T dengan Post SC
di Ruang Dahlia RSUD Wonosari
Kabupaten Gunung Kidul
Disusun oleh :
Mengetahui,
________________________ _______________________
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................................2
BAB III Asuhan Keperawatan pada Ny.T dengan Post SC di Ruang Dahlia RSUD
Wonosari Kabupaten Gunung Kidul...........................................................................40
1. Pengkajian..........................................................................................................40
2. PERENCANAAN KEPERAWATAN...............................................................52
3. PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN................................57
4. CATATAN PERKEMBANGAN.......................................................................61
BAB IV KESIMPULAN................................................................................................67
A. KESIMPULAN...................................................................................................67
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah Sectio caesarea berasal dari bahasa latin caedere yang berarti
memotong atau menyayat. Dalam ilmu obstetrik, istilah tersebut mengacu
pada tindakan pembedahan yang bertujuan melahirkan bayi dengan
membuka dinding perut dan rahim ibu (Todman, 2007; Lia et.al, 2010).
Persalinan dengan operasi Sectio caesarea ditujukan untuk indikasi
medis tertentu, yang terbagi atas indikasi untuk ibu dan indikasi untuk bayi.
Persalinan sectio caesaria atau bedah caesar harus dipahami sebagai
alternatif persalinan ketika dilakukan persalinan secara normal tidak bisa
lagi (Patricia, 2005; Irwan, 2009; Lang, 2011).
Meskipun 90% persalinan termasuk kategori normal atau tanpa
komplikasi persalinan, namun apabila terjadi komplikasi maka penanganan
selalu berpegang teguh pada prioritas keselamatan ibu dan bayi. Operasi
Sectio caesarea ini merupakan pilihan persalinan yang terakhir setelah
dipertimbangkan cara-cara persalinan pervaginam tidak layak untuk
dikerjakan (Akhmad, 2008; Asamoah et.al., 2011).
Angka persalinan melalui Sectio caesarea di Amerika Serikat telah
meningkat empat kali lipat, dari 5,5 per 100 kelahiran pada tahun 1970
menjadi 22,7 per 100 kelahiran pada tahun 1985. Insidensi operasi Sectio
caesarea dalam masing-masing unit obstetrik bergantung pada populasi
pasien dan sikap dokter. Sekarang ini angkanya berkisar antara 10 sampai
40 persen dari semua kelahiran, karena Sectio caesarea telah ikut
mengurangi angka kematian perinatal. Angka persalinan Sectio caesarea
yang ada sebenarnya terlalu tinggi sehingga ada berbagai upaya untuk
menguranginya karena meningkatnya morbiditas dan mortalitas ibu (Ensor
et al., 2010).
Pada kasus Sectio caesarea angka mortalitas dua kali angka pada
pelahiran pervaginam, disamping itu angka morbiditas yang terjadi akibat
1
infeksi, kehilangan darah, dan kerusakan organ internal lebih tinggi pada
persalinan Sectio caesarea (Kulas, 2008).
Di Indonesia sudah ada peraturan yang menerangkan tentang kriteria
standar agar persalinan Sectio caesarea dapat dilakukan. Walaupun belum
membahas secara mendetail namun peraturan tersebut dapat dijadikan acuan
dalam pelaksanaan Sectio caesarea (Utomo and McDonald, 2009).
Mengacu pada WHO, Indonesia mempunyai kriteria angka Sectio
caesarea standar antara 15 - 20% untuk RS rujukan. Angka itu dipakai juga
untuk pertimbangan akreditisasi Rumah Sakit (Gondo, 2010).
Di Indonesia, meskipun survei Demografi dan Kese-hatan tahun 1997
dan tahun 2002-2003 mencatat angka persalinan bedah Sectio caesarea
secara nasional hanya berjumlah kurang lebih 4 % dari jumlah total
persalinan, berbagai survei dan penelitian lain menemukan bahwa
presentase persalinan Sectio caesarea pada rumah sakit-rumah sakit di kota
besar seperti Jakarta dan Bali berada jauh di atas angka tersebut. Secara
umum jumlah persalinan Sectio caesarea di rumah sakit pemerintah adalah
sekitar 20-25 % dari total persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta
jumlahnya sangat tinggi yaitu sekitar 30- 80 % dari total persalinan.
Untuk memperoleh gambaran dan pengalaman nyata dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Post SC dengan
menggunakan metode proses keperawatan penulis tertarik untuk melakukan
“Asuhan Keperawatan pada Ny.T dengan Post SC di Ruang Dahlia RSUD
Wonosari Kabupaten Gunung Kidul”
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran dan pengalaman nyata dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Post SC dengan
menggunakan metode proses keperawatan.
2
2. Tujuan Khusus
Mendapatkan pengalaman menerapkan asuhan keperawatan dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan, meliputi :
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan Post SC di
RSUD Wonosari Kab. Gunung Kidul.
b. Menganalisa data dari hasil pengkajian dan menentukan prioritas
diagnosa keperawatan pasien dengan Post SC di RSUD Wonosari
Kab. Gunung Kidul.
c. Menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Post SC di
RSUD Wonosari Kab. Gunung Kidul.
d. Menentukan perencanaan keperawatan pada pasien dengan Post SC
di RSUD Wonosari Kab. Gunung Kidul.
e. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan Post SC
di RSUD Wonosari Kab. Gunung Kidul.
f. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan Post SC di
RSUD Wonosari Kab. Gunung Kidul.
g. Melakukan dokumentasi keperawatan pada pasien dengan Post SC di
RSUD Wonosari Kab. Gunung Kidul.
h. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Indikasi
Sectio caesarea dilakukan atas 3 indikasi yaitu :
1) Faktor janin,
a. Kondisi fetus atau janin dalam kandungan menunjukan kondisi
yang mengarah pada section, yaitu karena infusiensi plasenta.
Makan keputusan persalinan dengan jalan section dapat diambil
sebelum terjadinya persalinan. Berbeda ketika terjadi kelainan
denyut jantung pada tes stress oksitosin dan pada perwaraan
mekonium dalam cairan omnion keduanya adalah indikator yang
sangat penting
b. Janin sungsang. Janin sering berpindah-pindah posisi. Pada usia 34-
36 minggu posisi janin cukup tepat karena rongga rahim sudah
semakin sempit bagi dirinya yang membesar. Posisi terbaik saat
akan lahir adalah kepala menghadap jalan lahir, sehingga saat akan
lahir kepala akan terdorong keluar dan selanjutnya bidan atau
4
dokter akan mudah untuk mengeluarkan seluruh anggota
tubuh(Indriati,2009).
c. Disstress janin. Perubahan tertentu pada kecepatan denyut jantung
janin dapat menunjukan adanya masalah pada bayi. Perubahan
kecepatan jantung ini dapat terjadi jika tali pusat tertekan atau
berkurangnya aliran darah teroksogenasi ke plasenta. Memantau
respon kecepatan jantung janin terhadap rangsang kulit kepala atau
menggunakan pemantauan kejenuhan oksigen janin dapat
membantu memberi perawatan mengetahui apakan bayi
mengopensasi keadaan ini dengan baik atau mulai mengalami efek
kekurangan oksigen (Simkin, 2008).
2) Faktor ibu
a. Panggul sempit, bila sudah dipastikan berpanggul sempit tidak ada
jalan lain kecuali operasi Sectio caesarea, dengan catatan
kehamilan sudah cukup bulan. Apabila prematur tetapi bobotnya
1.8 kg bisa saja lahir tanpa harus caesar.
b. Plasenta menutupi jalan lahir. Pada kondisi normal plasenta atau
ari-ari terletak dibagian atas rahim. Akan tetapi, ada kalanya
plasenta berada di segmen bawah sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir. Kondis ini dikenal dengan istilah
plasenta previa.
c. Persalinan macet (distosia). Penyebabnya pada 3 P yakni power,
passage, passenger, kemacetan pada bagian bahu. Juga karena
posisi hamil yang tidak normal, misalnya karena adanya lilitan tali
pusat. Bila kemacetan terjadi saat janin sudah terlanjur keluar
sebagian badannya, posisnya di ubah dari luar dengan
bantuanangan. Pertolongan ini perlu segera dilakukan. Apabila
tidak bisa mengakibatkan gawat janin(Indiarti,2007).
5
3) Faktor kontra, kematian janin didalam rahim. Kematian janin dalam
rahim umumnya terjadi pada minggu ke 20 sampai menjelang
kelahiran. Penyebabnya bisa dari kedua belah pihak, yaitu ibu maupun
janin. Adapun faktor kontra sebagai berikut:
a. Shyok,
b. Anemia berat yang belum diatasi. Jadi bila terdapat salah satu
ataupun kedua indikasi tersebut dokter akan memutuskan untuk
dilakukan pembedahan.
6
b. Infeksi rahim. Infeksi rahim akan terjadi jika ibu sudah mengalami
infeksi sebelumnya misalnya mengalami pecah ketuban dini. Saat
dilakukan operasi rahim pun akan terinfeksi.
c. Perdarahan. Perdarahan tak bisa dihindari dalam proses persalinan.
Namun, darah yang hilang lewat operasi caesar 2 kali lipat
dibandingkan dengan persalinan normal.
d. Komplikasi pada bayi tersayat.
