Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

(PUSKESMAS) DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)


(Studi Kasus: Puskesmas Kota Surabaya)

EFFICIENCY ANALYSIS OF PUBLIC HEALTH CENTER (PUSKESMAS)


WITH DATA ENVELOPMENT ANALYSIS METHOD (DEA)
(CASE STUDY: 10 PUSKESMAS OF SURABAYA)

Zuris Ika Pradipta 1), Ishardita Pambudi Tama 2), Rahmi Yuniarti 3)
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
Email : zuris.srk10@gmail.com1), kangdith@ub.ac.id2), rahmi_yuniarti@ub.ac.id3)

Abstrak
Puskesmas seluruh Surabaya pada tahun 2013 mempunyai rasio tenaga medis dengan pengunjung
yang cukup besar terutama untuk area Surabaya Utara. Selama ini puskesmas di Kota Surabaya belum
pernah dilakukan proses pengukuran efisiensi secara bersamaan antara puskesmas yang satu dengan yang
lainnya. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah area yang lain sudah optimal dalam menggunakan sumber
daya kesehatan. Maka untuk mengukur sekaligus membandingkan efisiensi antara puskesmas, penelitian ini
menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). DEA merupakan metodologi nonparametrik yang
didasarkan pada linear programming dan digunakan untuk menganalisis fungsi produksi melalui suatu
pemetaan frontier produksi. Pada penelitian ini dipilih 10 puskesmas yang telah memiliki sertifikat ISO
9001:2008 dan memiliki fasilitas rawat inap (persalinan). Berdasarkan analisis dan pengolahan data
dengan metode DEA-CCR dan DEA-BCC yang berorientasi output dapat diketahui bahwa seluruh
puskesmas berada pada kondisi efisien kecuali puskesmas Tanjunsari dan Balongsari.Kedua puskesmas
tersebut dinilai kurang mampu memanfaatkan sumber daya yang ada untuk bisa menghasilkan jumlah pasien
yang maksimal seperti puskesmas lain yang berada pada kategori efisien. Proses perbaikan kedua
puskesmas tersebut menggunakan 2 metode yakni analisis slack dan peer group.

Kata kunci : Efisiensi, Data Envelopment Analysis, DEA-CCR, DEA-BCC, orientasi output, puskesmas.

1. Pendahuluan Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Pelayanan


Suksesnya pembangunan nasional tidak Kesehatan, untuk mencapai penyelenggaraan
terlepas dari suksesnya pembangunan suatu pelayanan kesehatan yang diinginkan maka
daerah. Salah satu yang mempengaruhi pelayanan harus memenuhi berbagai syarat
suksesnya pembangunan suatu daerah yaitu diantaranya; tersedia dan berkesinambungan,
dengan adanya peningkatan kualitas dalam dapat diterima dan wajar, mudah dicapai,
bidang pelayanan kesehatan. Kesehatan mudah dijangkau, dan bermutu (Indriarty,
merupakan salah satu bidang yang tengah 2010).
ditingkatkan pelayanannya oleh pemerintah di Salah satu fasilitas kesehatan yang
seluruh wilayah Indonesia. Menurut Undang- banyak dimanfaatkan masyarakat adalah
Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Puskesmas. Puskesmas sebagai salah satu
pemerintahan daerah yang berisi penyelenggara pelayanan kesehatan telah
penyelenggaraan otonomi daerah, wewenang mengalami banyak kemajuan, dimana salah
yang dimiliki oleh setiap daerah serta tanggung satunya dapat dilihat dari jumlah puskesmas
jawabnya kepada daerah secara proporsional. yang semakin bertambah. Menurut data dinas
Peningkatan mutu pelayanan kesehatan kesehatan Kota Surabaya terdapat 53
menjadi isu utama dalam pembangunan puskesmas pada tahun 2010-2011, 58
kesehatan baik dalam lingkup nasional maupun puskesmas pada tahun 2012 dan 62 puskesmas
global. Hal ini didorong karena semakin pada tahun 2013 dimana 10 diantaranya sudah
besarnya tuntutan terhadap organisasi dilengkapi dengan fasilitas rawat inap.
pelayanan kesehatan untuk mampu memberikan Penyelenggaraan pelayanan kesehatan
pelayanan kesehatan secara prima terhadap membutuhkan berbagai macam sumber daya,
konsumen. Sesuai dengan peraturan Undang- salah satu pilar utama terselenggaranya

