Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas limpahan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas Keperawatan
Medikal Bedah III : Hemodialisis dengan tepat waktu tanpa halangan apapun.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah III . Dengan dituliskannya makalah ini
diharapkan mahasiswa maupun tenaga kesehatan dapat memahami Makalah
Asuhan Keperawatan pada Hemodialis . Makalah ini tidak akan selesai tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. M. Sajidin, S.Kp., M.Kes Selaku Ketua STIKes Bina Sehat PPNI.
2. Ana Zakiyah, M.Kep Selaku Kepala Prodi Ilmu Keperawatan.
3. Ika Ainur R. M.Kep Sp.KMB Selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan
Medikal Bedah III
4. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak, Ibu serta kelurga
yang telah mendukung, mendorong memberikan fasilitas kepada penulis
sehingga terselesainya makalah ini.
5. Rekan-rekan mahasiswa STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto yang telah
membantu terselesainya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari
semua pihak demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Penulis
berharap semoga Makalah ini dapat memberikan kontribusi yang positif bagi
perkembangan pendidikan khususnya keperawatan. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita, Amin.
Mojokerto, 13 Oktober 2019
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
1.2 Tujuan.............................................................................................8
1.3 Indikasi...........................................................................................8
2.2 Biodata..........................................................................................18
2. Albumin : 2,5mg/dl......................................................................26
3. Bising Usus : 36x/Menit...............................................................26
2.8 Intervensi......................................................................................26
BAB I
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
Menurut Havens dan Terra (2005) tujuan dari pengobatan hemodialisa antara
lain :
1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu
membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum,
kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
2. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan
tubuh yang seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
3. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita
penurunan fungsi ginjal.
4. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program
pengobatan yang lain.
I.2 Indikasi
a. Difusi
Toksik dan limbah di dalam darah dialihkan melalui proses difusi.
Melalui cara bergeraknya darah yang berkosentrasi tinggi ke cairan
dialisat yang berkonsentrasi lebih rendah. Cairan dialisat tersusun dari
elektrolit yang penting dengan konsentrasi ekstrasel yang ideal. Kadar
elektrolit darah dapat dikendalikan dengan mengatur rendaman dialisat
secara tepat.
b. Osmosis
Air yang berlebih dikeluarkan melalui proses osmosis. Keluarnya air
dapat diatur dengan menciptakan gradien tekanan. Air bergerak dari
tekanan yang lebih tinggi (tubuh) ke tekanan yang lebih rendah (cairan
dialisat).
c. Ultrafiltrasi
Peningkatan gradien tekanan dengan penambahan tekanan negatif yang
biasa disebut ultrafiltrasi pada mesin dialysis. Tekanan negatif
diterapkan pada alat ini. Untuk meningkatkan kekuatan penghisap pada
membrane dan memfasilitasi pengeluaran air. Kekuatan ini diperlukan
hingga mencapai isovolemia (keseimbangan cairan).
1. Arteriovenous Fistula
VF dibuat dengan cara menyambung sisi arteri dengan ujung dari vena
yang dipotong atau dengan tehnik end to side.
2. Arteriouvenous Graft
AVG dibuat apabila operasi pembuatan AVF sudah tidak mungkin
dilakukan lagi. Pembuatan AVG dilakukan dengan cara menyambung
antara arteri dan vena yang dihubungkan dengan saluran sintetis yang
terbuat dari bahan Litetrafluoroetilena (PTFE) atau turunannya yaitu PTFE
(ePTFE). Sedangkan untuk polyurethaneurea (PUU) jarang digunakan.
Komplikasi dari akses arteriovenous yang sering muncul adalah stenosis,
trombosis, iskemik bagian distal, anurisma, kematian jaringan, gagal
jantung dan infeksi (Reddy & Cheung, 2009).
3. Double lumen atau temporary catheters
Kateter sementara ini dipasang pada pasien di vena jugularis, vena
femoralis atau vena subklaivia. Komplikasi yang sangat sering terjadi pada
pemasangan kateter ini adalah infeksi.
Komplikasi akses vascular
1. kateter vena femoralis dan vena subklavia
laserasi, perdarahan, trombosis, emboli, hematoma, infeksi,
pneumotoraks(pd v.subklavia)
2. Fistula AV dan cangkokan AV
Nyeri, aneurisma, trombosis, kesulitan hemostatis postdialisis dan iskemia
tangan.
1. Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat,
rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati
otonomik, dan kelebihan tambahan berat cairan.
2. Mual dan muntah
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang
disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai
dengan sakit kepala.
3. Demam disertai menggigil
Penyebab: reaksi fibrogen, reaksi transfuse, kontaminasi bakteri pada
sirkulasi darah.
4. Nyeri dada
Dapat terjadi karena pCO2 menurun bersamaan dengan terjadinya
sirkulasi darah diluar tubuh.
5. Gatal-gatal
Penyebab: jadwal dialysis yang tidak teratur, sedang.sesudah transfuse
kulit kering.
6. Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat
dinilai dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama
hemodialisa juga merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan.
7. Kram otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya
hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot
seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan
volume yang tinggi. penarikan cairan dibawah BB standar. Penarikan
cairan terlalu cepat (UFR meningkat) cairan dialisat dengan Na rendah BB
naik > 1kg. Posisi tidur berubah terlalu cepat.
8. Aritmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa,
penurunan kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat
berpengaruh terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.
9. Sindrom ketidakseimbangan dialisa
Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat
diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang
cepat dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan suatu gradien osmotik
diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradien osmotik ini
menyebabkan perpindahan air ke dalam otak yang menyebabkan oedem
serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi pada pasien yang
menjalani hemodialisa pertama dengan azotemia berat.
10. Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu
dimonitor pada pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
11. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler
Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang
tidak adekuat ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.
c. Pre HD
a. Ansietas
b. Defisit pengetahuan
d. Intra HD
a. Kelebihan volume cairan
b. Risiko cedera
c. Resiko Infeksi
e. Post HD
a. Defisit pengetahuan
b. Mual
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A. C. & Hall, J. E., 1997, Buku ajar: Fisiologi kedokteran. Edisi 9. EGC,
Jakarta.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC) 5th Edition. SA: Elsevier Mosby.
Price, S.A & Wilson, L.M. 2005. Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol.2. Jakarta: EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN
mengatakan klien mengalami hal ini sejak 3 bulan yang lalu,dan telah melakukan
penyakit Hipertensi dan obat-obatan yang biasa di konsumsi oleh klien adalah
OAH (Obat anti Hipertensi) Ayah klien memiliki riwayat diabetes militus yang
sudah meninggal sejak 3th yang lalu, pada saat melakukan hemodialysis saat ini
klien mengeluh pusing dan mual muntah.selain itu klien juga merasa
bahwa akhir- akhir ini BAK dengan jumlah yang sedikit,hasil pemeriksaan Lab di
Saat ini klien mengeluh mual sehingga tidak nafsu makan dan juga sering
mengalami muntah ,tubuh klien terlihat lemah dan pucat. Tekanan darah 90/60
Ket :
Laki- laki Klien
Perempuan Ayah klien
1. Sistem Pernafasan
Anamnesa : klien mengeluh nafas terasa sesak dan berkeringat dingin
Hidung
Inspeksi : tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada
secret/ingus, tidak ada pemberian O2 melalui nasal/masker.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada fraktur tulang
nasal
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir pucat, tidak menggunakan alat bantu
nafas ETT
Leher
Inspeksi : bentuk leher normal dan simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada
pembesaran kalenjer tiroid
Faring
Inspeksi : tidak ada kemerahan dan tanda-tanda
infeksi/oedem
Area Dada
Inspeksi : tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan,
pergerakan dada simetris, bentuk dada normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada kelainan pada
dinding thorax.
Perkusi : bunyi paru sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : suara nafas vesikuler
2. Sistem Kardiovaskuler Dan Limfe
Anamnesa : pasien terlihat lemah dengan nadi : 120 x/menit
Wajah
Inspeksi : pucat dan konjungtiva merah muda
Leher
Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Dada
Inspeksi : bentuk dada normal dan simetris
Palpasi : tidak ada pembesaran ictus cordis
Perkusi : adanya bunyi redup pada batas jantung dan tidak
terjadi pelebaran atau pengecilan
Auskultasi : bunyi jantung normal
Ekstermitas atas
Kandung kemih
Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir kering dan pucat
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut,
Lidah
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada tremor dan lesi.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan edema.
Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat pembesaran abdomen (distensi
abdomen), tidak ada luka.
Auakultasi : peristaltic usus
Perkusi : hipertympani
Palpasi
Kuadran I
Hepar tidak terdapat hepatomegali dan nyeri tekan
Kuadran II
Gaster tidak ada nyeri tekan abdomen dan tidak
terdapat distensi abdomen
Kuadran III
Tidak ada massa dan nyeri tekan
Kuadran IV
Tidak ada nyeri tekan pada titik Mc Burney
5. Sistem Muskuloskeletal Dan Integumen
Warna Kulit
Inspeksi: Turgor kulit pasien buruk dan mudah mengelupas
6. Sistem Endokrin dan Eksokrin
Kepala
Inspeksi : Rambut kusam dan terdapat uban ,tidak terlihat
moon face
Leher
Inspeksi : bentuk leher simetris.
Palpasi : tidak ada pembesaran kalenjar tyyroid, dan tidak ada
nyeri tekan.
Ekstremitas bawah
Palpasi : terdapat luka pada ibu jari kaki kiri
7. Sistem Persepsi Sensori
Mata
mata
Penciuman-(hidung)
III.8 Intervensi
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari pemaparan di atas maka dapat di ambil kesimpulan bahwa
Hemodialisis (HD) adalah cara pengobatan / prosedur tindakan untuk
memisahkan darah dari zat-zat sisa / racun yang dilaksanakan dengan
mengalirkan darah melalui membran semipermiabel dimana zat sisa atau
racun ini dialihkan dari darah ke cairan dialisat yang kemudian dibuang,
sedangkan darah kembali ke dalam tubuh sesuai dengan arti dari hemo yang
berarti darah dan dialisis yang berarti memindahkan
2. Saran
Dalam pengambilan keputusan untuk mengadakan atau melakukan
hemodialisis harus benar-benar mempertimbangkan hal-hal yang mungkin
terjadi baik efek dari terapi maupun dari segi finansial. Oleh karena itu, hati-
hatilah dalam mengmbil keputusan mengingat terapi hemodialisis berlangsung
lama sehingga membutuhakn banyak materi dan kesiapan fisik yang baik.