Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“ BATUAN ”
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Ilmu
Pengetahuan Bumi Dan Antariksa

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Derlina, M.Si

Oleh:

Kelompok 1 (Satu)

Dewi Melia Gultom (4193321017)


Eva Rolita Harianja (4193321020)

PROGRAM STUDI (S1) PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan kondisi sehat
pada masa pandemi saat ini. Sehingga penulis dapat mampu menyelesaikan tugas makalah
“Batuan”.
Makalah ini di tulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Pengetahuan
Bumi Dan Antariksa dengan dosen pengampunya Ibu Prof. Dr. Derlina, M.Si yang sudah
banyak memberikan bimbingan atas tugas ini. Kami juga sangat berterima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam memberikan semangat untuk dapat menyelesaikan
tugas ini tepat pada waktu pengumpulannya.
Dan kami kira makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas ini.
Akhirnya kami dengan kerendahan hati meminta maaf jika terdapat kesalahan dalam
penulisan atau penguraian tugas ini. Dengan harapan dapat diterima oleh ibu dan dapat
dijadikan sebagai acauan dalam proses pembelajaran. Atas perhatiannya penulis ucapkan
terimakasih.

Medan, 25 September 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

BAB I ............................................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................ 1

1.3 Tujuan ............................................................................................................................................... 1

BAB II........................................................................................................................................................... 2

ISI.................................................................................................................................................................. 2

2.1 Struktur Batuan................................................................................................................................ 2

2.2 Jenis – Jenis Batuan ........................................................................................................................... 9

2.3 Karakteristik Batuan ....................................................................................................................... 12

2.4 Siklus Batuan .................................................................................................................................... 15

BAB III ......................................................................................................................................................... 18

PENUTUP .................................................................................................................................................... 18

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................................... 18

3.2 Saran .................................................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batuan adalah benda padat yang terbentuk secara alami dan tersusun dari mineral dan
atau mineraloid. Lapisan terluar pada bumi atau disebut litosfer tersusun atas tiga macam
material utama yaitu padat, cair, dan gas dengan bahan dasar pembentuknya adalah magma.
Proses pembentukan yang berbeda-beda menghasilkan jenis batuan yang berbeda-beda pula.

Secara umum terdapat tiga jenis batuan yang ada di lapisan litosfer bumi. Magma yang
keluar dari perut bumi dan membeku karena mengalami proses pendinginan menghasilkan
batuan beku. Karena proses geomorfologi dan dipengaruhi oleh lamanya waktu, batuan hancur
tersebut mengendap dan terbentuklah batuan sedimen. Baik batuan sedimen atau beku dapat
berubah bentuk dalam waktu yang sangat lama karena adanya perubahan temperatur dan
tekanan yang kemudian menghasilkan batuan malihan atau batuan metamorf.

Di bumi ini batuan dibagi menjadi kelompok besar, batuan beku, batuan sedimen, dan
batuan malihan atau metarmorfis. Dalam batuan-batuan tersebut terdapat mineral, yaitu unsur
- unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom didalamnya tersusun
mengikuti suatu pola yang sistimatis. Dari mineral-mineral inilah dapat diketahui kandungan
yang terdapat pada batuan tersebut. Para ahli Petrologi yang mempelajari tentang batuan dan
proses pembentukan serta kejadiannya mampu mengklasifikasi dan mengidentifikasi jenis-
jenis batuan berdasarkan ilmu yang mereka miliki. Namun, dalam melakukannya masih
terbatas dengan cara cara konvensional.

1.2 Tujuan
• Bagaimana struktur batuan?
• Apa saja jenis – jenis batuan?
• Bagaimana karakteristik batuan?
• Bagaimana siklus batuan?

1.3 Manfaat
• Mengetahui sktruktur batuan
• Mengetahui jenis – jenis batuan
• Mengetahui karakteristik batuan
• Mengetahui siklus batuan

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Struktur Batuan

Adalah gambaran tentang kenampakan atau keadaan batuan, termasuk di dalamnya


bentuk atau kedudukannya. Struktur batuan mengamati ciri-ciri batuan dalam berskala besar,
yang dapat diamati di lapangan, seperti perlapisan, lineasi, kekar-kekar, dan vesikularitas. Oleh
karena itu sebongkah batuan (hand speciment) tidak dapat mendeskripsikan struktur batuan
tersebut.