1021
pelayanan kesehatan ialah ketersediaan tenaga Tabel 2. Rasio Perbandingan Jumlah Tenaga Medis
medis. Berikut adalah tabel ketersediaan tenaga dan Pengunjung Puskesmas Kota Surabaya
medis di Kota Surabaya menurut indikator Tahun 2013
No Area Jumlah Jumlah Rasio =
Indonesia Sehat per 100.000 penduduk tahun Tenaga Pengun- Tenaga medis
2013: Medis dan jung (paramedis) :
Paramedis Pengunjung
Tabel 1. Ketersediaan Tenaga Medis di Kota 1
Surabaya
139 46015 1 : 331
Surabaya Menurut Indikator Indonesia Pusat
Sehat 2010 per 100.000 Penduduk Surabaya
2 203 96556 1 : 475
Utara
Tenaga Ketersediaan Surabaya
No Target 3 260 74692 1 : 287
Medis 2012 2013 Timur
1 Dokter 8,8 147,1 40 Surabaya
4 341 106473 1 : 312
Umum Selatan
2 Dokter Gigi 4,8 47,9 11 Surabaya
5 245 75512 1 : 308
Barat
3 Perawat 11,9 189,8 117,5
4 Bidan 14,8 38,7 100 (Sumber: Badan Pusat Statistik (Dinas Kesehatan
Kota Surabaya), 2013)
(Sumber: Kementerian Kesehatan RI (Badan
PPSDMK), 2013)
Berdasarkan rasio diatas dapat dilihat
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa bahwa terjadi perbedaan rasio yang cukup
tenaga medis baik dokter umum, dokter gigi, besar terutama untuk area Surabaya Utara
perawat sudah mencapai indikator Indonesia dengan area yang lainnya. Hal ini menimbulkan
sehat 2010 bahkan ketersediaan dokter umum pertanyaan apakah area yang lain sudah optimal
tahun 2013 mencapai 3 kali indikator indonesia dalam menggunakan sumber daya kesehatan.
sehat 2010. Disisi lain jumlah tenaga bidan Selain itu beberapa puskesmas dengan
belum mampu mencapai indikator Indonesia bersertifikat ISO 9001:2008 senantiasa
Sehat tahun 2010. Melihat keadaan ini tentu berupaya melakukan perbaikan kinerja
saja muncul pertanyaan apakah kegiatan sehingga mampu meningkatkan
pelayanan kesehatan di Kota Surabaya sudah produktivitasnya sesuai dengan tujuan
berjalan dengan optimal atau belum. diberikannya sertifikasi tersebut. Melihat semua
Sebagai ujung tombak pelayanan dan keadaan itu, puskesmas memerlukan suatu
pembangunan kesehatan di Indonesia maka pengukuran efisiensi yang nantinya bisa
Puskesmas perlu mendapatkan perhatian menunjukkan kinerja pelayanan kesehatan
terutama berkaitan dengan mutu pelayanan puskesmas tersebut apakah sudah berada pada
kesehatan Puskesmas sehingga dalam hal ini kategori efisien atau inefisien. Sehingga
Puskesmas terlebih pada Puskesmas yang nantinya perbaikan dapat dilakukan pada
dilengkapi dengan unit rawat inap dan sudah puskesmas yang kinerja pelayanannya inefisien.
bersertifikat ISO 9001:2008 memiliki tantangan Selama ini puskesmas di Kota Surabaya belum
yang lebih besar. Berbagai upaya dilakukan pernah dilakukan proses pengukuran efisiensi
agar kinerja pelayanan kesehatan dapat berjalan secara bersamaan antara puskesmas yang satu
dengan maksimal. Dalam hal ini kemampuan dengan yang lainnya. Oleh karena itu
dasar dan pengelolaan sumber daya dapat pengukuran ini dinilai perlu dilakukan sebagai
mencerminkan tingkat efisiensi pelayanan langkah awal proses pengawasan puskesmas
kesehatan di kabupaten/kota yang tersebut. dalam usaha penggunaan sumber daya dalam
Efisiensi adalah rasio antara output dengan pelayanan kesehatan.
input. Secara umum, suatu unit dapat dikatakan Salah satu metode dalam pengukuran
efisien apabila unit tersebut menggunakan efisiensi kinerja suatu organisasi produk
jumlah input yang sama dengan unit-unit maupun jasa ialah Data Envelopment Analysis
lainnya, tetapi dapat menghasilkan unit output (DEA). Metode DEA dapat digunakan untuk
yang lebih besar (Ramadhany, 2009). Berikut mengukur sekaligus membandingkan
ini adalah tabel rasio perbandingan antara produktivitas antara unit-unit yang
jumlah tenaga medis dan pengunjung dibandingkan. Menurut Wulansari, DEA
Puskesmas Kota Surabaya Tahun 2013. merupakan metodologi nonparametrik yang
didasarkan pada linear programming dan
digunakan untuk menganalisis fungsi produksi
melalui suatu pemetaan frontier produksi. DEA

1022
dapat berorientasi terhadap input maupun kesehatan puskesmas dengan metode DEA.
output. Jika berorientasi terhadap input, Hasil dari penelitian ini diharapakan dapat
dilakukan pengukuran atau minimalisasi dari membantu puskesmas dalam upaya perbaikan
penggunaan input dengan level output dan peningkatan efisiensinya.
ditetapkan dalam kondisi konstan. Jika
berorientasi pada output, dilakukan 2. Metode Penelitian
maksimalisasi dari output pada level input yang Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan
konstan. penelitian maka jenis pelitian yang akan
DEA merupakan model analisa multi dilakukan termasuk dalam jenis penelitian
faktor produktivitas untuk mengukur efisiensi deskriptif.
oleh karena itu pengukuran dengan metode ini Penelitian dilakukan di 10 Puskesmas
melibatkan sekelompok objek yang biasanya Kota Surabaya yang telah memiliki sertifikat
disebut homogenuous Decision Making Unit ISO 9001:2008 dan mempunyai fasilitas rawat
(DMU). Menurut Charnes (1978), salah satu inap. Puskesmas yang dimaksud ialah sebagai
syarat penentuan DMU ialah unit-unit yang berikut: Puskesmas. Jagir, Puskesmas
homogen. Oleh karena itu, dipilih 10 Balongsari, Puskesmas Tanah Kali Kedinding,
puskesmas yang telah memiliki sertifikat ISO Puskesmas Medokan Ayu, Puskesmas Dupak,
9001:2008 dan memiliki fasilitas rawat inap Puskesmas Tanjungsari, Puskesmas
(persalinan). Metode DEA mampu Simomulyo, Puskesmas Krembangan Selatan,
mengakomodasi banyak input dan banyak Puskesmas Gunung Anyar, dan Puskesmas
output dalam banyak dimensi, dan akan Sidotopo Wetan. Penelitian dilaksanakan pada
didapatkan suatu pengukuran efisiensi yang bulan Maret-Agustus 2014.
lebih akurat sebagai langkah awal dalam
meningkatkan produktivitas (Moses, 2012). 2.1 Langkah-Langkah Penelitian
Metode DEA ini dapat menentukan variabel 1. Identifikasi Awal
yang dinilai berpengaruh langsung dalam a. Survey Pendahuluan
proses pelayanan kesehatan yakni tenaga medis, Dalam survey pendahuluan ini peneliti
tenaga non medis dan tempat tidur untuk melakukan pengamatan awal terhadap
variabel input serta pasien untuk variabel pegawai dinas kesehatan kota surabaya, 10
output. Penelitian ini difokuskan untuk Puskesmas Kota Surabaya yang telah
berorientasi output, hal ini dilakukan karena memiliki ISO 9001:2008 dan mempunyai
orientasi input kurang cocok diterapkan fasilitas rawat inap.
puskesmas untuk kelanjutan pelayanan b. Studi Literatur
puskesmas dimasa yang akan datang dimana Sumber literatur diperoleh dari
ketersediaan tenaga medis maupun non medis perpustakaan, dinas kesehatan Kota
telah disesuaikan dengan cakupan penduduk Surabaya, Puskesmas objek penelitian, buku
yang akan ditangani dalam suatu puskesmas. dan e-book. Literatur yang dicari meliputi
Sehingga nantinya akan dilakukan buku tahunan kementrian kesehatan RI,
maksimalisasi jumlah pasien yang akan DEA, Korelasi, Peer Group, dan penelitian
ditangani. Dalam proses perbaikan DMU deskriptif.
inefisien dapat digunakan metode penetapan c. Identifikasi Masalah
target berdasarkan nilai slack dan nilai Masalah yang diidentifikasi adalah
benchmark terhadap DMU yang telah efisien mengenai pengukuran efisiensi pelayanan
Melihat karakteristik objek penelitian kesehatan.
yang akan dilakukan, metode DEA dinilai d. Perumusan Masalah
cukup sesuai. Hal ini bisa dilihat dari jumlah Masalah yang akan dibahas adalah
objek penelitian yang berjumlahnya lebih dari 1 tingkat efisiensi ditiap puskesmas
(satu) objek dan faktor-faktor input dan output pengamatan dan saran perbaikan bagi
yang jumlahnya juga lebih dari 1 (satu). puskesmas yang tidak efisien.
Berdasarkan kebutuhan puskesmas akan e. Penentuan Tujuan Penelitian
pengukuran efisiensi pelayanan kesehatan dan Hal ini ditujukan untuk menentukan
kesesuaian permasalahan tersebut terhadap batasan-batasan yang perlu dalam
metode DEA, peneliti memutuskan untuk pengolahan dan analisis hasil pengukuran
melakukan penelitian dalam upaya menganalisa selanjutnya.
tingkat efisiensi dari unit proses pelayanan

