Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

“ASUHAN NEONATUS BAYI & BALITA”


Pada Bayi Muntah/Gumoh dan Bayi Meninggal Mendadak

Dosen Pengampu :

Ibu Dian Rahmawati, SST.,MPH.

Disusun Oleh :
Novi Hariyani (Bd.DH.2020.003)

AKADEMI KEBIDANAN DHARMA HUSADA KEDIRI


Jl.Penanggungan No.41A Kediri, Kode Pos 64114

Telp.(0354) 772628

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia- Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Asuhan Neonatus
tepat pada waktunya dengan judul “Muntah/Gumoh dan Bayi Meninggal
Mendadak”. Harapan penulis sebagai penyusun yaitu agar para pembaca dapat
memahami tentang Muntah/Gumoh dan Bayi Meninggal Mendadak.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan Laporan Pendahuluan
ini, masih banyak terdapat kekurangan, baik dalam sistematika penulisan
maupun penggunaan bahasa. Semoga Makalah ini bermanfaat sebagai
penambah wawasan dalam hal pengetahuan pada umumnya. Akhir kata penulis
ucapkan terima kasih.

Kediri, Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2

C. Tujuan Masalah....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3

A. Definisi Muntah/Gumoh.......................................................................................................3

B. Penyebab Terjadinya Muntah/Gumoh .................................................................................3

C. Tanda & Gejala Muntah/Gumoh...........................................................................................4

D. Patofisiologi Muntah/Gumoh................................................................................................4

E. Pengobatan Muntah/Gumoh..................................................................................................5

F. Definisi SIDS........................................................................................................................6

G. Etiologi SIDS .......................................................................................................................7

H. Tanda & Gejala SIDS............................................................................................................8

I. Patofisiologi SIDS.................................................................................................................8

J. Komplikasi SIDS...................................................................................................................9

K. Penatalaksanaan SIDS.........................................................................................................10

BAB III PENUTUP......................................................................................................................11

A. Kesimpulan.........................................................................................................................11

B. Saran...................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gumoh (spitting up atau gastroesophageal reflux) merupakan keluarnya
sebagian susu saat atau setelah bayi menyusu. Gumoh sering ditemui pada
bayi sampai usia 1 tahun dan merupakan hal yang normal terjadi. Volume
susu yang mengalir keluar dari mulut bervariasi, umumnya 1 – 2 sendok
makan. Bayi yang mengalami gumoh terlihat aktif, nyaman, mengalami
peningkatan berat badan yang baik, dan tidak mengalami gangguan
pernapasan. Sebagian besar episode gumoh pada bayi sehat berlangsung <3
menit, terjadi setelah makan, dan tidak bergejala atau berkaitan dengan gejala
ringan.

Menurut data di Indonesia, angka kejadian gumoh selama 2 bulan pertama


kehidupan bayi lebih tinggi dibanding negara lain. Menurut data ini, 25% bayi
Indonesia mengalami gumoh >4 kali selama bulan pertama dan 50% bayi
mengalami gumoh 1 – 4 kali per hari sampai usia 3 bulan. Sekitar 30% ibu di
Indonesia mengalami kecemasan mengenai gumoh, dimana kecemasan lebih
berkaitan dengan frekuensi (66%) dibanding volume gumoh (9%). Selain
kecemasan mengenai frekuensi gumoh, orang tua juga mengeluhkan gejala
yang menyertai gumoh seperti menangis atau rewel.

Gumoh terutama terjadi karena ukuran lambung bayi yang masih sangat
kecil (seukuran bola pingpong) dan katup lambung yang belum kuat. Sampai
usia 4 bulan, lambung bayi hanya dapat menampung susu dalam jumlah kecil
setiap kali minum. Volume susu yang terlalu banyak akan menyebebakan
gumoh. Katup lambung bayi juga belum dapat menutup dengan erat sehingga
susu yang sudah berada dalam lambung dapat mengalir kembali ke mulut jika
volume susu terlalu besar atau jika bayi langsung berbaring setelah minum.
Gumoh umumnya terjadi saat bayi minum susu terlalu banyak, saat
bersendawa, atau menelan banyak udara. Bayi dapat menelan banyak udara
jika minum terlalu cepat atau saat menangis.

