Anda di halaman 1dari 12

SP-003-004

SP-003-003

Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 133-144

Analisis Implementasi Keterampilan Berpikir Dasar dan Kompleks


dalam Buku IPA Pegangan Siswa SMP Kurikulum 2013
dan Implementasinya dalam Pembelajaran

Rina Nugrahenny Sunardjo*, Suroso Adi Yudhianto, Taufik Rahman

Jurusan Pendidikan Biologi, Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia


Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154
*Corresponding author: rinasunardjo@gmail.com

Abstract: Studi bertujuan untuk menganalisis keterampilan berpikir dasar dan kompleks dalam buku teks IPA SMP
Kurikulum 2013 dan implementasinya pada proses pembelajaran. Studi dilakukan di kelas VII SMP salah satu
sekolah piloting Kurikulum 2013 di kota Bandung dengan metode kualitatif. Sebanyak 37 orang siswa kelas VII
dan satu guru IPA terlibat sebagai sampel penelitian. Rubrik analisis buku teks IPA, lembar observasi
implementasi keterampilan berpikir dasar dan kompleks dalam aktivitas belajar siswa digunakan sebagai
instrumen. Indikator keterampilan berpikir dasar yang dianalisis ada lima meliputi caution, transformations,
relationships, classification, dan qualifications. Keterampilan berpikir kompleks yang dianalisis adalah
keterampilan berpikir kritis. Indikator keterampilan berpikir kritis yang diukur ada lima yaitu memberi penjelasan
sederhana terhadap masalah (elementary clarification), mengumpulkan informasi dasar (basic information),
menyimpulkan (inferences), memberikan penjelasan lebih lanjut (advanced clarrification), serta mengatur strategi
dan taktik (strategy and tactics). Hasil penelitian menunjukkan bahwa representasi kemunculan indikator
keterampilan berpikir dasar dalam buku teks sebesar 93,33%. Prosentase kemunculan setiap indikator
keterampilan berpikir dasar dalam buku teks sebesar 45%. Representasi kemunculan indikator keterampilan
berpikir kritis dalam buku teks sebesar 80%. Prosentase kemunculan setiap indikator keterampilan berpikir kritis
dalam buku teks sebesar 50%. Representasi kemunculan indikator keterampilan berpikir dasar dalam
pembelajaran sebesar 80%. Prosentase kemunculan setiap indikator keterampilan berpikir dasar dalam
implementasi pembelajaran sebesar 59%. Representasi kemunculan indikator keterampilan berpikir kritis dalam
pembelajaran sebesar 100%. Prosentase kemunculan setiap indikator keterampilan berpikir kritis dalam
pembelajaran sebesar 67%. Indikator keterampilan berpikir dasar yang paling baik pada buku teks yaitu
relationships sebesar 58,33%, sedangkan yang paling rendah caution sebesar 25%. Indikator keterampilan
berpikir dasar yang paling banyak muncul pada pembelajaran yaitu relationships dan qualifications masing –
masing sebesar 100%, sedangkan yang tidak muncul transformation. Indikator keterampilan berpikir kritis yang
paling baik pada buku teks yaitu membangun keterampilan dasar sebesar 83,33%, sedangkan yang paling rendah
menyimpulkan, penjelasan lebih lanjut serta strategi dan taktik masing–masing sebesar 33,33%. Indikator
keterampilan berpikir kritis yang paling banyak muncul pada pembelajaran yaitu memberi penjelasan sederhana
sebesar 100%, sedangkan yang paling rendah membangun keterampilan dasar, penjelasan lebih lanjut, dan strategi
dan taktik masing – masing sebesar 50%. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam rangka perbaikan
mutu buku teks siswa dan pembelajaran IPA di SMP.

Kata kunci: Keterampilan Berpikir Dasar, Keterampilan Berpikir Kritis, Buku IPA, Kurikulum 2013, Implementasi

Penyempurnaan Kurikulum Tingkat Satuan


1. PENDAHULUAN Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013,
didorong oleh adanya beberapa kelemahan yang
Seiring dengan tuntutan perkembangan zaman, ditemukan dalam KTSP 2006 sebagai berikut; (a) isi
perubahan kurikulum di sekolah merupakan sebuah dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat, (b)
fenomena yang tidak dapat dihindari. Kurikulum 2013 kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara
mulai diberlakukan sejak tahun ajaran 2013/2014 pada utuh sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan
bulan Juli 2013 di sekolah piloting. Salah satu nasional, (c) kompetensi yang dikembangkan lebih
karakteristik yang digunakan untuk merancang didominasi oleh aspek pengetahuan, (d) belum
kurikulum 2013 yaitu mengembangkan keseimbangan terakomodasinya keseimbangan soft skill dan hard
antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa skill, serta jiwa kewirausahaan, (e) kurikulum belum
ingin tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan sosial
intelektual dan motorik (Kemdikbud, 2013). yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun
global, (f) standar proses pembelajaran yang rinci

Seminar Nasional XIII Pendidikan Biologi FKIP UNS 133


Sunardjo et al. Analisis Implementasi Keterampilan Berpikir Dasar dan Kompleks dalam Buku IPA

sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka Pembentukan keterampilan ini sangat
ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat menentukan dalam membangun kepribadian dan pola
pada guru, dan (g) penilaian belum menggunakan tindakan dalam kehidupan setiap insan Indonesia.
standar penilaian berbasis kompetensi, serta belum Karena itu pembelajaran termasuk pembelajaran sains
tegas memberikan layanan remedial dan pengayaan perlu diberdayakan untuk mencapai maksud tersebut
secara berbeda (Mulyasa, 2013: 60-61). (Liliasari, 2003). Tujuan utama dari pendidikan sains
Selain itu, beberapa hasil studi Internasional adalah menyiapkan siswa memahami konsep dan
tentang kemampuan peserta didik Indonesia dalam meningkatkan keterampilan berpikirnya. Sistem
kancah Internasional menunjukkan hasil yang tidak pendidikan sains harus mampu membantu siswa
menggembirakan (Kemendikbud, 2013 : 2). Hasil mencapai tujuan membangun sejumlah konsep dan
survei “Trends in International Math and Science” sistem konseptual yang bermakna, mengembangkan
(TIMS) tahun 2007, yang dilakukan oleh Global keterampilan berpikir bebas, kreatif, kritis, serta
Institute, menunjukkan hanya lima persen peserta meningkatkan kemampuan menerapkan
didik Indonesia peserta didik Indonesia yang mampu pengetahuannya untuk belajar, memecahkan masalah,
mengerjakan soal penalaran berkategori tinggi serta dan membuat keputusan (Kartimi, 2013).
hasil studi pada tahun 2009 menempatkan Indonesia Keterampilan berpikir juga didefinisikan sebagai
pada peringkat bawah sepuluh besar dari 65 negara keterampilan mental yang memadukan kecerdasan
pada Programme for International Student Assesment dengan pengalaman (de Bono, 2007). Berdasarkan
(PISA). prosesnya keterampilan berpikir dapat dikelompokkan
Untuk menghadapi berbagai masalah dan menjadi dua bagian yaitu keterampilan berpikir dasar
tantangan masa depan yang semakin lama semakin dan keterampilan berpikir kompleks (Liliasari, 2005).
rumit dan komplek maka kurikulum harus mampu Keterampilan berpikir dasar mencakup
membekali peserta didik dengan berbagai kompetensi. keterampilan berpikir yang dikemukakan oleh Bloom
Untuk mencapai visi tersebut sejak tahun 2013 dan Guilford (dalam Presseisen dalam Costa, 1985)
diberlakukan kurikulum baru sebagai pengganti dari yang meliputi caution, tansformations, relationships,
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yaitu calsiffication, dan qualifications. Berpikir kompleks
kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan tindak melibatkan banyak tahapan atau bagian-bagian.
lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) Proses berpikir kompleks dikategorikan sebagai
yang pernah diujicobakan pada tahun 2004 dan proses keterampilan berpikir tingkat tinggi yang
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006 terdiri dari empat macam, yaitu pemecahan masalah,
(Mulyasa, 2013 : 63). pengambilan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir
Menurut Kemdiknas (2013), kompetensi masa kreatif (Costa, 1985). Menurut Binkley (Griffin,
depan peserta didik di antaranya yaitu: (1) McGaw & Care, 2012: 18 dalam Soeyono, 2013) serta
kemampuan berkomunikasi, (2) kemampuan berpikir Bernie Trilling dan Charles Fadel (2009 dalam
jernih dan kritis, (3) kemampuan mempertimbangkan Soeyono, 2013), berpikir kritis dan kreatif serta
segi moral suatu permasalahan, (4) kemampuan metakognisi termasuk dalam keterampilan yang
menjadi warga negara yang bertanggung jawab, (5) diperlukan pada abad ke – 21.
kemampuan mengerti dan toleran terhadap perbedaan Berdasarkan penelitian dalam berbagai bidang
pandangan, (6) kemampuan hidup dalam masyarakat seperti sosial-sains diketahui bahwa peserta didik
yang mengglobal, (7) memiliki minat luas dalam yang lulus dari berbagai sekolah di berbagai negara
kehidupan, (8) memiliki kesiapan untuk bekerja, (9) tidak memiliki kemampuan untuk bersaing pada skala
memiliki kecerdasan, kreatifitas sesuai dengan bakat global karena tidak memiliki kemampuan untuk
dan minatnya, serta (10) memiliki rasa tanggung berpikir secara kritis (Frijters et al., 2008). Dengan
jawab terhadap lingkungan. demikian dilakukan upaya khusus untuk
Sasaran pembelajaran mencakup pengembangan mengidentifikasi keterampilan siswa yang diperlukan
ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan yang bagi kesuksesan masa depan serta mengintegrasikan
dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Proses keterampilan tersebut ke dalam kurikulum sekolah.
pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada Selain itu, perlu disadari bahwa selama ini
pengembangan ketiga ranah tersebut secara pendidikan formal hanya menekankan perkembangan
utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu yang terbatas pada ranah kognitif saja. Perkembangan
tidak bisa dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan pada ranah afektif yang berupa sikap dan perasaan
demikian proses pembelajaran secara utuh melahirkan kurang diperhatikan. Terbukti pada pengajaran di
kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan sekolah, jarang sekali ada kegiatan yang menuntut
penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan pemikiran divergen atau berpikir kreatif sehingga
(Kemdikbud, 2013: 3-4). Ranah taksonomi siswa tidak terangsang untuk berpikir, bersikap, dan
diimplementasikan ke dalam struktur kurikulum berperilaku kreatif. Kebanyakan sekolah tidak
berupa kompetensi inti yang dirancang seiring dengan mengajarkan murid berpikir dan hanya beberapa
meningkatnya usia peserta didik. Rumusan sekolah yang mengajarkan sedikit keterampilan
kompetensi inti tersebut meliputi kompetensi sikap berpikir melalui pemilahan informasi dan analisis (de
spiritual, kompetensi sikap sosial, kompetensi Bono, 2007). Oleh sebab itu dalam proses
pengetahuan, dan kompetensi keterampilan pembelajaran diperlukan cara yang mendorong siswa
(Kemdikbud, 2013: 6). untuk memahami masalah, meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyusun

134 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya


Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 133-144

rencana penyelesaian dan melibatkan siswa secara proses interaksibelajar-mengajar disebut


aktif dalam menemukan sendiri penyelesaian masalah, pembelajaran (instruction). Kurikulum (curriculum)
serta mendorong pembelajaran yang berpusat pada merupakan suatu rencana yang memberi pedoman
siswa dan guru hanya sebagai fasilitator (Supardi, dalam proses belajar-mengajar.
2012). Lebih lanjut Depdikbud (2013: 5) menjelaskan
Keterampilan berpikir selalu berkembang, dapat kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur
dipelajari, dan dapat dilatihkan. (de Bono, 2007). pengorganisasi (organising element) Kompetensi
Kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis Dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti
dan kreatif merupakan hakekat tujuan pendidikan dan merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan
menjadi kebutuhan bagi peserta didik untuk organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi
menghadapi dunia nyata (Santyasa, 2004). Oleh vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara
karena itu, perlu digunakan buku teks yang tepat, agar konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang
aspek keterampilan berpikir kreatif yang terkandung pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga
dalam buku ajar akhirnya dapat merefleksikan memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu
keterampilan berpikir kritis dan kreativitas siswa. akumulasi yang berkesinambungan antara konten
Kebutuhan buku teks merupakan bagian yang yang dipelajari siswa. Organisasi horizontal adalah
tidak terpisahkan dari pembelajaran di sekolah. Buku keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu mata
teks merupakan media pembelajaran instruksional pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata
yang dominan peranannya di kelas, media pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan
penyampaian materi kurikulum, dan memiliki titik mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses
sentral dalam sistem pendidikan di Indonesia saling memperkuat.
(Suryaman, 2004). Kompetensi Inti dirancang dalam empat
Buku pelajaran merupakan salah satu sumber kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan
belajar yang memberikan peran cukup besar dalam sikap keagamaan (Kompetensi Inti 1), sikap sosial
upaya memperluas kesempatan memperoleh (Kompetensi Inti 2), pengetahuan (Kompetensi Inti 3),
pendidikan. Selain itu buku teks pelajaran juga dan penerapan pengetahuan (Kompetensi Inti 4).
mendorong peningkatkan mutu proses dan hasil Keempat kelompok itu menjadi acuan dari
pembelajaran (Sitepu 2005). Salah satu langkah Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam
pemerintah dalam penguatan tata kelola kurikulum setiap peristiwa pembelajaran secara integratif.
2013 yaitu dengan menyiapkan buku pegangan Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan
pembelajaran yang terdiri dari buku pegangan siswa dan sosial dikembangkan secara tidak langsung
dan buku pegangan guru (Kemdikbud, 2013). (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik
Mengingat pentingnya penguasaan keterampilan belajar tentang pengetahuan (Kompetensi Inti 3) dan
berpikir dasar dan kompleks diantaranya keterampilan penerapan pengetahuan (Kompetensi Inti 4)
berpikir kritis dan kreatif melalui pembelajaran, dan (Depdikbud, 2013: 5).
peran strategis yang dimiliki buku teks dalam Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap
pembelajaran, maka dilakukan sebuah penelitian mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari
dengan judul “Analisis Keterampilan Berpikir Dasar Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten
dan Kompleks dalam Buku IPA Kurikulum 2013 atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan,
Pegangan Guru dan Siswa Kelas VII SMP dan dan keterampilan yang bersumber pada kompetensi
Implementasinya dalam Proses Pembelajaran”. inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi
tersebut dikembangkan dengan memperhatikan
2. KAJIAN PUSTAKA karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri
dari suatu mata pelajaran (Depdikbud, 2013: 7).
Kurikulum 2013
Buku Teks
Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam
seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan Menurut Pusat Perbukuan (2003), buku pelajaran
segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya merupakan salah satu sumber pengetahuan bagi siswa
tujuan-tujuan pendidikan. Kurikulum juga merupakan di sekolah yang merupakan sarana yang sangat
suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan menunjang proses kegiatan belajar mengajar. Buku
pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta pelajaran sangat menentukan keberhasilan pendidikan
proses pendidikan. para siswa dalam menuntut pelajaran di sekolah. Oleh
Mac Donald (1965: 3 dalam Sukmadinata, 201: karena itu, buku pelajaran yang baik dan bermutu
5), menyatakan bahwa sistem persekolahan dibentuk selain menjadi sumber pengetahuan yang dapat
atas empat subsistem, yaitu belajar, mengajar, menunjang keberhasilan belajar siswa juga dapat
pembelajaran, dan kurikulum. Mengajar (teaching) membimbing dan mengarahkan proses belajar
merupakan kegiatan atau perlakuan profesional yang mengajar di kelas ke arah proses pembelajaran yang
diberikan oleh guru. Belajar (learning) merupakan bermutu pula.
kegiatan atau upaya yang dilakukan siswa sebagai Dalam kegiatan pembelajaran, baik guru maupun
respon terhadap kegiatan mengajar yang diberikan siswa tak bisa lepas dari keberadan buku teks
oleh guru. Keseluruhan pertautan kegiatan yang pelajaran. Menurut Sitepu (2005), buku pelajaran
memungkinkan dan berkenaan dengan terjadinya merupakan salah satu sumber belajar yang