Ada 2 pendapat soal kemungkinan tersayatnya bayi saat operasi
caesar.
1) Pertama habisnya air ketuban yang membuat volume ruang
didalam rahim menyusut.
2) Akibatnya, ruang gerak bayipun berkurang dan lebih mudah
terjangkau pisau bedah.Jika pembedahan dilakuakn tidak hati-hati
bayi bisa tersayat di baguan kepala atau bokong. Terlebih,
dinding rahim sangat tipis (Simkin Dkk. 2008).
7
sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu muda yang
membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik sehingga ia
dapat istirahat dengan baik.
c. Fase letting go / saling ketergantungan, dimulai sekitar minggu kelima
sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga telah
menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasian telah
sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan
seksualnya telah dilakukan kembali
5. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan medis Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah
dilakukan sectio caesarea (Prawirohardjo, 2010) yaitu:
a. Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat.
b. Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa
uterus tetap berkontraksi dengan kuat.
c. Pemberian analgetik dan antibiotik.
d. Periksa aliran darah uterus paling sedikit 30 ml/jam
e. Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai
untuk 24 jam pertama setalah pembedahan.
f. Ambulasi satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebentar
dari tempat tidur dengan bantuan orang lain.
g. Perawatan luka: Insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip)
diangkat pada hari ke empat setelah pembedahan.
h. Pemeriksaan laboratorium: Hematokrit diukur pagi hari setelah
pembedahan untuk memastikan perdarahan pasca operasi atau
mengisyarakatkan hipovolemia.
2) Perawatan post operasi
a. Perawatan awal
b. Letakan pasien dalam posisi pemulihan.
c. Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam
pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat
kesadaran tiap 15 menit sampai sadar.
8
d. Yakinkanjalan nafas bersih dan cukup ventilasi.
e. Transfusi jika diperlukan.
f. Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi,
segera kembalikan ke kamar bedah kemungkinan terjadi
perdarahan pasca bedah.
9
6. Patofisiologi
PENYEBAB
Ketuban pecah dini (KDP)
dan Preeklampsia berat (PEB) Sectio Sesaria POST SC
Penurunan Saraf ekstremitas bawah Post Anastesi Spinal Luka Post operasi
10
POST SC
Nifas
12
a. Alamat untuk mengetahui ibu tinggal dimana serta mempermudah
tenaga kesehatan untukkunjungan rumah (Cristine, 2006).
13
penyakit yang menular yang kronis karena dalam kehamilan daya
tahan ibu tidak menurun bila ada penyakit menular dapat lekas
menular kepada ibu dan mempengaruhi janin dan sectio caesareaini
biasanya tidak tergantung dari keturunan.
7) Riwayat obstetri dan ginekologi
1. Riwayat obstetri
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu yang
terdiri dari tahun persalinan, jenis kelamin bayi serta keadaan
bayi.
b. Riwayat kehamilan sekarang yang perlu dikaji seberapa
seringnya memeriksa kandungan serta menjalani imunisasi.
c. Riwayat persalinan sekarang yang perlu dikaji adalah
lamanya persalinan, BB bayi (Mansjoer,2000).
2. Riwayat ginekologi
a. Menstruasi yang perlu dikaji adalah usia pertama kali haid,
siklus dan lamanya haid, warna dan jumlah HPHT dan
tafsiran kehamilan.
b. Riwayat perkawinan yang perlu dikaji adalah usia saat
menikah dan usia pernikahan, pernikahan keberapa bagi klien
dan suami.
c. Riwayat keluarga berencana yang perlu dikaji adalah jenis
kontrasepsi yang digunakan sebelum hamil, waktu dan
lamanya serta masalah selama pemakaian alat kontrasepsi,
jenis kontrasepsi yang digunakan setelah persalinan.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: Klien dengan sectio caesarea dan mengalami
kelemahan.
b. Kesadaran: Pada umumnya composmentis
c. Tanda-tanda vital: Hal-hal yang dilakukan pada saat
pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien post sectio caesarea
14
biasanya tekanan darah menurun, suhu meningkat, nadi
meningkat dan pernapasan meningkat
d. Sistem pernapasan: Kaji tentang bentuk hidung, ada tidaknya
secret pada lubang hidung, ada tidaknya pernapasa cuping
hidung, gerakan dada pada saat bernapas apakah simetris atau
tidak, frekuensi napas.
e. Sistem indra: Yang perlu dikaji pada sistem ini adalah adanya
ketajaman penglihatan, pergerakan mata, proses pendengaran
dan kebersihan pada lubang telinga, ketajaman penciuman
dan fungsi bicara serta fungsi pengecap.
f. Kardiovaskular: Yang perlu dikaji adalah tentang keadaan
konjugtiva, keadaan warna bibir, ada tidaknya peninggian
vena jugularis, auskultasi bunyi jantung pada daerah dada dan
pengukuran tekanan darah serta pengukuran nadi.
g. Sistem pencernaan: Kaji tentang keadaan mulut, gigi, lida
dan bibir, peristaltik usus, keadaan atau bentuk abdomen ada
atau tidak adanya massa atau nyeri tekan pada daerah
abdomen
h. Sistem muskuloskeletal: Kaji tentang keadaan derajat range
of mention pada tangkai bawah, ketidaknyamanan atau nyeri
pada waktu bergerak, sertakeadaan tonus dan kekuatan otot
pada ekstremitas bagian bawa dan atas.
i. Sistem persyarafan: Kaji tentang adanya gangguan-gangguan
yang terjadi pada ke12 sistem persyarafan.
j. Sistem perkemihan: Kaji adanya yang terjadi pada kandung
kemi, warna urin, bau urin, serta pengeluaran urin
k. Sistem reproduksi: Yang perlu dikaji adalah tentang bentuk
payudara, puting susu, ada tidaknya pengeluaran ASI serta
kebersihan pada daerah payudara, kaji adanya pengeluaran
darah pada vagina, warna darah, bau serataada tidaknya
pemasangan kateter
15
l. Sistem integumen: Kaji tentang keadaan kulit, rambut dan
kuku, turgor kulit, pengukuran suhu serta warna kulit dan
penyebaran rambut
m. Sistem endokrin: Yang perlu dikaji adalah tentang ada
tidaknya pembesaran kelenjar tyroid, bagaimana refleks
menelan serta pengeluaran ASI dan kontraksi.
n. Sistem imun: Yang peru dikaji pada sistem ini adalah tentang
keadaan kelenjer limfe apakah, mengalami pembesan pada
kelenjar limfa
4. Pola aktivitas sehari-hari Perlu dikaji pada aktivitas klien selama
dirumah sakit dan pola aktivitas klien selama dirumah.
a. Nutrisi: Kaji adanya perubahan dan masalahdalam memenuhi
kebutuhan nutrisi karena kurangnya nafsu makan, kehilangan
sensasi pengecap, menelan, mual dan muntah.
b. Eliminasi (BAB dan BAK): Bagaimana pola eliminasi BAB
dan BAK apakah ada perubahan selama sakit atau tidak.
c. 2Istirahat/tidur: Kesulitan tidur dan istirahat karena adanya
nyeri dan kejang otot
d. Personal hygiene: Klien biasanya melakukan bantuan orang
lain untuk memenuhi Kebutuhan perawatan dirinya.
e. Aktivitas gerak: Kaji adanya kehilangan sensasi atau paralise
dan kerusakan dalam memenuhi kebutuhan aktivitas
sehariharinya karena adanya kelemahan.
5. Data psikologis
a. Status emosi: Klien menjadi iritable atau emosi yang labil
terjadi secara tiba-tiba klien menjadi mudah tersinggung.
b. Konsep diri :
1) Body image: Klien memiliki persepsi dan merasa bahwa
bentuk tubuh dan penampilan sekarang mengalami
penurunan berbeda dengan keadaan sebelumnya
16
2) Idel diri: Klien merasa tidak dapat mewujudkan cita-cita
yang diinginkan
3) Harga diri: Klien merasa tidak berharga lagi dengan
kondisinya yang sekarang, klien merasa tidak mampu dan
tidak berguna serta cemas dirinya akan selalu memerlukan
bantuan orang lain
4) Peran: Klien merasa dengan kondisinya yang sekarang dia
tidak dapat melekukan peran yang dimilikinya baik
sebagai orang tua, istri atupun seorang pekerja
5) Identitas diri: Klien memandang dirinya berbeda dengan
orang lain karena kondisi badannya yang disebabkan oleh
penyakitnya.
c. Pola koping: Klien biasanya tampak menjadi pendiam atau
menjadi tertutup.
17
b. Diet: Pemberian sedikit minuman sudah boleh diberikan 6-10
jam post operasi berupa air putih atau teh manis setelah
cairan infus dihentikan diberikan makan bubur sering
selanjutnya secara bertahap boleh makan biasa.
c. Kateterisasi: Biasanya dilepas 12 jam post operasi atau
keesokan harinya, kemampuan selanjutnya untuk
mengosongkan vesika urinaria sebelum terjadi distensi yang
berlebihan harus dipantau. Pengelompokan data adalah
pengelompokan data-data klien atau keadaan tertentu
8) Klasifikasi data
Pengelompokan data adalah pengelompokan data-data klien atau
keadaan tertentu dimana klien mengalami permasalahn kesehatan atau
keperawatan berdasarkan kriteria permasalahannya. Setelah dapat
dikelompokan maka perawat dapat mengidentifikasi masalah
keperawatan klien dengan merumuskannya. Adapun data-data yang
muncul diklisifikasikan dalam data subyektif dan obyektif. Data
subyektif adalah data yang diperoleh langsung melaluiungkapan atau
keluhan dari klien sedangkan data obyektif adalah data yang diperoleh
dari hasil observasi (Nursalam,2001).