• Tekstur batuan
Mengacu pada kenampakan butir-butir mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi
tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, granularitas, dan hubungan antar butir (fabric).
Jika warna batuan berhubungan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi, maka tekstur
berhubungan dengan sejarah pembentukan dan keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil dari
rangkaian proses sebelum,dan sesudah kristalisasi. Oleh karena itu, sebongkah batuan (hand
speciment) dapat mendeskripsikan tekstur batuan dengan ketelitian hingga 75%.

Berdasarkan keterjadiannya, Struktur batuan dapat dikelompokkan menjadi:

▪ Struktur primer, yaitu struktur yang terjadi pada saat proses pembentukan batuan.
Misalnya cross bedding pada batuan sedimen atau kekar akibat cooling joint pada
batuan beku.
▪ Struktur skunder, yaitu struktur yang terjadi kemudian setelah batuan terbentuk
akibat adanya proses deformasi atau tektonik. Misalnya fold, fault dan joint.
• Tekstur dan Struktur Pada Batuan Beku
1. Tekstur Pada Batuan Beku
Tekstur adalah kenampakan dari batuan (ukuran, bentuk dan hubungan keteraturan
mineral dalam batuan) yang dapat merefleksikan sejarah pembentukan dan keterdapatannya.
Faktor utama yang berperan dalam pembentukan tekstur pada batuan beku adalah kecepatan
pembekuan magma.

2
Faktor lain:

▪ Kecepatan difusi, kecepatan atom dan molekul berdifusi dalam cairan,


▪ Kecepatan pembentukan kristal,
▪ Kecepatan pertumbuhan kristal.

Tekstur umumnya ditentukan oleh beberapa hal yang penting, yaitu:

✓ Kristalinitas

Adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan
tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang
berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan
kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat
maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan
halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya
berbentuk amorf.

Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:

▪ Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal.


Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu
mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan.
▪ Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan
sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
▪ Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.
Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill,
atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan
▪ Granularitas

Didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya dikenal dua
kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:

▪ Fanerik, Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama
lain secara megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini
dapat dibedakan menjadi:

3
▪ Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan
mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur
afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya.

Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan
secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:

▪ Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
▪ Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
▪ Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.

Hubungan antar kristal, atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan
antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar,
relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

➢ Equigranular yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan
berukuran sama besar, Berdasarkan keidealan kristalnya, maka equigranular dibagi
menjadi tiga, yaitu:
❖ Panidiomorfik granular yaitu mineral-mineralnya terdiri dari mineral-
mineral yang euhedral.

4
❖ Hipidiomorfik granular yaitu mineral-mineralnya terdiri dari mineral-
mineral yang subhedral.
❖ Allotriomorfik granular yaitu mineral-mineralnya terdiri dari mineral-
mineral yang anhedral.
➢ Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak
sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau
matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.

2. Struktur Pada Batuan Beku

Berikut struktur-struktur yang berhubungan dengan aliran magma:

▪ Schlieren: struktur kesejajaran yang dibentuk mineral prismatik, pipih atau


memanjang atau oleh xenolith akibat pergerakan magma.
▪ Segregasi: struktur pengelompokan mineral (biasanya mineral mafik) yang
mengakibatkan perbedaan komposisi mineral dengan batuan induknya.
▪ Lava bantal: struktur yang diakibatkan oleh pergerakan lava akibat interaksi
dengan lingkungan air, bentuknya menyerupai bantal, di mana bagian atas
cembung dan bagian bawah cekung

Berikut struktur-struktur yang berhubungan dengan pendinginan magma:

• Vesikuler:lubang-lubang bekas gas pada batuan beku (lava).


• Amigdaloidal: lubang-lubang bekas gas pada batuan beku (lava), yang telah
diisi oleh mineral sekunder, seperti zeolit, kalsit, kuarsa.
• Kekar kolom: kekar berbentuk tiang dimana sumbunya tegak lurus arah
aliran.
• Kekar berlembar: kekar berbentuk lembaran, biasanya pada tepi/atap intrusi
besar akibat hilangnya beban, atau pada lava.

Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi batuan beku


extrusive dan intrusive. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan perbedaan pada tekstur
masing masing batuan tersebut. Kenampakan dari batuan beku yang tersingkap merupakan hal
pertama yang harus kita perhatikan. Kenampakan inilah yang disebut sebagai struktur batuan
beku.

5
➢ Struktur batuan beku ekstrusif

Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung
dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagia struktur yang
memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur
ini diantaranya:

▪ Masif yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat
seragam.

▪ Sheeting joint yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.

▪ Columnar joint yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah


polygonal seperti batang pensil.

6
▪ Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpalgumpal.
Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.

▪ Amigdaloidal yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral


lain seperti kalsit, kuarsa atau zeoli.

▪ Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran


mineral pada arah tertentu akibat aliran.

➢ Struktur Batuan Beku Intrusif

Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung
dibawah permukaan bumi. berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang
diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan
diskordan.

1. Konkordan

Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya, jenis jenis dari
tubuh batuan ini yaitu :

7
▪ Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan
batuan
▪ Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana
perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibat
penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan bagian dasarnya tetap datar.
Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan
meter
▪ Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith,
yaitu bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki
diameter yang lebih besar dari laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan
kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
▪ Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telah
terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara ratusan sampai
ribuan kilometer.
2. Diskordan

Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan disekitarnya. Jenis-jenis
tubuh batuan ini yaitu:

▪ Dike, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan


memiliki bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa
sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang ratusan meter.
▪ Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu >
100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar.
▪ Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya
lebih kecil.

8
2.2 Jenis – Jenis Batuan
• Batuan beku

Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk karena proses pembentukannya terjadi
dari magma yang telah mengalami pendinginan atau pembekuan. Umumnya batuan ini berada
di dalam kerak bumi. Hingga kini setidaknya sudah terdapat 700 jenis batuan beku yang
terindentifikasi.

Berdasarkan cara terbentuknya, batuan beku dibagi menjadi tiga macam, yaitu intrusive,
ekstrusif, dan hipabissal. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Intrusive

Batuan intrusive merupakan satu di antara batuan beku yang dalam proses
pembentukannya terjadi di dalam maupun di bawah permukaan bumi. Batuan jenis ini
merupakan bentuk dari pembekuan magma kerak bumi sehingga memiliki bentuk dan tekstur
yang kasar.

2. Ekstrusif

Batuan beku ekstrusif merupakan batuan yang terjadi di atas permukaan kerak bumi. Hal
ini disebabkan adanya proses pencairan magma di dalam kerak bumi. Proses pembentukan
jenis batuan beku ini lebih cepat dibandingkan dengan batuan beku intrusive. Pasalnya, proses
pembekuan terjadi di atas permukaan bumi.

3. Hipabissal

Batuan hipabissal terbentuk oleh adanya proses naik turunnya magma di dalam mantel
atau kerak bumi. Batuan ini terbentuk di antara batuan vukanik dan plutonik

• Batuan sedimen

Batuan sedimen adalah jenis batuan yang terbentuk di atas permukaan bumi dan terjadi
proses pembekuan pada suhu tekanan udara rendah. Batuan ini merupakan batuan yang sudah
ada sebelumnya dan terkena berbagai jenis pelapukan. Hasil dari proses pelapukan dan erosi
tersebut mengendap di dalam cekungan dan menjadi satu. Seiring berjalannya waktu,
kumpulan endapan tersebut menjadi sebuah batu yang baru.

9
Berdasarkan proses pembentukannya, batuan sedimen dibedakan menjadi empat jenis,
yaitu batuan sedimen klasik, batuan sedimen biokimia, batuan sedimen kimia, dan batuan
sedimen vulkanik.

1. Batuan Sedimen Klasik

Batuan sedimen klasik merupakan jenis batuan yang terdiri dari silikat dan beberapa
fragmen batuan yang diangkut menggunakan sebuah fluida dan kemudian material yang
diangkut oleh fluida ini akan terhenti, di mana fluida ini juga terhenti.

Bentuk dan ukuran dari batuan sedimen klasik dibedakan lagi sesuai skala ukuran partikel
yang mendominasi dan menggunakan ukuran skala butir.

