Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KASUS CA OVARI

MAKALAH
Untuk mengetahui tugas matakuliah Keperawatan Maternitas
Yang dibina oleh Ibu Sri Mudayatiningsih, S.Kp., M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 8D

1. Valentina Febrianti Fatma (P17210204154)


2. Flora Maharani (P17210204161)
3. Khorida Alvima Maul Jannah (P17210204172)
4. Niken Ayuningtyas (P17210204180)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada ke hadirat Allah SWT karena


atas limpahan nikmat dan karunia-Nya. Penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini dengan tepat waktu. Tak lupa penulis panjatakan shalawat serta salam
kepada junjungan kita Rasulullah SAW. semoga syafatnya mengalir pada kita di
hari akhir kelak.

Selama proses penulisan makalah ini penulis mendapatkan bantuan dan


semangat dari beberapa pihak. Oleh karena itu penulis berterima kasih kepada:

1. Kedua orang tua yang telah memberi dukungan


2. Ibu Sri Mudayatiningsih, S.Kp., M.Kes selaku dosen matakuliah
Keperawatan Maternitas
3. Pihak yang tidak dapat disebutkan penulis satu per satu

Penulisan makalah yang berjudul “Asuhan keperawatan pada kasus Ca Ovari” ini
bertujuan untuk memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Maternitas.

Akhirul kalam. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Besar harapan penulis agar pembaca memberikan umpan balik berupa
kritik dan saran. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi berbagai pihak.
Aminn.

Malang, 7 Agustus 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………….......................ii
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1 Latar belakang.........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................5
LAPORAN PENDAHULUAN..............................................................................5
2.1 KONSEP TEORI.....................................................................................5
2.1.1 Definisi...............................................................................................5
2.1.2 Etiologi..............................................................................................5
2.1.3 Patofisiologi.......................................................................................6
2.1.4 Pathway.............................................................................................8
2.1.5 Tanda gejala...................................................................................10
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang................................................................10
2.1.7 Penatalaksanaan.............................................................................11
2.1.8 Komplikasi......................................................................................12
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN..............................................12
BAB III..................................................................................................................20
DOKUMENTASI KASUS...................................................................................20
BAB IV..................................................................................................................37
PENUTUP.............................................................................................................37
4.1 Kesimpulan............................................................................................37
4.2 Saran.......................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................39

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kanker ovarium merupakan kanker yang tumbuh pada ovarium yang dapat
mengakibatkan kematian pada penderitanya dan merupakan salah satu kanker
ganas sehingga menjadi permasalahan kesehatan di seluruh dunia termasuk di
Indonesia. Berdasarkan hasil pencatatan kanker ovarium tahun 2018, terdapat
total kasus 8.622.539 serta kasus kematian 4.169.387, dimana (4,4%) adalah
kasus baru dan 184799 (1%) kematian. Jumlah kasus di Asia terbaru
menempati urutan tertinggi kasus kanker ovarium sebayak sebayak 15.3075
(51,8%) dan kasus kematian 9.2527 (50,01%). Kejadian kanker ovarium
tertinggi di dunia masingmasing berada di Serbia (16,6 per 100.000), Brunei
(16 per 100.000), dan Belarusia (15,4 per 100.000), Samoa (12 per 100.000),
Kepulauan Solomon (8,4 per 100.000) dan Polandia (8,7 per 100.000)
(Goodarzi, 2018). Kanker ovarium di negara maju seperti Amerika Serikat
pada tahun 2018, ada sekitar 22.240 kasus baru kanker ovarium yang
terdiagnosis dan 14.070 kematian akibat kanker ovarium di AS (American
Cancer Society, 2018) sedangkang di Indonesia memiliki angka kejadian yang
terus meningkat.
Penderita kanker ovarium di tahun 2008 ditemukan sebanyak 2.314 kasus
dan menurut WHO Angka kejadian kanker ovarium di Indonesia pada tahun
2018 menempati urutan ketiga dari semua jenis kanker pada wanita sebanyak
13.310 kasus baru. Angka kejadian pada beberapa rumah sakit di Indonesia
pada RS Dharmais pada tahun 2010 sampai dengan 2013 mencapai 536 kasus
dan meninggal sebanyak 126 orang, di RSUP Haji Adam Malik pada tahun
2011 tercatat sebanyak 391 kasus kanker ovarium (Kementrian Kesehatan RI
Pusat Data dan Informasi Kesehatan, 2015; The Internasional Agency For
Research On Cancer, 2019; Yanti, 2016) sedangkan data yang laporkan di
Jogja Cancer Registry (2018) dari data RSUP dr. Sardjito kanker ovarium
menempati posisi ke lima dengan angka kejadian 6,8% atau 692 kasus pada
periode tahun 2016-2018.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Ca Ovari?
2. Bagaimana etiologi dari Ca Ovari?
3. Bagaimana patofisiologi dari Ca Ovari?
4. Bagaimana pathway dari Ca Ovari?
5. Bagaimana tanda gejala dari Ca Ovari?
6. Bagaimana pemeriksaan penujang dari Ca Ovari?
7. Bagaimana penatalaksanaan Ca Ovari?
8. Bagaimana komplikasi dari Ca Ovari?
9. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan dari Ca Ovari?
1.3 Tujuan penulisan makalah
1. Tujuan umum
Mampu memahami konsep dasar medis dan penanganan pada kasus
Ca Ovari
2. Tujuan khusus
1. Dapat mengetahui dan memahami pengertian dari Ca Ovari
2. Dapat memahami etiologi dari Ca Ovari
3. Dapat mengetahui patofisiologi dari Ca Ovari
4. Dapat mengetahui pathway dari Ca Ovari
5. Dapat mengetahui tanda gejala Ca Ovari
6. Dapat mengetahui pemeriksaan penunjang dari Ca Ovari
7. Dapat mengetahui penatalaksanaan dari Ca Ovari
8. Dapat memahami komplikasi dari Ca Ovari
9. Dapat mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan
dari Ca Ovari

