Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN RESILIENSI DENGAN TINGKAT STRESS KELUARGA

SEBAGAI CAREGIVER PASIEN STROKE YANG MENGALAMI


HEMIPLEGI DI RSUD PROF DR SOEKANDAR MOJOSARI KABUPATEN
MOJOKERTO

OLEH :
SRI AGUSTIN HIDAYATI
NIM : 201701165
 
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2021
• Apakah ada hubungan resiliensi dengan tingkat stress keluarga
sebagai caregiver pasien stroke yang mengalami hemiplegi di RSUD
Prof Dr Soekandar Mojosari Kabupaten Mojokerto?
Rumusan
Masalah

• Tujuan Umum
• Tujuan Khusus
• Mengidentifikasi resiliensi keluarga pasien stroke
• Mengidentifikasi tingkat stres keluarga sebagai caregiver pasien
Tujuan stroke yang mengalami hemiplegi.
• Menganalisis hubungan resiliensi dengan tingkat stres keluarga
Penelitian sebagai caregiver pasien stroke yang mengalami hemiplegi
KERANGKA KONSEP
KERANGKA KERJA
PENELITIAN
1. Kuesioner WFRQ (Walsh
Family Resilience
Questionnaire) untuk
mengukur resiliensi
sejumlah 31 pernyataan
2. Kuisioner Kingston Caregiver
Stres Scale skala stres untuk
mengukur tingkat stres
keluarga sebagai caregiver
pasien stroke yang
mengalami hemiplegi Pengolahan Data:
sejumlah 10 pernyataan 1. Editing
2. Coding
3. Scoring
4. Tabulating

Analisa Data:
Uji Spearman Rho
HASIL PENELITIAN

Hampir seluruh responden merawat pasien


stroke selama < 6 bulan, yaitu 18 orang
(90%)

Hampir seluruh responden berpendidikan


SMA, yaitu 16 orang (80%)

Sebagian besar responden tidak bekerja


yaitu 15 orang (75%)
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Resiliensi Keluarga Pasien
Stroke di RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojosari Kabupaten Mojokerto pada tanggal 1
Juni-15 Juli 2021
Resiliensi Frekuensi Persentase (%)
Tinggi 3 15,0
Sedang 17 85,0
Rendah 0 0
Jumlah 20 100

Tabel 4. 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Stress Keluarga


sebagai Caregiver Pasien Stroke di RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojosari Kabupaten
Mojokerto pada tanggal 1 Juni-15 Juli 2021
Tingkat Stress Frekuensi Persentase (%)
Tinggi 0 0
Sedang 15 75,0
Rendah 5 25,0
Jumlah 20 100
Tabel 4. 6 Tabulasi Silang Hubungan Resiliensi Dengan Tingkat Stres Keluarga
Sebagai Caregiver Pasien Stroke Yang Mengalami Hemiplegi Di RSUD Prof. Dr.
Soekandar Mojosari Kabupaten Mojokerto pada tanggal 1 Juni-15 Juli 2021
Resiliensi Tingkat Stress Keluarga Total
Tinggi Sedang Rendah
F % F % F % F %
Tinggi 0 0 0 0 3 100 3 100
Sedang 0 0 15 88,2 2 11,2 17 100
Rendah 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 0 0 15 75,0 5 25,0 20 100

