Seorang bayi laki-laki usia 0 hari lahir dari ibu G3P2A0 merintih saat lahir
Step 1
Step 2
Infeksi
- Pneumonia Metabolik
Congenital
neonatus
- Aspirasi
- ARDS mekonium
- HMD
Merintih saat
Lahir
Autoimun Trauma
- TTN
Step 3
1. ARDS
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) adalah salah satu penyakit paru
akut yang memerlukan perawatan di ICU dan mempunyai angka kematian
yang tinggi.
a. Etiologi
Penyebab spesifik ARDS masih belum pasti, banyak faktor penyebab
yang dapat berperan pada gangguan ini menyebabkan RDS tidak disebut
sebagai penyakit tetapi sebagai sindrom. Sepsis merupakan faktor yang
paling tinggi, mikroorganisme dan produknya (terutma endotoksin)
bersifat sangat toksik terhadap parenkim paru dan merupakan faktor risiko
terbesar kejadian ARDS.
b. Faktor resiko
Faktor resiko ARDS dibagi menjadi 2 akibat, akibat sistemik maupun
akibat paru sendiri. Contoh dari faktor resiko akibat sistemik adalah luka
berat dan sepsis, sedangkan untuk contoh faktor resiko akibat paru sendiri
adalah aspirasi asam lambung.
c. Diagnosa
Onset akut umumnya berlangsung 3-5 hari sejak diagnosis kondisi yang
menjadi faktor ARDS. Tandnaya adalah takipnea, retraksi intercostal,
adanya ronkhi kasar yang jelas dan adanya gambaran hipoksia atau
sianosis yang tidak respon dengan pemberian oksigen. Bisa juga dijumpai
hipotensi dan febris. Sebgaian besar kasus disertai dengan multiple organ
dysfunction syndrome (MODS) yang umumnya melibatkan ginjal, hati,
otak, sistem kardiovaskuler, dan saluran cerna seperti perdarahan saluran
cerna.
Pemeriksaan penunjang laboratorium:
1) AGDA hipoksemia, hipokapnia (sekunder karena hiperventilasi),
hiperkapnia (pada emfisema atau keadaan lanjut), bisa teradi alkalosis
respiratorik pada proses awal dan kemudian berkembang menjadi
asidosis respiratorik.
2) Pada darah perifer bisa dijumpai gambaran leukositosis (pada sepsis),
anemia, trombositopenia (refleksi nflamasi sistemik) dan kerusakan
endotel, peningkatan kadar amylase.
3) Gangguan fugnsi ginjal dan hati, gambaran koagulasi intravascular
diseminata ang merupakan bagian dari MODS.
4) Radiologi pada awal proses, dari foto thoraks bisa ditemukan
lapangan paru yang relative jernih, namun pada foto serial berikutmya
tampak bayangan radio-opak yang difus atau patchy bilateral.
d. Penatalaksanaan
Pendekatan terapi terkini untuk ARDS adalah meliputi perawatan suportif,
bantuan ventilator dan terapi farmakologis. Prinsip umum perawatan
suportif bagi pasien ARDS dengan atau tanpa multiple organ dysfunction
syndrome (MODS) meliputi:
1) Pengidentifikasian dan terapi penyebab dasar ARDS.
2) Menghindari cedera paru sekunder misalnya aspirasi, barotrauma,
infeksi nosokmial atau toksisitas oksigen.
3) Mem[ertahankan penghantaran oksigen yang adekuat ke organ dengan
cara meminimalkan angka metabolik.
4) Mengoptimalkan fungsi kardiovaskuler serta keseimbangan cairan
tubuh.
5) Dukungan nutrisi
Terapi non farmakologis
Terapi farmakologis
1) Kehamilan post-matur
2) Pre-eklamsi
3) Ibu yang menderita diabetes
4) Ibu yang menderita hipertensi
5) Persalinan yang sulit
6) Gawat janin
7) Hipoksia intra-uterin (kekurangan oksigen ketika bayi masih berada
dalam rahim).
c. Gejala dan tanda
Gejalanya berupa:
1) Cairan ketuban yang berwarna kehijauan atau jelas terlihat adanya
mekonium di dalam cairan ketuban.
2) Kulit bayi tampak kehijauan (terjadi jika meconium telah dikeluarkan
lama sebelum persalinan).
3) Ketika lahir, bayi tampak lemas/lemah
4) Kulit bayi tampak kebiruan (sianosis)
5) Takipneu (laju pernafasan yang cepat).
6) Apneu (henti nafas).
7) Tampak tanda-tanda post maturitas.
d. Diagnosa
Rontgen dada untuk menemukan adanya atelektasis, peningkatan diameter
antero posterior, hiperinflation, flatened diaphragm akibat obstruksi dan
terdapatnya pneumothorax ( gambaran infiltrat kasar dan iregular pada
paru ) Analisa gas darah untuk mengidentifikasi acidosis metabolik atau
respiratorik dengan penurunan PO2 dan peningkatan tingkat PCO2.
e. Penatalaksanaan
Setelah kepala bay lahir, dilakukan pengisapan lender dari mulut bayi.
