Anda di halaman 1dari 4

CASE STUDY

INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT

“ALUR dan WAKTU PELAYANAN RESEP DI APOTEK


RAWAT INAP dan RAWAT JALAN”

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


(PKPA) DI RUMAH SAKIT OTAK DR.
Drs. M. HATTA
Periode 20 September – 13 November 2021

Oleh :
KELOMPOK 1

Afifah Putri Yusra, S. Farm 20020


Fitri Suryani,S. Farm 2002055
Sulastri,S. Farm 2002087
Yennisa Rahmah 2002097

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
PEKANBARU
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Instalasi Farmasi merupakan salah satu pelayanan fungsional yang

dilakukan oleh apoteker dengan menyelenggarakan kegiatan kefarmasian

dirumah sakit yang meliputi perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan

dispensing, pengendalian mutu, serta penggunaan sediaan farmasi, bahan medis

habis pakai, maupun alat kesehatan. Kehadiran instalasi Farmasi Rumah Sakit

sangat penting bagi keberlangsungan rumah sakit, karena sifatnya fungsional.

Pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit merupakan salah

satu unit pelayanan yang wajib disediakan rumah sakit. Terdapat beberapa

indikator yang harus dipenuhi oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit, salah satunya

adalah kepuasan pasien dan waktu tunggu pelayanan resep, yang dianggap dapat

mempengaruhi ekspetasi pasien terhadap pelayanan Rumah Sakit, khususnya di

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (Ihsan et.al, 2018).

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 72 tahun 2016 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, menyebutkan bahwa standar pelayanan

farmasi rumah sakit meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan

bahan medis habis pakai serta pelayanan farmasi klinik.

Tuntutan pasien dan masyarakat dalam keterjaminan mutu pelayanan

farmasi mengharuskan pelayanan dengan dasar (patient oriented) dari pada (drug

oriented) dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian). Selain

menjamin pelayanan kefarmasian secara klinis, tenaga kefarmasian juga

menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis

habispakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik.

Peran apoteker dalam pelayanan kefarmasian dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu

aspek manajerial dan aspek pelayanan kefarmasian. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan

Menteri Kesehatan RI Nomor 72 tahun 2016 tentang pengendalian mutu dan

pengendalian biaya. Pengendalian mutu merupakan mekanisme kegiatan pemantauan dan

penilaian terhadap pelayanan yang diberikan secara terencana dan sistematis sehingga

dapat diidentifikasi peluang untuk peningkatan mutu serta menyediakan mekanisme

tindakan yang diambil.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Instalasi Farmasi

2.1.1 Definisi

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) berdasarkan Permenkes No. 72


Tahun 2016 adalah unit pelaksanaan fungsional yang menyelenggarakan seluruh
kegiatan pelayanan kefarmasi

Anda mungkin juga menyukai