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut (D.0077)
2) Ansietas (D.0080)
3) Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)
4) Resiko Konstipasi (D.0052)
5) Resiko Infeksi (D.0142)
6) Resiko Ketidakseimbangan Cairan (D.0036)
7) Intoleransi Aktivitas (D.0056)
8) Menyusui Tidak Efelsif (D.0029)
9) Penampilan Peran Tidak Efektif (D.0125)
18
3. Intervensi
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
Dx. 1 : Tingkat Nyeri Menurun MANAJEMEN NYERI (I. 08238)
(L.08066) Observasi
Nyeri Akut (D.0077) Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
a. Keluhan nyeri menurun nyeri
Penyebab : b. Meringis menurun Identifikasi skala nyeri
1. Agen pencedera c. Sikap protektif menurun Identifikasi respon nyeri non verbal
fisiologis (mis. Inflamasi, d. Gelisah menurun Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
iskemia, neoplasma) e. Kesulitan tidur menurun nyeri
2. Agen pencedra kimiawi Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
(mis. Terbakar, bahan kimia Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
iritan) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
3. Agen pencidra fisik Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
(mis. Abses, trauma, diberikan
amputasi, terbakar, Monitor efek samping penggunaan analgetik
terpotong, mengangkat Terapeutik
berat,prosedur Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
operasi,trauma, latihan fisik nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback,
berlebihan terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
19
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
20
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai
analgesia optimal, jika perlu
Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus
opioid untuk mempertahankan kadar dalam serum
Tetapkan target efektifitas analgesic untuk
mengoptimalkan respon pasien
Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic dan efek
yang tidak diinginkan
Edukasi
Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai
indikasi
21
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
konsep diri. menurun Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika
5. Ancaman terhadap f. Pola tidur membaik memungkinkan
kematian. Pahami situasi yang membuat anxietas
6. Kekhawatiran Dengarkan dengan penuh perhatian
mengalami kegagalan. Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
7. Disfungsi sistem Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
keluarga. kecemasan
8. Hubungan orang tua- Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang
anak tidak memuaskan. akan datang
9. Faktor keturunan Edukasi
(temperamen mudah Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
teragitasi sejak lahir) dialami
10. Penyalahgunaan zat. Informasikan secara factual mengenai diagnosis,
11. Terpapar bahaya pengobatan, dan prognosis
lingkungan (mis. toksin, Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
polutan, dan lain-lain). Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif,
12. Kurang terpapar sesuai kebutuhan
informasi. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
Gejala dan Tanda Mayor. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
Subjektif. Latih teknik relaksasi
1. Merasa bingung. Kolaborasi
2. Merasa khawatir Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika perlu
22
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
dengan akibat.
3. Sulit berkonsenstrasi. TERAPI RELAKSASI (I.09326)
Observasi
Objektif. Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidakmampuan
1. Tampak gelisah. berkonsentrasi, atau gejala lain yang menganggu kemampuan
2. Tampak tegang. kognitif
3. Sulit tidur Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
digunakan
Gejala dan Tanda Minor. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan
Subjektif. teknik sebelumnya
1. Mengeluh pusing. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah,
2. Anoreksia. dan suhu sebelum dan sesudah latihan
3. Palpitasi. Monitor respons terhadap terapi relaksasi
4. Merasa tidak berdaya. Terapeutik
Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
Objektif. pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
1. Frekuensi napas Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur
meningkat. teknik relaksasi
2. Frekuensi nadi Gunakan pakaian longgar
meningkat. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan
3. Tekanan darah berirama
meningkat. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan
4. Diaforesis. analgetik atau tindakan medis lain, jika sesuai
23
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
5. Tremos. Edukasi
6. Muka tampak pucat. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis, relaksasi
7. Suara bergetar. yang tersedia (mis. music, meditasi, napas dalam, relaksasi otot
8. Kontak mata buruk. progresif)
9. Sering berkemih. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
10. Berorientasi pada masa Anjurkan mengambil psosisi nyaman
lalu. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
Anjurkan sering mengulang atau melatih teknik yang
dipilih’
Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. napas
dalam, pereganganm atau imajinasi terbimbing )
Dx. 3 : Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan Ambulasi (1.06171)
Gangguan Mobilitas Fisik a. Pergerakan ekstremitas Observasi
(D.0054) meningkat Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
b. Kekuatan otot meningkat Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
Penyebab c. Rentang gerak (ROM) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
1. Kerusakan integritas meningkat memulai ambulasi
struktur tulang d. Nyeri menurun Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
2. Perubahan metabolisme e. Kaku sendi menurun Terapeutik
3. Ketidakbugaran fisik Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis.
4. Penurunan kendali otot Pemulihan Pasca Bedah tongkat, kruk)
5. Penurunan massa otot (L.14129) Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
6. Penurunan kekuatan Kriteria hasil Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
24
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
otot Kenyamanan meningkatkan ambulasi
7. Keterlambatan Meningkat Edukasi
perkembangan Selera Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
8. Kekakuan sendi makan Meningkat Anjurkan melakukan ambulasi dini
9. Kontraktur Mobilitas Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis.
10. Malnutrisi Meningkat berjalan dari tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke
11. Gangguan Kemampuan kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)
muskuloskeletal melanjutkan
12. Gangguan pekerjaan Meningkat Dukungan Mobilisasi (I.05173)
neuromuskular Kemampuan Observasi
13. Indeks masa tubuh bekerja Meningkat Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
diatas persentil ke-75 sesuai Kemampuan Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
usia perawatan diri Meningkat Monitor frekwensi jantung dan tekanan darah sebelum
14. Efek agen farmakologis Waktu memulai mobilisasi
15. Program pembatasan penyembuhan Menurun Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
gerak Area luka Terapeutik
16. Nyeri Operasi Membaik Fasilitas aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
17. Kurang terpapar Fasilitas melakukan pergerakan, jika perlu
informasi tentang aktivitas Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
fisik meningkatkan pergerakan
18. Kecemasan Edukasi
19. Gangguan kognitif Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
20. Keengganan melakukan Anjurkan melakukan mobilisasi dini
25
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
pergerakan
21. Gangguan
sensoripersepsi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mengeluh sulit
menggerakkan ekstremitas
Objektif
1. Kekuatan otot menurun
2. Rentang gerak (ROM)
menurun
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Nyeri saat bergerak
2. Enggan melakukan
pergerakan
3. Merasa cemas saat
bergerak
Objektif
1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak
26
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
terkoordinasi
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah
27
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
makan) j. Peristaltik usus membaik Anjurkan meningkatkan aktivitas fisik sesuai kebutuhan
i. ketidakadekuatan toileting Anjurkan berjalan 15-20 menit 1-2 kali/hari
j. aktifitas fisik harian kurang Anjukan berjongkok untuk memfasilitasi proses BAB
dari yang dianjurkan Kolaborasi :
k. efek agen farmakologis Kolaborasi dengan ahli gizi jika perlu
l. ketidakteraturan kebiasaan
defekasi
m. kebiasaan menahan
dorongan defekasi
n. perubahan lingkungan.
28
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
Perawatan Luka ( I.14564 )
Gangguan Observasi
peristltik Monitor Karakteristik luka (warna, ukuran, bau, drainase)
Kerusakan Monitor tanda-tanda infeksi
integritas kulit Therapeutik
Perubahan Lepaskan balutan dan plestrer secara perlahan
sekresi PH Bersihkan dengan cairan NaCL/ Pembersih non toksik sesuai
Penurunan kerja kebutuhan
siliaris Berikan salep salep yang sesuai ke kulit/lesi jika perlu
Ketuban pecah Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
lama Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kebutuhan
Ketuban pecah Edukasi
sebelum waktunya Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
Merokok Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Statis cairan Kolaborasi
tubuh Kolaborasi pemberian antibiotik jika perlu
6. Ketidakadekuatan
pertahan tubuh sekunder
Penuruna
Hemoglobin
Imunosupresi
Leukopenia
Supresi Respon
29
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
Inflamasi
Faksinasi tidak
adekuat
Dx. 6 : Keseimbangan Cairan Manajemen Cairan (I.03098)
Resiko Ketidakseimbangan meningkat (L.03021) Observasi
Cairan (D.0036) a. Asupan cairan Monitor status hidrasi ( mis, frek nadi, kekuatan nadi,
meningkat akral, pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan
Faktor resiko b. Haluaran urin meningkat darah)
Prosedur pembedahan c. Kelembapan membrn Monitor berat badan harian
mayor mukosa meningkat Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis.