1
Untuk mencegah gumoh, setelah minum susu posisikan bayi tegak
selama 30 menit, pastikan bahwa tidak ada yang menekan bagian perut bayi,
dan sendawakan bayi. Jangan paksakan bayi untuk minum susu lebih banyak
dari yang diinginkan.

Sudden infant death syndrome atau SIDS adalah kematian mendadak


pada bayi sehat berusia di bawah 1 tahun yang terjadi secara tidak terduga atau
tanpa ditandai gejala apa pun. Untuk melindungi bayi Anda dari kondisi ini,
Anda perlu mengetahui penyebab dan cara mencegahnya.

SIDS umumnya terjadi saat bayi sedang tidur akibat tidak


mendapatkan cukup oksigen. Hal ini bisa dipicu oleh beragam faktor, mulai
dari posisi tidur bayi hingga kondisi fisik bayi yang belum mencapai tahap
perkembangan tertentu atau memang lemah karena suatu kondisi bawaan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa definisi Gumoh ?
2. Bagaimana Cara Mencegah Gumoh ?
3. Apa yang dimaksud dengan SIDS ?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari makalah ini sebagai
berikut:
1. Untuk memahami definisi dari Gumoh.
2. Untuk mengetahui Cara Mencegah Gumoh Pada Bayi.
3. Untuk mengetahui dan memahami Maksud dari SIDS.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi Muntah/Gumoh
Gumoh adalah keluarnya cairan, susu, atau makanan yang baru saja
ditelan. Dalam istilah medis, gumoh ini disebut dengan refluks. Kondisi ini
normal dialami bayi karena kerongkongannya yang belum berkembang
sepenuhnya dan ukuran lambung bayi yang masih kecil.
Gumoh biasanya akan menghilang ketika bayi berusia 1 tahun. Pada
usia ini, cincin otot yang berfungsi sebagai katup di dasar kerongkongan sudah
berfungsi dengan baik, sehingga makanan yang masuk ke dalam lambung bayi
tidak mudah keluar.
Muntah terjadi ketika ada dorongan dan kontraksi yang kuat dari otot
perut untuk mengeluarkan isi lambung, dan hal ini bisa terasa menyakitkan.
Berbeda halnya dengan gumoh. Saat gumoh, cairan mengalir dengan
mudahnya tanpa tekanan dari perut bayi, dan biasanya terjadi bersamaan
dengan sendawa, tersedak, batuk, menangis, atau ketika bayi menolak
makanan.

B. Penyebab Terjadinya Gumoh/Muntah.


Bayi mengalami gumoh ketika dia terlalu banyak menelan udara saat menyusu
atau ketika terlalu banyak minum susu. Dalam ilmu medis, istilah gumoh disebut
refluks.

Saat menyusu, cairan ASI atau susu formula akan ditelan melalui mulut, lalu
turun ke kerongkongan, kemudian ke lambung. Di antara kerongkongan dan
lambung, ada cincin otot yang berfungsi sebagai gerbang masuk. Cincin otot ini akan
menutup ketika susu sudah masuk ke dalam lambung, untuk mencegahnya naik
kembali ke kerongkongan.

Namun, di usia bayi yang masih beberapa minggu hingga 5 bulan, cincin otot
tersebut belum bisa menutup dengan sempurna, sehingga memungkinkan susu
kembali ke kerongkongan. Hal inilah yang menyebabkan bayi gumoh.

Gumoh umum terjadi pada bayi yang usianya baru beberapa minggu. Hal ini
disebabkan oleh sistem pencernaannya yang belum berkembang sempurna.

Namun seiring dengan bertambahnya usia bayi, intensitas gumoh akan berkurang
dan berhenti dengan sendirinya, yaitu sekitar usia 4-5 bulan.