1023
2. Pengumpulan Data hk = Tecnichal Efficiency/Efisiensi DMU yang
Pengumpulan data dilakukan dengan dicari
UrVi = Bobot untuk output r dan input i (>ε)
melakukan penelitian lapangan. Metode ini
Yrj = Nilai dari output ke-r dari DMU ke-j
digunakan dalam pengumpulan data yang Xij = Nilai dari intput ke-i dari DMU ke-j
dilakukan secara langsung pada objek ε = Angka positif yang kecil (10 -6)
penelitian melalui cara wawancara dan 2). Persamaan Dual model CCR berorientasi
dokumentasi. output
 
3. Pengolahan Data Max Z k   k     S r   S i  (Pers.5)
a. Analisa Korelasi  r i 
Analisa korelasi dengan menggunakan Subject to : - X ij   X ij  j  S i  0 (Pers.6)
i
uji korelasi variabel dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara variabel,  k Yij  S r  Yij  j  0 (Pers.7)
r
dimana suatu variabel tersebut dapat
 j , S i , S i  0 (Pers.8)
memiliki nilai yang tergantung dari variabel
yang lain sehingga variabel tersebut dapat Keterangan :
diwakilkan. Analisa korelasi dilakukan Zk = Efisiensi dari DMUk
dengan menggunakan Software SPSS 21.0 S r = Nilai slack dari output
yaitu Correlate Bivariate dimana parameter S i = Nilai slack dari input
yang digunakan adalah nilai dari Pearson
Correlation. Jika nilai Pearson Correlaton θk = Nilai hk (efisiensi relatif) DMU dari primal
mendekati angka 1 (satu) maka dapat λj = beban variabel tiap DMU
dikatakan bahwa variabel yang diteliti 3). Persamaan Dual model VRS berorientasi
memiliki hubungan/keterkaitan yang kuat output.
 
dengan variabel pembanding. Max Z k   k     S r   S i  (Pers.9)
b. Formulasi Model Matematis DEA  r i 
Dalam pembentukan model matematis Subject to : - X ij   X ij  j  S i  0 (Pers.10)
i
DEA, Golany dan Roll (1989) menyarankan
untuk analisa yang baik, dalam penerapan  k Yij  S r   X ij  j  0 (Pers.11)
r
DEA diberikan lebih dari satu hasil dengan
variasi penggunaan berbagai DMU, model j
j 1 (Pers.12)
dan faktor yang berbeda. Untuk itu,
 j , S i , S i  0 (Pers.13)
penelitian ini menggunakan dua model DEA
yaitu Model CRS dan Model VRS. Kedua
model tersebut memiliki perbedaan dalam c. Perhitungan Efisiensi Relatif
mengukur efisiensi relatif dan target input Perhitungan Efisiensi relatif ini
dan output suatu DMU.Notasi input dan dihitung dengan menggunakan model
output dalam penelitian ini didefinisikan matematis DEA berdasarkan Constant
dalam bentuk Xij dan Yrj dimana Xij Return to Scale input oriented yang
menunjukan banyaknya input ke-i pada mengevaluasi efisiensi secara tepat
DMU ke- juga, sedangkan Yrj berdasarkan skala produksi dari DMU
menunjukan banyaknya output ke-r pada terbaik. CRS Primal digunakan untuk
DMU ke-j. Berikut adalah persamaan yang menentukan DMU mana yang efisien (=1)
digunakan dalam penelitian ini: dan yang inefisien (<1) serta untuk
1). Persamaan Primal model CCR berorientasi mengetahui nilai bobot variabel. Sedangkan
CRS Dual dan VRS digunakan untuk
output
mencari nilai Scale Efficiency. Nilai SE ini
Min h k  Vi X ij (Pers.1)
akan menunjukkan apakah DMU beroperasi
i
dengan optimal atau tidak. Dikatakan
Subject to  U r Yrj  1 (Pers.2)
r
optimal bila nilai VRS > SE, dan tidak
optimal bila nilai VRS < SE. Perhitungan
 U r Yrj  Vi X ij  0 (Pers.3)
r i ini dilakukan dengan menggunakan software
U r , Vi   (Pers.4) LINGO 11.0
keterangan: d. Analisa Variabel DEA

