SP-003-003
Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 133-144
Abstract: Studi bertujuan untuk menganalisis keterampilan berpikir dasar dan kompleks dalam buku teks IPA SMP
Kurikulum 2013 dan implementasinya pada proses pembelajaran. Studi dilakukan di kelas VII SMP salah satu
sekolah piloting Kurikulum 2013 di kota Bandung dengan metode kualitatif. Sebanyak 37 orang siswa kelas VII
dan satu guru IPA terlibat sebagai sampel penelitian. Rubrik analisis buku teks IPA, lembar observasi
implementasi keterampilan berpikir dasar dan kompleks dalam aktivitas belajar siswa digunakan sebagai
instrumen. Indikator keterampilan berpikir dasar yang dianalisis ada lima meliputi caution, transformations,
relationships, classification, dan qualifications. Keterampilan berpikir kompleks yang dianalisis adalah
keterampilan berpikir kritis. Indikator keterampilan berpikir kritis yang diukur ada lima yaitu memberi penjelasan
sederhana terhadap masalah (elementary clarification), mengumpulkan informasi dasar (basic information),
menyimpulkan (inferences), memberikan penjelasan lebih lanjut (advanced clarrification), serta mengatur strategi
dan taktik (strategy and tactics). Hasil penelitian menunjukkan bahwa representasi kemunculan indikator
keterampilan berpikir dasar dalam buku teks sebesar 93,33%. Prosentase kemunculan setiap indikator
keterampilan berpikir dasar dalam buku teks sebesar 45%. Representasi kemunculan indikator keterampilan
berpikir kritis dalam buku teks sebesar 80%. Prosentase kemunculan setiap indikator keterampilan berpikir kritis
dalam buku teks sebesar 50%. Representasi kemunculan indikator keterampilan berpikir dasar dalam
pembelajaran sebesar 80%. Prosentase kemunculan setiap indikator keterampilan berpikir dasar dalam
implementasi pembelajaran sebesar 59%. Representasi kemunculan indikator keterampilan berpikir kritis dalam
pembelajaran sebesar 100%. Prosentase kemunculan setiap indikator keterampilan berpikir kritis dalam
pembelajaran sebesar 67%. Indikator keterampilan berpikir dasar yang paling baik pada buku teks yaitu
relationships sebesar 58,33%, sedangkan yang paling rendah caution sebesar 25%. Indikator keterampilan
berpikir dasar yang paling banyak muncul pada pembelajaran yaitu relationships dan qualifications masing –
masing sebesar 100%, sedangkan yang tidak muncul transformation. Indikator keterampilan berpikir kritis yang
paling baik pada buku teks yaitu membangun keterampilan dasar sebesar 83,33%, sedangkan yang paling rendah
menyimpulkan, penjelasan lebih lanjut serta strategi dan taktik masing–masing sebesar 33,33%. Indikator
keterampilan berpikir kritis yang paling banyak muncul pada pembelajaran yaitu memberi penjelasan sederhana
sebesar 100%, sedangkan yang paling rendah membangun keterampilan dasar, penjelasan lebih lanjut, dan strategi
dan taktik masing – masing sebesar 50%. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam rangka perbaikan
mutu buku teks siswa dan pembelajaran IPA di SMP.
Kata kunci: Keterampilan Berpikir Dasar, Keterampilan Berpikir Kritis, Buku IPA, Kurikulum 2013, Implementasi
sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka Pembentukan keterampilan ini sangat
ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat menentukan dalam membangun kepribadian dan pola
pada guru, dan (g) penilaian belum menggunakan tindakan dalam kehidupan setiap insan Indonesia.