3
Bayi sering gumoh merupakan hal yang lumrah terjadi dan jarang menandakan
masalah yang serius. Selama bayi tidak rewel dan tidak mengalami masalah berat
badan, hal ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan.

C. Tanda & Gejala Muntah/Gumoh

Meskipun gumoh umum terjadi pada bayi. Namun ada beberapa


tanda/gejala gumoh yang perlu di waspadai, yaitu :

1. Bayi mengalami gumoh setelah berusia lebih dari satu tahun.


2. Bayi terlihat sperti kesulitan dan kesakitan saat gumoh.
3. Bayi mengalami demam hingga 38° celcius.
4. Bayi menangis berlebihan atau rewel.
5. Bayi menolak susu sehingga berat badannya kurang.
6. Bayi kesulitan bernafas
7. Cairan gumoh berwarna kuning, hijau, atau merah karena disertai darah.
8. Jumlah cairan gumoh cukup banyak dan terjadi sampai dua jam setelah
menyusui.
9. Perut bayi tampak penuh dan membuncit.

Pada beberapa kasus, kebiasaan gumoh pada bayi dapat menandakan


gangguan kesehtan seperti alergi susu sapi, sumbatan atau penyempitan pada
kerongkongan, dan penyakit refluks.

Oleh karena itu, segera lakukan konsultasi pada dokter bila menemukan
salah satu atau beberapa tanda diatas. Dengan begitu, bayi bisa segera
mendapatkan penanganan yang tepat.

D. Patofisiologi Muntah/Gumoh
Muntah terjadi ketika otot perut dan diafragma berkontraksi dengan kuat
sementara perut dalam keadaan relaks. Aksi refleks ini dipicu oleh pusat
muntah di otak setelah mengalami rangsagan oleh :

4
1. Saraf-saraf dari lambung dan usus pada saat saluran pencernaan teriritasi
atau membesar karena proses infeksi atau penyumbatan.

5
2. Proses kimiawi dalam darah (sebagai contoh obat).
3. Rangsangan psikologis akibat gangguan penglihatan dan penciuman.
4. Rangsangan dari telinga bagian tengah (seperti pada muntah yang
disebabkan oleh mabuk kendaraan).

E. Pengobatan Muntah/Gumoh.
Pada banyak kasus, muntah akan berhenti tanpa penanganan medis yang
spesifiki. Kita sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan bebas atau obat
resep kecuali memang diberikan oleh dokter anak untuk anak secara khusus.
Saat anak atau bayi muntah, biarkan ia berbaring tertelungkup atau miring
ke samping. Tindakan ini akan mengurangi kemungkinan muntahan masuk ke
dalam saluran nafas dan paru.
Apabila muntahnya terjadi terus-menerus perlu memastikan bahwa tidak
terjadi dehidrasi (dehidrasi adalah istilah yang digunakan pada saat tubuh
kehilangan banyak cairan sehingga tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik).
Jika dehidrasi mencapai tingkat yang berat, akan dapat berakibat serius
dan mengancam jiwa. Untuk mencegah kejadian ini, pastikan anak mendapat
cukup cairan tambahan untuk mengembalikan yang hilang. Jika dia tetap
memuntahkannya, beritahu ke dokter anak.
Ada beberapa petunjuk untuk memberikan cairan pada anak setelah dia
muntah :
1. Tunggu dua atau tiga jam setelah muntah terakhir terjadi, dan
kemudian berikan 30 hingga 60 cc air dingin setiap setengah jam
sampai satu jam.
2. Jika dia tidak memuntahkannya, berikan 60cc larutan elektrolit
diselingi 40cc air setiap setengah jam
3. Jika bertahan dalam dua kali pemberian makanan, tambahkan susu
formula dengan keenceran separuh (bergantung pada usianya), dan
teruskan dengan menambah jumlahnya perlahan-lahan 3-4 sendok teh
perlahan-lahan setiap tiga atau empat jam.

6
7
F. Definisi SIDS.