Seminar Nasional XIII Pendidikan Biologi FKIP UNS 135


Sunardjo et al. Analisis Implementasi Keterampilan Berpikir Dasar dan Kompleks dalam Buku IPA

memberikan andil yang cukup besar dalam upaya berguna dan dibutuhkan, dipersiapkan secara
memperluas kesempatan memperoleh pendidikan. sistematis dan mendetail, (2) pengetahuan yang
Selain itu buku teks pelajaran juga mendorong diperoleh sebagai hasil belajar hendaknya
peningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. ditempatkan dalam kedudukan yang berarti, yang
Hal serupa diutarakan oleh Oerizi dan Aabedi memungkinkan dilaksanakannya kegiatan baru dan
(2008) bahwa dalam sistem pendidikan, buku kegiatan yang lebih menyeluruh.
memegang peranan sebagai salah satu referensi dan Green dan Petty (1971: 545-548 dalam Tarigan
sumber belajar terpenting bagi pembelajaran siswa. dan Tarigan, 1986: 20-21) telah menyusun cara
Tarigan dan Tarigan (2009) mendefinisikan penilaian buku teks dengan 10 kriteria. Apabila suatu
buku teks sebagai buku pelajaran dalam bidang studi buku dapat memenuhi 10 syarat yang diajukan maka
tertentu yang merupakan buku standar, yang disusun dapat dikatakan buku teks tersebut berkualitas. Butir-
oleh para pakar dalam bidang itu untuk maksud dan butir yang harus dipenuhi oleh suatu buku teks, yang
tujun instruksional yang dilengkapi dengan sarana- tergolong dalam berkualitas tinggi, yaitu: (1) buku
sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami teks haruslah menarik minat anak-anak, yaitu para
oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan siswa yang mempergunakannya, (2) buku teks itu
perguruan tinggi sehingga dapat menunjang proses haruslah mampu memberi motivasi kepada para siswa
pembelajaran. yang mempergunakannya, (3) buku teks itu haruslah
Buku teks adalah salah satu media pembelajaran memuat ilustrasi yang menarik hati para siswa yang
yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses memanfaatkannya, (4) buku teks seyogiyanya
pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pernyataan mempertimbangkan aspek-aspek linguistik sehingga
Sadiman, dkk. (2009: 7) yang mengatakan, bahwa sesuai dengan kemampuan para siswa yang
”media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan memakainya, (5) buku teks itu isinya haruslah
untuk meyalurkan pesan dari pengirim ke penerima berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya;
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, lebih baik lagi kalau dapat menunjangnya dengan
perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rencana, sehingga semuanya merupakan suatu
rupa sehingga proses belajar terjadi”. Dengan kata kebulatan yang utuh dan terpadu, (6) buku teks itu
lain, media adalah segala sesuatu yang dapat haruslah dapat menstimulasi, merangsang aktivitas-
digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat akitivitas pribadi para siswa yang
merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, mempergunakannya, (7) buku teks itu haruslah
perhatian, dan kemauan siswa, sehingga dapat dengan sadar dan tegas menghindari konsep-konsep
mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri yang samar-samar dan tidak biasa, agar tidak sempat
siswa. membingungkan para siswa yang memakainya, (8)
Terkait dengan pentingnya buku teks pelajaran, buku teks itu haruslah mempunyai sudut pandang
UNESCO menggariskan tiga fungsi pokok dari buku yang jelas dan tegas sehigga juga pada akhirnya
teks pelajaran, yaitu: (1) fungsi informasi, (2) fungsi menjadi sudut pandang para pemakainya yang setia,
pengaturan dan pengorganisasian pembelajaran, serta (9) buku teks itu haruslah mampu memberi
(3) fungsi pemandu pembelajaran (Seguin, 1989: 18- pemantapan, penekanan pada nilai-nilai anak dan
19 dalam Fitri dkk, 2013). orang dewasa, dan (10) buku teks itu haruslah dapat
Nasution (2005) mengemukakan bahwa buku menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para siswa
ajar memiliki kegunaan bagi guru dan siswa. yang memakainya.
Kegunaan buku ajar bagi siswa tersebut antara lain:
1)`memberikan kesempatan kepada siswa untuk Hakikat Sains
mengulangi atau mempelajari pelajaran baru, 2)
memudahkan siswa dalam mencapai tujuan Mata Pelajaran Biologi di SMP sebagai bagian dari
pengajaran, mengandung tugas-tugas sehingga pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam atau sains
melibatkan proses berpikir bagi siswa, serta 3) mengharuskan siswa mencari tahu tentang alam secara
membantu dalam penguasaan bahasa yang baik dan sistematis. Sains bukan hanya penguasaan kumpulan
benar. Sedangkan kegunaan buku ajar bagi guru, pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
yaitu: 1) membantu dalam menjabarkan materi, 2) atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
membantu dalam menentukan media pengajaran yang proses penemuan oleh siswa (BSNP, 2006). Carin &
diperlukan, 3) membantu guru dalam melakukan Sund (1989 dalam Widowati, 2008)) mendefinisikan
evaluasi hasil belajar, 4) menjadi pegangan dan sains sebagai suatu sistem untuk memahami alam
pedoman dalam mengajar, serta 5) membantu dalam semesta melalui observasi dan eksperimen yang
menggunakan metode mengajar. terkontrol.
Buku yang dirancang sesuai dengan kurikulum Wigner (dalam Widowati, 2008) mendefiniskan
yang berlaku serta dikembangkan dengan paradigma sains sebagai gudang/ atau penyimpanan pengetahuan
baru akan mengarahkan proses pembelajaran pada tentang gejala-gejala alam. Bube (dalam Widowati,
arah yang benar sesuai tuntutan kurikulum dengan 2008) mendefinisikan sains sebagai pengetahuan
paradigma baru tersebut (Adisendjaja, 2008). tentang dunia alamiah yang diperoleh dari interaksi
Menurut Dewey (1964 dalam Sukmadinata, indra dengan dunia tersebut. Pernyataan ini
2011), penyusunan bahan ajar hendaknya memberikan suatu ketelitian yang menarik tentang
memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut: (1) bagiamana kegiatan observasi berlangsung, yaitu: (a)
bahan ajar hendaknya konkret, dipilih yang betul-betul observasi gejala-gejala alam, yang merupakan dasar

