Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TN.

J
DENGAN DIAGNOSA HIPERTENSI DI DESA KALASEY II JAGA 1
KESEHATANMANDOLANG DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS TATELI

Dosen Pembimbing :

Jane A Kolompoy, SKM, M.Kes

Disusun oleh:

Angellyna Putri Pesondolang

NIM: 7114 3011 7008

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO

PRODI D-IVKEPERAWATAN

SEMESTER VI/ TINGKAT III

T.A 2020
LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR LANSIA

A. Definisi

Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan
terjadi suatu proses yang disebut Aging Process. Ilmu yang mempelajari fenomena penuaan
meliputi proses menua dan degenerasi sel termasuk masalah-masalah yang ditemui dan
harapan lansia disebut gerontology (Cunningham & Brookbank, 1988).

Pengertian lain mengatakan bahwa gerontology adalah ilmu yang mempelajari ,


membahas, meneliti segala bidang yang terkait dengan lanjut usia, bukan saja mengenai
kesehatan namun juga mencakup soal kesejahteraan, pemukiman, lingkungan hidup,
pendidikan, perundang-undangan dan sebagainya( Yosaputra, 1987).
Gerontology berasal dari kata Geron/Geronto ( bahasa yunani) yang berarti orangtua dan
logos = ilmu. Sedangkan Geriartri merupakan bagian dari ilmu kedokteran untuk orang lanjut
usia. Geriartri berasal dari kata Geros yang berarti lanjut usia dan eatriea = kesehatan.
Yosaputra (1987) mendefinisikan Geriatri sebagai ilmu yang mempelajari, membahas,
meneliti proses menua dan segala macam penyakit jasmani dan rohani yang mungkin
mengenai manusia lanjut usia, serta bagaimana cara mencegah dan mengobatinya. Geriatri
juga bisa diartikan sebagai cabang dari ilmu kedokteran yang mempelajari aspek-aspek
klinis, preventif maupun terapeutik bagi klien lanjut usia.
Keperawatan gerontik didefinisikan sebagai ilmu yang membahas fenomena biologis,
psiko dan sosial serta dampaknya terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan
penekanan pada upaya prevensi dan promosi kesehatan sehingga tercapai status kesehatan
yang optimal bagi lanjut usia. Aplikasi secara praktis Keperawatan gerontik adalah dengan
menggunakan proses keperawatan (pengkajian, diagnosa keperawatan,perencanaan,
implementasi dan evaluasi).

B. Batasan-batasan Lansia
WHO mengelompokkan lansia menjadi 4 kelompok yang meliputi :
1. Midle age (usia pertengahan) yaitu kelompok usia 45-59 tahun
2. Elderly, antara 60-74 tahun
3. Old, antara 75-90 tahun
4. Very old, lebih dari 90 tahun
Sedangkan menurut Undang-undang No. 4 Tahun 1965 pasal 1, merumuskan bahwa
seseorang dapat dinyatakan sebagai orang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan
mencapai umur 55 tahun, tidak memupunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menrima nafkah dari orang lain.
C. Mitos Terhadap Lansia
1. Kedamaian dan Ketenangan
2. Mitos: Santai, menikmati hasil kerja
3. Kenyataan : Sering stress karena kesulitan biayandan keluhan-keluhan lain karena
menderita penyakit misal; depresi, kekhawatiran, paranoid, masalah psikotik.
4. Konservatif dan kemunduran
5. Mitos: Pandangan bahwa lansia pada umumnya;
a. Konservatif
6. Tidak kreatif
7. Menolak inovasi
8. Berorientasi ke masa silam
9. Merindukan masa lalu
10.Kembali ke masa kanak-kanak
11.Susah untuk berubah
12. Keras kepala
13.Cerewet

Kenyataan:Tidak semua lansia bersikap dan berpikir demikian

14.Berpenyakitan
15.Mitos: Dipandang mengalami masa degenerasi biologis disertai penderitaan-
penderitaan akibat dari bermacam-macam penyakit yang menyertai proses menua.
16.Kenyataan: roses menua disertai menurunnya daya tahan tubuh, tetapi pada jaman
sekarang penyakit pada masa tua dapat diobati dan dikontrol.
17.Penurunan daya ingat
18.Mitos: Masa pikun karena kerusakan bagian otak
19.Kenyataan: Banyak lansia yang tetap bugar dan sehat serta tidak mengalami
penurunan daya ingat. Selain itu banyak cara untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan daya ingat