Trauma/perdarahan d. Edema menurun Hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urin , BUN)
Luka bakar e. Dehidrasi menurun Monitor status hemodinamik ( Mis. MAP, CVP, PCWP
Apheresis f. Tekanan darah membaik jika tersedia)
Asites g. Denyut nadi radial Terapeutik
Obstruksi intestinal membaik Catat intake output dan hitung balans cairan dalam 24
Peradangan pankreas h. Mata cekung membaik jam
Penyakit ginjal dan i. Tugor kulit membaik Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
kelenjar Berikan cairan intravena bila perlu
Disfungsi intestinal Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
Pemantauan Cairan (I.03121)
Observasi
30
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
Monitor frekuensi nafas
Monitor tekanan darah
Monitor berat badan
Monitor waktu pengisian kapiler
Monitor elastisitas atau turgor kulit
Monitor jumlah, waktu dan berat jenis urine
Monitor kadar albumin dan protein total
Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. Osmolaritas
serum, hematocrit, natrium, kalium, BUN)
Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume
urine menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah, konsentrasi urine
meningkat, berat badan menurun dalam waktu singkat)
Identifikasi tanda-tanda hypervolemia 9mis. Dyspnea,
edema perifer, edema anasarka, JVP meningkat, CVP meningkat,
refleks hepatojogular positif, berat badan menurun dalam waktu
singkat)
Identifikasi factor resiko ketidakseimbangan cairan (mis.
Prosedur pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka bakar,
apheresis, obstruksi intestinal, peradangan pankreas, penyakit ginjal
dan kelenjar, disfungsi intestinal)
31
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
Terapeutik
Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi
pasien
Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Dx. 7 : Toleransi Aktivitas Manajemen Energi (I. 05178)
Intoleransi Aktivitas Meningkat (L.05047) Observasi
(D.0056) a. Frekuensi nadi meningkat Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
Penyebab b. Keluhan keluhan lelah kelelahan
Ketidak seimbangan menurun Monitor kelelahan fisik dan emosional
antara suplai dan kebutuhan c. Dispnea saat aktivits Monitor pola dan jam tidur
oksigen menurun Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
Tirah baring d. Dispnea setelah aktifitas aktivitas
Kelemahan menurun Terapeutik
Imobilitas Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.
Gaya hidup monoton cahaya, suara, kunjungan)
Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
32
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
33
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
Monitor respon emosional, fisik, social, dan spiritual
terhadap aktivitas
Terapeutik
Fasilitasi focus pada kemampuan, bukan deficit yang
dialami
Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi
danrentang aktivitas
Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas
yang konsisten sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan social
Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
Fasilitasi transportasi untuk menghadiri aktivitas, jika
sesuai
Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan
lingkungan untuk mengakomodasikan aktivitas yang dipilih
Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. ambulansi, mobilisasi,
dan perawatan diri), sesuai kebutuhan
Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami keterbatasan
waktu, energy, atau gerak
Fasilitasi akvitas motorik kasar untuk pasien hiperaktif
Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan,
jika sesuai
Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot
34
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
Fasilitasi aktivitas dengan komponen memori implicit dan
emosional (mis. kegitan keagamaan khusu) untuk pasien dimensia,
jika sesaui
Libatkan dalam permaianan kelompok yang tidak
kompetitif, terstruktur, dan aktif
Tingkatkan keterlibatan dalam aktivotasrekreasi dan
diversifikasi untuk menurunkan kecemasan ( mis. vocal group, bola
voli, tenis meja, jogging, berenang, tugas sederhana, permaianan
sederhana, tugas rutin, tugas rumah tangga, perawatan diri, dan teka-
teki dan kart)
Libatkan kelarga dalam aktivitas, jika perlu
Fasilitasi mengembankan motivasi dan penguatan diri
Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya
sendiri untuk mencapai tujuan
Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
Berikan penguatan positfi atas partisipasi dalam aktivitas
Edukasi
Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
Anjurkan melakukan aktivitas fisik, social, spiritual, dan
kognitif, dalam menjaga fungsi dan kesehatan
35
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
Anjurka terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi,
jika sesuai
Anjurkan keluarga untuk member penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
Kolaborasi
Kolaborasi dengan terapi okupasi dalam merencanakan
dan memonitor program aktivitas, jika sesuai
Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas, jika
perlu
Dx. 8 : Status Menyusui (L.03029) Edukasi Menyusui ( I. 12393 )
Menyusui Tidak Efelsif a. Perlekatan bayi pada Observasi
(D.0029) payudara ibu Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Penyebab b. Kemampuan ibu Identifikasi tujuan atau keinginan menyusui
Fisiologis memposisikan bayi
1. Ketidakadekuatan dengan benar Terapeutik
suplai ASI c. Miksi bayi lebih dari 8 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2. Hambatan pada kali per 24 jam Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
neonatus (mis. prematuritas, d. Berat badan bayi Berikan kesempatan untuk bertanya
sumbing) e. Suplai ASI adekuat Dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui
3. Anomali payudara ibu f. Putting tidak lecet setelah Libatkan sistem pendukung : suami, keluarga, tenaga kesehatan.
(mis. puting yang masuk ke 2 minggu melahirkan Edukasi
dalam) g. Kepercayaan diri ibu
36
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
4. Ketidakadekuatan Berikan konseling menyusui
refleks oksitosin Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
5. Ketidakadekuatan Ajarkan 4 ( empat ) posisi menyusui dan perlekatan ( lacth on )
refleks menhispa bayi dengan benar
6. Payudara bengkak Ajarkan perawatan payudara post partumm ( misal : memerah ASI,
7. Riwayat operasi pijat payudara, pijat oksitosin )
payudara
8. Kelahiran kembar Konseling Laktasi (I.03094)
Observasi
Situasional Identifikasi keadaan emosional ibu saat akan dilakukan konseling
1. Tidak rawat gabung menyusui
2. Kurang terpapar Identifikasi keinginan dan tujuan menyusui
informasi tentang pentinya Identifikasi permasalahan yang ibu alamai selama proses menyusui
menyusui dan/atau metode Terapeutik
menyusui Gunakan teknik mendengarkan aktif (misal : duduk sama tinggi,
3. Kurangnya dukungan dengarkan permasalahan ibu)
keluarga Berikan pujian terhadap perilaku ibu yang benar
4. Faktor budaya Edukasi
Gejala dan Tanda mayor Ajarkan teknik menyusui yang tepat sesuai kebutuhan ibu
Subjektif
1. Kelelahan maternal
2. Kecemasan maternal
Objektif
37
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
1. Bayi tidak mampu
melekat pada payudara ibu
2. ASI tidak
menetas/memancar
3. BAK bayi kurang dari
8 kali dalam 24 jam
4. Nyeri dan/atau lecet
terus menerus setelah
minggu kedua
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Intake bayi tidak
adekuat
2. Bayi menghisap tidak
terus menerus
3. Bayi menangis saat
disusui
4. Bayi rewel dan
menangis terus dalam jam-
jam pertama setelah
menyusui
38
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
5. Menolak untuk
mengisap
Dx. 9 : Penampilan peran Dukungan Penampilan Peran (I.13478)
Penampilan Peran Tidak (L.13119) Observasi :
Efektif (D.0125) a. Verbalisasi harapan Identifikasi berbagai peran dan periode transisi sesuai tingkat
terpenuhi perkembangan
Penyebab b. Verbalisasi kepuasan Identifikasi peran yang ada dalam keluarga.
a. Harapan peran tidak peran meningkat Identifikasi adanya peran yang tidak terpenuhi
realistis c. Verbalisasi harapan Terapeutik :
b. Hambatan fisik terpenuhi Fasilitasi diskusi perubahan peran anak terhadap bayi baru lahir, jika
c. Harga diri rendah d. Adaptasi peran perlu
d. Perubahan citra tubuh meningkat Edukasi
e. Ketidakadekuatan sistem e. Strategi koping yang Diskusikan perubahan peran yang diperlukan akibat penyakit atau
pendukung (support efektif ketidakmampuan.
system) f. Verbalisasi perasaan
f. Stres bingung menjalankan
g. Perubahan peran peran menurun
h. Faktor ekonomi
39
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
b. Merasa harapan tidak
terpenuhi
c. Merasa tidak puas dalam
menjalankan peran
Objektif
1. Konflik peran
2. Adaptasi tidak adekuat
3. Strategi koping tidak efektif
Gejala dan tanda minor
Subjektif : merasa cemas
Objektif
a. Depresi
b. Dukungan sosial kurang
c. Kurang bertanggung jawab
menjalankan peran
40
BAB III
Asuhan Keperawatan pada Ny.T dengan Post SC di Ruang Dahlia RSUD
Wonosari Kabupaten Gunung Kidul
1. Pengkajian
A. BIODATA
1. Identitas Klien
a. Nama : Ny. T
b. Umur : 37 tahun 9 bulan
c. Tempat/Tanggal lahir : Gunungkidul / 11 Oktober 1983
d. Agama/kepercayaan : Islam
e. Suku Bangsa : Jawa
f. Pendidikan : SMA
g. Pekerjaan : IRT
h. Alamat : Karangnongko RT.003 / RW.00, Wiladeg
Kepek
2. Identitas Penanggungjawab
a. Nama : Tn. S
b. Umur : 40 tahun
c. Tempat/Tanggal lahir : Gunungkidul / 03 Januari 1981
d. Agama/kepercayaan : Islam
e. Suku Bangsa : Jawa
f. Pendidikan : SMA
g. Pekerjaan : Wiraswasta
h. Hubungan dengan klien : Suami
i. Alamat : Karangnongko RT.003 / RW.00, Wiladeg
Kepek
41
Yang mengirim/merujuk : Puskesmas Karangmojo Karjo 2
Alasan Masuk :
Pasien dirujuk oleh Puskesmas Karangmojo Karjo 2, kemudian pasien datang
ke IGD RSUD RSUD Wonosari, Dengan kondisi pasien compos mentis dan
usia kehamilan 39minggu, keadaan umum baik, lendir darah (-), belum ada
pembukaan, TFU 29 cm djj 140 x/menit. Pasien mengalami nyeri dan kram
pada perut sejak 2 hari, pasien merasa tidak enak badan dan mengigil. Hasil
PCR tanggal 29 Juli 2021 Positif. HPL : 05 Agustus 2021, G2P1A0, usia
kehamilan 39 minggu, Riwayat SC 9 tahun lalu.
