Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah
ini tepat waktu.

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia
yang berjudul “perkembangan EYD-PUEBI”. Kami berharap makalah ini dapat
menjadi referensi bagi pembaca dan penulis.

Kami menyadari bahwa pembuatan dan penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, Desember 2020

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1

C. Tujuan Masalah ....................................................................................................... 1

D. Manfaat Penelitian ................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2

A. Perkembangan EYD dan PUEBI ............................................................................. 2

1. Perkembangan EYD ............................................................................................ 2

2. Perkembangan PUEBI ......................................................................................... 3

B. Ciri-Ciri Khusus EYD dan PUEBI .......................................................................... 3

1. Ciri-Ciri EYD ...................................................................................................... 3

2. Ciri-Ciri PUEBI ................................................................................................... 5

C. Pengubahan EYD Menjadi PUEBI.......................................................................... 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 9

A. Kesimpulan .............................................................................................................. 9

B. Saran ........................................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bahasa adalah hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari karena


seabagai alat komunikasi untuk memperoleh suatu informasi. Dalam
pembelajaran bahasa banyak hal yang harus kita pelajari baik secara lisan
maupun tulisan, salah satunya mengenai ejaan. Ejaan merupakan sejumlah
aturan tentang cara penulisan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan
tanda baca sebagai sarananya. Perkembangan bahasa Indonesia telah terjadi
beberapa kali perubahan aturan ejaan. Dua yang terakhir ialah yang disebut
dengan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI). Ejaan yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan dalam
bahasa Indonesia yang sudah digunakan sejak tahun 1972. Namun, pada tahun
26 November 2015 yang lalu, Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) sudah
diganti menjadi Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Meski
sudah berlalu akan tetapi masih banyak juga belum tahu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah perkembangan EYD dan PUEBI.
2. Bagaimanakah ciri-ciri EYD dan PUEBI.
3. Mengapa EYD diubah menjadi PUEBI.

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui perkembangan EYD dan PUEBI.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri EYD dan PUEBI.
3. Untuk mengetahui alasan diubahnya EYD menjadi PUEBI.

D. Manfaat Penelitian
1. Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca.
2. Sebaga bahan referensi untuk peneliti selanjutnya yang ingin meneliti
tentang perkembangan EYD dan PUEBI.

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Perkembangan EYD dan PUEBI
1. Perkembangan EYD

Ejaan Yang Disempurnakan atau dikenal dengan EYD mengalami


beberapa perubahan dari masa ke masa, yaitu tahun 1972, tahun 1987, dan
tahun 2009 (Tim Pengembang Pedoman Bahasa Indonesia, 2016).
Masing-masing masa memiliki ciri khusus. Berawal dari Ejaan Baru atau
Ejaan LBK sebagai cikal bakal konsep EYD yang konsepnya
diperkenalkan oleh Lembaga Bahasa dan Kesastraan, konsep EYD terus
ditanggapi dan dibahas kalangan luas diseluruh tanah air selama beberapa
tahun. Konsep EYD akhirnya dilengkapi pada pelaksnaan Seminar Bahasa
Indonesia di Puncak pada tahun 1972. EYD merupakan hasil kinerja
panitia yang diatur dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tanggal 20 Mei 1972, No. 03/A.I/72. EYD diresmikan
bersamaan dengan Hari Proklamasi tahun 1972 pada pidato kenegaraan.
Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa
Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku
“Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan” dengan
kaidah penggunaan yang lebih luas.

Pada tahun 1987 diterbitkannya PUEYD edisi kedua atas dasar


Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 0543a/U/1987 pada tanggal 9 September 1987.

Kemudian pada tahun 2009 diterbitkannya PUEYD edisi ketiga


berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun
2009. Peraturan Menteri ini berlaku sejak 31 Juli 2009 dan menggantikan
peraturan yang lama yakni Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 0543a/U/1987 tentang Penyempurnaan Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. (Woenarso, 2013).
PUEYD edisi ketiga ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
masyarakat berbahasa Indonesia yang baik dan benar. PUEYD edisi ketiga
ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan masyarakat berbahasa
Indonesia yang baik dan benar.

