Anda di halaman 1dari 47

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) HIPERTENSI

KELUARGA BINAAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase Keperawatan Keluarga

RIZAL FEBRIYANA
220112190549

PROGRAM PROFESI NERS XXXIX


FAKULTASKEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) HIPERTENSI

Topik : Hipertensi
Hari/Tanggal : Kamis, 17 September2020
Waktu : ± 15menit
Tempat : Rumah Masing – masing (Daring)
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Penyuluh : Rizal Febriyana

A. ANALISA SITUASIONAL
1. Peserta
Pasien dan keluarga pasien
2. Ruangan
Rumah masing – masing (Daring)
3. Penyuluh
Rizal Febriyana Mahasiswa Profesi Ners UNPAD
Mampu mengkomunikasikan materi penyuluhan dengan baik dan menggunakan
metode yang sesuai.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga dapat
memahami dan mengerti tentang konsep hipertensi.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang hipertensi, keluarga pasien diharapkan
dapat :
A. Menjelaskan pengertian hipertensi
B. Menjelaskan penyebab hipertensi
C. Menjelaskan tanda dan gejala hipertensi
D. Menjelaskan cara pencegahan hipertensi
E. Menjelaskan penatalaksanaan hipertensi
F. Menjelaskan jenis-jenis makanan yang di anjurkan dan tidak
No Tahap Pengkajian Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran

1 Pembukaan 2 1. Membuka acara dengan 1. Menjawab salam


menit pembacaan do’a, dan
mengucapkan salam dan mendengarkan
perkenalan. perkenalan.
2. Menyampaikan topik dan 2. Mendengarkan
tujuan penyuluhan kepada penyampaian
sasaran. topik dantujuan.
3. Kontrak waktu untuk 3. Menyetujui
kesepakatan penyuluhan kesepakatan
dengan sasaran pelaksanaan
pendidikan
kesehatan.
2 Kegiatan Inti 10 1. Mengkaji ulang tingkat 1. Menjawab
menit pengetahuan sasaran. pertanyaan dari
2. Memberikan reinforcement penyuluh
positif. 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan pengertian materi yang
hipertensi disampaikan
4. Menanyakan sasaran apakah 3. Menanyakan hal-
mengerti atau tidak. hal yang belum
5. Memberikan kesempatan dipahami
kepada sasaran untuk
bertanya.
6. Menjelaskan tentang hal- hal
yang belum dipahami sasaran.
7. Menjelaskan penyebab
hipertensi
8. Menjelaskan tanda dan gejala
hipertensi.
9. Menanyakan sasaran apakah
mengerti atau tidak.
10. Memberikan kesempatan
kepada sasaran untuk
bertanya.
11. Menjelaskan tentang hal- hal
yang belum dipahami
sasaran.
12. Menjelaskan tentang hal- hal
yang belum dipahami
sasaran.
13. Menjelaskan cara
penatalaksanaan hipertensi.
14. Menjelaskan makanan yang
dianjurkan dan tidak
dianjurkan bagi pasien
dengan penyakit hipertensi.
15. Menanyakan sasaran apakah
mengerti atau tidak.
16. Memberikan kesempatan
kepada sasaran untuk
menanyakan hal-hal yang
belum dipahami.
17. Menjelaskan tentang hal- hal
yang belum dipahami.
3 Evaluasi/ Penutup 3 1. Memberikan pertanyaan 1. Menjawab
menit kepada sasaran tentang materi pertanyaan
yang telah disampaikan oleh 2. Mendengarkan
penyuluh. kesimpulan
2. Memberikan reinforcement 3. Menjawab salam
positif
3. Menyimpulkan materi
4. Menutup acara dengan
mengucapkansalam
C. MEDIA DAN ALAT PENYULUHAN
Leaflet
D. METODE PENYULUHAN
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. EVALUASI
1. Apa pengertian penyakit hipertensi?
2. Apa penyebab dari penyakit hipertensi?
3. Apa tanda dan gejala dari penyakit hipertensi?
4. Bagaimana cara pencegahan penyakit hipertensi?
5. Bagaimana cara penatalaksanaan yang baik pada penyakit hipertensi?
6. Jenis-jenis makanan apa saja yang dianjurkan dan tidak dianjurkan bagi penderita
hipertensi?
Lampiran Materi

Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang masih menjadi masalah dibidang
kesehatan. Upaya penanganan hipertensi pada dasarnya sudah dijalankan dengan berbagai
cara termasuk kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan penderita hipertensi (Sugino 2020).
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang telah menyerang penduduk sebesar
22% didunia (WHO, 2014). Angka kejadian hipertensi di Asia Tenggara mencapai 36%. Di
Indonesia hasil dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, Indonesia memiliki
prevalensi kejadian hipertensi sebesar 34,1% (Kementerian Kesehatan, 2019). Jika penyakit
hipertensi tidak dapat terkontrol dengan baik, maka dapat menyebabkan gangguan ginjal,
serangan stroke serta kebutaan. Hasil dari Riskesdas tahun 2010 menjelaskan bahwa penyakit
hipertensi menjadi penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis dengan
jumlah mencapai 6,8% (Kementerian Kesehatan, 2008). Prevalensi akan semakin meningkat
seiring dengan bertambahnya usia.
Hipertensi yaitu saat seseorang memiliki tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik ≥90 mmHg, pada pemeriksaan berulang. Tekanan darah diastolik
adalah pengukuran utama yang menjadi dasar penentuan diagnosis hipertensi (American
Heart Association, 2014).
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke dan gagal ginjal.
Hipertensi merupakan resiko morbiditas dan mortalitas yang dipengaruhi oleh gangguan
emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, minum kopi yang berlebihan dan juga
keturunan. Hipertensi cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Sekitar 50
persen populasi orang yang berusia lebih dari 60 tahun di Inggris mengalami tekanan darah
tinggi (Anna, 2012). Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan pada kelompok lansia.
Faktor usia lanjut dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi akibat dari adanya perubahan
struktural dan fungsional sistem pembuluh perifer yang bertanggungjawab terhadap tekanan
darah (Brunner & Suddarth, 2012).
Faktor Resiko Hipertensi
Faktor risiko hipertensi diklasifikasikan menjadi dua faktor yaitu faktor yang tidak
dapat diubah seperti usia, jenis kelamin, genetik dan ras. Faktor yang dapat diubah adalah
faktor obesitas, merokok, konsumsi alkohol berlebih, stres dan aktifitas fisik (Depkes RI,
2006).
Menurut Prasetyaningrum, 2014 Faktor risiko terjadinya hipertensi terdapat dua
faktor yaitu faktor yang tidak dapat kontrol seperti usia, jenis kelamin, genetic. Sedangkan
faktor yang dapat dikontrol berupa kegemukan (obesitas), konsumsi garam yang berlebihan,
kurangnya aktifitas fisik, merokok dan konsumsi alkohol berlebih (Dalimartha, 2008).
Gejala Hipertensi
Gejala yang dialami pada hipertensi adalah dengan adanya peningkatan tekanan darah
atau tergantung pada tinggi rendahnya tekanan darah. Gejala hipertensi yang timbul bisa
berbeda, bahkan terkadang penderita hipertensi tidak memiliki keluhan. Namun karena sering
kali penderita hipertensi tidak menyadari adanya gejala, hal tersebut dapat timbulnya keluhan
pada saat sudah terjadinya komplikasi yang spesifik pada organ seperti otak, mata, ginjal,
jantung, pembuluh darah, atau organ vital lainnya. (Kurniawan & Sulaiman, 2019)
Gejala hipertensi mungkin untuk beberapa orang tidak ditunjukkan pada beberapa
tahun. Jika adanya gejala hanya pusing atau sakit kepala. Namun jika pada penderita
hipertensi berat, gejala yang muncul dapat berupa sakit kepala, mual dan muntah, gelisah,
mata berkunang, mudah lelah, sesak nafas, penglihatan yang kabur, 169 telinga berdengung,
susah tidur, nyeri dada, rasa berat pada tengkuk, ataupun denyut jantung yang semakin kuat
atau tidak teratur (Bujawati, 2012)
Upaya Pencegahan Hipertensi
Upaya yang telah dilakukan dalam pencegahan dan pengendalian Hipertensi
diantaranya adalah meningkatkan promosi kesehatan melalui KIE dalam pengendalian
Hipertensi dengan perilaku CERDIK dan PATUH; meningkatkan pencegahan dan
pengendalian Hipertensi berbasis masyarakat dengan Self Awareness melalui pengukuran
tekanan darah secara rutin; penguatan pelayanan kesehatan khususnya Hipertensi.
Deteksi Sederhana Hipertensi
Cara untuk mendeteksi atau menegakkan diagnosis penyakit hipertensi, sangat
sederhana yaitu dengan mengukur tekanan darah menggunakan tensimeter. Hipertensi
ditegakkan bila tekanan darah ? 140/90 mmHg. dan mengatur pola makan sesuai degan diet
hipertensiyang telah dianjurkan.
Komplikasi Hipertensi
Serangan jantung
Hipertensi bisa menyebabkan serangan jantung bila tidak mendapat perawatan yang
tepat. Kondisi ini terjadi bila hipertensi yang Anda miliki telah menyebabkan penyempitan
atau arterosklerosis pada pembuluh darah arteri koroner atau penyakit arteri koroner.
Akibat penyempitan tersebut, aliran darah ke otot-otot jantung akan terganggu sehingga
otot jantung tidak mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi yang cukup. Ketika ini terjadi,
jaringan otot jantung akan mulai rusak dan bahkan mati perlahan sehingga menyebabkan
serangan jantung.
Gagal jantung
Hipertensi yang dibiarkan dan tidak ditangani dengan tepat juga bisa menyebabkan
