Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

E DENGAN GANGGUAN

SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELITUS

Di susun oleh :

Kelompok 3

1. Dwi Rahayu
2. Eka Rahmawati W.
3. Fani Fadilah
4. Fardan Septiawan
5. Futri Syifa
6. Helsya Alfiyunita
7. Muammar Syah Zihan
8. Nabila Zhalsa P.
9. Neneng Sutria
10. Nindi Tilawa
11. Nur Hamidah O.
12. Nurlaila

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES AHMAD DAHLAN CIREBON
Jl. Walet No.21,Kedawung,Kertawangunan,Cirebon,Jawa Barat
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan
Kegawatdaruratan dan Manajemen Bencana. Selain itu, makalah ini juga disusun agar kami
dapat lebih memahami tentang Konsep Asuhan Kegawatdaruratan pada Endokrin (Ketoasidosis
Diabetik) , tentu hasil karya ini tidak mungkin luput dari kekurangan.

Dengan upaya dan semangat peningkatan pemahaman, kami senantiasa mengharapkan


kontribusi pemikiran baik berupa saran, maupun kritik demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Cirebon, 14 Oktober 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................i

Daftar Isi ..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................1

A. Latar Belakang .....................................................................................................1


B. Tujuan Penulisan ....................................................................................................2
C. Manfaat Penulisan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................3

2.1 Pengertian Sistem Endokrin ..................................................................................3


2.2 Fungsi Sistem Endokrin .........................................................................................3
2.3 Macam-macam penyakit Endokrin .........................................................................4
2.4 Konsep Dasar Diabetes Melitus .............................................................................5
2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus......................................................11
2.6 Fokus Intervensi Keperawatan ................................................................................13

BAB III KESIMPULAN ...................................................................................................20

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................20


3.2 Saran ............................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 21

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Endokrin berasal dari bahasa Yunani yang artinya “sekret ke dalam”. Masuk
sirkulasi ke dalam darah yaitu hormon (merangsang). Sistem endokrin adalah control
kelenjar tanpa saluran (ductiess) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di
tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak
sebagai “pembawa pesan” dan di bawah oleh aliran darah ke berbagai sel dalam
tubuh yang selanjutnya akan menerjemahkan “pesan” tersebut menjadi suatu
tindakan. (Evi L. D, 2014)1 .
Sistem endokrin terdiri atas badan-badan jaringan kelenjar, seperti tiroid, tapi juga
terdiri atas kelenjar yang ada di dalam suatu organ tertentu, seperti testis, ovarium,
dan jantung. Sistem endokrin menggunakan hormon untuk mengendalikan dan
mengatur fungsi tubuh sama seperti sistem saraf menggunakan sinyal listrik kecil.
Kedua sistem berinteraksi di otak dan saling melengkapi, tapi mereka cenderung
bekerja dengan kecepatan yang berbeda. (Philip E.P, 2001). Jika kelenjar endokrin
mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam darah bisa menjadi tinggi
atau rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh. Untuk mengendalikan fungsi
endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam batasbatas yang tepat..
(Philip E.P, 2001)2 .
World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penduduk dunia yang
menderita diabetes melitus pada tahun 2030 diperkirakan akan meningkat paling
sedikit menjadi 366 juta. Di Amerika Serikat ditemukan 20 -25% pasien di rawat
dengan masalah pada kaki dengan rata-rata waktu opname 25 hari dan jumlah pasien
yang amputasi sekitar 35000 kasus pertahun. Sedangkan di Indonesia mendapatkan
adanya manifestasi gangren pada 71,2% penderita ulkus kaki diabetes yang menjalani
perawatan di RSUD Koja Jakarta Utara setiap tahunnya. Permasalahan yang penting
dihadapi adalah menurunnya kualitas hidup dari penderita kaki diabetes yang telah
diamputasi terkait dengan konsep diri.
Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes
melitus dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk. Hal ini menunjukan bahwa di
Indonesia,penyakit diabetes melitus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
sangat serius. Namun perhatian terhadap penanganan diabetes melitus di negara
berkembang masih kurang,terutama tentang komplikasi yang ditimbulkan akibat
diabetes melitus.