4
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 KONSEP TEORI
2.1.1 Definisi
Kanker ovarium adalah kanker ginekologis yang paling
mematikan sebab pada umumnya baru bisa dideteksi ketika sudah
parah. Tidak ada tes screening awal yang terbukti untuk kanker
ovarium. Tidak ada tandatanda awal yang pasti. Beberapa wanita
mengalami ketidaknyamanan pada abdomen dan bengkak
(Digitulio, 2014).
Kanker ovarium adalah kanker ganas yang berasal dari
ovarium dengan berbagai histologi yang menyerang pada semua
umur. Tumor sel germinal lebih banyak dijumpai pada penderita
berusia 50 tahun (Manuaba, 2013).
2.1.2 Etiologi
Ovarium terletak di kedalaman rongga pelvis. Bila timbul
kanker, biasanya tanpa gejala pada awalnya sehingga sulit
ditemukan, membuat diagnosis tertunda. Ketika lesi berkembang
dan timbul gejala, sering 15 kali sudah bukan stadium dini. Maka
terdapat 60-70% pasien kanker ovarium saat didiagnosis sudah
terdapat metastasis di luar ovarium. Penyebab kanker ovarium
hingga kini belum jelas, tapi faktor lingkungan dan hormonal
berperan penting dalam patogenesisnya. Akan tetapi banyak teori
yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:

1. Hipotesis incessant ovulation. Teori menyatakan bahwa

terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk


penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses
penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat
menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.

2. Hipotesis androgen. Androgen mempunyai peran penting

dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada

5
hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor
androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat
menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel
kanker ovarium (Anonim, 2011).

2.1.3 Patofisiologi
Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui
namunnmultifaktoral. Resiko berkembangnya kanker ovarium
berkaitan dengan factor lingkungan, reproduksi dan genetik.
Faktorfaktor lingkungan yang berkaitan dengan dengan kanker
ovarium epitel terus menjadi subjek perdebatan dan penelitian.
Insiden tertinggi terjadi di industri barat. Kebiasaan makan, minum
kopi, dan merokok, dan penggunaan bedak talek pada daerah
vagina, semua itu dianggap mungkin menyebabkan kanker.
Penggunaan kontrasepsi oral tidak meningkatkan resiko dan
mungkin dapat mencegah. Terapi penggantian estrogen
pascamenopause untuk 10 tahun atau lebih berkaitan dengan
peningkatan kematian akibat kanker ovarium. Gengen supresor
tumor seperti BRCA-1 dan BRCA-2 telah memperlihatkan peranan
penting pada beberapa keluarga. Kanker ovarium herediter yang
dominan autosomal dengan variasi penetrasi telah ditunjukkan
dalam keluarga yang terdapat penderita kanker ovarium. Bila yang
menderita kanker ovarium, seorang perempuan memiliki 50%
kesempatan untuk menderita kanker ovarium.
Lebih dari 30 jenis neoplasma ovarium telah diidentifikasi.
Kanker ovarium dikelompokkan dalam 3 kategori besar :
1. Tumortumor epiteliel,
2. Tumor stroma gonad,
3. Tumor-tumor sel germinal.

Keganasan epiteliel yang paling sering adalah adenoma karsinoma


serosa. Kebanyakan neoplasma epiteliel mulai berkembang dari
permukaan epitelium, atau serosa ovarium. Kanker ovarium

6
bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan
dengan abdomen dan pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami
cairan perinetoneal sehingga implantasi dan pertumbuhan.
Keganasan selanjutnya dapat timbul pada semua permukaan
intraperitoneal. Limfasik yang disalurkan ke ovarium juga
merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel ganas. Semua kelenjer
pada pelvis dan kavum abdominal pada akhirnya akan terkena.
Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intraperitoneal dan
limfatik muncul tanpa gejala atau tanda spesifik. Gejala tidak pasti
akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat pada
pelvis, sering berkemih, dan disuria, dan perubahan
gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut,
cepat kenyang, dan konstipasi.pada beberapa perempuan dapat
terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder akibat hiperplasia
endometrium bila tumor menghasilkan estrogen, beberapa tumor
menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi. Gejala-
gejala keadaan akut pada abdomen dapat timbul mendadak bila
terdapat perdarahan dalam tumor, ruptur, atau torsi ovarium.

Namun, tumor ovarium paling sering terdeteksi selama


pemeriksaan pelvis rutin. Pada perempuan pramenopause,
kebanyakan massa adneksa yang teraba bukanlah keganasan tetapi
merupakan kista korpus luteum atau folikular. Kista fungsional ini
akan hilang dalam satu sampai tiga siklus menstruasi. Namun pada
perempuan menarkhe atau pasca menopause, dengan massa
berukuran berapapun, disarankan untuk evaluasi lanjut secepatnya
dan mungkin juga eksplorasi bedah. Walaupun laparatomi adalaha
prosedur primer yang digunakan untuk menentukan diagnosis,
cara-cara kurang invasif, )misal CT-Scan, sonografi abdomen dan
pelvis) sering dapat membantu menentukan stadium dan luasnya
penyebaran. Lima persen dari seluruh neoplasma ovarium adalah
tumor stroma gonad, 2 % dari jumlah ini menjadi
keganasanovarium. WHO (World Health Organization),

7
mengklarifikasikan neoplasma ovarium ke dalam lima jenis dengan
subbagian yang multipel. Dari semua neoplasma ovarium, 25 %
hingga 33 % tardiri dari kista dermoid ; 1 % kanker ovarium
berkembang dari bagian kista dermoid. Eksisi bedah adalah
pengobatan primer untuk semua tumor ovarium, dengan tindak
lanjut yang sesuai, tumor apa pun dapat ditentukan bila ganas.
2.1.4 Pathway

Rangsangan hormon
esterogen
3. Pathway
4. Kista
5. Proliferasi kista
6. Mutagen, makanan,
wanita
7. mandul, primipara
tua
8. >45th, genetik
9. Inklusi epitel
10. Faktor
11. predisposisi
8
12. Faktor resiko
13. Resiko
14. infeksi
15. Luka operasi
16. nyeri
17. kemoterapi
18. Radiasi
19. Perubahan pola
20. seksualitas
21. berduk
22. a
23. De"sit
24. volume
25. Dehidrasi
26. Kurang
27. pengetahuan
28. tentang