standar penilaian berbasis kompetensi, serta belum Karena itu pembelajaran termasuk pembelajaran sains
tegas memberikan layanan remedial dan pengayaan perlu diberdayakan untuk mencapai maksud tersebut
secara berbeda (Mulyasa, 2013: 60-61). (Liliasari, 2003). Tujuan utama dari pendidikan sains
Selain itu, beberapa hasil studi Internasional adalah menyiapkan siswa memahami konsep dan
tentang kemampuan peserta didik Indonesia dalam meningkatkan keterampilan berpikirnya. Sistem
kancah Internasional menunjukkan hasil yang tidak pendidikan sains harus mampu membantu siswa
menggembirakan (Kemendikbud, 2013 : 2). Hasil mencapai tujuan membangun sejumlah konsep dan
survei “Trends in International Math and Science” sistem konseptual yang bermakna, mengembangkan
(TIMS) tahun 2007, yang dilakukan oleh Global keterampilan berpikir bebas, kreatif, kritis, serta
Institute, menunjukkan hanya lima persen peserta meningkatkan kemampuan menerapkan
didik Indonesia peserta didik Indonesia yang mampu pengetahuannya untuk belajar, memecahkan masalah,
mengerjakan soal penalaran berkategori tinggi serta dan membuat keputusan (Kartimi, 2013).
hasil studi pada tahun 2009 menempatkan Indonesia Keterampilan berpikir juga didefinisikan sebagai
pada peringkat bawah sepuluh besar dari 65 negara keterampilan mental yang memadukan kecerdasan
pada Programme for International Student Assesment dengan pengalaman (de Bono, 2007). Berdasarkan
(PISA). prosesnya keterampilan berpikir dapat dikelompokkan
Untuk menghadapi berbagai masalah dan menjadi dua bagian yaitu keterampilan berpikir dasar
tantangan masa depan yang semakin lama semakin dan keterampilan berpikir kompleks (Liliasari, 2005).
rumit dan komplek maka kurikulum harus mampu Keterampilan berpikir dasar mencakup
membekali peserta didik dengan berbagai kompetensi. keterampilan berpikir yang dikemukakan oleh Bloom
Untuk mencapai visi tersebut sejak tahun 2013 dan Guilford (dalam Presseisen dalam Costa, 1985)
diberlakukan kurikulum baru sebagai pengganti dari yang meliputi caution, tansformations, relationships,
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yaitu calsiffication, dan qualifications. Berpikir kompleks
kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan tindak melibatkan banyak tahapan atau bagian-bagian.
lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) Proses berpikir kompleks dikategorikan sebagai
yang pernah diujicobakan pada tahun 2004 dan proses keterampilan berpikir tingkat tinggi yang
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006 terdiri dari empat macam, yaitu pemecahan masalah,
(Mulyasa, 2013 : 63). pengambilan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir
Menurut Kemdiknas (2013), kompetensi masa kreatif (Costa, 1985). Menurut Binkley (Griffin,
depan peserta didik di antaranya yaitu: (1) McGaw & Care, 2012: 18 dalam Soeyono, 2013) serta
kemampuan berkomunikasi, (2) kemampuan berpikir Bernie Trilling dan Charles Fadel (2009 dalam
jernih dan kritis, (3) kemampuan mempertimbangkan Soeyono, 2013), berpikir kritis dan kreatif serta
segi moral suatu permasalahan, (4) kemampuan metakognisi termasuk dalam keterampilan yang
menjadi warga negara yang bertanggung jawab, (5) diperlukan pada abad ke – 21.
kemampuan mengerti dan toleran terhadap perbedaan Berdasarkan penelitian dalam berbagai bidang
pandangan, (6) kemampuan hidup dalam masyarakat seperti sosial-sains diketahui bahwa peserta didik
yang mengglobal, (7) memiliki minat luas dalam yang lulus dari berbagai sekolah di berbagai negara
kehidupan, (8) memiliki kesiapan untuk bekerja, (9) tidak memiliki kemampuan untuk bersaing pada skala
memiliki kecerdasan, kreatifitas sesuai dengan bakat global karena tidak memiliki kemampuan untuk
dan minatnya, serta (10) memiliki rasa tanggung berpikir secara kritis (Frijters et al., 2008). Dengan
jawab terhadap lingkungan. demikian dilakukan upaya khusus untuk
Sasaran pembelajaran mencakup pengembangan mengidentifikasi keterampilan siswa yang diperlukan
ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan yang bagi kesuksesan masa depan serta mengintegrasikan
dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Proses keterampilan tersebut ke dalam kurikulum sekolah.
pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada Selain itu, perlu disadari bahwa selama ini
pengembangan ketiga ranah tersebut secara pendidikan formal hanya menekankan perkembangan
utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu yang terbatas pada ranah kognitif saja. Perkembangan
tidak bisa dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan pada ranah afektif yang berupa sikap dan perasaan
demikian proses pembelajaran secara utuh melahirkan kurang diperhatikan. Terbukti pada pengajaran di
kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan sekolah, jarang sekali ada kegiatan yang menuntut
penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan pemikiran divergen atau berpikir kreatif sehingga
(Kemdikbud, 2013: 3-4). Ranah taksonomi siswa tidak terangsang untuk berpikir, bersikap, dan
diimplementasikan ke dalam struktur kurikulum berperilaku kreatif. Kebanyakan sekolah tidak
berupa kompetensi inti yang dirancang seiring dengan mengajarkan murid berpikir dan hanya beberapa
meningkatnya usia peserta didik. Rumusan sekolah yang mengajarkan sedikit keterampilan
kompetensi inti tersebut meliputi kompetensi sikap berpikir melalui pemilahan informasi dan analisis (de
spiritual, kompetensi sikap sosial, kompetensi Bono, 2007). Oleh sebab itu dalam proses
pengetahuan, dan kompetensi keterampilan pembelajaran diperlukan cara yang mendorong siswa
(Kemdikbud, 2013: 6). untuk memahami masalah, meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyusun
memberikan andil yang cukup besar dalam upaya berguna dan dibutuhkan, dipersiapkan secara
memperluas kesempatan memperoleh pendidikan. sistematis dan mendetail, (2) pengetahuan yang
Selain itu buku teks pelajaran juga mendorong diperoleh sebagai hasil belajar hendaknya
peningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. ditempatkan dalam kedudukan yang berarti, yang
Hal serupa diutarakan oleh Oerizi dan Aabedi memungkinkan dilaksanakannya kegiatan baru dan
(2008) bahwa dalam sistem pendidikan, buku kegiatan yang lebih menyeluruh.
memegang peranan sebagai salah satu referensi dan Green dan Petty (1971: 545-548 dalam Tarigan
sumber belajar terpenting bagi pembelajaran siswa. dan Tarigan, 1986: 20-21) telah menyusun cara
Tarigan dan Tarigan (2009) mendefinisikan penilaian buku teks dengan 10 kriteria. Apabila suatu
buku teks sebagai buku pelajaran dalam bidang studi buku dapat memenuhi 10 syarat yang diajukan maka
tertentu yang merupakan buku standar, yang disusun dapat dikatakan buku teks tersebut berkualitas. Butir-
oleh para pakar dalam bidang itu untuk maksud dan butir yang harus dipenuhi oleh suatu buku teks, yang
tujun instruksional yang dilengkapi dengan sarana- tergolong dalam berkualitas tinggi, yaitu: (1) buku
sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami teks haruslah menarik minat anak-anak, yaitu para
oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan siswa yang mempergunakannya, (2) buku teks itu
perguruan tinggi sehingga dapat menunjang proses haruslah mampu memberi motivasi kepada para siswa
pembelajaran. yang mempergunakannya, (3) buku teks itu haruslah
Buku teks adalah salah satu media pembelajaran memuat ilustrasi yang menarik hati para siswa yang
yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses memanfaatkannya, (4) buku teks seyogiyanya
pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pernyataan mempertimbangkan aspek-aspek linguistik sehingga
Sadiman, dkk. (2009: 7) yang mengatakan, bahwa sesuai dengan kemampuan para siswa yang
”media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan memakainya, (5) buku teks itu isinya haruslah
untuk meyalurkan pesan dari pengirim ke penerima berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya;
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, lebih baik lagi kalau dapat menunjangnya dengan
perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rencana, sehingga semuanya merupakan suatu
rupa sehingga proses belajar terjadi”. Dengan kata kebulatan yang utuh dan terpadu, (6) buku teks itu
lain, media adalah segala sesuatu yang dapat haruslah dapat menstimulasi, merangsang aktivitas-
digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat akitivitas pribadi para siswa yang
merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, mempergunakannya, (7) buku teks itu haruslah
perhatian, dan kemauan siswa, sehingga dapat dengan sadar dan tegas menghindari konsep-konsep
mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri yang samar-samar dan tidak biasa, agar tidak sempat
siswa. membingungkan para siswa yang memakainya, (8)
Terkait dengan pentingnya buku teks pelajaran, buku teks itu haruslah mempunyai sudut pandang
UNESCO menggariskan tiga fungsi pokok dari buku yang jelas dan tegas sehigga juga pada akhirnya
teks pelajaran, yaitu: (1) fungsi informasi, (2) fungsi menjadi sudut pandang para pemakainya yang setia,
pengaturan dan pengorganisasian pembelajaran, serta (9) buku teks itu haruslah mampu memberi
(3) fungsi pemandu pembelajaran (Seguin, 1989: 18- pemantapan, penekanan pada nilai-nilai anak dan
19 dalam Fitri dkk, 2013). orang dewasa, dan (10) buku teks itu haruslah dapat
Nasution (2005) mengemukakan bahwa buku menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para siswa
ajar memiliki kegunaan bagi guru dan siswa. yang memakainya.
Kegunaan buku ajar bagi siswa tersebut antara lain:
1)`memberikan kesempatan kepada siswa untuk Hakikat Sains
mengulangi atau mempelajari pelajaran baru, 2)
memudahkan siswa dalam mencapai tujuan Mata Pelajaran Biologi di SMP sebagai bagian dari
pengajaran, mengandung tugas-tugas sehingga pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam atau sains
melibatkan proses berpikir bagi siswa, serta 3) mengharuskan siswa mencari tahu tentang alam secara
membantu dalam penguasaan bahasa yang baik dan sistematis. Sains bukan hanya penguasaan kumpulan
benar. Sedangkan kegunaan buku ajar bagi guru, pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
yaitu: 1) membantu dalam menjabarkan materi, 2) atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
membantu dalam menentukan media pengajaran yang proses penemuan oleh siswa (BSNP, 2006). Carin &
diperlukan, 3) membantu guru dalam melakukan Sund (1989 dalam Widowati, 2008)) mendefinisikan
evaluasi hasil belajar, 4) menjadi pegangan dan sains sebagai suatu sistem untuk memahami alam
pedoman dalam mengajar, serta 5) membantu dalam semesta melalui observasi dan eksperimen yang
menggunakan metode mengajar. terkontrol.
Buku yang dirancang sesuai dengan kurikulum Wigner (dalam Widowati, 2008) mendefiniskan
yang berlaku serta dikembangkan dengan paradigma sains sebagai gudang/ atau penyimpanan pengetahuan
baru akan mengarahkan proses pembelajaran pada tentang gejala-gejala alam. Bube (dalam Widowati,
arah yang benar sesuai tuntutan kurikulum dengan 2008) mendefinisikan sains sebagai pengetahuan
paradigma baru tersebut (Adisendjaja, 2008). tentang dunia alamiah yang diperoleh dari interaksi
Menurut Dewey (1964 dalam Sukmadinata, indra dengan dunia tersebut. Pernyataan ini
2011), penyusunan bahan ajar hendaknya memberikan suatu ketelitian yang menarik tentang
memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut: (1) bagiamana kegiatan observasi berlangsung, yaitu: (a)
bahan ajar hendaknya konkret, dipilih yang betul-betul observasi gejala-gejala alam, yang merupakan dasar
otoritas dimana pengetahuan ilmiah berlaku, melalui N Basic Processes Penjelasan Sub Basic
pikiran dan indra seseorang; (b) proses observasi o Processes
menyangkut dua jalur interaksi antara observer dan creating