2
3

2. Perkembangan PUEBI
Penyempurnaan terhadap ejaan bahasa Indonesia dilakukan oleh
lembaga resmi milik pemerintah yaitu Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Usaha
tersebut menghasilkan Peraturan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia.Pada tahun 2016 berdasarkan Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Anis Baswedan, aturan ejaan yang
bernama PUEYD diganti dengan nama Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (Tim Pengembang Pedoman Bahasa Indonesia, 2016). Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia selanjutnya dikenal dengan singkatan
PUEBI.

B. Ciri-Ciri Khusus EYD dan PUEBI

1. Ciri-Ciri EYD
EYD memiliki ciri-ciri khusus setiap perubahan yaitu pada tahun
1972, tahun 1987, dan tahun 2009.

Tahun 1972
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Huruf diftong oi hanya ditemukan di belakang kata, misalnya oi pada
kata amboi.
b. Huruf diftong oi hanya ditemukan di belakang kata, misalnya oi pada
kata amboi.
c. Masih menggunakan dua istilah yaitu huruf besar dan huruf kapital.
d. Penulisan huruf hanya mengatur dua macam huruf yaitu huruf besar
atau huruf kapital dan huruf miring.
e. Penulisan angka untuk menyatakan nilai uang menggunakan spasi
antara lambang dengan angka, misalnya Rp 500,00
f. Tanda petik dibedakan istilah dan penggunaannya menjadi dua, yaitu
tanda petik ganda dan tanda petik tunggal.
g. Terdapat tanda ulang berupa angka 2 biasa (bukan kecil di kanan atas
[2] atau juga bukan di kanan bawah [2]) yang dapat dipakai dalam
tulisan cepat dan notula untuk menyatakan pengulangan kata dasar,
misalnya dua2, mata2, dan hati2.
4

Tahun 1987
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Penggunana huruf kapital dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan terdapat catatan tambahan yaitu: (1) bila terdiri dari kata
dasar maka tulisan disambung, misalnya Tuhan Yang Mahakuasa; (2)
bila terdiri dari kata berimbuhan maka penulisan dipisah, misalnya
Tuhan Yang Maha Pengasih.
b. Huruf kapital sebagai huruf pertama nama orang diberi keterangan
tambahan, yaitu: jika nama jenis atau satuan ukuran ditulis dengan
huruf kecil, misalnya mesin diesel, 10 volt, dan 5 ampere.
c. Huruf kapital yang digunakan sebagai nama khas geografi diberi
catatan tambahan, yaitu: (1) istilah geografi bukan nama diri ditulis
dengan huruf kecil, misalnya berlayar ke teluk; (2) nama geografi
sebagai nama jenis ditulis dengan huruf kecil, misalnya, gula jawa.
d. Huruf kapital yang digunakan sebagai nama resmi badan dan dokumen
resmi terdapat catatan tambahan, yaitu jika tidak diikuti nama maka
ditulis dengan huruf kecil, misalnya sebuah republik dan menurut
undang-undang yang berbeda dengan Republik Indonesia dan Undang-
Undang Dasar 1945.
e. Penulisan angka untuk menyatakan nilai uang menggunakan spasi
antara lambang dengan angka terdapat catatan tambahan, yaitu: (1)
untuk desimal pada nilai mata uang dolar dinyatakan dengan titik,
misalnya $3.50; (2) angka yang menyatakan jumlah ribuan dibubuhkan
tanda titik, misalnya Buku ini berusia 1.999 tahun.

Tahun 2009
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Huruf diftong oi ditemukan pada posisi tengah dan posisi akhir dalam
sebuah kata, misalnya boikot dan amboi
b. Bentuk kh, ng, ny, dan sy dikelompokkan menjadi gabungan huruf
konsonan
c. Penulisan huruf masih tetap mengatur dua macam huruf, yaitu huruf
besar atau huruf kapital dan huruf miring.
d. Tanda garis miring terdapat penggunan tambahan, yaitu tanda garis
miring ganda untuk membatasi penggalan-penggalan dalam kalimat
untuk memudahkan pembacaan naskah.
5

2. Ciri-Ciri PUEBI
Terdapat banyak perubahan dari PUEYD ke PUEBI. Berikut ciri-ciri
dari Pedoman Umum EYD (lampiran Permendiknas RI No. 46 Tahun
2009) ke PUEBI (lampiran Permendikbud RI No. 50 Tahun 2015).