Sindroma Kematian Bayi Mendadak (SIDS, Sudden Infant Death


Syndrome) adalah suatu kematian yang mendadak dan tidak terduga pada
bayi yang tampaknya sehat. SIDS merupakan penyebab kematian yang
paling sering ditemukan pada bayi yang berusia 2 minggu-1 tahun. 3 dari
2000 bayi mengalami SIDS dan hampir selalu ketika mereka sedang tidur.
Kebanyakan SIDS terjadi pada usia 2-4 bulan dan terjadi di seluruh dunia.

Kematian bayi mendadak tidak terduga dan dengan alasan yang tetap
tidak jelas, bahkan setelah otopsi,merupakan sara kematian paling utama
pada tahun pertama kehidupan setelah masa neonatus. Peristiwa ini
menggambarkan sindroma bayi mati mendadak (SIDS yaitu Sudden Infant
Death Syndrome). Sindroma Kematian Bayi Mendadak (SIDS, Sudden
Infant Death Syndrome) adalah suatu kematian yang mendadak dan tidak
terduga pada bayi yang tampaknya sehat.

SIDS merupakan penyebab kematian yang paling sering ditemukan pada


bayi yang berusia 2 minggu-1 tahun. 3 dari 2000 bayi mengalami SIDS dan
hampir selalu ketika mereka sedang tidur. Kebanyakan SIDS terjadi pada
usia 2-4 bulan dan terjadi di seluruh dunia. Pada kasus yang khas seorang
bayi berusia 2-3 bulan yang tampak sehat, di tidurkan tanpa kecurigaan
bahwa segala sesuatunya di luar keadaan yang biasa, beberapa waktu
kemudian bayi di temukan meninggal, dan otopsi konvensional gagal
menemukan penyebab kematian. Telah di ungkapkan bahwa bayi tampak
sehat sebelum meninggal, tetapi riwayat perinatal yang lebih rinci serta
pemeriksaan intensif fungsi kardiorespiratorik dan neurologik menghasilkan
bukti-bukti bahwa anak tidak berada dalam keadaan yang normal
sebelumnya.

Seorang ibu yang merokok pada masa kehamilan meningkatkan risiko


sindrom mati mendadak pada bayi. Kematian mendadak pada bayi terjadi

8
ketika bayi kekurangan napas di tempat tidur setelah posisinya menghalangi
pernapasannya. Seperti yang dikutip dari AFP, sindrom mati mendadak itu
banyak dikaitkan dengan kurangnya respons yang mengejutkan pada otak
yang memicu bayi bernapas megap-megap. Dalam kondisi semacam itu, bayi
akan menangis untuk merangsang pernapasan normal kembali. (Ummu
kautsar .2010).

G. Etiology SIDS.

Tidak ada yang mengetahui secara pasti penyebab kematian bayi


mendadak ini secara spesifik. Namun, dokter menduga terdapat kombinasi
beberapa faktor yang bisa menjadi biang keroknya.Salah satu kemungkinan
besar penyebab kematian bayi mendadak ialah adanya abnormalitas atau
cacat pada otak bayi.

Cacat ini biasanya terjadi pada jaringan saraf yang mengontrol cara bayi
bernapas, denyut jantung bayi, tekanan darah, temperatur, serta kapan bayi
harus bangun dari tidurnya.Meskipun demikian, kondisi otak yang tidak
normal saja kurang kuat untuk dijadikan faktor penyebab kematian bayi yang
mendadak.

Berdasarkan penelitian lebih lanjut, dokter berkesimpulan bahwa bayi


memiliki kemungkinan untuk meninggal tiba-tiba jika mengalami kombinasi
dari tiga hal ini, yaitu:

1. Prematuritas dengan paru-paru yang imatur (gestasi dibawah 32 minggu)


dan tidak adanya, gangguan atau defisiensi surfactant. Dihubungkan
dengan usia kehamilan. Berat badan bayi lahir kurang dari 2500 gram.
Sering kali pada bayi dengan berat lahir kurang dari 1000 gram. 20%
berkembang dengan bronchopulmonary dysplansia (BPD), Penurunan
suplay oksigen saat janin.