1024
Analisa variabel dengan metode DEA perbaikan yang dilakukan agar yang inefisien
diperlukan untuk mengetahui nilai bobot menjadi efisien.
yang diberikan model terhadap tiap variabel. 5. Kesimpulan dan Saran
Model yang dimaksud adalah model DEA Dari hasil analisis dan pembahasan maka
CRS Primal yaitu model model DEA yang dapat diambil suatu kesimpulan yang
memiliki performansi secara lengkap. merupakan hasil akhir dari penelitian.
Variasi besar bobot yang diterima oleh tiap Berdasarkan kesimpulan itu peneliti dapat
bulan di bagian produksi menunjukkan memberikan saran bagi puskesmas agar mampu
bahwa setiap variabel memberikan meningkatkan tingkat efisiensi pelayanannya
kontribusi yang berbeda pada setiap bulan di dengan baik sebagai bahan pertimbangan.
bagian produksi, artinya jika variabel
mendapatkan nilai bobot terbesar hal ini 3. Hasil dan Pembahasan
menunjukkan bahwa variabel tersebut lebih 3.1 Pemilihan Decision Making Unit (DMU)
berpengaruh pada pengambilan keputusan Menurut Charnes (1978), proses
pada setiap bulan di bagian produksi , pemilihan DMU dalam metode DEA
sedangkan variabel yang memiliki bobot mempunyai beberapa kriteria diantaranya DMU
nilai yang kecil memiliki pengaruh yang yang dipilih semuanya memiliki variabel input
kecil pula terhadap pengambilan keputusan dan output yang sama (homogen). Penelitian
pada setiap bulan dibagian produksi. ini difokuskan pada puskesmas kecamatan yang
e. Penentuan DMU yang Efisien dan memiliki sertifikat ISO 9001:2008 dan
Inefisien memiliki fasilitas rawat inap. Pada tahun 2013
Setelah dilakukan perhitungan efisiensi jumlah puskesmas dengan syarat tersebut
teknik yang menggunakan model DEA CRS berjumlah 10 puskesmas sehingga 10
Primal, maka akan diketahui DMU – DMU puskesmas tersebut dipilih menjadi DMU-
mana yang dianggap efisien maupun yang DMU pada penelitian ini yaitu diantaranya:
inefisien. 1. Puskesmas Jagir
f. Penentuan Peer Group 2. Puskesmas Tanah Kali Kedinding
Peer Group merupakan 3. Puskesmas Gunung Anyar
pengelompokkan unit yang efisien dengan 4. Puskesmas Krembangan Selatan
unit yang tidak efisien, sehingga dapat 5. Puskesmas Sidotopo Wetan
memberikan arahan perbaikan bagi unit 6. Puskesmas Dupak
yang tidak efisien. Peer Group ini dibentuk 7. Puskesmas Medokan Ayu
untuk menentukan arahan perbaikan 8. Puskesmas Tanjungsari
efisiensi bagi DMU yang inefisien dan 9. Puskesmas Balongsari
sebagai salah satu teknik perbaikan origin 10.Puskesmas Simomulyo
DEA. Penentuan Peer Group ini dilakukan
3.2 Identifikasi Variabel Yang Digunakan
dengan menggunakan software LINGO
Proses pemilihan variabel-variabel yang
11.0.
memiliki pengaruh dalam kegiatan proses
g. Strategi Perbaikan DMU
pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota
Strategi perbaikan dilakukan agar
Surabaya, dilakukan melalui proses
DMU yang inefisien menjadi efisien.
brainstorming dengan pihak Dinas Kesehatan
Strategi ini dilakukan dengan penetapan
dan kepala puskesmas serta penelitian terdahulu
target input-output dan analisa sensitivitas.
yang telah dilakukan. Adapun variabel-variabel
Penetapan target perbaikan input-output
yang digunakan ada pada Tabel 4.
dapat dicapai melalui perhitungan slack
variabel. Sedangkan untuk analisa 3.3 Klasifikasi Decision Making Unit (DMU)
sensitivitas dilakukan dengan menggunakan Proses klasfifikasi DMU proses
dual price. pemberian nama terhadap 10 puskesmas objek
4. Analisis dan Pembahasan penelitian menjadi DMU. Klasifikasi DMU
Tahap ini dilakukan pembahasan mengenai dapat dilihat pada Tabel 3.
pengumpulan data, pengolahan data yang telah
dilakukan beserta analisanya berdasarkan
informasi yang diperoleh, serta hasil dari
pengolahan data. Yaitu tentang DMU yang
efisien dan yang inefisien bagaimana langkah

