian dari proses dan sistem peradilan pidana terpadu
(integrated criminal justice system). Secara formal, gelar perkara dilakukan oleh
23
merupakan salah satu rangkaian kegiatan dari penyelidikan. Gelar perkara juga
diatur lebih jelas dalam Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2012 tentang
dilaksanakan dengan cara gelar perkara biasa dan gelar perkara khusus. Gelar
perkara biasa dilaksanakan dengan tahap awal, pertengahan, dan akhir proses
penyidikan10. Gelar perkara biasa pada tahap awal penyidikan bertujuan untuk :
penyelesaian penyidikan;
10
Perkapolri Nomor 14 Tahun 2012
24
e. Memastikan kesesuaian antara saksi, tersangka, dan barang bukti dengan pasal
yang dipesangkakan;
dan/atau
Sementara itu, selain gelar perkara biasa, juga ada gelar perkara khusus. Gelar
a. Merespon laporan/ pengaduan atau protes dari pihak yang berperkara atau
penasihat hukumnya setelah ada perintah dari atasan penyidik selaku penyidik;
baru ;
a. Persiapan
b. Pelaksanaan
dari masing-masing instansi yang berwenang berjalan dalam satu kesatuan, yang
tidak memberikan peluang bekerja secara berbelit-belit, dan dari dalam berkas
tetap dapat selesai dalam waktu relatif singkat. Proses peradilan dengan biaya
bekerjanya aparat penegak hukum yang mengakibatkan beban biaya bagi pihak
yang berkepentingan atau masyarakat yang tidak sebanding, karena biaya yang
Proses perkara pidana yang cepat dan sederhana di Indonesia seyogyanya dapat
dijalankan tanpa jajaran paralel badan peradilan, melainkan dapat ditempuh dua
1. Membentuk sub bagian khusus perkara ringan disamping perkara biasa, dan
2. Fungsi lembaga supervisi tidak perlu dibentuk sendiri, tetapi dibebankan kepada
satiap pimpinan dari masing-masing dinas di tingkat daerah selaku satuan tugas,
dan pada tingkat pusat pelaksana yang terdiri atas pimpinan Kepolisian,
Kejaksaan Agung, Mahkamah Agung dan Badan Kehakiman lain yang ditunjuk.
11
Poernomo, Bambang. Orientasi Hukum Acara Pidana Indonesia. Yogyakarta. Amarta Buku,
2011. hal 65
27
Proses perkara pidana cepat, sederhana dan biaya yang ringan dapat diwujudkan
a. Kerjasama secara koordinatif dan tindakan yang sinkron diantara para petugas,
c. Proses verbal interogasi dan surat tuduhan disusun dengan singkat dan mudah
dimengerti, dan
Asas ini lazim disebut sebagai asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan
atau asas contente justitie serta asas peradilan yang bebas, jujur dan tidak memihak
atau asas fair trial. Pada dasarnya asas ini diatur dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-
undang nomor 14 tahun 1970 jis Undang-undang No. 35 Tahun 1999 , Undang-
undang Nomor 4 Tahun 2004 : Penjelasan Pasal 4 ayat (3) Undang-undang Nomor
4 Tahun 2004; Penjelasan Umum angka 3 huruf (e) KUHAP. Secara konkret
apabila dijabarkan, dengan dilakukan peradilan secara cepat, sederhana dan biaya
Penerapan asas ini dalam praktik peradilan dapat diberi nuansa bahwa peradilan
cepat dan sederhana tampak dengan adanya pembatasan waktu perkara baik perdata
12
Ibid., hal 66-67.
28
maupun pidana pada tingkat yudex facti (pengadilan negri dan pengadilan tinggi)
masing-masing selama 6 bulan dan jika waktu enam bulan belum diputus, Ketua
Pengadilan Negeri atau pengadilan tinggi harus melaporkan hal tersebut beserta
(Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1992 tanggal
dalam perkara pidana berorientasi pada pembebanan biaya perkara yang dijatuhi
pidana (Pasal 197 ayat (1) huruf (i) jo. Pasal 222 ayat (1) KUHAP). Yang
Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor SE-MA/17 Tahun 1983 dan
PW. 07.03 Tahun 1983 tanggal 10 Desember 1983 tentang Tambahan Pedoman
Pelaksanaan KUHAP ditentukan pedoman biaya perkara minimal Rp. 500,- dan
maksimal Rp. 10.000,- itu adalah Rp. 7500,- bagi pengadilan tingkat pertama dan
bukunya menjabarkan tentang sistem peradilan Prancis lebih cepat dari sistem
13
Lilik Mulyadi, Putusan Hakim Dalam Hukum Acara Pidana. Bandung. Citra Aditya Bakti,
2012, hal.10
29
14
Lintong O. Siahaan, Jalannya Peradilan Prancis Lebih Cepat dari Peradilan Kita. akarta .