1
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan sistem endokrin :
Diabetes melitus hari kedua di RS Ciremai

2. Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan pengkajian pada pasien diabetes melitus
b) Mampu merumuskan dan menegakan diagnosa keperawatan pada pasien
diabetes melitus
c) Menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien diabetes melitus
d) Memberikan tindakan keperawatan pada pasien diabetes melitus
e) Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien diabetes melitus

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Sebagai pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam mengaplikasikan ilmu
yang diperoleh selama pendidikan khususnya pengetahuan tentang Diabetes
Melitus.

2. Manfaat Praktis
a) Bagi masyarakat atau pasien dapat menambah wawasan dan meningkatkan
pengetahuan tentang penyakit dengan kasus diabetes melitus dengan luka
gangren
b) Bagi institusi sebagai bahan bacaan ilmiah ataupun kerangka perbandingan
dalam mengembangkan ilmu keperawatan dan usaha penyempurnaan asuhan
keperawatan yang telah ada saat ini.
c) Bagi rumah sakit sebagai penambah wawasan dab pedoman bagi tenaga
kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami penyakit diabetes melitus dengan luka gangren.

BAB II

2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sistem Endokrin


Kelenjar Endokrin adalah kelenjar yang mengirim hasil sekresinya langsung ke
dalam darah yang beredar dalam jaringan, kelenjar ini tidak memiliki saluran tapi
mensekresi (mengeluarkan) hormon langsung ke dalam darah sehingga dapat mencapai
setiap sel darah di dalam tubuh. Hormon bekerja pada sasaran jaringan atau organ
tertentu dan mengatur aktivitas mereka.Hormon mengatur proses seperti pemecahan
subtansi kimia dalam metabolisme,keseimbangan cairan dan produksi urin,pertumbuhan
dan perkembangan tubuh,serta reproduksi seksual. Hasil kerja hormon dari suatu kelenjar
dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor termasuk kadar zat dalam darah dan masukan
dari sistem saraf,karena hormon mengalir dalam darah, setiap hormon dapat mencapai
setiap bagian tubuh. Namun demikian bentuk molekul khusus dari setiap hormon harus
bisa masuk kedalam reseptor (penerima) pada jaringan atau organ sasaran nya saja
(Syafuddin.2009)3
2.2 Fungsi Sistem Endokrin
Seiring dengan saraf, sistem endokrin berfungsi untuk mempertahankan
hemostasis selama istirahat dan olahraga. Saraf dan sistem endokrin juga bekerja sama
unttuk memulai dan mengendalikan gerakan, dan semua gerakan yang melibatkan proses
fisiologis. Dimana sistem saraf bertindak cepat (hamper seketika) menyampaikan pesan
impulls saraf , sistem endokrin memiliki respon lebih lambat tapi lebih tahan lama dari
impuls sistem saraf. (Pearsce, Evelyn C. 2011)4
Sistem endokrin mengatur pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi dan
menambah kapasitas tubuh untuk menangani stress fisik dan psikologis.
Secara keseluruhan, masing-masing kelenjar yang terdapat dalam tubuh memiliki
fungsi yang berbeda-beda tergantung dari mana kelenjar tersebut dihasilkan. Akan tetapi,
secara umum fungsi kelenjar endokrin adalah:
1. Penghasil Hormon – Kelenjar endokrin bertugas untuk menghasilkan berbagai
macam jenis hormon yang nantinya akan disalurkan ke darah apabila diperlukan oleh
jaringan tubuh tertentu.
2. Mengontrol Aktivitas – Kelenjar endoktrin bertugas untuk mengontrol aktivitas dari
kelenjar tubuh agar dapat berfungsi dengan normal dan maksimal.
3. Merangsang Aktivitas – Kelenjar endoktrin juga bertugas untuk merangsang aktivitas
kelenjar tubuh untuk kemudian disampaikan ke sistem saraf dan menciptakan suatu
efek dari rangsangan tersebut.
4. Pertumbuhan Jaringan – Kelenjar endoktrin juga mempengaruhi pertumbuhan
jaringan pada manusia agar jaringan tersebut berfungsi maksimal.
5. Mengatur Metabolisme – Kelenjar endoktrin juga berfungsi untuk mengatur
metabolisme dalam tubuh, sistem oksidasi tubuh serta bertugas untuk meningkatkan
absorpsi glukosa dalam tubuh dan pada usus halus.

