Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HEMODIALISIS

Tugas Keperawatan Medikal Bedah III (KMB)


Dosen Pemimbing : Ika Ainur R, M. Kep., Sp. KMB.

Disusun Oleh Kelompok 1/3D :

1. Dewi Arifah (201701135)


2. Dewi Puspa Darmawan (201701141)
3. Faizzah Dwi Aristiani (201701143)
4. Riska Virnanda (201701146)
5. Sela Tri Cahyani (201701148)
6. Luqmanul Hakim (201701157)
7. Yudianto (201701158)
8. Sri Agustin Hidayati (201701165)
9. Silvia Dwi Kusuma S (201701169)
10. Dhiaulhaq Helmi. I.M (201701172)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI


MOJOKERTO
TAHUN 2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas limpahan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas Keperawatan
Medikal Bedah III : Hemodialisis dengan tepat waktu tanpa halangan apapun.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah III . Dengan dituliskannya makalah ini
diharapkan mahasiswa maupun tenaga kesehatan dapat memahami Makalah
Asuhan Keperawatan pada Hemodialis . Makalah ini tidak akan selesai tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. M. Sajidin, S.Kp., M.Kes Selaku Ketua STIKes Bina Sehat PPNI.
2. Ana Zakiyah, M.Kep Selaku Kepala Prodi Ilmu Keperawatan.
3. Ika Ainur R. M.Kep Sp.KMB Selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan
Medikal Bedah III
4. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak, Ibu serta kelurga
yang telah mendukung, mendorong memberikan fasilitas kepada penulis
sehingga terselesainya makalah ini.
5. Rekan-rekan mahasiswa STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto yang telah
membantu terselesainya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari
semua pihak demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Penulis
berharap semoga Makalah ini dapat memberikan kontribusi yang positif bagi
perkembangan pendidikan khususnya keperawatan. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita, Amin.
Mojokerto, 13 Oktober 2019

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN........................................................7

1.1 Pengertian Hemodialisis.................................................................7

1.2 Tujuan.............................................................................................8

1.3 Indikasi...........................................................................................8

1.4 Kontra indikasi...............................................................................9

1.5 Proses Hemodialisis.......................................................................9

1.6 Perangkat Hemodialisa.................................................................10

1.7 Akses Vascular Pada Hemodialisa...............................................12

1.8 Komplikasi Yang Muncul............................................................14

1.9 Diagnosis Keperawatan Yang Mungkin Muncul.........................15

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................18

2.1 Trigger Case.................................................................................18

2.2 Biodata..........................................................................................18

2.3 Riwayat Kesehatan.......................................................................18

2.4 Pemeriksaan Fisik.........................................................................19

2.5 Pengkajian Persistem....................................................................19

2.6 Analisa Data.................................................................................25

2. Albumin : 2,5mg/dl......................................................................26
3. Bising Usus : 36x/Menit...............................................................26

2.7 Diagnosa Keperawatan.................................................................26

2.8 Intervensi......................................................................................26

BAB III PENUTUP...................................................................................29

BAB I
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

II.1 Pengertian Hemodialisis

Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan


biokimiawi darah yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal, dilakukan
dengan menggunakan mesin hemodialisis. Hemodialisis merupakan salah
satu bentuk terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy/RRT) dan
hanya menggantikan sebagian dari fungsi ekskresi ginjal. Hemodialisis
dilakukan pada penderita PGK stadium V dan pada pasien dengan AKI
(Acute Kidney Injury) yang memerlukan terapi pengganti ginjal. Menurut
prosedur yang dilakukan HD dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: HD
darurat/emergency, HD persiapan/preparative, dan HD kronik/regular
(Daurgirdas et al., 2007).