9
10
2.1.5 Tanda gejala
Gejala kanker ovarium bisa berupa rasa tidak nyaman yang
samarsamar pada perut bagian bawah. Ovarium yang membesar pada
wanita pasca menopause bisa juga menjadi pertanda awal dari kanker
ovarium. Hal ini di sebabkan oleh terkumpulnya cairan dalam perut. Saat
itu, penderita mungkin akan merasakan nyeri pada panggul, anemia, dan
berat badan yang menurun. Terkadang, kanker ovarium melepaskan
hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebih pada lapisan rahim,
pembesaran payudara, dan peningkatan perumbuhan rambut (Pratyitno,
2014).
Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulkan
gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi
dan tidak spesifik. Pada stadium awal gejalanya dapat berupa :
a. Jika sudah menekan rektum atau kandung kemih mungkin
terjadi konstipasi atau sering berkemih.
b. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
c. Nyeri saat bersenggama.

Pada stadium lanjut gejalanya dapat berupa :

a. Asites (penimbunan cairan dalam rongga perut).


b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ-organ di
dalam rongga perut (usus dan hati).
c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan.
d. Gangguan buang air besar dan kecil.
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada
(Chyntia, 2009).
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan panggul
Oleh dokter yang berpengalaman, di cek rahim melalui vagina dan
bagian lain dari palpasi ovarium untuk menentukan ukuran tumor, sifat,
kegiatan, hubungan dengan organ sekitarnya dan sebagainya. Seperti

11
kembung atau massa perut gejala yang jelas, pemeriksaan ini adalah
dapat diterima.
2. Tes darah CA-125
CA-125 digunakan dalam deteksi diagnosis kanker ovarium,
pengobatan dan tindak lanjut dan pemantauan epitel diagnosis kanker
ovarium memiliki nilai penting untuk diagnosis adenokarsinoma serosa
didiagnosis lebih dari 80%. Namun, CA-125 adalah hasil yang normal
tidak selalu berarti kanker ovarium, karena beberapa penyakit
ginekologi, seperti akut radang panggul penyakit, endometriosis juga
dapat muncul peningkatan hasil CA-125.
3. Biopsi
Biopsi dilakukan dengan mengumpulkan sel sitologi untuk mendeteksi
sel-sel kanker. Untuk pasien yang didiagnosis setelah tes lain tidak bisa,
perlu biopsi. Metode pengumpulan Biopsi: operasi, laparoskopi,
aspirasi jarum halus (FNA).
4. Pencitraan
(1) USG vagina: diagnosis kanker ovarium adalah alat skrining penting,
dapat menentukan hubungan antara ukuran tumor, sifat, lokasi, dan
adanya ascites dan uterus. Untuk kanker ovarium pada populasi
berisiko tinggi dan ketidaknyamanan atau gejala, seperti perdarahan
perut, kami merekomendasikan bahwa cek ini.
(2) CT dan MRI: kanker ovarium untuk menentukan ukuran, sifat, situs
metastasis dan menemukan kelenjar getah bening panggul atau aorta
meningkat untuk membantu.
(3) PET / CT pemeriksaan: dapat digunakan untuk menemukan tumor
dan metastasis, dapat digunakan untuk memandu pengobatan,
prognosis dan pemantauan hasil pengobatan.
2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kanker ovarium utama adalah pembedahan. Saat
operasi, juga dilakukan pemeriksaan histopatologi untuk menentukan ada
tidaknya keganasan serta jenis kanker, dan juga penentuan staging kanker.
Kemoterapi ajuvan dilakukan pada pasien setelah pembedahan, kecuali
jika penyakit terbatas hanya pada ovarium, serta pada kanker yang tidak
dapat dioperasi.
 Operasi dengan Sitoreduksi
Operasi bertujuan untuk menentukan staging kanker, sitoreduksi untuk
meningkatkan keberhasilan kemoterapi, serta untuk tujuan kuratif pada
kanker yang terbatas hanya pada ovarium saja. Dengan pembedahan,

12
diharapkan kontrol kanker dapat maksimal dan harapan hidup dapat
dipertahankan selama mungkin.
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi ovarium (kanker indung telur) yang dapat terjadi adalah
penyebaran ke berbagai organ tubuh. Untuk menemukan apakah kanker
sudah menyebar, diperlukan adanya pemeriksaan pencitraan.
Kanker ovarium dapat menimbulkan komplikasi, terutama jika sudah
memasuki stadium lanjut. Komplikasi ini terjadi karena sel-sel kanker
sudah menyebar ke organ tubuh lainnya. Beberapa komplikasi tersebut
adalah:
 Perforasi atau lubang pada usus
 Penimbunan cairan di selaput paru-paru (efusi pleura)
 Penyumbatan saluran kemih
 Penyumbatan usus
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas klien
meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal
lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, dan
pekerjaan orang tua. Keganasan kanker ovarium sering dijumpai
pada usia sebelum menarche atau di atas 45 tahun.
b. Identitas penanggung jawab
2. Keluhan Utama
Biasanya mengalami perdarahan abnormal atau menorrhagia pada
wanita usia subur atau wanita diatas usia 50 tahun / menopause untuk
stadium awal. Pada stadium lanjut akan mengalami pembesaran
massa yang disertai asites.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui penyakit yang dulu pernah diderita yang dapat
mempengaruhi penyakit yang saat ini diderita pada pasien kanker
ovarium seperti : Riwayat kanker terdahulu, siklus haid tidak
teratur, menstruasi usia dini (11 tahun atau lebih muda)

b. Riwayat Kesehatan sekarang

13
Untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita
pada pasien kanker pada saat ini seperti : asma, infeksi radang
panggul, HIV/AIDS, vulvitis, vaginits, servitis, trikomniasis,
klamidia, ulkus mole, kanker payudara, kanker rahim.

c. Riwayat Kesehatan keluarga


Untuk mengetahui apakah keluarga ada yang menderita penyakit
kanker ovarium, infertilitas dan kanker payudara. Riwayat
keluarga yang menderita penyakit kanker dan infertile memiliki
resiko tinggi seorang wanita untuk mengidap kanker ovarium.