3
6. Metabolisme Zat – Kelenjar endoktrin bertugas untuk mempengaruhi fungsi
metabolisme lemak, vitamin, metabolisme protein, mineral, air dan hidrat aranga
dalam tubuh untuk agar optimal.
Sedangkan fungsi dari hormone adalah : ·
Mengendalikan proses-proses dalam tubuh manusia seperti proses metabolism,
proses oksidatif, perkembangan seksual. · Menjaga keseimbangan fungsi tubuh
(hemeotasis). Pada umumnya, sistem hormonal ( sistem endokrin ) terutama
berhubungan dengan pengaturan sebagai fungsi metabolisme tubuh, mengatur
kecepatan reaksi kimia di dalam sel atau trnspor zat-zat melalui membran selatau
aspek-aspek metabolisme sel lainnya seperti pertumbuhan dan sekresi. (Philip E.P,
2001)5
2.3 Macam-macam Penyakit Endokrin
Ada berbagai jenis penyakit pada sistem endokrin. Diabetes adalah penyakit pada
sistem endokrin yang paling umum didiagnosis. Gangguan endokrin lainnya termasuk:
1. Insufisiensi adrenal
Penyakit ini disebabkan karena kelenjar adrenal merilis terlalu sedikit hormon kortisol
dan kadang-kadang, aldosteron. Gejala termasuk kelelahan, sakit perut, dehidrasi, dan
perubahan kulit. Penyakit Addison adalah jenis insufisiensi adrenal.
2. Penyakit Cushing
Kelebihan hormon kelenjar hipofisis menyebabkan kelenjar adrenal terlalu aktif.
Kondisi serupa disebut sindrom Cushing dapat terjadi pada manusia, terutama anak-
anak, yang mengkonsumsi obat kortikosteroid.
3. Gigantisme (akromegali) dan masalah hormon pertumbuhan lainnya Jika kelenjar
pituitari memproduksi hormon pertumbuhan terlalu banyak, tulang anak dan bagian
tubuh dapat tumbuh dengan cepat. Jika kadar hormon pertumbuhan terlalu rendah,
seorang anak dapat mengalami pertumbuhan yang lambat.
4. Hipertiroidisme
Kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid, yang menyebabkan
penurunan berat badan, denyut jantung yang cepat, berkeringat, dan gelisah. Penyebab
paling umum untuk tiroid yang terlalu aktif adalah gangguan autoimun yang disebut
penyakit Grave.
5. Hipotiroidisme
Kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroid yang cukup, menyebabkan
kelelahan, sembelit, kulit kering, dan depresi. Kelenjar kurang aktif dapat
menyebabkan perkembangan melambat pada anak-anak. Beberapa jenis
hipotiroidisme hadir pada saat lahir.

6. Hipopituitarisme
Rilis kelenjar hipofisis sedikit atau tidak ada hormon. Ini mungkin disebabkan oleh
sejumlah penyakit yang berbeda. Wanita dengan kondisi ini mungkin berhenti
mendapatkan siklus menstruasi mereka.
4
7. Multiple Neoplasia Endokrin I dan II (MEN I dan II MEN) Penyakit ini disebabkan
kondisi genetik yang diturunkan melalui keluarga. Mereka menyebabkan tumor dari
paratiroid, adrenal, dan kelenjar tiroid, menyebabkan kelebihan hormon.
8. Sindrom ovarium polikistik (PCOS)
Kelebihan androgen mengganggu perkembangan telur dan pembebasan mereka dari
indung telur perempuan. PCOS adalah penyebab utama infertilitas. 9. Pubertas
prekoks (dini) Abnormal pubertas dini yang terjadi ketika kelenjar memberitahu tubuh
untuk melepaskan hormon seks terlalu cepat dalam hidup ( Evelyn C. 2011) . 15

2.4 Konsep Dasar Diabetes Melitus

1. Definisi Diabetes Melitus


Diabetes melitus, DM bersal dari bahasa yunani yaitu Siabaivev diabainein,tembus
atau pancuran air. Bahasa latin Melitus rasa manis yang juga dikenal di Indonesia
dengan istilah penyakit kencing manis adalah gangguan metebolisme yang secara
genetis dan klinis,termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat (Price,S.A,1995).

Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemik kronik disertai berbagai kelainan


metabolic akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada berbagai organ dan system tubuh seperti mata,ginjal,saraf,dan pembuluh
darah,dan lain-lain (Arif Mansjoer dkk,2000).

Diabetes Melitus(DM) adalah keadaan hiperglikemik kronik disertai berbagai


kelainan metabolic akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik mata,ginjal,saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membran
basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron (Arif Mansjoer dkk,2000).