Ghalia Indonesia. 2009, hal. 113-117
31
Politik uang berasal dari dua kata dalam bahasa Inggris yaitu money dan
politic, money yaitu uang dan politic yaitu politik dari kedua penertian tersebut daat
disimpulkan secara kebahasaan yaitu politik uang. Politik uang dapat diartikan
sebagai suap, arti suap dalam buku kaus besar Bahasa Indonesia adalah uang sogok.
Sedangkan Istilah money politic (politik uang) ialah menggunakan uang untuk
memengaruhi keputusan tertentu, dalam hal ini uang dijadikan alat untuk
memengaruhi orang lain dengan menggunakan imbalan materi atau dapat juga
diartikan jual beli suara pada proses politik dan kekuasaan dan tindakan membagi-
bagikan uang baik milik pribadi atau partai untuk mempengaruhi suara pemilih
(voters).
Menurut pakar hukum tata negara Yuzril Ihza Mahendra definisi money politic
sangat jelas, yakni mempengaruhi masa pemilu dengan imbalan materi. Sedangkan
pemilih agar memilih calon tertentu dengan imbalan materi (uang atau barang).
suara dari pesertaatau calon tertentu15. Namun demikian, money politic berbeda
dengan biaya politik dimana hal itu adalah sebuah keniscayaan karena biaya politik
15
Dedi Irawan, Jurnal tentang Ilmu Pemerintahan Vol. 3 No. 4
32
merupakan biaya pemenangan yang wajar dan dibenarkan oleh hukum. Selain itu
definisi dari Johny Lomulus, juga menyatakan bahwa money politic merupakan
kebijaksanaan dan atau tindakan memberikan sejumlah uang kepada pemilih atau
pimpinan partai politik agar masuk sebagai calon kepala daerah yang definitif dan
dari korupsi yang terjadi dalam proses-proses pemilu, yang meliputi pemilihan
pemilihan16.
adalah semua tindakan yang disengaja memberi atau menjanjikan uang atau materi
lainnya kepada seseorang supaya memilih calon tertentu pada saat pemilihan umum
ataupun tidak menjalankan haknya untuk tidak memilih. Politik uang umumnya
dilakukan untuk menarik simpati para pemilih dalam menentukan hak suaranya tiap
pemilihan umum.
16
Dedi Irawan, Jurnal tentang Ilmu Pemerintahan Vol. 3 No. 4
33
oleh pelakunya;
saja;
lain;
4) Kepada pemilih;
Money politic dalam Hukum Positif terdapat dalam Pasal 73 ayat 3 Undang-
Undang No. 3 Tahun 1999 yang berbunyi : “ Barang siapa pada waktu
pemberian atau janji menyuap seseorang, baik supaya orang itu menjalankan
haknya untuk memilih maupun supaya ia menjalankan haknya dengan cara tertentu,
dipidana dengan pidana hukuman penjara paling lama tiga tahun. Pidana itu
dikenakan juga kepada pemilih yang menerima suap berupa pemberian atau janji
berbuat sesuatu.” Praktek money politic dalam sejarah Indonesia diantaranya diatur
dalam UndangUndang No.10 Tahun 2001 dan Undang-Undang Anti Korupsi atau
suap adalah bagian dari tindak pidana korupsi. Dalam KUHP yaitu pasal 149 ayat
(1) dan (2) untuk menjerat pelaku politik uang. Ayat (1) berbunyi “Barang siapa
atau menjanjikan sesuatu menyuap seorang supaya tidak memakai hak pilihnya atau
supaya memakai hak itu menurut cara tertentu diancam dengan pidana paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling besar empat ribu lima ratus rupiah”.
Sedangkan ayat (2) berbunyi “Pidana yang sama diterapkan kepada pemilih yang
Gelar perkara/ Aan Wijzing adalah penjelasan para pihak dalam kegiatan
pergelaran proses penyidikan suatu perkara yang dilakukan oleh penyidik dalam
rangka menangani suatu perkara secara tuntas sebelum diajukan ke jaksa penuntut
umum. Gelar perkara sangat penting dalam proses penyelidikan dan penyidikan
penyidik17. Gelar perkara diatur dalam beberapa undang undang dan peraturan
Pasal 7 ayat (1) UU No. 8 Tahun 1981 huruf j tentang Hukum Acara Pidana
17
M. Yahya Harahap. 2017. Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP; Penyidikan
dan Penuntutan. Jakarta: Sinar Grafika.