136 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya


Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 133-144

otoritas dimana pengetahuan ilmiah berlaku, melalui N Basic Processes Penjelasan Sub Basic
pikiran dan indra seseorang; (b) proses observasi o Processes
menyangkut dua jalur interaksi antara observer dan creating
yang diobservasi. Observasi merupakan dua jalur, meanings
yaitu: (1) observer dipengaruhi untuk merespon (Mengaitkan
terhadap stimulus di lingkungannya melalui indranya; karakteristik
(2) objek atau gejala yang diobservasi juga yang diketahui
diperlakukan dan mungkin berubah. pada
karakteristik
yang tidak
Keterampilan Berpikir diketahui,
menciptakan
Menurut Costa (Hassoubah, 2008: 35; Tawil, 2011), makna)
berpikir pada umumnya dianggap suatu proses 3 Relationships Detecting Parts and
kognitif, suatu tindakan mental untuk memperoleh regular whole,
pengetahuan. Proses berpikir berhubungan dengan operations patterns
tingkah laku yang lain dan memerlukan keterlibatan (Mendeteksi Analysis and
aktif seseorang yang melakukannya. Hubungan ini operasi biasa) sinthesis
dapat saling terkait dengan struktur yang mapan dan Sequences
dapat diapresiasikan oleh pemikir melalui bermacam- and order
Logical
macam cara. Jadi berpikir merupakan upaya yang
deductions
kompleks dan reflektif bahkan juga pengalaman
kreatif. Sedangkan, menurut Purwanto (2002: 43) 4 Classification Determining Similarities
“berpikir adalah suatu keaktifan pribadi manusia yang common and
mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu qualities differences
tujuan”. (Menentukan Grouping
Beberapa ahli psikologi setuju bahwa berpikir kualitas secara and sorting,
melibatkan suatu bentuk aktivitas mental. Aktivitas umum) comparison
tersebut dapat dijelaskan berdasarkan aktvitas yang Either/or
dilakukan pikiran ketika berpikir. Komponen operasi distinctions
mental ini terdiri atas dua bentuk umum, yaitu operasi 5 Qualifications Finding Units of
kognitif dan metakognitif. Operasi kognitif terdiri dari unique basic
operasi-operasi yang digunakan untuk menemukan characteristic identity
atau membangun makna. Operasi kognitif mencakup s Definitions,
berbagai strategi yang kompleks, misalnya: membuat (Menemukan facts
keputusan dan pemecahan masalah; dan keterampilan karakteristik Problem/tas
unik) k recognition
yang kurang kompleks, misalnya: keterampilan proses
menganalisis dan mensintesis, melakukan penalaran,
dan berpikir kritis (Supardi, 2012).

Keterampilan berpikir dasar Keterampilan berpikir kompleks

Menurut Presseisen (dalam Costa, 1985), proses Semakin rumitnya permasalahan yang muncul
berpikir dapat dikelompokkan dalam berpikir dasar menuntut penguasaan berpikir bukan hanya berpikir
dan berpikir kompleks. Keterampilan berpikir dasar dasar, melainkan keterampilan berpikir kompleks atau
yang meliputi caution, tansformations, relationships, berpikir tingkat tinggi. Mc Davitt menyatakan berpikir
calsiffication, dan qualifications. tingkat tinggi melibatkan analisis, sintesis, dan
evaluasi serta menuntut terhadap penguasaan
keterampilan berpikir tingkat rendah (King, et al.
Tabel 1. Indikator Keterampilan Berpikir Dasar
1999).
Menurut Costa (1985) Proses berpikir kompleks
N Basic Processes Penjelasan Sub Basic
yang disebut proses berpikir tingkat tinggi antara lain
o Processes
berupa pemecahan masalah, pengambilan keputusan,
1 Caution Establishing Predictions
cause and Interferences
berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Fokus
effect, Judgements keterampilan berpikir kompleks dalam penelitian ini
assesment Evaluations meliputi dua aspek keterampilan berpikir kritis
(Membangun Sebaliknya berpikir kritis menggunakan dasar
sebab akibat, proses berpikir untuk menganalisis argumen dan
penilaian) memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan
2 Transformation Relating Analogies interpretasi, untuk mengembangkan pola penalaran
s known to Metaphors yang kohesif dan logis, memahami asumsi dan bias
unknown Logical yang mendasari tiap-tiap posisi, memberikan model
characteristis, Inductions presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan
meyakinkan (Costa, 1985 dalam Kartimi, 2013).