Menurut Tisher dan Wilcox (1997) hemodialisis didefinisikan sebagai


pergerakan larutan dan air dari darah pasien melewati membran
semipermeabel (dializer) kedalam dialisat. Dializer juga dapat dipergunakan
untuk memindahkan sebagian besar volume cairan. Pemindahan ini
dilakukan melalui ultrafiltrasi dimana tekanan hidrostatik menyebabkan
aliran yang besar dari air plasma (dengan perbandingan sedikit larutan)
melalui membran. Dengan memperbesar jalan masuk pada vaskuler,
antikoagulansi dan produksi dializer yang dapat dipercaya dan efisien,
hemodialisa telah menjadi metode yang dominan dalam pengobatan gagal
ginjal akut dan kronik di Amerika Serikat. (Tisher & Wilcox, 1997)
Hemodialisis memerlukan sebuah mesin dialisa dan sebuah filter
khusus yang dinamakan dializer (suatu membran semipermeabel) yang
digunakan untuk membersihkan darah, darah dikeluarkan dari tubuh
penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh. Hemodialisa
memerlukan jalan masuk ke aliran darah, maka dibuat suatu hubungan
buatan antara arteri dan vena (fistula arteriovenosa) melalui pembedahan.
(NKF, 2006)
I.1 Tujuan

Menurut Havens dan Terra (2005) tujuan dari pengobatan hemodialisa antara
lain :
1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu
membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum,
kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
2. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan
tubuh yang seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
3. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita
penurunan fungsi ginjal.
4. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program
pengobatan yang lain.

I.2 Indikasi

Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien penyakit ginjal kronik


dan penyakit ginjal akut untuk sementara sampai fungsi ginjalnya pulih.
Pasien-pasien tersebut dinyatakan memerlukan hemodialisa apabila terdapat
indikasi:
1. Hiperkalemia (K > 6 mEq/l)
2. Asidosis
3. kegagalan terapi konservatif
4. Kadar ureum/kreatinin tinggi dalam darah
5. Kelebihan cairan.
6. Perikarditis dan konfusi yang berat.
7. Hiperkalsemia dan hipertensi.
Indikator biokimiawi yang memerlukan tindakan hemodialisa
1. Peningkatan BUN > 20-30 mg%/hari
2. Serum kreatinin > 2 mg%/hari
3. Hiperkalemia
4. Overload cairan yang parah
5. Odem pulmo akut yang tidak berespon dengan terapi medis
Pada CRF:
1. BUN > 200 mg%
2. Creatinin > 8 mg%
3. Hiperkalemia
4. Asidosis metabolik yang parah
5. Uremic encepalopati
6. Overload cairan
7. Hb: < 8 gr% – 9 gr% siap-siap tranfusi
I.3 Kontra indikasi

- Menurut Thiser dan Wilcox (1997) kontra indikasi dari hemodialisa


adalah hipotensi yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium
terminal, dan sindrom otak organik.
- Sedangkan menurut PERNEFRI (2003) kontra indikasi dari hemodialisa
adalah tidak mungkin didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa, akses
vaskuler sulit, instabilitas hemodinamik dan koagulasi.
- Kontra indikasi hemodialisa yang lain diantaranya adalah penyakit
alzheimer, demensia multi infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut
dengan ensefalopati dan keganasan lanjut.

II.2 Proses Hemodialisis


Ada tiga prinsip yang mendasari cara kerja hemodialisis, yaitu:

a. Difusi
Toksik dan limbah di dalam darah dialihkan melalui proses difusi.
Melalui cara bergeraknya darah yang berkosentrasi tinggi ke cairan
dialisat yang berkonsentrasi lebih rendah. Cairan dialisat tersusun dari
elektrolit yang penting dengan konsentrasi ekstrasel yang ideal. Kadar
elektrolit darah dapat dikendalikan dengan mengatur rendaman dialisat
secara tepat.
b. Osmosis
Air yang berlebih dikeluarkan melalui proses osmosis. Keluarnya air
dapat diatur dengan menciptakan gradien tekanan. Air bergerak dari
tekanan yang lebih tinggi (tubuh) ke tekanan yang lebih rendah (cairan
dialisat).
c. Ultrafiltrasi
Peningkatan gradien tekanan dengan penambahan tekanan negatif yang
biasa disebut ultrafiltrasi pada mesin dialysis. Tekanan negatif
diterapkan pada alat ini. Untuk meningkatkan kekuatan penghisap pada
membrane dan memfasilitasi pengeluaran air. Kekuatan ini diperlukan
hingga mencapai isovolemia (keseimbangan cairan).

