Anda di halaman 1dari 3

Rambut Mulia Nabi Muhammad ‫ﷺ‬

Qotadah  pernah berkata, “Aku pernah bertanya pada Anas bin Malik  tentang
rambut Rasulullah ‫ﷺ‬, kemudian ia menjawab, ’rambut di antara dua
rambut, tidak keriting juga tidak lurus.’” Maksud daripada hal itu adalah bahwa rambut Nabi
tidaklah sangat pecah-pecah atau keriting, juga tidaklah sangat lurus seluruhnya, namun
berada di tengah-tengah, di antara keduanya; dan hal yang paling baik dalam segala hal
adalah yang berada di tengah-tengah.
Imam Az-Zamakhsyari berkata, “Pada umumnya rambut orang arab itu keriting,
sedangkan rambut orang ‘ajam (selain arab, red) itu lurus. Dan Allah  benar-benar
memberikan keindahan bentuk fisik pada Rasulullah ‫ ﷺ‬sehingga
dikumpulkan padanya keutamaan-keutamaan yang berbeda-beda dari seluruh ras umat
manusia, rambut Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬tergerai hingga kedua pundaknya,
satu riwayat mengatakan hingga tengah kedua telinganya; dari kedua riwayat di atas dapat
diarahkan pada kesimpulan bahwa terkadang rambut beliau memanjang sampai tengah
telinga dan terkadang sampai pundak, sehingga kedua riwayat di atas tidak bertentangan.
Ibn Abbas pernah meriwayatkan bahwa dulu Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah
menggerai, membiarkan rambutnya, pada saat itu orang-orang musyrik senang menyisir
rambutnya dan orang-orang ahlul kitab senang membiarkan rambutnya; dan Rasulullah
‫ﷺ‬ dulu senang bersesuaian dengan ahlul kitab pada hal-hal yang tidak
terdapat perintah apapun dari syari’at dengan tujuan meluluhkan hati para ahlul kitab,
namun kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬menyisir rambutnya.
Imam Al-Qurthubi berkata, “Keadaan Nabi ‫ ﷺ‬senang bersesuaian
dengan ahlul kitab terjadi pada masa awal-awal Nabi masih menghadap kepada kiblat
mereka, baitul maqdis dengan tujuan agar hati orang-orang ahlul kitab luluh sehingga mau
mendengarkan wahyu yang dibawa Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, namun ketika
mereka semakin celaka dan hal tadi tidak berdampak apapun pada mereka maka Nabi
diperintah untuk berselisih, berbeda dengan mereka pada banyak hal, seperti contoh Sabda
Nabi ‫ﷺ‬, “Sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak mewarnai
baju mereka, oleh karenanya, janganlah kalian menyamai mereka!”
Imam Abu Daud meriwayatkan dari Sayyidah Aisyah RA, ia pernah berkata, “Aku pernah
menyisir rambut Rasulullah ‫”ﷺ‬, para ulama’ berpendapat bahwa menyisir
itu sunnah karena hal itulah yang pada akhirnya kembali pada Rasulullah ‫ﷺ‬.
Qoul Shohih mengatakan bahwa menyisir maupun membiarkan rambut tergerai itu sama-
sama diperbolehkan, hanya saja menyisir lebih baik dan utama.
Diriwayatkan dari Imam Turmudzi dari Ummi Hani binti Abi Thalib, ia pernah berkata, “
Rasulullah pernah mendatangi kami saat fathu makkah dalam keadaan memiliki 4 kunciran
rambut. Di dalam kitab Syarh Al-Mashȧbih diterangkan bahwa Nabi Muhammad
‫ ﷺ‬tidak pernah mencukur rambut pada tahun-tahun setelah hijrah beliau
ke Madinah kecuali pada Tahun perjanjian Hudaibiyyah (8 H), Tahun keputusan, dan saat
Haji Wada’; maka bisa diperkirakan pendek dan panjang rambut beliau dengan rentang
waktu jarak antar kejadian di atas, dan berarti beliau memiliki rambut paling pendek setelah
Haji Wada’ karena tiga bulan kemudian beliau Wafat.
Jenggot Nabi Muhammad ‫ﷺ‬
Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬memiliki jenggot yang sangat hitam dan sangat
indah, seperti yang telah diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi. Ibn Sirin  pernah berkata, “aku
pernah bertanya pada Anas bin Malik RA, ‘apakah Rasulullah ‫ ﷺ‬mewarnai
jenggotnya?’, ia menjawab, ‘Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak pernah mewarnainya, dan
pada jenggot Rasulullah ‫ ﷺ‬terdapat beberapa rambut yang putih.’”
Menurut satu riwayat Anas bin Malik  mengatakan, “Tidak ada rambut beliau yang beruban
kecuali sedikit, andai aku mau menghitung jumlah uban yang ada pada kepala beliau, pasti
telah kulakukan.”.
Sebuah riwayat mengatakan bahwa uban yang ada pada Rasulullah ‫ﷺ‬
-baik di jenggot maupun rambut beliau- berjumlah sekitar 17, 18, atau 20 saja. Namun ada
satu riwayat yang menjelaskan bahwa Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬tidak beruban,
karena kebanyakan perempuan tidak menyukai uban, dan siapapun yang tidak menyukai
sesuatu dari diri Rasulullah ‫ ﷺ‬maka ia termasuk orang kafir, oleh karenanya
Allah  mengasihi mereka dengan tidak membuat Nabi beruban; juga dikarenakan uban itu
dapat menghilangkan kegagahan, kharismatik seseorang, dan menyamakannya dengan
orang-orang tua beruban yang tidak memiliki kekuatan sama sekali.
Namun, hilangnya kegagahan, kelincahan, kekuatan, kurang bagus sebab adanya;
semua itu dilihat dari sudut pandang seperti di atas; sehingga nanti tidak bertabrakan
dengan hadits yang mengatakan bahwa uban adalah sebuah cahaya, dan ketentraman. Ibn
‘Asakir dari Anas bin Malik  meriwayatkan, “Uban itu bagaikan cahaya, barangsiapa
menghilangkannya maka ia benar-benar telah menghilangkan cahaya islam.” Imam Ad-
Dailami juga meriwayatkan dari Anas bin Malik RA, “Laki-laki manapun yang mencabut
rambutnya yang telah putih secara sengaja maka esok di hari kiamat rambutnya akan
menjadi panah yang melukainya sendiri.” Ibn Sa’d pernah meriwayatkan bahwa pernah
seorang tukang bekam mencukur kumis Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, saat ia
melihat ada rambut beliau yang putih, ia hendak meraih dan menghilangkannya; namun
Rasulullah ‫ ﷺ‬menghentikan tangannya dan bersabda, “Barangsiapa yang
beruban [walaupun] hanya satu helai dalam agama islam, maka uban tersebut akan menjadi
cahaya untuknya esok di hari kiamat.” Imam Baihaqi meriwayatkan dari Ibn ‘Umar, “Tidak
ada seorangpun yang beruban dalam islam kecuali ia akan mendapat kebaikan pada setiap
helai ubannya, dan diangkat derajatnya.”
Perkataan Anas bin Malik  di atas, bahwa Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬tidak
pernah mewarnai tidak dapat ditentang dengan sebuah riwayat di kitab Shohih Bukhori dan
Muslim dari Ibn Umar  bahwa ia pernah melihat Nabi Muhammad ‫ﷺ‬
mewarnai dengan warna kuning, karena hal itu diarahkan oleh Ulama’ pada permasalahan
mewarnai baju dengan bukti riwayat yang terdapat pada Sunan Abi Daud, bahwa Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬pernah mewarnai menggunakan Warsun1 dan Za’faron
hingga surban beliau; namun sebagian Ulama’ tetap mengarahkan pada keumuman hadits
tersebut dan mengatakan bahwa Nabi mewarnai rambutnya, mereka juga bertendensi pada