2. Batuan Sedimen Biokimia

Batuan sedimen biokimia terdiri dari berbagai organisme, biasanya merupakan


organisme mikro yang ikut mengangkut material sehingga berkumpul pada tempat tertentu
dan membentuk sebuah batuan.

Jenis-jenis batuan sedimen biokimia ini, di antaranya batu gamping, batubara, batu
endapan rijang.

3. Batuan Sedimen Kimia

Batuan sedimen kimia merupakan batuan yang terbentuk dari sebuah kejadian ketika
kumpulan material terperangkap di dalam sebuah tempat dan kandungan mineral di dalam
larutannya menjadi jenuh dan membeku dengan proses anorganik atau secara kimiawi.

Contoh dari batuan sedimen kimia yang paling banyak ditemukan, antara lain batu
gamping oolitik dan batuan lain yang mengandung evaporit, seperti silvit, halit, barit, serta
gypsum

4. Batuan Sedimen Vulkanis

Batuan sedimen vulkanis terbentuk karena adanya arus piroklastik, breksi vulkanik,
breksi impact, dan proses lainnya yang jarang sekali ditemukan dan hanya ada pada beberapa
kasus saja.

10
• Batuan metamorf atau malihan
Batuan metamorf atau malihan merupakan jenis batuan yang berasal dari batuan sedimen
dan batuan beku. Batuan ini merupakan hasil transformasi dari suatu tipe batuan yang sudah
ada sebelumnya, atau biasa disebut dengan metamorfosis.

Proses pembentukan batuan ini berasal dari batuan yang sudah ada sebelumnya, yaitu
protolith. Batuan ini akan mengalami perubahan kimia atau fisika yang cukup besar. Pasalnya,
protolith atau batuan asal akan dikenai panas lebih dari 150 derajat celcius.

Batuan metamorf juga memiliki berbagai macam jenis. Berikut ini penjelasan beberapa
jenis batuan matamorf tersebut:

1. Batuan Metamorf Kontak

Batuan metamorf merupakan jenis batuan yang mengalami proses metamorfisis akibat
adanya suhu yang sangat tinggi. Suhu ini berasal dari aktivitas magma yang menyebabkan
terjadinya perubahan bentuk maupun warna batuan. Beberapa contoh dari batuan metamorf ini,
yaitu batu marmer, batolit, lakolit, dan batuan sill.

2. Batuan Metamorf Regional

Batuan metamorf regional merupakan sebuah kumpulan batuan metamorf dalam ukuran
yang cukup besar dan luas. Sebagian besar batuan di bawah kerak bumi merupakan batuan
metamorf yang mengalami proses metamorfosis ketika terjadinya tabrakan lempeng benua ini.

3. Batuan Metamorf Katalakstik

Batuan ini terjadi karena adanya proses mekanisme deformasi mekanis. Jadi, ketika ada
dua lempeng yang saling bergesekan maka akan menghasilkan panas yang sangat tinggi. Nah,
bagian yang masih mengalami gesekan tersebut yang akan mengalami perubahan struktur di
dalamnya.

4. Batuan Metamorf Tindihan

Sesuai namanya, batuan metamorf tindihan ini merupakan hasil dari batuan yang
tertimbun dalam kedalaman yang sangat dalam hingga mencapai perubahan suhu yang sangat
drastis. Batuan ini bisa berubah menjadi batuan metamorf regional jika terjadi perubahan suhu
dan tekanan yang terjadi secara terus menerus.

11
2.3 Karakteristik Batuan
• Batuan Beku
1. Warna Batuan Beku

Warna batuan beku bervariasi dari hitam, abu-abu dan putih cerah. Warna ini sangat
dipengaruhi oleh komposisi mineral penyusun batuan beku ini. Pencampuran warna mineral
merupakan faktor utama pewarnaan batuan beku. Contohnya ketika terjadi pencampuran
mineral hitam pekat dengan putih maka biasanya akan terbentuk batuan beku hitam berbintik
putih.

2. Tekstur Batuan Beku

Tekstur dari batuan juga terggantung kepada jenis mineralnya. Komposisi dari mineral
tersebut akan berhubungan dengan ukuran butir, tingkat kristalilasi, dan bentuk kristal.