1025
Tabel 3. Klasifikasi Decision Making Unit (DMU) dapat dikatakan bahwa variabel yang diteliti
Puskesmas Decision Making Unit memiliki hubungan/keterkaitan yang sempurna
(DMU) dengan variabel pembanding.
Jagir DMU 1 Berdasarkan analisa output SPSS 19.0
Tanah Kali Kedinding DMU 2 dapat diketahui bahwa nilai pearson correlation
Gunung Anyar DMU 3 yang dimiliki oleh setiap input dan output yang
Krembangan Selatan DMU 4 tidak berkorelasi sempurna maka tidak ada
Sidotopo Wetan DMU 5 proses mereduksi salah satu variabel, sehingga
Dupak DMU 6 seluruh variabel yang dijelaskan diatas dapat
Medokan Ayu DMU 7
digunakan semua untuk proses selanjutnya.
Tanjungsari DMU 8
Balongsari DMU 9
Simomulyo DMU 10
3.6 Perhitungan Efisiensi Relatif DMU
Penghitungan efisiensi relatif
menggunakan Model Matematis DEA CRS
3.4 Pengelompokan Input Dan Output
Berdasarkan pengamatan dan wawancara Primal dengan tujuan menghitung nilai efisiensi
langsung terhadap beberapa kepala puskesmas relatif secara konstan yakni setiap penambahan
sebuah input akan menghasilkan pertambahan
kota Surabaya, maka variabel input dan output
yang digunakan dalam pengolahan data dilihat sebuah output yang proporsional dan konstan.
pada Tabel 5. Berdasarkan pada Kepmenkes No 81
Tahun 2004 tentang pedoman penyusunan
Tabel 4. Variabel – Variabel Yang Digunakan perencanaan (sumber daya manusia), penelitian
Dalam Penelitian ini difokuskan untuk berorientasi output. Pada
No. Variabel orientasi input dalam prosesnya nanti akan
1 Jumlah Dokter Umum melakukan pengurangan jumlah input (tenaga
2 Jumlah Dokter Gigi medis, nonmedis, tempat tidur). Hal ini tentu
3 Jumlah Bidan kurang cocok diterapkan dalam puskesmas
4 Jumlah Perawat untuk kelanjutan pelayanan puskesmas dimasa
5 Jumlah Tenaga Non medis yang akan datang dimana ketersediaan tenaga
6 Jumlah Tempat Tidur Rawat Inap medis maupun non medis telah disesuaikan
7 Jumlah Pasien Pengobatan Dasar dengan cakupan penduduk yang akan ditangani
8 Jumlah Pasien Gigi dan Mulut dalam suatu puskesmas. Melihat semua
9 Jumlah Pasien Kesehatan Ibu dan Anak pertimbangan diatas, maka orientasi output
10 Jumlah Pasien Rawat Inap dinilai lebih cocok digunakan dalam
Tabel 5. Pengelompokan Input dan Output penyelesaian penelitian ini. Dimana nantinya
No. Input No. Output akan dilakukan maksimalisasi jumlah pasien
1 Jumlah dokter 1 Jumlah pasien yang akan ditangani.
umum pengobatan dasar
2 Jumlah dokter gigi 2 Jumlah pasien gigi Tabel 6. Nilai Efisiensi Relatif DMU
dan mulut
DMU Nilai Efisiensi Relatif
3 Jumlah Bidan 3 Jumlah pasien KIA
4 Jumlah perawat 4 Jumlah pasien rawat DMU 1 1,000000
inap DMU 2 1,000000
5 Jumlah tenaga non DMU 3 1,000000
medis DMU 4 1,000000
6 Jumlah tempat tidur DMU 5 1,000000
rawat inap DMU 6 1,000000
DMU 7 1,000000
3.5 Analisa Korelasi DMU 8 1,022726
Analisa korelasi dengan mengunakan uji DMU 9 1,056446
korelasi variabel dilakukan untuk mengetahui DMU 10 1,000000
hubungan antarvariabel. Analisa korelasi
dilakukan dengan menggunakan Software SPSS
19.0 yaitu Correlate Bivariate dimana Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa DMU 1,
parameter yang digunakan adalah nilai dari DMU 2, DMU 3, DMU 4, DMU 5, DMU 6,
Pearson Correlation. Jika nilai Pearson DMU 7, dan DMU 10 nilai efisiensi relatifnya
Correlation mendekati angka 1 (satu) maka adalah 1,00000 sedangkan DMU 8 nilai
efisiensi relatifnya adalah 1,022726, DMU 9

1026
nilai efisiensi relatifnya adalah 1,056446. 3.9.1 Model DEA Charnes, Cooper and
Seluruh puskesmas yang menjadi objek Rhodes Constant Return To Scale (DEA
penelitian berada pada kategori efisien kecuali CCR CRS) Dual
puskesmas Tanjungsari dan Balongsari. Tabel 7 menunjukkan bahwa DMU yang
nilai efisiensi relatifnya 1 tidak memiliki nilai
3.7 Analisa Faktor DEA
slack pada variabel-variabelnya. Hal ini
Analisa faktor DEA diperlukan untuk
dikarenakan kombinasi variabelnya dikatakan
mengetahui bobot yang diberikan model
sudah optimal. Sedangkan untuk DMU yang
terhadap tiap faktor. Faktor yang mendapat nilai
kurang efisien atau nilainya lebih dari 1,
bobot yang kecil berarti memiliki pengaruh
memiliki nilai slack pada variabel-variabel yang
pengaruh yang kecil pula terhadap nilai
dinilai kurang optimal jumlahnya. Nilai slack
efisiensi relatifnya.
ini muncul karena variabel input dan output
Berdasarkan perhitungan CRS Primal
bisa dijadikan lebih optimal dengan nilai slack
urutan faktor-faktor dimulai dari yang terbesar
tersebut.
hingga terkecil adalah jumlah tenaga non
Selain nilai slack, dapat juga dilihat
medis, jumlah tempat tidur, jumlah bidan,
bobot DMU yang bersangkutan dengan DMU
jumlah dokter umum, jumlah pasien rawat inap,
lainnya. Untuk DMU yang efisien, bobot DMU
jumlah pasien KIA, jumlah pasien gigi dan
yang dimiliki sebesar 1 dan dimiliki oleh DMU
mulut, jumlah pasien pengobatan umum,
itu sendiri. Hal ini dikarenakan DMU tersebut
jumlah perawat dan jumlah dokter gigi.
tidak mempunyai perbandingan dengan DMU
lain agar menjadi efisien (DMU sudah
3.8 Penentuan DMU Efisien Dan Inefisien
efisien).Sedangkan untuk DMU yang kurang
Berdasarkan nilai efisiensi relatif
efisien memiliki bobot terhadap DMU lain.
(Technical Efficiency = TE ) pada Tabel 6,
Nilai bobot tersebut dapat digunakan sebagai
maka dapat ditentukan bahwa DMU yang
acuan perbaikan dengan metode peer group.
Efisien dan Inefisien adalah :
1. DMU 8 dan DMU 9 adalah inefisien karena
3.9.2 Model DEA Banker, Cooper, and
nilai efisiensi relatifnya lebih besar dari 1
Charness Variable Return to Scale
(TE > 1)
(DEA BCC VRS) Dual
2. DMU 1, DMU 2, DMU 3,DMU 4, DMU 5,
Dalam perhitungan efisiensi relatif dengan
DMU 6, DMU 7, DMU 10adalah DMU
model DEA VRS Dual, memiliki fungsi tujuan
efisien karena nilai efisiensi relatifnya sama
yang sama dengan model DEA CRS Dual.
dengan 1 (TE = 1)
Perbedaannya adalah terdapat pembatasan
Nilai efisiensi relatifnya tidak terlalu jauh
bobot DMU pada Model DEA VRS Dual yang
dari 1 hal ini bukan berarti DMU 8 dan DMU 9
menunjukkan pengukuran efisiensi teknis
berada dalam kondisi yang benar-benar tidak
secara murni, sedangkan Model DEA CRS Dual
efisien, hanya saja DMU tersebut bisa
mengukur efisiensi teknis dan skala secara
meningkatkan nilai efisiensinya agar bisa
bersamaan. Karena kompetisi yang tidak
mendekati kategori efisien. Peningkatan nilai
sempurna, keterbatasan dana dan lain-lain,
bisa dilakukan dengan metode peer group atau
mungkin menyebabkan unit tidak beroperasi
analisis slack.
secara optimal. Dengan model VRS, technical
efficiency yang dipengaruhi oleh Scale
3.9 Perhitungan Target Input Dan Output
Efficiency pada model CRS akibat ada unit
Untuk Peningkatan Nilai Efisiensi
yang tidak beroperasi secara optimal dapat
Peningkatan performansi DMU dilakukan
diatasi.
dengan memperbaiki tingkat input dan output.
Sama seperti CRS Dual, DMU yang nilai
Penetapan target ini dilakukan terhadap DMU
efisiensi relatifnya 1 tidak memiliki nilai slack
yang inefisien agar menjadi efisien. Model
pada variabel-variabelnya. DMU yang kurang
DEA CRS Dual dan Model DEA VRS Dual
efisien memiliki nilai bobot terhadap DMU
dapat memberikan nilai efisiensi relatif dan
lain. DMU yang kurang efisien memiliki bobot
target relatif dengan melibatkan sifat faktor
terhadap DMU lain yang efisien yang menjadi
yang controllable maupun uncontrollable.
anggota peer group-nya. Nilai bobot tersebut
dapat digunakan sebagai acuan perbaikan
dengan metode peer group. Nilai efisiensi
DMU dapat dilihat pada Tabel 8.

1027
Tabel 7. Nilai Model DEA CCR CRS Dual 3.10 Scale Efficiency (SE)
DMU EFISIENSI SLACK BOBOT DMU Scale Efficiency (SE) merupakan indeks
RELATIF (λ)
1 1,000000 0 λ1 = 1,000000
efisiensi yang memandang bahwa unit DMU
2 1,000000 0 2= 1,000000 tidak berjalan optimal dalam skala produksi dan
3 1,000000 0 3 = 1,000000 dapat meminimalisasi kesalahan perhitungan
4 1,000000 0 4 = 1,000000 efisiensi teknis dari perhitungan constant return
5 1,000000 0 λ5= 1,000000
6 1,000000 0 λ6= 1,000000
to scale dan variable return to scale akibat
7 1,000000 0 λ7= 1.000000 DMU tidak berjalan dalam kondisi yang
1= 0,3182817
S 2 = optimal.Scale Efficiency (SE) diperoleh dari
8 1,022726
928,1078 3 = 0,1679277

rasio antara efisiensi teknis constant return to
S 4= 0,3358555
3 = 881,5801 7= 0,2431047 scale dan efisiensi teknis variable return to
scale. Perhitungan Scale Efficiency (SE)dapat
S1 = 0,671719 dilihat dalam Tabel 9 berikut ini:

S 2 = 0,2606785
 Tabel 9. Nilai Scale Efficiency (SE)
S 4 = 2,260678 Scale Efisiency
DMU TE CRS TE VRS
9 1,056446  2= 0,0598404 (SE)
S 2 = 648,1172 4= 0,6993426 1 1,000000 1,000000 1,000000
 λ6= 0,1854300
S 2 1,000000 1,000000 1,000000
1 = 0,9446129 7= 0,1291401
3 1,000000 1,000000 1,000000
S 2 = 0,4745331 4 1,000000 1,000000 1,000000
 5 1,000000 1,000000 1,000000
S 3 = 0,8510384 6 1,000000 1,000000 1,000000
S 4 = 3,749724
7 1,0000000 1,000000 1,000000
8 1,022726 1,021770 1,000935
10 1,0000000 0 10 = 1.000000
9 1,056446 1,012460 1,043444
10 1,000000 1,000000 1,000000
Tabel 8. Nilai Model DEA BCC VRS Dual
DMU EFISIENSI SLACK BOBOT DMU Berdasarkan perhitungan-perhitungan
RELATIF (λ) diatas dapat dilihat bahwa nilai efisiensi relatif
1 1,000000 0 λ1 = 1,000000
DMU 8 dan DMU 9 meningkat dengan
2 1,000000 0 2= 1,000000
3 1,000000 0 3 = 1,000000
menggunakan Model DEA VRS. Hal ini
4 1,000000 0 4 = 1,000000 dikarenakan Model DEA VRS lebih longgar
5 1,000000 0 λ5= 1,000000 dibandingkan dengan Model DEA CRS karena
6 1,000000 0 λ6= 1,000000
7 1,000000 0 λ7= 1.000000
adanya nilai efisiensi tidak berdasarkan skala
1= 0,3912957 produksi terbaik dari keseluruhan DMU.
8 1,021770
S 2 = 1130,470 3 =0,2174086 Berarti, Model DEA CRS mengukur efisiensi
 4= 0,0869358 secara keseluruhan, sedangkan Model DEA
S 3 = 521,1078 7= 0,3043521
VRS memisahkan efisiensi teknis dan skala
S1 = 0,5217607 serta mengukur efisiensi teknis murni.Pada
 DMU8 nilai efisiensi relatif model DEA VRS
S 3 = 0,3478735
sebesar 1,021770 dan nilai Scale Efficiency
S 4 = 2,000000
(SE) DMU 8 sebesar1,000935. Pada DMU9
9 1,012460  1= 0,2817299
nilai efisiensi relatif model DEA VRS sebesar
S 2 = 1087,118 4= 0,3591351 1,012460 dan nilai Scale Efficiency (SE) DMU
 λ6= 0,3591351 9 sebesar 1,043444.
S 4 = 7,911693

S1 = 0,8730804
3.11 Perhitungan Target
Perhitungan target merupakan langkah
S 2 = 0,1548103 dalam menetapkan target perbaikan
 produktivitas yang dapat dilakukan dengan
S 3 = 1,668756
perhitungan slack variabel, dimana koefisien
S 4 = 3,668756 dari slack variabel diperoleh berdasarkan
S  perhitungan DEA sebelumnya. Target
5 = 0,1548103
perbaikan ini bisa ditentukan dengan minimasi
10 1,0000000 0 10 = 1.000000