I.4 Perangkat Hemodialisa

1. Dialiser atau Ginjal Buatan


Komponen ini terdiri dari membran dialiser yang memisahkan
kompartemen darah dan dialisat. Dialiser bervariasi dalam ukuran, struktur
fisik dan tipe membran yang digunakan untuk membentuk kompartemen
darah. Semua factor ini menentukan potensi efisiensi dialiser, yang
mengacu pada kemampuannya untuk membuang air (ultrafiltrasi) dan
produk-produk sisa (klirens).
2. Dialisat atau Cairan dialysis
Dialisat atau “bath” adalah cairan yang terdiri atas air dan elektrolit
utama dari serum normal. Dialisat ini dibuat dalam system bersih dengan
air keran dan bahan kimia disaring. Bukan merupakan system yang steril,
karena bakteri terlalu besar untuk melewati membran dan potensial
terjadinya infeksi pada pasien minimal. Karena bakteri dari produk
sampingan dapat menyebabkan reaksi pirogenik, khususnya pada
membran permeable yang besar, air untuk dialisat harus aman secara
bakteriologis. Konsentrat dialisat biasanya disediakan oleh pabrik
komersial. Bath standar umumnya digunakan pada unit kronis, namun
dapat dibuat variasinya untuk memenuhi kebutuhan pasien tertentu.

3. Sistem Pemberian Dialisat


Unit pemberian tunggal memberikan dialisat untuk satu pasien: system
pemberian multiple dapat memasok sedikitnya untuk 20 unit pasien. Pada
kedua system, suatu alat pembagian proporsi otomatis dan alat pengukur
serta pemantau menjamin dengan tepat kontrol rasio konsentrat-air.
4. Asesori Peralatan
Piranti keras yang digunakan pada kebanyakan system dialysis meliputi
pompa darah, pompa infus untuk pemberian heparin, alat monitor untuk
pendeteksi suhu tubuh bila terjadi ketidakamanan, konsentrasi dialisat,
perubahan tekanan, udaara, dan kebocoran darah.
5. Blood Line (BL): selang yang mengalirkan darah dari tubuh ke
dializer dan kembali ke tubuh. Mempunyai 2 fungsi :
a. untuk mengeluarkan dan menampung cairan serta sisa-sisa
metablolisme.
b. untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama dialysis.
6. Fistula Needles. Fistula Needles atau jarum fistula sering disebut sebagai
Arteri Vena Fistula (AV Fistula) merupakan jarum yang ditusukkan ke
tubuh pasien PGK yang akan menjalani hemodialisa. Jarum fistula
mempunyai dua warna yaitu warna merah untuk bagian arteri dan biru
untuk bagian vena.
Alat-alat kesehatan:
1. Tempat tidur fungsional
2. Timbangan BB
3. Pengukur TB
4. Stetoskop
5. Termometer
6. Peralatan EKG
7. Set O2 lengkap
8. Suction set
9. Meja tindakan.