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,dengan


tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria,disertai dengan atau tidak adanya gejala
klinik akut ataupun kronik,sebagai akibat dari kurangnya insulin efektik di dalam
tubuh,gangguan primer terletak pata metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai
juga gangguan metabolisme lemak dan protein. Diabetes melitus adalah sekelompok
kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau
hiperglikemia (Brunner dan Suddarth,2000).

2. Anatomi Fisiologi
Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang ganter di dalam ruang
retroperitoneal. Disebalah kiri ekor pankreas mencapai hilus limpa diarah kronio-
dorsal dan bagian atas kiri kaput pankreas dihubungkan dengan corpus pankreas oleh
5
leher pankreas yaitu bagian pankreas yang lebarnya biasanya tidak lebih dari 4
cm,arteri dan vena mesentrika superior berada di leher pankreas bagian kiri bawah
kaput pankreas ini disebut processus unsinatis pankreas. Pankreas adalah organ pada
sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim
pencernaan serta beberapa hormon seperti insulin. Pankreas terdiri dari 2 jaringan
dasar yaitu (Smeltzer C,Suzanne,2001):

a) Asini,menghasilkan enzim-enzim pencernaan


b) Pulau pankreas,menghasilkan hormone.

3. Etiologi Diabetes Melitus


Penyebab diabetes melitus sampai sekarang belum diketahui insulin adalah penyebab
utama dan faktor herediter memegang peranan penting.

a) Insulin Dependent Diabetes Melitus (DDM)


Sering terjadi pada usia sebelum 30 tahun. Biasanya juga disebut Juvenille
Diabetes,yang gangguan ini ditandai dengan adanya hiperglikemia (meningkatnya
kadar gula darah). Faktor genetic dan lingkungan merupakan factor pencetus
IDDM. Oleh karena itu insiden lebih tinggi atau adanya infeksi virus (dari
lingkungan) misalnya coxsakievirus B dan streptococus sehingga pengaruh
lingkungan dipercaya mempunyai peranan dalam terjadinya DM.

b) Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)


Virus dan kuman leukosit antigen tidak nampak memainkan peran terjadinya
NIDDM. Faktor herediter memainkan peran yang sangat besar. Riset melaporkan
bahwa obesitas salah satu faktor determinan terjadinya NIDDM sekitar 80% klien
NIDDM adalah kegemukan. Overweight membutuhkan banyak insulin untuk
metabolisme. Terjadinya hiperglikemia disaat pankreas tidak cukup menghasilkan
insulin sesuai kebutuhan tubuh atau saat jumlah reseptor insulin menurun atau
mengalami gangguan. Faktor resiko dapat dijumpai pada klien dengan riwayat
keluarga menderita DM adalah resiko yang besar. Pencegahan utama NIDDM
adalah mempertahankan berat badan ideal.

4. Patofisiologi Diabetes Melitus


a) DM tipe I
Pada diabetes tipe 1 terdapat ketidak mampuan pankreas menghasilkan insulin
karena hancurnya sel-sel pulau langerhans. Dalam hal ini menimbulkan
hiperglikemia puasa dan hiperglikemia post prandial. Dengan tingginya
konsentrasi glukosa dalam darah,maka akan muncul glukosuria (glukosa dalam
6
darah) dan ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan (diuresis osmotic) sehingga pasien akan mengalami peningkatan dalam
berkemih (poliurra) dan rasa haus (polidipsia).

b) DM tipe II
Terdapat dua masalah utama pada DM tipe II yaitu resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor kurang
dan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat
masuk kedalam sel sehingga sel akan kekurangan glukosa. Mekanisme inilah
yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk mengatasi resistensi insulin dan
mencegah terbentuknya glukosa dalam darah yang berlebihan maka harus
terdapat peningkatanjumlah insulin yang disekresikan. Namun demikian jika sel-
sel beta tidak mampu mngimbanginya maka kadar glukosa akan meningkat dan
terjadilah DM tipe II (Corwin,2000).

5. Manifestasi Klinik Diabetes Melitus


a) Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkat glukosa melalui membrane dalam sel
menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau
hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau
cairan intravaskuler,aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari
hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic (poliuria)
(Corwin,2000).

b) Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel ke dalam vaskuler menyebabkan
penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari
dehidrasi sel mulut menjadi keringdan sensor haus teraktivasi menyebabkan
seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia) (Corwin,2000).