35
Pasal 9 ayat (3) Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor
“Dalam hal atasan Penyidikm enerima keberatan dari pelapor atas penghentian
penyelidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b,dilakukan gelar perkara
untuk menentukan kegiatan penyelidikan dapat atau tidaknya ditingkatkan ke tahap
penyidikan”
“Peradilan cepat didalam KUHAP cukup banyak yang diwujudkan dengan istilah
“segera” itu. Asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan yang dianut dalam
KUHAP sebenarnya merupakan penjabaran Undang-Undang Kekuasaan
Kehakiman. Peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan sebenarnya harus
diterapkan dalam peradilan terutama untuk menghindari penahanan yang lama
sebelum adanya keputusan Hakim karena menyangkut hak-hak asasi manusia.”
“Peradilan Cepat, Sederhana dan biaya Ringan tidak hanya ada di peradilan perdata
saja tapi juga ada di peradilan pidana. Pengadilan perdata baru bertindak kalau
sudah ada pengaduan, dari pihak yang menjadi korban. Orang itulah sendiri yang
harus mengurus perkaranya ke dan di muka pengadilan perdata. Sedangkan dalam
18
Gelar Perkara : Gelar Perkara pada Tindak Pidana Ringan. (2017, Maret 14).
36
hukum pidana yang bertindak dan yang mengurus perkara ke dan di muka
pengadilan pidana, bukanlah pihak korban sendiri melainkan alat-alat kekuasaan
negara seperti Polisi, Jaksa, dan Hakim.”
“Peradilan yang sederhana jangan sengaja dipersulit oleh Hakim kearah proses
pemeriksaan yang berbelit-belit sampai jalannya pemeriksaan “mundur terus”
dengan berbagai alasan yang tidak sah menurut hukum. Cepat dalam proses
peradilan artinya penyelesaian perkara memakan waktu tidak terlalu lama,
peradilan cepat ini bukan bertujuan untuk menyuruh Hakim memeriksa dan
memutuskan perkara misalnya dalam tempo satu jam atau setengah jam, yang
dicita-citakan ialah suatu proses pemeriksaan yang relatif tidak memakan jangka
waktu yang lama sampai bertahun-tahun sesuai dengan kederhanaan peradilan itu
sendiri”
“Biaya ringan berarti tidak dibutuhkan biaya lain kecuali benar-benar diperlukan
secara rill untuk penyelesaian perkara. Biaya harus ada tarif yang jelas dan
seringan-ringannya. Segala pembayaran di pengadilan harus jelas kegunaannnya
dan diberi tanda terima uang”
penelitian yang berangkat dari latar belakang dan kerangka teori. Alur pada
penelitian ini dimulai dari undang-undang dan peraturan pelaksana yang kemudian
diselarakan dengan asas pereadilan sederhana, cepat dan biaya murah sebagai
Kesimpulan
Dalam peradilan gelar perkara menjadi salah satu tahapan yang harus
sidang berulang. Padahal dalam konsep peradilan dapat digunakan asasa peradilan
yang meliputu asasa sederhana, cepat dan biaya murah. Perlu adanya indikasi untuk
melihata bagaimana urgensi gelar perkara pada tindak pidana yang diputus bebas
berdasarkan asas peradilan sederhana, cepat dan biaya murah. Indikator penelitian
METODE PENELITIAN
peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Non Judicial Case Study. Pendekatan Non
Judicial Case Study adalah pendekatan studi kasus hukum tanpa adanya konflik
sehingga tidak akan ada campur tangan pengadilan19. Sedangkan sifat penelitian
adalah deskritif yang bertujuan memberikan gambaran secara jelas tentang masalah
yang diteliti.
penelitian yang bersifat ilmiah. Pada penelitian ini adalah terkait dengan gelar
19
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Raja Grafindo, 1996, hal. 28
39
40
diangkat, manfaat lainnya dalah agar peneliti tidak terjebak ke luar pemetaan
penelitian yang hendak diteliti. Fokus pada penelitian ini adalah bagaimana
pelakasanaan gelar perkara yang efektif dan berdasar pada asas peradilan
Sumber data adalah subyek darimana data dapat di peroleh. Pada penelitian
a. Data Primer
Data primer adalah data yang penulis peroleh secara langsung melalui
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data hukum dalam penelitian yang diambil dari studi
kepustakaan yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan
bahan non hukum.20 Data sekunder diperoleh dengan studi dokumentasi dan
penelusuran literatur yang berkaitan dengan penegakan hukum pidana dan teori
yang mendukungnya.