Seminar Nasional XIII Pendidikan Biologi FKIP UNS 137


Sunardjo et al. Analisis Implementasi Keterampilan Berpikir Dasar dan Kompleks dalam Buku IPA

Hakikat keterampilan berpikir kritis Indikator Sub


Ennis (1990 dalam Martomidjojo, 2012) menyatakan Keterampilan Indikator Penjelasan
berpikir kritis sebagai kemampuan menggunakan Berpikir Kritis Berpikir Kritis
logika. Logika merupakan cara berpikir untuk d. Mencari
persamaan
mendapatkan pengetahuan yang disertai pengkajian dan perbedaan
kebenarannya secara efektif berdasarkan pola e. Mengidentifik
penalaran tertentu. asi dan
Berpikir kritis adalah kegiatan mental yang menanggulang
bersifat reflektif dan berdasarkan penalaran yang i
ketidakrelevan
difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini
an
dan dilakukan (Ennis, 1991 dalam Kartimi 2013). f. Mencari
Reflektif berarti mempertimbangkan secara aktif, struktur dari
tekun dan hati-hati terhadap segala alternatif sebelum suatu
mengambil keputusan. Berpikir kritis menggunakan argumantasi
dasar proses berpikir untuk menganalisis argumen dan g. Merangkum
3. Bertanya dan a. Mengapa?
memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan menjawab b. Apa?
interpretasi, untuk mengembangkan pola penalaran pertanyaan c. Apa intinya?
yang kohesif dan logis, memahami asumsi dan bias klarifikasi dan d. Apa yang
yang mendasari tiap-tiap posisi, memberikan model pertanyaan dimaksud
presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan yang dengan?
menantang e. Apa
meyakinkan. Berpikir kritis menekankan aspek contohnya?
pemahaman, analisis, dan evaluasi (Kartimi, 2013). f. Apa yang
bukan contoh?
Indikator keterampilan berpikir kritis g. Bagaimana
aplikasinya
Menurut Ennis (1985 dalam Costa dalam Kartimi, dalam kasus
2013) dalam Goal For A Critical Thinking tersebut?
Curriculum, terdapat lima tahap berpikir dengan h. Apa yang
masing-masing indikatornya yaitu: (1) memberikan membuat
penjelasan sederhana (elementary clarification), (2) perbedaan?
i. Apa faktanya?
membangun keterampilan dasar (basic suport), (3) j. Akankah
menyimpulkan (inference), (4) membuat penjelasan kamu
lebih lanjut (advanced clarification), (5) mengatur menyatakan
strategi dan taktik (strategies and tactics). Secara rinci lebih dari itu?
kelima komponen keterampilan berpikir kritis B Membangu 1. Mempertim - a. Mempertimba
n bangkan ngkan
diuraikan sebagai berikut: kredibilitas keahlian
keterampila suatu sumber, b. Mempertimba
Tabel 2. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis n dasar kriteria ngkan
(basic kemenarikan
suport) konflik
Indikator Sub c. Mempertimba
Keterampilan Indikator Penjelasan ngkan
Berpikir Kritis Berpikir Kritis kesesuaian
A Memberi 1. Memfokuskan a. Mengidentifik sumber
pertanyaan asi atau d. Mempertimba
penjelasan ngkan reputasi
merumuskan
sederhana e. Menggunakan
pertanyaan
(elementary b. Mengidentifik penggunaan
clarification asi atau prosedur yang
) merumuskan sudah baku
kriteria untuk f. Mengetahui
mempertimba resiko suatu
ngkan reputasi
jawaban yang g. Kemampuan
mungkin memberi
c. Mengingat alasan
situasi h. Kebiasaan
2. Menganalisis a. Mengidentifik hati-hati
argumen asi 2. Mengobservasi a. Ikut terlibat
kesimpulan dan dalam
b. Mengidentifik mempertim- menyimpulka
asi alasan bangkan hasil n
yang observasi b. Interval waktu
dinyatakan yang pendek
c. Mengidentifik antara
asi alasan observasi dan
yang tidak laporan
dinyatakan

138 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya


Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 133-144

Indikator Sub Indikator Sub


Keterampilan Indikator Penjelasan Keterampilan Indikator Penjelasan
Berpikir Kritis Berpikir Kritis Berpikir Kritis Berpikir Kritis
c. Dilaporkan E Strategi dan 1. Memutuskan a. Mendefinisika
oleh pengamat taktik suatu tindakan n masalah
sendiri b. Menyeleksi
(strategies
d. Mencatat yang kriteria untuk
diperlukan and tactics) membuat
secara umum. solusi
e. Penguatan. c. Merumuskan
f. Kemungkinan solusi
penguatan. alternatif
g. Kondisi akses d. Memutuskan
yang baik. hal-hal yang
h. Menggunakan akan
teknologi dilakukan
yang secara tentatif
kompeten. e. Mereview
i. Kepuasan oleh f. Memonitor
pengamat dan implementasi
kriteria yang 2. Berinteraksi a. Menggunakan
kredibel. dengan orang label
C Menyimpul 1. Membuat a. Kelompok lain b. Menggunakan
kan deduksi dan yang logis strategi logis
mempertim- b. Kondisi yang c. Menggunakan
(inference) strategi retorik
bangkan hasil logis
deduksi c. Interpretasi d. Mengemukak
penjelasan an suatu sikap
2. Membuat a. Membuat secara lisan
induksi dan generalisasi. dan tulisan
mempertim- b. Membuat
bangkan hasil kesimpulan
induksi dan hipotesis.
3. METODOLOGI PENELITIAN
3. Membuat dan a. Membuat dan
mempertim- menentukan Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian
bangkan hasil deskriptif yang berkenaan dengan kondisi yang
keputusan pertimbangan sedang terjadi apa adanya dan bukan akibat dari suatu
yang bernilai berdasarkan
fakta latar
manipulasi eksperimental. Penelitian dilaksanakan di
belakang. salah satu SMP di Kota Bandung. Subjek penelitian
b. Konsekuensi terdiri dari satu orang guru IPA dan 37 orang siswa.
c. Penerapan Data dijaring melalui studi dokumentasi dan
prinsip-prinsip observasi. Instrumen analisis kemunculan
d. Mempertimba
keterampilan berpikir dasar dan kritis pada buku teks
ngkan
alternatif IPA, lembar observasi implementasi keterampilan
e. Menyeimbang berpikir dasar dan kompleks dalam aktivitas belajar
kan, siswa digunakan sebagai instrumen Data penelitian
memutuskan yang dihasilkan berupa data kualitatif yang akan
D Penjelasan 1. Mendefinisika a. Membuat ditriangulasi untuk mendapatkan sebuah kesimpulan
lebih lanjut n istilah dan bentuk
mempertimban definisi,
(advanced
gkan definisi sinonim, 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
clarificartio klasifikasi,
n) rentang,
ekspresi yang
Penelitian ini menghasilkan beberapa jenis data yang
sama, terdiri dari analisis kemunculan keterampilan berpikir
operasional, dasar dan kritis dalam buku IPA siswa SMP serta
contoh dan implementasinya dalam proses pembelajaran. Hasil
bukan contoh. penelitian dapat dilihat sebagai berikut:
b. Strategi
definisi :
tindakan, Kemunculan Indikator Keterampilan
mengidentifik Berpikir Dasar pada Buku Teks IPA
asi persamaan
2. Mengidentifik a. Penalaran
Siswa dan implementasinya dalam
asi asumsi secara implisit pembelajaran
b. Asumsi yang
diperlukan, Hasil analisis Indikator Keterampilan Berpikir Dasar
rekonstruksi
argument
pada buku teks IPA siswa kelas VII dalam proses
pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Seminar Nasional XIII Pendidikan Biologi FKIP UNS 139