d. Riwayat menstruasi
Pada pasien kanker ovarium akan mengalami kelainan system
reproduksi sehubungan dengan menstruasi. Untuk mengetahui
tentang menarche umur berapa, siklus, lama menstruasi, banyak
menstruasi, sifat dan warna darah, disminorhea atau tidak dan
flour albus atau tidak.

e. Riwayat obstetri
Biasanya wanita yang tidak memiliki anak karena
ketidakseimbangan sistem hormonal dan wanita yang melahirkan
anak pertama di usia > 35 tahun.
4. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum
Dikaji untuk menilai keadaan umum pasien baik atau tidak.
b. Kesadaran
Dikaji untuk menilai kesadaran pasien.
c. Vital sign
Dikaji untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi
yang dialaminya, meliputi : Tekanan darah, temperatur/ suhu,
nadi serta pernafasan.
5. Pola pemenuhan kebutuhan sehari hari
a. Nutrisi
Bagaimana napsu makan, frekuensi, jenis makanan, apakah ada
pantangan makanan pada pasien tersebut. Karena pada pasien
kanker ovarium kondisi tubuh lemah karena mual muntah dan
anemia akibat perdarahan yang berlebihan.
b. Eliminasi
Akibat pertumbuhan kanker ovarium menyebabkan pembesaran
perut.

14
c. Istirahat
Pada pasien kanker terjadi pembesaran ovarium menekan organ
sekitar menyebabkan tekanan saraf sel kanker mengankibatkan
gangguan rasa nyaman : nyeri. Dikaji untuk mengetahui apakah
klien beristirahat yang cukup atau tidak.
d. Personal hygiene
Kanker semakin membesar menyebabkan torsio atau putaran
tangkai menimbulkan gejala klinik berupa perdarahan,
menimbulkan nyeri akut abdomen. Kebersihan daerah sekitar
vulva akan mengurangi resiko terjadinya infeksi. Dikaji untuk
mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama
pada daerah genitalia.

e. Aktivitas Faktor
Pemicu kanker ovarium : gaya hidup yang tidak sehat seperti :
kurang olaraga, konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang
serat, zat tambahan pada makanan, merokok dan konsumsi
alcohol, sering stress. Dikaji untuk menggambarkan pola aktivitas
pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas
terhadap kesehatan.

6. Pemeriksaan fisik
1) Mata
Pada pasien kanker rasa penuh diperut menimbulkan rasa mual
dan muntah yang berlebihan intake nutrisi dan cairan tidak
adekuat sehingga terjadi perubahan nutrisi yang tidak adekuat dan
apabila terjadi putaran tangkai kanker maka muncul perdarahan
yang semakin lama semakin banyak bisa menyebabkan pasien
anemia. Pada pemeriksaan mata pasien kanker untuk mengetahui
keadaan mata sclera ikterik atau tidak, konjungtiva anemis atau
tidak.

2) Mulut

15
Frekuensi muntah yang semakin sering pada pasien kanker
mengakibatkan bibir pecah-pecah, lida kering. Untuk mengetahui
apakah bibir pecah-pecah atau tidak, stomatitis atau tidak, gigi
berlubang atau tidak.

3) Leher
Aktivitas hormone yang tidak baik pada pasien kanker ovarium
mempengaruhi kelenjar hipotiroid.

4) Payudara
Pengaruh kanker ovarium dapat menyebabkan nyeri pada
payudara karena aktifitas hormone payudara terasa kencang.

5) Abdomen
Pada pasien kanker terjadi pembesaran perut disertai nyeri tekan.

6) Ekstremitas atas
Pada pasien kanker untuk mengetahui keadaan turgor baik atau
tidak, ikterik atau tidak, sianosis atau tidak.

7) Ekstremitas bawah
Perut semakin membesar pada pasien kanker menekan organ
sekitarnya mengakibatkan pengaruh pada ekstremitas bawah
keadaan turgor kulit tidak baik, sianosis, oedema.

8) Genitalia
Akibat torsio tangkai kanker menyebabkan perdarahan dan
pengeluaran adnormal akibat tumbuhnya kanker yaitu berupa
abses ataupun pengeluaran yang tidak normal seperti keputihan,
perdarahan.

7. Pemeriksaan khusus
1) Inspeksi
Inspeksi adalah proses pengamatan dilakukan untuk melihat
keadaan muka. Pada pasien kanker wajah terlihat pucat, payudara

16
kemerahan, kencang, abdomen, pembengkakan dan genetalia
keluar cairan abnormal seperti : keputihan, perdarahan

2) Palpasi pada pasien Ca Ovarium


Palpasi adalah pemeriksaan dengan indera peraba atau tangan,
pada pasien kanker palpasi untuk memeriksa payudara massa dan
abdomen nyeri tekan, konsistensi padat.

8. Pemeriksaan penunjang
Pada pasien kanker tidak cukup kalau hanya dilakukan observasi
untuk memastikan adanya kanker perluh dilakukan USG, CT- Scan.
MRI, CA-125.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologi
2. Gangguan citra tubuh b.d perubahan fungsi tubuh
3. Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau
fungsi tubuh, perubahan kadar hormone
C. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi


keperawatan
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri
tindakan Tindakan observasi :
agen cidera
keperawatan - Identifikasi
biologi diharapkan nyeri lokasi,
akut klien dapat karakteristik,
menurun dengan durasi,
kriteria hasil : frekuensi,
- Keluhan kualitas,
nyeri intensitas nyeri
menurun - Identifikasi
- Frekuensi skala nyeri
nadi menurun - Identifikasi
- Meringis pengeruh nyeri
menurun pada kualitas
hidup
- Identifikasi
faktor yang
memperberat
dan meringan
nyeri

17
Tindakan Terapeutik:
- Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri (mis.
TENS, hipnosis,
akupresur, terapi
musik)
- Kontrol
lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi
istirahat dan
tidur
- Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan
strategi
meredakan nyeri
Tindakan Edukasi :
- Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri
Tindakan kolabirasi :
- Kolaborasi
pemberian
analgesik, jika
perlu
2. Gangguan citra Setelah dilakukan Promosi citra tubuh
tindakan Tindakan observasi :
tubuh b.d