3. Tingkat Keseragaman Butir

• Equigranular

Apabila kristal penyusunnya berukuran relatif seragam. Butir-butir penyusun batu


tersebut ukurannya hampir sama antara yang satu dengan lainnya.

• Inequigranular
Jika ukuran butir kristal penyusunnya tidak sama.

4. Bentuk Kristal

• Euhedral

Jika kristal berbentuk sempurna, dengan dibatasi oleh bidang kristal yang ideal (tegas,
jelas teratur).

• Subhedral

Kristalnya dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang tidak begitu jelas, sebagian teratur,
sebagian tidak.

12
• Anhedral

Kristalnya dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang tidak teratur.

5. Visualisasi Granularitas

Berdasarkan pengamatan dengan mata telanjang atau dengan kaca pembesar, batuan
beku memiliki 2 jenis granulitas, yaitu :

• Afanitik

Batuan beku berbutir sangat halus, sehingga mineral atau kristal penyusunnya tidak dapat
diamati dengan mata telanjang atau kaca pembesar.

• Fenerik

Batuan beku yang dapat diamati mineral penyusunnya, baik itu dalam bentuk kristal,
ukuran butir, atau hubungan antar butir.

6. Tingkat Kristalisasi
• Holokristalin
Batuan tersusun semuanya oleh kristal.
• Holohialin
Batuan seluruhnya tersusun oleh gelas atau kaca.
• Hipokristalin
Tersusun oleh sebagiannya kaca dan sebagiannya lagi oleh kristal.

• Batuan Sedimen
1. Warna batuan sedimen
Batuan sedimen yang sering dijumpai umumnya memiliki warna terang, seperti putih,
kuning, atau abu-abu terang. Namun, ada juga batuan sedimen yang memiliki warna gelap,
seperti hitam, coklat, dan merah. Warna batuan sedimen tergantung pada komposisi mineral
penyusunnya.
2. Bentuk butir penyusun batuan sedimen
Berdasarkan perbandingan dimensi tinggi, panjang, dan lebarnya, ada empat bentuk
batuan sedimen yaitu:

13
• Oblate, apabila ukuran tinggi sama dengan panjangnya, tetapi tidak sama dengan
lebarnya.
• Equant, apabila ukurang tinggi, panjang, dan lebarnya hampir sama.
• Bladed, apabila ukuran tinggi, panjang, dan lebarnya berbeda-beda.
• Prolate, apabila ukuran panjang dan lebarnya sama, tetapi ukuran tingginya berbeda
3. Kebundaran penyusun batuan sedimen
Berdasarkan kebundaran material penyusun batuan, komponen batuan sedimen
dibedakan menjadi enam tingkatan, yaitu:
• Sangat meruncing
• Meruncing
• Meruncing tanggung
• Membundar tanggung
• Membundar
• Sangat membundar

• Batuan Metamorf
1. Warna

Proses dari metamorfisme yang berbeda dan beragam mengakibatkan warna batuan ini
bervariasi. Mulai dari Feldspar, mika dan kwarsa. Feldspar mempunyai ciri khas yaitu adanya
belahan pada warna batuan. Lalu warna kwarsa yaitu putih jernih atau putih susu. Batuan ini
tidak memiliki belahan dengan berbagai bentuk. Terakhir adalah mika, yaitu batuan yang
punya belahan dan berwarna hitam yang disebut dengan biotit dan yang berwarna putih disebut
muskovit.

2. Struktur

Struktur dalam batuan metamorf ada dua, yaitu Foliasi dan Non-foliasi. Foliasi yang
berguna sebagai lapisan pada suatu batuan metamorf dengan bentuk yang mirip dengan
belahan. Hal itu adalah hasil dari suatu aktivitas penjajaran beberapa mineral yang berasal dari
suatu penyusun batuanya.

14
Non-foliasi merupakan batuan yang tanpa belahan. Tidak ada belahan pada proses ini
disebabkan oleh beberapa yang berasal penyusun utamanya tidak terlihat sehingga tidak bisa
diamati.