20
Ibid. hal 141
40
41
informasi atau fakta-fakta lapangan dalam suatu penelitian. Adapun sumber data
berupa:
a. Wawancara/Interview
langsung daftar pertanyaan yang telah disusun oleh peneliti kepada responden.
b. Kajian Kepustakaan
meringkas berbagai kondisi, situasi dari berbagai data yang dikumpulkan berupa
hasil wawacara atau pengamatan mengenai masalah yang diteliti yang terjadi di
lapangan 21.
Adapun target jadwal penelitian yang akan dilaksankan oleh peneliti dapat
21
Ananda P, 2017, Trunojoyo Jurnal. Vol 35
41
42
42
BAB IV
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berupa penelitian tentang urgensi gelar
Pengadilan Negeri. Fokus pada penelitian ini adalah tentang gelar perkara pada
kasus tersebut yang dilakukan oleh tim penyidik Polres Tanjungpinang. Lokasi
pada penelitian ini ialah di Polres Tanjungpinang pada bagian Satreskrim yang
Tanjungpinang hingga saat ini di pimpin oleh Kapolres AKBP FERNANDHO, S.H,
S.I.K. Data pada penelitian ini diambil melalui teknik wawancara pada Satreskrim
Polres Tanjungpinang yang di pimpin oleh RIO REZA PARINDRA, S.H, S.I.K.
penyidikan untuk mencari jawaban atas pertanyaan, apakah benar telah terjadi
bukti yang diperlukan yang terukur dan terkait dengan kepentingan hukum atau
43
44
peraturan hukum pidana, yang itu tentang hakikat peristiwa pidana. Apabila
pengumpulan alat bukti-alat bukti dalam peristiwa pidana itu telah memenuhi
Proses penyelidikan dan penyidikan adalah hal yang sangat penting dalam
hukum acara pidana, sebab dalam pelaksanaannya sering kali harus menyinggung
diperlukan suatu cara khusus karena semakin lama kejadian tersebut, maka semakin
sukar bagi penyidik untuk menyatakan kebenaran atas keadaan-keadaan itu. Oleh
karena itu, penyidik tidak dapat memastikan bahwa suatu peristiwa hukum benar-
benar sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya, maka hukum acara pidana
Kehakiman, Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan
hukum acara pidana secara jujur dan tepat dengan tujuan untuk mencari siapakah
apakah terbukti bahwa suatu tindak telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa
Proses penegakan hukum yang dilakukan oleh polisi, jaksa dan hakim, bersama-
salah satu tahap dari penegakan hukum. Kepolisian Negara Republik Indonesia pun
organisasi dan sikap mental. sesuai dengan nawacita presiden jokowi yaitu revolusi
mental, Polri yang semula terkesan sebagai sok penguasa, harus menjadi penegak
kemampuanya baik dari segi fisik maupun kemampuan teknis penyidikanya melalui
menangani tindak pidana yang terjadi baik dilaporkan oleh masyarakat maupun
atau dituduhkan kepada tersangka kadang masih dianggap kabur dan kurang
penyidik dan penasehat hukum maupun penuntut umum, selain itu dalam rangka
dalam sistem penyidikan tindak pidana maka Kepolisian mengambil langkah yang
patut diduga sebagai pelaku tindak pidana. Selanjutnya dalam Pasal 66 ayat (2)
perkara.