18
perubahan keperawatan - Identifikasi
diharapkan gangguan harapan citra
fungsi tubuh
citra tubuh klien tubuh
dapat meningkat berdasarkan
dengan kriteria tahap
hasil : perkembangan
- Melihat - Monitor
bgaian tubuh frekuensi
meningkat pernyataan
- Menyentuh kritik terhadap
bagian tubuh diri sendiri
meningkat - Monitor apakah
- Focus pada pasien bisa
bagian tubuh melihat bagian
meningkat tubuh yang
berubah
Tindakan Terapeutik:
- Diskusikan
perubahan tubuh
dan fungsinya
- Diskusikan
kondisi stress
yang
memengaruhi
citra tubuh (mis.
Luka, penyakit,
pembedahan)
- Diskusikan
persepsi pasien
dan keluarga
tentang
perubahan citra
tubuh
Tindakan Edukasi :
1. Jelaskan kepada
keluarga tentan
perawatan
perubahan citra
tubuh
2. Anjurkan
mengungkapkan
gambaran diri
terhadap citra
tubuh
3. Resiko tinggi Setelah dilakukan Edukasi seksualitas
tindakan Tindakan observasi :
terhadap
keperawatan - Identifikasi
disfungsi diharapkan resiko kesiapan dan

19
seksual b.d difusi seksual klien kemampuan
dapat membaik menerima
perubahan
dengan kriteria informasi
struktur atau hasil : Tindakan Terapeutik:
- Kepuasan - Sediakan materi
fungsi tubuh,
hubungan dan media
perubahan seksual pendidikan
membaik kesehatan
kadar hormone
- Keluhan - Jadwalkan
nyeri saat pendidikan
berhubungan kesehatan sesuai
seksual kesehatan
(dyspareunia) - Berikan
menurun kesempatan
- Hasrat untuk bertanya
seksual Tindakan Edukasi :
membaik - Jelaskan
anatomi dan
fisiologi sistem
reproduksi laki-
laki dan
perempuan
- Jelaskan
perkembangan
seksualitas
sepanjang siklus
kehidupan

D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien kanker
ovarium yaitu tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan
rencana keperawatan pada pasien kanker ovarium. Tindakan keperawatan
tersebut melipu tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi. Tindakan
mandiri adalah tindakan berdasarkan kesimpulan perawat sendiri.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang bekerjasama dengan dokter,
ahli gizi, dan lain-lain. Bekerjasama dengan dokter misalnya tindakan
medis apa yang akan dilakukan pada pasien kanker ovarium, seperti
pemberian obat dan tindakan pembedahan. Bekerjasama dengan ahli gizi
misalnya menentukan diet pasien kanker ovarium.
E. EVALUASI

20
Evaluasi keperawatan yaitu melihat respon pasien setelah
dilakukan tindakan keperawatan pada pasien kanker ovarium dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak.
Menurut Padila (2015), evaluasi keperawatan pada pasien kanker
ovarium sebagai berikut:
1) Pasien merasa reda dari nyeri dan ketidaknyamanan yang
ditimbulkan
2) Pasien tidak merasakan mual
3) Pasien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya
4) Pasien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
5) Pasien bebas dari ketidaknyamanan konstipasi

21
BAB III
DOKUMENTASI KASUS

Asuhan Keperawatan Pada Ibu dengan Ca Ovari

1. PENGKAJIAN
Nama Mahasiswa : Tempat Praktik :

NIM : Tgl. Praktik :

A. Identitas Klien
Nama : Ny. S No. RM :
Usia : 35 tahun Tgl. Masuk :
Jenis kelamin : Perempuan Tgl. Pengkajian :
Alamat : Jl. Mawar Sumber informasi :
No. telepon : 081726382792 Nama klg. dekat yg bisa
dihubungi: Suami
Status pernikahan : Menikah
Agama : Islam Status :
Menikah
Suku : Jawa Alamat : Jl,
Mawar
Pendidikan : SMA No. telepon :
081726382792
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan :
Sarjana (S1)
Lama berkerja :- Pekerjaan :
Swasta
B. Status kesehatan Saat Ini
1. Keluhan Utama : klien mengatakan sering mengalami perdarahan abnormal,
nyeri pada abdomen atau pelvis, dan sulit melakukan aktifitas.
C. Riwayat Kesehatan Terdahulu
1. Penyakit yg pernah dialami:

22
a. Kecelakaan (jenis & waktu) : -
b. Operasi (jenis & waktu) :-
c. Penyakit: Riwayat kesehatan dahulu pernah memiliki kanker kolon,
kanker payudara, dan kanker endometrium

● Kronis :√
● Akut :
d. Terakhir masuki RS : 1 bulan yang lalu
2. Alergi (obat, makanan, plester, dll): tidak
Tipe Reaksi Tindakan

3. Imunisasi:
(√) BCG (√) Hepatitis

(√) Polio (√) Campak

(√) DPT

4. Kebiasaan:
Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya

Merokok -

Kopi 1x sehari 1 gelas

Alkohol -

5. Obat-obatan yg digunakan:
Jenis Lamanya Dosis

D. Riwayat Keluarga

Riwayat kesehatan keluarga yang pernah mengalami kanker payudara dan


kanker ovarium yang beresiko 50%

E. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah

● Kebersihan bersih
● Bahaya kecelakaan tidak ada
● Polusi hanya sedikit
● Ventilasi baik

23
● Pencahayaan cukup

F. Pola Aktifitas-Latihan
Sebelum Sakit Saat Sakit

● Makan/minum 0 2
● Mandi 0 2
● Berpakaian/berdandan 0 2
● Toileting 0 2
● Mobilitas di tempat tidur 0 2
● Berpindah 0 2
● Berjalan 0 2
● Naik tangga 0 2

Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 =


dibantu orang lain, 4 = tidak mampu

G. Pola Nutrisi Metabolik


● Frekuensi/pola : 3x sehari
● Porsi yg dihabiskan : ½ porsi
● Jenis minuman : air putih
● Frekuensi/pola minum : sering
● Gelas yg dihabiskan : 8 gelas/hari