3. Bentuk Kristal

Bentuk kristal dalam kandungan batuan ini terbagi menjadi tiga jenis yaitu, yaitu
euhedral, subhedral, dan anhedral. Euhedral adalah kristal sempurna namun dibatasi dengan
tegas, jelas, dan teratur oleh bidang kristal yang ideal. Bentuk kristal ini adalah yang paling
baik diantara ketiga jenis yang ada. Kedua adalah subhedral, definisi subhedral adalah
kandungan batuan yang memiliki kristal terbatasi dengan tidak jelas dan sebagian tidak teratur
oleh bidang kristal yang ada. Terakhir adalah anhedral, Anhedral adalah kristal yang dibatasi
oleh bidang kristal dengan sifat tidak teratur.

2.4 Siklus Batuan

Siklus batuan adalah suatu proses yang menggambarkan perubahan dari magma yang
membeku akibat pengaruh cuaca hingga menjadi batuan beku, lalu sedimen, batuan sedimen
dan batuan metamorphic dan akhirnya berubah menjadi magma kembali. Mekanisme siklus
batuan yaitu magma mengalami proses siklus pendinginan, terjadi kristalisasi membentuk
batuan beku pada siklus ini, Ketika batu didorong jauh di bawah permukaan bumi, maka batuan
dapat melebur menjadi magma. Selanjutnya batuan beku tersebut mengalami pelapukan.
tererosi, terangkut dalam bentuk larutan ataupun tidak larut, diendapkan, sedimentasi
membentuk batuan sedimen.

Ada pula yang langsung mengalami peubahan bentuk menjadi metamorf saat siklus
berlangsung. Selanjutnya pada siklus ini, batuan sedimen dapat mengalami perubahan baik
secara kontak, dynamo dan hidrotermik akan mengalami perubahan bentuk dan menjadi
metamorf. Siklus berikutnya, batuan metamorf yang mencapai lapisan bumi yang suhunya
tinggi mungkin berubah lagi menjadi magma lewat proses magmatisasi.Setelah mengalami
siklus mulai dari magma tadi, batuan akan berubah bentuk dan jenisnya menjadi batuan beku,
batuan sedimen dan batuan metamorf kemudian menjadi magma kembali jika terdorong ke
dalam bumi dan meleleh.

15
• Batuan Beku

Batuan beku merupakan batuan di mana berasal dari cairan magma yang mengalami
proses pembekuan seperti yang telah diuraikan pada siklus diatas. Berdasarkan tempat
pembekuannya saat siklus berlangsung, tempat siklus batuan beku dibedakan menjadi tiga;

1. Batuan Beku Dalam (plutonik atau intrusive), merupakan batuan beku di mana saat siklus
berlangsung tempat pembekuannya berada jauh di dalam permukaan bumi. Proses siklus
pembekuannya sangat lambat.
2. Batuan Beku Korok, merupakan batuan beku di mana pada proses berlangsungnya siklus
tempat pembekuannya berada dekat dengan lapisan kerak bumi.
3. Batuan Beku Luar (Vulkanik atau Ekstrusif ), merupakan batuan beku di mana dihasilkan
siklus pada tempat pembekuannya berada di permukaan bumi. Siklus proses nya sangat
cepat, sehingga dapat terbentuk Kristal.
• Batuan Sedimen

Batuan sedimen merupakan batuan beku di mana saat terjadinya siklus mengalami
pelapukan, pengikisan, dan pengendapan karena pengaruh cuaca kemudian diangkut oleh
tenaga alam seperti air, angin, atau gletser dan diendapkan di tempat yang lain yang lebih
rendah (perhatikan kembali gambar siklus di atas). Menurut proses siklus nya, batuan sedimen
ini dibagi menjadi tiga;

1. Batuan Sedimen Klastik. Batuannya hanya mengalami proses siklus mekanik tanpa
mengalami proses siklus kimiawi dikarenakan tempat pengendapannya masih sama
susunan kimiawinya.
2. Batuan Sedimen Kimiawi di mana batuan ini terbentuk mengalami proses siklus kimiawi.
Jadi, batuannya hanya mengalami perubahan susunan kimiawinya. Proses siklus kimiawi
yang terjadi adalah: CaCO3 + H2O + CO2 Ca (HCO3)2
3. Batuan Sedimen Organik di mana batuan ini pada proses siklus pengendapannya,
mendapat pengaruh dari organisme lain seperti tumbuhan atau bisa dikatakan terjadi
pengaruh organisme pada siklus pembentukaannya.