6. Pemeriksaan Penunjang Diabetes Melitus


a) Adanya glukosa dalam urine. Dapat diperiksa dengan cara benedict (reduksi)
yang tidak khas untuk glukosa,karena dapat positif pada diabetes.
b) Diagnostik lebih pasti adalah dengan memeriksa kadar glukosa dalam darah
dengan cara Hegedroton Jensen (reduksi).
1) Gula darah puasa tinggi <140 mg/dl
2) Test toleransi glukosa (TTG) 2 jam pertama <200 mg/dl
3) Osmolitas serum 300 m osm/kg
4) Urine = glukosa positif,keton positif, aeseton positif atau negatif (Bare &
Suzanne,2002).

7
7. Komplikasi Diabetes Melitus
Diabetes melitus bila tidak ditangani dengan baik akan menyebkan komplikasi pada
berbagai organ tubuh seperti mata,ginjal,jantung,pembuluh darah kaki,saraf,dan lain-
lain. Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskuler (risiko
ganda),kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis),kerusakan retina yang dapat
menyebabkan kebutaan,serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan
gangren dengan risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila
kontrol kadar gula darah buruk (Corwin,2000).

8. Penatalaksanaan Medis Diabetes Melitus


Diabetes melitus jika tidak dikelola degan baik akan menimbulkan berbagai penyakit
dan diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat pelayanan kesehatan. Untuk
mencapai tujuan tersebut dilakukan bebagai usaha dan akan diuraikan sebagai berikut
:

a) Perencanaan Makanan
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam
hal karbohidrat,protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi baik yaitu:

1) Karbohidrat Sebanyak 60-70%


2) Protein Sebanyak 10-15%
3) Lemak Sebanyak 20-25%

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan,status gizi,umur,stres akut dan


kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis,penentuan jumlah kalori
dipakai rumus Broca yaitu Berat Badan Ideal = (TB-100)-10%,sehingga di
dapatkan :
1) Berat badan kurang = < 90% dari BB ideal
2) Berat badan normal = 90-110% dari BB ideal
3) Berat badan lebih = 110-120%
4) Gemuk = > 120% dari BB ideal.

b) Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih
30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta.
Sebagai contoh olahraga ringan adalah berjalan kaki bisa selama 30
menit,olahraga sedang berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga berat.

c) Obat hipoglikemik
1) Sulfonilurea
2) Biguanid
8
3) Insulin

9. Pathway Diabetes Melitus

9
2.5 Fokus Asuhan Keperawatan
Menurut (Synder, 2010) tahapan proses keperawatan terdiri dari
1. Pengkajian
a. Anamnese

10
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa
medis.
2) Keluhan utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya
luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah
dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada kaitannya dengan
defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung,
obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah didapat maupun obat-
obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yaitu yang juga
menderita DM atau penyakit keturunan yang menyebabkan terjadinya defisiensi
insulin misalnya hipertensi, jantung.
6) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
b. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan
tanda-tanda vital.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang
berdenging, gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih
kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengak dan berdarah, penglihatan kabur,
diplopia, lensa mata keruh.
3) Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan
suhu kulit di sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur
rambut dan kuku.
4) Sistem pernapasan
Adakah sesak napas, batuk, sputum, nyeri dada.Pada penderita DM mudah terjadi
infeksi.
5) Sistem kardiovaskular
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah dan berkurang, takikardi/bradikardi,
hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
11
6) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi, perubahan
berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
7) Sistem urinary
Poliuri, retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
8) Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah
dan nyeri, adanya gangren di ekstermitas.
9) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parathesia, anastesia, letargi, mengantuk, refleks lambat,
kacau mental, disorientasi.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan darah Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa
>120 mg/dl dan dua jam post prandial >200 mg/dl.
2) Urine Pemeriksaan yang didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau (+), kuning (+ + ), merah bata (+ + + +).
3) Kultur pus Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.
C. Fokus Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas jaringan b.d adanya gangren pada ekstrimitas.
2. Nyeri Akut b.d iskemik jaringan.
3. Hambatan mobilitas fisik b.d rasa nyeri pada luka.
4. Ketidaksembangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang
kurang.
5. Cemas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
6. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan b.d
kurangnya informasi
7. Harga Diri Rendah b.d perubahan bentuk salah satu anggota tubuh (Wilkinson, 2016)