20.Tidak ada cinta lagi


21.Mitos: Tidak lagi merasa jatuh cinta dan gairah terhadap lawan jenis
22.Kenyataan: Perasaan dan emosi orang berubah sepanjang masa. Perasaan cinta
tidak akan berhenti hanya karena menjadi lansia.
23.Aseksualitas
24.Mitos: Hubungan seks menurun karena tidak adanya gairah, dorongan, dan daya
seks.
25.Kenyataan: Kehidupan seks lansia bisa saja berjalan dengan normal tergantung
dari tiap individu. Frekuensi bisa saja menurun sejalan dengan meningkatnya usia
tetapi masih bisa dipertahankan tergantung dari keinginan masing-masing individu.
26.Ketidakproduktifan
27.Mitos:Dipandang sebagai usia yang tidak produktif
28.Kenyataan: Banyak lansia yang mencapai kematangan dan produktifitas, mental
sert material.

D. Tipe-tipe Lansia
1. Arif dan bijaksana
2. Kaya dengan pengalaman. Dapat menyesuaikan diri dengan perubahan zaman
serta mempunyai kesibukan dan bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,
memenuhi undangan dan seringkali menjadi panutan.
3. Mandiri
4. Mampu mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru. Selektif dalam
mencari pekerjaan, teman pergaulan, serta memenuhi undangan.
5. Tidak puas
6. Mengalami konflik lahir batin karena proses penuaan. Biasanya akibat dari
kehilangan kecantikan, daya tarik jasmani, kekuasaan, status sosial, teman yang
disayangi dll.
7. Bingung
8. Kaget dikarenakan kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif, acuh.

Berdasarkan karakter, pengalaman hidup, lingkungan fisik, mental, dan sosoknya, tipe
lansia dikelompokkan sebagai berikut:

1. Optimis, santai, dan riang


2. Konstruktif
3. Ketergantungan
4. Defensif
5. Militan dan serius
6. Marah dan frustasi
7. Putus asa (benci pada diri sendiri)
Tiga jenis usia menurut Birren and Jenner (1997) adalah sebagai berikut:

1. Usia biologis: Menunjuk pada jangk waktu seseorang semenjak lahir, berada dalam
keadaan hidup tidak mati.
2. Usia psikologis: Menunjuk pada kemampuan seseorang untuk mengadakan
penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya.
3. Usia sosial: Menunjuk pada peran-peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat
kepada seseorang sehubungan dengan usianya.
Stereotip Psikologis lansia

Biasanya sifat-sifat stereotip para lansia sesuai dengan pembawaanya pada waktu
muda berikut adalah beberapa tipe yang dikenal:

1. Tipe Konstruktif
a. integritas baik
b. dapat menikmati hidup
c. toleransi tinggi
d. humoris
e. fleksibel dan thu diri
f. dapat menikmati proses menua
g. mengalami dan menjalani masa pensiun dengan senang
h. menghadapi masa akhir dengan tenang
2. Tipe Ketergantungan (dependent)
a. masih dapat diterima ditengah masyarakat
b. selalu pasif
c. tidak berambisi
d. masih tahu diri
e. tidak mempunyai inisiatif
f. bertibdak tidak praktis
g. biasanya dikuasai istri
h. senang mengalami masa pensiun
i. banyak makan dan minum
j. tidak suka bekerja
k. senang berlibur
3. Tipe Defensive
a. dulu mempunyai pekerjaan yang jabatannya tidak stabil
b. selalu menolak bantuan
c. emosi sering tidak dapat dikontrol
d. memegang teguh kebiasaan
e. takut menjadi tua
f. tidak menyenangi masa pensiun
4. Tipe Bermusuhan
a. menganggap orang lain sebagai penyebab kegagalannya
b. selalu mengeluh
c. bersikap agresif, curiga
d. pekerjaannya dulu tidak stabil
e. mengenggap menjadi tua tidak ada baiknya
f. takut mati
g. iri hati pada orang muda

5. Tipe Membenci/Menyalahkan Diri Sendiri (Self Hater)


a. kritis dan menyalahkan diri sendiri
b. tidak punya ambisi
c. perkawinan tidak bahagia
d. sealu merasa menjadi “korban” keadaan
e. menerima fakta dan proses menua
f. tidak iri pada orang muda
g. merasa cukup dengan apa yang ada
h. anggap kematian sebagai penyembuh penderitaan
Ciri-ciri mental sehat adalah sebagai berikut:

1. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif dengan kenyataan, walaupun realitas


buruk
2. Memperoleh kepuasan dari perjuangannya
3. Merasa lebih puas untuk memberi daripada menerima
4. Relatif bebas dari rasa tegang dan cemas
5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dn saling memuskan
6. Menerima kekecewaan sebagai pelajaran untuk hari esok
7. Mnjuruskan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif
8. Mempunyai daya kasih sayang yang besar
E. Teori tentang Proses Menua
1. Teori Biologi (teori genetik dan mutasi, pemakaian dan rusak, autoimun, teori
stress, teori radikal bebas)
2. Teori sosial (aktivitas, teori pembedahan, teori kesinambungan)
3. Teori psikologi (teori kebutuhan manusia menurut kirarki maslow, teori individu
LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI
1.2 Definisi

Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan
atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit
dalam keadaan cukup istirahat (tenang). Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee
on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure sebagai tekanan yang lebih
tinggi dari 140 / 90 mmHg.
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi berbagai faktor
resiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi yang tidak dapat
dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur. Faktor yang dapat dikontrol seperti
obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang mengandung
natrium dan lemak jenuh.
Hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi seperti stroke, kelemahan jantung, penyakit jantung
koroner (PJK), gangguan ginjal dan lain-lain yang berakibat pada kelemahan fungsi dari organ
vital seperti otak, ginjal dan jantung yang dapat berakibat kecacatan bahkan kematian. Hipertensi
atau yang disebut the silent killer yang merupakan salah satu faktor resiko paling berpengaruh
penyebab penyakit jantung (cardiovascular).
2.2 Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik, hipertensi diastolik,
dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) merupakan
peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik dan umumnya
ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri
apabila jantung berkontraksi (denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum
dalam arteri dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang
nilainya lebih besar.
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan diastolik tanpa
diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.
Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal,
sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan
tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung
berada dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan
Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan sistolik.
Sedangkan mnurut WHO memakai tekanan diastolik tekanan yang lebih tepat dipakai dalam
menentukan ada tidaknya hipertensi. Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur
yang disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar sehingga lumen menjadi
lebih sempit dan dinding pembuluh darah kaku, sebagai peningkatan pembuluh darah sistolik
2.3 Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kekmampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

2.4 Patofisiologi
Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang
disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan tekanan
darah dalam jangka panjang reflek kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk sistem kontrol
yang bereaksi segera. Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang
mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ terutama ginjal.
1) Perubahan anatomi dan fisiologi pembuluh darah
Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai dengan penebalan dan
hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis merupakan proses multifaktorial. Terjadi inflamasi
pada dinding pembuluh darah dan terbentuk deposit substansi lemak, kolesterol, produk sampah
seluler, kalsium dan berbagai substansi lainnya dalam lapisan pembuluh darah. Pertumbuhan ini
disebut plak. Pertumbuhan plak di bawah lapisan tunika intima akan memperkecil lumen
pembuluh darah, obstruksi luminal, kelainan aliran darah, pengurangan suplai oksigen pada
organ atau bagian tubuh tertentu.
Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam pengontrolan pembuluh darah
jantung dengan cara memproduksi sejumlah vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan
peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer.
2) Sistem renin-angiotensin
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I
oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci
dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
a. Meningkatkan sekresi Anti-Diuretic Hormone (ADH) dan rasa haus. Dengan meningkatnya
ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat
dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah
meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk mengatur volume cairan
ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya
dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan
tekanan darah.34

3) Sistem saraf simpatis


Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TN. J

DENGAN DIAGNOSA HIPERTENSI

I. Pengkajian
A. Identitas
Nama : Tn. J
Umur : 70 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kategori : Erderly
Pekerjaan : Pedagang
Status :Kawin
Agama : Kristen
Tingkat Pendidikan : Tamat SD
Sumber Pendapatan : Tn J mengatakan bahwa pekerjaannya sehari hari yaitu menjual
arang dipasar

B. Riwayat Kesehatan
 Keluhan yang dirasakan saat ini: Tn. J mengatakan sering merasakan merasakan
gampang lelah
 Keluhan yang dirasakan 3 bulan terakhir : Tn. J mengatakan kurang lebih gampang
lelah,jantung berdebar dan terkadang tengkuk merasa lelah
 Penyakit saat ini: Tn.J adalah Hipertensi dan pasien adalah perokok aktif
C. Status Fisiologis
Postur Tulang Belakang :Tegap
Tanda – tanda vital dan status gizi
1) Suhu : 36 °C
2) Tekanan Darah : 130/80 mmHg
3) Nadi : 79x/m
4) Respirasi : 19 x/m
5) Berat Badan : 70 kg
6) Tinggi Badan : (pasien lupa)