1028
input maupun optimasi output. Selain = Efisiensi relatif saat ini-kontribusi
menggunakan perhitungan slack, penetapan terhadap efisiensi relatif (Pers. 14)
target juga bisa dilakukan dengan teknik peer = 1,022726 - 0,001813 = 1,020913
group. Dimana dalam metode ini, DMU yang Dengan cara yang sama dilakukan juga
kurang efisien akan dibandingkan dengan DMU pada target peer group, untuk DMU 9 juga
lain yang efisien untuk menjadi peer groupnya. dilakukan cara yang sama. Penetapan target
Nilai target perbaikan untuk DMU yang kurang ini dilakukan untuk meningkatkan nilai efisiensi
efisien yakni DMU 8 dan DMU 9 dapat dilihat relatif DMU terutama untuk DMU yang kurang
dalam Tabel 10 dan 11. efisien. Tabel 13 menunjukkan perbedaan nilai
Nilai target perbaikan yang diberikan efisiensi relatif sebelum dan sesudah dilakukan
sama-sama memiliki kontribusi terhadap penetapan target.
perubahan nilai efisiensi relatif. Setiap metode Dari Tabel 13 dapat dilihat perubahan
perbaikan memiliki kombinasi target yang nilai efisiensi relatif dari sebelum dilakukan
berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. penetapan target sampai penetapan target. Nilai
Namun pada saat pemilihan alternatif perbaikan efisiensi relatif DMU 8 setelah penetapan target
bisa dilakukan proses analisis sensitivitas agar yang paling mendekati efisien (=1) ialah yang
proses perbaikan benar-benar memiliki dilakukan dengan metode peer group CRS dan
kontribusi meningkatkan nilai efisiensi VRS dengan nilai masing-masing 1,000275 dan
puskesmas yang kurang efisien. 1,000007.
Kedua target dari metode ini sama-sama
3.12 Analisa Sensitivitas bisa dijadikan acuan penetapan target agar
Analisa sensitivitas dalam penelitian ini DMU 8 menjadi efisien. Sedangkan untuk
dilakukan terhadap Model DEA CCR CRS DMU 9 nilai efisiensi relatif setelah penetapan
Dual dan BCC VRS Dual dengan target yang paling mendekati efisien (=1) ialah
menggunakan analisa Dual price. Analisa yang dilakukan dengan metode peer group CRS
sensitivitas bertujuan untuk mengetahui dan VRS dengan nilai masing-masing 1,00009
sensitivitas / kepekaan tiap faktor apabila dan 1,00005.
terdapat perubahan nilai faktor terhadap Jumlah dukun beranak di area Surabaya
perubahan nilai efisiensi relatif. Sensitivitas tiap Barat yang merupakan area keberadaan
faktor dianalisa secara independen sehingga Puskesmas Tanjungsari dan Balongsari
dapat diketahui pengaruh dari tiap faktor
berjumlah 12 orang pada tahun 2013. Jumlah
tersebut.
Dari hasil perkalian tersebut akan ini merupakan yang paling besar diantara area
didapatkan kontribusi perbaikan yang dimiliki yang lain, hal ini mengindikasikan bahwa masih
oleh setiap variabel untuk memperbaiki nilai banyak masyarakat yang menggunakan praktik
efisiensi DMU yang kurang efisien. dukun beranak pada saat persalinan. Dimana
Perhitungan analisis sensitivitas bisa dilihat hal ini menyebabkan pasien rawat inap
pada Tabel 12. persalinan di Puskesmas Tanjungsari dan
Peningkatan efisiensi relatif DMU 8
Balongsari kurang maksimal.
dengan target CRS Dual adalah:

Tabel 10. Target Perbaikan DMU 8


Faktor DMU 8
Aktual Target Target Target Peer Target Peer
CRS Dual VRS Dual Group CRS Group VRS
Jumlah dokter umum 8 7 8 8 8
Jumlah dokter gigi 4 4 4 4 4
Jumlah bidan 16 16 16 16 16
Jumlah perawat 18 16 16 18 18
Jumlah tenaga non medis 8 8 8 8 8
Jumlah tempat tidur 8 8 8 8 8
Jumlah pasien pengobatan umum 26776 26776 26776 27336 27314
Jumlah pasien gigi dan mulut 4098 5026 5228 5112 5311
Jumlah pasien KIA 3789 4671 4310 4750 4387
Jumlah pasien rawat inap 188 188 188 192 192

1029
Tabel 11. Target Perbaikan DMU 9
Faktor DMU 9
Aktual Target Target Target Peer Target Peer
CRS Dual VRS Dual Group CRS Group VRS
Jumlah dokter umum 7 6 6 7 7
Jumlah dokter gigi 3 3 3 3 3
Jumlah bidan 15 15 14 15 15
Jumlah perawat 17 14 14 17 17
Jumlah tenaga non medis 7 7 7 7 7
Jumlah tempat tidur 8 8 8 8 8
Jumlah pasien pengobatan umum 22134 22134 22134 23368 22385
Jumlah pasien gigi dan mulut 3211 3859 4298 4074 4335
Jumlah pasien KIA 4765 4765 4765 5031 4819
Jumlah pasien rawat inap 168 168 176 177 178

Tabel 12. Hasil Analisa Sensitivitas DMU 8 Model DEA CCR CRS Dual
Faktor Nilai Peningkatan Kontribus Peningkatan/ Kontribusi
Dual Price /Penurunan i terhadap Penurunan terhadap
(CRS Dual) efisiensi (Peer Group efisiensi
Relatif CRS) Relatif
Jumlah dokter umum 0,000001 1 0,000001 0 0
Jumlah dokter gigi 0,000001 0 0 0 0
Jumlah bidan 0,0027494 0 0 0 0
Jumlah perawat 0,000001 2 0,000002 0 0
Jumlah tenaga non medis 0,1103264 0 0 0 0
Jumlah tempat tidur 0,0120117 0 0 0 0
Jumlah pasien pengobatan umum 0,000026 0 0 560 0,01456
Jumlah pasien gigi dan mulut 0,000001 928 0,000928 1014 0,001014
Jumlah pasien KIA 0,000001 882 0,000882 961 0,000961
Jumlah pasien rawat inap 0,001479 0 0 4 0,005916
Total 0,001813 0,022451