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 butir 21 Perkap No.14 Tahun 2012 tentang
Manajemen Penyidikan Tindak Pidana adalah alat bukti berupa laporan Polisi dan
satu alat bukti yang sah, yang digunakan untuk menduga bahwa seseorang telah
47
melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup, dan penahanan terhadap
tersangka harus dilakukan setelah melalui gelar perkara, selain itu penghentian
penyidikan oleh penyidik polri sesuai Pasal 76 ayat 2 Perkap No 14 Tahun 2012
Pasal 1 butir (17) Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara
kegiatan penyampaian tentang proses atau hasil penyelidikan dan penyidikan oleh
penyidik kepada peserta gelar dalam bentuk diskusi kelompok untuk mendapatkan
pihak pelapor dan terlapor. Jika tidak menghadirkan pelapor dan terlapor maka
gelar perkara yang dilakukan menjadi cacat hukum. Tujuan gelar perkara adalah
unsur pasal yang dituduhkan, sebagai wadah komunikasi antar penegak hukum,
Agar panggilan untuk proses gelar perkara tersebut dapat dianggap sah dan
sempurna, maka harus dipenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dan harus
dihadiri langsung oleh pihak pelapor dan terlapor. Dengan kata lain tak boleh
diwakilkan kepada pihak lain. Adapun prosedur dan bentuk pemangggilan, yaitu:
surat panggilan dengan hari tanggal orang yang dipanggil tersebut menghadap.
Setelah dilakukan Penyelidikan jika sudah ada 2 (dua) alat bukti, maka akan di
1) Gelar Perkara Biasa adalah gelar perkara yang dilaksanakan penyidik dan
2) Gelar Perkara Khusus adalah gelar perkara yang dilaksanakan karena adanya
komplain dari pengadu baik pihak pelapor ataupun terlapor atau atas
22
Bangkut, N. S. (2019). Kajian Yuridis Gelar Perkara Oleh Kepolisian Negara Republik
Indonesia. Journal Lex Et Societatis, Volume VII No. 2 p 154- 160.
49
dilaksanakan dengan cara gelar perkara biasa dan gelar perkara khusus. Gelar
perkara biasa dilaksanakan dengan tahap awal, pertengahan, dan akhir proses
penyidikan. Gelar perkara biasa pada tahap awal penyidikan bertujuan untuk :
penyelesaian penyidikan;
ditetapkan; dan/atau
Sementara itu, selain gelar perkara biasa, juga ada gelar perkara khusus. Gelar
atau penasihat hukumnya setelah ada perintah dari atasan penyidik selaku
penyidik;
bukti baru ;
atau
Meskipun tidak secara jelas diatur dalam KUHAP, namun terkait gelar perkara
ini dapat kita ketahui melalui Pasal 7 ayat (1) huruf j KUHAP, dimana salah satu
bertanggung jawab. Gelar perkara adalah bagian dari proses dan sistem peradilan
pidana terpadu (integrated criminal justice system). Secara formal, gelar perkara
dilakukan oleh penyidik dengan menghadirkan pihak pelapor dan terlapor. Gelar
perkara merupakan salah satu rangkaian kegiatan dari penyidikan. Gelar perkara
juga diatur lebih jelas dalam Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2012 tentang
Frans Hendra Winarta, dalam artikel Gelar Perkara Bagian dari Sistem
Peradilan, memandang gelar perkara adalah bagian dari proses dan sistem peradilan
pidana terpadu (integrated criminal justice system) 23. Secara formal, gelar perkara
dilakukan oleh penyidik dengan menghadirkan pihak pelapor dan terlapor. Jika
tidak menghadirkan pelapor dan terlapor maka gelar perkara yang dilakukan, dapat
23
Novia Puspa Ayu Larasti (2020). Tinjaun Yuridis Sosiologis terhadap Gelar Perkara dalam
Sistem Peradilan Pidana Indonesia (Studi di Polrestabes Semarang).
52
cacat hukum. Lebih jauh Frans menjelaskan, gelar perkara atau biasa disebut
dengan ekspos perkara juga harus dihadiri langsung oleh pihak pelapor dan terlapor.
Tak boleh diwakilkan oleh pihak lain. Selain itu, masih menurut Frans, gelar
perkara juga mesti dihadiri ahli yang independen, kredibel, dan tidak memiliki
catatan hukum. Dari gelar perkara yang menghadirkan pelapor, terlapor dan juga
Gelar perkara sangat penting dalam proses penyelidikan dan penyidikan untuk
penyidik.
didalam gelar perkara tersebut merupakan masukan yang akan dikaji oleh para
peserta gelar terutama fungsi hukum polri dan propam polri untuk meneliti sampai
pembuktian telah sesuai dengan prosedur serta menjunjung tinggi hak asasi
manusia.