42
banyak bertanya mengenai perawatan setelah melahirkan dan tentang
kondisi bayi.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Pasien mengalami nyeri dan kram pada perut sejak 2 hari yang lalu, Pasien
mengatakan memilki Riwayat Post SC 9 tahun yang lalu, G2P1A0
3. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Keluarga klien mengatakan didalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit keturunan atau menular. Seperti TBC, Hipertensi dan Diabetes
Melitus.
Genogram
Keterangan :
: Perempuan : Pasien
4. Riwayat alergi :
Pasien mengayakan tidak memiliki alergi terhadap obat ataupun makanan
6. Riwayat Sosial :
43
Klien mengatakan memiliki sahabat dan teman untuk berbagi masalah dan
kebahagiaan. Klien mengatakan suami dan orang tua adalah orang yang
sangat diperlukan saat sakit.
D. RIWAYAT OBSTETRIK
1. Status Obestetikus : G2.P1.A0
2. Riwayat Menstuasi :
a. Usia menarche : 13 Tahun
b. Lama haid : 4 - 6 hari
c. Siklus haid : teratur
d. Banyaknya : Pasien 2 kali ganti pembalut selama
24jam
e. Warna : merah
f. Bau : tidak berbau
g. Keluhan : tidak ada keluhan
3. Riwayat Pernikahan :
a. Status : menikah
b. Umur waktu menikah : 25 tahun
c. Frekuensi menikah : 1 kali
d. Lama menikah : 12 tahun
4. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu :
Ibu melahirkan anak pertama tanggal 16 Juli 2012 dengan umur
kehamilan 39 minggu. Bayi lahir secara Operasi Sectio Saecarea di RSUD
Wonosari ditolong oleh dokter, jenis kelamin laki - laki dengan berat bayi
lahir 3000 gram, PB : 48 cm tanpa komplikasi. Pada masa nifas anak
pertama ibu mengatakan tidak ada komplikasi, ASI kurang lancer sehingga
anak juga mendapatkan susu formula.
Anak yang kedua tanggal lahir 31 Juli 2021, dengan umur kehamilan 39
minggu. Bayi lahir secara Operasi Sectio Saecarea di RSUD Wonosari
ditolong oleh dokter . Jenis kelamin perempuan, BB : 3800gr, PB : 48 cm.
Pada masa nifas anak ke 3 ibu mengalami Confirm positif COVID-19
sehingga ibu tidak dapat memberikan ASI pada bayi.
44
e. Penambahan BB selama hamil : 10kg
f. Riwayat ANC
No Pemeriksaan Trimester I Trimester II Trimester
ANC III
1. Frekeunsi 2 kali 1 kali 2 kali
2. Tempat Puskesmas Puskesmas Puskesmas
3. Keluhan Sulit makan Sering Sering
sembelit sembelit
4. Hasil pemeriksaan - - -
5. Imunisasi TT Ya Ya Ya
6. Tablet Fe Dikonsumsi Dikonsumsi Dikonsumsi
7. Saran tenaga Minum Susu Mengkonsumsi Istirahat
kesehatan Khusu Ibu sayur dan buah yang cukup
Hamil
6. Riwayat Persalinan Sekarang
a. Jenis Persalinan : Operasi Sectio Saecarea
b. Ditolong Oleh : dokter
c. Jenis Kelamin Bayi : perempuan
d. Panjang dan Berat Badan : BB : 3800gr, PB : 48 cm
e. Apgar Skor : 10
f. Lama Persalinan : 50 menit
1) Kala I : tidak melakukan pengkajian,
pasien masih berada
pada ruang oprasi
2) Kala II : tidak melakukan pengkajian, pasien
masih berada
pada ruang oprasi
3) Kala III : tidak melakukan pengkajian, pasien masih
berada
pada ruang oprasi
4) Kala IV :
g. Lama ketuban pecah sebelum bayi lahir : -
h. Keadaan air ketuban : jernih
i. Jumlah air ketuban : dalam batas normal
j. Komplikasi persalinan :
1) Ibu : luka Post SC
2) Bayi : normal
7. Riwayat KB
a. Pernah Ikut KB/Tidak, Metoda : pernah, Suntik dan Pil
b. Lama penggunaan : 2 tahun
c. Alasan dilepas : ingin hamil lagi
d. Keluhan : tidak ada
e. Rencana KB yang akan datang : - Ada / Tidak
- Metoda : tidak ada
45
8. Program terapi dokter :
Hari / Dosis dan Jam pemberian
Obat Rute
Tanggal Satuan (WIB)
Sabtu
Cefazolin 2gr IV 10.00
31/07/21
Sabtu 05.00 / 13.00 /
Inj. Keterolac 1 Amp / 8 jam IV
31/07/21 21.00
Sabtu 05.00 / 13.00 /
Asam franex 1 Amp / 8 jam IV
31/07/21 21.00
Sabtu 05.00 / 13.00 /
Vitamin K 10 mg / 8 jam IV
31/07/21 21.00
Sabtu
Favipiravir 600 mg / 12 jam Oral 05.00 / 17.00
31/07/21
Sabtu
Azitromisin 500 mg / 24 jam Oral 17.00
31/07/21
Sabtu
Tride 5000 IU / 24 Jam Oral 17.00
31/07/21
Sabtu
Becomzet 1 kapsul/ 24 jam Oral 17.00
31/07/21
Sabtu 05.00 / 13.00 /
Dopamet 50mg / 8 jam Oral
31/07/21 21.00
Sabtu
Curcuma 20 mg / 24 jam Oral 17.00
31/07/21
Sabtu 05.00 / 13.00 /
PCT 500 mg / 8 jam Oral
31/07/21 21.00
Kamis 05.00 / 13.00 /
Asam Mefenamat 500 mg / 8 jam Oral
02/08/21 21.00
Jumat Furosemid 40 mg / 24 jam Oral 17.00
03/08/21 (jika TD > 120/80 mmHg)
Jumat 05.00 / 13.00 /
Inj. Ceftriaxone 2 gr / 24 jam IV
03/08/21 21.00
Jumat
Vit. Albumin 500mg / 12 jam Oral 05.00 / 17.00
03/08/21
46
2. Pengkajian aktivitas, latihan fisik/olahraga, istirahat dan tidur yang
optimal
a. Aktivitas dan latihan fisik/olahraga :
Aktivitas Sebelum melahirkan Setelah melahirkan
Melakukan pekerjaan
1) Aktivitas/rutinitas Istirahat
IRT dan mengurus anak
2) Lat.fisik/olahraga Jarang berolahraga Bed Rest
Masalah/keluhan Gangguan Mobilitas Fisik
47
b. Saat sekarang
1) Frekuensi makan dalam sehari : 3 x/hari
2) Variasi menu makanan : Nasi, lauk, sayur
3) Pantangan makanan : Tidak ada
4) Kebiasaan saat makan : tidak ada
5) Makanan selingan : buah
6) Masalah/keluhan yang dirasakan : tidak ada
7) BB sekarang : 60 kg
8) Tinggi badan : 157 cm
5. penkajian eliminasi
a. Eliminasi urin
1) Frekueni BAK : tidak dikaji karena terpasang kateter
2) Jumlah urin : 800 cc
3) Warna : kekuningan
4) Bau : berbau
5) Masalah/keluhan : Tidak ada keluhan
b. Eliminasi fekal
1) Frekueni BAB : 1 x/hari
2) Jumlah : normal
3) Warna : normal
4) Bau : normal
5) Masalah/keluhan : Tidak ada keluhan
c. Pemeriksaan Hemoroid
6. pengkajian keseimbangan cairan dan elektrolit
pasien mengatakan banyak minum dan pasien juga terpasang infus, Pasien
memakai kateter, Pasien tidak mengkonsumsi alkohol. CRT < 2 detik
a. Hasil pemeriksaan lab. :
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Urine
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Ket.
Protein +1 Negatif Tidak Normal
Gula - Negatif Normal
pH 6.5 4.8 – 7.4 Normal
Leukosit 30 - 35 3 – 5 / LPB
Eritrosit 50 – 60 0–1
Epithel 1-2
Cylinder Negatif Negatif Normal
Kristal Negatif Negatif Normal
Hematologi
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujuk Ket.