Sunardjo et al. Analisis Implementasi Keterampilan Berpikir Dasar dan Kompleks dalam Buku IPA

Tabel 3. Kemunculan indikator keterampilan berpikir dasar Relationships


pada buku teks IPA
Aspek pada relationships adalah mendeteksi
hubungan biasa ketika suatu item berhubungan
Persen
dengan cara yang konsisten dan teratur atau dengan
Kemuncula
No.
Indikator Keterampilan
n
membentuk pola. Pada buku teks IPA aspek
Berpikir Dasar relationships muncul paling tinggi diantara indikator
Pada buku
teks yang lain yaitu sebesar 58,55% dengan kategori
1 Caution 25%
kurang. Pada buku teks IPA, aspek relationships yang
muncul yaitu parts and whole, patterns (bagian dan
2 Transformations 55,33%
seluruhnya, membentuk pola), sequences and order
3 Relationships 58,33% (urut dan tertib), serta analysis and sinthesis (analisis
4 Classification 33% dan sintesis). Indikator yang tidak muncul yaitu
5 Qualifications 55,33% logical deductions (kegiatan berpikir dari hal umum
Representasi Keterampilan Berpikir ke khusus).
93,33%
Dasar
Transformation
Kemunculan Indikator 45%
Transformations memuat aspek mengaitkan
karakteristik yang diketahui pada karakteristik yang
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa tidak diketahui dan menciptakan makna. Penggunaan
indikator keterampilan berpikir dasar caution, kata tertentu dalam bahasa mungkin melibatkan jenis
transformations, relationships, classification, dan transformasi yang ditemukan dalam menciptakan
qualifications dalam buku teks IPA terepresentasi metafora (Presseisen, 1985). Pada buku teks IPA, rata
sebesar 93,33%. Hal ini menunjukkan bahwa masing – rata ketiga aspek transformations muncul sebesar
– masing indikator keterampilan berpikir dasar sudah 55,33% yaitu dalam bentuk analogi, metafora dan
terwakili kemunculannya oleh masing – masing logika induksi. Kemunculan yang paling banyak
indikator. Namun kemunculan pada setiap sub dalam buku teks adalah dalam bentuk analogi dan
indikator keterampilan berpikir dasar masih kurang metafora.
dengan dengan rata – rata kemunculan setiap indikator
sebesar 45% atau dengan kategori kurang. Caution
Selanjutnya indikator keterampilan berpikir Caution merupakan aspek dalam membangun sebab
dasar berdasarkan urutan kompleksitas dari yang akibat dan penilaian yang mencakup memprediksi,
terendah dalam buku teks akan dibahas sebagai memperkirakan, interferensi, intervensi,
berikut: pertimbangan, evaluasi, penaksiran, dan penilaian
(Presseisen, 1985). Aspek caution dalam buku teks
Qualifications muncul paling rendah yaitu sebesar 25% atau kategori
Inti dari kualifikasi yaitu menggambarkan sangat kurang. Aspek yang muncul pada buku teks
karakteristik unik dari ide atau konsep yang terlibat. IPA yaitu memprediksi dan penilaian. Aspek caution
Fungsi utama dari keterampilan tersebut adalah merupakan aspek pada level tertinggi dari indikator
definisional, menentukan seperti yang tercatat dalam keterampilan berpikir dasar.
item serta aspek-aspek utama. Membangun
keterampilan kualifikasi adalah untuk Kemunculan Indikator Keterampilan
mengembangkan kemampuan diskriminatif dan untuk Berpikir Kritis dalam Buku IPA
memperbesar kapasitas pelajar untuk ketegasan dan
ketepatan (Presseisen, 1985). Pada buku teks IPA, Hasil analisis Indikator Keterampilan Berpikir Dasar
aspek mengkualifikasi muncul sebesar 55,33% pada buku teks IPA siswa kelas VII dalam proses
dengan kategori kurang. pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Classifications
Tabel 4. Kemunculan indikator keterampilan berpikir kritis
Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau pada buku teks IPA
informasi yang spesifik kemudian ditemukan konsep
dan prinsip umumnya. Membandingkan merujuk pada Persen
identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau Kemuncula
lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi. Indikator Keterampilan
No n
Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif Berpikir Kritis
Pada buku
menemukan satu persatu ciri-ciri dari obyek yang teks
diperbandingkan, mengategorikan, dan 1 Memberi penjelasan
mengelompokkan (Presseisen, 1985). Pada buku teks sederhana (elementary 66,67%
IPA aspek mengklasifikasi muncul sebesar 33% clarification)
dengan kategori sangat kurang. 2 Membangun keterampilan
83,33%
dasar (basic suport)
3 Menyimpulkan (inference) 33,33%
4 Penjelasan lebih lanjut
33,33%
(advanced clarificartion)
140 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya
Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 133-144

Persen definisi serta mengidentifikasi asumsi. Pada buku teks


Indikator Keterampilan
Kemuncula IPA kemunculan indikator sebesar 41,66% dengan
No n kategori kurang (Kemendikbud, 2013a).
Berpikir Kritis
Pada buku
teks Strategi dan taktik (strategies and tactics)
5 Strategi dan taktik (strategies
and tactics)
33,33% Aspek strategi dan taktik (strategies and tactics)
Representasi Keterampilan Berpikir terdiri dari dua sub indikator yaitu memutuskan suatu
80% tindakan dan berinteraksi dengan orang lain. Pada
Kritis
buku teks IPA kemunculan indikator sebesar 41,66%
Kemunculan Indikator 50% dengan kategori kurang (Kemendikbud, 2013a).

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa Profil Kemunculan Indikator


indikator keterampilan berpikir kritis dalam buku teks Keterampilan Berpikir Dasar dan
IPA terepresentasi sebesar 80%. Hal ini menunjukkan Kompleks dalam Pembelajaran
bahwa masing – masing indikator keterampilan
berpikir kritis cukup terwakili kemunculannya oleh Kemunculan Indikator Keterampilan
masing – masing indikator. Namun kemunculan setiap
sub indikator pada keterampilan berpikir kritis masih
Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran
kurang dengan dengan rata – rata kemunculan setiap Hasil analisis Indikator Keterampilan Berpikir Dasar
indikator sebesar 50% atau dengan kategori kurang. pada buku teks IPA siswa kelas VII dalam proses
Selanjutnya indikator keterampilan berpikir kritis pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
dalam buku teks akan dibahas sebagai berikut:
Tabel 5. Kemunculan indikator keterampilan berpikir dasar
Memberi penjelasan sederhana (elementary pada proses pembelajaran
clarification)
Indikator keterampilan berpikir kritis pada aspek Persen
memberi penjelasan sederhana (elementary Indikator Kemunculan
clarification) dalam buku teks IPA muncul sebesar No. Keterampilan Pada
Berpikir Dasar Pembelajara
66,67% atau dengan kategori cukup (Kemendikbud,
n
2013a). Aspek yang paling banyak muncul yaitu
bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan 1 Caution 25%
pertanyaan yang menantang. Aspek yang jarang 2 Transformations 0%
muncul yaitu memfokuskan pertanyaan dan 3 Relationships 100%
menganalisis argumen. 4 Classification 67%