Berdasarkan hal tersebut pada intinya bahwa pelaksanaan gelar perkara sebagai
pidana yang menjadi tanggung jawabnya dan gelar perkara dapat dijadikan sebagai
tindak pidana dengan memanfatkan pendapat para ahli, praktisi, penyidik serta para
atasan penyidik dan pihak-pihak lain yang berkepentingan serta gelar perkara
dilakukan gelar perkara hasil penyidikanya lebih sempurna lebih fair dari pada yang
tidak dilakukan gelar perkara, dan gelar perkara dapat mencegah kesalahan
kebijakan ini dapat dilakukan dengan membuat atau merumuskan suatu perundang-
Meskipun tidak secara jelas diatur dalam KUHAP, namun terkait gelar perkara
ini dapat kita ketahui melalui Pasal 7 ayat (1) huruf j KUHAP, dimana salah satu
bertanggung jawab. Gelar perkara adalah bagian dari proses dan sistem peradilan
pidana terpadu (integrated criminal justice system). Secara formal, gelar perkara
dilakukan oleh penyidik dengan menghadirkan pihak pelapor dan terlapor. Gelar
perkara merupakan salah satu rangkaian kegiatan dari penyidikan. Gelar perkara
juga diatur lebih jelas dalam Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2012 tentang
Gelar perkara diatur dalam beberapa undang undang dan peraturan pelaksana
gelar perkara atas indikasi tindak pidana atas diri seseorang juga diharapkan untuk
Kepolisian.
oleh pihak penyidik, dimana kerap kali pihak penyidik juga menghadirkan Ahli
keterangan ahli akan memperjelas tentang dugaan tindak pidana tersebut dan
diperlukan yang terkait dengan peristiwa pelanggaran hukum pidana. Hal ini
penyelidikan tersebut, merupakan bagian atau salah satu cara dalam melakukan
penyidikan untuk :
bukan.
merupakan salah satu metode atau sub dari fungsi penyidikan. Penyelidikan
mencari dan menemukan jejak berupa keterangan dan bukti-bukti sesuatu peristiwa
dapat disimpulkan bahwa dalam proses penyelidikan ini tujuannya adalah untuk
mencari tahu dan memastikan apakah dalam suatu peristiwa hukum tertentu telah
terjadi suatu tindak pidana atau tidak. Seperti kita ketahui bahwa tidak setiap
peristiwa yang terjadi diduga sebagi tindak pidana merupakan tindakan pidana,
konsekuensi digunakan upaya paksa maka berdasarkan data atau keterangan yang
didapat dari hasil penyelidikan ditentukan lebih dahulu bahwa peristiwa yang
terjadi dan diduga sebagai tindak pidana itu benar-benar merupakan tindak pidana
sehingga dapat dilanjutkan dengan penyidikan. Jadi di sini kita lihat bahwa
koridor hukum yang harus di patuhi, dan diatur secara formal apa dan bagaimana
penyidikan sebagai bagian dari profesionalisme yang harus di miliki oleh seorang
penyidik sebagai bagian dari profesionalisme yang harus dimiliki oleh seorang
penyidik. Bahkan, apabila etika penyidikan tidak dimiliki oleh seseorang penyidik
dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna
keterangan dan barang bukti, menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan
menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri, dan mengadakan tindakan lain
dapat meakukan pemerikasaan surat dan penyitaan surat serta mengambil sidik jari
dan memotret atau mengambil gambar orang atau kelopmpok yang tertangkap
tangan tersebut. Selain itu penyidik juga dapat membawa dang mengahadapkan
58
orang atau kelompok tersebut kepada penyidik. Dalam hal ini Pasal 105 KUHAP
4.2.2 Hasil
Kasus No.182/Pid.Sus/2019 PN Tpg merupakan sebuah kasus yang disinyalir
adalah kasus pelanggaran pemilu tahun 2019 di wilayah kota Tanjungpinnag yang
dilakukan oleh tersangka berupa kasus money politik yang kemudian diputus
Perbedaan putusan ini membuat peneliti berpikir tentang alasan yang membuat
beda kedua putusan ini dan dari sekian banyak tahap penyelidikan disini terdapat
gelar perkara yang peneliti asumsikan dengan membuat list pertanyaan wawancara
24
Satreskrim Polres Tanjungpinang
59
Pada kasus ini dilakukan gelar perkara pada tahap penyelidikan namum pada
perkara karena dengan dilakukan gelar perkara hasil penyidikanya lebih sempurna
lebih fair dari pada yang tidak dilakukan gelar perkara, dan gelar perkara dapat
beberapa tahapan yang tertuang dalam Perkapolri Tentang gelar perkara yang tidak
terpenuhi. Namun informasi tentang tahapan yang tidak terpenuhi tersebut tidak
tidak hanya terdiri dari tim polisi tapi juga melibatkan tim dari pengadilan dan tim
dari bawaslu karena kasus ini merupakan kasus pelanggaran pemilu sesuai dengan
4.2.3 Pembahasan
Kedudukan gelar perkara dalam proses penyelesaian perkara pidana sendiri
adalah sebagai salah satu dari kegiatan pengawasan penyidikan yang dilakukan oleh
tindakan penyidikan yang dilakukan oleh penyidik agar tidak terjadi kesalahan
dalam menentukan tindak lanjut terhadap sebuah perkara pidana yang sedang
perkara pidana.