H. Pola Eliminasi
● BAB:
- Frekuensi/pola : 1x sehari
- Konsistensi : lembek
- Warna & bau : khas fases, kecoklatan
- Kesulitan : tidak ada
● BAK:
- Frekuensi/pola : kurang lebih 8x per hari
- Warna & bau : kuning teh
- Kesulitan : tidak ada

I. Pola Tidur-Istirahat
● Tidur siang:Lamanya

24
- Jam 2 s/d 3 jam per hari
- Kenyamanan stlh. Tidur : Nyaman
● Tidur malam: Lamanya
- Jam 6 s/d 8 jam per hari
- Kenyamanan stlh. Tidur : nyaman

J. Pola Kebersihan Diri


● Mandi: 2x sehari
- Penggunaan sabun : menggunnakan sabunn
● Keramas: 2x seminggu
- Penggunaan shampoo : menggunakan shampo
● Gosok gigi: 2x sehari
- Penggunaan pasta gigi : menggunakan pasta gigi
● Ganti baju: 2x sehari
● Memotong kuku: 1x seminggu
● Kesulitan : tidak ada

K. Pola Toleransi-Koping Stres


1. Pengambilan keputusan: (√) sendiri ( ) dibantu orang lain, sebutkan,
2. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS atau penyakit (biaya,
perawatan diri, dll) : tidak ada
3. Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah: mencarri
penyelesaian dengan orang terdekat
4. Harapan setelah menjalani perawatan: keadaan membaik
5. Perubahan yang dirasa setelah sakit: keadaan fisik menurun dan lemah

L. Pola Peran & Hubungan


1. Peran dalam keluarga : istri
2. Sistem pendukung:suami/istri/anak/tetangga/teman/saudara/tidak ada/lain-
lain, sebutkan: semua anggota keluarga
3. Kesulitan dalam keluarga : tidak ada
4. Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS:
tidak ada
M. Pola Komunikasi

25
1. Bicara: (√ ) Normal ( )Bahasa utama:
( ) Tidak jelas ( ) Bahasa daerah:

( ) Bicara berputar-putar ( ) Rentang


perhatian:

( ) Mampu mengerti pembicaraan orang lain ( ) Afek:

2. Tempat tinggal: ( √) Sendiri


( ) Kos/asrama

( ) Bersama orang lain, yaitu:

3. Kehidupan keluarga
a. Adat istiadat yg dianut: jawa
b. Pantangan & agama yg dianut: tidak ada, islam
c. Penghasilan keluarga: Rp. 2.000.000.000/bulan

N. Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: (√ ) tidak ada
( ) ada
2. Upaya yang dilakukan pasangan:
(√ ) perhatian ( ) sentuhan ( ) lain-lain, seperti,

O. Pola Nilai & Kepercayaan


1. Apakah Tuhan, agama, kepercayaan penting untuk Anda, Ya/Tidak
2. Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan dirumah (jenis & frekuensi):
sholat 5 waktu
3. Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS: sholat 5 waktu
4. Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya: dibantu
untuk melaksanakan ibadah

P. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum:
● Kesadaran: compos mentis

26
● Tanda-tanda vital: - Tekanan darah : 100 mmHg - Suhu :
36,5oC
- Nadi : 80 x/menit - RR :
26x/menit

● Tinggi badan: 155 cm Berat Badan: 55 kg


2. Kepala & Leher
a. Kepala: tidk ada gangguan yaitu simetris, tidak ada benjolan, tidak ada
hematon.
b. Telinga: simetris kiri dan kanan tidak ada gangguan pendengaran dan
tidak ada lesi.
c. Leher: tidak ada pembendungan vena jagularis dan pembesaran kelenjar
tiroid.
d. Wajah : pada mata konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek
pupil +/+, pada hidung tidak ada pernapasan cuping hidung, pada mulut
dan gigi mukosa tidak pucat dan tidak ada sarriawan.
e. Thoraks : tidak ada pergerakan otot diafragma, gerakan dada simetris.
3. Thorak & Dada:
● Jantung
- Inspeksi: ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi: ictrus cordis teraba
- Perkusi: pekak
- Auskultasi: bunyi jantung S1 dan S2 normal. Bunyi jantung S1 adalah
penutup bersamaan katup mitral dan trikuspidalis. Bunyi jantung S2
adalah penutupan katup aorta dan pulmanalis secara bersamaan.
● Paru
- Inspeksi: pernapasan dyspnea, tidak ada tarikan dinding dada.
- Palpasi: fremitus kiri dan kanan sama
- Perkusi: suara ketok sonor, suara tambahan tidak ada
- Auskultasi: vesikuler
4. Payudara : simetris kiri dan kanan, aerola mamae hiperpigmentasi, papila
mamae menonjol dan tidak ada pembengkakan.

27
5. Genetalia & Anus : perdarahan abnormal akibat hiperplasia dan hormon
siklus menstruasi yang terganggu.
6. Abdomen :
- Inspeksi
Pada stadium awal kanker ovarium, belum adanya perbesaran massa,
sedangkan pada stadium lanjut kanker ovarium, akan terlihat adanya
asites dan perbesaran massa di abdomen
- Palpasi
Pada stadium awal kanker ovarium, belum adanya perbesaran massa,
sedangkan pada stadium lanjut kanker ovarium, di raba akan terasa
seperti karet atau batu massa di abdomen
- Perkusi
Hasilnya suara hipertympani karena adanya massa atau asites yang
telah bermetastase ke organ lain
- Auskultasi
Bising usus normal yaitu 5- 30 kali/menit

7. Data nyeri/kenyamanan : terjadi penekanan pada pelvis.


8. Data aktivitas/istirahat : terjadi kelelahan karena istirahat terganggu akibat
nyeri
9. Ekstermitas : tidak ada usema, tidak ada luka dan CRT kembali <2 detik.
10. Kulit & Kuku

● Kulit: bersih, sedikit kering


● Kuku: pendek dan bersih

Q. Hasil Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium
a. Uji asam deoksiribonukleat mengindikasikan mutasi gen yang
abnormal
b. Penanda atau memastikan tumor menunjukkan antigen
karsinoma ovarium, antigen karsinoembrionik, dan HCG
menunjukkan abnormal atau menurun yang mengarah ke
komplikasi.