PENGKAJIAN HEAD TO TOE

1. Kepala
Kebersihan : Bersih dan rambut putih
Kerontokan Rambut :bersih
Keluhan : Tidak ada nyeri tekan
2. Mata
Konjungtiva : Anemis
Sklera : Tidak Ikterik
Strabismus : Tidak Ada
Penglihatan : Kabur
Peradangan : Tidak
Riwayat katarak : Tidak
Keluhan : Penglihatan sedikit kabur
Penggunaan Kacamata :Tidak
3. Hidung
Bentuk : Simetris kiri dan kanan
Peradangan : Tidak
Penciuman : Baik
Keluhan : Tidak Ada
4. Mulut dan Tenggorokan
Kebersihan : Baik.
Mukosa : Lembab.
Peradangan / Stomatitis : Tidak
Gigi geligi : Bagus /Tidak ompong
Radang Gusi : Tidak
Kesulitan mengunyah :Tidak
Kesulitan menelan : Tidak
5. Telinga
Kebersihan : Bersih
Peradangan : Tidak
Pendengaran : Tidak
Jika terganggu jelaskan : -
6. Leher
Pembesaran kelenjar thyroid : Tidak
JVD : Tidak
Kaku kuduk : Tidak
Tengkuk : Terkadang terasa nyeri
7. Dada
Bentuk dada : Simetris kiri dan kanan
Retraksi : Tidak
Wheezing : Tidak
Ronchi : Tidak
Suara jantung tambahan : Tidak
Ictus Cordis : Tidak
8. Abdomen
Bentuk : Tidak ada tambahan massa
Nyeri tekan : Tidak
Kembung :Tidak
Supel :Tidak
Bising Usus :Tidak
Massa :Tidak
9. Genetalia
Kebersihan : Baik
Hemoroid : Tidak Ada
Hernia :Tidak Ada
10. Ekstermitas
Kekuatan otot : Tidak ada
Rentang gerak : Terbatas
Deformitas : Tidak
Tremor : Tidak
Edema kaki : Tidak
Penggunaan alat bantu : Tidak

Refleks Kanan Kiri

Biceps + +
Triceps + +
Knee - -
Achiles + +
Keterangan : Refleks + : Normal Refleks - : Menurun/Meningkat

11. Intergumen
Kebersihan : Baik
Warna : Tidak Pucat
Kelembaban : Kering
Gangguan pada kulit : Tidak Ada

Pola Pemenuhan Kebutuhan Hari-hari :

 Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi :


1. Frekuensi Makan : 3x/hari
2. Jumlah makanan yang dihabiskan : 1 porsi dihabiskan
3. Makanan tambahan : buah-buahan

 Pola pemenuhan cairan


1. Frekuensi minum : 1-2 Liter/hari
2. Jenis minuman : Air Putih
 Pola kebiasaan tidur
1. Jumlah waktu tidur : 4-6 jam
2. Gangguan tidur berupa : Tidak ada gangguaan

 Gangguan BAB
1. Frekuensi BAB : 1 kali/hari
2. Konsistensi : Semi Padat
3. Gangguan BAB : Tidak Ada
 Gangguan BAK
1. Frekuensi BAK : 4-6 kali/hari
2. Warna urine : Kuning jernih
3. Gangguan BAK : Tidak ada
 Pola Aktivitas
Kegiatan produktif yang dilakukan : Tidak ada
 Pola pemenuhan kebersihan diri
1. Mandi : 2x/ Hari
2. Memakai sabun : Ya
3. Sikat gigi : 2 x/Hari
4. Menggunakan pasta gigi : Ya
5. Kebiasaan berganti pakaian bersih : 2x/hari
D. Pengkajian lingkungan
1. Pemukiman
Luas Bangunan :-
Bentuk Bangunan : Rumah
Jenis bangunan : Permanen
Atap Rusun : Seng
Dinding : Tembok
Lantai : Keramik
Kebersihan Lantai : Baik
Ventilasi : Baik
Pencahayaan : Baik, menggunakan listrik
Pengaturan Penataan Perabot :Baik
Kelengkapan Alat Rumah Tangga : tidak lengkap
2. Sanitasi
Penyediaan air bersih ( MCK ) : Mata air
Penyediaan air minum : Air akua
Pengelolaan Jamban : Pribadi
Jenis jamban : Jongkok
Jarak dengan sumber air : > 10cm
Sarana pembuangan air limbah : Lancar
Petugas sampah : Petugas Sampah
Pengolahan binatang pengerat : Tidak Ada
3. Fasilitas
Peternakan : Tidak
Sarana olahraga : Tidak ada
Taman : Ada
Ruang pertemuan : Ada
Sarana hiburan : Ada , TV
Sarana ibadah : Ada

