DISUSUN OLEH :
NOPITA JUTNI MANALU
G1B220024
CI AKADEMIK:
Dr.Ns.Andi Subandi,M.Biomed
Ns.Dini Rudini,M.Kep
Ns.Yosi Oktarina,M.Kep
CI LAPANGAN:
NS. Fredi Munandar, S.Kep
Syok sepsis adalah sindrom klinik yang dicetuskan oleh masuk dan
menyebarnya produk organisme ke dalam sistem vaskuler, sehingga menyebabkan
terjadinya hipotensi yang tidak membaik dengan resusitasi cairan, kegagalan pada
mikrosirkulasi, penurunan perfusi jaringan dan gangguan metabolisme seluler. Syok
sepsis disebabkan oleh respon peradangan terhadap bakteri. Bakteri gram negatif
mengeluarkan endotoksin ( oleh enterobakter atau Escherichia coli dan streptokokus B
hemolitikus) yang sering menyebabkan syok sepsis dan koagulasi intravaskular
desiminata. Eksotoksin bakteri ( Pseudomonas aeruginosa) juga dapat menjadi faktor
pemicu (Leveno et al., 2009). Syok septic masih merupakan penyebab kematian
tersering di ICU. Kematian berhubungan langsung dengan beratnya sepsis, syok sepsis
dan penyakit dasarnya.
Penyebab dasar dari sepsis dan syok sepsis yang paling sering adalah infeksi
bakteri. Pada era sebelum pemakaian antibiotic meluas, penyebab tersering adalah
bakteri gram positif terutama dari spesies sreptokokus dan stafilokokus. Tetapi setelah
antibiotika meluas, sepsis sering timbul akibat infeksi nosokomial oleh bakteri gram
negative. Selain itu juga bisa disebabkan oleh virus dan jamur. Baik organisme gram
negative atau positif dapat secara langsung merangsang respons inflamasi dan aspek
sistem imun lain yang mengaktifkan sitokinin, komplemen, dan sistem koagulasi.
Awalnya badan hangat, kulit kemerahan, dan nadi tidak teratur. Selanjutnya
kebingungan dan gambaran output rendah (Morton & Fontaine, 2012).
3. Tanda dan gejala
a. Keadaan mental
Gangguan keadaan mental merupakan akibat dari perfusi serebral yang menurun
dan terdiri dari keadaan bingung, stupor atau koma
b. Tanda- tanda vital
Demam sering kali dijumpai, meskipun suhu tubuh dapat juga normal atau
dibawah normal. Permulaan syok sepis seringkali ditandai dengan demam yang
menggigil dan meningkat dengan cepat. Takipnea, takikardi hipotensi sering
dijumpai
c. Kulit
Kulit teraba hangat dan kemerahan pada awal stadium penyakit ini menunjukkan
vasodilatasi streial. Pada stadium selanjutnya jika timbul vasokontriksi, kulit akan
teraba dingin dan pucat
d. Tanda gejala lain
Pada pasien mungkin ditemukan gejala yang menunjukkan sumber dari infeksi
seperti: batuk atau tanda rangsang meningeal. Mungkin didapati tanda- tanda
iritasi traktus gastrointestinal seperti muntah dan diare. Jika timbul koagulasi
intravaskular Diseminata ( DIC) sebagai komplikasi dari sepsis, mungkin akan
dijumpai perdarahan abnormal dari traktus gastrointestinal, didalam urin, dari
tempat venapungsi atau dari sumber lainnya.
e. Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah hipotensi (vasodilatasi) dan pada jantung terjadi pningkatan curah
jantung ( awal), depresi miokardium ( lanjut), takikaritma
f. Paru
Pirau disertai hipoksemia, infiltrat digus ( kebocoran kapiler)
g. Ginjal
Hipoperfusi (oliguria), nekrosis tubulus akut
h. Hematologis
Trombositopenia, leukositosis, koagulopati konsumtif
i. Gangguan perfusi jaringan
Timbunan asam laktat dan asama piruvat, terjadi asidosis metabolik
j. Sistem Pencernaan
4. Ketidakseimbangan nutrisi : Nutrisi 1. Berikan nutrisi parenteral atau enteral dalam 24 jam
kurang dari kebutuhan Asupan kalori dan gizi memenuhi awitan
b.d Respons terhadap septis kebutuhan metabolik per 2. Konsultasi dengan ahli gizi atau layanan bantuan
sakit yang kritis perhitungan (mis, gizi
pengeluaran energi basal) 3. Pantau asupan lemak
4. Pantau albumin, prealbumin, transferin, kolesterol,
trigliserida, glukosa
5. Risiko kerusakan integritas Integritas kulit 1. Kaji kulit setiap 4 jam dan setiap kali pasien
kulit (0047) b.d Penurunan Kulit tetap utuh direposisi
perfusi jaringan dan adanya 2. Lakukan miring kanan miring kiri setiap 2 jam
edema. 3. Pertimbangkan matras pengurang/pereda tekanan
4. Gunakan skala braden untuk mengkaji risiko
kerusakan kulit
6. Ansietas b.d Perubahan Psikososial
status kesehatan Pasien menunjukkan penurunan 1. Kaji tanda vital selama terapi, diskusi, dan
kecemasan
sebagainya
2. Berikan sedatif dengan hati-hati
3. Konsultasi dengan layanan sosial, rohaniawan, dan
sebagainya jika mungkin
4. Berikan istirahat dan tidur yang adekuat
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G. M., K, B. H., Doctherman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing intervention
clarification (NIC): Sixth edition (Sixth). Lowa City: Elsevier Mosby.
Eliastam, M., Sternbach, G. L., & Bresler, M. J. (2010). Buku saku kedaruratan medis. Jakarta:
EGC Kedokteran.
Herdman, T., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis keperawatan definisi & klasifikasi 2015- 2017.
Jakarta: EGC.
Leveno, K. J., Cunningham, F. G., Gant, N. F., Alexander, J. M., Bloom, S. L.,
Caesy, B. M., … Yost, N. P. (2009). Obstetri williams: panduan ringkas , Ed.21. Jakarta:
EGC Kedokteran.
Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). nursing outcames clasification
(NOC): fifth edition. USA: Elsevier Mosby.
Morton, P. G., & Fontaine, D. (2012). Keperawatan kritis: pendekatan asuhan holistik. Jakarta:
EGC.
Talbot, L. A. (2010). Pengkajian keperawatan kritis (edisi 2). Jakarta: EGC.