Berdasarkan tempat endapannya, batuan ini dibedakan menjadi:

1. Batuan Sedimen Marine (laut) di mana saat siklus berlangsung di endapkan dilaut
2. Batuan Sedimen Fluvial (sungai) di mana saat siklus berlangsung di endapkan disungai

16
3. Batuan Sedimen Teistrik (darat) di mana saat siklus berlangsung di endapkan didarat
4. Batuan Sedimen Limnik (rawa) di mana saat siklus berlangsung di endapkan dirawa

Bedasarkan tenaga siklus yang mengangkut batuan ini, dibedakan menjadi:

1. Batuan Sedimen Aeris/Aeolis (tenaga angin) proses dari siklus nya dipengaruhi angin
2. Batuan Sedimen Glasial (tenaga es) proses dari siklus nya dipengaruhi es
3. Batuan Sedimen Aqualis (tenaga air) proses dari siklus nya dipengaruhi air
4. Batuan Sedimen Marine (tenaga air laut) proses dari siklus nya dipengaruhi laut
• Batuan Metamorf

Adanya penambahan suhu dan penambahan tekanan, campuran gas, yang terjadi secara
bersamaan pada saat proses siklus batuan sedimen. jenis-jenis batuan metamorf ini di
antaranya:

1. Batuan Metamorf Kontak (Thermal). Merupakan Batuan yang terbentuk saat siklus
karena adanya peningkatan suhu tinggi karena letaknya dekat dengan dapur magma.
2. Batuan Metamorf Dinamo. Merupakan batuan yang terbentuk dalam siklus karena
adanya tekanan tinggi.
3. Batuan Metamorf Thermal-Pneumatolik. Merupakan batuan yang terbentuk saat proses
siklus karena adanya peningkatan suhu dan tekanan yang tinggi.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Siklus batuan adalah suatu proses pembentukan batuan yang menggambarkan perubahan
dari magma yang membeku akibat pengaruh cuaca hingga menjadi batuan beku, lalu sedimen,
batuan sadimen dan batuan metamorphic dan akhirnya berubah menjadi magma kembali.
1. Di bumi terdapat tiga jenis batuan, yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan
metamorf.
2. Mineral adalah bahan padat anorganik yang terdapat secara alamiah, memiliki
karakteristik antara lain : warna, cerah, kilap, kekerasan, belahan, pecahan, berat jenis,
struktur dan sifat optik, sedangkan sifat kimia mineral antara lain kandungan unsur atau
senyawa kimia.
3. Terdapat empat jenis mineral di bumi, yaitu Silikat, Oksida, Sulfida, Sulfat dan Karbonat.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat di sampaikan oleh penulis yaitu
1. Kepada tenaga pendidik, yaitu agar lebih menambah wawasan tentang batuan dan
mineral sehingga dapat mempermudah transfer informasi tentang batuan dan mineral.
2. Kepada pembaca, yaitu agar dapat lebih mengait kan antara teori yang ada dengan
fenomena-fenomena yang terjadi sehingga dapat memper dalam pengetahuan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Endarto Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: LPP UNS dan UPT Press

Herrera, Cloutier Alain. 2010. Physical and Mechanical Properties of Gypsum Particleboard
Reinforced with Portland Cement, Europe Journal Wood. 6 (9) Hal 247-254

L. Toruan, Armin. 2013. Pengaruh Porositas Agrerat Terhadap Berat Jenis Maksimum
Campuran, Jurnal Sipil Statik. 1(3)

Sembiring Hengki. 2014. Penentuan Struktur Batuan Bawah Permukaan dan Uji Mekanik
Batuan di Daerah Pamah Paku Kutambaru Kabupaten Langkat, Skripsi. Medan:
Unimed

Noor Djauhari. 2008. Geologi untuk Perencanaan. Erlangga: Jakarta

19

Anda mungkin juga menyukai