Obat-obatan dan cairan:


1. Obat-obatan hemodialisa: heparin, frotamin, lidocain untuk anestesi.
2. Cairan infuse: NaCl 0,9%, Dex 5% dan Dex 10%.
3. Dialisat
4. Desinfektan : alcohol 70%, Betadin, Sodium hypochlorite 5%
5. Obat-obatan emergency
I.5 Akses Vascular Pada Hemodialisa

Untuk melakukan dialisa intermitten diperlukan jalan masuk vascular yang


adekuat. Darah harus keluar masuk dengan kecepatan 200-400 ml/detik.
Teknik-teknik akses vascular utama pada hemodialisa :
a. Eksternal (sementara)
Percutaneus : subclavia, femoralis, vena jugularis
AV Shunt Scribner
b. Internal (permanen)
Fistula AV/Cimino
Cangkokan AV/AV Graft : Autograf, Hemograf, Heterograf.
Umur rata-rata kateter vena subklavia 4 minggu, kateter vena femoralis 1-2
hari. Fistula AV 4 tahun.

1. Arteriovenous Fistula
VF dibuat dengan cara menyambung sisi arteri dengan ujung dari vena
yang dipotong atau dengan tehnik end to side.

2. Arteriouvenous Graft
AVG dibuat apabila operasi pembuatan AVF sudah tidak mungkin
dilakukan lagi. Pembuatan AVG dilakukan dengan cara menyambung
antara arteri dan vena yang dihubungkan dengan saluran sintetis yang
terbuat dari bahan Litetrafluoroetilena (PTFE) atau turunannya yaitu PTFE
(ePTFE). Sedangkan untuk polyurethaneurea (PUU) jarang digunakan.
Komplikasi dari akses arteriovenous yang sering muncul adalah stenosis,
trombosis, iskemik bagian distal, anurisma, kematian jaringan, gagal
jantung dan infeksi (Reddy & Cheung, 2009).
3. Double lumen atau temporary catheters
Kateter sementara ini dipasang pada pasien di vena jugularis, vena
femoralis atau vena subklaivia. Komplikasi yang sangat sering terjadi pada
pemasangan kateter ini adalah infeksi.
Komplikasi akses vascular
1. kateter vena femoralis dan vena subklavia
laserasi, perdarahan, trombosis, emboli, hematoma, infeksi,
pneumotoraks(pd v.subklavia)
2. Fistula AV dan cangkokan AV
Nyeri, aneurisma, trombosis, kesulitan hemostatis postdialisis dan iskemia
tangan.

I.6 Komplikasi Yang Muncul

1. Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat,
rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati
otonomik, dan kelebihan tambahan berat cairan.
2. Mual dan muntah
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang
disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai
dengan sakit kepala.
3. Demam disertai menggigil
Penyebab: reaksi fibrogen, reaksi transfuse, kontaminasi bakteri pada
sirkulasi darah.
4. Nyeri dada
Dapat terjadi karena pCO2 menurun bersamaan dengan terjadinya
sirkulasi darah diluar tubuh.
5. Gatal-gatal
Penyebab: jadwal dialysis yang tidak teratur, sedang.sesudah transfuse
kulit kering.
6. Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat
dinilai dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama
hemodialisa juga merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan.
7. Kram otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya
hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot
seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan
volume yang tinggi. penarikan cairan dibawah BB standar. Penarikan
cairan terlalu cepat (UFR meningkat) cairan dialisat dengan Na rendah BB
naik > 1kg. Posisi tidur berubah terlalu cepat.
8. Aritmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa,
penurunan kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat
berpengaruh terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.
9. Sindrom ketidakseimbangan dialisa
Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat
diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang
cepat dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan suatu gradien osmotik
diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradien osmotik ini
menyebabkan perpindahan air ke dalam otak yang menyebabkan oedem
serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi pada pasien yang
menjalani hemodialisa pertama dengan azotemia berat.
10. Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu
dimonitor pada pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
11. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler
Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang
tidak adekuat ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.

I.7 Diagnosis Keperawatan Yang Mungkin Muncul

c. Pre HD
a. Ansietas
b. Defisit pengetahuan
d. Intra HD
a. Kelebihan volume cairan
b. Risiko cedera
c. Resiko Infeksi
e. Post HD
a. Defisit pengetahuan
b. Mual
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., Wagner, C.M., 2013.