komplikasi jantung lainnya, yaitu gagal jantung. Adapun gagal jantung, yaitu kondisi di mana
jantung Anda tidak bisa memberikan darah yang cukup untuk tubuh.
American Heart Association (AHA) menyebut, hal ini bisa terjadi karena pembuluh
darah arteri menjadi sempit akibat tekanan darah yang tinggi. Adapun pembuluh arteri yang
menyempit membuat darah sulit untuk mengalir ke seluruh tubuh.
Kondisi ini pada akhirnya memaksa jantung untuk memompa darah lebih keras. Seiring
waktu, beban kerja yang lebih tinggi menyebabkan jantung menebal dan membesar. Adapun
jantung yang semakin besar, akan semakin sulit pula untuk bekerja dalam memenuhi
kebutuhan tubuh akan oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah.
Gejala umum dari gagal jantung adalah sesak napas, kelelahan, bengkak di pergelangan
tangan, kaki, perut, dan pembuluh darah di leher.
Glomerulosklerosis
Ginjal dan tekanan darah tinggi sangat berhubungan. Ginjal bekerja dengan cara
membuang sisa makanan dan cairan berlebih dari tubuh. Adapun proses ini sangat
bergantung pada pembuluh darah yang sehat.
Aneurisma arteri ginjal
Aneurisma juga dapat terbentuk pada dinding pembuluh darah di ginjal. Jika aneurisma
muncul di arteri menuju ginjal, kondisi ini disebut dengan aneurisma arteri ginjal.
Sebagaimana aneurisma pada umumnya, aneurisma arteri ginjal juga terjadi akibat
aterosklerosis, yang salah satu penyebabnya adalah tekanan darah tinggi.
Penyakit ginjal kronis
Tekanan darah tinggi atau hipertensi yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan
komplikasi pada ginjal lainnya, yaitu penyakit ginjal kronis (chronic kidney disease).
Penyakit ginjal kronis merupakan hilangnya fungsi ginjal yang terjadi secara bertahap.
Penyakit ini dapat terjadi karena tekanan darah yang tinggi menurunkan fungsi ginjal dalam
membuang cairan berlebih dari dalam tubuh. Penurunan fungsi ginjal ini dapat memburuk
dan menyebabkan kerusakan ginjal selama beberapa bulan atau tahun.
Pada tahap awal, penyakit ginjal kronis hanya menimbulkan gejala ringan. Seiring waktu,
gejala yang dirasakan semakin kuat sejalan dengan perkembangan kerusakan ginjalnya. Bila
semakin parah, penyakit ginjal kronis dapat berkembang ke gagal ginjal atau end-stage renal
disease (ESRD).
Gagal ginjal
Komplikasi pada ginjal akibat hipertensi lainnya, yaitu gagal ginjal. American Kidney
Fund mengatakan, gagal ginjal atau end-stage renal disease (ESRD) merupakan kondisi di
mana ginjal sudah tidak bisa bekerja dengan baik untuk membuang cairan berlebih dari
dalam tubuh. Gagal ginjal bisa terjadi karena tekanan darah yang tinggi. Ini merupakan
penyakit ginjal yang sudah fatal. Pada kondisi ini, ginjal menjadi rusak, dan tidak dapat
menyaring sisa pembuangan dari darah Anda. Lama-kelamaan, cairan berlebih akan
menumpuk di ginjal dan Anda perlu menjalani proses cuci darah (dialisis) atau transplantasi
ginjal agar bisa bertahan hidup.
Kebutaan
Tak hanya bisa memengaruhi pembuluh darah di ginjal, hipertensi juga bisa memicu
terjadinya komplikasi pada pembuluh darah di mata. Pembuluh darah di mata juga bisa rusak,
kemudian menyempit dan menebal akibat tekanan darah tinggi.
Bila hal ini terjadi, aliran darah ke mata akan menjadi terbatas. Adapun kurangnya aliran
darah ke retina menyebabkan penglihatan kabur atau hilangnya penglihatan secara total
(kebutaan). Kondisi ini disebut juga dengan retinopati hipertensi.
Selain retinopati, kebutaan pada penderita hipertensi juga bisa terjadi karena adanya
penumpukan cairan di bawah retina (koroidopati) atau kerusakan saraf (neuropati optik).
Neuropati optik terjadi karena aliran darah yang terhambat merusak saraf optik. Kondisi ini
merusak sel-sel saraf di mata Anda sehingga menimbulkan kelihatan penglihatan semenara
atau permanen.
Stroke
Selain jantung dan mata, organ lainnya yang mungkin terpengaruh akibat hipertensi,
yaitu otak. Salah satu gangguan pada otak yang sering terjadi, yaitu stroke.
Adapun stroke merupakan kondisi ketika aliran darah kaya oksigen dan nutrisi ke sebagian
area otak terganggu, sehingga menyebabkan sel-sel otak mati.
Stroke bisa disebabkan oleh hipertensi atau tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi dapat
menyebabkan pembuluh darah di otak pecah. Kondisi tersebut menyebabkan aliran darah ke
otak terhalang dan terjadilah stroke.
Gejala stroke meliputi kelumpuhan atau mati rasa pada wajah, tangan, dan kaki, kesulitan
berbicara, dan kesulitan melihat.
Kesulitan dalam mengingat, fokus atau demensia
Hipertensi yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan komplikasi berupa
perubahan kognitif. Anda mungkin akan mengalami masalah dalam berpikir, mengingat, dan
belajar. Tanda-tanda komplikasi hipertensi ini bisa berupa kesulitan dalam menemukan kata-
kata saat berbicara, dan kehilangan fokus saat dalam pembicaraan.
Komplikasi yang terjadi dari kondisi ini, apabila hipertensi tidak segera ditangani,
adalah demensia. Demensia merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan gejala-
gejala hilang ingatan, kebingungan, sulit berbicara, serta sulit memahami atau menerima
informasi.
LEAFLET
LINK VIDEO SENAM HIPERTENSI