Hemoglobin 10.6 12 – 16 gr% Rendah
A.Leukosit 11.600 4300 – 11400 /µl Tinggi
Trombosit 414.000 150.000 – 450.000 Rendah
HCT / HMT 32% 37% Rendah
48
KIMIA DARAH
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Ket.
Urea 32 15 – 45 mg/dL Normal
Creatinine 0.7 0.6 – 1.3 mg/dL Normal
SGOT 17 10 – 50 U/L Normal
SGPT 9 10 – 50 U/L Rendah
49
Mata pasien tampak bersih, konjungtiva klien tidak anemis, sklera
berwarna putih, refleks pupil bereaksi terhadap cahaya, tidak terdapat
nyeri tekan, klien dapat melihat dengan baik.
b. Indera penciuman
Hidung pasien tampak bersih, terdapat cairan mukosa dalam batas
normal, tidak adanya massa, mampu menciumm dengan baik.
c. Indera pengecapan
Gigi klien tampak lengkap, terdapat karies pada gigi tidak tampak
adanya massa, klien dapat merasakan dengan baik
d. Indera pendengaran
e. Telinga klien tampak bersih dan simetris, tidak terdapat massa, serta
klien dapat mendengar dengan baik
f. Indera perabaan
Pada ekstremitas klien tidak terdapat luka atau lesi maupun edema
serta indera peraba berfungsi baik
11. Pengkajian hubungan timbal balik antara emosi dan penyakit organik
Pasien mengatakan sangat senang atas kelahiran bayi keduanya dan
mengatakan perubahan fisik setelah melahirkan adalah hal yang wajar.
50
ANALISA DATA
51
gelisah karena merasa nyeri didaerah Invasi bakteri
luka post SC.
- Hasil pemeriksaan urine
Protein : +1
- Leukosit : 11.600 /µl (tinggi) Efek prosedur Infasif
- Hb : 10,6 gr% (rendah)
- HCT / HMT : 32% (rendah)
- SGPT : 9 (rendah)
- P : Post SC,
- Q : Seperti Tertusuk – tusuk,
- R : Nyeri terasa pada daerah perut dan
nyeri tidak menyebar,
- Skala Nyeri : 6,
- T : Setelah Post SC, dan terasa nyeri
sepanjang hari.
Ds : Post anastesi spinal Gangguan
- Pasien mengatakan nyeri pada luka Mobilitas Fisik
bekas operasi (D.0054)
Do :
TTV : RR : 20 x/menit, Penurunan saraf
HR : 91 x/mnt, otonom
T : 36,5 oC,
TD : 129 / 87 mmHg.
- Tampak Luka Post SC pada bagian
perut Penurunan saraf vegatif
- Pasien tampak meringis dan tampak
gelisah karena merasa nyeri didaerah
luka post SC.
- P : Post SC, Nyeri
- Q : Seperti Tertusuk – tusuk,
- R : Nyeri terasa pada daerah perut dan
nyeri tidak menyebar,
- Skala Nyeri : 6,
- T : Setelah Post SC, dan terasa nyeri
sepanjang hari.
Diagnosa
1. Nyeri Akut (D.0077) b.d Agen Pencedera Oprasi Sectio Caesarea
2. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054) b.d Nyeri
3. Resiko Infeksi (D.0142) b.d adanya luka Sectio Caesarea
52
2. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nama Pasien / NO CM : Ny.T / 00411xxx Ruang : Dahlia
Hari / Perencanaan
Diagnosa
Tanggal /
Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan
Jam
Minggu Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan MANAJEMEN NYERI (I. 08238)
01/08/202 (D.0077) b.d keperawatan selama 3 x 24 Observasi
1 Agen jam, diharapkan ventilasi Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
08.00 Pencedera pasien adekuat dengan intensitas nyeri
Oprasi Sectio Identifikasi skala nyeri
Rona Caesarea Kriteria Hasil : Identifikasi respon nyeri non verbal
Tingkat Nyeri Menurun Identifikasi faktor yang memperberat dan
(L.08066) memperingan nyeri
a. Keluhan nyeri menurun Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
b. Meringis menurun nyeri
c. Sikap protektif menurun Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
d. Gelisah menurun nyeri
e. Kesulitan tidur menurun Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
Control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
53
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
54
Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic
dan efek yang tidak diinginkan
Edukasi
Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik,
sesuai indikasi
55
(L.14129) Anjurkan melakukan ambulasi dini
Kriteria hasil Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
Kenyamanan dilakukan (mis. berjalan dari tempat tidur ke kursi roda,
Meningkat berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai
Selera toleransi)
makan Meningkat
Mobilitas Dukungan Mobilisasi (I.05173)
Meningkat Observasi
Kemampuan Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
melanjutkan lainnya
pekerjaan Meningkat Identifikasi toleransi fisik melakukan
Kemampuan pergerakan
bekerja Meningkat Monitor frekwensi jantung dan tekanan darah
Kemampuan sebelum memulai mobilisasi
perawatan diri Monitor kondisi umum selama melakukan
Meningkat mobilisasi
Waktu Terapeutik
penyembuhan Menurun Fasilitas aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
Area luka Fasilitas melakukan pergerakan, jika perlu
Operasi Membaik Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
Anjurkan melakukan mobilisasi dini
Minggu Resiko Setelah dilakukan asuhan Pencegahan Infeksi ( I.14539 )
56
01/08/202 Infeksi keperawatan selama 3 x 24 Observasi
1 (D.0142) b.d jam, diharapkan ventilasi Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sitemik
08.00 adanya luka pasien adekuat dengan Therepeutik
Sectio Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
Rona Caesarea Kriteria Hasil : dan lingkungan
Tingkat Infeksi menurun Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko
(L.14137) Edukasi
Kebersihan tangan Jelaskan tanda dan gejala infeksi
meningkat Ajarkan cara mencuci tangan dnegan benar
Demam menurun Ajarkan cara memeriksa kondisi luka operasi
Kemerahan menurun Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi dan cairan
Nyeri menurun
Bengkak menurun Perawatan Luka ( I.14564 )
Observasi
Monitor Karakteristik luka (warna, ukuran, bau, drainase)
Monitor tanda-tanda infeksi
Therapeutik
Lepaskan balutan dan plestrer secara perlahan
Bersihkan dengan cairan NaCL/ Pembersih non toksik
sesuai kebutuhan
Berikan salep salep yang sesuai ke kulit/lesi jika perlu
Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai
kebutuhan
Edukasi
57
Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antibiotik jika perlu
58
pemberian analgesik - Q : Seperti Tertusuk – tusuk,
13. Monitor efektifitas analgesik - R : Nyeri terasa pada daerah perut dan
14. Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic nyeri tidak menyebar,
dan efek yang tidak diinginkan - Skala Nyeri : 6,
15. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat - T : Setelah Post SC, dan terasa nyeri
16. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sepanjang hari.
sesuai indikasi : A : Nyeri Akut
P : - Monitor skala nyeri
Observasi istirahat dan tidur
Monitor tanda-tanda vital
Minggu Gangguan 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya S : Pasien mengatakan nyeri pada luka
01/08/202 Mobilitas 2. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah bekas operasi
1 Fisik (D.0054) sebelum memulai ambulasi - Pasien mengatakan nyeri bertambah
08.00 b.d Nyeri 3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam bila bergerak
Perawat meningkatkan ambulasi
Rona 4. Anjurkan melakukan ambulasi dini O : TTV : RR : 20 x/menit,
5. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan HR : 91 x/mnt,
(mis. berjalan dari tempat tidur ke kursi roda, T : 36,5 oC,
berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan TD : 129 / 87 mmHg.
sesuai toleransi) - Tampak Luka Post SC pada bagian
6. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan perut
7. Monitor frekwensi jantung dan tekanan darah - Pasien tampak meringis dan tampak
sebelum memulai mobilisasi gelisah karena merasa nyeri didaerah
8. Monitor kondisi umum selama melakukan luka post SC.
mobilisasi - P : Post SC,
59
9. Fasilitas aktivitas mobilisasi dengan alat bantu - Q : Seperti Tertusuk – tusuk,
10. Fasilitas melakukan pergerakan, jika perlu - R : Nyeri terasa pada daerah perut dan
nyeri tidak menyebar,
- Skala Nyeri : 6,
- T : Setelah Post SC, dan terasa nyeri
sepanjang hari.
A : Gangguan Mobilitas Fisik
P : - Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
Monitor Vital Sign
Anjurkan melakukan ambulasi
dini dan libatkan keluarga
Minggu Resiko Infeksi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sitemik S : Pasien mengatakan nyeri pada luka
01/08/202 (D.0142) b.d 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bekas operasi
1 adanya luka pasien dan lingkungan - Pasien dan keluarga mengatakan
08.00 Sectio 3. Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko sudah mengerti cara mencuci tangan
Perawat Caesarea 4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi yang benar
Rona 5. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
6. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka operasi O : TTV : RR : 20 x/menit,
7. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi dan cairan HR : 91 x/mnt,
8. Monitor Karakteristik luka (warna, ukuran, bau, T : 36,5 oC,
drainase) TD : 129 / 87 mmHg.