Nursing Interventions Classification (NIC) 6th Edition.USA: Elsevier
Mosby.

Guyton, A. C. & Hall, J. E., 1997, Buku ajar: Fisiologi kedokteran. Edisi 9. EGC,
Jakarta.

Herdman, T. H., Kamitsuru, S. 2015. NANDA International Nursing Diagnoses:


Definition & Classification 2015-2017. Oxford: Wiley Blakwell.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC) 5th Edition. SA: Elsevier Mosby.

NKF. 2001. Guidelines for hemodialysis adequacy. Available on


:http://www.nkf.com.

Pellico, L. H. 2009. Medical-Surgical Nursing made Incredibly Easy! New


Haven: Lippincott Williams & Wilkins.

Perhimpunan Nefrologi Indonesia. 2012. Naskah Lengkap Workshop &


Simposium Nasional Peningkatan Pelayanan Hemodialisa, Penyakit
Ginjal dan Aplikasi Indonesian Renal Registry Joglosemar. Yogyakarta:
PERNEFRI.

Price, S.A & Wilson, L.M. 2005. Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol.2. Jakarta: EGC.

Smeltzer, C. S. & Bare, G. B. 2008. Brunner & Suddarth’s Texbook of Medical-


Surgical Nursing11th Edition. Philadelpia: Lippincot Williams &
Wilkins.

Tanagho, E. A. & McAninch, J. W. 2008. Smith’s General Urology17th Edition.


California: McGraw-Hill.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

III.1 Trigger Case


Ny.g berumur 45 tahun masuk kerumah sakit RS.Institusi Bina Sehat, karena

penyakit Gagal Ginjal Kronis (GGK) yang di alaminya diawali,Keluarga klien

mengatakan klien mengalami hal ini sejak 3 bulan yang lalu,dan telah melakukan

hemodialisis yang ke 6.Keluarga juga mengatakan klien mempunyai riwayat

penyakit Hipertensi dan obat-obatan yang biasa di konsumsi oleh klien adalah

OAH (Obat anti Hipertensi) Ayah klien memiliki riwayat diabetes militus yang

sudah meninggal sejak 3th yang lalu, pada saat melakukan hemodialysis saat ini

klien mengeluh pusing dan mual muntah.selain itu klien juga merasa

lemas,pandangan kabur,berkeringat dingin dan nafas sesak,klien mengatakan

bahwa akhir- akhir ini BAK dengan jumlah yang sedikit,hasil pemeriksaan Lab di

dapatkan Ureum : 380mg/dl,Kreatinin 15,dan Hb : 10mg/dl, SGOT: 19,SGPT: 30.

Saat ini klien mengeluh mual sehingga tidak nafsu makan dan juga sering

mengalami muntah ,tubuh klien terlihat lemah dan pucat. Tekanan darah 90/60

mmhg Nadi :120x/Menit Suhu: 38ºC RR:27x/Menit dari hasil penimbangan BB

klien mengalami penurunan dari sebelum hemodialisa BB 63kg sedangkan pada

saat Hemodialisa BB 55kg.


III.2 Biodata
Nama : Ny.g
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin :P
Suku / Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : Ds. Mutiara , Jombang
No. Register : 23451
Tgl MRS : 09 Oktober 2019
Tgl Pengkajian : 10 Oktober 2019
Diagnosa Medis : CKD on HD

III.3 Riwayat Kesehatan


1. Keluhan utama :
Klien mengeluh pusing dan mual muntah
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien durante HD saat ini selain mengeluh pusing, mual dan muntah,
klien juga merasa lemas, pandangan kabur berkeringat dingin dan
nafas terasa sesak.
3. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Klien memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol klien
mengalami GGK sejak 3 bulan yang lalu dan telah melakukan
hemodialisis yang ke 6
Obat-obatan yang biasa di konsumsi oleh klien adalah Obat anti
hipertensi (OAH)
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan ayah klien memiliki riwayat DM dan sudah
meninggal 3 tahun yang lalu
Genogram