https://youtu.be/bF_qo7ia-Iw
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association. (2014). Heart Disease and Stroke Statistics.


Anna, Palmer. 2012. Simlpe guide : Tekanan Darah Tinggi, Jakarta : Erlangga
Brunner dan Suddarth. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Dalimartha. (2008). Hipertensi. Penebar Plus: Jakarta. Depkes RI. (2006). Pharmaceutical
Care untuk Hipertensi. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan. (2008). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
2007. Badan Litbangkes,
Depkes RI : Jakarta. Kementerian Kesehatan. (2019). Buku Pedoman Manajemen Penyakit
Tidak Menular. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. (2014).
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Kowalski. (2010). Terapi Hipertensi: Program 8 Minggu menurunkan
Tekanan Darah Tinggi Dan Mengurangi Resiko Tekanan Jantung Dan Stroke Secara
Alami. Bandung: Qanita 171 Mizan Pustaka
WHO. (2014a). Commission on Ending Childhood Obesity.
World Health Organization. Departement of Noncommunicable disease surveillance. WHO.
(2014b).
GLOBAL STATUS REPORT on Noncommunicable Diseases. WHO. (2015). Obesity and
Overweight.
BUKTI KOMUNIKASI DENGAN KELUARGA

Anda mungkin juga menyukai