2. Bayi yang lahir dengan operasi Caesar karena bayi tidak mengalami

9
penekanan otot jalan lahir sehingga menhambat produksi surfactant pada
bayi.

3. Maternal diabetes. Diabetes militus pada ibu yang sedang hamil


mempunyai resiko terhadap bayi dengan kurangnya surfactant karena
insulin yang diberikan pada ibu, sehingga menyebabkan defesiensi
surfactant.

10
Selain kombinasi ketiga hal di atas, faktor risiko lain yang dapat menjadi
penyebab kematian bayi mendadak ialah :

1. Ibu yang merokok, minum alkohol, dan melakukan penyalahgunaan obat-


obatan terlarang selama hamil dan setelah melahirkan (menyusui).
2. Bayi yang lahir prematur atau dengan berat badan rendah.
3. Perawatan pascakelahiran yang buruk.
4. Bayi dengan riwayat keluarga yang juga mengalami SIDS.
5. Bayi dengan ibu berusia kurang dari 20 tahun.

H. Tanda & Gejala SIDS


Seperti namanya, sudden infant death syndrome teradi secara mendadak,
sehingga tak menimbulkan gejala atau tanda-tanda pada bayi. Perhatikan
kondisi bayi. Jika bayi terlihat kurang sehat atau mengalami sakit yang tidak
kunjung sembuh, segera periksakan ke dokter untuk mendeteksi adanya
SIDS.

I. Patofisiologis SIDS.
Bayi premature dengan kondisi paru yang belum siap sepenuhnya
merupakan factor terjadinya SIDS. Dengan kelemahan organ otot dada lemah
maka sulit untuk mengembangkan alveolus,operasi ceasar akan
mengakibatkan tekanan pada dinding torak sehinnga bayi kekurangan
surfactant mengakibatkan tekanan pada permukaan alveolus tinggi. Peranan
surfaktan ialah merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak
terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara fungsional pada sisa akhir
expirasi.
Kolaps paru ini akan menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga
terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis. Surfactant juga menyebabkan
ekspansi paru pada tekanan inalveolar yang rendah. Kekuarangan atau
ketidak matangan fungsi surfactant menimbulkan ketidakseimbangan inflasi
saat inspirasi dan kolaps alveoli saat ekspirasi. Tanpa surfactant janin tidak

11
dapat menjaga parunya untuk mengembang. Untuk menghembuskan paru
nya dibutuhkan tekanan intra toraks yang kuat untuk inspirasi. Akibatnya tiap
bernafas pertama kali sukar.
Akibatnya janin lebih banyak menghabiskan oksigen untuk menghasilkan
energy dan menyebabkan bayi kelelahan. Dengan meningkatnya kelelahan
bayi akan ketidakmampuan mempertahankan pengembangan paru dapat
menyebabkan atelektasis.
Tidak adanya atelektasis dan stabilitas akan meningkatkan pulmonary
vascular resistance (PVR) yang nilainya menurun pada ekspansi paru normal.
Akibatnya terjadi hipoperfusi jaringan paru selanjutnya menurunkan aliran
darah pulmonal. Kolaps paru ( atelektasis ) akan menyebabkan gangguan
ventilasi pulmonal yang menimbulkan hipoksia.
Akibat hipoksia adalah konstruksi vaskularisasi pulmonal yang
menimbulkan penurunan oksigenasi jaringan dan selanjutnya menyebabkan
metabolism anaerobic menghasilkan timbunan asam laktat sehingga terjadi
asidosis  metabolic pada bayi dan penurunan curah jantung  yangmenurunkan
perfusi ke organ vital.