25
61
sebuah kasus yang ditangani, gelar perkara juga dilaksanakan dalam rangka
dan juga dilaksanakan berdasarkan kebutuhan dalam proses penyidikan dan bukan
hukumnya atau mungkin bisa dihadiri oleh jaksa dan terlapor sendiri bahkan juga
dapat dihadirkan untuk gelar bersama jadi diharapkan dengan adanya gelar perkara
termasuk keterbukaan dalam proses penyidikan, tidak tertutup semua orang berhak
mengikuti gelar perkara jadi bisa menganalisa perkara itu, nanti hasil gelar terakhir
tuduhan money politik yang dilakukan oleh teradu dalam Pemilu 2019 di Kota
dan terdapat cukup bukti melakukan pelanggaran Pemilu politik uang berdasrkan
dapat membuktikan apakah kasus yang sedang ditangani adalah kasus pidana atau
bukan pidana dan apakah terlapor terbukti melakukan tindak yang dipersangkakan
atau tidak. Oleh karena itulah pelaksanaan gelar perkara harus atau penting untuk
62
terjadi atau dilaporkan merupakan tindak pidana atau bukan tindak pidana dan juga
terhadap tersangka/ terlapor terbukti melakukan tindak pidana atau tidak, jadi untuk
perkara adalah kegiatan penyampaian tentang proses atau hasil penyelidikan dan
penyidikan oleh penyidik kepada peserta gelar dalam bentuk diskusi kelompok
Perkara Biasa adalah gelar perkara yang dilaksanakan penyidik dan dipimpin ketua
tim penyidik atau atasan penyidik, (2) Gelar Perkara Khusus adalah gelar perkara
yang dilaksanakan karena adanya komplain dari pengadu baik pihak pelapor
ataupun terlapor atau atas permintaan pimpinan Polri atau permintaan dari
pengawas internal atau pengawas eksternal Polri atau perintah penyidik itu sendiri.
63
Gelar perkara yang dilakukan pada kasus politik uang yang termasuk dalam
pelanggaran pemilu ini disinyalir tidak memenuhi kriteria tahapan sesuai dengan
keterbukaan informasi dari Satreskrim yang bertindak sebagai penyidik dari kasus
ini.
Tindak Pidana ada 3 tahap penyelenggaraan Gelar Perkara yaitu tahap persiapan,
b. Paparan tim penyidik tentang pokok perkara, pelaksanaan penyidikan, dan hasil
meliputi:
64
figur akhir-akhir inikerap menyebutkan istilah hukum yang terdapat dalam acara
Pelaksanaan gelar perkara sebagai upaya untuk menemukan solusi tindak lanjut
penyelesaian penyidikan tindak pidana yang menjadi tanggung jawabnya dan gelar
perkara agar tidak terjadi penyimpangan dan salah satu arah serta mempercepat
hukum. Bahwa Polri sebagai ujung tombak dari pada penegakan hukum perlu
tindak pidana sebagai salah satu tahap dari pada penegakan hukum harus
berlaku26.
26
Hilmy, Yunan, “Penegakan Hukum oleh Kepolisian Melalui Pendekatan Restorative Justice
dalam Sistem Hukum Nasional”, Jurnal Rechtsvinding, Vol. 2, No. 2, Agustus 2018.
65
Pelaksanaan gelar perkara yang tepat dan sesuai dengan Perkapolri akan
mempengaruhi hasil putusan yang tepat pula sehingga ketika dilakukan pengusulan
ulang terhadap kasus maka hasilnya tidak akan jauh berbeda27. Jika dilakukan tidak
sesuai dengan Perkapolri, maka akan menimbukan beberapa hal seperti kerugian
waktu dan materi yang telah dikeluarkan dalam pelaksanaan gelar perkara tersebut.
27
Rumajar, Johana Olivia, “Alasan Pemberhentian Penyidikan Suatu Tindak Pidana Korupsi”,
Jurnal Lex Crimen, Vol. 3, No.4, Agustus-November 2014.