Membangun keterampilan dasar (basic 5 Qualifications 100%


suport) Representasi Keterampilan Berpikir
80%
Dasar
Indikator keterampilan berpikir kritis pada aspek
membangun keterampilan dasar (basic suport) terdiri Kemunculan Setiap Indikator 60%
atas aspek mempertimbangkan apakah sumber dapat
dipercaya atau tidak dan serta mengenai Data hasil penelitian mengenai representasi
mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi. keterampilan berpikir dasar dalam proses
Kedua aspek muncul sebesar 83,33% atau dengan pembelajaran di atas sebesar 80% yang berarti
kategori baik (Kemendikbud, 2013a). Kemunculan indikator keterampilan berpikir dasar telah tercermin
yang sangat banyak terutama adalah pada aspek secara baik dalam pembelajaran yang dilakukan.
mempertimbangkan kredibilitas sumber, dengan sub Kemunculan setiap indikator keterampilan berpikir
indikator mempertimbangkan kesesuaian sumber. dasar dalam pembelajaran sebesar 60% dengan
kategori cukup (Kemendikbud, 2013a).
Menyimpulkan (inference) Selanjutnya indikator keterampilan berpikir
Aspek menyimpulkan terdiri dari tiga sub indikator dasar berdasarkan urutan kompleksitas dari yang
yaitu membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil terendah pada proses pembelajaran yaitu:
deduksi, membuat induksi dan mempertimbangkan
hasil induksi, serta membuat dan mempertimbangkan Qualifications
keputusan yang bernilai. Pada buku teks IPA Inti dari kualifikasi yaitu menggambarkan
kemunculan indikator sebesar 50% dengan kategori karakteristik unik dari ide atau konsep yang terlibat.
kurang (Kemendikbud, 2013a). Fungsi utama dari keterampilan tersebut adalah
definisional, menentukan seperti yang tercatat dalam
Penjelasan lebih lanjut (advanced item serta aspek-aspek utama. Membangun
clarificartion) keterampilan kualifikasi bagi siswa adalah untuk
Aspek penjelasan lebih lanjut (advanced mengembangkan kemampuan diskriminatif dan untuk
clarificartion) terdiri dari dua sub indikator yaitu memperbesar kapasitas pelajar untuk ketegasan dan
mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan ketepatan (Presseisen, 1985). Indikator Qualifications

Seminar Nasional XIII Pendidikan Biologi FKIP UNS 141


Sunardjo et al. Analisis Implementasi Keterampilan Berpikir Dasar dan Kompleks dalam Buku IPA

muncul sangat baik dengan prosentase 100%. Hal Caution


tersebut menunjukkan bahwa seluruh sub indikator
Caution merupakan aspek dalam membangun sebab
muncul dalam proses pembelajaran
akibat dan penilaian yang mencakup memprediksi,
Proses berpikir yang kompleks lebih sering memperkirakan, interferensi, intervensi,
dibutuhkan siswa untuk bergerak mundur ke
pertimbangan, evaluasi, penaksiran, dan penilaian
keterampilan dasar untuk mencapai solusi yang tepat.
(Presseisen, 1985). Aspek caution yang merupakan
Demikian pula, elemen dasar sering membangun level paling tinggi dari keterampilan berpikir dasar
hingga operasi yang lebih kompleks atau lebih
muncul sebesar 25% dalam proses pembelajaran atau
diperluas pada kasus menyeluruh (Presseisen, 1985).
kategori sangat kurang. Aspek yang muncul pada
Classifications buku teks IPA yaitu memprediksi dan penilaian.
Aspek caution merupakan aspek pada level tertinggi
Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau dari indikator keterampilan berpikir dasar. Sub aspek
informasi yang spesifik kemudian ditemukan konsep yang muncul yaitu memprediksi.
dan prinsip umumnya. Membandingkan merujuk pada
identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau Kemunculan Indikator Keterampilan
lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi.
Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif
Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran
menemukan satu persatu ciri-ciri dari obyek yang
diperbandingkan, mengategorikan, dan mengelom- Hasil analisis Indikator Keterampilan Berpikir Dasar
pokkan (Presseisen, 1985). Indikator classifications pada buku teks IPA siswa kelas VII dalam proses
pada proses pembelajaran muncul sebesar 67% pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
dengan kategori cukup (Kemendikbud, 2013a). Aspek
yang muncul yaitu menganalogi, sedangkan aspek Tabel 6. Kemunculan indikator keterampilan berpikir kritis
metafora dan logika induksi tidak muncul pada pada proses pembelajaran
pembelajaran..
Persen
Relationships Indikator Keterampilan
Kemunculan
No Pada
Indikator relationships memuat aspek mendeteksi Berpikir Kritis
Pembelajara
hubungan biasa ketika suatu item berhubungan n
dengan cara yang konsisten dan teratur atau dengan 1 Memberi penjelasan
membentuk pola (Presseisen, 1985). Aspek sederhana (elementary 100%
relationships muncul paling tinggi diantara indikator clarification)
yang lain yaitu sebesar 100% dengan kategori sangat 2 Membangun keterampilan
50%
baik (Kemendikbud, 2013). Aspek relationships dasar (basic suport)
memungkinkan siswa untuk membangun pemahaman 3 Menyimpulkan (inference) 67%
tentang bagaimana berhingga bagian hanyalah 4 Penjelasan lebih lanjut
50%
sepotong dari keseluruhan dinyatakan dalam masalah (advanced clarificartion)
matematika secara keseluruhan. Guru selama proses 5 Strategi dan taktik (strategies
50%
pembelajaran memperkenalkan kepada siswa untuk and tactics)
membuat kaitan logis tentang hubungan biasa, yaitu Representasi Keterampilan Berpikir
100%
dengan memberi informasi dasar yang konstan dalam Kritis
kejadian, siswa dapat mengambil kesimpulan tentang Kemunculan Indikator 67%
hal yang dapat menyebabkan kondisi tertentu.
Transformation Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa indikator
keterampilan berpikir kritis dalam proses
Transformations memuat aspek mengaitkan pembelajaran terepresentasi sebesar 100%. Hal ini
karakteristik yang diketahui pada karakteristik yang menunjukkan bahwa masing – masing indikator
tidak diketahui dan menciptakan makna. Penggunaan keterampilan berpikir kritis cukup terwakili
kata tertentu dalam bahasa mungkin melibatkan jenis kemunculannya oleh masing – masing indikator.
transformasi yang ditemukan dalam menciptakan Namun kemunculan setiap sub indikator pada
metafora (Presseisen, 1985). Aspek transformations keterampilan berpikir kritis masih kurang dengan
tidak muncul selama proses pembelajaran. Menggali dengan rata – rata kemunculan setiap indikator sebesar
ungkapan yang memungkinkan siswa untuk 67% atau dengan kategori cukup.
menemukan makna yang tersirat dalam kata-kata dan Selanjutnya indikator keterampilan berpikir
cara-cara yang diungkapkan oleh guru tidak terlihat kritis dalam buku teks akan dibahas sebagai berikut:
dalam proses pembelajaran.
Aspek transformations dapat dimunculkan saat Memberi penjelasan sederhana (elementary
siswa benar-benar dapat menggunakan kondisi clarification)
eksperimental sebagai tugas eksplorasi analog.
Indikator keterampilan berpikir kritis pada aspek
Dengan mengubah kondisi, informasi baru dapat
memberi penjelasan sederhana (elementary
dihasilkan dari hubungan antara berbagai bagian dari
clarification) dalam buku teks IPA muncul sebesar
percobaan (Presseisen, 1985).
100% atau dengan kategori sangat baik