9. Monitor tanda-tanda infeksi - Tampak Luka Post SC pada bagian
10. Lepaskan balutan dan plestrer secara perlahan perut dan tidak terdapat tanda infeksi
11. Bersihkan dengan cairan NaCL/ Pembersih non - Pasien dapat memperagakan cara cuci
60
toksik sesuai kebutuhan tangan yang benar
12. Berikan salep salep yang sesuai ke kulit/lesi jika - P : Post SC,
perlu - Q : Seperti Tertusuk – tusuk,
13. Pertahankan teknik steril saat melakukan - R : Nyeri terasa pada daerah perut dan
perawatan luka nyeri tidak menyebar,
14. Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau - Skala Nyeri : 6,
sesuai kebutuhan - T : Setelah Post SC, dan terasa nyeri
15. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori sepanjang hari.
dan protein A : Resiko Infeksi
16. Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri P : - Monitor tanda-tanda infeksi
17. Kolaborasi pemberian antibiotik jika perlu Jadwalkan perubahan posisi setiap
2 jam atau sesuai kebutuhan
Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan protein
61
4. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien / NO CM : Ny.T / 00411xxx Ruang : Dahlia
HR/ Dx.Kep EVALUASI
TGL/ PELAKSANAAN
SHIF Jam (S O A P)
Minggu Dx : I 1. Lokasi, karakteristik, S:
01/08/21 08.00 durasi, frekuensi, kualitas, - Pasien mengatakan nyeri
intensitas nyeri pada luka bekas operasi
Pagi
2. Identifikasi skala nyeri - Pasien mengatakan tidak
Perawat 3. Identifikasi pengaruh nyeri memiliki alergi terhadap
Rona pada kualitas hidup makanan.
4. Control lingkungan yang O : TTV : RR : 20 x/menit,
memperberat rasa nyeri HR : 91 x/mnt,
(mis. Suhu ruangan, T : 36,5 oC,
pencahayaan, kebisingan) TD : 129 / 87
5. Fasilitasi istirahat dan tidur mmHg.
6. Jelaskan penyebab, periode, - Tampak Luka Post SC pada
dan pemicu nyeri bagian perut
7. Jelaskan strategi meredakan - Pasien tampak meringis dan
nyeri tampak gelisah karena
8. Anjurkan memonitor nyeri merasa nyeri didaerah luka
secara mandiri post SC.
9. Anjurkan menggunakan - P : Post SC,
analgetik secara tepat - Q : Seperti Tertusuk –
10. Ajarkan teknik tusuk,
nonfarmakologis untuk - R : Nyeri terasa pada
mengurangi rasa nyeri daerah perut dan nyeri tidak
11. Identifikasi riwayat alergi menyebar,
obat - Skala Nyeri : 6,
12. Monitor tanda-tanda vital - T : Setelah Post SC, dan
sebelum dan sesudah terasa nyeri sepanjang hari.
pemberian analgesik A : Nyeri Akut
13. Monitor efektifitas P : - Monitor skala nyeri
analgesik Observasi istirahat dan
14. Dokumentasikan respon tidur
terhadap efek analgesic dan Monitor tanda-tanda
efek yang tidak diinginkan vital
15. Jelaskan efek terapi dan
efek samping obat
Dx. II 1. Identifikasi adanya nyeri S : Pasien mengatakan nyeri
62
HR/ Dx.Kep EVALUASI
TGL/ PELAKSANAAN
SHIF Jam (S O A P)
09.00 atau keluhan fisik lainnya pada luka bekas operasi
2. Monitor frekuensi jantung - Pasien mengatakan nyeri
dan tekanan darah sebelum bertambah bila bergerak
memulai ambulasi
3. Libatkan keluarga untuk O : TTV : RR : 20 x/menit,
membantu pasien dalam HR : 91 x/mnt,
meningkatkan ambulasi T : 36,5 oC,
4. Anjurkan melakukan TD : 129 / 87 mmHg.
ambulasi dini - Tampak Luka Post SC pada
5. Ajarkan ambulasi bagian perut
sederhana yang harus - Pasien tampak meringis dan
dilakukan (mis. berjalan tampak gelisah karena
dari tempat tidur ke kursi merasa nyeri didaerah luka
roda, berjalan dari tempat post SC.
tidur ke kamar mandi, - P : Post SC,
berjalan sesuai toleransi) - Q : Seperti Tertusuk –
6. Identifikasi toleransi fisik tusuk,
melakukan pergerakan - R : Nyeri terasa pada
7. Monitor frekwensi jantung daerah perut dan nyeri tidak
dan tekanan darah sebelum menyebar,
memulai mobilisasi - Skala Nyeri : 6,
8. Monitor kondisi umum - T : Setelah Post SC, dan
selama melakukan terasa nyeri sepanjang hari.
mobilisasi A : Gangguan Mobilitas Fisik
9. Fasilitas aktivitas P : - Monitor kondisi umum
mobilisasi dengan alat selama melakukan mobilisasi
bantu Monitor Vital Sign
10. Fasilitas melakukan Anjurkan melakukan
pergerakan, jika perlu ambulasi dini dan libatkan
keluarga
63
HR/ Dx.Kep EVALUASI
TGL/ PELAKSANAAN
SHIF Jam (S O A P)
4. Jelaskan tanda dan gejala HR : 91 x/mnt,
infeksi T : 36,5 oC,
5. Ajarkan cara mencuci TD : 129 / 87
tangan dengan benar mmHg.
6. Ajarkan cara memeriksa - Tampak Luka Post SC pada
kondisi luka operasi bagian perut dan tidak
7. Anjurkan meningkatkan terdapat tanda infeksi
asupan nutrisi dan cairan - Pasien dapat mem-
8. Monitor Karakteristik luka peragakan cara cuci tangan
(warna, ukuran, bau, yang benar
drainase) - P : Post SC,
9. Monitor tanda-tanda - Q : Seperti Tertusuk –
infeksi tusuk,
10. Jadwalkan perubahan - R : Nyeri terasa pada
posisi setiap 2 jam atau daerah perut dan nyeri tidak
sesuai kebutuhan menyebar,
11. Anjurkan mengkonsumsi - Skala Nyeri : 6,
makanan tinggi kalori dan - T : Setelah Post SC, dan
protein terasa nyeri sepanjang hari.
12. Ajarkan prosedur A : Resiko Infeksi
perawatan luka secara P : - Monitor tanda-tanda
mandiri infeksi
13. Kolaborasi pemberian Jadwalkan perubahan posisi
Obat: setiap 2 jam atau sesuai
Inj. Keterolac, Inj. Asam kebutuhan
13.00 franex, Inj. Ceftriaxone, Anjurkan mengkonsumsi
Vitamin K 10 mg, makanan tinggi kalori dan
Dopamet 50 mg, PCT protein
500mg, Asam Mefenamat
500 mg
Senin Dx : I 1. Lokasi, karakteristik, S:
02/08/21 14.00 durasi, frekuensi, kualitas, - Pasien mengatakan nyeri
intensitas nyeri pada luka bekas operasi
Sore
2. Identifikasi skala nyeri sedikit berkurang
Perawat 3. Fasilitasi istirahat dan tidur O : TTV : RR : 22 x/menit,
Rona 4. Jelaskan penyebab, periode, HR : 80 x/mnt,
dan pemicu nyeri T : 36,5 oC,
5. Jelaskan strategi meredakan TD : 130 / 90
64
HR/ Dx.Kep EVALUASI
TGL/ PELAKSANAAN
SHIF Jam (S O A P)
nyeri mmHg.
6. Anjurkan memonitor nyeri - Tampak Luka Post SC pada
secara mandiri bagian perut
7. Anjurkan menggunakan - P : Post SC,
analgetik secara tepat - Q : Seperti Tertusuk –
8. Ajarkan teknik tusuk,
nonfarmakologis untuk - R : Nyeri terasa pada
mengurangi rasa nyeri daerah perut dan nyeri tidak
9. Identifikasi riwayat alergi menyebar,
obat - Skala Nyeri : 4,
10. Monitor tanda-tanda vital - T : Setelah Post SC, dan
sebelum dan sesudah terasa nyeri sepanjang hari.
pemberian analgesik A : Nyeri Akut
11. Monitor efektifitas P : - Monitor skala nyeri
analgesik Observasi istirahat dan
tidur
Monitor tanda-tanda
vital
Dx. II 1. Identifikasi adanya nyeri S : Pasien mengatakan nyeri
15.00 atau keluhan fisik lainnya pada luka bekas operasi sedikit
2. Monitor frekuensi jantung berkurang
dan tekanan darah sebelum - Keluarga megatakan pasien
memulai ambulasi sudah melatih ambulansi
3. Libatkan keluarga untuk secara perlahan seperti
membantu pasien dalam berjalan ke kamar mandi.
meningkatkan ambulasi
4. Anjurkan melakukan O : TTV : RR : 22 x/menit,
ambulasi dini HR : 80 x/mnt,
5. Ajarkan ambulasi sederhana T : 36,5 oC,
yang harus dilakukan TD : 130 / 90 mmHg.