Ket :
Laki- laki Klien
Perempuan Ayah klien

5. Riwayat Kesehatan Lingkungan


Lingkungan tempat tinggal klien cukup terjaga kebersihannya

III.4 Pemeriksaan Fisik


- TD : 90/60 mmHg
- Nadi : 120 x/menit
- Suhu : 38° C
- RR : 27 kali/menit
- BB : 55 kg (saat hemodialisa)
: 63 kg (sebelum hemodialisa)
- TB : 155 cm
III.5 Pengkajian Persistem

1. Sistem Pernafasan
Anamnesa : klien mengeluh nafas terasa sesak dan berkeringat dingin
Hidung
 Inspeksi : tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada
secret/ingus, tidak ada pemberian O2 melalui nasal/masker.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada fraktur tulang
nasal
Mulut
 Inspeksi : mukosa bibir pucat, tidak menggunakan alat bantu
nafas ETT
Leher
 Inspeksi : bentuk leher normal dan simetris
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada
pembesaran kalenjer tiroid
Faring
 Inspeksi : tidak ada kemerahan dan tanda-tanda
infeksi/oedem
Area Dada
 Inspeksi : tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan,
pergerakan dada simetris, bentuk dada normal.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada kelainan pada
dinding thorax.
 Perkusi : bunyi paru sonor pada seluruh lapang paru.
 Auskultasi : suara nafas vesikuler
2. Sistem Kardiovaskuler Dan Limfe 
Anamnesa : pasien terlihat lemah dengan nadi : 120 x/menit
Wajah
 Inspeksi : pucat dan konjungtiva merah muda
Leher
 Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Dada
 Inspeksi : bentuk dada normal dan simetris
 Palpasi : tidak ada pembesaran ictus cordis
 Perkusi : adanya bunyi redup pada batas jantung dan tidak
terjadi pelebaran atau pengecilan
 Auskultasi : bunyi jantung normal
Ekstermitas atas

 Inspeksi : perfusi merah, tidak ada sianosis dan clubbing


finger
 Palpasi : suhu akral hangat
Ekstermitas bawah
 Inspeksi : perfusi merah, tidak ada sianosis dan clubbing
finger
 Palpasi : suhu akral hangat
3. Sistem Persyarafan
Anamnesa: klien mengeluh pusing
Pemeriksaan nervus
 Nervus I olfaktorius (pembau)
Klien bisa membedakan aroma saat di beri minyak wangi dan
minyak kayu putih.
 Nervus II opticus (penglihatan)
Pasien tidak bisa membaca tulisan dalam batas normal.
Ketajaman penglihatan : penglihatan pasien kabur
 Nervus III oculomotorius
Pasien dapat menggerakkan bola mata kesegala arah.
 Nervus IV toklearis
Ukuran pupil normal, tidak ada perdarahan pupil.
 Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah)
Bisa merasakan tusukan jarum tajam dan tumpul pada wajah.
 Nervus VI abdusen
Bola mata simetris
 Nervus VII facialis
Klien dapat membedakan rasa asin dan manis dengan
mata tertutup, bentuk wajah simetris
 Nervus VIII auditorius/akustikus
Fungsi pendengaran baik  
 Nervus IX glosoparingeal
Reflek menelan klien baik dan dapat membedakan rasa pahit
 Nervus X vagus
Uvula klien simetris terlihat ketika klien membuka mulut dan
berkata“ah”.
 Nervus XI aksesorius
Klien tidak kesulitan untuk mengangkat bahu
 Nervus XII hypoglosal/hipoglosum
Bentuk lidah simetris, klien mampu menjulurkan lidah dan
menggerakkannya ke segala arah
Reflek fisiologi :-
Reflek Patologis :-
Pemeriksaan rangsangan selaput otak : -
Tingkat Kesadaran : Compos mentis
GCS : Eye: 5 Motorik : 6 Verbal : 5 Total : 15
3. Sistem Perkemihan-Eliminasi Uri