28
2) Pencitraan
USG abdomen, CT scan, atau ronsen menunjukkan ukuran tumor. Pada
stadium awal tumor berada di ovarium, stadium II sudah menyebar ke
rongga panggul, stadium III sudah menyebar ke abdomen, dan stadium
IV sudah menyebar ke organ lain seperti hati, paru-paru, dan
gastrointestinal
3) Prosedur diagnostik
Aspirasi cairan asites dapat menunjukkan sel yang tidak khas. Pada
stadium III kanker ovarium cairan asites positif sel kanker.
4) Pemeriksaan lain
Laparatomi eksplorasi, termasuk evaluasi nodus limfe dan reseksi
tumor, dibutuhkan untuk diagnosis yang akurat dan penetapan stadium
berapa kanker ovarium tersebut.

R. Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya

Klien mengatakan mengetahui tentang penyakitnya dan berusaha untuk


mengobatinya.

2. ANALISA DATA

Nama Klien :

No. Reg :

MASALAH
N
DATA PENUNJANG ETIOLOGI KEPERAWAT
O
AN

29
1 DS : Pasien mengatakan nyeri Terjadi penekanan pada pelvis Nyeri Kronis
bagian abdomen/pelvis

Nyeri kronis

DO : Pasien tampak meringis


kesakitan

DS : Pasien mengatakan sering


terjadi perdarahan.
2 Siklus menstruasi tidak teratur Resiko Perdarahan


DO :
Terjadi hiperplasia
- Tekanan darah : 100mmHg

- Pasien tampak lemas
Perdarahan abnormal

DS : Pasien mengatakan sulit


Gangguan mobilitas
melakukan aktifitas
fisik
Pasien lemas


DO :
Tidak bisa melakukan aktivitas
-Pasien membutuhkan orang
lain untuk beraktifitas ↓

30
Gangguan mobilitas fisik

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor dibuktikan dengan
mengeluh nyeri (D.0078)
2. Resiko perdarahan berhubungan dengan proses keganasan (D.0012)
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakbugaran fisik ditandai
dengan sulit menggerakkan ekstremitas (D.0054)

4. Intervensi keperawatan

N Diagnose Tujuan Intervensi Ttd


o keperawatan perawa
t
1. Nyeri kronis Setelah dilakukan Manajemen nyeri
berhubungan tindakan asuhan Tindakan observasi :
dengan keperawatan - Identifikasi lokasi
infiltrasi selama 1x24 jam nyeri, karakteristik,
tumor diharapkan nyeri durasi, frekuensi,
dibuktikan kronis mengalami kualitas, intensitas
dengan penurunan dengan nyeri
mengeluh kriteria hasil: - Identifikasi skala
nyeri - Keluhan nyeri
(D.0078) nyeri - Identifikasi factor
menurun yang memperberat
- Meringis dan meringan nyeri
menurun - Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan nyeri
Tindakan Terapeutik :
- Berikan Teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
music, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, Teknik
imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
- Control lingkungan
yang memperberat

31
rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat
tidur
- Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Tindakan Edukasi :
- Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjarkan Teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
2. Resiko Setelah dilakukan Pencegahan perdarahan
perdarahan tindakan asuhan Tindakan observasi :
berhubungan keperawatan - Monitor tanda dan
dengan selama 1x24 jam gejala perdarahan
proses diharapkan resiko - Monitor nilai
keganasan perdarahan hematorik/hemoglo
(D.0012) mengalami bin sebelum dan
penurunan dengan setelah kehilangan
kriteria hasil: darah
- Kelembapa Tindakan Terapeutik :
n - Pertahankan bed
membrane rest selama
mukosa perdarahan
meningkat - Batasi Tindakan
- Hemoptisis invansif, jika perlu
menurun - Gunakan Kasur
- Hemateme pencegah decubitus
sis Tindakan Edukasi :
menurun - Jelaskan tanda dan
- Hematuria gejala perdarahan
menurun - Anjurkan
- Hemoglobi meningkatkan
n membaik asupan cairan untuk
menghindari

32
konstipasi
- Anjurkan
meningkatkan
asupan makanan
dan vitamin K
- Anjurkan segera
melapor jika terjadi
perdarahan
Tindakan kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian obat
pengontrol darah,
jika perlu
3. Gangguan Setelah dilakukan Dukungan ambulasi
mobilitas tindakan asuhan Tindakan observasi :
fisik keperawatan - Identifikasi adanya
berhubungan selama 1x24 jam nyeri atau keluhan
dengan diharapkan fisik lainnya
ketidakbugara gangguan - Identifikasi
n fisik mobilitas fisik toleransi fisik
ditandai mengalami melakukan
dengan sulit peningkatan ambulasi
menggerakka dengan kriteria - Monitor kondisi
n ekstremitas hasil: umum selama
(D.0054) - Pergerakan melakukan
ekstremitas ambulasi
meningkat Tindakan Terapeutik :
- Kekuatan - Fasilitasi aktivitas
otot ambulasi dengan
meningkat alat bantu (mis.
- Rentang Tongkat, kruk)
gerak - Fasilitasi
(ROM) melakukan
meningkat mobilitas fisik, jika
perlu
- Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
membantu
meningkatkan
ambulasi
Tindakan Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
- Anjurkan
melakukan
ambulasi dini

33
5. Implementasi keperawatan

No Diagnose Tanggal Implementasi TTD


keperawatan dan jam perawat
1. Nyeri kronis 07/08/2021 - Mengidentifikasi
berhubungan 08.00- lokasi nyeri,
dengan 09.00 karakteristik, durasi,
infiltrasi tumor frekuensi, kualitas,
dibuktikan intensitas nyeri
dengan - Mengidentifikasi
mengeluh skala nyeri
nyeri - Mengidentifikasi
factor yang
memperberat dan
meringan nyeri
- Mengidentifikasi
pengetahuan dan
keyakinan nyeri
- Memberikan Teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
music, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, Teknik
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
- Mengcontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Memfasilitasi istirahat
tidur
- Mempertimbangkan
jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
- Menjelaskan