6. Identifikasi toleransi fisik - Tampak Luka Post SC pada
melakukan pergerakan bagian perut
7. Monitor frekwensi jantung - P : Post SC,
dan tekanan darah sebelum - Q : Seperti Tertusuk –
memulai mobilisasi tusuk,
8. Monitor kondisi umum - R : Nyeri terasa pada
selama melakukan daerah perut dan nyeri tidak
mobilisasi menyebar,
65
HR/ Dx.Kep EVALUASI
TGL/ PELAKSANAAN
SHIF Jam (S O A P)
9. Fasilitas aktivitas mobilisasi - Skala Nyeri : 4,
dengan alat bantu - T : Setelah Post SC, dan
10. Fasilitas melakukan terasa nyeri sepanjang hari.
pergerakan, jika perlu A : Gangguan Mobilitas Fisik
P : - Monitor kondisi umum
selama melakukan mobilisasi
Monitor Vital Sign
Anjurkan melakukan
ambulasi dini dan libatkan
keluarga
Dx : III 1. Monitor tanda dan gejala S : Pasien mengatakan nyeri
16.00 infeksi lokal dan sitemik pada luka bekas operasi sedikit
2. Cuci tangan sebelum dan berkurang
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan O : TTV : RR : 20 x/menit,
3. Ajarkan cara memeriksa HR : 91 x/mnt,
kondisi luka operasi T : 36,5 oC,
4. Anjurkan meningkatkan TD : 129 / 87 mmHg.
asupan nutrisi dan cairan - P : Post SC,
5. Monitor tanda-tanda infeksi - Q : Seperti Tertusuk –
6. Pertahankan teknik steril tusuk,
saat melakukan perawatan - R : Nyeri terasa pada
luka daerah perut dan nyeri tidak
7. Jadwalkan perubahan posisi menyebar,
setiap 2 jam atau sesuai - Skala Nyeri : 4,
kebutuhan - T : Setelah Post SC, dan
8. Anjurkan mengkonsumsi terasa nyeri sepanjang hari.
makanan tinggi kalori dan A : Resiko Infeksi
protein P : - Monitor tanda-tanda
9. Ajarkan prosedur perawatan infeksi
luka secara mandiri Jadwalkan perubahan posisi
10. Kolaborasi pemberian Obat: setiap 2 jam atau sesuai
17.00
Favipiravir, Azitromisin, kebutuhan
Tride, Becomzet, Curcuma Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
Selasa Dx : I 1. Lokasi, karakteristik, durasi, S :
20.00 frekuensi, kualitas, intensitas - Pasien mengatakan nyeri
66
HR/ Dx.Kep EVALUASI
TGL/ PELAKSANAAN
SHIF Jam (S O A P)
03/08/21 nyeri pada luka bekas operasi
Malam 2. Identifikasi skala nyeri sedikit berkurang
3. Fasilitasi istirahat dan tidur O : TTV : RR : 20 x/menit,
Perawat
4. Jelaskan penyebab, periode, HR : 90 x/mnt,
Rona dan pemicu nyeri T : 36,5 oC,
5. Jelaskan strategi meredakan TD : 120 / 80 mmHg.
nyeri - Tampak Luka Post SC pada
6. Anjurkan memonitor nyeri bagian perut
secara mandiri - P : Post SC,
7. Anjurkan menggunakan - Q : Seperti Tertusuk –
analgetik secara tepat tusuk,
8. Ajarkan teknik - R : Nyeri terasa pada
nonfarmakologis untuk daerah perut dan nyeri tidak
mengurangi rasa nyeri menyebar,
9. Identifikasi riwayat alergi - Skala Nyeri : 4,
obat - T : Setelah Post SC, dan
10. Monitor tanda-tanda vital terasa nyeri sepanjang hari.
sebelum dan sesudah A : Nyeri Akut
pemberian analgesik P : - Monitor skala nyeri
11. Monitor efektifitas analgesik Observasi istirahat dan
tidur
Monitor tanda-tanda
vital
Dx. II 1. Identifikasi adanya nyeri S : Pasien mengatakan nyeri
21.00 atau keluhan fisik lainnya pada luka bekas operasi sedikit
2. Monitor frekuensi jantung berkurang
dan tekanan darah sebelum - Keluarga megatakan pasien
memulai ambulasi sudah melatih ambulansi
3. Libatkan keluarga untuk secara perlahan seperti
membantu pasien dalam berjalan ke kamar mandi.
meningkatkan ambulasi
4. Anjurkan melakukan O : TTV : RR : 20 x/menit,
ambulasi dini HR : 90 x/mnt,
5. Ajarkan ambulasi sederhana T : 36,5 oC,
yang harus dilakukan TD : 120 / 80 mmHg.
6. Identifikasi toleransi fisik - Tampak Luka Post SC pada
melakukan pergerakan bagian perut
7. Monitor frekwensi jantung - P : Post SC,
67
HR/ Dx.Kep EVALUASI
TGL/ PELAKSANAAN
SHIF Jam (S O A P)
dan tekanan darah sebelum - Q : Seperti Tertusuk –
memulai mobilisasi tusuk,
8. Monitor kondisi umum - R : Nyeri terasa pada
selama melakukan daerah perut dan nyeri tidak
mobilisasi menyebar,
9. Fasilitas aktivitas mobilisasi - Skala Nyeri : 4,
dengan alat bantu - T : Setelah Post SC, dan
10. Fasilitas melakukan terasa nyeri sepanjang hari.
pergerakan, jika perlu A : Gangguan Mobilitas Fisik
11. Kolaborasi pemberian obat : P : - Monitor kondisi umum
selama melakukan mobilisasi
Monitor Vital Sign
Anjurkan melakukan ambulasi
dini dan libatkan keluarga
Dx : III 1. Monitor tanda dan gejala S : Pasien mengatakan nyeri
05.00 infeksi lokal dan sitemik pada luka bekas operasi sedikit
2. Cuci tangan sebelum dan berkurang
sesudah kontak dengan O : TTV : RR : 20 x/menit,
pasien dan lingkungan HR : 91 x/mnt,
3. Ajarkan cara memeriksa T : 36,5 oC,
kondisi luka operasi TD : 129 / 87 mmHg.
4. Anjurkan meningkatkan - P : Post SC,
asupan nutrisi dan cairan - Q : Seperti Tertusuk –
5. Monitor tanda-tanda tusuk,
infeksi - R : Nyeri terasa pada
6. Pertahankan teknik steril daerah perut dan nyeri tidak
saat melakukan perawatan menyebar,
luka - Skala Nyeri : 4,
7. Jadwalkan perubahan - T : Setelah Post SC, dan
posisi setiap 2 jam atau terasa nyeri sepanjang hari.
sesuai kebutuhan A : Resiko Infeksi
8. Anjurkan mengkonsumsi P : - Monitor tanda-tanda
makanan tinggi kalori dan infeksi
protein Jadwalkan perubahan posisi
9. Ajarkan prosedur setiap 2 jam atau sesuai
perawatan luka secara kebutuhan
mandiri Anjurkan mengkonsumsi
10. Kolaborasi pemberian makanan tinggi kalori dan
68
HR/ Dx.Kep EVALUASI
TGL/ PELAKSANAAN
SHIF Jam (S O A P)
Obat: protein
Inj. Keterolac, Asam franex,
Vitamin K, Favipiravir,
Dopamet, PCT, Asam
Mefenamat, Inj. Ceftriaxone
Vit. Albumin
BAB IV
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan, penulis dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut :
69
1. Setelah melakukan pengkajian terhadap keluarga Ny.T, penulis
memperoleh hasil atau data yang mengarah pada masalah Post SC.
2. Diagnosa keperawatan menurut teori yang muncul pada Post SC yaitu:
Nyeri Akut (D.0077)
Ansietas (D.0080)
Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)
Resiko Konstipasi (D.0052)
Resiko Infeksi (D.0142)
Resiko Ketidakseimbangan Cairan (D.0036)
Intoleransi Aktivitas (D.0056)
Menyusui Tidak Efelsif (D.0029)
Penampilan Peran Tidak Efektif (D.0125)
70
Monitor tanda-tanda infeksi
Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
5. Setelah menyelesaikan tahap evaluasi, maka penulis memilih bahwa
masalah yang dihadapi oleh Ny.T teratasi sebagian sampai pada hari
rawatan ke-3, skala nyeri mengalami penurunan dari 6 pada hari
pertama menjadi 4, namun pasien belum dapat memberikan ASI
kepada bayi dikarenakan pasien juga mengalami positif COVID-19.
6. Hambatan selama merawat kasus di atas yaitu waktu yang di butuhkan
perawat saat ingin bertemu langsung dengan pasien terbatas
dikarenakan pasien mengalami Confirm COVID-19, sehingga perawat
hanya dapat mengobservasi pasien pada jam – jam tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
71
Ensor, T., Cooper, S., Davidson, L, Fitzmaurice, A. and Graham, W.J. 2010. The
Impact of Economic Recession on Maternal, and Infant Mortality:
Lessons from History. BMC Public Health.
Lang, J. and Rothman, K.J. 2011. Field Test Results of The Motherhood Method
to Measure Maternal Mortality. Indian J Med Res.
Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
SDKI, T. Po. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st Ed.; PPNI,
Ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.
SLKI, T. Po. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (I). Jakarta: DPP
PPNI
Simkin, Penny, dkk. 2008. Paduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan & Bayi.
Jakarta: Arcan
72