12
2.6 Fokus Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA RENCANA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


1 Kerusakan integritas Tujuan : Tercapainya proses 1. Kaji luas dan keadaan luka 1. Pengkajian yang tepat terhadap
jaringan berhubungan penyembuhan luka, Kriteria serta proses penyembuhan. luka dan proses penyembuhan
dengan adanya gangren hasil : 2. Rawat luka dengan baik dan akan membantu dalam
pada ekstrimitas benar: membersihkan luka menentukan tindakan
- Berkurangnya oedema
secara abseptik menggunakan selanjutnya.
sekitar luka.
larutan yang tidak iritatif, 2. Merawat luka dengan tehnik
- Pus dan jaringan
angkat sisa balutan yang aseptik dapat menjaga
berkurang.
menempel pada luka dan kontaminasi luka dan larutan
- Adanya jaringan
nekrotomi jaringan yang mati. iritatif akan merusak jaringan
granulasi
3. Kolaborasi dengan dokter granulasi yang timbul, sisa
untuk pemberian insulin, balutan jaringan nekrosis dapat
pemeriksaan kultur pus, menghambat proses granulasi.
pemeriksaan gula darah, dan 3. Insulin akan menurunkan kadar
pemberian antibiotic gula darah, pemeriksaan kultur
pus untuk mengetahui jenis
kuman dan antibiotik yang tepat
untuk pengobatan, pemeriksaan
kadar gula darah untuk
mengetahui perkembangan
penyakit
2 Nyeri Akut berhubungan Tujuan : Rasa nyeri 1. Kaji tingkat, frekuensi, dan 1. Untuk mengetahui berapa berat

13
dengan iskemik jaringan. hilang/berkurang Kriteria reaksi nyeri yang dialami nyeri yang dialami pasien.
hasil : pasien. 2. Pemahaman pasien tentang
2. Jelaskan pada pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi
- Penderita secara verbal
sebab – sebab timbulnya nyeri. akan mengurangi ketegangan
mengatakan nyeri
3. Ciptakan lingkungan yang pasien dan memudahkan pasien
hilang/berkurang.
tenang. untuk diajak bekerja sama
- Penderiita dapat
4. Ajarkan tehnik distraksi dan dalam melakukan tindakan.
melakukan metode atau
relaksasi. 3. Rangsangan yang berlebihan
tindakan untuk
5. Atur posisi pasien senyaman dari lingkungan akan
mengatasi atau
mungkin sesuai keinginan memperberat rasa nyeri.
mengurangi nyeri.
pasien. 4. Tehnik distraksi dan relaksasi
- Pergerakan pendertia
6. Lakukan massage dan kompres dapat mengurangi rasa nyeri
bertambah luas.
luka dengan BWC saat rawat yang dirasakan pasien.
- Tidak ada keringat
luka. 5. Posisi yang nyaman akan
dingin, tanda – tanda
7. Kolaborasi dengan dokter dalam membantu memberikan
vital dalam batas normal
pemberian analgesic kesempatan pada otot untuk
S : 36° - 37,5° C
relaksasi seoptimal mungkin.
N : 60 – 80x/menit
6. Massage dapat meningkatkan
TD : 100 – 130 mmHg
vaskulerisasi dan pengeluaran
RR : 18 – 20x/menit
pus sedangkan BWC sebagai
desinfektan yang dapat
memberikan rasa nyaman.