34
penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
- Menganjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
- Mengajarkan Teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
2. Resiko 07/08/2021 - Memonitor tanda dan
perdarahan 09.00- gejala perdarahan
berhubungan 10.00 - Memonitor nilai
dengan proses hematorik/hemoglobin
keganasan sebelum dan setelah
kehilangan darah
- Mempertahankan bed
rest selama
perdarahan
- Membatasi Tindakan
invansif, jika perlu
- Menggunakan Kasur
pencegah decubitus
- Menjelaskan tanda
dan gejala perdarahan
- Menganjurkan
meningkatkan asupan
cairan untuk
menghindari
konstipasi
- Menganjurkan
meningkatkan asupan
makanan dan vitamin
K
- Menganjurkan segera
melapor jika terjadi
perdarahan
- Mengkolaborasi
pemberian obat
pengontrol darah, jika
perlu
3. Gangguan 07-08- - Mengidentifikasi
mobilitas fisik 2021 adanya nyeri atau
berhubungan 10.00- keluhan fisik lainnya
dengan 11.00 - Mengidentifikasi
ketidakbugaran toleransi fisik
fisik ditandai melakukan ambulasi

35
dengan sulit - Memonitor kondisi
menggerakkan umum selama
ekstremitas melakukan ambulasi
- Memfasilitasi
aktivitas ambulasi
dengan alat bantu
(mis. Tongkat, kruk)
- Memfasilitasi
melakukan mobilitas
fisik, jika perlu
- Melibatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
membantu
meningkatkan
ambulasi
- Menjelaskan tujuan
dan prosedur ambulasi
- Menganjurkan
melakukan ambulasi
dini

6. Evaluasi keperawatan

No Diagnose Tanggal dan Implementasi TTD


keperawatan jam Perawat
1. Nyeri kronis 08/08/2021 S : Pasien mengatkan
berhubungan setelah dilakukan Tindakan
dengan infiltrasi keperawatan nyeri
tumor dibuktikan berkurang
dengan mengeluh O : Pasien tampak lebih
nyeri tenang dari kondisi
sebelumnya dan tidak
meringis
A : Masalah teratasi
P : Intervensi diberhentikan
2. Resiko perdarahan 08/08/2021 S : Pasien mengatakan
berhubungan resiko perdarahan
dengan proses berkurang
keganasan O : Pasien tampak lebih
baik dan tidak lemas
Tekanan darah 130/80
mmHg
A : Masalah teratasi
P : Intervensi diberhentikan

36
3. Gangguan 08/08/2021 S : Pasien mengatakan
mobilitas fisik sudah bisaa menggerakkan
berhubungan ekstremitas
dengan O : Pasien tampak tidak
ketidakbugaran membutuhkan orang lain
fisik ditandai untuk membantunya
dengan sulit A : Masalah teratasi
menggerakkan P : Intervensi diberhentikan
ekstremitas

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kanker ovarium merupakan suatu kanker yang belum diketahui
penyebabnya.Kanker Ovarium sering ditemukan wanita yang berumur
40 - 74 tahun. Penyebaran suatu kanker ovarium bisa menyebar
kebagian yang lain,seperti daerah panggul dan perut melalui getah
bening dan melalui peredaran darah untuk menuju kehati dan paru-
paru.
Karsinoma ovarium adalah jenis epitel adalah penyebab utama
kematian akibat kanker ginekologi diamerika serikat. Pada tahun 2003

37
diperkirakan terdapat 25.400 kasus kanker dengan 14.300 kematian
yang mencakup kira- kira 5% dari semua kematian wanita karena
kanker.
Meskipun mayoritas kanker ovarium adalah jenis epitelial,kanker
ovarium dapat juga berasal dari sel yang terdapat diovarium. Tumor
ovarium yang berasal dari sel germinal yang kelasifisikan sebagai
disgerminoma dan teratoma sedangkan tumor ovarium yang berasal
dari sel folikel di kelasifisaikan sebagai sex cord stromal terutama
tumor sel granulosa dan tumor yang berasal dari stroma ovarium
adalah sarkoma. Akan tetapi angka kejadian tumor ovarium non
epitelial kecil sekali sehingga dianggap angka kejadian seluruh kanker
ovarium. Sehingga wajib untuk kita mengetahui gejala dan cara
penanganan yang tepat untuk masalah ca ovarium.
4.2 Saran
Bagi mahasiswa diharapkan:
1) Dengan adanya manajemen asuhan keperawatan, diharapkan
mahasiswa dapat menerapkan asuhan yang diberikan kepada klien
sesuai dengan standar asuhan keperawatan
2) Bagi institusi pendidikan
• Diharapkan institusi pendidikan dapat menyiapkan mahasiswa dalam
menghadapi kasus-kasus yang terjadi dalam bidang kesehatan
khususnya keperawtan baik fisiologis maupun patologis
• Diharapkan institusi pendidikan dapat menjadi naungan bagi para
mahasiswa agar menjadi jeli terhadap masalah-masalah keperawatan.
3) Bagi lahan praktek
• Diharapkan lahan praktek dapat menjadi tempat bagi masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu.

38
DAFTAR PUSTAKA

(n.d.). eprints.ums.ac.id, 4.

HEWEN, L. O. (2017). LAPORAN KARYA TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN


KESEHATAN REPRODUKSI PADA NY. P.B DENGAN KANKER OVARIUM (CA
OVARIUM). file:///C:/Users/HP14/Downloads/Ca%20Ovari.pdf, 99.

Juliastini, A. (2017). LAPORAN ASUHAN KEPERA7ATAN PADAPASIEN DENGAN CA


OVARIUM. www.academia.edu.

Lisnawati. (2014). GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PENDERITA KANKER.


repositori.uin-alauddin.ac.id, 68.

Sumiarsih. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA OVARIUM.


repository.poltekkes-kaltim.ac.id, 88.

39

Anda mungkin juga menyukai