yang diobservasi. Observasi merupakan dua jalur, meanings
yaitu: (1) observer dipengaruhi untuk merespon (Mengaitkan
terhadap stimulus di lingkungannya melalui indranya; karakteristik
(2) objek atau gejala yang diobservasi juga yang diketahui
diperlakukan dan mungkin berubah. pada
karakteristik
yang tidak
Keterampilan Berpikir diketahui,
menciptakan
Menurut Costa (Hassoubah, 2008: 35; Tawil, 2011), makna)
berpikir pada umumnya dianggap suatu proses 3 Relationships Detecting Parts and
kognitif, suatu tindakan mental untuk memperoleh regular whole,
pengetahuan. Proses berpikir berhubungan dengan operations patterns
tingkah laku yang lain dan memerlukan keterlibatan (Mendeteksi Analysis and
aktif seseorang yang melakukannya. Hubungan ini operasi biasa) sinthesis
dapat saling terkait dengan struktur yang mapan dan Sequences
dapat diapresiasikan oleh pemikir melalui bermacam- and order
Logical
macam cara. Jadi berpikir merupakan upaya yang
deductions
kompleks dan reflektif bahkan juga pengalaman
kreatif. Sedangkan, menurut Purwanto (2002: 43) 4 Classification Determining Similarities
“berpikir adalah suatu keaktifan pribadi manusia yang common and
mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu qualities differences
tujuan”. (Menentukan Grouping
Beberapa ahli psikologi setuju bahwa berpikir kualitas secara and sorting,
melibatkan suatu bentuk aktivitas mental. Aktivitas umum) comparison
tersebut dapat dijelaskan berdasarkan aktvitas yang Either/or
dilakukan pikiran ketika berpikir. Komponen operasi distinctions
mental ini terdiri atas dua bentuk umum, yaitu operasi 5 Qualifications Finding Units of
kognitif dan metakognitif. Operasi kognitif terdiri dari unique basic
operasi-operasi yang digunakan untuk menemukan characteristic identity
atau membangun makna. Operasi kognitif mencakup s Definitions,
berbagai strategi yang kompleks, misalnya: membuat (Menemukan facts
keputusan dan pemecahan masalah; dan keterampilan karakteristik Problem/tas
unik) k recognition
yang kurang kompleks, misalnya: keterampilan proses
menganalisis dan mensintesis, melakukan penalaran,
dan berpikir kritis (Supardi, 2012).
Menurut Presseisen (dalam Costa, 1985), proses Semakin rumitnya permasalahan yang muncul
berpikir dapat dikelompokkan dalam berpikir dasar menuntut penguasaan berpikir bukan hanya berpikir
dan berpikir kompleks. Keterampilan berpikir dasar dasar, melainkan keterampilan berpikir kompleks atau
yang meliputi caution, tansformations, relationships, berpikir tingkat tinggi. Mc Davitt menyatakan berpikir
calsiffication, dan qualifications. tingkat tinggi melibatkan analisis, sintesis, dan
evaluasi serta menuntut terhadap penguasaan
keterampilan berpikir tingkat rendah (King, et al.
Tabel 1. Indikator Keterampilan Berpikir Dasar
1999).
Menurut Costa (1985) Proses berpikir kompleks
N Basic Processes Penjelasan Sub Basic
yang disebut proses berpikir tingkat tinggi antara lain
o Processes
berupa pemecahan masalah, pengambilan keputusan,
1 Caution Establishing Predictions
cause and Interferences
berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Fokus
effect, Judgements keterampilan berpikir kompleks dalam penelitian ini
assesment Evaluations meliputi dua aspek keterampilan berpikir kritis
(Membangun Sebaliknya berpikir kritis menggunakan dasar
sebab akibat, proses berpikir untuk menganalisis argumen dan
penilaian) memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan
2 Transformation Relating Analogies interpretasi, untuk mengembangkan pola penalaran
s known to Metaphors yang kohesif dan logis, memahami asumsi dan bias
unknown Logical yang mendasari tiap-tiap posisi, memberikan model
characteristis, Inductions presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan
meyakinkan (Costa, 1985 dalam Kartimi, 2013).