1. Pada PUEBI halaman 5-6 diberi penambahan informasi pelafalan


penggunaan diakritik é dan è. Diakritik berikut ini dapat digunakan jika
ejaan kata itu dapat menimbulkan keraguan.
a. Diakritik (é) dilafalkan [e]. Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (téras).
Kedelai merupakan bahan pokok kecap (kécap).
b. Diakritik (è) dilafalkan [ɛ]. Misalnya:
Kami menonton film seri (sèri).
Pertahanan militer (militèr) Indonesia cukup kuat.
c. Diakritik (ê) dilafalkan [ə]. Misalnya:
Pertandingan itu berakhir seri (sêri).
Upacara itu dihadiri pejabat teras (têras) Bank Indonesia.
Kecap (kêcap) dulu makanan itu.

2. Pada huruf konsonan terdapat catatan penggunaan huruf q dan x yang


lebih rinci, yaitu: (1) huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri
dan keprluan ilmu; (2) huruf x pada posisi awal kata diucapkan [s].

3. Pada EYD, hanya terdapat tiga diftong (ai, au, dan oi), sedangkan pada
PUEBI terdapat empat diftong (ai, au, ei, dan oi). Berarti, ada
penambahan diftong “ei”, misalnya pada kata “survei”.

4. Catatan pada bagian “Gabungan Huruf Konsonan” EYD yang


menyatakan bahwa “Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang
lain ditulis sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan khusus” dihilangkan.

5. Pada huruf kapital aturan penggunaan lebih diringkas (pada PUEYD


terdapat 16 aturan sedangkan pada PUEBI terdapat 13 aturan) dengan
disertai catatan.

6. Pada huruf tebal terdapat pengurangan aturan sehingga hanya dua


aturan, yaitu menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring dan
menegaskan bagian karangan seperti judul buku, bab, atau subbab.
6

7. Pada bagian penulisan “Huruf Miring” terdapat tiga perbedaan, yaitu:


a. Perubahan “bukan bahasa Indonesia” menjadi “dalam bahasa daerah
atau bahasa asing” ditulis dengan huruf miring.
Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam
bahasa daerah atau bahasa asing.
Misalnya:
Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian wisatawan
asing yang berkunjung ke Aceh.
Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
Weltanschauung bermakna 'pandangan dunia'.
Ungkapan bhinneka tunggal ika dijadikan semboyan negara
Indonesia.
b. Penambahan catatan bahwa nama diri dalam bahasa daerah atau
bahasa asing tidak perlu ditulis dengan huruf miring.
Catatan:
1) Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi, dalam
bahasa asing atau bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf
miring.
2) Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer),
bagian yang akan dicetak miring ditandai dengan garis bawah.
3) Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang
dikutip secara langsung dalam teks berbahasa Indonesia ditulis
dengan huruf miring.
c. Penghilangan bagian 3c, yaitu klausul “Ungkapan asing yang telah
diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan
sebagai kata Indonesia.
Misalnya:
Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus.

8. Pada bagian penulisan kata, terdapat enam perubahan, yaitu


a. Penambahan catatan pada butir B1.
Catatan:
Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -man, -wan,
atau -wi, ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
sukuisme
seniman
kamerawan
gerejawi
7

b. Penghilangan bagian B.1.b, yaitu klausul “Imbuhan dirangkaikan


dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau
kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.
Misalnya:
mem-PHK-kan
di-PTUN-kan
di-upgrade
me-recall
c. Pemindahan bagian B.2. yaitu klausul “Jika bentuk dasarnya berupa
gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata
yang langsung mengikuti atau mendahuluinya” ke bagian D.3.
(Gabungan Kata).
d. Pemindahan bagian B.3. yaitu klausul “ Jika bentuk dasar yang
berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur
gabungan kata itu ditulis serangkai” ke bagian D.4. (Gabungan
Kata).
e. Penghilangan klausul “Bentuk-bentuk terikat dari bahasa asing yang
diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti pro, kontra, dan anti,
dapat digunakan sebagai bentuk dasar.
Misalnya:
Sikap masyarakat yang pro lebih banyak daripada yang kontra
Mereka memperlihatkan sikap anti terhadap kejahatan.
f. Penghilangan klausul “Kata tak sebagai unsur gabungan dalam
peristilahan ditulis serangkai denganbentuk dasar yang
mengikutinya, tetapi ditulis terpisah jika diikuti oleh bentuk
berimbuhan.
Misalnya:
taklaik terbang
taktembus cahaya
tak bersuara
tak terpisahkan