142 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya


Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 133-144

(Kemendikbud, 2013a). Ketiga indikator baik 6. DAFTAR PUSTAKA


bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan
pertanyaan yang menantang, memfokuskan Costa, A. L. 1985. Developing of Minds (A Resource
pertanyaan dan menganalisis argumen sering muncul Book for Teaching Thinking). Washington DC :
selama proses pembelajaran. ASCD.
Depdiknas. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Membangun keterampilan dasar (basic Jakarta: Puskur Balitbang.
suport) De Bono, E. (2007). Revolusi Berpikir. Bandung.
Indikator keterampilan berpikir kritis pada aspek Mizan Media Utama
membangun keterampilan dasar (basic suport) terdiri Hassoubah, Z. I. (2008). Mengasah Pikiran Kreatif
atas aspek mempertimbangkan apakah sumber dapat Dan Kritis. Bandung: Nuansa.
dipercaya atau tidak dan serta mengenai Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual
mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi. Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia
Kedua aspek muncul pada proses pembelajaran Indonesia.
sebesar 50% atau dengan kategori kurang Kartimi. (2013). Pengembangan Alat Ukur
(Kemendikbud, 2013a). Kemunculan yang sangat Keterampilan Berpikir Kritis Kimia untuk SMA.
banyak terutama adalah pada aspek mengobservasi Disertasi. SPS UPI. Bandung.
dan mempertimbangkan hasil observasi. Kemendikbud. (2013). Kurikulum 2013, Kompetensi
Dasar Sekolah Menengah Pertama (SMP) /
Menyimpulkan (inference) Madrasah Tsanawiyah (MTs). Jakarta :
Aspek menyimpulkan terdiri dari tiga sub indikator Depdikbud.
yaitu membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil Kemendikbud. (2013). Salinan Permendikbud No.
deduksi, membuat induksi dan mempertimbangkan 81A Lampiran Empat tentang Pedoman Umum
hasil induksi, serta membuat dan mempertimbangkan Pembelajaran. Jakarta: Kemendikbud.
keputusan yang bernilai. Aspek menyimpulkan Kemendikbud. (2013). Modul Pelatihan Implementasi
muncul pada proses pembelajaran sebesar 67% Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud.
dengan kategori cukup (Kemendikbud, 2013a). Liliasari. (2003). Pengembangan Keterampilan
Berpikir Tingkat Tinggi Mahasiswa Calon Guru
Penjelasan lebih lanjut (advanced Melalui Model Pembelajaran Kimia. Mimbar
clarificartion) Pendidikan Matematika dan Sains. Jurnal
Pendidikan No2 tahun XXII.
Aspek penjelasan lebih lanjut (advanced
Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan Berpikir
clarificartion) terdiri dari dua sub indikator yaitu
Manusia Indonesia Melalui Pendidikan Sains.
mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam
definisi serta mengidentifikasi asumsi. Kemunculan
Ilmu Pendidikan IPA Universitas Indonesia.
indikator pada proses pembelajaran sebesar 50%
Mudjiono dan Dimyati. (2009). Belajar dan
dengan kategori kurang (Kemendikbud, 2013a). Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Strategi dan taktik (strategies and tactics) Martomidjojo, R. (2012). Pengembangan
Pembelajaran Biologi Sel Berbasis Concept
Aspek strategi dan taktik (strategies and tactics) Attaintment Guna Meningkatkan Keterampilan
terdiri dari dua sub indikator yaitu memutuskan suatu Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep
tindakan dan berinteraksi dengan orang lain. Mahasiswa. Disertasi. SPS UPI. Bandung
Kemunculan indikator pada proses pembelajaran Mulyasa, H. E. (2013). Pengembangan dan
sebesar 50% dengan kategori kurang (Kemendikbud, Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT.
2013a). Remaja Rosdakarya.
Oreizi, H. R, dan Ahmad, A. (2008). Analysis of the
5. SIMPULAN content of elementary school books based on the
achievement motivation constructs. Quarterly
Hasil penelitian ini memberikan beberapa kesimpulan Journal of Educational Innovations www.SID.ir,
sebagai berikut: No. 22, Winter 2008
1. Representasi indikator keterampilan berpikir dasar Presseisen, B. Z, 1985. Thinking Skills Throughout
dan kritis pada buku teks mempunyai kategori The Curriculum:A Conceptual Design. Research
baik. for Better Schools, Philadelphia, Inc 444
2. Kemunculan setiap indikator keterampilan North Third Street
berpikir dasar dan kritis pada buku teks Rose, Colin dan Nicholl, Malcolm J. (2006).
mempunyai kategori kurang baik. Accelerated Learning for The 21st Century.
3. Representasi indikator keterampilan berpikir dasar Bandung: Nuansa.
dan kritis pada proses pembelajaran mempunyai Sadiman, Arief S, R. Raharjo, Haryono, A. dan
kategori baik. Rahardjito. (2009). Media Pendidikan. Jakarta:
4. Kemunculan setiap indikator keterampilan Raja Grafindo Persada.
berpikir dasar dan kritis pada proses pembelajaran Santyasa, I.W. (2004). Model Problem Solving dan
mempunyai kategori cukup baik. Reasoning Sebagai alternatif Pembelajaran
Inovatif (Makalah). Disajikan dalam Konvensi

Seminar Nasional XIII Pendidikan Biologi FKIP UNS 143


Sunardjo et al. Analisis Implementasi Keterampilan Berpikir Dasar dan Kompleks dalam Buku IPA

Nasional Pendidikan Indonesia V. IKIP Negeri


Singaraja.
Siswono, T. Y. E. (2005). Upaya meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa melalui
pengajuan masalah. Jurnal Pendidikan
Matematika dan Sains (JMPS). 10 (1): 1-9.
Sitepu, M.A. (2005). Memilih Buku Pelajaran. Jurnal
Pendidikan Penabur. 04. pp. 113-126.
Soeyono, Y. (2013). Mengasah Kemampuan Berpikir
Kritis Dan Kreatif Siswa Melalui Bahan Ajar
Matematika Dengan Pendekatan Open-Ended.
UNY. Yogyakarta. Prosiding. ISBN : 978 – 979
– 16353 – 9 – 4.
Sardiman, A.M. (2000). Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

144 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya

Anda mungkin juga menyukai