14
7. Obat – obat analgesik dapat
membantu mengurangi nyeri
pasien.
3 Hambatan mobilitas fisik Tujuan : Pasien dapat 1. Kaji dan identifikasi tingkat 1. Untuk mengetahui derajat
berhubungan dengan rasa mencapai tingkat kekuatan otot pada kaki pasien. kekuatan otot – otot kaki pasien.
nyeri pada luka kemampuan aktivitas yang 2. Beri penjelasan tentang 2. Pasien mengerti pentingnya
optimal Kriteria hasil : pentingnya melakukan aktivitas melakukan aktivitas sehingga
untuk menjaga kadar gula darah dapat kooperatif dalam tindakan
- Pergerakan pasien
dalam keadaan normal. keperawatan.
bertambah luas.
3. Anjurkan pasien untuk 3. Untuk melatih otot – otot kaki
- Pasien dapat
menggerakkan / mengangkat sehingga berfungsi dengan baik.
melaksanakan aktivitas
ekstermitas bawah sesuai 4. Agar kebutuhan pasien tetap
sesuai dengan
kemampuan. dapat terpenuhi.
kemampuan (duduk,
4. Bantu pasien dalam memenuhi 5. Analgesik dapat membantu
berdiri, berjalan).
kebutuhannya. mengurangi rasa nyeri,
- Rasa nyeri berkurang.
5. Kerja sama dengan tim fisioterapi untuk melatih pasien
- Pasien dapat memenuhi
kesehatan lain ; dokter melakukan aktivitas secara
kebutuhan sendiri secara
(pemberian analgesik) dan bertahap dan benar.
bertahap sesuai dengan
tenaga fisioterapi.
kemampuan.
4 Ketidakseimbangan nutrisi Tujuan : Kebutuhan nutrisi 1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan 1. Untuk mengetahui tentang
kurang dari kebutuhan dapat terpenuhi Kriteria makan. keadaan dan kebutuhan nutrisi
tubuh berhubungan dengan hasil : 2. Anjurkan pasien untuk pasien sehingga dapat diberikan
intake makanan yang memenuhi diet yang telah tindakan dan pengaturan diet

15
kurang. - Berat badan dan tinggi diprogramkan. yang adekuat.
badan ideal. 3. Timbang berat badan setiap 2. Kepatuhan terhadap diet dapat
- Pasien mematuhi seminggu sekali. mencegah komplikasi terjadinya
dietnya. 4. Identifikasi perubahan pola hiperglikemia / hipoglikemia.
- Kadar gula darah dalam makan. 3. Mengetahui perkembangan
batas normal. 5. Kolaborasi dengan tim berat badan pasien (berat badan
- Tidak ada tanda – tanda kesehatan lain untuk pemberian merupakan salah satu indikasi
hiperglikemia / insulin dan diet diabetik. untuk menentukan diet).
hipoglikemia. 4. Mengetahui apakah pasien telah
melaksanakan program diet
yang ditetapkan.
5. Pemberian insulin akan
meningkatkan pemasukan
glukosa kedalam jaringan
sehingga gula darah menurun,
pemberian diet yang sesuai
dapat mempercepat penurunan
gula darah dan mencegah
komplikasi.
5 Cemas berhubungan Tujuan : Rasa cemas 1. Kaji tingkat kecemasan yang 1. Menentukan tingkat kecemasan
dengan kurangnya berkurang/hilang Kriteria dialami oleh pasien. yang dialami pasien sehingga
pengetahuan tentang hasil : 2. Beri kesempatan pada pasien perawat bisa memberikan
penyakitnya untuk mengungkapkan rasa intervensi yang cepat dan tepat.

16
- Pasien dapat cemasnya. 2. Dapat meringankan beban
mengidentifikasikan 3. Gunakan komunikasi pikiran pasien.
sebab kecemasan. terapeutik. 3. Agar terbina rasa saling percaya
- Emosi stabil, pasien 4. Beri informasi yang akurat antara perawat – pasien
tenang. tentang proses penyakit dan sehingga paien kooperatif dalam
- Istirahat cukup. anjurkan pasien untuk ikut tindakan keperawatan.
serta dalam tindakan 4. Informasi yang akurat tentang
keperawatan. penyakitnya dan keikutsertaan
5. Berikan keyakinan pada pasien pasien dalam melakukan
bahwa perawat, dokter, dan tindakan dapat mengurangi
tim kesehatan lain selalu beban pikiran pasien.
berusaha memberikan 5. Sikap positif dari tim kesehatan
pertolongan yang terbaik dan akan membantu menurunkan
seoptimal mungkin. kecemasan yang dirasakan
6. Berikan kesempatan pada pasien.
keluarga untuk mendampingi 6. Pasien akan merasa lebih tenang
pasien secara bergantian. bila ada anggota keluarga yang
7. Ciptakan lingkungan yang menunggu.
tenang dan nyaman 7. Lingkungan yang tenang dan
nyaman dapat membantu
mengurangi rasa cemas pasien.
6 Kurangnya pengetahuan Tujuan : Pasien memperoleh 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Untuk memberikan informasi
tentang proses penyakit, informasi yang jelas dan pasien/keluarga tentang pada pasien/keluarga, perawat