Perbedaan lebih ciri antara PUEYD dengan PUEBI telah diteliti oleh
Mahmudah. Menurut Mahmudah (2016: 145-147) terdapat tujuh
perbedaan secara substantif, yaitu: (a) pemakian huruf, (b) kata depan, (c)
partikel, (d) singkatan dan akronim, (e) angka dan bilangan, (f) kata ganti
ku-, kau-, ku, -mu, dan –nya; (g) kata si dan sang
8

C. Pengubahan EYD Menjadi PUEBI


Pedoman Umum EYD adalah ejaan dalam Bahasa Indonesia yang dipakai
sejak tahun 1972. Sedangkan PUEBI ditetapkan pada tanggal 26 November
2015 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Anies Baswedan yang
menjabat saat itu dan resmi diundangkan pada tanggal 30 November 2015 oleh
Direktur Jenderal Peraturan Perundang-Undangan Kementrian Hukum dan
Hak Asasi Manusia RI. Penetapan tersebut memberikan arti, bahwa EYD
sudah tidak berlaku untuk dijadikan sebagai pedoman penulisan.

Adapun yang menjadi alasan sehingga dilakukan perubahan tersebut


antara lain:

1. Karena adanya kemajuan dalam berbagai bidang ilmu. Semakin kesini ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni semakin maju. Hal itu membuat
penggunaan Bahasa Indonesia semakin meluas, baik secara tulisan maupun
lisan. Sehingga dirasa penting perlu adanya perubahan pada ejaan Bahasa
Indonesia.

2. Untuk memantapkan fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Indonesia.


Maka dari itu ejaan Bahasa Indonesia perlu disempurnakan. Jadi perubahan
ejaan dari EYD ke PUEBI bukan berarti merubah keseluruhan justru
menyempurnakan dari yang sebelumnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan EYD edisi pertama mulai dari tahun 1972 meskipun
perkembangan Bahasa Indonesia sebenarnya dimulai sejak tahun 1901 dan
terus berkembang hingga diterbitkannya PUEBI pada tahun 2015 yang masih
digunakan sampai saat ini. Berdasarkan kedua ejaan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa banyak sekali perubahan yang terjadi dari EYD ke PUEBI.
Perubahan tersebut dapat berupa penambahan, penghilangan, maupun
pengubahan. Banyaknya perubahan tersebut memperlihatkan bahwa Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia masih terus berusaha
membenahi aturan Ejaan Bahasa Indonesia karena ejaan merupakan satu aspek
yang penting dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan
akan terus berkembang seiring berjalannya waktu.

B. Saran
Pengejaan kata sangat penting untuk dipelajari tetapi, masih banyak orang
yang belum mengetahui tentang pedoman yang digunakan saat ini. Maka dari
itu, kami memberikan saran:

1. Pemerintah lebih mempublikasikan tentang pedoman ejaan yang digunakan


saat ini.

2. Pembelajaran tentang pedoman ejaan sejak dini lebih diperhatikan.

9
DAFTAR PUSTAKA
Vicky. (2020, Februari 16). Ejaan Bahasa Indonesia. Dipetik Desember 24,
2020, dari http://rumahkkpk.com/ejaan-bahasa-indonesia-bukan-lagi-eyd-tapi-
puebi

Karyati, Z. (2016). Antara EYD dan PUEBI. Suatu Analisis Komparatif , 175-
185.

Mijianti, Y. (2018). Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia. Penyempurnaan


Ejaan Bahasa Indonesia , 113-126.

PUEBI Daring. (t.thn.). Dipetik Desember 23, 2020, dari


https://puebi.readthedocs.io/en/latest/

Wikipedia. (2020, Februari 26). Ejaan yang Disempurnakan. Dipetik Desember


24, 2020, dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/ejaan_yang_Disempurnakan

Mahmudah. 2016. Pemantapan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara.


Dalam Ramly dkk (Eds), Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Program Studi
Bahasa dan Sastra Indonesia (Aprobsi) (141-149). Bekasi: Asosiasi Program
Studi Bahasa dan Sastra Indonesia (Aprobsi) dan Metabook.

10

Anda mungkin juga menyukai