Anamnesa : Klien mengalami oliguri(jumlah urine 600 ml/24 jam)


Perempuan:
Genetalia eksterna
 Inspeksi : tidak odema, kemerahan dan tidak ada tanda-
tanda infeksi
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Kandung kemih

 Inspeksi : tidak ada benjolan, dan pembesaran


 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Ginjal :
 Inspeksi : tidak ada pembesaran daerah pinggang
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
 Perkusi : tidak ada nyeri ketok.
4. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi
Anamnesa :
Pasien mengeluh mual dan muntah , konstipasi, terjadi penurunan
berat badan dan BB kering di bawah rata- rata

Mulut
 Inspeksi : Mukosa bibir kering dan pucat
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut,
Lidah
 Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada tremor dan lesi.
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan edema.
Abdomen
 Inspeksi : tidak terdapat pembesaran abdomen (distensi
abdomen), tidak ada luka.
 Auakultasi : peristaltic usus
 Perkusi : hipertympani
 Palpasi
Kuadran I
Hepar tidak terdapat hepatomegali dan nyeri tekan
Kuadran II
Gaster tidak ada nyeri tekan abdomen dan tidak
terdapat distensi abdomen
Kuadran III
Tidak ada massa dan nyeri tekan
Kuadran IV
Tidak ada nyeri tekan pada titik Mc Burney
5. Sistem Muskuloskeletal Dan Integumen

Warna Kulit
 Inspeksi: Turgor kulit pasien buruk dan mudah mengelupas
6. Sistem Endokrin dan Eksokrin

Kepala
 Inspeksi : Rambut kusam dan terdapat uban ,tidak terlihat
moon face
Leher
 Inspeksi : bentuk leher simetris.
 Palpasi : tidak ada pembesaran kalenjar tyyroid, dan tidak ada
nyeri tekan.
Ekstremitas bawah
 Palpasi : terdapat luka pada ibu jari kaki kiri
7. Sistem Persepsi Sensori

Anamnesa : klien mengeluh pandangan kabur

Mata

 Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada katarak

 Palpasi : tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan kelopak

mata

Penciuman-(hidung)

 Palpasi : tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri tekan

III.6 Analisa Data


Data Etiologi Masalah
Keperawatan
Data Subjektif : Kerusakan pada ginjal Kelebihan
1. Pasien mengatakan merasa
↓ Volume Cairan
bengkak pada seluruh
Proses filtasi tidak
tubuh
efektif
2. Pasien mengeluh sesak

3. Pasien mengatakan BAK
Zat – zat metabolisme
hanya sedikit
ikut terbawa ke aliran
4. Pasien Mengatakan
darah
sering minum

Data Objektif :
1. Pasien tampak Edema Edema
Anasarka. ↓
2. Hb : 10gr/dl Kelebihan Volume
3. Pasien nampak gelisah cairan
4. Jumlah Urin 50cc/24 Jam
(Oliguri)

Data Subjektif : Terapi Hemodialisis Ketidak


1. Pasien mengatakan tidak ↓ seimbangan
nafsu makan Kram perut nutrisi kurang
2. Pasien mengatakan ↓ dari kebutuhan
mual,muntah dan lemas. Mual Muntah tubuh b/d Ketidak
Data Objektif : ↓ mampuan
1. Penurunan BB Nutrisi kurang dari mengabsobsi
- 55 Kg (saat Kebutuhan tubuh nutrient.
hemodialisa)
- 63 kg (sebelum
hemodialisa)
2. Albumin : 2,5mg/dl
3. Bising Usus : 36x/Menit
III.7 Diagnosa Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme regulasi.