17
diet, perawatan dan benar tentang penyakitnya, penyakit DM dan gangren. perlu mengetahui sejauh mana
pengobatan berhubungan Kriteria hasil : 2. Kaji latar belakang pendidikan informasi atau pengetahuan
dengan kurangnya pasien. yang diketahui pasien/keluarga.
- Pasien mengetahui
informasi 3. Jelaskan tentang proses 2. Agar perawat dapat memberikan
tentang proses penyakit,
penyakit, diet, perawatan dan penjelasan dengan
diet, perawatan dan
pengobatan pada pasien menggunakan kata – kata yang
pengobatannya dan
dengan bahasa yang mudah mudah dimengerti.
menjelaskan kembali
dimengerti. 3. Agar informasi dapat diterima
bila ditanya.
4. Jelaskan prosedur yang akan dengan mudah dan tepat
- Pasien dapat melakukan
dilakukan, manfaatnya bagi sehingga tidak menimbulkan
perawatan diri sendiri
pasien dan libatkan pasien kesalahpahaman.
didalamnya. 4. Dengan penjelasan yang ada dan
5. Gunakan gambar – gambar ikut secara langsung dalam
dalam memberikan penjelasan tindakan yang dilakukan, pasien
(jika ada/memungkinkan) akan lebih kooperatif dan
cemasnya berkurang.
5. Gambar – gambar dapat
membantu mengingat
penjelasan yang telah diberikan.
7 Gangguan gambaran diri Tujuan : Pasien dapat 1. Kaji perasaan/ persepsi pasien 1. Menetahui adanya rasa negatif
berhubungan dengan menerima perubahan- tentang perubahan gambaran pasien terhadap dirinya.
perubahan bentuk salah perubahan bentuk salah satu diri berhubungan dengan 2. Memudahkan dalam menggali
satu anggota tubuh anggota tubuhnya secara keadaan anggota tubuhnya yang permasalahan pasien.

18
positif Kriteria hasil : kurang berfungsi secara normal. 3. Pasien akan merasa dirinya
2. Bina hubungan saling percaya dihargai.
- Pasien mau berinteraksi
dengan pasien. 4. Dapat meningkatkan
dan beradaptasi dengan
3. Tunjukkan rasa empati, kemampuan dalam mengadakan
lingkungan, tanpa rasa
perhatian dan penerimaan pada hubungan dengan orang lain dan
malu dan rendah diri.
pasien. menghilangkan perasaan
- Pasien yakin akan
4. Bantu pasien untuk mengadakan terisolasi.
kemampuan yang
hubungan dengan orang lain 5. Untuk mendapatkan dukungan
dimiliki
hubungan dengan orang lain. dalam proses berkabung yang
5. Beri kesempatan kepada pasien normal.
untuk mengekspresikan 6. Untuk meningkatkan perilaku
perasaan kehilangan. yang adiktif dari pasien.
6. Beri dorongan pasien untuk
berpartisipasi dalam perawatan
diri dan hargai pemecahan
masalah yang konstruktif dari
pasien.

19
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem endokrin adalah control kelenjar tanpa saluran ( ductiess ) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
mempengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai “pembawa pesan” dan di
bawah oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh yang selanjutnya akan
menerjemahkan “pesan” tersebut menjadi suatu tindakan.
Macam-macam penyakit endokrin: Diabetes Melitus, Insufisiensi adrenal,
Penyakit Cushing, Gigantisme (akromegali) dan masalah hormon pertumbuhan lainnya,
Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Hipopituitarisme, Multiple Neoplasia Endokrin I dan II
(MEN I dan II MEN), Sindrom ovarium polikistik (PCOS), Pubertas prekoks (dini)
3.2 Saran
Pada sistem endokrin ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan, baik
karena bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau kesalahan mengkonsumsi
makanan. Untuk itu jagalah kesehatan anda agar selalu dapat beraktivitas dengan baik.

20
DAFTAR PUSTAKA
Luwita, Dwisang Evi, S.Si.2014. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat dan
Paramedis.Tangerang Selatan. Pack, E Philip, Ph. 2001. Anatomi dan Fisiologi .Bandung.
Pearsce, Evelyn C. 2011. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis – Jakarta

Bare & Suzanne. (2002).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2 edisi 8. Jakarta:
EGC Brunner & Suddarth. (2002). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta: EGC
Carpenito, L. J., (2000), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta: EGC

21

Anda mungkin juga menyukai