Jika mekoniumnya kental dan terjadi gawat janin, dimasukkan sebuah
selang ke dalam trakea bayi dan dilakukan pengisapan lender. Prosedur in
dilakukan secara berulang sampai di dalam lender bayi tidak lagi terdapat
meconium. Jika tidak ada tanda-tanda gawat janin dan bayinya aktif serta
kulitnya berwarna kehijauan, beberapa ahli menganjurkan untuk tidak
melakukan pengisapan trakea yang terlalu dalam karena khawatir akan
terjadi pneumonia respirasi.
Jika mekoniumnya agak kental, kadang digunakan larutan garam untuk
mencuci saluran udaran. Setelah bayi lahir, bayi dimonitor secara ketat.
Pengobatan lainnya adalah:
1) Fisioterapi dada (menepuk-nepuk dada)
2) Antibiotic (untuk mengatasi infeksi)
3) Menempatkan bayo diruang yang hangat (untuk menjaga suhu tubuh
bayi).
4) Ventilasi mekanik (untuk menjaga agar paru-paru tetap mengembang).
Fisioterapi:
Manajemen Khusus
Surfaktan
Bedah
Tindakan bedah dilakukan jika timbul komplikasi yang brsifat fatal seperti
pneumotoraks, pneumomediastinum, empisema subkutan. Tindakan yang
segera dilaksanakan adalah mengurani tekanan rongga dada dengan
pungsi toraks, bila gagal dilakukan drainase.
Suportif
5. Pneumonia neonatal
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi
dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing.
a. Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia neonates dapat dibagi menjadi:
1) Intrapartum pneumonia
a) Pneumonia intrapartum diperoleh selama perjalanan menuju jalan
lahir.
b) Intraparttum pneumonia dapat diperoleh melalui transmisi
hematogenous, atau aspirasi dari ibu yang terinfeksi, atau
terkontaminasi cairan atau dari mekanik, atau gangguan iskemik
dari permukaan mukosa yang telah baru saja dijajah dengan ibu
invasive organisme yang sesuai potensi dan virulensinya.
c) Bayi yang aspirasi benda asing, seperti meconium atau darah,
dapat mewujudkan tanda-tanda paru segera setelah atau sangat
seger setelah lahir.
d) Proses infkesi sering memiliki periode beberapa jam sebelum
invasi yang memadai, replikasi dan respon inflamasi telah terjadi
menyebabkan tanda-tanda klinis.
2) Pneumonia pasca lahir
a) Pasca kelahiran pneumonia dalam 24 jam perta kehidupan berasal
setelah bayi lahir.
b) Pasca kelahiran radang paru-paru dapat diakibatkan dari eberapa
proses yang sama sepertiyang dijelaskan, tatapi infeksi terjadi
setelah proses kelahiran.
c) Yang sering menggunakan antibiotik spektrum luas yang dihadapi
dalam banyak pelayanan obsetri dan bayi baru lahir unit perawatan
intensif (NICU) sering mengakibatkan kecenderugan dari bayi
untuk kolonisasi oleh organisme resisten pathogenicity yang tidak
biasa. Terapi invasive yang dierlukan dalam oleh bayi sering
menyebabkan mikroba masuk ke dalam struktur yang biasanya
tidak mudah diakses.
d) Enteral menyusui dapat mengakibatkan peristiwa aspirasi
peradangan signifikan potensial. Selang maknan mungkin lebih
lanjut dapat mempenaruhi gastrophageal reflux dan aspirasi pada
bayi.
b. Gejala klinik
Gejala klinik tergantung pada lokasi, tipe kuman dan tingkat berat
penyakit. Adapun gejala kinis dari pneumonia yaitu:
1) Takipneu (laju pernafasan > 60 kali/menit).
2) Dengkur ekspirasi mungkin terjadi.
3) Perekrutan otot, aksesori pernafasan, seperti cuping hidung dan
retraksi di subcostal, intercostal, atau situs suprasternal, dapat terjadi.
4) Sekresi saluran nafas dapat bervariasi secara substansial dalam
kualitas dan kuantitas, tetapi yang paling sering.
5) Rales, ronkhi, dan batuk diamati jarang terjadi pada bayi.
6) Sianosis pusat jaringan.
7) Peningkatan pernafasan seperti peningkatan menghirup oksigen
konsentrasi, ventilasi tekanan positif, atau tekanan saluran udara
positif terus menerus.
Selain itu, dapat juga muncul gambaran klinis APGAR score rendah,
segera setelah lahir terjadi distress nafas, perfusi perifir rendah, letargi,
tidak mau minum, distensi abdomen,suhu tidak stabuk, asidosis metabolik.
c. Pematalaksanaan
1) Terapi antibitika, merupakan terapi utama pada pasien pneumonia
dengan manifestasi apapun yang dimaksudkan sebagai terapi kausal
terhadap kuman penyebabnya.
2) Terapi suportif umum:
a) Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-
96% berdasarkan pemeriksaan AGD.
b) Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang
kental.
c) Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya dengan
clapping dan vibrasi.
d) Pengaturan cairan
e) Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis.
f) Ventilasi mekanis indikasi intubasi dan pemasangan ventilator
dilakukan bila terjadi hipoksemia persisten, gagal nafas yang
disertai peningkatan respiratory distress dan respiratory arrest.
Daftar Pustaka