4. Keamaan dan Transportasi


a. Keaamanan
Sistem keamanan lingkungan
Penanggulangan kebakaran : Tidak ada
Penanggulangan bencana : Tidak ada
b. Transportasi
Jenis transportasi yang dimiliki : Motor (milik pribadi)
c. Komunikasi
Sarana komunikasi : Ada
Jenis komunikasi yang digunakan dalam rumah : Handphone
Cara penyebaran informasi :Langsung.

Pengelompokan Data

Data Subjektif Data Objektif


 Pasien sering merasakan bahwa - Hasil Ttv
tengkuknya berat Td: 130/80 mmHg
N : 79x/Mnt
R : 19x/Mnt
- Pasien sering mengurut
tengkuknya

.
- Pasien Nampak lelah
 Pasien mengatakan gampang
- Konjungtiva anemis
kelelahan
- Terlihat lesu

Analisa Data

No Data Etiologi Problem


1. DS: Pasien sering merasakan Resistensi pembuluh NYERI
bahwa tengkuknya berat darah otak KRONIS
DDO: Hasil Ttv
Td: 130/80 mmHg
N : 79x/Mnt
R : 19x/Mnt
- Pasien sering mengurut Tekanan perifer
tengkuknya meningkat

NYERI
2 DS: Pasien mengatakan Kerja jantung
bahwa dia gampang meningkat Kelelahan /
merasa lelah
DO: Pasien Nampak Fatique
lelah,konjungtiva anemis,
terlihat lesu Peningkatan curah
jantung

Kelelahan

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri kronis b/d tekanan perifer meningkat ditandai dengan pasien mengeluh sering
merasakan nyeri pada tengkuknya,TTV : TD 130/80 N: 79x/mnt, RR: 19x/mnt dan pasien
sering mengurut tengkuknya
2. Kelelahan b/d peningkatan curah janntung ditandai dengan pasien mengeluh gampang
kelelahan,pasien nampak lesu,dan konjungtiva anemis

Rencana Asuhan Keperawatan Lansia

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


Keperwatan hasil
1. 1. Nyeri kronis b/d Setelah dilakukan 1. Kaji Nyeri 1. Untuk
tekanan perifer tindakan mengetahui
meningkat keperawatan 6 x karateristik
ditandai dengan pertemuan nyeri
pasien diharapkan nyeri 2. Untuk
berkurang/hilang 2. Monitor Ttv
mengeluh mengetahui KU
sering - Nyeri pasien pasien dan
merasakan berkurang mengidentifika
nyeri pada atau hilang si kenyamanan
tengkuknya,TTV - Ttv normal 3. Untuk
: TD 130/80 N: 3. Ajarkan kompres mengurangi
79x/mnt, RR: teknik relaksasi nyeri
19x/mnt dan napas dalam 4. Terapi obat
pasien sering rutin tiap hari
mengurut diperlukan
tengkuknya untuk
4. Anjurkan untuk
minum obat mencegah
sesuai anjuran peningkatan
dokter tekanan darah

2. Kelelahan b/d Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Sebagai acuan


peningkatan tindakan kemampuan dalam
keperawatan selama mobilitas melakukan
curah janntung
5x kunjungan pasien tindakan.
ditandai dengan diharapkan pasien 2. Anjurkan 2. Mengurangi
pasien tidak merasa pasien untuk risiko injuri
mengeluh gampang lelah tidak
gampang - melakukan
kelelahan,pasie aktivitas
n nampak berat
lesu,dan
konjungtiva
anemis
3. Edukasi pada
3. Tidak
pasien untuk
terjadinya
tetap
kekakuan otot
melakukan
olahraga
ringan

Sumber:

Tim Pokja SDKI PPNI.2016

The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention of hipertension

Anda mungkin juga menyukai