2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Ketidak

mampuan mengabsorbsi nutrient.

III.8 Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria


Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Kelebihan volume Setelah silakukan asuhan NIC
cairan b/d
keperawatan selama Fluid management
Gangguan
mekanisme regulasi. 2x24 jam diharapkan - Timbang
masalah kelebihan popok/pembalut jika
cairan teratasi dengan diperlukan
NOC : - Pertahankan catatan
a) Electrolit and acid base
intake dan output yang
balance
b) Fluid balance akurat
c) Hydration
- Monitor indikasi retensi
Kriteria Hasil :
/ kelebihan cairan
1. Terbebas dari edema,
(edema, asites)
efusi, anaskara
- Kaji lokasi dan luas
2. Bunyi nafas bersih,
edema
tidak ada
dyspneu/ortopneu
Fluid Monitoring
3. Terbebas dari
- Tentukan riwayat
kelelahan, kecemasan
jumlah dan tipe intake
atau kebingungan
cairan dan eliminasi
4. Menjelaskan indikator
- Tentukan kemungkinan
kelebihan cairan
faktor resiko dari
ketidak seimbangan
cairan (Hipertermia,
terapi diuretik, kelainan
renal, gagal jantung,
diaporesis, disfungsi
hati, dll )
- Monitor berat badan
- Monitor serum dan
elektrolit urine
- Monitor adanya eodem
perifer dan penambahan
BB
- Monitor tanda dan
gejala dari odema
2 Ketidak Setelah silakukan asuhan NIC
seimbangan nutrisi keperawatan selama Nutrition
kurang dari
2x24 jam diharapkan Management
kebutuhan tubuh
b/d Ketidak masalah nutrisi kurang - Kaji adanya alergi
mampuan dari kebutuhan dapat makanan
mengabsobsi
teratasi dengan - Kolaborasi dengan ahli
nutrient.
NOC : gizi untuk menentukan
a) Nutritional Status : food
jumlah kalori dan
and Fluid Intake Krit
Kriteria Hasil : nutrisi yang dibutuhkan
1. Adanya peningkatan
pasien.
berat badan sesuai
- Yakinkan diet yang
dengan tujuan
dimakan mengandung
2. Berat badan ideal
tinggi serat untuk
sesuai dengan tinggi
mencegah konstipasi.
badan
- Monitor jumlah nutrisi
3. Mampu
dan kandungan kalori
mengidentifikasi
- Berikan informasi
kebutuhan nutrisi
tentang kebutuhan
4. Tidak ada tanda tanda
nutrisi
malnutrisi
5. Tidak terjadi
penurunan berat badan Nutrition

yang berarti. Monitoring


- BB pasien dalam batas
normal
- Monitor adanya
penurunan berat badan
- Monitor mual dan
muntah
- Monitor kadar albumin.
- Monitor kalori dan
intake nuntrisi
- Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet.
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari pemaparan di atas maka dapat di ambil kesimpulan bahwa
Hemodialisis (HD) adalah cara pengobatan / prosedur tindakan untuk
memisahkan darah dari zat-zat sisa / racun yang dilaksanakan dengan
mengalirkan darah melalui membran semipermiabel dimana zat sisa atau
racun ini dialihkan dari darah ke cairan dialisat yang kemudian dibuang,
sedangkan darah kembali ke dalam tubuh sesuai dengan arti dari hemo yang
berarti darah dan dialisis yang berarti memindahkan

2. Saran
Dalam pengambilan keputusan untuk mengadakan atau melakukan
hemodialisis harus benar-benar mempertimbangkan hal-hal yang mungkin
terjadi baik efek dari terapi maupun dari segi finansial. Oleh karena itu, hati-
hatilah dalam mengmbil keputusan mengingat terapi hemodialisis berlangsung
lama sehingga membutuhakn banyak materi dan kesiapan fisik yang baik.

Anda mungkin juga menyukai