1
Sejenis tumbuhan mirip tumbuhan simsim, berwarna kuning dan biasa digunakan untuk mewarnai
baju dan lain-lain.
riwayat yang terdapat pada Sunan Abi Daud bahwa Nabi pernah mewarnai kuning
jenggotnya menggunakan Warsun dan Za’faron, Namun hal tersebut ditentang, dengan
adanya kemungkinkan bahwa hal-hal tersebut biasa digunakan untuk wewangian, bukan
untuk mewarnai.
Alhasil, terjadi perbedaan pendapat di kalangan Ulama’ apakah Nabi Muhammad
‫ﷺ‬ pernah mewarnai uban beliau atau tidak? Qodli ‘Iyadl mengatakan,
“Kebanyakan ulama’ melarangnya.” Hal tersebut adalah madzhab Imam Malik sesuai dengan
riwayat Anas bin Malik RA, dan mereka menta’wil hadits Ibn Umar dengan mengarahkannya
pada permasalahn baju, bukan rambut. Namun Imam Nawawi mengatakan, “Pendapat yang
terpilih adalah bahwa Nabi memang benar-benar pernah mewarnai rambutnya, karena
ta’wil pada suatu hadits itu tidak sesuai asli, akan tetapi Nabi melakukannya hanya pada satu
waktu dan lebih sering meninggalkannya; sehingga setiap riwayat di atas memang
meriwayatkan apa yang pernah ia lihat.”
Dulu, Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬ketika meminyaki rambutnya, tidak terlihat
lagi ubannya karena terpisah-pisah, beliau memiliki jenggot yang tebal, dan juga sering
meminyaki rambutnya dan membasahi jenggotnya dengan air. Ibn Abi Halah  mensifati
beliau sebagai seseorang yang anggota antara labbah2 dan pusarnya tersambung dengan
rambut memanjang seperti garis, kedua putingnya tidak ada rambutnya, kedua lengan,
pundak dan dada bagian atasnya berambut.

2
Bagian dada yang biasa menjadi tempat meletakkan kalung

Anda mungkin juga menyukai