Anda di halaman 1dari 2

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Hemat penulis, Raja Ali Haji tidak hanya dikenal sebagai sosok yang
sastrawan melainkan beliau adalah sosok ulama yang juga masyhur pada
Abad 19 khusunya di tanah Melayu. Keberhasilan Raja Ali Haji dalam
membumikan nilai-nilai al-Qur’an dibuktikan dengan dua hal, yaitu: (1)
melalui karya-karyanya khususnya Gurindam Dua Belas yang di dalamnya
penuh dengan pesan-pesan Qur’ani agar seseorang bisa sukses dunia dan
akhirat. Kemudian di dukung oleh karya-karya yang lain seperti Tsamrah al-
Muhimmah, Muqaddimah fî Intizhâm, Bustân al-Kâtibin, Kitab Pengetahuan
Bahasa, dan Tuẖfah al-Nafis. (2) Dengan membaca sejarahnya dapat
diketahui bahwa keaktifan beliau dalam beriteraksi sosial sangat baik, mulai
dari keaktifannya dengan membantu urusan agama pada Kerajaan dan
Pemerintahan Belanda, membantu sahabatnya Von de Wall dalam menyusun
kamus Melayu Belanda, hingga mengabdikan dirinya untuk senantiasa
mengajarkan al-Qur’an dan ilmu-ilmu Agama lainnya.
Penulis juga menemukan ada dua cara Raja Ali Haji dalam
menghidupkan nilai-nilai al-Qur’an, yaitu:
1. Ketika nilai-nilai Qur’an yang digubah oleh Raja Ali Haji adalah
sastra yakni Gurindam Dua Belas (GDB) maka ini diperuntukkan
untuk para raja dan pegawai (abdi) dan masyarakat yang mengerti
tentang sastra, karena itu hanya murni sastra saja. Hal ini dikarenakan
para raja, pegawai kerajaan, dan sebagian masyarakat adalah para ahli
sastra dan mereka mengerti maksud yang disampaikan Raja Ali Haji.
Sehingga dengan menyadurkan dalam bentuk sastra sudah cukup,
karena itu ayat tidak ditampilkan.
2. Ketika sastra itu dimaksudkan agar dikonsumsi oleh masyarakat
awam yang tidak mengerti sastra, maka ayat dimunculkan oleh Raja
Ali Haji. Seperti pelajaran tentang akal, hukum, dan adab. Hal ini
dibuktikan dengan munculnya karya-karya beliau lainnya yang
merupakan syarah yang lebih mendalam tentang pasal-pasal
Gurindam Dua Belas. Contohnya pada GDB pasal ke-12 yang
membahas tentang Pemerintah dan Rakyat akhirnya memunculkan
Tsamrah al-Muhimmah dan Muqaddimah fî Intizhâm.
Untuk lebih bisa memahami penulis gambarkan dalam bentuk skema,
sebagai berikut:
214
215

Menggubah menjadi
Gurindam
Perenungan dan
Al-Qur'an dan Hadis • Raja
Pemahaman
• Pegawai Kerjaraan
• Masyarakat

Disadurkan melalui
Memunculkan ayat karya-karyanya yang
lain, Seperti:
•Masyarakat Luas • Tsamrah al-Muhimmah
• Muqaddimah Fi Intidzham.
• Bustan al-Katibin
• Kitab Pengetahuan bahasa
• Tuhfah al-Nafis

Oleh karena itu kajian ini merupakan kajian living Qur’an dalam
bentuk sastra Gurindam Dua Belas. Harapan penulis melalui Gurindam Dua
Belas karangan Raja Ali Haji ini hendaklah nilai-nilai Qur’an hendaklah terus
dijaga, jangan sampai dilemahkan salah satu, antara Agama, Adat, dan
Budaya.
Akhirnya, perlu penulis tegaskan di sini bahwa Gurindam Dua Belas
ini bukanlah satu-satunya media bagi orang Melayu dalam menanamkan
nilai-nilai al-Qur’an dan Hadis. Karena selain Gurindam ini masih banyak
lagi media lainnya, seperti syair, serita rakyat, prasati, bangunan fisik, seni
bina, dan seni ukir, seni suara, dan pakaian, yang juga mengandung nilai-nilai
al-Qur’an.

B. Saran dan Kritik


Skripsi tentang Kajian Sastra Qur’ani Gurindam Dua Belas karya
Raja Ali Haji ini bukanlah akhir dari kajian living Qur’an untuk meneliti Raja
Ali Haji. Masih banyak yang harus disempurnakan dari tulisan ini. Karena
itu, kritik dari pembaca sangat diperlukan agar penulis bisa terus
memperbaiki tulisan ini hingga lebih sempurna.

Anda mungkin juga menyukai