Tabel 13. Nilai Efisiensi Setelah Penetapan Target


DMU Model Penetapan Nilai Efisiensi Kontribusi Target Nilai Efisiensi Setelah
Target Relatif Saat Ini Terhadap Efisiensi Relatif Penetapan Target
DMU 8 CRS Dual 1,022726 0,001813 1,020913
Peer Group CRS 1,022726 0,0226906 1,000275
VRS Dual 1,021770 0,001653 1,020117
Peer Group VRS 1,021770 0,0215848 1,000007
DMU 9 CRS Dual 1,056446 0,000652 1,020117
Peer Group CRS 1,056446 0,055994 1,00009
VRS Dual 1,012460 0,0011 1,01136
Peer Group VRS 1,012460 0,01236 1,00005

Disisi lain jumlah klinik pratama, klinik Dengan adanya sosialisasi yang bagus
utama serta klinik utama rawat inap untuk area diharapkan masyarakat menjadi lebih tahu
Surabaya Barat memiliki jumlah sarana tentang kemajuan fasilitas kesehatan.
kesehatan yang lebih banyak jika dibandingkan Ketersediaan sumber daya pelayanan saat ini,
dengan area lain. Hal ini dilihat dari cakupan puskesmas dinilai mampu mencapai target
penduduk di tiap area tersebut. Melihat hal ini pelayanan yang sudah diberikan.
puskesmas memiliki tugas untuk mengajak
masyarakat melakukan pelayanan kesehatan 4. Kesimpulan
dasar ke puskesmas. Agar fasilitas kesehatan Berikut ini kesimpulan dari penelitian
yang dimiliki puskesmas saat ini bisa yang dilakukan. Berdasarkan pengolahan
digunakan dengan baik oleh masyarakat. Selain data diatas dapat disimpulkan:
itu, puskesmas yang menjadi DMU 8 dan DMU 1. Dengan perhitungan berorientasi output
9 tergolong baru dalam kategori puskesmas maka didapatkan nilai perhitungan efisiensi
perawatan 24 jam, yakni baru diresmikan awal relatif dengan klasifikasi puskesmas efisien
tahun 2013 sebagai puskesmas rawat inap yakni puskesmas Jagir, Medokan Ayu,
persalinan. Tanah Kali kedinding, Gunung Anyar,
Krembangan Selatan, Sidotopo, Dupak dan

1030
Simomulyo dengan nilai efisiensi 1 (100%). Daftar Pustaka
Sedangkan untuk puskesmas yang inefisien
ialah puskesmas Tanjungsari dan Balongsari Badan Pusat Statistik. (2013), Surabaya Dalam
dengan nilai efisiensi lebih dari 1 (100%). Angka 2013. Surabaya: BPS
Nilai efisiensi berkisar antara 1 (100%)
sampai tak terhingga. Semakin nilai efisiensi Charnes, A., Cooper, W.W. dan Rhodes,
lebih besar dari 1 (100%), maka semakin E.(1978), Measuring The Efficiency of Decision
tidak efisien DMU tersebut. Making Unit. European Journal Of Operation
2. Urutan faktor-faktor dimulai dari yang Research, volume 2 (429-444).
terbesar hingga terkecil. Faktor yang
pertama adalah jumlah tenaga non medis, Dinas Kesehatan Kota Surabaya. (2014),
jumlah tempat tidur, jumlah bidan, jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Dinas
dokter umum, jumlah pasien rawat inap, Kesehatan Kota Surabaya.
jumlah pasien KIA, jumlah pasien gigi dan
mulut, jumlah pasien pengobatan umum, Golany, B. and Y. Roll (1989), An application
jumlah perawat dan jumlah dokter gigi. procedure for DEA, Omega, 17(3), 237-250.
Semakin besar nilai bobot maka pengaruh
yang diberikan terhadap nilai efisiensinya Indriarty , D.R. (2010), Analisis Pengaruh
juga akan semakin besar begitu juga Tingkat Kualitas Pelayanan Jasa Puskesmas
sebaliknya. DMU yang sudah berada pada Terhadap Kepuasan pasien. Skripsi tidak
kategori efisien dapat memperhatikan faktor dipublikasikan. Semarang: Universitas
yang memiliki bobot besar untuk menjaga Diponegoro.
nilai efisiensinya.
3. Nilai efisiensi relatif puskesmasTanjungsari Moses, L. Singgih. (2012). Pengukuran
dan Balongsarisetelah penetapan target yang Efisiensi Jasa Pelayanan Stasiun Pengisian
paling mendekati efisien (=1) ialah yang Bahan Bakar Umum (SPBU) Dengan Metode
dilakukan dengan metode peer group CRS Data Envelopment Analysis (DEA). Skripsi
dan VRS. Kedua target dari metode ini tidak dipublikasikan. Surabaya: Institut
sama-sama bisa dijadikan acuan penetapan Teknologi Sepuluh Nopember.
target hanya saja kombinasi penetapan target
yang diberikan tidak sama, namun Ramadany, R. (2009), Analisis Tingkat
kontribusi yang diberikan sama-sama Efisiensi Pelayanan Kesehatan di Tiap
mampu menjadikan Tanjungsari dan Kabupaten/Koya Se-Jawa Timur Dengan
Balongsari lebih efisien. Target perbaikan Metode Data Envelopment Analysis. Skripsi
Tanjungsari dan Balongsari dengan peer tidak dipublikasikan. Surabaya: Institut
group CRS dan VRS dapat dicapai dengan Teknologi Sepuluh Nopember
penambahan jumlah pasien pengobatan
umum , penambahan jumlah pasien gigi dan Wulansari, Y. (2012), Analisis Tingkat Efisiensi
mulut, penambahan jumlah pasien KIA dan Pelayanan Instalasi Rehabilitasi Medik di
penambahan jumlah pasien rawat inap. Rumah Sakit A dan B dengan Data
Peningkatan jumlah pasien dilakukan Envelopment Analysis. Skripsi tidak
melalui kegiatan sosialisasi mengenai dipublikasikan. Surabaya: Institut Teknologi
fasilitas puskesmas yang bersangkutan. Sepuluh Nopember.

1031

Anda mungkin juga menyukai