BAB V
5.1. Kesimpulan
1. Hasil penelitian yang dilakkan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa dalam
perkara oleh pihak terkait, namun gelar perkara tesebut tidak atau kurang efektif.
Karena tidak sesuai dengan ketentuan gelar perkara yang tertuang dalam
Perkapolri. Hal tersebut didasari dari keterangan yang diperoleh oleh peneliti
pertimbangan dengan studi literasi yang peneliti lakukan. Kesimpulan ini bukan
menjadi penentu atau berniat menghakimi atas gelar perkara yang dilakukan
penelitian sesuai dengan apa yang dipahami oleh peneliti tentunya dengan hasil
5.2. Saran
gelar perkara akan baik yang berimbas pada penyelesaian kasus dengan baik.
66
67
Adapun saran dari peneliti dalam akhir penelitian ini adalah bagi diri peneliti
dan bagi para pembaca semoga hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai sebuah
A. Buku
Amin. S. M. (2016). Hukum Acara Pengadilan Negeri. Jakarta. Sinar Grafika
Adami Chazawi. 2017. Pelajaran Hukum Pidana Bagian I; Stelsel Pidana, Tindak
Pidana, Teori-Teori Pemidanaan & Batas Berlakunya Hukum Pidana.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
H.M. Rasyid Ariman dan Fahmi Raghib. 2016. Hukum Pidana. Malang: Setara
Press.
68
Lintong O. S. (2009). Jalannya Peradilan Prancis Lebih Cepat dari Peradilan Kita.
Jakarta . Ghalia Indonesia.
Mahmud Mulyadi. 2016. Kepolisian Dalam Sistem Peradilan Pidana. Medan: USU
Press.
Mahmud Mulyadi dan Andi Sujendral. 2011. Community Policing: Diskresi Dalam
Pemolisian Yang Demokratis. Medan: PT. Sofmedia.
Mulyadi. L (2012) Putusan Hakim Dalam Hukum Acara Pidana. Bandung. Citra
Aditya Bakti.
Bandung.
Suharto. 2016. Panduan Praktis Bila Anda Menghadapi Perkara Pidana Mulai
Karya.
69
B. Jurnal
Agustina. M. (2016). Proses Pelaksanaan Gelar Perkara, Jurnal Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta
Amrullah, (2016). Urgensi Saksi Mahkota dalam Persidangan Pidana di Indonesia.
Jurnal Ilmiah Peuradeun (Media Kajian Ilmiah Sosial Politik, Hukum, Agama
dan Budaya) , Vol. II.
Ananda P. (2017). Keabsahan Gelar Perkara Terbuka Dalam Kasus Basuki Tjahaja
Purnama Sesuai Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2012 Tentang
Manajeman Penyidikan Tindak Pidana. Trunojoyo Jurnal. Vol 35
Dedi Irawan, 2016. Jurnal Tentang Ilmu Pemerintah, Vol. 3, Nomor 4 Studi
Tentang Politik Uang (Money Politics) Dalam Pemilu Legislatif Tahun
2014 (Studi Kasus di Kelurahan Sempaja Selatan). Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Mulawarman
Hamdan Tuna. (2016) Peran Penyidik dalam Mengungkap Peristiwa Tindak Pidana
Pencemaran Nama Baik Ditinjau dari Penegakan Hukum Pidana. Law
Jurnal. Vol 67
Moeliono, Tristam P. dan Wulandari, Widadi, “Asas Legalitas dalam Hukum Acara
Pidana: Kritikan terhadap Putusan MK tentang Praperadilan”, Jurnal
Hukum Ius Quia Iustum, Vol. 22, No. 4, Oktober 2016.
70
Novia Puspa Ayu Larasti (2020). Tinjaun Yuridis Sosiologis terhadap Gelar
Perkara dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia (Studi di Polrestabes
Semarang). Jurnal UNNES.
Sugama, I Dewa Gede Dana, “Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi”, Jurnal Magister Hukum Udayana,
Vol. 3, No. 1, 2016
C. Website
Gelar Perkara : Gelar Perkara pada Tindak Pidana Ringan. (2017, Maret 14).
http://www.gresnews.com
Sahetapi. (2011). Asas Peradilan Pidana. UNILA.
D. Undang- undang
Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 Tentang Kekusaan Kehakiman
71
LAMPIRAN
Dokumentasi Penelitian
72