J. Komplikasi SIDS.
1. Pneumothorax
Penimbunan udara atau gas di dalam rongga pleura.
2. Bronchopulmonary dysplasia (BPD)
Bentuk penyakit paru-paru kronis yang berkembang pada
neonatus prematur dirawat dengan oksigen dan ventilasi tekanan positif
(PPV), karena kerusakan alveoli.
3. Asidosis
suatu keadaan dimana adanya peningkatan asam didalam darah
yang disebabkan oleh berbagai keadaan  dan penyakit tertentu yang mana
tubuh tidak bisa mengeluarkan asam dalam mengatur keseimbangan
asam basa. Hal ini penting untuk menjaga keseimbangan fungsi sistem
organ tubuh manusia.
4. Hiponatremi

12
Gangguan elektrolit yang terjadi ketika kadar natrium (sodium)
dalam darah lebih rendah dari normalnya.

13
5. Hipokalemi
Kondisi ketika tubuh kekurangan kalium atau potasium. Kondisi ini
dapat dialami siapa saja.
6. Hipoglikemi
Kondisi ketika kadar gula di dalam darah berada di bawah normal.
7. Kejang
8. Disseminated intravascular coagulation (DIC)
9. Infeksi sekunder.

K. Penatalaksanaan SIDS.
1. 5 mg salbutamol dilarutkan dalam infuse 500 ml dekstrose/NaCl diberikan
i.v (infuse) dengan kecepatan 10-50 /menit dengan monitoring cardial
effect. Jika detak jantung ibu > 140/menit kecepatan diturunkan/ obat
dihentikan.
2. ventilasi mekanik dengan menjaga CPAP (Continous Positive Airway
Pressure).
3. Terapi surfactan dengan surfactant sintetik : diberikan melalui sisi pada
tube endrotraceal dalam 2x suntikan lobus.  Contoh infasurf, alveofact.
4. Sodium bikarbonat: senyawa kimia dengan rumus nahco3. Dalam
penyebutannya kerap disingkat menjadi bicnat. Senyawa ini termasuk
kelompok garam.
5. Obat anti aritmia

14
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Gumoh (spitting up atau gastroesophageal reflux) merupakan
keluarnya sebagian susu saat atau setelah bayi menyusu. Gumoh sering
ditemui pada bayi sampai usia 1 tahun dan merupakan hal yang normal
terjadi. Gumoh terutama terjadi karena ukuran lambung bayi yang masih
sangat kecil (seukuran bola pingpong) dan katup lambung yang belum
kuat.

Surfactan Infant Distress Sindrom adalah perkembangan yang


imatur pada system pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfactant
dalam paru. Surfactant adalah phospolipid yang terdapat pada paru-paru.
Mengontrol ketegangan permukaan paru-paru. Bayi premature sering
kekurangan jumlah surfactant yang memadai untuk bernafas tanpa
bantuan. Paru-paru bayi cukup bulan mengandung sekitar 20 ml
cairan/kg. Udara harus diganti oleh cairan yang mengisi traktus
respiratorius sampai alveoli. Peranan surfaktan ialah merendahkan
tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu
menahan sisa udara fungsional pada sisa akhir expirasi. Kolaps paru ini
akan menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia,
retensi CO2 dan asidosis.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Maka penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang
akan datang.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/lakukan-hal-ini-jika-bayimu-sering-gumoh
https://www.sehatq.com/artikel/bayi-sering-gumoh-jangan-panik-moms-
kenali-penyebab-dan-cara-mencegahnya
https://id.theasianparent.com/penyebab-bayi-gumoh
https://www.google.com/search?
q=gejala+gumoh+pada+bayi&oq=gejala+gumoh&aqs=chrome.0.69i59j69i57j
0i22i30.2745j0j15&sourceid=chrome&ie=UTF-8
Pearce Evelyn, 2009, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Corwin, Elizabeth J. 2009, Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC
dr. B. Curtis Glade, 2009, Panduan Lengkap Kehamilan Anda Dari Minggu ke
Minggu, Yogyakarta: golden books
Suriadi, SKp, MSN dan Rita Yulianni, Skp, M.P.si, 2006, Asuhan
Keperawatan Pada Anak, Jakarta: PT. Percetakan Penebar Swadaya.

16

Anda mungkin juga menyukai