Hasil analisa Uji Spearman Rho didapatkan p value sebesar 0,000 kurang dari α (0,05)
dan coefficient correlation sebesar 0,728 dengan tanda negatif sehingga ada hubungan
kuat yang negatif antara resiliensi dengan tingkat stress keluarga sebagai caregiver
pada pasien stroke yang mengalami hempilegi di RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojosari
Kabupaten Mojokerto yang artinya semakin tinggi resiliensi maka tingkat stress akan
semakin rendah
Responden yang mempunyai resiliensi tinggi
karena keluarga baru merawat pasien stroke,
cenderung < 6 bulan sehingga belum
merasakan kejenuhan merawat keluarga
yang sakit dalam jangka waktu yang lebih
panjang, apalagi jika anggota keluarga saling
membantu dan mendukung untuk merawat
keluarga yang stroke
Responden yang mempunyai resiliensi sedang karena pada
beberapa faktor, kelurga kurang saling mendukung terutama
dalam hal perekonomian. Pada saat menderita, keluarga tidak
memiliki bimbingan yang kuat dari orang tua / anggota keluarga
yang bertanggung jawab yang memberikan bantuan,
pertolongan, dan perlindungan, karena tidak semua orang
bersedia mengeluarkan biaya besar untuk memberikan bantuan
pada keluarga yang merawat pasien stroke
Keluarga yang mengalami stress sedang karena
merawat pasien stroke dengan hempilegi
membutuhkan kesabaran dan pengorbanan dalam
waktu yang lama sehingga seringkali menimbulkan
tekanan bagi keluarga. Hal ini dapat disebabkan
karena keluarga yang merawat merasa terbebani,
terlalu sibuk, dan atau terlalu banyak beban kerja
yang banyak terjadi pada keluarga yang bekerja
sehingga merasa terbebani antara pekerjaan dan
harus merawat keluarganya yang mengalami
stroke
Keluarga yang mengalami stress rendah karena
mendapatkan banyak dukungan dari anggota
keluarga lain sehingga tidak merasa terbebani
sendiri dalam merawat pasien stroke. Keluarga
menyadari perubahan dalam kehidupan sosial
karena sebelum merawat anggota keluarga yang
mengalami stroke, keluarga masih dengan mudah
bersosialisasi dengan lingkungan, akan tetapi
dengan adanya pasien stroke di rumah, maka
frekuensi untuk bersosialisasi dengan lingkungan
juga akan berubah karena waktu yang dibutuhkan
untuk perawatan pasien stroke lebih banyak
Keluarga dengan resiliensi yang tinggi cenderung mengalami stress yang
lebih rendah karena keluarga mampu bertahan dengan kondisi
perawatan pasien stroke yang sulit dan membutuhkan kesabaran. Hal ini
disebabkan karena keluarga saling mendukung satu sama lain dan saling
menguatkan tidak hanya dari kata-kata akan tetapi dalam bentuk
perbuatan. Bantuan keluarga lain dalam merawat pasien stroke, baik fisik
maupun finansial akan semakin memperkuat resiliensi keluarga sehingga
beban yang dirasakan tidak berat dan tekanan yang dialami juga lebih
rendah.

Keluarga dengan resiliensi sedang cenderung mengalami stress sedang


karena ketahanan keluarganya juga tidak sekuat keluarga dengan resiliensi
tinggi yang mampu menghadapi kesulitan secara bersama-sama. Hal ini
terjadi apabila perawatan dibebankan pada salah satu anggota keluarga
sehingga merasa kurangnya bantuan dari keluarga lain yang
menyebabkan timbulnya perasaaan terjebak dalam tanggung jawab dan
konflik psikologis dalam diri salah satu anggota keluarga yang ditugaskan
merawat pasien stroke
Keluarga dengan resiliensi sedang tetapi
mengalami stress rendah dapat disebakan
karena adanya faktor lain yang
mempengaruhi stress seperti kemampuan
koping individu yang merawat lebih baik
sehingga tidak merasakan beban meskipun
merawat pasien stroke, apalagi jika pasien
adalah orang yang sangat disayangi sehingga
dapat merawat dengan sepenuh hati,
meskipun kurang mendapatkan dukungan
dari keluarga yang lain.
SIMPULAN

1. Resiliensi keluarga pasien stroke yang mengalami hempilegi di RSUD Prof.


Dr. Soekandar Mojosari Kabupaten Mojokerto sebagian besar tinggi.
2. Tingkat stress keluarga pasien stroke yang mengalami hempilegi di RSUD
Prof. Dr. Soekandar Mojosari Kabupaten Mojokerto hampir seluruhnya
rendah.
3. Terdapat hubungan kuat yang negatif antara resiliensi dengan tingkat
stress keluarga sebagai caregiver pada pasien stroke yang mengalami
hempilegi di RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojosari Kabupaten Mojokerto
yang artinya semakin tinggi resiliensi maka tingkat stress akan semakin
rendah.
SARAN
Bagi Keluarga
Keluarga diharapkan untuk memperkuat resiliensi dengan saling mendukung antar anggota
keluarga dan menurunkan stres dengan melakukan relaksasi bersama keluarga agar dapat
menjalankan perannya sebagai caregiver dengan baik

Bagi Pasien Stroke


Pasien stroke diharapkan untuk berjuang melawan penyakitnya dengan berlatih melakukan
mobilitas fisik secara bertahap, melakukan rehabilitasi medik, sehingga tidak memberikan
beban yang berat bagi keluarganya

Bagi Perawat
Melakukan tindak lanjut untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga sebagai
caregiver tentang cara melakukan relaksasi bersama keluargga untuk menurunkan stress.

Bagi Rumah Sakit


Memberikan psikoterapi pada keluarga dan pasien yang berhubungan dengan kasus stroke
terutama tentang cara meningkatkan resiliensi keluarga agar tidak mengalami stres dalam
menjalankan perannya sebaga caregiver pasien stroke.

Bagi Peneliti Selanjutnya


Melakukan penelitian dengan memberikan edukasi dengan model telehealth tentang
psikoterapi sebagai upaya penurunan stress keluarga pasien stroke yang mengalami hempilegi.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai